Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA AN.

D DENGAN DIAGNOSA
MEDIS LIMFADENOPATI DENGAN TINDAKAN EXSISI
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Peminatan Kamar Bedah

Disusun Oleh :
KHOERUR ROSID AL ISLAM
A11501038

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh kita.
Tubuh memiliki kurang lebih 600 kelenjar getah bening, namun pada orang sehat yang
normal hanya teraba di daerah submandibula, aksila, atau inguinal. Sekitar 55%
pembesaran kelenjar getah bening terjadi pada daerah kepala dan leher (Ferrer, 2002).
Organ ini sangat penting untuk fungsi sistem kekebalan tubuh, dimana tugasnya adalah
menyerang infeksi dan menyaring cairan getah bening. Sebagian besar kelenjar getah
bening ada di daerah tertentu, misalnya mulut, leher, lengan bawah, ketiak, dan kunci
paha (Spiritia, 2011).
Limfadenopati adalah pembesaran kelenjar getah bening sebagai respons
terhadap proliferasi limfosit T atau limfosit B. Limfadenopati biasanya terjadi setelah
infeksi suatu mikroorganisme (Corwin, 2009). Beberapa penyebab limfadenopati adalah
CMV (Cytomegalovirus), HIV (Human Immunodeficiency Virus), tuberkulosis,
filariasis, dan lain-lain.Angka kejadian limfadenopati di Amerika Serikat belum
diketahui, tetapi diperkirakan limfadenopati pada anak-anak berkisar 38-45%. Dari studi
di Belanda terdapat 2.556 kasus limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan dan 10%
dirujuk kepada subspesialis, 3,2% membutuhkan biopsi dan 1,1% mengalami keganasan.
Studi kedokteran keluarga di Amerika Serikat tidak ada dari 80 pasien dengan
limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan yang mengalami keganasan dan tiga dari 238
pasien yang mengalami keganasan dari limadenopati yang tidak dapat dijelaskan. Pasien
usia >40tahun dengan limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan memiliki risiko
keganasan 4% dibanding risiko keganasan 0,4% bila ditemukan pada pasien <40tahun
(Bazemore., Smocker., 2002).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan suatu masalah yaitu “Bagaimana Melakukan Asuhan Keperawatan
Perioperatif Pada An. D Dengan Kasus Limfadenopati Di Ruang IBS RS PKU
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA”?
C. RUANG LINGKUP
Dalam penulisan laporan askep ini hanya akan membahas asuhan keperawatan
perioperatif pada An. D dengan kasus limfadenopati
D. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mampu melaksankan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan
limfadenopati
b. Tujuan khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajiaan pada asuhan keperawatan pasien dengan
limfadenopati

2. Mampu menyiapkan instrumen pada tindakan limfadenopati

3. Mampu menyiapkan linen dan disposible material pada tindakan limfadenopati

4. Mampu menjelaskan untuk menjadi instrumentator pada tindakan limfadenopati

5. Mampu memberikan asuhan keperawatan pre, intra dan post operasi dengan kasus
limfadenopati
E. MANFAAT PENULISAN
a. Bagi Individu
Dapat mengetahui teori dan mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan
praktek dirumah sakit Di ruang IBS terkait limfadenopati.
b. Bagi Rumah Sakit
Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang asuhan keperawatan
keperawatan perioperatif limfadenopati, membantu untuk mendukung pelaksanaan
meningkatkan pelayanan operasi yang optimal.
c. Bagi Institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada
umumnya dan ilmu keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI FISIOLOGI

Outflowing getah bening telah limfosit lebih. Kelenjar getah bening dikelilingi
oleh berserat kapsul , dan di dalam getah bening node fibrosa kapsul meluas untuk
membentuk trabekula . Substansi kelenjar getah bening dibagi ke dalam luar korteks dan
batin medula dikelilingi oleh mantan di sekitar kecuali untuk di hilus, dimana medula
datang dalam kontak langsung dengan permukaan.
Serat retikuler Tipis, elastin dan serat retikuler membentuk meshwork
mendukung disebut jaringan reticular (RN) di dalam node, di mana sel-sel darah putih
(leukosit), yang terkemuka yang paling menjadi limfosit, secara ketat dikemas sebagai
folikel di korteks.
Cortex Pada korteks ini, subcapsular sinus mengalir ke sinus trabecular, dan
kemudian getah bening mengalir ke dalam "sinus meduler". Korteks luar terutama
terdiri dari sel B diatur sebagai folikel, yang dapat mengembangkan pusat germinal
ketika ditantang dengan antigen, dan korteks yang lebih dalam terutama terdiri dari sel
T.
Medulla Ada dua struktur disebutkan dalam medula: Kabel meduler adalah
kabel jaringan limfatik, dan termasuk sel plasma , makrofag , dan sel B Sinus meduler
(atau sinusoid) adalah seperti ruang kapal memisahkan kabel meduler. The getah bening
mengalir ke sinus meduler dari sinus korteks, dan masuk ke pembuluh limfatik eferen .
sinus medullary berisi histiosit (makrofag bergerak) dan sel-sel retikuler .
Bentuk dan ukuran kelenjar getah bening manusia adalah berbentuk kacang dan
berbagai ukuran dari beberapa milimeter sampai sekitar 1-2 cm dalam keadaan normal
mereka. Mereka mungkin menjadi membesar karena tumor atau infeksi, atau meradang
karena leukemia . Limfosit, juga dikenal sebagai sel darah putih , terletak di
dalam struktur sarang lebah kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening yang
membesar ketika tubuh terinfeksi, terutama karena ada tingkat tinggi perdagangan
limfosit ke simpul dari darah, melebihi tingkat keluar dari node, dan sekunder sebagai
hasil dari aktivasi dan proliferasi dari antigen- spesifik T dan sel B (ekspansi klonal).
Dalam beberapa kasus, mereka mungkin merasa membesar karena infeksi sebelumnya,
walaupun yang satu akan sehat, kita masih bisa merasakannya residually diperbesar.
B. DEFINISI
Limpadenopati adalah ketidaknormalan kelenjar getah bening dalam ukuran,
konsistensi, ataupun jumlahnya. Pada daerah leher ( cervical ) pembesaran kelenjaran
getah bening didefenisikan bila kelenjar membesar lebih dari diameter satu centimeter.
Pembesaran kelenjar getah bening dapat dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan
generalisata ( Spiritia, 2011 ).
C. TANDA GEJALA
✓ Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC.
✓ Sering keringat malam.
✓ Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan.
✓ Timbul benjolan di bagian leher. ( Corwin, 2009 )
D. PATOFISIOLOGI
Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular
darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe
jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya
bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan
yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam
perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak
meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian memungkinkan lebih
banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga,
selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah, tetapi kandungan
protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama.Sebaliknya,
bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan karena
cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan mengosongkan
sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan cedera dapat
dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer ketempat yang jauh dalam
tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular dapat menyebar. Penyebaran
sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang dilalui
oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang
terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya
mencapai aliran darah. (Price, 1995).
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang
kemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya hitung
darah lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati sistemik
tetap terjadi tanpa penyebab yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe dianjurkan.
(Harrison, 1999). Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan tumur mame diamdil melalui
operasi dengan anestesi umum jaringan tumor itu dikeluarkan, lalu secepatnya dikirim
kelaborat untuk diperriksa. Biasanya biopsi ini dilakukan untuk pemastian diagnosis
setelah operasi. (Oswari, 2000).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk
mendiagnosislimfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran,
bentuk, echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada
tidaknyakalsifikasi. USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus
untukmendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan
nilaisensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.
2. CT Scan CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter
5mm atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi
limfadenopatisupraklavikula pada penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan
tidak adaperbedaan sensitivitas yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakan
USGatau CT scan.
F. THERAPI
1. Medis
Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada
penyebabnya.Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya
dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain observasi. Kegagalan untuk
mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasiuntuk dilaksanakan biopsi
KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan
pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat. Antibiotik
perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan oleh
Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A). Pemberian
antibiotik dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif
dalam 72 jam.
2. Keperawatan
Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan adalah:
a. Memonitor keadaan umum pasien, memonitor suhu tubuh pasien
b. Menjaga kebersihan saat akan memegang pasien, agar tidak menjadi infeksi
c. Dorong pemasukan cairan,diit tinggi protein
d. Mengevaluasi nyeri secara regular
e. Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernafasan
dan jenis pembedahan Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran.

G. FOKUS PENGKAJIAN

1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah
sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan,
pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh nyeri dibagian leher belakang telinga kiri/sub mandibularis.
Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri
dalam waktu yang lama.
c. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti batuk dll, apakah
klien pernah masuk rumah sakit, obat-obatan yang pernah digunakan, apakah
mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adalah anggota keluarga yang pernah menderita penyakit limfadenitis seperti
yang dialami klien.
✓ Pengkajian Pre Operasi

a. Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan


kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian tentang diit, Hal
lain yang perlu dikaji adalah mengenai riwayat kesehatan klien tentang penyakit
limfadenitis dll.
b. Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat
badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji
apakah klien mengalami anemia atau tidak.
c. Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas
dan kurangnya olahraga pada klien.
d. Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri
e. Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan
pola tidur karena nyeri atau tidak.
f. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap nyeri. Koping yang digunakan
dan alternatif pemecahan masalah
✓ Pengkajian Post Operasi

a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah pengkajian


mengenai keadaan lingkungan yang tenang (nyaman), pengkajian mengenai
pengetahuan tentang perawatan pre operasi. Selain itu juga penting dilakukan
pengkajian mengenai harapan klien setelah operasi.
b. Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah mengenai kepatuhan
klien dalam menjalani diit setelah operasi.
c. Pengkajian pola aktivitas dan latihan yang penting adalah mengenai aktivitas
klien yang dapat menimbulkan nyeri, pengkajian keadaan kelemahan yang
dialami klien.
d. Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan tidur yang
dialami klien akibat nyeri.
e. Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang dilakukan
klien bila timbul nyeri.
f. Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan yang dialami
klien setelah operasi.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Pre operasi
Ansietas berhubungan dengan tindakan pebedahan
2) Intra Operasi
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan dan invasif
3) Post operasi
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi
limfadenopati).
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
❖ PRE OP
1. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan
a. Tujuan : Kecemasan klien berkurang
b. Kriteria hasil : Klien mengatakan cemasnya berkurang, klien tampak rileks
c. Tindakan :
• Kaji tingkat ansietas, catat verbal dan non verbal pasien
Rasional : Kecemasan dapat terjadi karena nyeri hebat, penting pada prosedur
diagnostik dan pembedahan.
• Monitor tanda tanda vital
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan salah satu respon tubuh dalam
menghadapi kecemasan
• Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan
Rasional : Penjelasan prosedur dapat meringankan ansietas terutama ketika
pemeriksaan tersebut melibatkan pembedahan.
• Jadwalkan istirahat adekuat dan periode menghentikan tidur.
Rasional : Membatasi kelemahan, menghemat energi dan meningkatkan
kemampuan koping.
• Anjurkan keluarga untuk menemani disamping klien
Rasional : Mengurangi kecemasan klien
❖ INTRA OP
1. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan).
a. Tujuan : Tidak ada infeksi
b. Kriteria hasil :
Pasien bebas dari tanda dan gejaala infeksi, menunjukkan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, Nilai leukosit (4,5-
11ribu/µl)
c. Tindakan :

• Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan


setelah berkunjung meninggalkan pasien.
Rasional : Dengan mencuci tangan dapat meminimalisasi penyebaran
sekunder kuman infeksi.
• Berikan perawatan pada kulit daerah post operasi dengan
mempertahankan teknik aseptic
Rasional : Dengan dilakukannya perawatan luka prinsip steril dapat
mencegah terjadinya risiko atau pajanan dari bakteri pathogen.
• Edukasi pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Rasional : Hangat, kemerahan adalah tanda dini gejala infeksi.
Maka pasien dan keluarga haruslah berhati – hati dalam
melakukan perawatan luka di rumah agar tidak terjadi risiko
infeksi pada luka post operasi.
• Kolaborasi tim medis dalam pemberian antibiotik
Rasional : Dengan memberikan terapi sesuai dengan
prosedur diharapkan resiko infeksi menurun atau tidak
terjadi infeksi
❖ POST OPERASI
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi
limfadenitis).
a. Tujuan : Nyeri berkurang
b. Kriteria hasil :
Melaporkan nyeri terkontrol , tampak rileks dan mampu istirahat dengan tepat
c. Tindakan :
• Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
Rasional: Mencoba untuk mentoleransi nyeri dari pada meminta bantuan
• Catat petunjuk non-verbal mislanya gelisah, menolak untuk bergerak.
Rasional : Bahasa tubuh / non-verbal dapat secara psikologis dan fisiologi
dapat digunakan sebagi petunjuk verbal untuk mengidentifikasi nyeri.
• Kaji skala nyeri, catat lokasi, karakteristik ( skala1-10 ) selidiki daam
laporkan perubahan nyeri yang tepat
Rasional : Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan.
• Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Rasional :untuk mengurangi rasa
nyeri. Beri posisi tidur yang nyaman.
Rasional : untuk meningkatkan rasa nyaman.
• Kolaborasi pemberian analgetic
Rasional: Dengan memberikan terapi sesuai dengan prosedur diharapkan
rasa nyeri, klien berkurang/hilang
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Hari : Sabtu
Tanggal : 24 November 2018
Tempat : IBS RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Jam :13.30 WIB
Metode : wawancara dan observasi
Sumber : pasien
Oleh : Khoerur Rosid Al Islam
A. Identitas Pasien
Nama : An. D
Umur : 14 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Kulon Progo, Yogyakarta
Pekerjaan :-
Status : pelajar
Diagnosa : Limfadenopati
No.RM : 33-13-xx
Tgl.Masuk : 24 November 2018
B. Penanggung Jawab
Nama : Tn.W
Umur : 40 Tahun
Alamat : Kulon Progo, Yogyakarta
Hubungan dengan pasien : Ayah pasien
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama :
Pasien mengeluh Nyeri pada bagian leher kiri
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan keluhan nyeri di
leher kiri belakang telinga,dan di pindahkan ke IBS pada tanggal 24 November 2018
jam 13.30 wib dengan diagnosa medis limfadenopati dan akan di lakukan tindakan
exsisi pada benjolan di leher bagian kiri di belakang telinga.
3. Riwayat dahulu:
Pasien pernah di rawat pada bulan oktober 2017 karna tertusuk paku pada kakinya
dan pada bulan januari 2018 pasien di rawat karna batuk berdahak dan sesak nafas.
4. Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang di alami pasien
D. Pola Fungsi Virginia Henderson
a) Keb. Bernafas dengan normal
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa bantuan
alat.
Saat dikaji : pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa menggunakan
alat bantu nafas. RR : 24 x/mnt.
b) Keb. Nutrisi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan makan 2-3 x/hr, dengan lauk pauk seadanya,
porsi habis. Minum 6-8 gelas sedang perhari dengan minum air putih.
Saat dikaji : pasien mengatakan makan seperti biasanya 3 x/hr dengan lauk pauk
sesuai dengan diit yang diberikan rumah sakit, pasien dipuasakan sejak pukul 07.00
WIB pada tanggal 14 November 2018. Porsi habis dan minum 4-6 gelas perhari
dengan air putih, dan di bantu keluarga.
c) Keb. Eliminasi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan BAK 5-6 x/hr, dengan warna kekuningan,
berbau khas. BAB 1 x/hr dengan konsistensi lembek, warna kekuningan, berbau
khas.
Saat dikaji : pasien mengatakan BAB tidak pernah, BAK 3-4 kali perhari dengan
warna kuning, berbau khas. Pasien tidak terpasang Down Cateter.
d) Keb. Gerak dan keseimbangan tubuh
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mampu beraktivitas tanpa bantuan orang lain,
pasien tetap melakukan aktivitas sehari-hari.
Saat dikaji : pasien mengatakan aktivitasnya berkurang sejak dirawat di Rumah sakit
karena nyeri di bagian leher kiri di bawah telinga.
e) Keb. Istirahat dan tidur
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak tanpa gangguan
orang lain, sering begadang.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidur berkurang sering terbangun dengan suasana
rumah sakit yang kurang nyaman dan merasa khawatir akan operasinya.
f) Keb. Berpakaian
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat mengenakan pakaiannya sendiri tanpa
bantuan orang lain atau keluarga.
Saat dikaji : pasien mengatakan dibantu ketika mengenakan pakaian oleh
keluarganya.
g) Keb. Mempertahankan suhu tubuh dan temperatur
Sebelum dikaji : pasien mengatakan ketika dingin mengenakan jaket ketika panas
mengenakan kaos.
Saat dikaji : pasien mengatakan ketika dingin mengenakan selimut, ketika panas
mengenakan kaos biasa. Suhu : 37º C.
h) Keb. Personal hygiene
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mandi 2 kali sehari, keramas 2 kali sehari,
menggosok gigi 2 kali sehari tanpa bantuan orang lain atau keluarga.
Saat dikaji : pasien mengatakan hanya diseka oleh keluarga.
i) Keb. Rasa aman dan nyaman
Sebelum dikaji : pasien mengatakan merasakan nyaman ketika berada dilingkungan
rumahnya.
saat dikaji : pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisi rumah sakit.
j) Keb. Komunikasi dengan orang lain
Sebelum dikaji : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam berkomunikasi
kepada orang lain.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam berkomunikasi dengan
orang lain.
k) Keb. Spiritual
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat melaksanakan ibadah sholat 5 waktu
dengan berjamaah, akan tetapi kadang-kadang tidak berjamaah.
Saat dikaji : pasien mengatakan melaksanakan ibadah 5 waktu dengan duduk dan
tidak berjamaah.
l) Keb. Bekerja
Sebelum dikaji : pasien belum bekerja dan masih sekolah
Saat dikaji : pasien belum bekerja dan masih sekolah
m) Keb. Rekreasi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan kadang-kadang pergi bermain dengan teman-
temannya
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak bisa bepergian dikarenakan merasa nyeri pada
bagian leher kiri Karena benjolan.
n) Keb. Belajar
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mendapat informasi dari internet, dari bangku
sekolah.
Saat dikaji : pasien mengatakan mendapat informasi kesehatan terkait penyakitnya
dari dokter dan perawat.
E. Keadaan Umum
Suhu : 37º C
Nadi : 100 x/menit
TD : 120/80 mmHg
RR : 24x/menit
BB : 60 kg
TB : 165 cm
F. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Baik
Kesadaran : composmentis GCS :E : 4,M :6, V:5
Cepalo- Caudal:
1) Kepala
Bentuk :Mesosephal
Ekspresi :Ekspresif
Simetris wajah :Simetris
Nyeri tekan sinus :Tidak terdapat nyeri tekan sinus
Rambut :Distribusi merata, warna hitam
Deformitas :Tidak terdapat deformitas
2) Mata
Bentuk :Normal, kedudukan bola mata simetris
Palpebra :Normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmus, oedema,
perdarahan, blefaritis, maupun xanthelasma
Gerakan :Normal
Konjungtiva :Ananemis
Sklera :Anikterik
Pupil :Bulat, didapatkan isokor, diameter 4 mm, reflex cahaya
miosis pada mata kanan dan kiri 2mm.
3) Telinga

Bentuk :Normotia
Liang telinga :Lapang
Serumen :Tidak ditemukan penumpukan serumen pada telinga
kanan maupun kiri
Nyeri auricular :Tidak ada nyeri tarik pada auricular kiri maupun
kanan Nyeri tekan tragus :Tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan
maupun kiri
4) Hidung
Bagian luar : Normal, tidak terdapat deformitas
Septum : Terletak ditengah, simetris
Mukosa hidung : Tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi
Cavum nasi : Tidak ada perdarahan
5) Mulut dan tenggorok
Bibir : Normal, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi : Hygiene baik
Mukosa mulut : Normal, tidak hiperemis
Lidah : Normoglosia, tidak tremor, tidak kotor
Tonsil : Ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis
Faring : Tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah
6) Leher

Terdapat dua benjolan pada sisi kiri ukuran 1 cm


Bendungan vena : Tidak ada bendungan vena
Kelenjar tiroid : Tidak membesar, mengikuti gerakan,
Trakea : Di tengah, fungsi menelan baik.
7) Thorax
PARU-PARU
Inspeksi :Simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal pada saat
statis dan dinamis
Palpasi :Gerak simetris vocal fremitus sama kuat pada kedua
hemithorax
Perkusi :Sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada
sela iga VI pada linea midklavikularis dextra, dengan
peranjakan 2 jari pemeriksa, batas paru-lambung pada
sela iga ke VIII pada linea axilatis anterior sinistra.
Auskultasi :Suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun
wheezing
JANTUNG
Inspkesi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi :Terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, di linea
midklavikularis sinistra
Perkusi :

- Batas jantung kanan : ICS III - V , linea sternalis dextra

- Batas jantung kiri : ICS V , 2-3 cm dari linea midklavikularis sinistra

- Batas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra


Auskultasi :Bunyi jantung I, II regular, tidak terdengar murmur
maupun gallop
8) Abdomen
Inspeksi :Abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut,
striae dan kelainan kulit, tidak terdpat pelebaran vena
Palpasi : Hepar dan lien teraba, ada nyeri tekan, maupun nyeri lepas,
pada pemeriksaan ballottement didapatkan hasil negative
Perkusi :Timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri
ketok CVA, ballotment (-)
Auskultasi : bising usus positif 13x/menit
9) Genetalia
terpasang selang DC Ukuran 16
10) Ekstremitas
Atas :Simetris, tangan masih lengkap, tidak cacat,capillary refill
time (CRT) kurang dari 2 detik, tidak ada oedema, pada tangan
kanan terpasang infus RL 20tpm dengan kondisi tidak ada
kemerahan tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada lesi.
Balutan infus terlihat bersih.

Bawah :Tidak ada cacat, CRT 4 detik, kaki kanan tidak ada masalh.
dan kaki kiri tidak ada oedema

5 5

5 5

G. Pemeriksaan penunjang

No Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

1 Hemoglobin 16,6 Gr/dL 12-17

2 AL 10,6 Ribu/mmk 4-10

3 HBSAg - - -

4 Na+ 146 mmol/L 136-146

5 Ureum - mg/dl 14-44

6 AT 214 Ribu 150-450

7 PTT Detik 11-15

8 APTT 28,5 Detik 25-35

9 K 3,5 mmol/L 3,5-5,1

10 Kreatinin - mg/dl < 1,3


11 HMT 48 % 35,52

12 GDS 75 mg/dL 70-140

13 Albumin - gr/dl 2,5-5,2

14 Cl 94 mmol / L 95-105

15 Gol.Darah B

H.THERAPY

NO JENIS OBAT DOSIS ATURAN INDIKASI


PAKAI
1 Infus RL 500ml 20tpm Penambah cairan
2 Antrain 500ml 2x1 Nyeri
3 Ranitidin 50mg 2x1 Pelapis lambung

II. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN OPERASI

a. ALAT
Set Basik Instrument

NO NAMA ALAT JUMLAH ALAT


1 Bengkok 1
2 Kom 2
3 Nald Poeder sedang 1
4 Klem bengkok Sedang 2
5 Langen hak 2
6 Pinset Cirugis 2
7 Duk Klem 5
8 Stick mess besar 1
9 Gunting jaringan 1
10 Gunting benang 1

b. Bahan Habis pakai

NO NAMA JUMLAH
1 Masker 4
2 Povidon iodin 1
3 Alcohol 1
4 Sarung Tangan No 7,5 1
5 Sarung Tanganm No 7 2
6 Sarung Tangan Tidak steril 1
7 Kassa 20 Lembar
8 Bisturi No. 22 1
9 Monovilamen No. 2-0 1
10 Hypafik 10 cm
11 Formalin 50 cc
12 Spuit 10cc 1
13 NaCl 1
14 Underpet 1
15 Sikat 3
16 Botol PA 1

c. Linen

NO NAMA JUMLAH
1 Jas operasi 3
2 Duk besar 1
3 Duk sedang 2
4 Duk kecil 2

d. Instrumen Tambahan

NO NAMA JUMLAH
1 Coager 1
2 Apparatus suction 1
LAPORAN PERHITUNGAN INSTRUMEN

Nama pasien : An.D


Jenis Operasi : Limfadenopati
Anastesi : General Anastesi
Hari/TGL/Jam : Sabtu 24 November 2018/ 15.00
Jenis Set Instrumen : Basic
A. INSTRUMENT

JUMLAH ALAT
NO NAMA ALAT
SEBELUM SESUDAH
1 Bengkok 1 1
2 Kom 2 2
3 Nald Poeder sedang 1 1
4 Klem bengkok Sedang 2 2
5 Langen hak 2 2
6 Pinset Cirugis 2 2
7 Duk Klem 5 5
8 Stick mess besar 1 1
9 Gunting jaringan 1 1
10 Gunting benang 1 1

Yogyakarta, 24 November 2018

Perawat Sirkuler Perawat Scrub Pendidik klinik

(…………………….) (……………………) (……………………...)


B. PELAKSANAAN ASSISTENSI / INSTRUMEN

NO TINDAKAN ALAT
1 Persiapan Alat Duk kecil 2, handscoon 1
2 Desinfeksi Kom 2, betadin, alcohol, Klem
ovarium 1, kasa steril 4lbr
3 Drapping Duk besar 1, duk sedang 2, duk
kecil 2,
4 Pemasangan slang suction Slang suction, apparatus
suction1,towel1
5 Menandai area insisi Pinset sirugis 1,marker
6 Klem posisi jam 12, 6 klem
7 Sayat benjolan siap bisturi 22, dan kasa
8 Adanya perdarahan Siap klem, kasa , couter
9 Menghentikan perdarahan Couter, klemarteri, kassa steril,
pinset
10 Klem posisi jam 12-6 dan Cauter, bisturi, Benang dan Nail
holder
pemotongan kulit dan mukosa, hacting
12 Mengulangi jahitan memutar sesuai Needle holder panjang, klem
arah jarum jam arteri2,kasa,monofilament 2-0 ,
gunting benang
13 Cek perdarahan kasa
14 Mencuci bekas jahitan NaCl 30 cc, kassa, klem arteri
15 Menutup luka operasi Kassa 3 lembar, hipavix 10 cm
16 Membereskan alat dan pasien, Kassa 40,
menghitung jumlah alat dan kassa

Yogyakarta, 24 November 2018

Praktikan Pendidik Akademik Pendidik Klinik

(…….……………) (………………………..) (…………………….......)


LEMBAR SURGICAL CHECK LIST

SIGN IN
NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Apakah pasien sudah di konfirmasi mengenai identitas, V
lokasi operasi, prosedur, dan pesetujuan tindakan
2 Apakalah lokasi operasi sudah ditandai V
3 Apakah mesin anastesi dan obat lengkap V
4 Apakah pulse oksimetri berfungsi V
5 Apakah pasien memiliki riwayat alergi V
6 kesulitan jalan nafas dan resiko aspirasi V
7 Resiko Kehilangan darah >500 ml (7ml/kg pada anak- V
Anak)
TIME OUT
NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Konfirmasi tim sudah memperkenalkan nama dan tugas V
2 Konfirmasi Nama pasien, prosedur dan lokasi diinsisi V
3 Apakah antibiotik profilaksis sduah diberikan dalam 60 V
menit sebelumnya
4 Ada langkah kritis dan tidak rutin yang akan diambil V
5 Berapa lama akan dikerjakan V
6 Apa antisipasi kehilangan darah V
7 Apa ada pertimbangan kusus pasien V
8 Apakah sterilitas sudah dikonfirmasi V
9 Apakah ada peralatan atau perhatian kusus V
10 Apakah foto perlu ditampilkan V
SIGH OUT
NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Konfirmasi perawat secara verbal:
Nama prosedur V
Hitung instrumen kasa dan jarum lengkap V
Berikan label pada spesismen V
Apakah ada permasalahan di pertalatan V
2 Apa perhatian untuk recovery room dan manajemen V
pasien
I. ASKEP PRE OPERASI
a. Data focus
Data Subjektif
• Pasien mengatakan khawatir dan takut akan melakukan operasi untuk pertama
kalinya

Data obyektif
• Tampak cemas, gelisah
• TTV: TD: 120/80 N: 100x/mnt RR: 24x/mnt
• Pasien tampak bingung ketika ditanya
b. Analisa Data Dan Pre Operasi

No Hari/Tgl/Jam Data Masalah Etiologi

1 Sabtu 24 Ansietas Prosedur


DO:
November pembedahan
pasien mengatakan
2018
merasa cemas karena ini

Jam 13.35 wib operasi peratanmanya


DO:
Pasien tampak Gelisah
TTV:
TD : 120/80 mmHg,
N: 100 x/menit,RR: 24
x/menit

c. Rumusan Diagnosa Keperawatan


1.Ansietas Berhubungan Dengan Prosedur Pembedahan
d. Rencana Pre Operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat 1. Untuk
berhubungan selama 1 x 30 menit kecemasan mengetahui
dengan diharapkan masalah ansietas 2. Orientasikan tingkat
prosedur dapat teratasi dengan kriteria dengan tim kecemasan
pembedahan hasil : anastesi/bed yang
Tingkat Kecemasan ah dialami
Indikator Awal Tujuan 3. Jelaskan oleh pasien
Perasaan 3 5 jenis 2. Untuk
gelisah prosedur mengurangi
Wajah 3 5 tindakan rasa
tegang pembedahan khawatir
Keringat 3 5 4. Beri dan takut
dingin dorongan pada pasien
Peningkatan 3 5 pasien untuk dalam
TD mengungka pelaksanaa
Keterangan : pkan n proses
1. Berat perasaan pembedaha
2. Cukup berat 5. Dampingi n.
3. Sedang pasien untuk 3. Untuk
4. Ringan mengurangi mengurangi
5. Tidak ada rasa cemas rasa
6. Ajarkan kecemasan
teknik pasien
relaksasi sehingga
pasien
mengerti
prosedur
yang
nantinya
akan
dilakuakan
4. Untuk
mengurangi
rasa
ketakutan
pada
pasien.
5. Untuk
mengurangi
rasa cemas
dengan
mengajak
obrolan
dengan
keluarga
atau
perawat
6. Untuk
menenangk
an perasaan
pasien
sehingga
tidak ada
rasa takut
dan
khawatir.

e. Pelaksanaan Dan Evaluasi Pre Op

No. Dx Tgl/ Jam Implementasi Evaluasi


1 Sabtu, 24 November 1. Memberikan S : pasien mengatakan
2018, pukul 13.40 wib motivasi kepada memahami apa yang
pasien dengan dijelaskan oleh perawat.
memberikan O : pasien tampak rileks,
penjelasan KU : baik, wajah sudah
terkait operasi terlihat ceria.
yang akan
dilakaukan. S : pasien mengatakan
2. Memberikan paham apa yang dijelaskan
penjelasan oleh perawat terkait
tentang prosedur prosedur tindakan yang akan
tindakan dan dilakukan.
pengenalan tim O : pasien tampak rileks,
bedah dan pasien terlihat bingung, KU
anestesi. : baik, TD : 120/80 mmHg.

II. ASKEP INTRA BEDAH


a. Data focus
Pasien dilakukan general anastesi, pasien dilakukan pembedahan di leher kiri di
bawah telinga, TD : 130/90, N : 100, SpO2 : 100 %, suhu dingin diruang operasi,
jumlah personel berlebih selama prosedur pembedahan.
b. Analisa data intra operasi

No Hari/tgl/jam Data Masalah Etiologi


1 Sabtu, 24 Ds : - Risiko infeksi Prosedur invasif
November Do : pasien dilakukan area
2018, pukul pembedahan di leher kiri di pembedahan
14.10 wib bawah telinga, TD : 130/90, N
: 100, SpO2 : 100 %, suhu
dingin diruang operasi,
jumlah personel berlebih
selama prosedur pembedahan.

c. Rumusan Diagnosa Keperawatan


1. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan Prosedur invasive
d. Rencana intra operasi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Risiko Setelah dilakukan tindakan Kontrol 1. Untuk
infeksi area keperawatan selama 1 x 1 jam, infeksi : mengurangi
pembedahan diharapkan masalah risiko Intraoperatif terjadinya
berhubungan infeksi area pembedahan dapat 1. Monitor infeksi pada
dengan teratasi dengan kriteria hasil ; dan jaga proses
prosedur Pengetahuan : Manajemen suhu pembedahan.
invasif Risiko Infeksi ruangan 2. Untuk
Indikator Awal Tujuan antara 20 mengurangi
Cara 4 5 dan 24 infeksi yang
penularan derajat. berkembang
Praktik 4 5 2. Monitor pada proses
yang dan jaga pembedahan.
mengurangi kelembaba 3. Untuk
transmisi n relatif mengurangi
Pentingnya 4 5 antara 20% penularan
sanitasi dan 60%. infeksi dari
tangan 3. Monitor penyakit
Prosedur 3 5 teknik menular atau
Pemantauan isolasi tidak menular.
untuk yang sesuai 4. Untuk
infeksi 4. Pisahkan mencegah
Keterangan : alat-alat terjadinya
1. Tidak ada pengetahuan yang steril infeksi pada
2. Pengetahuan terbatas dan non luka operasi.
3. Pengetahuan sedang steril 5. Untuk
4. Pengetahuan banyak 5. Buka mengurangi
5. Pengetahuan sangat persediaan terjadinya
banyak peralatan infeksi pada
steril area
dengan pembedahan.
menggunak 6. Untuk
an teknik mengurangi
aseptik infeksi secara
6. Lakukan menyeluruh.
tindakan 7. Untuk
pencegaha mencegah
n universal terajdinya
7. Oleskan infeksi pada
salep luka operasi.
antimikrob 8. Untuk
a pada mencegah
lokasi infeksi yang
pembedaha berkembang.
n sesuai
kebijakan
8. Monitor
area yang
steril untuk
menghilan
gkan
kesterilan
dan
penentuan
waktu
istirahat
yang benar
sesaui
indikator.

e. Pelaksanaan Dan Evaluasi Inta Operasi

No. Dx Tgl/ Jam Implementasi Evaluasi


1 Sabtu, 24 1. Memisahkan alat-alat yang S : -
November steril dan non steril seperti O : instrumen bedah
2018, pukul kassa (steril) dan hipavik (non diletakkkan meja operasi,
14.50 wib steril). kassa, betadin,
2. Melakukan cuci tangan steril handscoon steril dan
dan memakai APD sesuai gown operasi. Hipavik,
SPO. gunting plester
3. Membuka peralatan steril diletakkan diluar meja
dengan tepat sesuai dengan operasi.
SPO. S:-
4. Melakukan setting suhu 20-24 O : perawat telah
dan kelembapan 20% sesuai melakukan cuci tangan
dengan standar kamar bedah. steril sebelum memakai
sarung tangan dan gown,
perawat mengenakan
sarung tangan steril dan
gown sesuai prosedur.
S:-
O : perawat sirkuler
membuka peralatan
seperti kassa, benang
sesuai dengan SOP.
S:-
O : suhu ruang 20ºC dan
kelembapan 20%.

III. PASCA OPERASI


a. Data focus
Pasien terdapat bekas luka pada pembedahan di leher bagian kiri di bawah
telinga, Pasien tampak menahan nyeri, KU : sedang, TD : 130/90, N : 100, RR :
24, S : 35, 7, SpO2 : 100 %.
b. Analisa data Pasca Operasi

No Hari/tgl/jam Data Masalah Etiologi

1 Sabtu, 24 Ds : Pasien mengatakan nyeri pada Nyeri akut Agen cidera


November luka operasi, O: lama nyeri 5 menit ,P: fisik
2018, pukul Nyeri saat bergeser Q: seperti
15.00 wib tertusuk, R: di leher kiri di bawah
telinga S: skala nyeri 5, T: nyeri
muncul tiba tiba
Do : Terdapat luka pada di leher
bagian kiri di bawah telinga, Pasien
tampak menahan nyeri , KU : sedang,
TD : 130/80, N : 100, RR : 24, S :
35,7, SpO2 : 100%.

c. Rumusan Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut Berhubungan dengan agen cedera fisik
d. Rencana pasca operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Dorong 1. Untuk


Akut keperawatan selama 1x10 pasien untuk mentoleransi
menit diharapkan pasien tidak melaporkan nyeri
mengalami Nyeri dengan nyeri 2. Untuk
kriteria hasil: 2. Kaji skala pengawasan
Indikator Awal Tujuan nyeri, catat keefektifan
Skala nyeri 3 5 lokasi, obat
berkurang
karakteristik 3. Untuk
3 5 (skala1-10 ) mengurangi
Ekspresi
nyeri selidiki dan nyeri adekuat
TTV rentan 3 5 laporkan 4. Untuk
normal perubahan memberikan
Keterangan :
nyeri yang kenyamanan
1. Tidak ada pengetahuan
tepat dalam
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang 3. Ajarkan mengurangi
4. Pengetahuan banyak teknik nyeri
5. Pengetahuan sangat relaksasi 5. Untuk
banyak nafas dalam. memberikan
4. Beri posisi rasa nyaman
tidur yang
nyaman
5. Ajarkan
Teknik
relaksasi dan
distraki

e. Pelaksanaan dan evaluai pasca operasi

No. Dx Tgl/ Jam Implementasi Evaluasi

1 Sabtu, 24 1. mengkaji skala nyeri, catat DS: Pasien mengatakan


November lokasi, karakteristik (skala1-10) nyeri pada luka operasi
2018, selidiki dan laporkan perubahan O: lama nyeri 5 menit, P:
pukul nyeri yang tepat Nyeri saan menggerakan
15.10 wib kepala, Q: Seperti tertusuk
tusuk,R: di leher kiri /sub
mandibularis , S: skala nyeri
5,T: nyeri durasi 3 menit
DO: Pasien tampak
menahan nyeri TTV:
TD: 130/90 mmHg
N: 100x/ment
RR: 24 x/ment
S: 37ºC
BAB IV
PEMBAHASAN

Selama proses asuhan keperawatan perioperatif ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan persiapan dari pre operasi, intra operasi dan post operasi
sehingga dapat berjalan dengan baik proses asuhan kepada pasien dengan limfadenopati.
Proses asuhan tersebut dimulai dari pengkajian, analisa data, intervensi, implementasi
dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam menggali informasi yang didapat dari pasien
untuk menetukan sebuah diagnosa dan intervensi yang akan dilakukan. Apabila proses
pengkajian yang dilakukan tidak sesuai dengan SPO maka akan berakibat buruk bagi
pasien. Proses pengkajian di awali dengan identitas pasien sampai dengan hasil
pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui area yang akan
dilakukan operasi. Pengkajian dilakukan dari pre operasi dan post operasi. Pengkajian
tersebut dilakukan secara sistematis sehingga fokus pada setiap sub yang akan
ditanyakan. Pada pengkajian pasien dengan limfadenopati didapatkan bahwa pasien
belum pernah dilakukan operasi sebelumnya sehingga perlu adanya motivasi untuk
mengurangi rasa takut yang dialami oleh pasien. Sebelum dilakukan pembedahan pasien
sudah di puasakan selama 6-8 jam dan sudah diberikan obat-obat pre medikasi salah
satunya adalah antibiotic profilaksis. Selama pre medikasi pasien dipantau tanda-tanda
vital nya hal tersebut untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada proses pembedahan.
B. Analisa data
Berdasarkan pengkajian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul selama
proses asuhan keperawatan perioperatif yaitu ;
1. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan (Pre Op)
2. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedur invasif (Intra Op)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (Post Op)
C. Intervensi
Intervensi yang diberikan kepada pasien, penulis menggunakan NOC NIC untuk
memecahkan suatu masalah yang dihadapi pasien. Hal ini untuk mengurangi beban yang
di alami oleh pasien. Rencana tindakan ini dimulai dari pasien masuk ke ruang induksi
sampai keluar dari RR (Recovery Room). Rencana yang telah ditetapkan akan berjalan
dengan baik apabila ada komunikasi yang baik dari perawat, dokter, keluarga pasien dan
pasien. Pada saat pre op pasien didukung dengan anggota keluarganya untuk mengurangi
rasa cemas yang dihadapinya. Selain itu, latihan nafas dalam juga diajarkan untuk
merilekskan anggota tubuh supaya tidak merasa takut. Pendidikan mengenai prosedur
tindakan juga telah dijelaskan selama nanti proses intra operasi dilakukan.
Pada saat intra operasi operator, asisten, perawat instrumen dan perawat sirkuler
memahami perannya masing-masing. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi
terjadinya infeksi pada luka yang dilakukan pembedahan. Selama proses operasi pasien
juga dipantau atau di monitor tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen. Selain itu cairan
yang diberikan juga perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya risiko perdarahan
yang berlebih. Hal tersebut dilakukan supaya tidak terjadi komplikasi yang ditimbulkan.
Pada saat post operasi pasien dibawa dari ruang operasi ke ruang pemulihan. Pasien tetap
dipantau dengan memonitor tanda-tanda vital, respon dan saturasi oksigen. Hal tersebut
dipantau dengan menggunakan aldrete skor karena pasien dilakukan anastesi general.
D. Implementasi dan evaluasi
Implementasi dan evaluasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat
sehingga dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi pada post operasi
dapat memindahkan pasien ke ruang perawatan selanjutnya yaitu bangsal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan
bahwa selama proses asuhan keperawatan perioperatif perlu memperhatikan komunikasi,
persiapan alat dan persiapan mental yang baik sehingga proses pembedahan dapat
berjalan dengan baik. Proses asuhan tersebut didapatkan tiga diagnosa keperawatan
perioperatif yaitu ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan, risiko infeksi area
pembedahan berhubungan dengan prosedur invasif dan nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik
B. Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan perioperatif perawat perlu mempersiapkan pasien
dari pre op, intra op sampai post op dengan baik. Apabila hal ini dilakukan dengan baik
sesuai standar prosedur operasional maka akan mengurangi terjadinya komplikasi yang
mungkin terjadi, dan etika dalam keperawatan dapat di terapkan sesuai SPO.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC


Doenges, Marlynn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Herdman, T heather. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA.2012-2014.Jakarta : EGC
Nanda International.2011. Nursing Diagnoses : definition dan classification Oswari, E. 2000.
Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI Penyakit Edisi 6 Vol I, Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta
Price, S.A, Lorraine, M.W, 2000. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. (2012). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC
Saefudin. (2010). Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Vol 2. Jakarta : EGC
Undang-Undang No 23 Tahun 1997 Tentang Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai