Askep Eksisi Rosid PDF
Askep Eksisi Rosid PDF
D DENGAN DIAGNOSA
MEDIS LIMFADENOPATI DENGAN TINDAKAN EXSISI
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Disusun Oleh :
KHOERUR ROSID AL ISLAM
A11501038
A. LATAR BELAKANG
Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh kita.
Tubuh memiliki kurang lebih 600 kelenjar getah bening, namun pada orang sehat yang
normal hanya teraba di daerah submandibula, aksila, atau inguinal. Sekitar 55%
pembesaran kelenjar getah bening terjadi pada daerah kepala dan leher (Ferrer, 2002).
Organ ini sangat penting untuk fungsi sistem kekebalan tubuh, dimana tugasnya adalah
menyerang infeksi dan menyaring cairan getah bening. Sebagian besar kelenjar getah
bening ada di daerah tertentu, misalnya mulut, leher, lengan bawah, ketiak, dan kunci
paha (Spiritia, 2011).
Limfadenopati adalah pembesaran kelenjar getah bening sebagai respons
terhadap proliferasi limfosit T atau limfosit B. Limfadenopati biasanya terjadi setelah
infeksi suatu mikroorganisme (Corwin, 2009). Beberapa penyebab limfadenopati adalah
CMV (Cytomegalovirus), HIV (Human Immunodeficiency Virus), tuberkulosis,
filariasis, dan lain-lain.Angka kejadian limfadenopati di Amerika Serikat belum
diketahui, tetapi diperkirakan limfadenopati pada anak-anak berkisar 38-45%. Dari studi
di Belanda terdapat 2.556 kasus limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan dan 10%
dirujuk kepada subspesialis, 3,2% membutuhkan biopsi dan 1,1% mengalami keganasan.
Studi kedokteran keluarga di Amerika Serikat tidak ada dari 80 pasien dengan
limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan yang mengalami keganasan dan tiga dari 238
pasien yang mengalami keganasan dari limadenopati yang tidak dapat dijelaskan. Pasien
usia >40tahun dengan limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan memiliki risiko
keganasan 4% dibanding risiko keganasan 0,4% bila ditemukan pada pasien <40tahun
(Bazemore., Smocker., 2002).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan suatu masalah yaitu “Bagaimana Melakukan Asuhan Keperawatan
Perioperatif Pada An. D Dengan Kasus Limfadenopati Di Ruang IBS RS PKU
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA”?
C. RUANG LINGKUP
Dalam penulisan laporan askep ini hanya akan membahas asuhan keperawatan
perioperatif pada An. D dengan kasus limfadenopati
D. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mampu melaksankan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan
limfadenopati
b. Tujuan khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajiaan pada asuhan keperawatan pasien dengan
limfadenopati
5. Mampu memberikan asuhan keperawatan pre, intra dan post operasi dengan kasus
limfadenopati
E. MANFAAT PENULISAN
a. Bagi Individu
Dapat mengetahui teori dan mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan
praktek dirumah sakit Di ruang IBS terkait limfadenopati.
b. Bagi Rumah Sakit
Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang asuhan keperawatan
keperawatan perioperatif limfadenopati, membantu untuk mendukung pelaksanaan
meningkatkan pelayanan operasi yang optimal.
c. Bagi Institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada
umumnya dan ilmu keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI FISIOLOGI
Outflowing getah bening telah limfosit lebih. Kelenjar getah bening dikelilingi
oleh berserat kapsul , dan di dalam getah bening node fibrosa kapsul meluas untuk
membentuk trabekula . Substansi kelenjar getah bening dibagi ke dalam luar korteks dan
batin medula dikelilingi oleh mantan di sekitar kecuali untuk di hilus, dimana medula
datang dalam kontak langsung dengan permukaan.
Serat retikuler Tipis, elastin dan serat retikuler membentuk meshwork
mendukung disebut jaringan reticular (RN) di dalam node, di mana sel-sel darah putih
(leukosit), yang terkemuka yang paling menjadi limfosit, secara ketat dikemas sebagai
folikel di korteks.
Cortex Pada korteks ini, subcapsular sinus mengalir ke sinus trabecular, dan
kemudian getah bening mengalir ke dalam "sinus meduler". Korteks luar terutama
terdiri dari sel B diatur sebagai folikel, yang dapat mengembangkan pusat germinal
ketika ditantang dengan antigen, dan korteks yang lebih dalam terutama terdiri dari sel
T.
Medulla Ada dua struktur disebutkan dalam medula: Kabel meduler adalah
kabel jaringan limfatik, dan termasuk sel plasma , makrofag , dan sel B Sinus meduler
(atau sinusoid) adalah seperti ruang kapal memisahkan kabel meduler. The getah bening
mengalir ke sinus meduler dari sinus korteks, dan masuk ke pembuluh limfatik eferen .
sinus medullary berisi histiosit (makrofag bergerak) dan sel-sel retikuler .
Bentuk dan ukuran kelenjar getah bening manusia adalah berbentuk kacang dan
berbagai ukuran dari beberapa milimeter sampai sekitar 1-2 cm dalam keadaan normal
mereka. Mereka mungkin menjadi membesar karena tumor atau infeksi, atau meradang
karena leukemia . Limfosit, juga dikenal sebagai sel darah putih , terletak di
dalam struktur sarang lebah kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening yang
membesar ketika tubuh terinfeksi, terutama karena ada tingkat tinggi perdagangan
limfosit ke simpul dari darah, melebihi tingkat keluar dari node, dan sekunder sebagai
hasil dari aktivasi dan proliferasi dari antigen- spesifik T dan sel B (ekspansi klonal).
Dalam beberapa kasus, mereka mungkin merasa membesar karena infeksi sebelumnya,
walaupun yang satu akan sehat, kita masih bisa merasakannya residually diperbesar.
B. DEFINISI
Limpadenopati adalah ketidaknormalan kelenjar getah bening dalam ukuran,
konsistensi, ataupun jumlahnya. Pada daerah leher ( cervical ) pembesaran kelenjaran
getah bening didefenisikan bila kelenjar membesar lebih dari diameter satu centimeter.
Pembesaran kelenjar getah bening dapat dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan
generalisata ( Spiritia, 2011 ).
C. TANDA GEJALA
✓ Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC.
✓ Sering keringat malam.
✓ Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan.
✓ Timbul benjolan di bagian leher. ( Corwin, 2009 )
D. PATOFISIOLOGI
Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular
darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe
jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya
bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan
yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam
perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak
meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian memungkinkan lebih
banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga,
selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah, tetapi kandungan
protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama.Sebaliknya,
bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan karena
cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan mengosongkan
sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan cedera dapat
dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer ketempat yang jauh dalam
tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular dapat menyebar. Penyebaran
sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang dilalui
oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang
terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya
mencapai aliran darah. (Price, 1995).
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang
kemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya hitung
darah lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati sistemik
tetap terjadi tanpa penyebab yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe dianjurkan.
(Harrison, 1999). Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan tumur mame diamdil melalui
operasi dengan anestesi umum jaringan tumor itu dikeluarkan, lalu secepatnya dikirim
kelaborat untuk diperriksa. Biasanya biopsi ini dilakukan untuk pemastian diagnosis
setelah operasi. (Oswari, 2000).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk
mendiagnosislimfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran,
bentuk, echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada
tidaknyakalsifikasi. USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus
untukmendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan
nilaisensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.
2. CT Scan CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter
5mm atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi
limfadenopatisupraklavikula pada penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan
tidak adaperbedaan sensitivitas yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakan
USGatau CT scan.
F. THERAPI
1. Medis
Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada
penyebabnya.Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya
dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain observasi. Kegagalan untuk
mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasiuntuk dilaksanakan biopsi
KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan
pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat. Antibiotik
perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan oleh
Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A). Pemberian
antibiotik dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif
dalam 72 jam.
2. Keperawatan
Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan adalah:
a. Memonitor keadaan umum pasien, memonitor suhu tubuh pasien
b. Menjaga kebersihan saat akan memegang pasien, agar tidak menjadi infeksi
c. Dorong pemasukan cairan,diit tinggi protein
d. Mengevaluasi nyeri secara regular
e. Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernafasan
dan jenis pembedahan Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran.
G. FOKUS PENGKAJIAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah
sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan,
pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh nyeri dibagian leher belakang telinga kiri/sub mandibularis.
Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri
dalam waktu yang lama.
c. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti batuk dll, apakah
klien pernah masuk rumah sakit, obat-obatan yang pernah digunakan, apakah
mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adalah anggota keluarga yang pernah menderita penyakit limfadenitis seperti
yang dialami klien.
✓ Pengkajian Pre Operasi
I. PENGKAJIAN
Hari : Sabtu
Tanggal : 24 November 2018
Tempat : IBS RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Jam :13.30 WIB
Metode : wawancara dan observasi
Sumber : pasien
Oleh : Khoerur Rosid Al Islam
A. Identitas Pasien
Nama : An. D
Umur : 14 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Kulon Progo, Yogyakarta
Pekerjaan :-
Status : pelajar
Diagnosa : Limfadenopati
No.RM : 33-13-xx
Tgl.Masuk : 24 November 2018
B. Penanggung Jawab
Nama : Tn.W
Umur : 40 Tahun
Alamat : Kulon Progo, Yogyakarta
Hubungan dengan pasien : Ayah pasien
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama :
Pasien mengeluh Nyeri pada bagian leher kiri
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan keluhan nyeri di
leher kiri belakang telinga,dan di pindahkan ke IBS pada tanggal 24 November 2018
jam 13.30 wib dengan diagnosa medis limfadenopati dan akan di lakukan tindakan
exsisi pada benjolan di leher bagian kiri di belakang telinga.
3. Riwayat dahulu:
Pasien pernah di rawat pada bulan oktober 2017 karna tertusuk paku pada kakinya
dan pada bulan januari 2018 pasien di rawat karna batuk berdahak dan sesak nafas.
4. Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang di alami pasien
D. Pola Fungsi Virginia Henderson
a) Keb. Bernafas dengan normal
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa bantuan
alat.
Saat dikaji : pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa menggunakan
alat bantu nafas. RR : 24 x/mnt.
b) Keb. Nutrisi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan makan 2-3 x/hr, dengan lauk pauk seadanya,
porsi habis. Minum 6-8 gelas sedang perhari dengan minum air putih.
Saat dikaji : pasien mengatakan makan seperti biasanya 3 x/hr dengan lauk pauk
sesuai dengan diit yang diberikan rumah sakit, pasien dipuasakan sejak pukul 07.00
WIB pada tanggal 14 November 2018. Porsi habis dan minum 4-6 gelas perhari
dengan air putih, dan di bantu keluarga.
c) Keb. Eliminasi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan BAK 5-6 x/hr, dengan warna kekuningan,
berbau khas. BAB 1 x/hr dengan konsistensi lembek, warna kekuningan, berbau
khas.
Saat dikaji : pasien mengatakan BAB tidak pernah, BAK 3-4 kali perhari dengan
warna kuning, berbau khas. Pasien tidak terpasang Down Cateter.
d) Keb. Gerak dan keseimbangan tubuh
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mampu beraktivitas tanpa bantuan orang lain,
pasien tetap melakukan aktivitas sehari-hari.
Saat dikaji : pasien mengatakan aktivitasnya berkurang sejak dirawat di Rumah sakit
karena nyeri di bagian leher kiri di bawah telinga.
e) Keb. Istirahat dan tidur
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak tanpa gangguan
orang lain, sering begadang.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidur berkurang sering terbangun dengan suasana
rumah sakit yang kurang nyaman dan merasa khawatir akan operasinya.
f) Keb. Berpakaian
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat mengenakan pakaiannya sendiri tanpa
bantuan orang lain atau keluarga.
Saat dikaji : pasien mengatakan dibantu ketika mengenakan pakaian oleh
keluarganya.
g) Keb. Mempertahankan suhu tubuh dan temperatur
Sebelum dikaji : pasien mengatakan ketika dingin mengenakan jaket ketika panas
mengenakan kaos.
Saat dikaji : pasien mengatakan ketika dingin mengenakan selimut, ketika panas
mengenakan kaos biasa. Suhu : 37º C.
h) Keb. Personal hygiene
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mandi 2 kali sehari, keramas 2 kali sehari,
menggosok gigi 2 kali sehari tanpa bantuan orang lain atau keluarga.
Saat dikaji : pasien mengatakan hanya diseka oleh keluarga.
i) Keb. Rasa aman dan nyaman
Sebelum dikaji : pasien mengatakan merasakan nyaman ketika berada dilingkungan
rumahnya.
saat dikaji : pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisi rumah sakit.
j) Keb. Komunikasi dengan orang lain
Sebelum dikaji : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam berkomunikasi
kepada orang lain.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam berkomunikasi dengan
orang lain.
k) Keb. Spiritual
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat melaksanakan ibadah sholat 5 waktu
dengan berjamaah, akan tetapi kadang-kadang tidak berjamaah.
Saat dikaji : pasien mengatakan melaksanakan ibadah 5 waktu dengan duduk dan
tidak berjamaah.
l) Keb. Bekerja
Sebelum dikaji : pasien belum bekerja dan masih sekolah
Saat dikaji : pasien belum bekerja dan masih sekolah
m) Keb. Rekreasi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan kadang-kadang pergi bermain dengan teman-
temannya
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak bisa bepergian dikarenakan merasa nyeri pada
bagian leher kiri Karena benjolan.
n) Keb. Belajar
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mendapat informasi dari internet, dari bangku
sekolah.
Saat dikaji : pasien mengatakan mendapat informasi kesehatan terkait penyakitnya
dari dokter dan perawat.
E. Keadaan Umum
Suhu : 37º C
Nadi : 100 x/menit
TD : 120/80 mmHg
RR : 24x/menit
BB : 60 kg
TB : 165 cm
F. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Baik
Kesadaran : composmentis GCS :E : 4,M :6, V:5
Cepalo- Caudal:
1) Kepala
Bentuk :Mesosephal
Ekspresi :Ekspresif
Simetris wajah :Simetris
Nyeri tekan sinus :Tidak terdapat nyeri tekan sinus
Rambut :Distribusi merata, warna hitam
Deformitas :Tidak terdapat deformitas
2) Mata
Bentuk :Normal, kedudukan bola mata simetris
Palpebra :Normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmus, oedema,
perdarahan, blefaritis, maupun xanthelasma
Gerakan :Normal
Konjungtiva :Ananemis
Sklera :Anikterik
Pupil :Bulat, didapatkan isokor, diameter 4 mm, reflex cahaya
miosis pada mata kanan dan kiri 2mm.
3) Telinga
Bentuk :Normotia
Liang telinga :Lapang
Serumen :Tidak ditemukan penumpukan serumen pada telinga
kanan maupun kiri
Nyeri auricular :Tidak ada nyeri tarik pada auricular kiri maupun
kanan Nyeri tekan tragus :Tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan
maupun kiri
4) Hidung
Bagian luar : Normal, tidak terdapat deformitas
Septum : Terletak ditengah, simetris
Mukosa hidung : Tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi
Cavum nasi : Tidak ada perdarahan
5) Mulut dan tenggorok
Bibir : Normal, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi : Hygiene baik
Mukosa mulut : Normal, tidak hiperemis
Lidah : Normoglosia, tidak tremor, tidak kotor
Tonsil : Ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis
Faring : Tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah
6) Leher
Bawah :Tidak ada cacat, CRT 4 detik, kaki kanan tidak ada masalh.
dan kaki kiri tidak ada oedema
5 5
5 5
G. Pemeriksaan penunjang
3 HBSAg - - -
14 Cl 94 mmol / L 95-105
15 Gol.Darah B
H.THERAPY
a. ALAT
Set Basik Instrument
NO NAMA JUMLAH
1 Masker 4
2 Povidon iodin 1
3 Alcohol 1
4 Sarung Tangan No 7,5 1
5 Sarung Tanganm No 7 2
6 Sarung Tangan Tidak steril 1
7 Kassa 20 Lembar
8 Bisturi No. 22 1
9 Monovilamen No. 2-0 1
10 Hypafik 10 cm
11 Formalin 50 cc
12 Spuit 10cc 1
13 NaCl 1
14 Underpet 1
15 Sikat 3
16 Botol PA 1
c. Linen
NO NAMA JUMLAH
1 Jas operasi 3
2 Duk besar 1
3 Duk sedang 2
4 Duk kecil 2
d. Instrumen Tambahan
NO NAMA JUMLAH
1 Coager 1
2 Apparatus suction 1
LAPORAN PERHITUNGAN INSTRUMEN
JUMLAH ALAT
NO NAMA ALAT
SEBELUM SESUDAH
1 Bengkok 1 1
2 Kom 2 2
3 Nald Poeder sedang 1 1
4 Klem bengkok Sedang 2 2
5 Langen hak 2 2
6 Pinset Cirugis 2 2
7 Duk Klem 5 5
8 Stick mess besar 1 1
9 Gunting jaringan 1 1
10 Gunting benang 1 1
NO TINDAKAN ALAT
1 Persiapan Alat Duk kecil 2, handscoon 1
2 Desinfeksi Kom 2, betadin, alcohol, Klem
ovarium 1, kasa steril 4lbr
3 Drapping Duk besar 1, duk sedang 2, duk
kecil 2,
4 Pemasangan slang suction Slang suction, apparatus
suction1,towel1
5 Menandai area insisi Pinset sirugis 1,marker
6 Klem posisi jam 12, 6 klem
7 Sayat benjolan siap bisturi 22, dan kasa
8 Adanya perdarahan Siap klem, kasa , couter
9 Menghentikan perdarahan Couter, klemarteri, kassa steril,
pinset
10 Klem posisi jam 12-6 dan Cauter, bisturi, Benang dan Nail
holder
pemotongan kulit dan mukosa, hacting
12 Mengulangi jahitan memutar sesuai Needle holder panjang, klem
arah jarum jam arteri2,kasa,monofilament 2-0 ,
gunting benang
13 Cek perdarahan kasa
14 Mencuci bekas jahitan NaCl 30 cc, kassa, klem arteri
15 Menutup luka operasi Kassa 3 lembar, hipavix 10 cm
16 Membereskan alat dan pasien, Kassa 40,
menghitung jumlah alat dan kassa
SIGN IN
NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Apakah pasien sudah di konfirmasi mengenai identitas, V
lokasi operasi, prosedur, dan pesetujuan tindakan
2 Apakalah lokasi operasi sudah ditandai V
3 Apakah mesin anastesi dan obat lengkap V
4 Apakah pulse oksimetri berfungsi V
5 Apakah pasien memiliki riwayat alergi V
6 kesulitan jalan nafas dan resiko aspirasi V
7 Resiko Kehilangan darah >500 ml (7ml/kg pada anak- V
Anak)
TIME OUT
NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Konfirmasi tim sudah memperkenalkan nama dan tugas V
2 Konfirmasi Nama pasien, prosedur dan lokasi diinsisi V
3 Apakah antibiotik profilaksis sduah diberikan dalam 60 V
menit sebelumnya
4 Ada langkah kritis dan tidak rutin yang akan diambil V
5 Berapa lama akan dikerjakan V
6 Apa antisipasi kehilangan darah V
7 Apa ada pertimbangan kusus pasien V
8 Apakah sterilitas sudah dikonfirmasi V
9 Apakah ada peralatan atau perhatian kusus V
10 Apakah foto perlu ditampilkan V
SIGH OUT
NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Konfirmasi perawat secara verbal:
Nama prosedur V
Hitung instrumen kasa dan jarum lengkap V
Berikan label pada spesismen V
Apakah ada permasalahan di pertalatan V
2 Apa perhatian untuk recovery room dan manajemen V
pasien
I. ASKEP PRE OPERASI
a. Data focus
Data Subjektif
• Pasien mengatakan khawatir dan takut akan melakukan operasi untuk pertama
kalinya
Data obyektif
• Tampak cemas, gelisah
• TTV: TD: 120/80 N: 100x/mnt RR: 24x/mnt
• Pasien tampak bingung ketika ditanya
b. Analisa Data Dan Pre Operasi
Selama proses asuhan keperawatan perioperatif ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan persiapan dari pre operasi, intra operasi dan post operasi
sehingga dapat berjalan dengan baik proses asuhan kepada pasien dengan limfadenopati.
Proses asuhan tersebut dimulai dari pengkajian, analisa data, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam menggali informasi yang didapat dari pasien
untuk menetukan sebuah diagnosa dan intervensi yang akan dilakukan. Apabila proses
pengkajian yang dilakukan tidak sesuai dengan SPO maka akan berakibat buruk bagi
pasien. Proses pengkajian di awali dengan identitas pasien sampai dengan hasil
pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui area yang akan
dilakukan operasi. Pengkajian dilakukan dari pre operasi dan post operasi. Pengkajian
tersebut dilakukan secara sistematis sehingga fokus pada setiap sub yang akan
ditanyakan. Pada pengkajian pasien dengan limfadenopati didapatkan bahwa pasien
belum pernah dilakukan operasi sebelumnya sehingga perlu adanya motivasi untuk
mengurangi rasa takut yang dialami oleh pasien. Sebelum dilakukan pembedahan pasien
sudah di puasakan selama 6-8 jam dan sudah diberikan obat-obat pre medikasi salah
satunya adalah antibiotic profilaksis. Selama pre medikasi pasien dipantau tanda-tanda
vital nya hal tersebut untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada proses pembedahan.
B. Analisa data
Berdasarkan pengkajian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul selama
proses asuhan keperawatan perioperatif yaitu ;
1. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan (Pre Op)
2. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedur invasif (Intra Op)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (Post Op)
C. Intervensi
Intervensi yang diberikan kepada pasien, penulis menggunakan NOC NIC untuk
memecahkan suatu masalah yang dihadapi pasien. Hal ini untuk mengurangi beban yang
di alami oleh pasien. Rencana tindakan ini dimulai dari pasien masuk ke ruang induksi
sampai keluar dari RR (Recovery Room). Rencana yang telah ditetapkan akan berjalan
dengan baik apabila ada komunikasi yang baik dari perawat, dokter, keluarga pasien dan
pasien. Pada saat pre op pasien didukung dengan anggota keluarganya untuk mengurangi
rasa cemas yang dihadapinya. Selain itu, latihan nafas dalam juga diajarkan untuk
merilekskan anggota tubuh supaya tidak merasa takut. Pendidikan mengenai prosedur
tindakan juga telah dijelaskan selama nanti proses intra operasi dilakukan.
Pada saat intra operasi operator, asisten, perawat instrumen dan perawat sirkuler
memahami perannya masing-masing. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi
terjadinya infeksi pada luka yang dilakukan pembedahan. Selama proses operasi pasien
juga dipantau atau di monitor tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen. Selain itu cairan
yang diberikan juga perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya risiko perdarahan
yang berlebih. Hal tersebut dilakukan supaya tidak terjadi komplikasi yang ditimbulkan.
Pada saat post operasi pasien dibawa dari ruang operasi ke ruang pemulihan. Pasien tetap
dipantau dengan memonitor tanda-tanda vital, respon dan saturasi oksigen. Hal tersebut
dipantau dengan menggunakan aldrete skor karena pasien dilakukan anastesi general.
D. Implementasi dan evaluasi
Implementasi dan evaluasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat
sehingga dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi pada post operasi
dapat memindahkan pasien ke ruang perawatan selanjutnya yaitu bangsal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan
bahwa selama proses asuhan keperawatan perioperatif perlu memperhatikan komunikasi,
persiapan alat dan persiapan mental yang baik sehingga proses pembedahan dapat
berjalan dengan baik. Proses asuhan tersebut didapatkan tiga diagnosa keperawatan
perioperatif yaitu ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan, risiko infeksi area
pembedahan berhubungan dengan prosedur invasif dan nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik
B. Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan perioperatif perawat perlu mempersiapkan pasien
dari pre op, intra op sampai post op dengan baik. Apabila hal ini dilakukan dengan baik
sesuai standar prosedur operasional maka akan mengurangi terjadinya komplikasi yang
mungkin terjadi, dan etika dalam keperawatan dapat di terapkan sesuai SPO.
DAFTAR PUSTAKA