Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

An. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS LYMPADENOPATHY COLLI


DEXTRA DENGAN TINDAKAN LYMPADENECTOMY
COLLI DEXTRA DI RUANG IBS

Di Susun Oleh :

Nama : Sarpika Yena Amalia


NIM : 2018.C.10a.0985

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
T.A 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Sarpika Yena Amalia


NIM : 2018.C.10a.0985
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan pada An. A Dengan
Diagnosa Medis Lympadenopathy Colli Dextra dengan Tindakan
Lympadenectomy Colli Dextra di Ruang IBS

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk mneyelesaikan


Praktik Pra Klinik Keperawatan IV (PPK 4) Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Hanzelel Poni ,S.Kep.Ners


Rimba Aprianti ,S.Kep.Ners

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Sarpika Yena Amalia

NIM : 2018.C.10a.0985

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan pada An. A Dengan


Diagnosa Medis Lympadenopathy Colli Dextra dengan Tindakan
Lympadenectomy Colli Dextra di Ruang IBS

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk mneyelesaikan


Praktik Pra Klinik Keperawatan IV (PPK 4) Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan ini telah disetujui oleh :

iii
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Rimba Aprianti ,S.Kep.Ners Hanzelel Poni ,S.Kep.Ners

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Pendahuluan Dan
Asuhan Keperawatan pada An. A Dengan Diagnosa Medis Lympadenopathy Colli Dextra
dengan Tindakan Lympadenectomy Colli Dextra di Ruang IBS ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya.

Penyusunan Laporan Pendahuluan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik


Praklinik Keperawatan IV (PPK 4) pada Program Studi S-1 Keperawatan.

Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1) Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2) Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes Eka
Harap Palangka Raya.
3) Ibu Ika Paskaria S. Kep.,Ners selaku koordinator praktik pra klinik keperawatan IV
Program Studi Sarjana Keperawatan.
4) Ibu Rimba Aprianti ,S.Kep.Ns.Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan ini.
5) Ibu Hanzelel Poni, S.Kep.,Ns Selaku Pembimbing Lahan yang telah banyak memberi
arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan ini
6) Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis menyelesaikan Laporan
Pendahuluan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk
perbaikan dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima
kasih.
Palangka Raya, 04 November 2021

v
Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................2
KATA PENGANTAR............................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................4

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................5
1.1 Latar Belakang................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................7
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................8


2.1 Konsep Penyakit Limfadenopaty Colli Dextra..........................................8
2.1.1 Definisi Lympadenopaty Colli Dextra...........................................................8
2.1.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................................9
2.1.3 Etiologi.........................................................................................................11
2.1.4 Klasifikasi.....................................................................................................12
2.1.5 Patofisiologi..................................................................................................13
2.1.6 Manifestasi klinis..........................................................................................16
2.1.7 Komplikasi....................................................................................................16
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang................................................................................17
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.................................................................................17
2.2 Konse Limfadenektomi……………………………………………………17
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan............................................................18
2.2.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................................18
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................22

vi
2.2.3 Intervensi Keperawatan................................................................................23
2.2.4 Implementasi Keperawatan..........................................................................28
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................................28

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................29


3.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................................29
3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................35
3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................36
3.4 Implementasi Dan Keperawatan...................................................................38
3.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................................38

BAB 4 PENUTUP.................................................................................................42
4.1 Kesimpulan...................................................................................................42
4.2 Saran.............................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembesaran Kelenjar Getah Bening (KGB) atau disebut Limfadenopati


merupakan pembesaran dengan ukuran lebih besar dari 1 cm. Berdasarkan
lokasinya, limfadenopati terbagi menjadi limfadenopati generalisata dan
limfadenopati lokalisata. Penyebab limfadenopati dapat diingat dengan
memonik MIAMI: Malignancies (keganasan), Infection (infeksi),
Autoimmune disorders (kelainan autoimun), Miscellaneous and unusual
conditions (lain-lain dan kondisi tak lazim), dan Iatrogenic causes (sebab-
sebab iatrogenik) Limfadenopati biasanya ditandai dengan adanya
pembengkakan di supraklavikula, iliaka atau poplitea. Kunci kecurigaan
keganasan meliputi usia tua, karakteristik kelenjar yang keras, terfiksasi,
berlangsung lebih dari 2 minggu dan berlokasi di supraklavikula. Biopsi eksisi
merupakan prosedur terpilih pada kecurigaan keganasan. Insiden
limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada
anak normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati
adalah salah satu masalah klinis pada anak-anak. Pada umumnya
limfadenopati pada anak dapat hilang sendiri apabila disebabkan oleh virus.
(Oehadian, 2013).
Limfadenektomi adalah prosedur pembedahan di mana kelenjar getah
bening diangkat dan sampel jaringan diperiksa di bawah mikroskop untuk
tanda-tanda kanker. Untuk limfadenektomi regional, beberapa kelenjar getah
bening di daerah tumor diangkat; untuk limfadenektomi radikal, sebagian
besar atau semua kelenjar getah bening di daerah tumor diangkat. Disebut juga
diseksi kelenjar getah bening (NCI Dictionary of Cancer Terms, 2015).
Tindakan pembedahan yang dilakukan mengakibatkan timbulnya luka
pada bagian tubuh pasien sehingga menyebabkan rasa nyeri, Keluhan yang
muncul pada pasien post operasi Limfadenektomi yaitu Nyeri akut, Nyeri
adalah respons subjektif terhadap stresor fisik dan psikologis. Semua individu
mengalami nyeri di beberapa tempat selama kehidupan mereka (American

6
7

Academy of Pain Managemen, 2011; Center for Disease Control and


Prevention
Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus
ataupun bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi
mononukeosis dan cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi penting, tetapi
kebanyakan disebabkan infeksi saluran pernapasan bagian atas. Limfadenitis
lokalisata lebih banyak disebakan infeksi Staphilococcus dan Streptococcus
beta-hemolitikus. Dari studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556
kasus limfadenopati yang tidak diketahui penyababnya. Sekitar 10% kasus
diantaranya dirujuk ke subspesialis 3,2% kasus membutuhkan biopsi dan 1,1%
merupakan suatu keganasan. Penderita limfadenopati usia >40 tahun memiliki
risiko keganasan sekitar 4% dibandingkan dengan penderita limfadenopati
usia <40 tahun yang memiliki resiko keganasan hanya sekitar 0,4%. Menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia secara kumulatif jumlah kasus
Limfadenopati 778 kasus.
Limfadenopati biasanya ditandai dengan adanya pembengkakan di
supraklavikula, iliaka atau poplitea. Kunci kecurigaan keganasan meliputi usia
tua, karakteristik kelenjar yang keras, terfiksasi, berlangsung lebih dari 2
minggu dan berlokasi di supraklavikula. Biopsi eksisi merupakan prosedur
terpilih pada kecurigaan keganasan. Insiden limfadenopati belum diketahui
dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada anak normal memiliki KGB
daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah satu masalah klinis
pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat hilang sendiri
apabila disebabkan oleh virus.(Oehadian, 2013).

Pentingnya peran perawat dalam setiap tindakan baik pada masa sebelum,
selama maupun setelah tindakan pembedahan. Perawat perlu melakukan
observasi tingkat nyeri post operasi untuk menentukan skala nyeri. Cara yang
dapat dilakukan perawat dalam membantu meredakan nyeri yaitu dengan cara
pendekatan farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan,
sedangkan secara non-farmakologis melalui relaksasi, distraksi dan mobilisasi
dini. (Sujatmiko, 2014).
8

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuatan laporan


pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada An. A Dengan
Diagnosa Medis Lympadenopathy Colli Dextra dengan Tindakan
Lympadenectomy Colli Dextra di Ruang IBS”

1.2 Rumusuan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan pada An. A Dengan Diagnosa Medis
Lympadenopathy Colli Dextra dengan Tindakan Lympadenectomy Colli
Dextra di Ruang IBS.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu memahami konsep Lympadenopathy Colli Dextra dan
Tindakan Lympadenectomy Colli Dextra dan mempelajari Asuhan
Keperawatan pada pasien yang mengalami Lympadenopathy Colli Dextra
serta memberi pemahaman pada penulis agar dapat belajar dengan lebih
baik lagi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun Tujuan Khusus penulisan Laporan Pendahuluan ini yaitu penulis
mampu :
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep penyakit Lympadenopathy Colli
Dextra
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen asuhan keperawatan pada
pasien Lympadenopathy Colli Dextra
1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa
medis Lympadenopathy Colli Dextra
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada pasien dengan diagnosa
medis Lympadenopathy Colli Dextra
1.3.2.5 Mahasiswa dapat menentukan intervensi pada pasien dengan diagnosa
medis Lympadenopathy Colli Dextra
1.3.2.6 Mahasiswa dapat melakukan implementasi pada pasien dengan diagnosa
medis Lympadenopathy Colli Dextra
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan diagnosa
medis Lympadenopathy Colli Dextra
9

1.3.2.8 Mahasiswa mampu membuat dokumentasi pada pasien dengan diagnosa


medis Lympadenopathy Colli Dextra

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan agar dapat mengetahui
dan memahami konsep Penyakit Lympadenopathy Colli Dextra dan agar
dapat melakukan pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitar agar
tidak mengalami Lympadenopathy Colli Dextra
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Manfaat penulisan bagi klien dan keluarga yaitu agar klien dan keluarga
dapat mengetahui gambaran umum dari Lympadenopathy Colli Dextra
beserta tanda gejala serta perawatan yang benar bagi klien agar penderita
mendapat perawatan yang tepat dalam lingkungannya.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Manfaat penulisan bagi Pendidikan yaitu dapat digunakan sebagai
referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang
konsep Lympadenopathy Colli Dextra dan ilmu tentang asuhan
keperawatan perioperatif dengan Lympadenopathy Colli Dextra.
Manfaat penulisan bagi rumah sakit yaitu agar dapat digunakan sebagai
acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan bagi pasien
khusunya Lympadenopathy Colli Dextra
1.4.4 Untuk IPTEK
Mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahuan di
bidang kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan keluarga pada
pasien dengan Lympadenopathy Colli Dextra.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Lympadenopathy Colli Dextra


2.1.1 Pengertian Penyakit Lympadenopathy Colli Dextra
Limfadenopati merupakan pembesaran Kelenjar Getah Bening (KGB) dengan
ukuran lebih dari 1 cm. Berdasarkan lokasinya limfadenopati terbagi menjadi
limfadenopati generalisata dan limfadenopati lokalisata (Oehadian, 2013).
Limfadenopati adalah abnormalitas ukuran atau karakter kelenjar getah bening.
Terabanya kelenjar getah bening supraklavikula, iliaka atau poplitea dengan ukuran
berapa pun dan terabanya kelenjar epitroklear dengan ukuran lebih besar dari 5 mm
yang merupakan keadaan abnormal (Oehadian, 2013).
Berdasarkan kedua definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa Limfadenopati
merupakan pembesaran kelenjar limfatik atau suatu keadaan dimana KGB mengalami
pembesaran dengan ukuran lebih dari 1 cm dan terabanya kelenjar epitroklear dengan
ukuran lebih besar dari 5 mm yang merupakan keadaan abnormal.
2.1.2 Anatomi Fisiologis
Definisi jaringan limfatik (atau yang sering disebut jaringan limfoid) adalah
jaringan penyambung retikuler yang diinfiltrasi oleh limfosit. Jaringan limfoid ini
terdistribusi luas di seluruh tubuh baik sebagai organ limfoid ataupun sebagai
kumpulan limfosit difus dan padat. Organ limfoid sendiri merupakan massa atau
sekumpulan jaringan limfoid yang dikelilingi oleh kapsul jaringan penyambung atau
dilapisi oleh epitelium. (Wardhani, 2011).
Secara garis besar sistem limfatik tubuh dapat dibagi atas sistem konduksi,
jaringan limfoid dan organ limfoid. Sistem konduksi mentransportasi limfe dan terdiri
atas pembuluh pembuluh tubuler yaitu pembuluh limfe, kelenjar limfe atau nodus
limfe, saluran limfe, jaringan limfoid dan organ limfoid. Hampir semua jaringan
tubuh memiliki pembuluh atau saluran limfe yang mengalirkan cairan dari ruang
interstisial. (Pearce, 2016).
2.1.2.1 Pembuluh limfe
Semakin ke dalam ukuran pembuluh limfe makin besar dan berlokasi dekat
dengan vena. Seperti vena, pembuluh limfe memiliki katup yang mencegah terjadinya
aliran balik. Protein yang dipindahkan dari ruang interstisial tidak dapat direabsorbsi

10
11

dengan cara lain. Protein dapat memasuki kapiler limfe tanpa hambatan karena
struktur
12

khusus pada kapiler limfe tersebut, di mana pada ujung kapiler hanya tersusun atas
selapis sel-sel endotel dengan susunan pola saling bertumpang sedemikian rupa
seperti atap sehingga tepi yang menutup tersebut bebas membuka ke dalam
membentuk katup kecil yang membuka ke dalam kapiler. Otot polos di dinding
pembuluh limfe menyebabkan kontraksi beraturan guna membantu pengaliran limfe
menuju ke duktus torasikus.
2.1.2.2 Kelenjar limfe atau nodus limfe
Kelenjar limfe atau nodus limfe berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang
dan terdapat di sempanjang pemnuluh limfe. Kerjanya sebagai penyaring dan
dijumpai di tempat-tempat terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok utama
terdapat di dalam leher, aksila, toraks, abdomen dan lipat paha.
2.1.2.3 Saluran limfe
Struktur pembuluh limfe serupa vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak katup
sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian merjan. Pembuluh limfe yang
terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari pada kapiler darah dan terdiri atas selapis
endothelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil
atau sebagai rongga – rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ. Sejenis
pembuluh limfe khusus disebut lakteal (kilus) dijumpai dalam vili usus kecil.
Terdapat dua batang saluran limfe yang utama yaitu ductus torasikus dan batang
saluran kanan. (Pearce, 2016):
Duktus toraksikus bermula sebagai reseptakulum kili atau sisternakili di depan
vertebra lumbalis. Kemudian berjalan ke atas melalui abdomen dan torak
menyimpang ke sebelah kiri kolumna vertebralis, kemudian bersatu dengan vena –
vena besar di sebelah bawah kiri leher dan menuangkan isinya ke dalam vena – vena
itu.
Ductus toraksikus mengumpulkan limfe dari semua bagian tubuh, kecuali dari
bagian yang menyalurkan limfenya ke ductus limfe kanan (batang saluran kanan).
Ductus limfe kanan ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe dari
sebelah kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada sebelah kanan dan
menuangkan isinya ke dalam vena yang berada di sebelah bawah kanan leher. Pada
waktu infeksi, pembuluh limfe dan kelenjar dapat meradang. Pembengkakan kelenjar
yang sakit tampak ketiak atau lipat paha jika sebuah jari tangan atau jari kaki terkena
infeksi.
13

2.1.2.4 Jaringan limfoid

Jaringan limfoid terdiri atas nodus dan nodulus limfoid yang mempunyai
ukuran dan lokasi bervariasi. Ukuran nodus biasanya lebih besar, panjangnya berkisar
10 - 20 mm dan mempunyai kapsul; sedangkan nodulus panjangnya antara
sepersekian milimeter sampai beberapa milimeter dan tidak mempunyai kapsul.
Dalam tubuh manusia terdapat ratusan nodus limfoid ini (kelenjar limfe atau kelenjar
getah bening) yang tersebar dengan ukuran antara sebesar kepala peniti hingga biji
kacang. Meskipun ukuran kelenjar-kelenjar ini dapat membesar atau mengecil
sepanjang umur manusia, tiap kelenjar yang rusak atau hancur tidak akan
beregenerasi. Jaringan limfoid berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh yang
bertugas untuk menyerang infeksi dan menyaring cairan limfe (atau cairan getah
bening).

2.1.2.5 Organ limfoid

Gambar 2.1 Potongan melintang organ limfoid


(Pearce, 2016)
Menurut tahapan perkembangan dan maturasi limfosit yang terlibat di
dalamnya, organ limfoid terbagi atas :
a. Organ limfoid primer atau sentral,
yaitu kelenjar timus dan bursa fabricius atau sejenisnya seperti sumsum tulang.
Membantu menghasilkan limfosit virgin dari immature progenitor cells yang
diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan proliferasi sel T dan sel B sehingga
menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen.
b. Organ limfoid sekunder atau perifer,
14

yang mempunyai fungsi untuk menciptakan lingkungan yang memfokuskan


limfosit untuk mengenali antigen, menangkap dan mengumpulkan antigen dengan
efektif, proliferasi dan diferensiasi limfosit yang disensitisas. Oleh antigen spesifik
serta merupakan tempat utama produksi antibodi. Organ limfoid sekunder yang
utama adalah sistem imun kulit atau skin associated lymphoid tissue (SALT),
mucosal associated lymphoid tissue (MALT), gut associated lymphoid tissue
(GALT), kelenjar limfe, dan klien. Seluruh organ limfoid memiliki pembuluh
limfe eferen tetapi hanya nodus limfatikus yang memiliki pembuluh limfe aferen.
Nodul limfoid dikelilingi oleh kapsul fibrosa di mana terdapat proyeksi jaringan
penyambung dari kapsul ke dalam nodus limfoid menembus korteks dan
bercabang hingga ke medula yang disebut trabekula yang memisahkan korteks
nodus limfoid menjadi kompartemen-kompartemen yang inkomplit yang disebut
folikel limfoid. Nodulus limfoid tersusun atas massa padat dari limfosit dan
makrofag yang dipisah oleh ruang-ruang yang disebut sinus limfoid. Di bagian
tengah terdapat massa ireguler medula.Pembuluh eferen meninggalkan nodus dari
regio yang disebut hilum.
2.1.2.6 Fisiologi Sistem Limfatik
Sistem limfatik merupakan suatu jalan tambahan tempat cairan dapat megalir dari
ruang interstitial ke dalam darah sebagai transudat di mana selanjutnya ia berperan
dalam respon imun tubuh. Secara umum sistem limfatik memiliki tiga fungsi yaitu
:
a. Mempertahankan konsentrasi protein yang rendah dalam cairan interstitial
sehingga protein-protein darah yang difiltrasi oleh kapiler akan tertahan dalam
jaringan, memperbesar volume cairan dan meninggikan tekanan cairan
interstitial. Peningkatan tekanan menyebabkan pompa limfe memompa cairan
interstitial masuk kapiler limfe membawa protein berlebih yang terkumpul
tersebut. Jika sisrtem ini tidak berfungsi maka dinamika pertukaran cairan
pada kapiler akan menjadi abnormal dalam beberapa jam hingga
menyebabkan kematian.
b. Absorbsi asam lemak, transport lemak dan kilus (chyle) ke sistem sirkulasi.
c. Memproduksi sel-sel imun (seperti limfosit, monosit dan sel-sel penghasil
antibodi yang disebut sel plasma). Nodus limfoid mempersiapkan lingkungan
tempat limfosit akan menerima paparan pertamanya terhadap antigen asing
15

(virus, bakteri, jamur) yang akan mengaktivasi limfosit untuk melaksanakan


fungsi imunitas. (Wardhani, 2011).

2.1.3 Etiologi
Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan- keadaan
tersebut dapat diingat dengan memonik MIAMI : malignancies (keganasan),
infections (infeksi), autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous and
unusual conditions (lain – lain dan kondisi tak lazim) dan iatrogenic causes (sebab –
sebab iatrogenic). Faktor yang mempengaruhi munculnya limfadenopati adalah gaya
hidup yang tidak sehat merupakan salah satu faktor pendukung kanker, misalnya
diet, merokok, alkohol. Kelainan kongenital Kelainan kongenital adalah kelainan
yang dibawa sejak lahir, benjolannya dapat berupa benjolan yang timbul sejak lahir
atau timbul pada usia kanak-kanak bahkan terkadang muncul setelah usia dewasa.
Pada kelainan ini benjolan yang paling sering terletak di leher samping bagian kiri
atau kanan di sebelah atas , dan juga di tengah-tengah di bawah dagu. Ukuran
benjolan bisa kecil beberapa cm tetapi bisa juga besar seperti bola tenis Usia dan
jenis kelamin.

2.1.4 Klasifikasi

2.1.4.1 Limfadenopati daerah kepala dan leher Kelenjar getah bening servikal teraba
pada sebagian besar anak, tetapi ditemukan juga pada 56% orang dewasa.
Penyebab utama limfadenopati servikal adalah infeksi pada anak, umumnya
berupa infeksi virus akut yang swasirna. Pada infeksi mikobakterium atipikal,
cat-scratch disease, toksoplasmosis, limfadenitis Kikuchi, sarkoidosis, dan
penyakit Kawasaki, limfadenopati dapat berlangsung selama beberapa bulan.
Limfadenopati supraklavikula kemungkinan besar (54%- 85%) disebabkan
oleh keganasan. Kelenjar getah bening servikal yang mengalami inflamasi
dalam beberapa hari, kemudian berfluktuasi (terutama pada anak-anak) khas
untuk limfadenopati akibat infeksi stafilokokus dan streptokokus. Kelenjar
getah bening servikal yang berfluktuasi dalam beberapa minggu sampa
beberapa bulan tanpa tanda-tanda inflamasi atau nyeri yang signifi kan
merupakan petunjuk infeksi mikobakterium, mikobakterium atipikal atau
Bartonella henselae (penyebab cat scratch disease). Kelenjar getah bening
16

servikal yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan perokok
menunjukkan metastasis keganasan kepala dan leher (orofaring, nasofaring,
laring, tiroid, dan esofagus). Limfadenopati servikal merupakan manifestasi
limfadenitis tuberkulosa yang paling sering (63-77% kasus), disebut skrofula.
Kelainan ini dapat juga disebabkan oleh mikobakterium nontuberkulosa.

2.1.4.2 Limfadenopati epitroklear Terabanya kelenjar getah bening epitroklear selalu


patologis. Penyebab nya meliputi infeksi di lengan bawah atau tangan,
limfoma, sarkoidosis, tularemia, dan sifilis sekunder.

2.1.4.3 Limfadenopati aksila Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh


infeksi atau jejas pada ekstremitas atas. Adenokarsinoma payudara sering
bermetastasis ke kelenjar getah bening aksila anterior dan sentral yang dapat
teraba sebelum ditemukannya tumor primer. Limfoma jarang bermanifestasi
sejak awal atau, kalaupun bermanifestasi, hanya di kelenjar getah bening
aksila. Limfadenopati antekubital atau epitroklear dapat disebabkan oleh
limfoma atau melanoma di ekstremitas, yang bermetastasis ke kelenjar getah
bening ipsilateral.

2.1.4.4 Limfadenopati supraklavikula Limfadenopati supraklavikula mempunyai


keterkaitan erat dengan keganasan. Pada penelitian, keganasan ditemukan pada
34% dan 50% penderita. Risiko paling tinggi ditemukan pada penderita di atas
usia 40 tahun. Limfadenopati supraklavikula kanan berhubungan dengan
keganasan di mediastinum, paru, atau esofagus. Limfadenopati supraklavikula
kiri (nodus Virchow) berhubungan dengan keganasan abdominal (lambung,
kandung empedu, pankreas, testis, ovarium, prostat).

2.1.4.5 Limfadenopati inguinal Limfadenopati inguinal sering ditemukan dengan


ukuran 1-2 cm pada orang normal, terutama yang bekerja tanpa alas kaki.
Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi merupakan penyebab tersering
limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal jarang disebabkan oleh
keganasan. Karsinoma sel skuamosa pada penis dan vulva, limfoma, serta
melanoma dapat disertai limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal
ditemukan pada 58%penderita karsinoma penis atau uretra.

2.1.4.6 Limfadenopati generalisata Limfa denopati generalisata lebih sering


disebabkan oleh infeksi serius, penyakit autoimun, dan keganasan,
17

dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata. Penyebab jinak pada anak


adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata dapat disebabkan oleh
leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker padat stadium lanjut.
Limfadenopati generalisata pada penderita luluh imun (immunocompromised)
dan AIDS dapat terjadi karena tahap awal infeksi HIV, tuberkulosis,
kriptokokosis, sitomegalovirus, toksoplasmosis, dan sarkoma Kaposi. Sarkoma
Kaposi dapat bermanifestasi sebagai limfadenopati generalisata sebelum
timbulnya lesi kulit.

2.1.5 Patofisiologi

Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular
darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe
jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya
bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan
yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam
perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak
meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian memungkinkan
lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun
juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah, tetapi
kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama.
Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan
karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan
mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan
cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer ketempat
yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya agen-agen yang dapat menular dan
menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar
limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe yang beregerak menuju dalam tubuh.
(Pearce, 2016).
18

WOC Limfadenopati
Abnormalitas genetik
Faktor
lingkungan,faktor virus
Perdarahan Perembesan darah Pembesaran Kelenjar
subaraknoid ke ruang Getah Bening
subarakhnoid

Psikososial

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Peradangan Penurunan suplai


PaO2 menurun MK : tidak ada Tidak ada masalah O2 ke jaringan
masalah
Terjadinya kenaikan Parilisis faringeal
aliran limfe pada daerah Peningkatan
PcO2 meningkat peradangan metabolism
Ancaman anaerob
Informasi Kesulitan menelan
Pembuluh vena yang integritas
terbatas Produksi asam
Sesak napas terkecil meregang biologi
laktat
Banyak cairan interstitial Nafsu makan menurun
Peningkatan Mk : Defisit Kelemahan fisik
masuk ke pembuluh pengetahuan
produksi secret limfe
MK : resiko defisit
pembekakan nutrisi
Mk : Ansietas
Dilakukan tindakan
MK : bersihan jalan invasif
nafas tidak efektif
MK : intoleransi
MK : Resiko Infeksi aktivitas
MK : Pola nafas Mk : Nyeri Akut
tidak efektif
19

WOC Pre- Intra-Post Opera

Tindakan

Non Bedah Bedah

1. Laboratorium
2. Ultrasonography (USG) Limfadenektomi regional Limfadenektomi radikal
3. CT Scan

Pre Operatif Intra operatif Post Operatif

Agen pencidera Adanya rencana Tindakan pembedahan Efek post anastesi


fisiologis tindakan operasi Tindakan
(Inflamasi) pembedahan
Tindakan insisi pada area Kerusakan Jaringan
Prosedur pembedahan operasi Paparan
Merangsang ujung lingkungan
saraf tepi dingin Nyeri akut
Terputusnya kontinuitas
Kurang pengetahuan vaskule
Muncul persepsi Risiko
nyeri Hipotermia
Risiko Perdarahan
Ansietas
Nyeri Akut
20

2.1.6 Manifestasi Klinis

Limfadenopati menimbulkan gejala berupa pembengkakan atau pembesaran kelenjar


getah bening. Pembengkakan tersebut dapat diketahui dengan munculnya benjolan di
bawah kulit, yang bisa terasa nyeri atau pun tidak. Selain benjolan, penderita
limfadenopati juga dapat merasakan gejala lain. Gejala lain yang muncul dapat berbeda-
beda, tergantung penyebab, lokasi pembengkakan kelenjar getah bening, dan kondisi
pasien. Di antaranya adalah:

2.1.6.1 Lemas

2.1.6.2 Demam

2.1.6.3 Berkeringat ketika malam

2.1.6.4 Berat badan turun

2.1.6.5 Pegal dan Nyeri sendi

2.1.6.6 Sakit Kepala

2.1.6.7 Mudah Lelah

2.1.6.8 Batuk atau Sesak

2.1.6.9 Ruam Kulit

2.1.7 Komplikasi

Limfadenopati dapat menimbulkan komplikasi yang serius jika limfadenopati terdapat


pada mediastinal, hal ini dapat menyebabkan vena cava superior syndrome dengan
obstruksi dari aliran darah, bronchi atau obstruksi trachea. Bila limfadenopati pada
abdominal (perut) dapat menyebabkan konstipasi dan obstruksi intestinal yang dapat
mengancam kesehatan. Limfadenopati yang disebabkan oleh keganasan dapat
mengganggu metabolism tubuh yang menyebabkan nephropathy, hyperkalemia,
hypocalcemia dan gagal ginjal. (Oktarizal, 2019)

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang diantaranya yaitu :

Laboratorium
21

2.1.8.1 Pemeriksaan Darah Lengkap Pemeriksaan darah lengkap untuk melihat


kemungkinan infeksi atau keganasan darah. Laju Endap Darah, dilakukan
untuk melihat adanya tanda inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan
jaringan (nekrosis),penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi.

2.1.8.2 Kultur Darah Kultur darah dilakukan untuk melihat adanya penyebab infeksi
dengan bakteri yang spesifik.

2.1.8.3 Ultrasonography (USG) USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai
untuk mendiagnosis limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk
mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis
intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi. USG dapat dikombinasi dengan biopsi
aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih
memuaskan, dengan nilaisensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.

2.1.8.4 CT Scan CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan


diameter 5mm atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi
limfadenopati supraklavikula pada penderita nonsmall cell lung cancer
menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan
pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.

2.2 Konsep Limfadenektomi

2.2.1 Pengertian Limfadenektomi

Limfadenektomi adalah prosedur pembedahan dimana kelenjar getah being


diangkat dan sampel jaringan diperiksa dibawah mikroskop untuk tanda-tana apakah
adanya kanker. (NCI Dictionary of Cancer Terms). Limfadenektomi adalah
pengangkatan semua jaringan lemak limfatik dari daerah yang diperkirakan akan
meningkatkan insiden metastasis nodul. Tapi pengangkatan kelenjar getah bening yang
lebih banyak akan meningkatkan resiko komplikasi pasca-operasi. (Bruner & Suddarth
2013).

Limfadenektomi adalah suatu tindakan pembedahan atau surgical staging untuk


mengangkat kelenjar getah bening. Ada dau jenis tindakan limfadenektomi, yaitu
Limfadenektomi selektif (sampling lymphadenectomy/selective lymphadenectomy)
yaitu tindakan yang hanya mengangkat kelenjar getah bening yang membesar saja dan
22

Limfadenektomi sistematis (systematic lymphadenectomy) yaitu mengangkat semua


kelenjar getah bening pelvis dan para-aorta (Bruner & Suddarth 2013)

2.2.2 Macam-Macam Limfadenektomi

Menurut NCI Dictionary of Cancer Terms limfadenektomi dibagi menjadi dua yaitu :

1) Limfadenektomi regional yaitu beberapa kelenjar getah bening di daerah di daerah


tumor diangkat.

2) Limfadenektomi radikal yaitu sebagian besar atau semua kelenjar getah bening di
daerah tumor diangkat.

2.2.3 Indikasi

Limfadenektomi biasanya dilakukan karena banyak jenis kanker memiliki


kecenderungan yang nyata untuk menghasilkan metastasis kelenjar getah bening.
Terutama berlaku untuk melanoma, kanker kepala dan leher, kanker tiroid, kanker
payudara, kanker paru-paru kanker lambung dan kanker kolorektal. (Bruner & Suddarth
2013).
23

2.2.4 Dampak
2.2.4.1 Sistem pernafasan Terjadi perubahan dan frekuensi pernapasan menjadi lebih cepat
akibat nyeri, penurunan ekspansi paru
2.2.4.2 Sistem kardiovaskuler Post operasi dapat terjadi kenaikan tekanan darah,
peningkatan frekuensi nadi, anemis, dan pucat jika klien mengalami syok (Bruner
& Suddarth 2013).
2.2.4.3 Sistem pencernaan Post operasi dapat menyebabkan lemas karena dipuasakan
(Bruner & Suddarth 2013).
2.2.4.4 Sistem perkemihan Jumlah output urine mungkin sedikit karena kehilangan cairan
tubuh saat operasi atau karena adanya muntah.
2.2.4.5 Sistem muskuloskeletal Post operasi terjadi keterbatasan pergerakan dan
immobilisasi akibat nyeri yang dirasakan oleh klien (Bruner & Suddarth 2013).
2.2.4.6 Sistem integument Post operasi terdapat luka insisi jika dilakukan limfadenektomi
(Bruner & Suddarth 2013).
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengumpulan data dapat dilakukan
dengan menggunakan tiga metode, yaitu wawancara, observasi, dan pemeriksaan
fisik (Bolat & Teke, 2020). Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan,
Data yang dikumpulkan meliputi (Lestari et al., 2019) :
2.3.1.1 Identitas
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua
data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2) Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2.3.1.2 Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
24

Menjelaskan mengenai keluhan utama yang pertama kali klien rasakan seperti nyeri
tekan, demam, kelelahan atau berkeringat malam hari. Dituliskan juga penanganan
yang pernah dilakukan dan penanganan pertama yang diberikan saat masuk rumah
sakit.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji secara umum perjalanan penyakitnya sampai dengan muncul keluhan seperti
nyeri dapat dikaji dengan PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama
keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri atau gatal dirasakan
oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi
yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan
Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.
3) Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat
sebelumnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit yang sama
seperti pasie.
2.3.1.3 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan limfadenopati dapat dilakukan secara persistem
berdasarkan hasil observasi keadaan umum, pemeriksaan persistem meliputi : Sistem
Pernafasan, Sistem Kardiovaskular, Sistem Persyarafan, Sistem Urinaria, Sistem
Pencernaan, Sistem Muskuloskeletal, Sistem Integumen, Sistem Endokrin, Sistem
Limfatik, Sistem Pendengaran, Sistem Pengelihatan dan Pengkajian Sistem
Psikososial. Biasanya pemeriksaan berfokus menyeluruh pada sistem Limfatik.
(Suradhipa & Ariawati, 2019).
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien limfadenopati biasanya didapatkan
kesadaran yang baik atau compos mentis. Tanda-tanda vital normal. (Suradhipa &
Ariawati, 2019).
2) Tanda- tanda Vital
Nadi dan Tekanan darah biasanya menurun normal. Biasanya didapatkan respirasi
klien dyspnea/sesak. Suhu meningkat karena adanya demam. (Suradhipa &
Ariawati, 2019).
3) Pola aktivitas sehari-hari
25

a) Pola Nutrisi
Hal yang perlu dikaji dalam nutrisi antara lain : jenis makanan dan minuman,
porsi yang dihabiskan, keluhan mual dan muntah, lokasi nyeri, nafsu makan.
perawat juga harus memperhatikan adanya perubahan pola makan sebelum
dan saat sakit, penurunan turgor kulit, berkeringat, dan penurunan berat badan.
b) Pola eliminasi
Pada klien dengan limfadenopati biasanya cenderung mengalami peningkatan
reabsorbsi natrium di tubulus distal sehingga terjadi retensi urine.
c) Pola istirahat
Pada klien dengan limfadenopati cenderung mengalami penurunan kualitas
tidur dikarenakan adanya gejala konstitusional seperti berkeringat malam hari.
d) Personal hygine
Kebersihan pada klien dengan limfadenopati biasanya masih terjaga
kebersihannya terkecuali jika sudah mengalami keganasan atau infeksi yang
non spesifik seperti tuberculosis, limfoma dan penyakit vascular kolagen.
e) Aktivitas
Pada klien dengan limfadenopati biasanya tidak terbatas.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan

2.3.2.1 Diagnosa keperawatan Pre operatif

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada fase pre operasi menurut SDKI
(2018) adalah sebagai berikut:
1. Ansietas berhubungan dengan Krisis Situasional (D.0080.hal 180)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (D.0077. Hal:172).
2.3.2.2 Diagnosa Intra Operasi
Diagnosa keperawatan pada fase intra operasi yang sering muncul menurut SDKI
(2018) adalah sebagai berikut :
1. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan (D.0012.hal 42)
2. Risiko hipotermi berhubungan dengan suhu lingkungan rendah (D.0140. hal
302)
2.3.2.3 Diagnosa Post Operasi
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada fase post operasi menurut SDKI
(2018) adalah sebagai berikut :
26

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik (prosedur operasi) (D.
0077. Hal:172)
27

2.3.3 Intervensi Keperawatan


INTERVENSI PRE OPERASI
Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
1. Ansietas berhubungan dengan Tujuan : Reduksi Ansietas (I.09314. Hal 387)
krisis situasional Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
1x30 menit diharapkan tingkat ansietas 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
menurun (misalnya kondisi, waktu stressor)
2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Kriteria hasil : 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal maupun
1. Perilaku tegang menurun (5) non verbal)
2. Perilaku gelisah menurun (5)
3. Verbalisasi kebingungan menurun Terapeutik
(5) 4. Ciptakan suasana terapeutik untuk
4. Verbalisasi khawatir akibat kondisi menumbuhan kepercayaan
yang dihadapi menurun (5) 5. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
5. Diaforesis menurun (5) jika memungkinkan
6. Tremor menurun (5) 6. Pahami situasi yang membuat ansietas
7. Pucat menurun (5) 7. Dengarkan dengan penuh perhatian
8. Konsentrasi membaik (5) 8. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
9. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
10. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
11. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
Edukasi
12. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
13. Anjurkan keluarga tetap bersama pasien, jika
28

perlu
14. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
15. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
16. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
17. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri
yang tepat
18. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
perlu

2. Nyeri akut berhubungan Tujuan : Manajemen Nyeri (I.08238. Hal.201)


dengan agen pencedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
fisiologis 1x30 menit diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durrasi,
menurun frekuensi, kualitas, insensitas nyeri
2. Identifikasi sekala nyeri
Kriteria hasil : 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
1. Frekuensi nadi membaik (5) memperingan nyeri
2. Pola nafas membaik (5)
3. Keluhan nyeri menurun (5) Terapeutik
4. Meringis menurun (5) 4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
5. Gelisah menurun (5) mengirangi rasa nyeri ( mis. TENS,
6. Kesulitan tidur menurun (5) hipnosis,akupresur, trapi musik, biofeedback,
trapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
29

6. Pasilitasi istirahat dan tidur


7. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi
8. Jelasksan penyebab, periode,dan pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
10. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
11. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
12. Ajarkan tekniknonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
30

INTERVENSI INTRA OPERASI


Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
1. Risiko perdarahan Tujuan : Pencegahan Perdarahan (I.02067. Hal 283)
berhubungan dengan tindakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x1 Observasi
pembedahan jam diharapkan kehilangan darah internal 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
maupun eksternal menurun 2. Monitor nilai hematokrit/hemogloblin sebelum dan
setelah kehilangan darah
3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
Kriteria hasil : 4. Monitor output dan input cairan selama
1. Kelembapan membran mukosa meningkat pembedahan
(5)
2. Hemoglobin membaik (5) Terapeutik
3. Hematokrit membaik (5) 5. Posisikan pasien sesuai dengan indikasi
4. Tekanan darah membaik (5) pembedahan
5. Suhu tubuh membaik (5) 6. Lindungi sekitar kulit dan anatomi yang sesuai
6. Denyut nadi apikal membaik (5) menggunakan kasa
7. Perdarahan pasca operasi menurun (5) 7. Pastikan keamanan alat–alat yang digunakan
selama prosedur operasi

Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan,
jika perlu
9. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
10. Anjurkan pemberian pelunak tinja, jika perlu

2 Risiko hipotermi berhubungan Tujuan : Manajemen Hipotermia SIKI (I.14507. hal 183)
dengan suhu lingkungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x1 Observasi :
rendah diharapkan termogulasi membaik 1. Monitor suhu tubuh
2. Identifikasi penyebab hipotermia (mis,terpapar suhu
Kriteria Hasil : lingkungan rendah, pakaian tipis,kerusakan
1. Mengigil menurun (5) hipotalamus,penurunan laju metabolisme,kekurangan
31

2. Kulit merah menurun (5) lemak subkutan)


3. Kejang menurun (5) 3. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
4. Pucat menurun (5) Terapeutik :
5. Suhu tubuh membaik (5) 4. Sediakan lingkungan yang hangat
6. Suhu kulit membaik (5) 5. Ganti pakaian dan atau linen yang basah
6. Lakukan penghangatan pasif (mis, atur suhu ruangan,
incubator)
7. Lakukan penghangatan pasif (mis. Kompres
hangat,botol hangat,selimut hangat,perawatan metode
kangguru)
8. Lakukan penghangatan aktif internal
Edukasi :
9. Anjurkan makan/minum hangat
32

INTERVENSI POST OPERASI


Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut berhubungan Tujuan : Manajemen nyeri (I.08238. Hal.201)
dengan agen pencidera fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x1 Observasi
(prosedur operasi) jam diharapkan tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durrasi, frekuensi,
kualitas, insensitas nyeri
Kriteria hasil : 2. Identifikasi sekala nyeri
1. Frekuensi nadi membaik (5) 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
2. Pola nafas membaik (5) memperingan nyeri
3. Keluhan nyeri menurun (5)
4. Meringis menurun (5) Terapeutik
5. Gelisah menurun (5) 4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengirangi
6. Kesulitan tidur menurun (5) rasa nyeri ( mis. TENS, hipnosis,akupresur, trapi
musik, biofeedback, trapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
( mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan )
6. Pasilitasi istirahat dan tidur
7. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi
8. Jelasksan penyebab, periode,dan pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
10. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
11. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
12. Ajarkan tekniknonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi
33

13. Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu


34

2.2.1 Implementasi Keperawatan

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk


mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi di mulai setelah rencana tindakan
di susun dan di tujukan pada rencana strategi untuk membantu mencapai tujuan yang
di harapkan. Oleh sebab itu, rencana tindakan yang spesifik di laksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan. Tujuan dari
implementasi adalah membantu dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping (Harahap, 2019).

2.2.2 Evaluasi Keperawatan

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan


terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan
(Harahap, 2019).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Sarpika Yena Amalia


NIM : 2018.C.10a.0985
Ruang Praktek : OK/Perioperatif
Tanggal Praktek : 04-06 November 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 04 November 2021, Jam 08:30

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 10 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : belum bekerja
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat : Jl. Bukit pararawen
Tgl MRS : 03 November 2021
Diagnosa Medis : Lympadenopathy Colli Dextra
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama /Alasan di Operasi :
Pasien mengatakan takut untuk dilakukan tindakan operasi .
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluarga pasien membawa pasien ke Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus pada hari rabu
tanggal 03 november 2021 pukul 08.30 pagi dengan keluhan terdapat benjolan pada
leher sebelah kanan berdiameter 4 cm terasa nyeri pada saat ditekan. Setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil pembekakan kelenjar getah bening dan di
diagnosa lymphadenopathy colli dextra pasien dianjurkan rawat inap kemudian di
rencanakan untuk dilakukan tindakan Lympadenectomy Colli Dextra. Terpasang infus
set RL 20 tpm, diberikan terapi, injeksi intravena ketorolac 1x10 mg.

3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Pasien mengatakan belum pernah ada riwayat operasi sebelumnya ataupun dirawat di
rumah sakit sebelumnya
36

3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak punya riwayat penyakit keturunan dan tidak memiliki riwayat
penyakit menular.
GENOGRAM KELUARGA :

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan
: Garis hubungan tinggal bersama
: Garis keluarga
: Pasien

3.1.3 Pemerikasaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum :
Pasien tampak lemah, tampak cemas skala (3), bingung, takut, tampak meringis,
GCS :15 E:4:V5:M6 kesadaran compos menthis,posisi berbaring supinasi, terpasang
infus RL 20 tpm, terpasang kateter.
37

3.1.3.2 Tanda-tanda Vital :


Suhu/T : 36,20C  Axilla  Rektal  Oral
Nadi/HR : 98x/mt
Pernapasan/RR : 20x/tm
Tekanan Darah/BP : 100/80 mmHg
3.1.4 Pre Operatif
Serah terima An. A umur 10 tahun operasi dari ruangan flamboyan ke ruangan OK/IBS
pukul 08.30 pagi tanggal 04 November 2021. Dengan dignosa lymphadenopathy colli
dextra dengan tindakan lympadenektomi colli dextra,terpasang infus RL 20 tpm,
terpasang kateter urine, diberikan, injeksi intravena ketorolac 10 mg.
Hasil pemeriksaan : Pasien tampak takut sambil menangis karena takut untuk dilakukan
tindakan operasi dan nyeri pada bagian leher kanan atas sejak 2 hari yang lalu,.
Keluhan Lainnya : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Ansietas
38

3.1.5 Inta Operatif


Pasien dibawa ke ruang operasi jam 09.30 wib.Posisi pasien saat dioperasi adalah
supinasi, pasien dilakukan general anastesi kesadaran sopor, jenis operasi yang
dilakukan adalah pembedahan mayor, operasi yang dilakukan adalah Lympadenectomy
Colli Dextra, area/bagian tubuh yang dibedah : leher sebelah kanan. Pembedahan
berlangsung selama 1 jam, pasien terpasang infus RL 20 tpm, pasien mengalami
perdarahan 20cc tersedia 1 kantong darah ,terpasang kateter urin. diberikan terapi
general anastesi: inj.Midazolam 2 mg, Inj. Femtanil 3 mcg,, terapi injeksi kalnex 1x10
mg,inj.ondansentron 2 mg
Tanda-tanda vital, tekanan darah: 100/90mmHg, Nadi : 98x/menit, RR :
20x/menit,Suhu: 36,2 ℃
Keluhan Lainnya : -
Masalah Keperawatan : Risiko Perdarahan
3.1.6 Post Operatif
Pasien dipindahkan ke ruang Observasi Recovery Room pukul 10.30 WIB, Keadaan
umum : pasien terpasang infus RL 20 tpm, kesadaran sopor.
GCS:15, diberikan terapi, injeksi intravena ketorolac 1x10 mg/8 jam,.

Tanda-tanda vital, tekanan darah : 100/90 mmHg, Nadi : 70x/menit, RR : 22x/menit,


Suhu: 36,5 ℃

Observasi Recovery Room

- Airway

Jalan nafas paten tidak obstruksi jalan nafas

- Breathing

Gerakan dinding dada simetris, irama nafas teratur, pola nafas teratur, suara
nafas vesikuler, Saturasi O2 98 %, RR : 22x/menit.
- Circulation

Td : 100/90 mmHg, N : 70x/menit, nadi teraba, irama regular, sianosis (-), CRT
< 2 detik, terpasang infus RL 20 tpm
- Dissability

- GCS : E2 V2 M2 (Sopor)
39

- Exposure

- Suhu : 36,50C

- Serah terima pasien post operasi dari RR (IBS) ke ruangan perawatan


flamboyan pukul 10.30 WIB
Keluhan Lainnya : pasien mengatakan masih merasakan nyeri di bagian leher
kanannya pasien tampak menangis, terdapat luka post op leher kanan,terpasang
drain.
Masalah Keperawatan : Nyeri akut
3.1.7 Data Penunjang (Radiologis, Laboraturium, Penunjang Lainnya)
3.1.7.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 03 November 2021
Tabel 2.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 03 November 2021
Jenis Pemeriksaan Hasil
1. WBC 14.010 /μL
2. Hemoglobin 16.3 g/dL
3. AL 10,6 %
4. Na+ 146 mmol/L
5. AT 214
6. APTT 28,5 detik
7. K 3,5 mmol/L
8. HMT 48 %
9. GDS 75 mg/dl
10. CI 94 mmol/L
11. Hasil Swab Negatif

3.2 Penatalaksanaan Medis (Preoperatif, Intraoperatif, Post Operatif)


Nama obat Rute Dosis Indikasi Kontraindikasi
Preoperatif
Alprazolam Oral 1x1mg Untuk mengatasi - Tidak digunankan
gangguan kecemasan dan pada pasien dengan
gangguan panik penyakit pulmonal
- Pasien dengan
riwayat
hipersensitivitas
terhadap obat ini
If. Ringer IV 500ml Untuk penderita - Tidak terdapat
Laktat 20 tpm dehidrasi yang kontraindikasi
mengalami gangguan absolut terhadap
elektrolit di dalam tubuh penggunaan ringer
laktat. Namun,
penggunaannya
bersamaan dengan
ceftriaxone
40

dilaporkan dapat
menimbulkan
presipitasi pada
aliran darah,
sehingga tidak
disarankan.
Ij. Ketorolac IV 2 mg/jam untuk mengatasi rasa - Tepat sebelum atau
sakit atau nyeri sedang setelah operasi
hingga berat serta bypass jantung
peradangan. (coronary artery
bypass graft atau
CABG)
- Sakit maag aktif
atau baru-baru ini
- Luka pada dinding
lambung (tukak
lambung)
- Perdarahan di
saluran cerna,
seperti lambung
atau perdarahan
usus
- Cedera kepala
tertutup atau
pendarahan di otak
- Perdarahan dari
operasi baru-baru
ini
- Penyakit ginjal
parah atau dehidrasi
- Riwayat asma atau
reaksi alergi yang
parah setelah
minum aspirin atau
NSAID
- Usia akhir
kehamilan atau
sedang menyusui
bayi

Intraoperatif
Kalnex IV 1x10mg Untuk menghentikan - Pasien yang
perdarahan yang terjadi menerima teraoi
pada tubuh thrombin
- Pasien dengan
riwayat
hipersensitivitas
terhadap obat
41

Inj. Midazolam 4 mg Midazolam diindikasikan pada pemberian


untuk induksi anestesi midazolam terutama
umum, agen sedasi pada pasien yang
preoperasi, premedikasi memiliki
sebelum prosedur hipersensitivitas
tindakan medis (intubasi, terhadap midazolam
bronkoskopi, angiografi serta pasien dengan
jantung), dan sedasi glaukoma sudut sempit
pasien dalam perawatan akut. Midazolam
kritikal. memiliki blackbox
warning pemberian
midazolam dapat
menyebabkan depresi
pernapasan dan henti
jantung, serta
pemberian injeksi rapid
midazolam pada infant
dapat menyebabkan
hipotensi dan kejang.
Inj. Fentanil - 3 mcg Sebagai agen anestesi Kontraindikasi dan
untuk pasien yang akan peringatan terhadap
menjalani operasi, serta pemberian opioid
untuk manajemen nyeri terutama pada pasien
yang tidak toleran
terhadap opioid serta
pasien dengan riwayat
hipersensitivitas
terhadap fentanil.
Peringatan untuk
pemberian fentanil
diperhatikan karena
dapat menyebabkan
adiksi, dan
penyalahgunaan dari
obat tersebut.
Inj.Ceftriaxon IV 5 mg Untuk mengatasi Tidak diberikan pada
berbagai infeksi pasien dengan riwayat
bakteriyang terjadi pada alergi terhadap
tubuh ceftriaxone
Inj.ondansentr IV 2 mg Untuk mencegah serta Tidak diberikan pada
on mengobati mual dan pasien dengan riwayat
muntah alergi terutama terhadap
ondansentron
Post Operatif
Ij. Ketorolac IV 10 untuk mengatasi rasa - Tepat sebelum atau
mg/6jam sakit atau nyeri sedang setelah operasi
hingga berat serta bypass jantung
peradangan. (coronary artery
bypass graft atau
CABG)
42

- Sakit maag aktif


atau baru-baru ini
- Luka pada dinding
lambung (tukak
lambung)
- Perdarahan di
saluran cerna,
seperti lambung
atau perdarahan
usus
- Cedera kepala
tertutup atau
pendarahan di otak
- Perdarahan dari
operasi baru-baru
ini
- Penyakit ginjal
parah atau dehidrasi
- Riwayat asma atau
reaksi alergi yang
parah setelah
minum aspirin atau
NSAID

Palangka Raya, 04 November 2021


Mahasiswa

(Sarpika Yena Amalia

ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH
OBJEKTIF PENYEBAB
Data Subjektif : Adanya rencana tindakan Ansietas
Pasien mengatakan takut untuk operasi
dilakukan tindakan operasi
sambil menangis (skala 3), Prosedur pembedahan
pasien bingung,pasien tidak
43

kooperatif.. Kurang Pengetahuan


Data objektif :
1. Pasien tampak bingung
Ansietas
2. Tampak gelisah
3. Pasien tampak menangis
4. Tampak tegang
5. Sulit tidur
6. Diajarkan teknik pengalihan
ansietas
7. Diberikan terapi Alprazolam
1x1mg/oral
8. Hasil TTV :
TD : 100/90 mmHg
Nadi : 98x/menit
RR : 20x/menit
Suhu: 36,2 ℃

Intra Operatif Resiko Perdarahan


Tindakan pembedahan
Data Subjektif : -

Data objektif :
1. Posisi pasien saat dioperasi Gangguan pembekuan
adalah supinasi daran normal
2. Puasa 12 jam sebelum
operasi
3. Pembedahan mayor, generic Risiko perdarahan
anastesi: ij. Midazolam 2 mg
4. Injeksi Fentanil 3 mcg
5. Terapi injeksi Kalnex 1x10
mg
6. Injeksi Ceftriaxone 5 mg
7. Injeksi odansentron 2 mg
8. Pembedahan dilakukan
selama 1 jam
9. Pasien tampak dilakukan
pembedahan di leher bagian
kanan
10. Pasien mengalami
Perdarahan 20cc
11. Tersedia 1 kantong darah
12. Pasien terpasang infus RL 20
tpm
13. Terpasang kateter urine
14. TTV
TD : 100/90 mmHg
Nadi : 98x/menit
RR : 20x/menit
Suhu: 36,2 ℃
44

Post Operatif Prosedur operasi Nyeri Akut

Data Subjektif :
Pasien mengatakan masih terasa Kerusakan jaringan
nyeri di bagian leher kanannya
post op nyeri bertambah pada
saat beraktivitas ,nyeri seperti Pelepasan mediator
ditusuk-tusuk,skal nyeri 6 nyeri (prostalgladin,
(sedang),nyeri timbul 1-2 menit histamin, bradikilin)

Data objektif :
1. Pasien post operasi Diterima reseptor nyeri
lymphadenopathy colli dextra perifer
2. Pasien tampak meringis
3. Skala nyeri 6 (skala sedang)
4. Terdapat bekas luka post op 4 Rangsangan nyeri pada
cm di bagian leher kanan saraf pusat
5. Terpasang infus RL 20tpm
6. Injeksi intravena ketorolac
1x10 mg/jam
7. Hasil TTV : Persepsi nyeri
− TD : 116/90 mmHg
− Nadi : 70x/menit
− RR : 22x/menit Nyeri akut
− Suhu: 36,5 ℃
PRIOROTAS MASALAH
Pre Operasi
1. Ansietas berhubungan dengan rencana operasi ditandai dengan Pasien mengatakan
takut sambil mennagis (skala 3), pasien bingung, tidak kooperatif .Takut untuk
dilakukan tindakan operasi dibuktikan dengan pasien tampak bingung, tampak
gelisah ,tampak tegang,Sulit tidur,diajarkan teknik pengalihan ansietas,diberikan
terapi Alprazolam 1x1 mg/oral,hasil ttv :td : 100/90 mmHg,nadi : 98x/menit,rr :
20x/menit,suhu: 36,2 ℃. D.0080.hal.180
Intra Operasi
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan ditandai dengan
Posisi pasien saat dioperasi adalah supinasi, puasa 12 jam sebelum operasi,
pembedahan mayor, generic anastesi: ij. midazolam 2 mg, injeksi fentanil 3
mg,injeksi atrakurium 50mg, terapi injeksi Kalnex 1x10 mg Injeksi Ceftriaxone 5
mg,Injeksi odansentron 2 mg pembedahan dilakukan selama 1 jam, pasien tampak
dilakukan pembedahan di leher bagian kanan, pasien terpasang infus RL 20 tpm,
terpasang infus Nacl 0,9% 20 tpm ,terpasang kateter urine, perdarahan 30cc tersedia
darah 1 kantong. ttv:td : 100/90 mmHg. nadi : 98x/menit, rr : 20x/menit, suhu: 36,2
℃.
Post Operasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik ditandai dengan pasien
mengatakan masih terasa sakit di bagian leher post op dibuktikan dengan Pasien
post operasi Lympadenopathy Colli Dextra, Pasien tampak meringis, Skala nyeri 6
(skala sedang), Terdapat bekas luka post op panjang 4 cm di bagian leher kanan ,
Terpasang infus RL 20 tpm, Injeksi intravena ketorolac 10 mg/8jam, Hasil TTV
:TD : 116/80 mmHg, Nadi : 70x/menit, RR : 22x/menit, Suhu: 36,5 ℃.
D.0077.Hal.172
RENCANA KEPERAWATAN PRE OPERASI

Nama Pasien : An. K


Ruang Rawat : Ruang OK/IBS
Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Rasional
Tujuan : 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
Ansietas berhubungan dengan 1. Untuk mengetehui kondisi dan waktu
Setelah dilakukan tindakan berubah (misalnya kondisi, waktu
rencana operasi ditandai stressornya
keperawatan 1x30 menit stressor)
dengan Pasien mengatakan
diharapkan tingkat ansietas 2. Identifikasi kemampuan
cemas (skala 3) dengan 2. Pasien mampu mengambil keputusan
menurun mengambil keputusan
keadaannya saat ini, pasien tanpa rasa cemas
3. Monitor tanda-tanda ansietas
bingung, khawatir dengan 3. Pantau tanda atau penyebab ansietas
Kriteria hasil : (verbal maupun non verbal)
akibat dari kondisi yang baik verbal maupun non verbal
1. Perilaku tegang menurun (5) 4. Ciptakan suasana terapeutik untuk
dihadapi dan sulit berkontraksi. 4. Atur suasana ruangan agar tetap tenang
2. Perilaku gelisah menurun (5) menumbuhan kepercayaan
Takut untuk dilakukan 5. Berikan semangat kepada pasien
3. Verbalisasi kebingungan 5. Motivasi mengidentifikasi situasi
tindakan operasi dibuktikan
menurun (5) yang memicu kecemasan
dengan pasien tampak 6. Menjelaskan dengan baik tentang
4. Verbalisasi khawatir akibat 6. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
bingung, tampak prosedur pembedahan serta sensasi yang
kondisi yang dihadapi yang mungkin dialami
gelisah,tampak Cemas (skala dialami tanpa membuat pasien cemas
menurun (5) 7. Anjurkan keluarga tetap bersama
3),tampak tegang,Sulit 7. Biarkan keluarga tetap mendampingi
5. Diaforesis menurun (5) pasien, jika perlu
tidur,diajarkan teknik pasien
6. Tremor menurun (5) 8. Kolaborasi pemberian obat
pengalihan ansietas,diberikan 8. Berikan medikasi obat anti ansietas
7. Pucat menurun (5) antiansietas, jika perlu
terapi Alprazolam sesuai kondisi pasien
8. Konsentrasi membaik (5)
1x1mg/oral,hasil ttv :td :
100/90 mmHg,nadi :
98x/menit,rr : 20x/menit,suhu:
36,2 ℃.
47

RENCANA KEPERAWATAN INTRA OPERASI

Nama Pasien : An. A

Ruang Rawat : Ruang OK/ IBS

Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Rasional
Risiko perdarahan Tujuan : 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan 1. Mempermudah untuk penanganan jika
berhubungan dengan tindakan Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor nilai infeksi terjadi
pembedahan ditandai dengan keperawatan 1x1 jam hematokrit/hemogloblin sebelum dan 2. Mengurangi terjadinya konstaminasi
Posisi pasien saat dioperasi diharapkan keparahan dan setelah kehilangan darah akibat bakteri
adalah supinasi, puasa 12 jam cedera yang diamati atau 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik 3. Mencegah penyebaran atau melindungi
sebelum operasi, pembedahan dilaporkan menurun 4. Monitor output dan input cairan pasien dari proses infeksi
mayor, generic anastesi: ij. selama pembedahan 4. Mengurangi risiko terhadap infeksi
midazolam 2 mg, injeksi Kriteria hasil : 5. Posisikan pasien sesuai dengan 5. Mengurangi risiko terjadinya infeksi
fentanil 3 mg,injeksi 1. Suhu tubuh membaik (5) indikasi pembedahan 6. Agar keluarga mengetahui tanda dan
atrakurium 50mg, terapi injeksi 2. Luka/lecet menurun (5) 6. Lindungi sekitar kulit dan anatomi gejala infeksi
Kalnex 1x10 mg Injeksi 3. Pendarahan menurun (5) yang sesuai menggunakan kasa 7. Mengontrol dan mengurangi faktor
Ceftriaxone 5 mg,Injeksi 4. Tekanan darah membaik 7. Pastikan keamanan alat–alat yang penyebabinfeksi
odansentron 2 mg pembedahan (5) digunakan selama prosedur operasi 8. Merupakan tindakan dependent perawat
dilakukan selama 1 jam, pasien 5. Hemoglobin membaik (5) 8. Kolaborasi pemberian obat
tampak dilakukan pembedahan pengontrol perdarahan, jika perlu
di leher bagian kanan, pasien
terpasang infus RL 20 tpm,
terpasang infus Nacl 0,9% 20
tpm ,terpasang kateter urine,
perdarahan 30cc tersedia darah
48

1 kantong. ttv:td : 100/90


mmHg. nadi : 98x/menit, rr :
20x/menit, suhu: 36,2 ℃.
49

RENCANA KEPERAWATAN POST OPERASI

Nama Pasien : An. A


Ruang Rawat : Ruang OK/IBS
Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Rasional
Nyeri akut berhubungan Tujuan : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
dengan agen pencidera fisik Setelah dilakukan tindakan durasi, frekuensi, kualitas, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
ditandai dengan pasien keperawatan 1x1 jam intensitas nyeri nyeri
mengatakan masih terasa sakit diharapkan tingkat nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui skala nyeri
di bagian leher post op menurun 3. Identifikasi faktor yang 3. Mengetahui faktor yang
dibuktikan dengan Pasien post memperberat dan memperingan memeperberat dan memperingan nyeri
operasi Lympadenopathy Colli Kriteria hasil : nyeri 4. Mengetahui seberapa besar pengaruh
Dextra, Pasien tampak 1. Keluhan nyeri menurun (5) 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada nyeri terhadap aktivitas pasien
meringis, Skala nyeri 6 (skala 2. Meringis menurun (5) kualitas hidup
sedang), Terdapat bekas luka 3. Kesulitan tidur menurun (5) 5. Kontrol lingkungan yang 5. Mengontrol lingkungan yang dapat
post op panjang 4 cm di bagian 4. Pola tidur membaik (5) memperberat dan memperingan memperberat dan mempengaruhi
leher kanan , Terpasang infus nyeri (mis. suhu ruangan, nyeri
RL 20 tpm, , Injeksi intravena pencahayaan, kebisingan)
ketorolac 2 mg/jam, Hasil TTV 6. Ajarkan tehnik nonfarmakologis 6. Mengalihkan perhatian terhadap nyeri
:TD : 116/80 mmHg, Nadi : untuk mengurangi rasa nyeri
70x/menit, RR : 22x/menit, 7. Kolaborasi pemberian analgetik, 7. Merupakan tindakan dependent
Suhu: 36,5 ℃. D.0077.Hal.172 jika perlu perawat. Dimana analgesik berfungsi
untuk memblok stimulasi nyeri
50

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Pre Operatif

Tanda tangan dan


Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
S:
Pasien mengatakan pasien tidak takut
1. Menidentifikasi saat tingkat ansietas berubah
(misalnya kondisi, waktu stressor) dan tidak menangis lagi
2. Mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan
O:
3. Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal maupun non
verbal) - Pasien tampak tenang
4. Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhan
Kamis , 04 November - Takut pasien menurun
kepercayaan
2021
5. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu - Menangis tidak ada
Jam 08.30 wib
kecemasan
Dx. I Pre operasi - Cemas menurun (skala 2)
6. Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami - Hasil ttv :td : 116/90 mmHg,nadi : Sarpika Yena
7. Menganjurkan keluarga tetap bersama pasien, jika Amalia
98x/menit,rr : 21x/menit,suhu: 36,5
perlu
8. Berkolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu ℃.
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


51

Intra Operatif
Tanda tangan dan
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat

1. Memonitor tanda dan gejala perdarahan S:-


2. Memonitor nilai hematokrit/hemogloblin sebelum
dan setelah kehilangan darah O:
3. Memonitor tanda-tanda vital ortostatik 1. Perdarahan 20cc
4. Memonitor output dan input cairan selama 2. Hasil ttv :td : 116/90 mmHg,nadi :
pembedahan 98x/menit,rr : 21x/menit,suhu: 36,5
5. Memposisikan pasien sesuai dengan indikasi ℃.
Kamis, 04 November pembedahan 3. Berbaring supinasi
6. Melindungi sekitar kulit dan anatomi yang sesuai 4. Terpasang drain
2021 jam 09.30 Wib menggunakan kasa 5. Pasien terpasang infus RL 20 tpm
Dx. 1 Intra operasi 7. Memastikan keamanan alat–alat yang digunakan 6. Pasien terpasang kateter
selama prosedur operasi
8. Berkolaborasi pemberian obat pengontrol Sarpika Yena
perdarahan, Terapi injeksi kalnex 1 amp/IV A : Masalah teratasi sebagian Amalia
P : lanjutkan Intervensi diruang flamboyan
1. Monitor tanda-tanda perdarahan
n

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


52

Post Operatif
Tanda tangan dan
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
S:
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, Pasien mengatakan merasa lebih baik
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan nyeri sedikit berkurang
2. Mengidentifikasi skala nyeri O:
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan 1. Pasien tampak tenang
memperingan nyeri 2. Pasien tidak meringis
4. Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas 3. Lingkungan sekitar pasien tenang
hidup tidak bising
Kamis , 04 November 5. Mengontrol lingkungan yang memperberat dan 4. Skala nyeri 4 (nyeri sedang)
2021 memperingan nyeri (mis. suhu ruangan, 5. Mengajarkan pasien dan keluarga
Jam 10.30 wib pencahayaan, kebisingan) manajemen nyeri teknik
6. Mengajarkan tehnik nonfarmakologis untuk nonfarmakologis
Dx. 1 Post operasi mengurangi rasa nyeri 6. Hasil pemeriksaan TTV :S : 36,5 Sarpika Yena
7. Berkolaborasi pemberian analgetik, Katerolac 10 ℃,RR : 22x menit,N : 70x
mg menit,TD : 116/80 mmHg Amalia

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi di ruang


flamboyan
2,3,4,6,7
BAB 4
PENUUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan di pre, intra dan
post Lympadenopathy Colli Dextra di Ruangan IBS penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
Pada pengkajian difokuskan pada asuhan keperawatan pre, intra dan post
Lympadenopathy Colli Dextra. Hasil pengkajian pasien An.A umur 10 tahun dilakukan pada
tanggal 04 November 2021. Berdasarkan dari hasil pengkajian pada pasien dengan diagnosa
medis Lympadenopathy Colli Dextra dan keluhan utama nyeri pada daerah leher bagian
kanan.
Menurut teori yang dikemukakan penulis pada manajemen asuhan keperawatan
sebelumnya diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada pasien pre operatif sebanyak
3 diagnosa, intra operatif 1 diagnosa dan pada post operatif sebanyak 1 diagnosa. Namun
pada pasien penulis hanya menemukan 2 diagnosa pre operatif yang sama dengan teori yaitu
Ansietas dan Nyeri akut, 1 diagnosa intra operatif yang sama dengan teori yaitu resiko
perdarahan, dan 1 diagnosa post operatif yang sama dengan teori bab sebelumnya yaitu nyeri
akut.
Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada pasien dirumuskan berdasarkan prioritas
masalah dengan teori yang ada, Intervensi setiap diagnosa dapat sesuai dengan kebutuhan
pasien dan memperhatikan kondisi pasien serta kesanggupan keluarga dalam kejasama.
Intervensi yang dilakukan oleh penulis seperti. Identifikasi karakteristik, durasi, dan kuantitas
nyeri serta identifikasi skala nyeri serta memonitor perdaran selama proses intra operatif.
Pelaksanaan tindakan pada kasus ini dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang sudah
di buat, sesuai dengan kebutuhan pasien dengan pre, intra dan post Lympadenopathy Colli
Dextra.
Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang di
berikan. Evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada pasien selama 1 hari perawatan dan
dibuat dalam bentuk SOAP. Respon pasien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan baik,
pasien cukup kooperatif dalam pelaksanaan setiap tindakan keperawatan. Hasil evaluasi yang
dilakukan menunjukan bahwa masalah yang dialami pasien masalah teratasi, belum teratasi
sebagian dan belum teratasi.
4.2 Saran
54

Dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien pre, intra dan post
Lympadenopathy Colli Dextra yang diberikan dapat tepat, harus benar-benar menguasai
konsep tentang Lympadenopathy Colli Dextra itu sendiri, terutama pada faktor etiologi,
anatomi fisiologi dan patofisiologi tentang Lympadenopathy Colli Dextra, selain itu juga
harus melakukan pengkajian dengan tepat dan komperhensif agar asuhan keperawatan dapat
tercapai sesuai dengan masalah yang ditemukan pada pasien serta tidak ada masalah yang
luput dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

Dalam penegakan diagnosa diharapkan harus teliti dalam mengangkat dan


merumuskan diagnosa keperawatan yang ada pada pasien agar masalah keperawatan yang
muncul pada pasien dapat teratasi dan mendapatkan penanganan secara komprehensif dan
menyeluruh. Tidak hanya berfokus kepada masalah biologis pasien, namun juga terhadap
masalah psiko, sosio, spiritual pasien. Sehingga asuhan keperawatan yang dilakukan dapat
terlaksana secara optimal, dan mendapatkan hasil yang memuaskan bagi pasien dan juga
peneliti itu sendiri.

Pada bagian intervensi keperawatan diharapkan merencanakan sesuai dengan buku


panduan SIKI (Standart Intervensi Keperawatan Indonesia) dan SLKI (Standart Luaran
Keperawatan Indonesia).

Pada bagian Implementasi diharapkan juga melakukan tindakan yang sesuai dengan
yang direncanakan agar diagnosa pada pasien dapat teratasi. Dan evaluasi keperawatan
diharapkan melakukan evaluasi yang lebih lengkap pada pasien sesuai dengan data yang
didapatkan pada pasien.
Daftar Pustaka
Bazomore, & Smocker. (2011). Buku Ajar Penyakit Limfadenopati. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume
2. Jakarta EGC
Hartono, A. (2017) . Asuhan Keperawatan perioperatif pada kasus limfadenopati.
Notoadmodjo. (2018) . Metedeologi Penelitia. Jakarta : Rinaka Cipta
National Institute of Health (2021). U.S. National Library of Medicine. Medline Plus.
Gallbladder removal - Laparoscopic - Discharge.

Oehadian, A ., Pendekatan Diagnostik Limfadenopati, Continuing Medical


Education,.2013
Pearce, A, Sylvia., Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit . Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta 2016
Padang, Katuuk, & Kallo. (2017). Perubahan Skala Nyeri Pada Pasien Pre Operasi.
E Journal Keperawatan (E_Kp), 5(Nomer 1). Diakses pada 19 juli 2021 Pane, D. N.,

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1, Tim Pokja SDKI DPP
PPNI 2016

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1, Cetakan 2, Tim Pokja


SIKI DPP PPNI 2018

Standar Luaran Keperawatan Indonesi (SLKI) Edisi 1. Cetakan 2, Tim Pokja SLKI
DPP PPNI
SATUAN ACARA PENYULUHAN

DI SUSUN OLEH:

NAMA :SARPIKA YENA AMALIA


NIM :2018.C.10a.0985

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
57

SATUAN
RENCANA KEGIATAN

1.1 Satuan Acara Penyuluhan


1.1.1 Topik
Pendidikan Kesehatan pada pasien dan keluarga dengan Diagnosa lympadenopathy
colli dextra
1.1.2 Sasaran :
Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditunjukan khusus kepada pasien lympadenopathy colli
dextra dan keluarga.
1.1.3 Tujuan
1.1.3.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan 1x10 menit, pasien dan keluarga memahami dan
mengetahui tentang masalah Pre-Operasi Manajemen Nyeri.
1.1.3.2 Tujuan Instruksi Khusus:
1. Menyebutkan apa itu nyeri
2. Menyebutkan tanda dan gejala
3. Menyebutkan skala nyeri
4. Menyebutkan faktor penyebab nyeri
5. Menyebutkan teknik mengurangi nyeri
1.1.4 Metode
1. Ceramah dan Tanya Jawab
1.1.5 Media
1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selembar mengenai informasi penyakit Pre-Operasi Ansietas nyeri.
1.1.6 Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Jum’at, 05 November 2021
2. Pukul : 10:00 s/selesai
3. Alokasi : 10 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pendahuluan : 2 Menit  Menjawab salam
 Memberi salam dan  Mendengarkan
memperkenalkan diri  Menjawab
 Menjelaskan maksud dan pertanyaan
58

tujuan penyuluhan

2 Penyajian : 5 Menit  Mendengarkan


 Menyebutkan apa itu dengan seksama
nyeri  Mengajukan
 Menyebutkan tanda dan pertanyaan
gejala  Memperaktikan
 Menyebutkan skala
nyeri
 Menyebutkan faktor
penyebab
 Menyebutkan teknik
mengurangi nyeri
3 Evaluasi : 2 Menit  Menjawab
 Memberikan pertanyaan  Mendemontrasi
akhir dan evaluasi
4 Terminasi : 1 Menit  Mendengarkan
 Menyimpulkan bersama-  Menjawab salam
sama hasil kegiatan
penyuluhan
 Menutup penyuluhan
dan mengucapkan salam

1.1.7 Tugas Pengorganisasian


1) Moderator : Sarpika Yena Amalia
Moderator adalah orang yang bertindak sebagai penengah atau pemimpin
sidang (rapat, diskusi) yang menjadi pengarahan pada acara pembicara atau pendiskusi
masalah
Tugas:
1. Membuka acara penyuluhan.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan kontrak dan waktu disampaikan.
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalan diskusi
2) Penyaji : Sarpika Yena Amalia
Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan memberitahukan
kepada moderator agar moderator dapat memberi arahan selanjutnya kepada peserta-
peserta diskusinya.

Tugas :
59

1. Menyampaikan materi penyuluhan.


2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan.
3. Mengucapkan salam penutup.
3) Fasilitator : Sarpika Yena Amalia
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang, memahami
tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai tujuan
tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.

Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan.
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir.
4) Simulator : Sarpika Yena Amalia
Simulator adalah seseorang yang bertugas untuk menyimulasikan suatu peralatan
kepada audience.

Tugas :
1. Memperagakan macam-macam gerakan.
5) Dokumentator : Sarpika Yena Amalia
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen pada
saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.

Tugas :
1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan kesehatan.
6) Notulen : Sarpika Yena Amalia
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan, seminar,
diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara. Ditulis oleh seorang
Notulis yang mencatat seperti mencatat hal-hal penting. Dan mencatat segala
pertanyaan dari peserta kegiatan.

Tugas :

1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.


2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan penyuluhan.

1.1.9 Denah Pelaksanaan


60

Keterangan :

: Kamera

: Penyaji

: Pasien dan juga keluarga


61

MANAJEMEN NYERI

A. Definisi
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ektensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2014).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyktif dan emosional yang tidak menyenangkan yang di dapat
terkait dengan kerusakan jaringan actual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
B. Penyebab
1. Trauma
a. Mekanik, nyeri yang timbul karena akibat ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan, contoh akibat benturan, gesekan, dan luka
b. Thermis, nyeri yang timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas, dingin, contoh karena api atau air
c. Khemis, nyeri yang timbul karena kontak dengan zat kimia yang
bersifat asam atau basa yang kuat
d. Elektrik, nyeri yang timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat
mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan
luka bakar
C. Sifat nyeri
1. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energy
2. Nyeri bersifat subjektif dan individual
3. Nyeri tidak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
4. Nyeri merupakan mekanisme pertahan fisiologis
5. Nyeri merupakan tanda kerusakan jaringan
6. Nyeri mengawali ketidakmampuan
7. Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan
fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan pasien
8. Hanya klien yang tahu kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya
9. Persepsi yang salah mengenai nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi
tidak optimal
62

D. Tujuan manajemen nyeri


1. Menangani nyeri akut atau kronis
2. Memberikan rasa nyaman
3. Mengurangi ketergantungan pasin dengan obat anti nyeri atau analgesik
E. Manajemen nyeri
1. Distraksi (Pengalihan pada hal-hal lain sehingga lupa terhadap nyeri yang
sedang dirasakan)
Contoh :
a. Membayangkan hal-hal yang indah
b. Membaca buku, Koran sesuai yang di sukai
c. Mendengarkan musik, radio, dan lain-lain
2. Relaksasi
Tiga hal penting dalam relaksasi adalah :
a. Posisi yang tepat
b. Pikiran tenang
c. Lingkungan tenang
Teknik relaksasi:

a. Menarik nafas dalam


b. Keluarkan perlahan-lahan dan rasakan
c. Nafas beberapa kali dengan irama yang normal
d. Ulangi nafas dalam dengan konsentrasi pikiran
e. Setelah rileks, nafas pelan
3. Stimulasi Kulit
Strategi penghilang nyeri tanpa obat yang sederhana, yaitu dengan
menggosok kulit. Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum,
sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien
lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot.
Pengertian Tanda dan Gejala Nyeri
MANAJEMEN NYERI POST
Nyeri
OPERASI
1. SUARA
Nyeri merupakan
sensasi tidak nyaman 2. EKSPRESI
yang terjadi bila kita WAJAH
mengalami cedera 3. PERGERA
atau kerusakan pada KAN
tubuh kita. TUBUH
Nyeri dapat terasa 4. INTERAKS
sakit,panas,gemetar, I SOSIAL
Kesemutan,seperti
terbakar,tertusuk
atau ditikam SKALA NYERI

Pembagian Nyeri

1. Nyeri akut  (< 6 bulan)


Nyeri akut biasanya timbul tiba- - nyeri ringan ( 0 – 3 )
tiba dan umumnya berkaitan - nyeri sedang ( 3 – 6 )
dengan cedera spesifik. Nyeri akut - nyeri berat ( 7 – 10 )
merupakan nyeri yang berlangsung
dari beberapa detik hingga enam
bulan.
Oleh : 2. Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah nyeri konstan
Sarpika Yena Amalia atau menetap sepanjang suatu
periode waktu. Nyeri kronik
2018.C.10a.0985 merupakan nyeri yang dirasakan
selama lebih dari 6 bulan
YAYASAN STIKES EKA HARAP
PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN PRODI S1
KEPERAWATANTAHUN AJARAN
2020/2021
3. Menonton TV 64
Cara Mengurangi Nyeri Relaksasi Nafas Dalam

Distraks 1. Ciptakan lingkungan yang tenang


2. Usahakan tetap rileks dan tenang
3. Menarik nafas dalam dari hidung dan
Distraksi adalah teknik untuk mengisi paru-paru dengan udara
mengalihkan perhatian terhadap hal – melalui hitungan 1,2,3
4. Perlahan-lahan udara dihembuskan
hal lain sehingga lupa terhadap nyeri melalui mulut sambil merasakan
yang dirasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks
5. Anjurkan bernafas dengan irama
normal 3 kali
Contoh : 6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan
menghembuskan melalui mulut secara
1. Membayangkan hal – hal yang perlahan-lahan
4. Medengarkan musik, radio, dll 7. Membiarkan telapak tangan dan kaki
menarik dan indah rileks
8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata
sambil terpejam
9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada
daerah yang nyeri
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur
hingga nyeri terasa berkurang
11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi
istirahat singkat setiap 5 kali.

2. . Membaca buku, Koran sesuai

dengan keinginan
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No. 110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3327707
E-mail: stikesekaharap110@yahoo.com

LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : Sarpika yena amalia
NIM : 2018.C.10a.0985
Tingkat : IV B
Tahun Ajaran/Semester : 2021/2022/VII (Tujuh)
Pembimbing Lahan : Hazelel Poni, S.Kep., Ners
Tanda Tangan
N Hari/tanggal Catatan Bimbingan Pembimbing Mahasiswa
o.
1 Kamis, 04
November Sarjana Keperawatan 4B Gen X is inviting you to a scheduled
2021 Zoom meeting.

Topic: Pre Conference PPK IV Tingkat 4B


Time: Nov 4, 2021 15:00 AM Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/5629825849?
pwd=cTlvcmNvMG02bXRmL1FMY3pTWnZtQT09

Meeting ID: 562 982 5849


Passcode: genxb2018
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No. 110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3327707
E-mail: stikesekaharap110@yahoo.com

2 Jumat, 06 Topic: Konsultasi Askep PPK 4 Tingkat 4B


November Time: Nov 04, 2021 15:30 PM Jakarta
2021
Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/5629825849?pwd
=cTlvcmNvMG02bXRmL1FMY3pTWnZtQT09

Meeting ID: 815 8695 9619


Passcode : genxb2018

3 Sabtu, 06 Topic: Post Conference PPK 4 Tingkat 4B


November Time: Nov 06 , 2021 15 :00 PM Jakarta
2021
Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/81030400029?pwd=TG1XQ
UZ4Z0l6SzJVVDZvMkVad2RBZz09

Meeting ID: 810 3040 0029


Passcode : genxb2018
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No. 110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3327707
E-mail: stikesekaharap110@yahoo.com

LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : Sarpika Yena Amalia
NIM : 2018.C.10a.0985
Tingkat : IV B
Tahun Ajaran/Semester : 2021/2022/VII (Tujuh)
Pembimbing Lahan : Rimba Aprianti, S.Kep., Ners
Tanda Tangan
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No. 110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3327707
E-mail: stikesekaharap110@yahoo.com

No Hari/tangga Catatan Bimbingan Pembimbin Mahasisw


. l g a
1 Kamis, 04 Topic: Pre Conference PPK 4 Tingkat 4B
November Time: Nov 04 , 2021 09:00 AM Jakarta
2021
Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/5629825849?pwd=
cTlvcmNvMG02bXRmL1FMY3pTWnZtQT09

Meeting ID: 562 982 5849


Passcode : genxb2018
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No. 110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3327707
E-mail: stikesekaharap110@yahoo.com

2 Jumat, 05 Topic: Konsultasi Askep PPK 4 Tingkat 4B


November Time: Nov 05, 2021 09:00 PM Jakarta
2021
Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/5629825849?pwd
=cTlvcmNvMG02bXRmL1FMY3pTWnZtQT09

Meeting ID: 815 8695 9619


Passcode : genxb2018

3 Sabtu, 06 Topic: Post Conference PPK 4 Tingkat 4B


November Time: Nov 06 , 2021 09 :00 PM Jakarta
2021
Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/81030400029?pwd=TG1XQ
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No. 110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3327707
E-mail: stikesekaharap110@yahoo.com

UZ4Z0l6SzJVVDZvMkVad2RBZz09

Meeting ID: 810 3040 0029


Passcode : genxb2018

Anda mungkin juga menyukai