Di Susun Oleh :
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : 2018.C.10a.0985
iii
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Pendahuluan Dan
Asuhan Keperawatan pada An. A Dengan Diagnosa Medis Lympadenopathy Colli Dextra
dengan Tindakan Lympadenectomy Colli Dextra di Ruang IBS ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1) Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2) Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes Eka
Harap Palangka Raya.
3) Ibu Ika Paskaria S. Kep.,Ners selaku koordinator praktik pra klinik keperawatan IV
Program Studi Sarjana Keperawatan.
4) Ibu Rimba Aprianti ,S.Kep.Ns.Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan ini.
5) Ibu Hanzelel Poni, S.Kep.,Ns Selaku Pembimbing Lahan yang telah banyak memberi
arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan ini
6) Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis menyelesaikan Laporan
Pendahuluan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk
perbaikan dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima
kasih.
Palangka Raya, 04 November 2021
v
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................2
KATA PENGANTAR............................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................5
1.1 Latar Belakang................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................7
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................7
vi
2.2.3 Intervensi Keperawatan................................................................................23
2.2.4 Implementasi Keperawatan..........................................................................28
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................................28
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................42
4.1 Kesimpulan...................................................................................................42
4.2 Saran.............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
6
7
Pentingnya peran perawat dalam setiap tindakan baik pada masa sebelum,
selama maupun setelah tindakan pembedahan. Perawat perlu melakukan
observasi tingkat nyeri post operasi untuk menentukan skala nyeri. Cara yang
dapat dilakukan perawat dalam membantu meredakan nyeri yaitu dengan cara
pendekatan farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan,
sedangkan secara non-farmakologis melalui relaksasi, distraksi dan mobilisasi
dini. (Sujatmiko, 2014).
8
TINJAUAN PUSTAKA
10
11
dengan cara lain. Protein dapat memasuki kapiler limfe tanpa hambatan karena
struktur
12
khusus pada kapiler limfe tersebut, di mana pada ujung kapiler hanya tersusun atas
selapis sel-sel endotel dengan susunan pola saling bertumpang sedemikian rupa
seperti atap sehingga tepi yang menutup tersebut bebas membuka ke dalam
membentuk katup kecil yang membuka ke dalam kapiler. Otot polos di dinding
pembuluh limfe menyebabkan kontraksi beraturan guna membantu pengaliran limfe
menuju ke duktus torasikus.
2.1.2.2 Kelenjar limfe atau nodus limfe
Kelenjar limfe atau nodus limfe berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang
dan terdapat di sempanjang pemnuluh limfe. Kerjanya sebagai penyaring dan
dijumpai di tempat-tempat terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok utama
terdapat di dalam leher, aksila, toraks, abdomen dan lipat paha.
2.1.2.3 Saluran limfe
Struktur pembuluh limfe serupa vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak katup
sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian merjan. Pembuluh limfe yang
terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari pada kapiler darah dan terdiri atas selapis
endothelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil
atau sebagai rongga – rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ. Sejenis
pembuluh limfe khusus disebut lakteal (kilus) dijumpai dalam vili usus kecil.
Terdapat dua batang saluran limfe yang utama yaitu ductus torasikus dan batang
saluran kanan. (Pearce, 2016):
Duktus toraksikus bermula sebagai reseptakulum kili atau sisternakili di depan
vertebra lumbalis. Kemudian berjalan ke atas melalui abdomen dan torak
menyimpang ke sebelah kiri kolumna vertebralis, kemudian bersatu dengan vena –
vena besar di sebelah bawah kiri leher dan menuangkan isinya ke dalam vena – vena
itu.
Ductus toraksikus mengumpulkan limfe dari semua bagian tubuh, kecuali dari
bagian yang menyalurkan limfenya ke ductus limfe kanan (batang saluran kanan).
Ductus limfe kanan ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe dari
sebelah kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada sebelah kanan dan
menuangkan isinya ke dalam vena yang berada di sebelah bawah kanan leher. Pada
waktu infeksi, pembuluh limfe dan kelenjar dapat meradang. Pembengkakan kelenjar
yang sakit tampak ketiak atau lipat paha jika sebuah jari tangan atau jari kaki terkena
infeksi.
13
Jaringan limfoid terdiri atas nodus dan nodulus limfoid yang mempunyai
ukuran dan lokasi bervariasi. Ukuran nodus biasanya lebih besar, panjangnya berkisar
10 - 20 mm dan mempunyai kapsul; sedangkan nodulus panjangnya antara
sepersekian milimeter sampai beberapa milimeter dan tidak mempunyai kapsul.
Dalam tubuh manusia terdapat ratusan nodus limfoid ini (kelenjar limfe atau kelenjar
getah bening) yang tersebar dengan ukuran antara sebesar kepala peniti hingga biji
kacang. Meskipun ukuran kelenjar-kelenjar ini dapat membesar atau mengecil
sepanjang umur manusia, tiap kelenjar yang rusak atau hancur tidak akan
beregenerasi. Jaringan limfoid berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh yang
bertugas untuk menyerang infeksi dan menyaring cairan limfe (atau cairan getah
bening).
2.1.3 Etiologi
Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan- keadaan
tersebut dapat diingat dengan memonik MIAMI : malignancies (keganasan),
infections (infeksi), autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous and
unusual conditions (lain – lain dan kondisi tak lazim) dan iatrogenic causes (sebab –
sebab iatrogenic). Faktor yang mempengaruhi munculnya limfadenopati adalah gaya
hidup yang tidak sehat merupakan salah satu faktor pendukung kanker, misalnya
diet, merokok, alkohol. Kelainan kongenital Kelainan kongenital adalah kelainan
yang dibawa sejak lahir, benjolannya dapat berupa benjolan yang timbul sejak lahir
atau timbul pada usia kanak-kanak bahkan terkadang muncul setelah usia dewasa.
Pada kelainan ini benjolan yang paling sering terletak di leher samping bagian kiri
atau kanan di sebelah atas , dan juga di tengah-tengah di bawah dagu. Ukuran
benjolan bisa kecil beberapa cm tetapi bisa juga besar seperti bola tenis Usia dan
jenis kelamin.
2.1.4 Klasifikasi
2.1.4.1 Limfadenopati daerah kepala dan leher Kelenjar getah bening servikal teraba
pada sebagian besar anak, tetapi ditemukan juga pada 56% orang dewasa.
Penyebab utama limfadenopati servikal adalah infeksi pada anak, umumnya
berupa infeksi virus akut yang swasirna. Pada infeksi mikobakterium atipikal,
cat-scratch disease, toksoplasmosis, limfadenitis Kikuchi, sarkoidosis, dan
penyakit Kawasaki, limfadenopati dapat berlangsung selama beberapa bulan.
Limfadenopati supraklavikula kemungkinan besar (54%- 85%) disebabkan
oleh keganasan. Kelenjar getah bening servikal yang mengalami inflamasi
dalam beberapa hari, kemudian berfluktuasi (terutama pada anak-anak) khas
untuk limfadenopati akibat infeksi stafilokokus dan streptokokus. Kelenjar
getah bening servikal yang berfluktuasi dalam beberapa minggu sampa
beberapa bulan tanpa tanda-tanda inflamasi atau nyeri yang signifi kan
merupakan petunjuk infeksi mikobakterium, mikobakterium atipikal atau
Bartonella henselae (penyebab cat scratch disease). Kelenjar getah bening
16
servikal yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan perokok
menunjukkan metastasis keganasan kepala dan leher (orofaring, nasofaring,
laring, tiroid, dan esofagus). Limfadenopati servikal merupakan manifestasi
limfadenitis tuberkulosa yang paling sering (63-77% kasus), disebut skrofula.
Kelainan ini dapat juga disebabkan oleh mikobakterium nontuberkulosa.
2.1.5 Patofisiologi
Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular
darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe
jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya
bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan
yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam
perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak
meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian memungkinkan
lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun
juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah, tetapi
kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama.
Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan
karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan
mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan
cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer ketempat
yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya agen-agen yang dapat menular dan
menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar
limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe yang beregerak menuju dalam tubuh.
(Pearce, 2016).
18
WOC Limfadenopati
Abnormalitas genetik
Faktor
lingkungan,faktor virus
Perdarahan Perembesan darah Pembesaran Kelenjar
subaraknoid ke ruang Getah Bening
subarakhnoid
Psikososial
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Tindakan
1. Laboratorium
2. Ultrasonography (USG) Limfadenektomi regional Limfadenektomi radikal
3. CT Scan
2.1.6.1 Lemas
2.1.6.2 Demam
2.1.7 Komplikasi
Laboratorium
21
2.1.8.2 Kultur Darah Kultur darah dilakukan untuk melihat adanya penyebab infeksi
dengan bakteri yang spesifik.
2.1.8.3 Ultrasonography (USG) USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai
untuk mendiagnosis limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk
mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis
intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi. USG dapat dikombinasi dengan biopsi
aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih
memuaskan, dengan nilaisensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.
Menurut NCI Dictionary of Cancer Terms limfadenektomi dibagi menjadi dua yaitu :
2) Limfadenektomi radikal yaitu sebagian besar atau semua kelenjar getah bening di
daerah tumor diangkat.
2.2.3 Indikasi
2.2.4 Dampak
2.2.4.1 Sistem pernafasan Terjadi perubahan dan frekuensi pernapasan menjadi lebih cepat
akibat nyeri, penurunan ekspansi paru
2.2.4.2 Sistem kardiovaskuler Post operasi dapat terjadi kenaikan tekanan darah,
peningkatan frekuensi nadi, anemis, dan pucat jika klien mengalami syok (Bruner
& Suddarth 2013).
2.2.4.3 Sistem pencernaan Post operasi dapat menyebabkan lemas karena dipuasakan
(Bruner & Suddarth 2013).
2.2.4.4 Sistem perkemihan Jumlah output urine mungkin sedikit karena kehilangan cairan
tubuh saat operasi atau karena adanya muntah.
2.2.4.5 Sistem muskuloskeletal Post operasi terjadi keterbatasan pergerakan dan
immobilisasi akibat nyeri yang dirasakan oleh klien (Bruner & Suddarth 2013).
2.2.4.6 Sistem integument Post operasi terdapat luka insisi jika dilakukan limfadenektomi
(Bruner & Suddarth 2013).
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengumpulan data dapat dilakukan
dengan menggunakan tiga metode, yaitu wawancara, observasi, dan pemeriksaan
fisik (Bolat & Teke, 2020). Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan,
Data yang dikumpulkan meliputi (Lestari et al., 2019) :
2.3.1.1 Identitas
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua
data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2) Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2.3.1.2 Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
24
Menjelaskan mengenai keluhan utama yang pertama kali klien rasakan seperti nyeri
tekan, demam, kelelahan atau berkeringat malam hari. Dituliskan juga penanganan
yang pernah dilakukan dan penanganan pertama yang diberikan saat masuk rumah
sakit.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji secara umum perjalanan penyakitnya sampai dengan muncul keluhan seperti
nyeri dapat dikaji dengan PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama
keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri atau gatal dirasakan
oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi
yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan
Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.
3) Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat
sebelumnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit yang sama
seperti pasie.
2.3.1.3 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan limfadenopati dapat dilakukan secara persistem
berdasarkan hasil observasi keadaan umum, pemeriksaan persistem meliputi : Sistem
Pernafasan, Sistem Kardiovaskular, Sistem Persyarafan, Sistem Urinaria, Sistem
Pencernaan, Sistem Muskuloskeletal, Sistem Integumen, Sistem Endokrin, Sistem
Limfatik, Sistem Pendengaran, Sistem Pengelihatan dan Pengkajian Sistem
Psikososial. Biasanya pemeriksaan berfokus menyeluruh pada sistem Limfatik.
(Suradhipa & Ariawati, 2019).
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien limfadenopati biasanya didapatkan
kesadaran yang baik atau compos mentis. Tanda-tanda vital normal. (Suradhipa &
Ariawati, 2019).
2) Tanda- tanda Vital
Nadi dan Tekanan darah biasanya menurun normal. Biasanya didapatkan respirasi
klien dyspnea/sesak. Suhu meningkat karena adanya demam. (Suradhipa &
Ariawati, 2019).
3) Pola aktivitas sehari-hari
25
a) Pola Nutrisi
Hal yang perlu dikaji dalam nutrisi antara lain : jenis makanan dan minuman,
porsi yang dihabiskan, keluhan mual dan muntah, lokasi nyeri, nafsu makan.
perawat juga harus memperhatikan adanya perubahan pola makan sebelum
dan saat sakit, penurunan turgor kulit, berkeringat, dan penurunan berat badan.
b) Pola eliminasi
Pada klien dengan limfadenopati biasanya cenderung mengalami peningkatan
reabsorbsi natrium di tubulus distal sehingga terjadi retensi urine.
c) Pola istirahat
Pada klien dengan limfadenopati cenderung mengalami penurunan kualitas
tidur dikarenakan adanya gejala konstitusional seperti berkeringat malam hari.
d) Personal hygine
Kebersihan pada klien dengan limfadenopati biasanya masih terjaga
kebersihannya terkecuali jika sudah mengalami keganasan atau infeksi yang
non spesifik seperti tuberculosis, limfoma dan penyakit vascular kolagen.
e) Aktivitas
Pada klien dengan limfadenopati biasanya tidak terbatas.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada fase pre operasi menurut SDKI
(2018) adalah sebagai berikut:
1. Ansietas berhubungan dengan Krisis Situasional (D.0080.hal 180)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (D.0077. Hal:172).
2.3.2.2 Diagnosa Intra Operasi
Diagnosa keperawatan pada fase intra operasi yang sering muncul menurut SDKI
(2018) adalah sebagai berikut :
1. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan (D.0012.hal 42)
2. Risiko hipotermi berhubungan dengan suhu lingkungan rendah (D.0140. hal
302)
2.3.2.3 Diagnosa Post Operasi
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada fase post operasi menurut SDKI
(2018) adalah sebagai berikut :
26
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik (prosedur operasi) (D.
0077. Hal:172)
27
perlu
14. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
15. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
16. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
17. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri
yang tepat
18. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
perlu
Edukasi
8. Jelasksan penyebab, periode,dan pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
10. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
11. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
12. Ajarkan tekniknonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
30
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan,
jika perlu
9. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
10. Anjurkan pemberian pelunak tinja, jika perlu
2 Risiko hipotermi berhubungan Tujuan : Manajemen Hipotermia SIKI (I.14507. hal 183)
dengan suhu lingkungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x1 Observasi :
rendah diharapkan termogulasi membaik 1. Monitor suhu tubuh
2. Identifikasi penyebab hipotermia (mis,terpapar suhu
Kriteria Hasil : lingkungan rendah, pakaian tipis,kerusakan
1. Mengigil menurun (5) hipotalamus,penurunan laju metabolisme,kekurangan
31
Edukasi
8. Jelasksan penyebab, periode,dan pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
10. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
11. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
12. Ajarkan tekniknonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
33
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 10 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : belum bekerja
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat : Jl. Bukit pararawen
Tgl MRS : 03 November 2021
Diagnosa Medis : Lympadenopathy Colli Dextra
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama /Alasan di Operasi :
Pasien mengatakan takut untuk dilakukan tindakan operasi .
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluarga pasien membawa pasien ke Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus pada hari rabu
tanggal 03 november 2021 pukul 08.30 pagi dengan keluhan terdapat benjolan pada
leher sebelah kanan berdiameter 4 cm terasa nyeri pada saat ditekan. Setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil pembekakan kelenjar getah bening dan di
diagnosa lymphadenopathy colli dextra pasien dianjurkan rawat inap kemudian di
rencanakan untuk dilakukan tindakan Lympadenectomy Colli Dextra. Terpasang infus
set RL 20 tpm, diberikan terapi, injeksi intravena ketorolac 1x10 mg.
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis hubungan tinggal bersama
: Garis keluarga
: Pasien
- Airway
- Breathing
Gerakan dinding dada simetris, irama nafas teratur, pola nafas teratur, suara
nafas vesikuler, Saturasi O2 98 %, RR : 22x/menit.
- Circulation
Td : 100/90 mmHg, N : 70x/menit, nadi teraba, irama regular, sianosis (-), CRT
< 2 detik, terpasang infus RL 20 tpm
- Dissability
- GCS : E2 V2 M2 (Sopor)
39
- Exposure
- Suhu : 36,50C
dilaporkan dapat
menimbulkan
presipitasi pada
aliran darah,
sehingga tidak
disarankan.
Ij. Ketorolac IV 2 mg/jam untuk mengatasi rasa - Tepat sebelum atau
sakit atau nyeri sedang setelah operasi
hingga berat serta bypass jantung
peradangan. (coronary artery
bypass graft atau
CABG)
- Sakit maag aktif
atau baru-baru ini
- Luka pada dinding
lambung (tukak
lambung)
- Perdarahan di
saluran cerna,
seperti lambung
atau perdarahan
usus
- Cedera kepala
tertutup atau
pendarahan di otak
- Perdarahan dari
operasi baru-baru
ini
- Penyakit ginjal
parah atau dehidrasi
- Riwayat asma atau
reaksi alergi yang
parah setelah
minum aspirin atau
NSAID
- Usia akhir
kehamilan atau
sedang menyusui
bayi
Intraoperatif
Kalnex IV 1x10mg Untuk menghentikan - Pasien yang
perdarahan yang terjadi menerima teraoi
pada tubuh thrombin
- Pasien dengan
riwayat
hipersensitivitas
terhadap obat
41
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH
OBJEKTIF PENYEBAB
Data Subjektif : Adanya rencana tindakan Ansietas
Pasien mengatakan takut untuk operasi
dilakukan tindakan operasi
sambil menangis (skala 3), Prosedur pembedahan
pasien bingung,pasien tidak
43
Data objektif :
1. Posisi pasien saat dioperasi Gangguan pembekuan
adalah supinasi daran normal
2. Puasa 12 jam sebelum
operasi
3. Pembedahan mayor, generic Risiko perdarahan
anastesi: ij. Midazolam 2 mg
4. Injeksi Fentanil 3 mcg
5. Terapi injeksi Kalnex 1x10
mg
6. Injeksi Ceftriaxone 5 mg
7. Injeksi odansentron 2 mg
8. Pembedahan dilakukan
selama 1 jam
9. Pasien tampak dilakukan
pembedahan di leher bagian
kanan
10. Pasien mengalami
Perdarahan 20cc
11. Tersedia 1 kantong darah
12. Pasien terpasang infus RL 20
tpm
13. Terpasang kateter urine
14. TTV
TD : 100/90 mmHg
Nadi : 98x/menit
RR : 20x/menit
Suhu: 36,2 ℃
44
Data Subjektif :
Pasien mengatakan masih terasa Kerusakan jaringan
nyeri di bagian leher kanannya
post op nyeri bertambah pada
saat beraktivitas ,nyeri seperti Pelepasan mediator
ditusuk-tusuk,skal nyeri 6 nyeri (prostalgladin,
(sedang),nyeri timbul 1-2 menit histamin, bradikilin)
Data objektif :
1. Pasien post operasi Diterima reseptor nyeri
lymphadenopathy colli dextra perifer
2. Pasien tampak meringis
3. Skala nyeri 6 (skala sedang)
4. Terdapat bekas luka post op 4 Rangsangan nyeri pada
cm di bagian leher kanan saraf pusat
5. Terpasang infus RL 20tpm
6. Injeksi intravena ketorolac
1x10 mg/jam
7. Hasil TTV : Persepsi nyeri
− TD : 116/90 mmHg
− Nadi : 70x/menit
− RR : 22x/menit Nyeri akut
− Suhu: 36,5 ℃
PRIOROTAS MASALAH
Pre Operasi
1. Ansietas berhubungan dengan rencana operasi ditandai dengan Pasien mengatakan
takut sambil mennagis (skala 3), pasien bingung, tidak kooperatif .Takut untuk
dilakukan tindakan operasi dibuktikan dengan pasien tampak bingung, tampak
gelisah ,tampak tegang,Sulit tidur,diajarkan teknik pengalihan ansietas,diberikan
terapi Alprazolam 1x1 mg/oral,hasil ttv :td : 100/90 mmHg,nadi : 98x/menit,rr :
20x/menit,suhu: 36,2 ℃. D.0080.hal.180
Intra Operasi
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan ditandai dengan
Posisi pasien saat dioperasi adalah supinasi, puasa 12 jam sebelum operasi,
pembedahan mayor, generic anastesi: ij. midazolam 2 mg, injeksi fentanil 3
mg,injeksi atrakurium 50mg, terapi injeksi Kalnex 1x10 mg Injeksi Ceftriaxone 5
mg,Injeksi odansentron 2 mg pembedahan dilakukan selama 1 jam, pasien tampak
dilakukan pembedahan di leher bagian kanan, pasien terpasang infus RL 20 tpm,
terpasang infus Nacl 0,9% 20 tpm ,terpasang kateter urine, perdarahan 30cc tersedia
darah 1 kantong. ttv:td : 100/90 mmHg. nadi : 98x/menit, rr : 20x/menit, suhu: 36,2
℃.
Post Operasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik ditandai dengan pasien
mengatakan masih terasa sakit di bagian leher post op dibuktikan dengan Pasien
post operasi Lympadenopathy Colli Dextra, Pasien tampak meringis, Skala nyeri 6
(skala sedang), Terdapat bekas luka post op panjang 4 cm di bagian leher kanan ,
Terpasang infus RL 20 tpm, Injeksi intravena ketorolac 10 mg/8jam, Hasil TTV
:TD : 116/80 mmHg, Nadi : 70x/menit, RR : 22x/menit, Suhu: 36,5 ℃.
D.0077.Hal.172
RENCANA KEPERAWATAN PRE OPERASI
Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Rasional
Risiko perdarahan Tujuan : 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan 1. Mempermudah untuk penanganan jika
berhubungan dengan tindakan Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor nilai infeksi terjadi
pembedahan ditandai dengan keperawatan 1x1 jam hematokrit/hemogloblin sebelum dan 2. Mengurangi terjadinya konstaminasi
Posisi pasien saat dioperasi diharapkan keparahan dan setelah kehilangan darah akibat bakteri
adalah supinasi, puasa 12 jam cedera yang diamati atau 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik 3. Mencegah penyebaran atau melindungi
sebelum operasi, pembedahan dilaporkan menurun 4. Monitor output dan input cairan pasien dari proses infeksi
mayor, generic anastesi: ij. selama pembedahan 4. Mengurangi risiko terhadap infeksi
midazolam 2 mg, injeksi Kriteria hasil : 5. Posisikan pasien sesuai dengan 5. Mengurangi risiko terjadinya infeksi
fentanil 3 mg,injeksi 1. Suhu tubuh membaik (5) indikasi pembedahan 6. Agar keluarga mengetahui tanda dan
atrakurium 50mg, terapi injeksi 2. Luka/lecet menurun (5) 6. Lindungi sekitar kulit dan anatomi gejala infeksi
Kalnex 1x10 mg Injeksi 3. Pendarahan menurun (5) yang sesuai menggunakan kasa 7. Mengontrol dan mengurangi faktor
Ceftriaxone 5 mg,Injeksi 4. Tekanan darah membaik 7. Pastikan keamanan alat–alat yang penyebabinfeksi
odansentron 2 mg pembedahan (5) digunakan selama prosedur operasi 8. Merupakan tindakan dependent perawat
dilakukan selama 1 jam, pasien 5. Hemoglobin membaik (5) 8. Kolaborasi pemberian obat
tampak dilakukan pembedahan pengontrol perdarahan, jika perlu
di leher bagian kanan, pasien
terpasang infus RL 20 tpm,
terpasang infus Nacl 0,9% 20
tpm ,terpasang kateter urine,
perdarahan 30cc tersedia darah
48
Pre Operatif
Intra Operatif
Tanda tangan dan
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Post Operatif
Tanda tangan dan
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
S:
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, Pasien mengatakan merasa lebih baik
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan nyeri sedikit berkurang
2. Mengidentifikasi skala nyeri O:
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan 1. Pasien tampak tenang
memperingan nyeri 2. Pasien tidak meringis
4. Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas 3. Lingkungan sekitar pasien tenang
hidup tidak bising
Kamis , 04 November 5. Mengontrol lingkungan yang memperberat dan 4. Skala nyeri 4 (nyeri sedang)
2021 memperingan nyeri (mis. suhu ruangan, 5. Mengajarkan pasien dan keluarga
Jam 10.30 wib pencahayaan, kebisingan) manajemen nyeri teknik
6. Mengajarkan tehnik nonfarmakologis untuk nonfarmakologis
Dx. 1 Post operasi mengurangi rasa nyeri 6. Hasil pemeriksaan TTV :S : 36,5 Sarpika Yena
7. Berkolaborasi pemberian analgetik, Katerolac 10 ℃,RR : 22x menit,N : 70x
mg menit,TD : 116/80 mmHg Amalia
Dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien pre, intra dan post
Lympadenopathy Colli Dextra yang diberikan dapat tepat, harus benar-benar menguasai
konsep tentang Lympadenopathy Colli Dextra itu sendiri, terutama pada faktor etiologi,
anatomi fisiologi dan patofisiologi tentang Lympadenopathy Colli Dextra, selain itu juga
harus melakukan pengkajian dengan tepat dan komperhensif agar asuhan keperawatan dapat
tercapai sesuai dengan masalah yang ditemukan pada pasien serta tidak ada masalah yang
luput dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Pada bagian Implementasi diharapkan juga melakukan tindakan yang sesuai dengan
yang direncanakan agar diagnosa pada pasien dapat teratasi. Dan evaluasi keperawatan
diharapkan melakukan evaluasi yang lebih lengkap pada pasien sesuai dengan data yang
didapatkan pada pasien.
Daftar Pustaka
Bazomore, & Smocker. (2011). Buku Ajar Penyakit Limfadenopati. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume
2. Jakarta EGC
Hartono, A. (2017) . Asuhan Keperawatan perioperatif pada kasus limfadenopati.
Notoadmodjo. (2018) . Metedeologi Penelitia. Jakarta : Rinaka Cipta
National Institute of Health (2021). U.S. National Library of Medicine. Medline Plus.
Gallbladder removal - Laparoscopic - Discharge.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1, Tim Pokja SDKI DPP
PPNI 2016
Standar Luaran Keperawatan Indonesi (SLKI) Edisi 1. Cetakan 2, Tim Pokja SLKI
DPP PPNI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DI SUSUN OLEH:
SATUAN
RENCANA KEGIATAN
tujuan penyuluhan
Tugas :
59
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan.
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir.
4) Simulator : Sarpika Yena Amalia
Simulator adalah seseorang yang bertugas untuk menyimulasikan suatu peralatan
kepada audience.
Tugas :
1. Memperagakan macam-macam gerakan.
5) Dokumentator : Sarpika Yena Amalia
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen pada
saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan kesehatan.
6) Notulen : Sarpika Yena Amalia
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan, seminar,
diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara. Ditulis oleh seorang
Notulis yang mencatat seperti mencatat hal-hal penting. Dan mencatat segala
pertanyaan dari peserta kegiatan.
Tugas :
Keterangan :
: Kamera
: Penyaji
MANAJEMEN NYERI
A. Definisi
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ektensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2014).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyktif dan emosional yang tidak menyenangkan yang di dapat
terkait dengan kerusakan jaringan actual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
B. Penyebab
1. Trauma
a. Mekanik, nyeri yang timbul karena akibat ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan, contoh akibat benturan, gesekan, dan luka
b. Thermis, nyeri yang timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas, dingin, contoh karena api atau air
c. Khemis, nyeri yang timbul karena kontak dengan zat kimia yang
bersifat asam atau basa yang kuat
d. Elektrik, nyeri yang timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat
mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan
luka bakar
C. Sifat nyeri
1. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energy
2. Nyeri bersifat subjektif dan individual
3. Nyeri tidak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
4. Nyeri merupakan mekanisme pertahan fisiologis
5. Nyeri merupakan tanda kerusakan jaringan
6. Nyeri mengawali ketidakmampuan
7. Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan
fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan pasien
8. Hanya klien yang tahu kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya
9. Persepsi yang salah mengenai nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi
tidak optimal
62
Pembagian Nyeri
dengan keinginan
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No. 110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3327707
E-mail: stikesekaharap110@yahoo.com
LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : Sarpika yena amalia
NIM : 2018.C.10a.0985
Tingkat : IV B
Tahun Ajaran/Semester : 2021/2022/VII (Tujuh)
Pembimbing Lahan : Hazelel Poni, S.Kep., Ners
Tanda Tangan
N Hari/tanggal Catatan Bimbingan Pembimbing Mahasiswa
o.
1 Kamis, 04
November Sarjana Keperawatan 4B Gen X is inviting you to a scheduled
2021 Zoom meeting.
LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : Sarpika Yena Amalia
NIM : 2018.C.10a.0985
Tingkat : IV B
Tahun Ajaran/Semester : 2021/2022/VII (Tujuh)
Pembimbing Lahan : Rimba Aprianti, S.Kep., Ners
Tanda Tangan
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No. 110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3327707
E-mail: stikesekaharap110@yahoo.com
UZ4Z0l6SzJVVDZvMkVad2RBZz09