Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena dengan segala rahmat dan
petunjuknya sehingga makalah ini bisa terselesaikan. Makalah ini dibuat semata- semata untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh tenaga pengajar (Dosen) mata kuliah Anatomi dan
Fisiologi. Makalah ini berisikan tentang Gerak Refleks Fisiologis Tubuh pada manusia.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna namun setidaknya saya
telah berusaha menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Semoga dengan terselesaikannya
makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih.

MAKASSAR, OKTOBER 2015

PENULIS
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………….

BAB I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang……………………………………………….................... I.2
Rumusan Masalah………………………………………………………… I.3
Tujuan…………………………………………………………………….….

BAB II Konsep Teori


II.1 Pengertian Refleks………………………………………………………...
II.2 Lengkung Refleks…………………………………………………………

BAB III Pembahasan

III.1 Refleks Fisiologis………………………………………………………..

III.2 Dasar Pemeriksaan Refleks……………………………………………

III.3 Jenis-Jenis Refleks Fisiologis…………………………………………

BAB IV Penutup
IV.1 Kesimpulan………………………………………………………………
IV.2 Saran……………………………………………………………………...

Daftar Pustaka……………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Gerak tubuh dapat dibedakan menjadi dua yaitu gerak yang disadari dan gerak
yang tidak disadari. . Otak memberi arahan yang mengatur urutan aktifitas medulla untuk
memulai gerakan bila diperlukan, mengarahkan tubuh ke depan selama terjadi
percepatan, untuk mengubah gerakan dari berjalan menjadi melompat bila diperlukan,
dan terus-menerus mengawasi dan mengatur keseimbangan. Semua hal ini dilakukan
melalui sinyal analitis dan parintah yang dibangkitkan di dalam otak. Tetapi hal ini juga
memerlukan banyak sirkuit neuronal pada medulla spinalis yang merupakan objek
perintah. Sirkuit ini mengadakan semua kendali langsung pada otot tetapi dalam peran
yang sedikit. Kegiatan sistem saraf pusat ditampilkan dalam bentuk kegiatan reflex.
Dengan adanya kegiatan reflex dimungkinkan terjadinya hubungan kerja yang baik dan
tepat antara berbagai organ yang terdapat dalam tubuh manusia dan hubungan dengan
keadaan sekelilingnya.

Pada gerak yang disadari impuls melalui jalan panjang yaitu dari reseptor ke saraf
sensorik, di bawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh
otak berupa tanggapan, di bawa oleh saraf motorik sebagai perintah yang harus
dilaksanakan oleh efektor. Karena sesuatu dan lain hal, sering terjadi rangsangan yang
melalui saraf sensorik tidak sampai di olah di otak. Namun melalui jalan terpendek
untuk segera sampai ke efektor. Peristiwa ini disebut refleks. Gerak yang ditimbulkan
oleh peristiwa refleks disebut gerak refleks. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan
tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan control dari
otak. Jadi dapat dikatakan gerakan yang terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa
disadari terlebih dahulu. Contohnya gerak refleks misalnya berkedip, bersin atau batuk
I.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan refleks fisiologis ?


2. Bagaimana cara pemeriksaan refleks fisiologis ?
3. Apa saja jenis-jenis refleks fisologis ?

I.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari refleks fisiologis.


2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan refleks fisiologis.
3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis refleks fisiologis.
BAB II

KONSEP TEORI

II.1 Pengertian Refleks

Refleks merupakan suatu mekanisme respons dalam usaha melindungi tubuh atau
mengelak dari rangsangan yang membahayakan atau mencelakakan. Refleks juga
merupakan respons otomatis terhadap stimulus yang menjalar pada rute lengkung refleks.
Respons yang terjadi pada refleks berlangsung cepat dan tidak disadari oleh yang
bersangkutan. Refleks semacam ini merupakan refleks bawaan yang pusatnya di
sumsum tulang belakang. Berdasarkan reaksi yang terjadi dari suatu refleks, dikenal ada
dua macam refleks, yaitu refleks sederhana dan refleks kompleks.
a. Refleks sederhana, bila refleks ini hanya menyertakan efektor tunggal, misalnya kaki
menginjak duri, langsung ditarik.
b. Refleks kompleks, bila refleks ini mengikutsertakan banyak efektor. Misalnya
seseorang menginjak duri maka kaki langsung diangkat sambil berteriak kesakitan.

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan control dari otak. Pada gerak refleks, impuls
melalui jalan pendek yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian
diteruskan oleh saraf sensorik ke pusat saraf kemudian diterima oleh sel saraf
penghubung, tanpa di olah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motorik
untuk disampaikan ke efektor yaitu otot/kelenjar.

Di samping refleks bawaan ada pula refleks yang dipelajari, yaitu suatu reaksi
tubuh karena latihan secara teratur dan terus-menerus, sehingga kalau ada rangsangan
yang sesuai dengan apa yang dilatih tersebut reaksinya akan cepat seperti refleks.
Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi)
berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar
dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum
tulang belakang misalnya refleks pada lutut. Unit dasar setiap kegiatan reflex terpadu
adalah lengkung reflex. Lengkung reflex ini terdiri dari alat indra, serat saraf aferen, satu
atau lebih sinaps yang terdapat di susunan saraf pusat atau di ganglion simpatis, serat
saraf eferen, dan efektor. Pada mamalia, hubungan (sinaps) antara neuron somatil aferen
dan eferen biasanya terdapat di otak atau medulla spinalis.

II.2 Lengkung Refleks

Jarak terpendek yang dilalui impuls untuk gerak refleks disebut lengkung refleks.
Aktivitas di lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik, berupa potensial reseptor yang
besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor membangkitkan potensial
aksi yang bersifat gagal atau tuntas disaraf aferen. Jumlah potensial aksi sebanding
dengan besarnya potensial generator. Di sistem saraf pusat terjadi respons bertahap
berupa potensial pascasinaps eksitatorik dan potensial pasca sianaps inhibitorik yang
kemudian bangkit di saraf tertaut- taut sinaps. Respon yang kemudian bangkit di saraf
eferen adalah respon yang bersifat gagal atau tuntas. Bila potensial aksi ini
mencapai efektor, akan terbangkit lagi respons bertahap. Di efektor yang berupa otot
polos, responnya akan bergabung untuk kemudian mencetuskan potensial aksi di
otot polos. Tetapi bila efektornya berupa otot rangka, respons bertahap tersebut
selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu menimbulkan
kontraksi otot. Perlu ditekankan bahwa hubungan antara neuron aferen dan eferen
biasanya terdapat di susunan saraf pusat, dan aktivitas di lengkung reflex merupakan
aktivitas yang termodifikasi oleh berbagai rangsangan yang terkumpul
(konvergen) di neuron eferen. Semua lengkung refleks terdiri dari komponen yang
sama yaitu :
1. Reseptor adalah ujung distal dendrit yang menerima stimulus peka terhadap
rangsangan misalnya kulit.
2. Neuron aferen (sensorik) : melintas sepanjang neuron sensorik sampai ke medulla
spinalis yang dapat menghantarkan impuls menuju ke susunan saraf pusat.
3. Neuron eferen (motorik) : melintas sepanjang akson neuron motorik sampai efektor
yang akan merespon impuls eferen menghantarkan impuls ke perifer sehingga
menghasilkan aksi yang khas.
4. Alat efektor : dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos kelenjar yang
merespon, merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu serat otot
atau kelenjar.
BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Refleks Fisiologis

Refleks fisiologis adalah refleks regang otot (muscle stretch reflex) yang muncul
sebagai akibat rangsangan terhadap tendon atau periosteum atau kadang-kadang terhadap
tulang, sendi, fasia atau aponeurosis. Refleks yang muncul pada orang normal disebut
sebagai refleks fisiologis.
Pemeriksaan refleks fisiologis merupakan satu kesatuan dengan pemeriksaan
neurologi lainnya, dan terutama dilakukan pada kasus-kasus mudah lelah, sulit
berjalan, kelemahan/kelumpuhan, kesemutan, nyeri otot anggota gerak, gangguan trofi
otot anggota gerak, nyeri punggung/pinggang gangguan fungsi otonom. Interpretasi
pemeriksaan refleks fisiologis tidak hanya menentukan ada/tidaknya tapi juga
tingkatannya.

III.2 Dasar Pemeriksaan Refleks

1. Pemeriksaan menggunakan alat refleks hammer.


2. penderita harus berada dalam posisi rileks dan santai. Bagian tubuh yang akan
diperiksa harus dalam posisi sedemikian rupa sehingga gerakan otot nantinya akan
terjadi dapat muncul secara optimal.
3. rangsangan harus diberikan secara cepat dan langsung, pukulan keras harus dalam
batas nilai ambang, tidak perlu terlalu keras.
4. Oleh karena sifat reaksi tergantung pada tonus otot, maka otot yang diperiksa harus
dalam keadaan sedikit kontraksi.

III.3 Jenis Refleks Fisiologis


1. refleks biceps (BPR) : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon
m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi
lengan pada sendi siku.
2. refleks triceps (TPR) : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada
sendi siku dan sedikit pronasi. Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku.
3. refleks periosto radialis : ketukan pada periosteum ujung distal os.symmetric posisi
lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi. Respon : fleksi lengan bawah di
sendi siku dan supinasi karena kontraksi m.brachiradialis.
4. refleks periostoulnaris : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan
setengah fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi
m.pronator quadrates.
5. refleks Achilles (APR) : ketukan pada tendon Achilles. Respon : plantar fleksi
longlegs karena kontraksi m.gastroenemius.
6. refleks patella (KPR) : ketukan dengan tendon patella dengan hammer.
Respon : plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris.
7. refleks klonus lutut : pegangdan dorong os patella kea rah distal. Respon :
kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung.
8. refleks klonus kaki : dorsofleksikan longlegs secara maksimal, posisi tungkai fleksi di
sendi lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.
9. reflek kornea : dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila
mengedip (N IV & VIII)
10. reflek faring : faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi
muntahan (N IX & X)
11. reflek abdominal : menggoreskan dinding perut dari lateral ke umbilicus, hasil
negative pada orang tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila terdapat reaksi
otot.
12. reflek kremaster : menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila
skrotum sisi yang sama naik/kontriksi (L 1-2)
13. reflek anal : menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani (S 3-
4-5)
14. reflek bulbo cavernosus : tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkan ke
dalam anus, positif bila kontraksi spincter ani (S 3-4/saraf spinal)
15. reflek moro : refleks memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan.
16. reflek babinski : goreskan ujung reflek hammer pada lateral telapak kaki
mengarah ke jari, hasil positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa
abnormal (jari kaki meregang/aduksi ekstensi).
17. sucking reflek : reflek menghisap pada bayi.
18. grasping reflek : reflek memegang pada bayi.
19. rooting reflek : bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi.
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Refleks merupakan suatu mekanisme respons dalam usaha melindungi


tubuh atau mengelak dari rangsangan yang membahayakan atau mencelakakan.
Respons yang terjadi pada refleks berlangsung cepat dan tidak disadari oleh yang
bersangkutan. Refleks semacam ini merupakan refleks bawaan yang pusatnya di
sumsum tulang belakang. Unit dasar setiap kegiatan reflex terpadu adalah
lengkung reflex. Lengkung reflex ini terdiri dari alat indra, serat saraf aferen,
satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan saraf pusat atau di ganglion
simpatis, serat saraf eferen, dan efektor. Refleks fisiologis adalah refleks
regang otot (muscle stretch reflex) yang muncul sebagai akibat rangsangan
terhadap tendon atau periosteum atau kadang-kadang terhadap tulang, sendi, fasia
atau aponeurosis. Refleks yang muncul pada orang normal
disebut sebagai refleks fisiologis.

IV.2 Saran
Kita perlu mengetahui gerak tubuh apa saja yang mungkin pernah
kita lakukan tanpa kita sadari, terutama kita yang berkecimpung dalam bidang
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

http://okmi07.heck.in/makalah-tentang-reflek-fisiologis-dan-re.xhtml. Diakses Tanggal


1 Mei 2019
http://makalahcyber.blogspot.co.id/2012/05/makalah-refleks-fisiologis-dan.html.
Diakses Tanggal 1 Mei 2019
http://haerulrachmat.blogspot.co.id/2011/05/laporan-fisiologi-refleks-fisiologis.html.
Diakses Tanggal 1 Mei 2019
http://hanifah-ayu-fk13.web.unair.ac.id/artikel_detail-106365-Ilmu%20Faal-Sistem
%20Gerak%20Refleks.html. Diakses Tanggal 1 Mei 2019
http://tintakarya-elnino.blogspot.co.id/2011/08/makalah-gerak-refleks.html. Diakses
Tanggal 1 Mei 2019

Prawirphartono, Slamet dan Hidayati, Sri.2001. Sains Biologi. Jakarta: Bumi Aksara. Sloane,
Ethel.2004. Anatomi Dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai