Dr.H.Koesnadi Bondowoso
1. Problem ( P )
penyembuhan.
ini adalah pasien yang telah menjalani operasi fraktur ORIF dan
digunakan quotasampling.
2. Intervensi ( I )
3. Comparison (C)
b. Jurnal Pembanding
Abstract
Fracture is a break of continuity of bone, usually caused by trauma or
physical exertion. Pain is the most common complaint in patients with
fracture. One of the interventions that can reduce fracture pain is giving
cold compress using a towel put in ice cubes mixed with water and put it on
the skin that do for 10 minutes. The purpose of this research was to analyze
the effect of cold compress therapy against post operative pain in patients
ORIF fracture. This research method was pre experimental with one group
pretest-posttest design. The sampling technique was quota sampling
involving 10 respondents. The independent variable was cold compress
therapy and dependent variable was post operative pain. The data were
analyzed using wilcoxon test with significant level of α = 0,05. Mean of
respondent pain score before intervention was 3,7 and score after
intervention was 2,9. The result showed a significant difference between
pretest and posttest (p = 0,005). This result indicates that there is
significant effect of cold compress therapy on post operative pain in
patients ORIF fracture. Nurse was suggested to apply cold compress
therapy as one of interventions to decrease post operative pain in patients
ORIF fracture.
Abstrak
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, biasanya disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik. Nyeri merupakan keluhan yang paling umum
pada pasien dengan fraktur. Salah satu intervensi yang dapat mengurangi
nyeri patah tulang adalah memberikan kompres dingin menggunakan
handuk dimasukkan ke dalam es batu dicampur dengan air dan
menaruhnya di atas kulit yang dilakukan selama 10 menit. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh terapi kompres dingin
terhadap nyeri pasca operasi pada pasien fraktur ORIF. Metode penelitian
ini adalah pre eksperimental dengan desain one group pretest-posttest.
Teknik pengambilan sampel adalah quota sampling melibatkan 10
responden. Variabel independen adalah terapi kompres dingin dan
variabel dependen adalah nyeri pasca operasi. Data dianalisis
menggunakan uji wilcoxon dengan tingkat signifikan α = 0,05. Rerata
nilai nyeri responden sebelum intervensi adalah 3,7 dan nilai setelah
intervensi adalah 2,9. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara pretest dan posttest (p = 0,005). Hasil ini menunjukkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan dari terapi kompres dingin terhadap
nyeri post operasi pada pasien fraktur ORIF. Perawat disarankan untuk
menerapkan terapi kompres dingin sebagai salah satu intervensi untuk
mengurangi nyeri pasca operasi pada pasien fraktur ORIF.
Kata Kunci: ORIF, kompres dingin, nyeri post operasi.
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
VIOLA SATRIANAJ
200 130 081
SURAKARTA 2016
i
ii
iii
UPAYA PENURUNAN NYERI PADA PASIEN FRAKTUR HUMERUS
POST ORIF HARI KE 0 DI RSOP SURAKARTA
Viola Satriana, Enita Dewi, Yuni Astuti Tri Indarti Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta JL.
Ahmad Yani, Trombol Pos 1, Pabelan Kartasura Email :
Violasatriana06@gmail.com
Abstrak
Pembedahan atau operasi adalah tindakan yang menggunakan cara invasif
dengan membuat sayatan dan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan. Akibat
dari prosedur pembedahan, pasien akan mengalami gangguan rasa nyaman atau
nyeri. Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan, bervariasi pada tiap
individu dan dapat mempengaruhi seluruh pikiran seseorang. Salah satu tindakan
non farmakologi dalam mengurangi atau mengontrol nyeri dengan tindakan
relaksasi nafas dalam. Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini untuk mengetahui
gambaran umum tentang asuhan keperawatan dengan fraktur humerus sinistra
serta melaporkan tindakan nonfarmakologi terhadap penurunan nyeri pada pasien.
Metode yang digunakan deskriptif dengan studi kasus dan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan dimulai dari pengkajian
sampai evaluasi. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam pada
pasien post operasi fraktur humerus dengan masalah nyeri akut teratasi sebagian
dan intervensi dilanjutkan. Adanya pengaruh pemberian terapi nonfarmakologi
dalam menurunkan skala nyeri. Masalah nyeri akut teratasi sebagian sehingga
membutuhkan perawatan lebih lanjut, peran keluarga yang sangat diperlukan
untuk keberhasilan asuhan keperawatan.
1
PAIN REDUCTION EFFORTS IN PATIENTS HUMERUS
FRACTURES POST ORIF DAY 0 IN RSOP SURAKARTA
Viola Satriana, Enita Dewi, Yuni Astuti Tri Indarti Study
Program DIII of Nursing Faculty of Health Sciences
Muhammadiyah University of Surakarta JL. Ahmad Yani,
Trombol Pos 1, Pabelan Kartasura Email :
Violasatriana06@gmail.com
Abstracts
2
1. PENDAHULUAN (Muttaqin, 2011). Selain itu perawat perlu
Fraktur merupakan memiliki kemampuan dalam
hilangnya kontinuitas tulang mengidentifikasi dan mengatasi rasa nyeri
yang disebabkan oleh trauma yang dialami klien (Asmadi, 2008 dalam
atau tenaga fisik. Jaringan jurnal Ani Dwi Pratintya, 2014).
lunak disekitar fraktur akan Badan kesehatan dunia (WHO)
menentukan apakah fraktur mencatat kasus fraktur yang terjadi di
yang terjadi lengkap atau tidak dunia kurang lebih 13 juta orang pada
lengkap (Helmi, 2012). tahun 2008, dengan angka prevalensi
Sedangkan fraktur humerus 2,7%. Sementara pada tahun 2009
adalah putusnya hubungan terdapat kurang lebih 18 juta orang
tulang humerus bagian atas dengan angka prevalensi 4,2 %. Tahun
yang sering disebabkan oleh 2010 meningkat menjadi 21 juta orang
pukulan langsung atau jatuh dengan angka prevalensi 3,5 %.
dengan bertumpu pada lengan. (Mardiono, 2010 dalam jurnal Rivaldy
(Kneale & Davis, 2011). Djamal dkk, 2015). Prevalensi kasus
Pembedahan atau operasi adalah tindakan fraktur pada penduduk Indonesia 5,8 %.
yang menggunakan cara invasif dengan Fraktur terbanyak terjadi di Papua dengan
membuat sayatan dan diakhiri dengan prevalensi 8,3% sedangkan di Jawa
penutupan dan penjahitan. Akibat dari Tengah 6,2 %. (Kemenkes, 2013).
prosedur pembedahan, pasien akan Terjadinya fraktur tersebut dari berbagai
mengalami gangguan rasa nyaman atau insiden antara lain kecelakaan, cedera
nyeri. (Akbar Apriansyah, dkk, 2015). olahraga, bencana kebakaran, bencana
Apabila sesorang mengalami nyeri, maka alam dan lain sebagainya.
akan mempengaruhi fisiologis dan Pada tahun 2013 dalam kurun waktu
psikologis dari orang tersebut (Tamsuri, satu bulan di rumah sakit Orthopedi Prof.
2006 dalam jurnal Ani Dwi Pratintya, DR. R Soeharso Surakarta terdapat kasus
2014). Nyeri merupakan sensasi yang fraktur humerus yang memerlukan
sangat tidak menyenangkan yang muncul penanganan operasi sebanyak 9,4 % dari
akibat kerusakan jaringan aktual dan 382 kasus yang mana kasus fraktur
potensial, bervariasi pada tiap individu dan humerus masuk kedalam peringkat
dapat mempengaruhi seluruh pikiran sepuluh besar kasus tertinggi (Triastuti,
seseorang. Awitan yang tiba-tiba atau 2012).
lambat dari intensitas ringan hingga berat Pentingnya upaya penurunan nyeri
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dengan melakukan tindakan
diprediksi dan berlangsung <6 bulan nonfarmakologi yaitu teknik relaksasi
(NANDA, 2015). Perawat perlu merupakan tindakan yang dilakukan untuk
mendapatkan data baik secara subjektif mengurangi nyeri. Teknik relaksasi nafas
maupun objektif untuk menilai seberapa dalam adalah teknik melakukan nafas
besar pengaruh nyeri pada pasien dengan lambat dan menghembuskan nafas dalam
menggunakan komunikasi terapeutik. secara perlahan, kemudian pasien dapat
(Berman, Snyder, Kozier, & Erb, 2003 memejamkan matanya dan bernafas
dalam jurnal Chandra Kristianto Patasik dengan perlahan dan nyaman. Irama yang
dkk, 2013). Pengkajian nyeri meliputi P konstan dapat dipertahankan dengan
(provoking incident/insidens pemicu). Q menghitung dalam hati dan lambat
(Quality of pain). R (Region, radiation, bersama setiap inhalasi (“ hirup, dua,
relief). S (Severity/scale of pain). T (Time). tiga”) dan ekshalasi (hembuskan, dua,
tiga). (Brunner & Suddarth, 2013). karya ilmiah ini adalah di ruang
Relaksasi secara umum sebagai metode Instalasi Bedah Sentral RS Ortopedi
yang paling efektif terutama pada pasien Prof. DR. R Soeharso Surakarta. Waktu
yang mengalami nyeri (National Safety pelaksanaan studi kasus pada tanggal 28
Council, 2003 dalam jurnal Ernawati dkk, Maret – 2 April 2016. Penulisan
2010). publikasi ilmiah ini mengambil kasus
Berdasarkan latar belakang diatas pada pasien Tn. M dengan Fraktur
pasien dengan fraktur yang rata-rata Humerus di bangsal Ceplok Sriwedari.
anggota tim kesehatan hanya memberikan Dalam penyusunan publikasi ilmiah
obat analgetik untuk mengurangi nyeri. penulis mendapatkan data melalui
Maka penulis tertarik untuk memberikan wawancara, pemeriksaan fisik dan
teknik relaksasi nafas dalam untuk observasi. Wawancara dilakukan untuk
megurangi dan mengontrol nyeri karena mendapatkan data secara subjektif
teknik relaksasi nafas dalam dapat dengan menggunakan pertanyaan
dipraktekkan dan tidak menimbulkan efek terbuka dan tertutup. Pemeriksaan fisik
samping. Studi pendahuluan yang sudah dapat dilakukan dengan empat cara
dilakukan penulis ada 4 pasien yang yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan
mengalami fraktur namun pasien dan auskultasi. Sedangkan observasi
anggota tim kesehatan cenderung melakukan pengamatan antara lain
memandang obat sebagai satu-satunya respon fisik dan psikologis, respon
metode untuk menghilangkan nyeri. emosi serta rasa aman dan nyaman yang
Tujuan umum penulisan tersebut untuk dirasakan klien (Debora Oda, 2011).
mengetahui gambaran umum tentang Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah
asuhan keperawatan dengan fraktur ini maka penulis mengumpulkan
humerus sinistra serta melaporkan berbagai sumber (buku, jurnal, artikel,
tindakan nonfarmakologi terhadap dan web) sebagai acuan.
penurunan nyeri pada pasien. Sedangkan
tujuan khususnya yaitu melakukan 2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari proses yang sudah dilakukan
pengkajian, merumuskan diagnosa,
didapatkan data pengkajian, diagnosa
membuat intervensi, melakukan
prioritas, intervensi keperawatan,
implementasi, serta evaluasi pada Tn. M
implementasi dan evaluasi. Dari data
dengan fraktur humerus sinistra.
pengkajian penulis akan membahas satu
Berdasarkan rumusan masalah di
persatu didalam diagnosa sampai
atas penulis tertarik untuk menjelaskan
dengan evaluasi.
dan menganalisis tentang penanganan
kasus fraktur humerus dengan judul
2.1 Pengkajian
“Upaya Penurunan Nyeri Pada Tn. M
dengan Fraktur Humerus Sinistra Post Pengkajian adalah langkah pertama
ORIF Hari ke 0 di RSOP Dr. Soeharso dalam proses keperawatan. Proses ini
Surakarta”. meliputi ; pengumpulan data, verifikasi
1.METODE data, menganalisa data, intrepetasi data,
pendokumentasian data. Pengkajian
Metode yang digunakan dalam
bertujuan untuk mendapatkan data dasar
publikasi ilmiah ini yaitu menggunakan
tentang kesehatan klien baik
metode deskriptif dengan pemaparan
fisik,psikologis maupun emosional.
kasus dan menggunakan pendekatan
Data dasar ini digunakan untuk
proses keperawatan. Tempat
menetapkan status kesehatan klien,
pengambilan kasus dalam pembuatan
menetukan masalah aktual ataupun tampak meringis menahan sakit saat
potensial. Hal yang dikaji bukan hanya mencoba menggerakkan lengan kirinya,
kondisi fisik klien tetapi juga kegiatan kekuatan otot 1 (tidak mampu
fisik dan gaya hidup klien setiap hari mengangkat) pada ekstremitas kiri,
(Debora, 2011). Penulis mulai pergelangan sendi shoulder terbatas,
memaparkan hasil dari pengkajian yang pergerakan sendi pergelangan tangan
dilakukan pada tanggal 28 Maret 2016 masih kaku. Tekanan darah : 110/80
jam 13.00 WIB dengan keluhan nyeri mmHg, Nadi : 80 x/m, Suhu : 36,5 °C,
pada luka post operasi tangan kiri. Pada Pernafasan : 22 x/m.
pengkajian riwayat penyakit sekarang Berdasarkan hasil pengkajian
klien mengatakan melakukan operasi yang dilakukan penulis menggunakan
pelepasan pen di lengan sebelah kiri. mekanisme pengkajian sesuai dengan
Riwayat penyakit dahulu klien teori Arif Muttaqin (2008). Teori
mengatakan 6 tahun yang lalu tersebut menyatakan bahwa pengkajian
mengalami kecelakaan sepeda montor muskoloskeletal dilakukan dari
dan mengalami patah tulang dilengan anamnese meliputi identitas klien,
kiri. Kemudian klien melakukan operasi riwayat penyakit sekarang, riwayat
pemasangan pen lengan kiri di RSKB penyakit dahulu dan pemeriksaan fisik.
Siaga Barjarmasin. Ini kali ke dua Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua
pasien melakukan operasi untuk yaitu pemeriksaan umum (status
melepas pen di RSOP Dr. Soeharso general) dan pemeriksaan setempat
Surakarta. Pemeriksaan fisik pada (lokal) yang bertujuan mengklarifikasi
tanggal 28 Maret 2016 didapat Keadaan hasil dari anamnesis dan mengevaluasi
umum baik. Kesadaran compos mentis. keadaan fisik secara umum serta
TTV ; tekanan darah :110/80 mmHg, melihat apa ada indikasi penyakit
pernafasan : 22x/m, Suhu : 36,5 °C, lainnya. Dalam melaksanakan
Nadi : 80x/m. Berat badan : 66 kg. pemeriksaan fisik perawat perlu
Tinggi Badan : 170 cm. Pengkajian melakukan penilaian keadaan umum
dengan menggunakan format klien seperti keadaan baik buruknya,
pengkajian pasien rawat inap menurut, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital.
Arif Muttaqin, (2008) pada B6 (Bone) : Selanjutnya pengkajian dari B1 sampai
kemampuan gerak sendi bebas, B6. B1 (Breathing) pengkajian ini
kekuatan otot ekstremitas bawah penuh melakukan pemeriksaan sistem
(5), kekuatan otot ekstremitas atas pernafasan untuk mengetahui ada
lengan kanan penuh (5). Kekuatan otot tidanya kelainan, B2 (Blood)
lengan kiri 1 (tampak kontraksi atau ada pengkajian ini melakukan pemeriksaan
sedikit gerakan dan ada tahanan pada organ jantung, B3 (Brain)
sewaktu jatuh). Akral kulit hangat, pengkajian ini melakukan pemeriksaan
turgor baik, tidak ada odem, tidak mulai dari kepala, leher, wajah, mata,
menggunakan alat bantu dalam telinga, hidung dan mulut, B4 (Bladder)
berjalan. pengkajian ini melakukan pemeriksaan
Dari pengkajian diatas diperoleh data pada sistem perkemihan, B5 (Bowel)
subjektif dan objektif. Data subjektif pengkajian ini melakukan pemeriksaan
klien mengatakn nyeri pada luka post pada abdomen, B6 (Bone) pengkajian
operasi, nyeri sepertitertekan, di lengan ini dilakukan dengan cara look atau
kiri post operasi, dengan skala 5, secara melihat ada tidaknya pembengkakan
terus menerus. Data Objektif : klien dan deformitas, feel mengkaji adanya
nyeri tekan (tenderness)dan krepitasi, manajemen nyeri, mampu mengenali
move mengkaji adanya gangguan gerak. nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
Setelah dilakukan anamnesis, tanda nyeri), menyatakan rasa nyaman
pemeriksaan fisik, pemeriksaan setelah nyeri berkurang, skala nyeri 0-1
laboratorium yang meliputi pengkajian atau teradaptasi. Rencana tindakan
darah lengkap. keperawatan yang dilakukan adalah
2.2 Diagnosa keperawatan lakukan pengkajian nyeri secara
Diagnosa keperawatan merupakan komprehensif meliputi lokasi,
sebuah label singkat yang karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
menggambarkan kondisi pasien yang dan faktor presipitasi. Lakukan
diobservasi dilapangan. Kondisi ini manajemen nyeri keperawatan ajarkan:
dapat berupa masalah actual atau teknik nonfarmakologi; ajarkan teknik
potensial atau diagnosis sejahtera relaksasi pernafasan dalam ketika nyeri
(Judith Wilkinson, NIC, NOC, 2013). muncul, ajarkan teknik distraksi pada
Tahap diagnosa keperawatan saat nyeri muncul, lakukan manajemen
memungkinkan perawat menganalisis sentuhan. (Muttaqin, 2011). Berikan
data, diagnosa didapatkan dari penilaian informasi tentang nyeri, seperti
klinik tentang respon individu, keluarga penyebab nyeri dan aktivitas yang dapat
atau komunitas terhadap masalah meningkatkan atau menurunkan nyeri.
kesehatan (Allen, Carol Vestal, 2010). Kolaborasi dengan dokter dalam
Sesuai dengan hasil pengkajian penulis pemberian obat. (Judith Wilkinson,
menegakkan diagnosa keperawatan NIC, NOC, 2013).
berdasarkan prioritas pertama sesuai 3.4 Implementasi
dengan judul yaitu Nyeri Akut Dari perencanaan yang dibuat
berhubungan dengan Agen Injuri Fisik. oleh penulis, selanjutnya akan
Nyeri akut adalah pengalaman diaplikasikan kepada klien sesuai
kompleks yang tidak menyenangkan dengan kebutuhan klien saat itu dan
terkait dengan emosi, kognitif dan kebutuhan yang paling dirasakan oleh
sensorik, sebagai respon atas trauma klien. Tindakan yang dilakukan dalam
jaringan dengan intensitas ringan implementasi mungkin sama, mungkin
hingga berat dengan akhir yang dapat juga berbeda dengan urutan yang telah
diantisipasi atau diprediksi (Kapita dibuat pada perencanaan (Debora Oda,
Selekta Kedokteran, 2014). Sedangkan 2011). Kemampuan yang dimiliki
agen injuri fisik misalnya abses, perawat pada tahap implementasi
amputasi, luka bakar, terpotong, adalah kemampuan komunikasi yang
mengangkat berat, prosedur bedah, efektif, kemampuan untuk menciptakan
trauma, olahraga berlebihan (NANDA, hubungan saling percaya dan saling
2015) bantu, kemampuan melakukan teknik
2.3 Intervensi Keperawatan psikomotor, kemampuan melakukan
Tujuan dilakukan tindakan keperawatan observasi sistematis, kemampuan
diharapkan nyeri berkurang atau hilang. memberikan pendidikan
Dengan kriteria hasil klien mampu kesehatan,kemampuan advokasi dan
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).
mampu menggunakan tehnik Penulis akan memaparkan implementasi
nonfarmakologi untuk mengurangi mulai tanggal 28-30 maret 2016.
nyeri), melaporkan bahwa nyeri Tanggal 28 maret jam 14.00
berkurang dengan menggunakan mengobservasi tingkat nyeri. Data
subjektif : klien mengatakan nyeri pada relaksasi nafas dalam. Data subjektif :
luka post operasi, nyeri seperti tertekan, klien mengatakan lebih rileks dan nyeri
lengan kiri post operasi, skala nyeri 5, berkurang luka post operasi, nyeri
terus menerus. Data Objektif : ekspresi seperti tertekan, lengan kiri post
wajah tegang menahan sakit. Tekanan operasi, skala 3, hilang timbul. Jam
darah : 110/ 90 mmHg, Nadi : 80 x/m, 13.00 melakukan injeksi. Data subjektif
Pernafasan : 22 x/m, Suhu : 36,5 ° C. : klien mengatakan bersedia di injeksi.
Pada jam 15.00 mengajarkan teknik Data objektif : injeksi masuk lewat IV
relaksasi nafas dalam. Data subjektif : cefazolin 1 g, ketorolac 30 mg.
klien mengatakan masih nyeri pada luka Dari pengkajian yang dilakukan
post operasi, nyeri seperti tertekan, selama tiga hari penulis berfokus pada
lengan kiri post operasi, skala 5, terus upaya penurunan nyeri maka tindakan
menerus. Jam 21.00 melakukan injeksi. yang dilakukan adalah tindakan
Data subjektif : klien mengatakna nonfarmakologi yaitu mengajarkan
bersedia di injeksi. Data objektif : teknik relaksasi nafas dalam. Teknik
injeksi masuk lewat IV cefazolin 1 g, relaksasi nafas dalam merupakan salah
ketorolac 30 mg. satu metode manajemen nyeri
Tanggal 29 maret jam 08.00 nonfarmakologi. Menurut (Suhono,
mengobservasi tingkat nyeri. 2010 dalam jurnal Chandra Kristianto
Datasubjektif : klien mengatakan nyeri Patasik dkk, 2013) beberapa penelitian
pada luka post operasi, nyeri menunjukkan bahwa relaksasi nafas
sepertitertekan, lengan kiri post operasi, dalam sangat efektif dalam menurunkan
skala nyeri 5, terus menerus. nyeri pasca operasi, tehnik relaksasi
DataObjektif : ekspresi wajah menahan nafas dalam juga dapat dipraktekkan
sakit. Tekanan darah : 120/ 90mmHg, dan tidak menimbulkan efek samping.
Nadi : 80 x/m, Pernafasan : 20 x/m, Selain dapat menurunkan nyeri, tehnik
Suhu : 36 ° C. Pada jam 09.00 relaksasi nafas dalam juga dapat
mengobservasi penggunaan teknik meningkatkan ventilasi paru dan
relaksasi nafas dalam. Datasubjektif : oksigenasi darah. (Koto Yeni, 2015).
klien mengatakan lebih rileks dan nyeri Penatalaksanaan non farmakologis
luka post operasiberkurang, nyeri teknik relaksasi nafas dalam untuk
seperti tertekan, lengan kiri post menurunkan nyeri pada pasien post
operasi, skala 4, hilang timbul. Jam fraktur humerus dipilih karena terapi
13.00 melakukan injeksi. Data subjektif relaksasi nafas dalam dapat diakukan
: klien mengatakna bersedia di injeksi. secara mandiri, relatif mudah dilakukan
Data objektif : injeksi masuk lewat IV daripada terapi nonfarmakologis
cefazolin 1 g, ketorolac 30 mg. lainnya, tidak membutuhkan waktu
Tanggal 30 maret jam 08.00 lama untuk terapi dan mampu
mengobservasi keadaan umum klien. mengurangi dampak buruk. Dari
Data subjektif : klien mengatakan nyeri beberapa intervensi yang dibuat penulis
pada luka post operasi, nyeriseperti yang dilakukan saat implementasi
tertekan, lengan kiri post operasi, skala adalah pengkajian nyeri secara
nyeri 4, terus menerus. Data Objektif : komprehensif meliputi frekuensi,
ekspresi wajah menahan sakit. Tekanan intensitas, lokasi, dan karakteristik nyeri
darah : 120/ 90mmHg, Nadi : 80 x/m, (PQRST), manajemen nyeri
Pernafasan : 20 x/m, Suhu : 36 ° C. keperawatan : ajarkan teknik tentang
Pada jam 09.00 mengajarkan teknik teknik nonfarmakologi ; ajarkan teknik
nonfarmakologi ; ajarkan teknik dilakukan karena banyak pasien dan
relaksasi pernafasan dalam ketika nyeri anggota tim kesehatan cenderung untuk
muncul, ajarkan teknik distraksi pada memandang obat sebagai satu-satunya
saat nyeri muncul, lakukan manajemen metode untuk menghilangkan nyeri.
sentuhan. Berikan informasi tentang Meskipun metode pereda nyeri biasanya
nyeri, seperti penyebab nyeri dan mempunyai resiko yang sangat rendah
aktivitas yang dapat meningkatkan atau dan tindakan tersebut bukan merupakan
menurunkan nyeri dan pemberian obat pengganti obat-obatan, tetapi tindakan
analgetik. Rencana tindakan yang tidak tersebut mungkin diperlukan untuk
dilakukan penulis dalam implementasi mempersingkat episode nyeri yang
adalah mengajarkan tehnik distraksi dan berlangsung beberapa detik atau menit.
manajemen sentuhan. Teknik distraksi Namun dalam implementasi diatas
adalah memfokuskan perhatian pasien penulis hanya berfokus pada tindakan
pada sesuatu selain pada nyeri. nonfarmakologis teknik relaksasi nafas
Keefektifan distraksi tergantung pada dalam.
kemampuan pasien untuk menerima dan 3.5 Evaluasi
membangkitkan input sensori selain Evaluasi adalah pernyataan
nyeri. Pereda nyeri secara umum kesimpulan yang menunjukkan tujuan
meningkat dalam hubungan langsung dan memberikan indikator kualitas dan
dengan partisipasi aktif individu, ketepatan perawatan yang
banyaknya modalitas sensori yang menghasilkan hasil pasien yang positif
dipakai, dan minat individu dalam (Tucker, Susan Martin, 2008). Pada
stimuli. Karenanya, stimuli penglihatan, tahap evaluasi penulis membandingkan
pendengaran, dan sentuhan mungkin hasil tindakan yang telah dilakukan
akan lebih efektif dalam menurunkan dengan kriteria hasil yang sudah
nyeri dibanding stimuli satu indera saja ditetapkan serta menilai apakah masalah
(Brunner & Suddarth, 2013). Menurut yang terjadi sudah teratasi seluruhnya,
penulis teknik distraksi membutuhkan hanya sebagian atau bahkan belum
konsentrasi dan pendampingan, teratasi semuanya. (Debora, 2011).
meskipun jika dilakukan juga sama- Evaluasi pada hari senin tanggal 28
sama mampu menurunkan nyeri pada maret 2016 jam 21.00 Subjektif : klien
pasien post operasi. Selain teknik mengatakan nyeri pada luka post
relaksasi nafas dalam, teknik distraksi operasi, seperti tertekan, pada lengan
dan manajemen sentuhan yang kiri, skala nyeri 5, terus menerus.
disebutkan penulis dalam rencana Objektif : ekspresi wajah menahan nyeri
tindakan menurut Arif Muttaqin (2011), nyeri, TTV ; Tekanan darah : 110/80
ada banyak tindakan nonfarmakologi mmHg, Nadi : 80x/m, Pernafasan : 22
yang dapat membantu dan mengurangi x/m, Suhu : 36,5°C. Assessment :
nyeri antara lain stimulasi dan masase masalah belum teratasi, Planning :
kutaneus yang bertujuan menstimulasi Lanjutkan intervensi ; observasi nyeri
serabut-serabut yang menstranmisikan yang komprehensif meliputi frekuensi,
sensasi tidak nyeri memblok atau intensitas, lokasi, dan karakteristik
menurunkan tranmisi implus nyeri, nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas
terapi es dan panas, stimulasi saraf dalam, berikan informasi tentang nyeri,
elektris transkutan, imajinasi seperti penyebab nyeri dan aktivitas
terbimbang dan hipnosis. Tindakan yang dapat meningkatkan atau
nonfarmakologis diatas jarang menurunkan nyeri, kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat Evaluasi teknik relaksasi nafas dalam,
pada hari selasa tanggal 29 maet 2016 menganjurkan kepada klien untuk
jam 15.00. Subjektif : Klien mengatakan kontrol ke rumah sakit sesuai jadwal
nyeri luka operasi sedikit yang diberikan, kolaborasi dengan
berkurang,seperti tertekan, daerah dokter dalam pemberian obat. Evaluasi
lengan kiri, skala 4, hilang timbul. yang dilakukan selama tiga sehari
Objektif : terjadi penuruna skala nyeri dari hari
eskpresi wajah datar, melindungi lengan pertama skala nyeri 5 menjadi 3. Dari
saat bergerak. Tekanan darah evaluasi diatas dapat disimpulkan
: 120/90 mmHg, Nadi : 80 x/m, Pernafasan tindakan nonfarmokologi teknik
: 20 x/m, Suhu : 36,5 °C. relaksasi nafas dalam efektif dalam
Assessment : masalah teratasi sebagian, menurunkan nyeri sesuai dengan jurnal
Planning : Lanjutkanintervensi ; dalam Chandra Kristianto Patasik dkk,
observasi nyeri yang komprehensif (2013) menunjukkan bahwa relaksasi
meliputi frekuensi, intensitas, lokasi, nafas dalam sangat efektif dalam
dan karakteristik nyeri, ajarkan teknik menurunkan nyeri pasca operasi.
relaksasi nafas dalam, berikan informasi
tentang nyeri, seperti penyebab nyeri PENUTUP
dan aktivitas yang dapat meningkatkan A. Kesimpulan
atau menurunkan nyeri, kolaborasi 1. Hasil pengkajian didapatkan
dengan dokter dalam pemberian obat. diagnosa pada Tn. M Nyeri akut
Evaluasi pada hari rabu tanggal berhubungan dengan agen injuri
30 maret 2106, jam 15.00. Subjektif : fisik.
Klien mengatakan nyeri luka operasi 2. Intervensi keperawatan pada klien
berkurang, sepertitertekan, daerah dengan diagnosa nyeri akut
lengan kiri, skala 3, hilang timbul. berhubungan dengan agen injuri fisik
Objektif : eskpresi wajah datar, antara lain : observasi nyeri yang
melindungi lengan saat bergerak. komprehensif meliputi frekuensi,
Tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi : intensitas, lokasi, dan karakteristik
82 x/m, Pernafasan : 20 x/m, Suhu : 36 nyeri. Lakukan manajemen nyeri
°C. Assessment : masalah teratasi keperawatan : ajarkan teknik
sebagian. Planning : Lanjutkan nonfarmakologi ; ajarkan teknik
relaksasi pernafasan dalam ketika
intervensi ; informasikan kepada klien
nyeri muncul, ajarkan teknik
saat nyeri muncul anjurkan untuk
distraksi pada saat nyeri muncul,
menggunakan teknik relaksasi nafas
lakukan manajemen sentuhan.
dalam, menganjurkan kepada klien
Berikan informasi tentang nyeri,
untuk kontrol ke rumah sakit sesuai
seperti penyebab nyeri dan aktivitas
jadwal yang diberikan, kolaborasi
yang dapat meningkatkan atau
dengan dokter dalam pemberian obat. menurunkan nyeri. Kolaborasi
Berdasarkan tindakan dengan dokter dalam pemberian
keperawatan 3x24 jam yang telah obat.
dilakukan penulis, evaluasi keperawatan 3. Implementasi yang dilakukan
dengan diagnosa nyeri akut berdasarkan prioritas diagnosa
berhubungan dengan agen cedera fisik adalah mengajarkan teknik
teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan. nonfarmakologi. Teknik relaksasi
Informasikan kepada klien saat nyeri nafas dalam merupakan salah satu
muncul anjurkan untuk menggunakan metode manajemen nyeri
nonfarmakologi. Alasan penulis Berdasarkan hasil pembahasan dan
melakukan relaksasi nafas dalam kesimpulan penulis memberikan saran-
karena relaksasi nafas dalam sangat saran sebagai berikut :
efektif dalam menurunkan nyeri a. Bagi rumah sakit
pasca operasi selain itu teknik Diharapkan agar lebih
relaksasi nafas dalam dapat meningkatkan pelayanan asuhan
dipraktekkan secara mandiri dan keperawatan dengan fraktur
tidak menimbulkan efek samping. humerus di Ruang Instalasi Bedah
Sedangkan implementasi yang tidak Sentral, terutama pada tindakan
dilakukan penulis adalah nonfarmakologi untuk
mengajarkan teknik distraksi dan meminimalkan kejadian nyeri dan
manajemen sentuhan. mencegah komplikasi lebih lanjut.
4. Evaluasi dari diagnosa nyeri akutb. b. Bagi klien dan keluarga
berhubungan dengan agen injuri fisik Diharapkan klien ikut serta dalam
belum teratas. Intervensi dilanjutkan upaya penurunan nyeri
: informasikan kepada klien saat menggunakan tindakan
nyeri muncul anjurkan untuk
nonfarmakologi seperti tindakan
menggunakan teknik relaksasi nafas
relaksasi nafas dalam untuk
dalam, menganjurkan kepada klien
meningkatkan kenyamanan pasien.
untuk kontrol ke rumah sakit sesuai
c. Bagi peneliti lain Diharapkan hasil
jadwal yang diberikan, kolaborasi
penelitian ini menjadi acuan dan
dengan dokter dalam pemberian
referensi untuk dikembangkan dalam
obat.
5. Pemberian teknik relaksasi nafas memberikan asuhan keperawatan
dalam pada Tn. M nyeri akut secara nonfarmakologi.
berhubungan dengan agen injuri fisik
dalam menurunkan nyeri terbu pada
Saran
hari terakhir dari skala nyeri 5 menjadi 3.
DAFTAR PUSTAKA
DR. R.D. Kandou Manado. Jurnal
Allen, Carol Vestal. 2010. Memahami Proses
Keperawatan. Jakarta : Keperawatan. Volume 3,Nomor 2,
Oktober 2015.
EGC.
Asmadi. 2008. Konsep dasar Endah Estria Nurhayati, Herniyatun,
Keperawatan. EGC : Jakarta. Safrudin ANS. 2011. Pengaruh Teknik
Distraksi Relaksasi Terhadap Penurunan
Ani Dwi Pratintya, Harmilah, Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi
Subroto. 2014. Kompres Hangat Laparatomi Di PKU Muhammadiyah
Menurunkan Nyeri Persendian Gombong. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Osteoartitis Pada Lanjut Usia. Jurnal Keperawatan. Volume 7, No.1, Februari
Kebidanan dan Keperawatan. Vol. 10, 2011.
No. 1, Juni 2014 : 1-7.
Akbar Apriansyah, Siti
Romadoni, Desy Andrianovita. 2015.
Ernawati, Retno Wida Hapsari,
Hubungan Antara Tingkat Kecemasan
Tri Anasari. 2013. Efektifitas Teknik
Pre-Operasi Dengan Derajat Nyeri Pada
Relaksasi Nafas Dalam Dan Metode
Pasien Post Sectio Caesarea Di Rumah
Pemberian Coklat Terhadap Penurunan
Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun
Intensitas Disminore Pada Remaja Putri
2014. Jurnal Keperawatan Sriwijaya,
Di SMK SWAGAYA 2 Purwokerto.
Volume 2-Nomer 1, Januari 2015, ISSN
Jurnal Involusi Kebidanan, Vol 3, No.
No 2355 5459.
Januari 2013, 26-38.
Brunner & Suddarth. 2013. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Helmi, Noor Zairin. 2012. Buku Ajar
Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta
Jakarta : EGC.
:Salemba Medika.
Chandra Kristianto Patasik, Jon Kemenkes RI. 2013. Riset
Tangka, Julia Rottie. 2013. Efektifitas Kesehatan Dasar ; RISKESDAS. Jakarta :
Tehnik Relaksasi Nafas Dalam dan Guide Kemenkes RI.
Imagery Terhadap Penurunan Nyeri pada
Pasien Post Operasi Sectio Caesar di Irina Kneale Julia & Davis Peter. 2011.
Keperawatan Ortopedik & Trauma.
D BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Jakarta :EGC.
Manado. Jurnal Keperawatan. Volume 1.
Nomor 1. Agustus 2013. Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku
Gangguan Muskuloskeletal AplikasiPada
Debora, Oda. 2011. Proses
Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisk. Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta :
Jakarta : Salemba Medika. EGC.