Memahami Prinsip Kerjaproses Grading Dan Kualitas TBS Yang Dilakukan Oleh Bagian Sortasi
Memahami Prinsip Kerjaproses Grading Dan Kualitas TBS Yang Dilakukan Oleh Bagian Sortasi
Grading adalah suatu kegiatan penyortiran TBS sebagai salah satu kendali
mutu CPO yang akan dihasilkan baik dari segi kuantitas dan kualitas. Grading
menjadi salah satu bagian dalam alur pengolahan TBS menjadi CPO.
3. TENERA
Jenis tenera ciri – cirinya antara lain : tebal cangkangnya tipis 0,5-4 mm
terdapat lingkaran serabut disekeliling tempurung, daging buah sangat tebal,
tandan buah lebih banyak ( tetapi ukurannya lebih kecil ) merupakan persilangan
antara dura dan psifera. Jenis tenera merupakan yang paling banyak ditanam
dalam perkebunan dengan skala yang besar.
Tetapi pada PT Nubika Jaya, biasanya hanya ada menerima buah Tenera
dan Dura saja, jarang sekali jika ada buah Pisipera.
1. Tojok
2. Loader
3. Kampak
1. Truk TBS secara teratur berada didepan pintu-pintu loading ramp yang
masih kosong
2. Pengawas sortasi mengatur posisi truk yang akan melakukan
pembongkaran Tandan Buah Segar diatas peron
3. TBS belum bisa dibongkar daro mobil sebelum personil sortasi datang
4. Personil sortasi menghitung TBS yang dibongkar dari mobil dengan
menggunakan counter
5. TBS yang dibongkar dari truk tidak boleh menumpuk (satu lapis)
6. Pengawas/personil sortasi memeriksa kondisis TBS yang dibongkar
apakah sesuai dengan kriteria TBS yang diterima, seperti:
a. Buah busuk dipulangkan
b. Buah mentah dipulangkan
c. Buah kastrasi (5kg ke bawah) dipulangkan
d. Buah abnormal dipulangkan
e. Pemotongan kadar air (maksimal 5%)
f. Pemotongan tangkai panjang (tangkai panjang mak 5cm)
g. Pemotongan sampah (mak 3%)
7. Personil sortasi tidak boleh meninggalkantruk TBS sebelum buah pulang
hasil sortasi dimuat kembali kedalam truk
8. Pengawas sortasi (asisten SPV/kepala regu) melakukan pengawasan
terhadap semua TBS yang telah siap disortir sebelum disorong oleh loader
ke loading ramp
9. Pengawas sortasi (asisten SPV/kepala regu) memerintah loader
menyorong TBS ke loading ramp
2. Fraksi 0 (Mentah)
Buah yang masih Muda/under ripe adalah TBS yang lapisan luarnya belum
berondol, dan jika dipukul warna kulitnya seperti kuning pucat. Biasanya
berondolan yang lepas dari tandan kurang dari 5 berondolan.
4. Buah Abnormal
Buah kurang polinasi terjadi karena adanya pemberian pupuk yang tidak
merata, iklim yang berubah-ubah, dan factor penyerbukan bunga yang tidak
merata pada setiap bunga betina, dengan ciri-ciri pembentukan brondolan yang
tidak merata pada tandan tersebut, hanya sebagian dari tandan saja yang akan
menghasilkan buah. Sehingga akan menurunkan tingkat persentase minyak
yang akan dihasilkan
5. Buah Restan/Busuk
Tandan buah segar yang sudah bermalam dan membusuk, yang ditandai
dengan tangkai yang sudah membusuk dan tidak segar lagi.
6. Buah Kastrasi (Buah dibawah 5kg)
Buah yang berat nya dibawah 5 kg/janjang sehingga tidak produksi karena
tingkat persentase minyak yang rendah. Hal ini dapat terjadi karena buah
pasir / buah kastrasi dari TBM yang baru berbuah lolos dari grading di TPH
sehingga terbawa saat angkut.
7. Brondolan Busuk, Kering, Ketek dan cincang
Brondolan busuk yaitu brondolan yang warnanya menghitam, telah
lembek/kering, busuk, dan berjamur.
Fraksi yang diinginkan pada proses pengolahan yang baik adalah fraksi I dan
fraksi II dan III sebab pada fraksi tersebut kandungan minyak pada TBS tinggi.
Buah yang telah disortasi dimasukkan kedalam Loading Ramp dengan tujuan agar
mempermudah TBS masuk kedalam lori atau cages.
Pada stasiun loading ramp memilik mesin dan peralatan pendukung, yaitu :
1. Posisikan Truk TBS secara teratur berada pada pintu-pintu loading ramp
yang masih kosong
2. Pastikan truk TBS dalam keadaan mati pada saat pembongkaran atau
penuangan TBS
3. Pastikan kerani sortasi melakukan sortir TBS berdasarkan mutu yang
ditentukan.
4. Pastikan loader menyorong TBS ke loading ramp
5. Pastikan posisi lori tepat berada dipintu-pintu loading ramp
6. Isi TBS kedalam lori berdasarkan metode first in-first out.
7. Sesuaikan pengisian TBS dengan kapasitas lori, TBS atau berondolan
harus dimuat seluruhnya kedalam lori.
8. Transfer lori bermuatan ke stasiun perebusan.
1. Hidupkan power panel dan juga peralatan hydraulic pump, motor pada
reservoir akan beroperasi dan tunggu untuk beberapa saat agar fluida
dalam reservoir telah bersirkulasi dengan sempurna.
2. Buka pintu loading ramp secara perlahan dengan cara menarik handle-
nya. Pembukaan pintu jangan langsung dibuka penuh untuk menghindari
terjadinya luapan TBS dalam lori dan benturan keras.
3. Pada saat pintu loading ramp terbuka. TBS yang masuk kedalam lori kita
atur sedemikian rupa sehingga semua ruang didalam lori terisi secara
merata, usahakan jangan sampai menggunung melebihi dari permukaan
atas lori.
4. Apabila lori sudah penuh tutup pintu loading ramp dengan cara menekan
handle sehingga pintu berjalan terus ke dasar loading ramp.
5. jika pada saat pertama membuka pintu loading ramp ternyata TBS tidak
mau juga turun ke lori, kita bantu dengan menarik TBS dengan ganju
panjang sampai TBS dapat turun masuk ke lori.
6. Apabila lori sudah penuh tutup pintu hopper ramp dengan cara menekan
handle sehingga pintu berjalan terus ke dasar loading ramp.
7. Parkirkan lori ke depan Sterilizer sesuai kebutuhan Sterilizer (6 lori untuk
1 unit Sterilizer)
8. Operator St. Loading Ramp harus selalu berkoordinasi dengan operator St.
Steriliser.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada loading ramp:
9. Pastikan pada saat pengisian lori tepat pada posisinya untuk mencegah
TBS tumpah ke lantai.
10. Untuk mendapatkan kapasitas PKS 50 Ton/Jam dengan isi lori 6,8 – 6,9
ton/lori maka lori/jam minimal harus terpenuhi.
11. Mengutip brondolan dan pastikan lingkungan kerja senantiasa bersih.
Pada stasiun Loading Ramp di PT Nubika Jaya mempunyai prinsip kerja
pengaturan penggunaan lori First In Firs Out (FIFO). FIFO yaitu prinsip kerja
yang mengutamakan TBS yang terlebih dahulu ada untuk segera di olah. Hal ini
dilakukan karena jumlah TBS yang tidak henti-hentinya masuk kedalam pabrik.
Fungsi FIFO : Meminimalkan kenaikan asam lemak bebas (FFA). Menurut teori
kenaikan FFA dari pohon sawit sampai ke lori, tahapan kenaikan FFA sudah
mencapai lebih kurang 1,85 %, sedangkan persyaratan mutu minyak sawit asam
lemak bebas (ALB) sebesar 2.5 – 3.5 % maksimum.