Jurnal Diandra Advena PDF
Jurnal Diandra Advena PDF
JURNAL
OLEH :
DIANDRA ADVENA
NPM : 1110005311004
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
UNIVERSITAS TAMANSISWA
PADANG
2014
FERMENTASI BATANG PISANG MENGGUNAKAN PROBIOTIK DAN
LAMA INKUBASI BERBEDA TERHADAP PERUBAHAN KANDUNGAN
BAHAN KERING, PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR
RINGKASAN
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap
peningkatan produksi ternak. Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi ketersediaan hijauan
pakan secara kontinu, antara lain terjadinya perubahan fungsi lahan dan iklim. Salah satu cara
untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penggunaan bahan pakan alternatif. Batang
pisang merupakan salah satu limbah pertanian/perkebunan yang dihasilkan dari tanaman pisang
yang telah dipanen yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif. Kandungan nilai gizi dari
batang pisang adalah ; bahan kering 87,70%, protein kasar 4,81%dan serat kasar 27,73%. Upaya
untuk meningkatkan kualitas nutrisi batang pisang sebagai pakan ternak ruminansia melalui
fermentasi menggunakan probiotik diharapkan dapat meningkatkan kandungan protein kasar, dan
menurunkan kandungan serat kasar.
Penelitian ini dilaksanakan pada 5 Juni sampai 11 Agustus 2014 di Laboratorium Peternakan
Universitas Tamansiswa Padang dan Laboratorium Nutrisi Ruminansia Fakultas Peternakan
Universitas Andalas Padang Sumatera Barat. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui interaksi
antara jenis probiotik dengan lama inkubasi terhadap perubahan kandungan bahan kering, protein
kasar dan serat kasar batang pisang fermentasi. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
batang pisang siap panen dari perkebunan rakyat di Lubuk Minturun Padang, Starbio dan
Probiofeed.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap
dengan pola faktorial 2 x 3 dengan tiga (3) ulangan percobaan, sehingga dihasilkan 18 kombinasi
perlakuan. Faktor pertama adalah jenis probiotik yang terdiri dari dua perlakuan yaitu : a1
(Starbio), a2 (Probiofeed), faktor kedua adalah lama inkubasi dengan tiga perlakuan yaitu : b1 (15
hari) b2 (18 hari) dan b3 (21 hari).
Hasil penelitian menunjukan tidak terjadi interaksi antara jenis probiotik dengan lama
inkubasi (P>0,05), terhadap perubahan kandungan bahan kering, protein kasar dan serat kasar
batang pisang fermentasi, begitu juga faktor jenis probiotik berbeda tidak nyata (P>0,05),
sedangkan lama inkubasi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap perubahan kandungan
bahan kering, protein kasar dan serat kasar batang pisang fermentasi. Hasil uji lanjut
memperlihatkan bahwa perlakuan b2 dan b3 berbeda sangat nyata (P<0,01) lebih rendah
dibandingkan dengan b1 terhadap perubahan bahan kering dan serat kasar, namun b3 tidak
berbeda nyata (P>0,05) dibandingkan dengan b2, sedangkan untuk perubahan kandungan protein
kasar, perlakuan b2 dan b3 berbeda sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dari b1.
. Fermentasi batang pisang dengan probiotik yang terbaik terjadi pada lama inkubasi 18 hari,
dengan kandungan bahan kering 52,18%, protein kasar 12,18% dan serat kasar 20,25%.
Kata kunci : batang pisang, Probiotik, lama inkubasi, Bahan Kering, Protein Kasar dan Serat Kasar
1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan Universitas Tamansiswa Angkatan 2011
2
Pembimbing I dan Dosen Universitas Tamansiswa Padang
3
Pembimbing II dan Dosen Universitas Tamansiswa Padang
PENDAHULUAN organik 62,68%, abu 23,12%, protein kasar 4,81%,
serat kasar 27,73%, lemak kasar 14,23%, Bahan
Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 30,11%, hemiselulosa
A. Latar Belakang 20,34%, selulosa 26,64% dan lignin 9,92% (Hasrida,
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat 2011). Tingginya kandungan lignin pada bahan pakan
penting dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan seperti pada batang pisang akan berpengaruh terhadap
produksi ternak. Penyediaan bahan pakan dalam kerja enzim mikroba dalam mencerna zat-zat makanan
jumlah yang cukup dengan mutu yang baik merupakan di dalam rumen (Sutardi, 1980). Lignin berperan
salah satu unsur yang menentukan keberhasilan memperkuat struktur dinding sel dengan mengikat
peternakan. Pakan yang baik artinya mengandung air, selulosa dan hemiselulosa yang sulit dicerna oleh
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral mikroba rumen.
dalam jumlah yang cukup dan serasi sesuai dengan Pengolahan pada batang pisang bertujuan untuk
kebutuhan tubuh ternak untuk mendukung kegiatannya meningkatkan kualitas kandungan gizi, kecernaan, dan
(hidup pokok dan berproduksi). palatabilitasnya. Pengolahan batang pisang juga akan
Beberapa faktor yang menghambat penyediaan memperlama daya simpannya sebagai pakan,
hijauan pakan, yakni terjadinya perubahan fungsi lahan diantaranya adalah amoniasi, dan fermentasi.
yang sebelumnya sebagai sumber hijauan pakan Hasil penelitian yang dilakukan Hasrida (2011)
menjadi lahan pemukiman, lahan untuk tanaman menunjukkan bahwa pengolahan batang pisang
pangan dan tanaman industri. Disamping itu secara amoniasi dengan dosis urea 6% akan menurunkan
umum di Indonesia ketersediaan hijauan pakan juga bahan kering hingga 55,41% dan meningkatkan
dipengaruhi oleh iklim, sehingga pada musim kemarau kandungan protein kasar hingga 12,47%. Hal ini
terjadi kekurangan hijauan pakan ternak dan sebaliknya sejalan dengan Zarika (2011) yang menyatakan bahwa
dimusim hujan jumlahnya melimpah. Salah satu cara perlakuan amoniasi batang pisang pada dosis urea 6%
untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan akan menurunkan kandungan serat kasarnya hingga
penggunaan bahan pakan alternatif. 22,34%. Kandungan protein yang rendah pada batang
Bahan pakan alternatif dapat berasal dari limbah pisang menyebabkan rendahnya konsumsi batang
pertanian, hasil sampingan agro-industri, hasil ikutan pisang oleh ternak ruminansia (Rowe et al.,1979)
ternak dan pengolahan ternak, limbah perikanan dan sehingga melalui proses pengolahan diharapkan akan
bahan pakan non-konvensional (Murni dkk., 2008). memperbaiki kadungan nutrisi batang pisang.
Salah satu sektor yang belum banyak dimanfaatkan Fermentasi yaitu proses perombakan dari struktur
adalah limbah pertanian. Limbah pada dasarnya adalah keras secara fisik, kimia dan biologi sehingga bahan
suatu bahan yang tidak dipergunakan kembali dari hasil dari struktur yang komplek menjadi sederhana,
aktifitas manusia, ataupun proses-proses alam yang sehingga daya cerna ternak menjadi lebih efesien
belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan mempunyai (Fardiaz, 1989). Pada saat ini telah banyak dipasarkan
nilai ekonomi yang rendah. Dikatakan mempunyai nilai berbagai produk starter fermentasi yang digunakan
ekonomi yang rendah karena limbah dapat mencemari untuk pengolahan pakan ternak. Mikroba yang
lingkungan dan penanganannya memerlukan biaya digunakan sebagai starter fermentasi dapat berupa satu
yang cukup besar. Pemanfaatan limbah merupakan macam mikroba ataupun kelompok mikroba yang
salah satu alternatif untuk menaikkan nilai ekonomi bekerja secara sinergis. Probiotik merupakan salah satu
limbah tersebut. produk starter fermentasi yang mengandung kelompok
Munadjim (1983) menyatakan bahwa dari total mikroba yang sinergis diantaranya adalah Starbio dan
produksi tanaman pisang, 30% adalah jumlah produksi Probiofeed.
buah pisang, 60% produksi batang pisang, dan 10% Penggunaan Starbio sebagai sarter fermentasi
adalah produksi daun pisang. Penyebaran perkebunan pada jerami padi memberikan hasil fermentasi sebagai
pisang di Sumatera Barat memiliki luas area ±1.322,60 berikut ; 1) bau khas, agak manis, disukai ternak, 2)
Ha (data BPS Sumatera Barat, 2006) dengan total kandungan protein meningkat semula 2 – 4% menjadi
produksi tanaman pisang sebanyak 130.439,33 12%, 3) daya cerna meningkat dari 30-40% menjadi
ton/tahun. Dari total produksi yang dihasilkan, 60% (Lembah Hijau Multifarm, 2004). Hasil penelitian
sebanyak 30% adalah jumlah produksi buah pisang, Syamsu (2006) menggambarkan bahwa komposisi
yakni 39.131,80 ton/tahun, 60% nya adalah produksi nutrisi jerami padi dengan penggunaan starter
batang pisang, yakni sebanyak 78.263,60 ton/tahun, fermentasi (Starbio) sebanyak 0,006% dari berat jerami
dan 10% nya adalah produksi daun pisang sebanyak padi, secara umum memperlihatkan peningkatan
7.826,36 ton/tahun. kualitas dibanding jerami yang tidak difermentasi.
Batang pisang merupakan salah satu limbah Selanjutnya dikatakan kandungan protein kasarnya
pertanian/perkebunan yang dihasilkan dari tanaman mengalami peningkatan dari 4,23% menjadi 8,14% dan
pisang yang telah dipanen yang dapat dijadikan sebagai diikuti dengan penurunan kandungan serat kasar.
bahan pakan alternatif. Kandungan nilai gizi dari Keunggulan dari pengolahan pakan dengan starter
batang pisang adalah ; bahan kering 87,70%, bahan fermentasi probiotik yaitu akan menghasilkan produk
yang memiliki kualitas nutrisi lebih baik hasil dari 5. Bahan kimia, untuk analisa proksimat
fermentasi, dan pakan tersebut juga telah diperkaya penetapan kandungan bahan kering, protein
oleh mikroba probiotik sehingga akan meningkatkan kasar dan serat kasar.
daya cerna dan memperbaiki sistem pencernaan ternak.
2. Peralatan Penelitian
Upaya untuk meningkatkan kualitas nutrisi batang
Peralatan yang digunakan adalah :
pisang sebagai pakan ternak ruminansia melalui
1. Kantong plastik ukuran 5 kg.
pengolahan dengan teknik fermentasi diharapkan dapat
2. Neraca listrik laboratorium.
meningkatkan kandungan protein kasar, dan
3. Parang untuk mencacah batang pisang.
menurunkan kandungan serat kasar.
4. Peralatan laboratorium untuk analisa
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik
proksimat, berupa kandungan bahan kering,
untuk melakukan penelitian dengan judul “Fermentasi
protein kasar dan serat kasar .
Batang Pisang Menggunakan Probiotik dan Lama
Inkubasi Berbeda Terhadap Perubahan B. Metode Penelitian
Kandungan Bahan Kering, Protein Kasar dan Serat 1. Rancangan Percobaan
Kasar”. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang
menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan pola
B. Perumusan Masalah faktorial 2 x 3 dengan tiga (3) ulangan percobaan,
Bagaimanakah perubahan kandungan bahan sehingga dihasilkan 18 kombinasi perlakuan. Faktor
kering, protein kasar, dan serat kasar batang pisang pertama adalah jenis probiotik yang terdiri dari dua
yang difermentasi dengan probiotik dan lama inkubasi perlakuan yaitu :
yang berbeda. a1 = Starbio
a2 = Probiofeed
C. Tujuan Penelitian Faktor yang kedua adalah lama inkubasi yang terdiri
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk dari tiga perlakuan yaitu :
mengetahui perubahan kadungan bahan kering, protein b1 = 15 hari
kasar dan serat kasar batang pisang yang difermentasi b2 = 18 hari
dengan probiotik dan lama inkubasi yang berbeda. b3 = 21 hari
Model umum percobaan faktorial dengan
D. Manfaat Penelitian Rancangan Acak Lengkap menurut Steel dan Torrie
Manfaat penelitian ini adalah : (1991) adalah :
1. Memberikan informasi bagi peternak tentang Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
peningkatan kualitas batang pisang yang
difermentasi dengan probiotik yang berbeda. Dimana :
2. Memberikan informasi tentang pemanfaatan Yijk = Nilai pengamatan pada satuan
probiotik dalam pengolahan limbah pertanian percobaan
untuk pakan ternak. µ = Nilai tengah umum
αi = Pengaruh perlakuan dari faktor A
E. Hipotesis taraf ke-i
Hipotesis dari penelitian ini adalah interaksi βj = Pengaruh perlakuan dari faktor B
probiotik dan lama inkubasi yang optimal pada taraf ke-j
fermentasi batang pisang dapat meningkatkan (αβ)ij = Pengaruh interaksi antara perlakuan
kandungan protein kasar, dan menurunkan kandungan faktor A taraf ke-i dan faktor B taraf
serat kasar batang pisang. ke-j
εijk = Galat percobaan pada satuan
percobaan ulangan ke-k, dalam
MATERI DAN METODE PENELITIAN perlakuan faktor A taraf ke-i dan
faktor B taraf ke-j
A. Materi Penelitian Perbedaaan antar perlakuan untuk setiap
1. Bahan Penelitian parameter uji dilihat melalui uji F (sidik ragam) pada
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini tingkat kepercayaan 95%. Uji lanjut Duncan Multiple
adalah : Range Test (DMRT) dilakukan bila F memberikan
1. Batang pisang yang diperoleh diperoleh dari hasil berbeda nyata.
Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Koto
Tangah Kota Padang 2. Peubah yang diukur dalam Penelitian
2. Starbio Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah
3. Probiofeed kandungan bahan kering, protein kasar dan serat
4. Urea kasar. Analisa menggunakan metode AOAC (1990).
2.1 Kandungan Bahan Kering 2.3 Kandungan Serat Kasar
Cawan porselen yang sudah dibersihkan Adapun cara kerja dari Penentuan kandungan
dikeringkan dalam oven 105ᵒC-110ᵒC selama 1 jam. serat kasar antara lain : Timbang sampel sebanyak 1
Kemudian didinginkan di dalam eksikator selama 15 gram (X gram) dan dimasukkan ke dalam gelas piala
menit, sesudah dingin ditimbang dengan neraca listrik ukuran 300 ml, Kemudian ditambahkan 100 ml H 2SO4
(X g). Ditimbangkan contoh bahan 1 g (Y g) kemudian 0,3 N dan dididihkan diatas pemanas air selama 30
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105ᵒC selama 8 menit. Setelah itu ditambah 25 ml NaOH 1,5 N dan
jam. Kemudian didinginkan dalam eksikator selama 15 didihkan kembali selama 30 menit. Keringkan kertas
menit dan ditimbang (Z g), penimbangan diulangi dua saring kedalam oven pada suhu 105-1100C selama 1
kali sampai berat tetap. jam, dinginkan dalam eksikator dan ditimbang (A g),
penyaringan tersebut dilakukan dalam labu penghisap
dengan memakai erlemeyer filtring yang dihubungkan
Perhitungan kadar air : dengan pompa vakum compressor. Setelah itu dicuci
berturut-turut dengan 50 ml aquadest panas, 50 ml
Kadar Air (A %) = (X +Y) – Z x 100 %
H2SO4 0,3 N, 50 ml aquades panas dan terakhir dengan
Y
25 ml aceton. Kmudian keringkan kertas saring dan
Untuk mendapatkan air segar, berat sampel (a) isinya dimasukkan ke dalam cawan porselen dan
dan berat kotak (b) ditimbang. Selanjutnya berat kotak dikeringkan dalam oven pada suhu 105-1100C selama 1
ditambah berat sampel (c), dimasukkan ke dalam oven jam kemudian dinginkan dalam eksikator dan
pada suhu 60ᵒC (d) selama 24 jam. ditimbang beratnya (Z gram). Penimbangan diulangi
Air segar = c – d x 100% sampai tercapai berat tetap, kemudian dipijarkan dalam
a tanur pada suhu 6000C sampai putih setelah itu
dinginkan dalam eksikator selama 1 jam kemudian
air total = 100 – Air segar x Kadar Air + Air Segar dilakukan penimbangan (Y gram).
100 Perhitungan kandungan serat kasar dengan
rumus:
Bahan Kering Total = 100 – Air Total
(Z - Y - A)
2.2 Kandungan Protein Kasar SK = x 100%
X
Kandungan protein kasar dihitung dengan
menggunakan metode Kjehdhal yang terdiri dari tahap
destruksi, destilasi dan titrasi. Keterangan :
Uji kandungan protein kasar terdiri dari : Z = berat kertas saring + sampel setelah
a. Destruksi (pembakaran) disaring dan di keringkan dalam oven
Sampel ditimbang 1 g, dimasukan ke dalam gelas 110˚C
kjehdal, kemudian ditambahkan 1 g katalisator Y = berat kertas saring + sampel setelah
selenium dan 25 ml H2SO4 pekat, selanjutnya dibakar dalam tanur
dilakukan destruksi sampai warna bening setelah itu A = berat kertas saring
didinginkan. X = berat sampel
b. Destilasi 3. Pelaksanaan Penelitian
Sampel yang telah bening diencerkan dengan 500 1. Batang pisang dicacah menggunakan parang
ml aquades, selanjutnya diambil 10 ml fitrat dan hingga dengan ukuran 1 x 1 cm. Kemudian
masukan dalam tabung destilasi, kemudian diangin-anginkan hingga mencapai
ditambahkan 25 ml NaOH 33%, ditambahkan aquades kelembaban (60%-70%), dalam arti bila
75 ml dan batu didih. Destilasi ditampung dengan 10 cacahan tersebut dikepal, cacahan akan utuh,
ml H2SO4 0.05 yang telah diberi 4 tetes indikator metil namun bila kepalan dilepaskan maka cacahan
merah destilasi dilakukan sampai terjadi letupan. tersebut akan berserakan. Fermentasi batang
c. Titrasi pisang dengan Probiotik Starbio maupun
Hasil di titrasi dengan 0.1 N NaOH sampai Probiofeed menggunakan formula masing-
berubah warna, juga dilakukan titrasi untuk blanko. masing produk yaitu : untuk 1 kg bahan yang
Perhitungan : akan difermentasi (batang pisang)
(ml. Blanko - ml. Titrasi) x N NaOH x 50 x 0,014 ditambahkan probiotik 0,006% (6 g) dan urea
PK = x 6,25 0,006% (6 g), selanjutnya diinkubasi sesuai
berat sampel dengan perlakuan.
Keterangan : 2. Disiapkan kantong plastik ukuran 5 kg
N = Normalitet NaOH yang dipakai sebanyak 32 buah (masing-masing perlakuan
0,014 = Berat atom N 2 lapis).
6,25 = N dalam protein hanya 16%
3. Ditimbang cacahan batang pisang dan 70%
masing-masing probiotik sesuai perlakuan. 68.63%
4. Masing-masing perlakuan, diaduk hingga 67.17%
12.91%
Protein Kasar 12% 12.18%
Rataan kandungan protein kasar dari batang 10.18%
pisang fermentasi menggunakan probiotik dan lama 8%
inkubasi berbeda untuk masing-masing perlakuan dapat
dilihat pada Tabel 5. 4.81%
Tabel 5. Rataan Kandungan Protein Kasar dari 4%
Batang pisang Fermentasi Menggunakan
Probiotik dan Lama Inkubasi Berbeda (%).
0%
Faktor A Faktor B (Lama Inkubasi)
b1 b2 b3 Rataan 0 Hari 15 Hari 18 Hari 21 Hari
(Jenis Probiotik)
(15 Hr) (18 Hr) (21 Hr) Lama Inkubasi
a1 (Starbio) 10,20 12,22 12,95 11,79 Gambar 5. Diagram Rataan Kandungan Protein
a2 (Probiofeed) 10,16 12,15 12,86 11,72 Kasar dengan Lama Inkubasi Berbeda
Rataan 10,18a 12,18b 12,91b
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris
peningkatan protein kasar batang pisang fermentasi
yang sama menunjukkan berbeda
dari sebelum fermentasi (4,81%) menjadi 10,18% -
sangat nyata (P<0,01)
12,91% pada lama inkubasi 15 hari - 21 hari. Hasil
Tabel 5 memperlihatkan rataan kandungan penelitian Hasrida (2011) yaitu amoniasi batang
protein kasar tertinggi dari batang pisang fermentasi pisang menggunakan 6% Urea dengan lama inkubasi
terdapat pada perlakuan a1b3 yaitu 12,95%, diikuti oleh 10 hari dapat meningkatkan kandungan protein kasar
a2b3 yaitu 12,86% dan yang terendah pada perlakuan dari 4,81% menjadi 12,47%. Penggunaan Starbio
a2b1 sebesar 10,16%. Sidik ragam menunjukkan bahwa sebagai sarter fermentasi pada jerami padi dapat
tidak terdapat interaksi (P>0,05) antara jenis probiotik meningkatkan kandungan protein kasar dari 2%
dengan lama inkubasi terhadap perubahan kandungan
maupun-4% menjadi 12% (Lembah Hijau Multifarm, Tabel 6. Rataan Kandungan Serat Kasar dari Batang
2004). pisang Fermentasi Menggunakan Probiotik
Menurut Sukara dan Atmowidjoyo (1980) dan Lama Inkubasi Berbeda (%).
kandungan protein kasar setelah fermentasi sering Faktor A
Faktor B (Lama Inkubasi)
mengalami peningkatan disebabkan mikroba yang b1 b2 b3 Rataan
(Jenis Probiotik)
(15 Hr) (18 Hr) (21 Hr)
mempunyai pertumbuhan dan perkembangbiakan yang a1 (Starbio) 22,14 19,95 20,99 21,02
baik, dapat mengubah lebih banyak komponen a2 (Probiofeed) 22,15 20,56 21,02 21,24
penyusun yang berasal dari tubuh mikroba itu sendiri Rataan 22,14b 20,25a 21,00a
yang akan meningkatkan kandungan protein kasar dari Keterangan : superskrip huruf kecil yang berbeda
subtrat. Menurut Anggorodi (1994) mikroba proteolitik pada baris yang sama menunjukkan
mampu menghasilkan enzim protease yang akan berbeda sangat nyata (P<0,01)
merombak protein. Perombakan protein diubah
menjadi polipeptida, selanjutnya menjadi peptida Tabel 6 memperlihatkan rataan kandungan serat
sederhana, kemudian peptida ini akan dirombak kasar dari batang pisang fermentasi yang tertinggi
menjadi asam-asam amino. Asam-asam amino ini yang pada a2b1 sebesar 22,15%, diikuti oleh a1b1 sebesar
akan dimanfaatkan oleh mikroba untuk memperbanyak 22,14% dan yang terendah pada a1b2 sebesar 19,95%.
diri. Jumlah koloni mikroba yang merupakan sumber Untuk melihat pengaruh jenis probiotik dan lama
protein sel tunggal menjadi meningkat selama proses inkubasi pada batang pisang fermentasi terhadap
fermentasi. perubahan kandungan serat kasar dilakukan sidik
Tubuh dan beberapa enzim yang dihasilkan oleh ragam. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat
mikroba selama fermentasi batang pisang dapat interaksi (P>0,05) antara jenis probiotik dan lama
meningkatkan protein substrat karena enzim tersebut inkubasi terhadap perubahan kandungan serat kasar,
adalah protein dan mikroba itu sendiri merupakan begitu juga faktor jenis probiotik memberikan
protein sel tunggal (Fardiaz, 1988). Hal ini didukung pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05), akan
oleh pendapat Saono (1976) yang menyatakan bahwa tetapi lama inkubasi memberikan pengaruh yang
tubuh mikroba mengandung protein kasar sekitar 31- berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap perubahan
50%. kandungan serat kasar batang pisang fermentasi.
26%
Kandungan protein kasar pada perlakuan b3
(inkubasi 21 hari) adalah 12,91%, terjadi peningkatan
Kandungan Serat Kasar