Anda di halaman 1dari 29

Telaah Karya Tulis Ilmiah (KTI)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RAMBUT DENGAN


PEDIKULOSIS KAPITIS PADA SANTRI DI PONDOK
PESANTREN IGM AL-IHSANIYAH GANDUS
PALEMBANG

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian IKM dan IKK
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang

Oleh :
Esya Puteri Oktaregina 04084821820003
Sheisa Marinka 04084821820042

Pembimbing :
dr. H. M. A. Husnil Farouk, MPH, PKK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU


KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan telaah karya tulis ilmiah (KTI)
dengan judul “HUBUNGAN KARAKTERISTIK RAMBUT DENGAN
PEDIKULOSIS KAPITIS PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN IGM
AL-IHSANIYAH GANDUS PALEMBANG”. Telaah karya tulis ilmiah ini
ditujukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. H.
M.A.Husnil Farouk, MPH, PKK, selaku pembimbing yang telah membantu
memberikan ajaran dan masukan sehingga tugas akhir ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah, semoga bermanfaat.

Palembang, Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

BAB II DESKRIPSI KARYA TULIS ILMIAH ................................................. 5

BAB III TELAAH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) ......................................... 8

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

LAMPIRAN ......................................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pedikulosis kapitis adalah penyakit infestasi kulit kepala dan rambut yang
disebabkan oleh infestasi Pediculus humanus capitis famili Pediculidae. Parasit
ini merupakan parasit obligat yang membutuhkan manusia untuk bertahan hidup
dengan menghisap darah (hemophagydea) dan seluruh siklus hidupnya
bergantung pada manusia (Stone et al., 2012).
Prevalensi pedikulosis kapitis cukup tinggi terutama pada anak usia sekolah.
Penyakit ini juga telah menjadi masalah disetiap negara. Di Amerika Serikat,
setiap tahunnya pedikulosis kapitis telah menginfeksi 6-12 juta orang (Nutanson
dan Madke, 2008). Di Thailand rasio infestasi pada anak sekolah berkisar
12,26-29,76%. Rasio pada kelompok usia anak 12 tahun 26,07%, sedangkan
untuk rasio kelompok usia anak 8 tahun meningkat menjadi
55,89 (Rassami dan Soonwera, 2012). Data angka kejadian di Indonesia belum
banyak ditemukan. Berdasarkan penelitian Restiana pada sebuah pesantren
di Yogyakarta tahun 2010 sebanyak 71,3% yang terinfeksi (Rahman, 2014).
Sedangkan, Tuti Syarach melakukan penelitian pada sebuah pesantren di
Palembang pada tahun 2016 sebanyak 29,8% yang terinfeksi (Dita, 2016).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran pedikulosis
kapitis antara lain faktor sosial-ekonomi, tingkat pengetahuan, higiene
perorangan, kepadatan tempat tinggal dan karakteristik individu (umur, panjang
rambut, dan tipe rambut). Terdapat hasil yang bermakna antara panjang rambut
dengan kejadian infestasi pedikulosis pada penelitian yang dilakukan oleh Tappeh
tahun 2012 di Urmia, Iran (Tappeh et al., 2012). Penelitian yang dilakukan Tuti
Syarach Dita tahun 2016 di Palembang menunjukan hubungan yang bermakna
antara panjang rambut dan tipe rambut terhadap kejadian pedikulosis kapitis (Dita,
2016). Anak-anak dengan rambut panjang, bergelombang serta berwarna gelap
memiliki tingkat prevalensi lebih besar terinfestasi pedikulosis kapitis
dibandingkan jenis rambut lain (Borges dan Mendes, 2002).

1
Gejala klinis infestasi pedikulosis kapitis antara lain rasa gatal. Pada anak
sekolah infestasi kronik pedikulosis kapitis menyebabkan anemia yang akan
membuat anak- anak lesu, mengantuk, serta mempengaruhi kinerja belajar dan
fungsi kognitif, selain itu pada saat malam hari anak – anak yang terinfeksi akan
mengalami gangguan tidur karena rasa gatal dan sering menggaruk kulit kepala.
Dari sisi psikologis, infestasi kutu kepala membuat anak merasa malu karena
diisolasi dari anak lain (Stone et al., 2012).
Pada santri di pondok pesantren, infestasi pedikulosis kapitis umumnya
masih tinggi dikarenakan padatnya penghuni, perilaku kurang bersih, pemakaian
barang bersama dan berbagi tempat tidur menjadi faktor yang memudahkan
penularan penyakit (Rahman, 2014). Walaupun, penyakit ini sering dianggap
ringan karena mortalitasnya yang rendah. Namun, penyakit ini dapat menurunkan
kualitas hidup anak-anak sekolah karena berkurangnya waktu tidur akibat sering
menggaruk-garuk kepala (Djuanda, 2007). Melalui penelitian ini, diharapkan
dapat memberikan informasi mengenai kejadian pedikulosis di salah satu panti
asuhan di kota Palembang dan hubungannya dengan karakteristik rambut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana karakteristik rambut pada santri di Pondok Pesantren IGM Al-
Ihsaniyah Gandus Palembang Berapa proporsi kejadian pedikulosis kapitis
pada santri di Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah Gandus Palembang?
2. Bagaimana karakteristik sosiodemografi pada santri di Pondok Pesantren
IGM Al-Ihsaniyah Gandus Palembang?
3. Berapa angka kejadian kejadian pedikulosis kapitis pada santri di Pondok
Pesantren IGM Al-Ihsaniyah Gandus Palembang?
4. Bagaimana hubungan antara karakteristik rambut dengan kejadian
pedikulosis kapitis pada santri di Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah
Gandus Palembang?

2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis hubungan karakteristik rambut dengan kejadian pedikulosis
kapitis pada santri di Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah Gandus Palembang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik rambut pada santri di Pondok Pesantren IGM
Al- Ihsaniyah Gandus Palembang.
2. Mengetahui karakteristik sosiodemografi santri di Pondok Pesantren
IGM Al-Ihsaniyah Gandus Palembang.
3. Mendapatkan angka kejadian pedikulosis kapitis pada santri di Pondok
Pesantren IGM Al-Ihsaniyah Gandus Palembang.
4. Menganalisis hubungan karakteristik rambut dengan kejadian pedikulosis
kapitis pada santri di Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah Gandus
Palembang.

1.4 Manfaat
1.4.1 Aspek Teoritis
1. Memberikan informasi tentang faktor risiko yang berhubungan dengan
terjadinya penyakit pedikulosis kapitis.
2. Memberikan pengetahuan tentang pencegahan penyakit pedikulosis
kepada pengurus pondok pesantren dan santri di Pondok Pesantren IGM
Al-Ihsaniyah Gandus Palembang.
3. Sebagai usaha pengembangan ilmu kedokteran khususnya dibidang ilmu
kesehatan masyarakat dan parasitologi.
1.4.2 Aspek Praktis
1. Memberikan pengobatan pada santri yang menderita pedikulosis di Pondok
Pesantren IGM Al-Ihsaniyah Gandus Palembang.
2. Memberikan pendidikan tentang pencegahan penyakit pedikulosis kapitis
kepada pengurus pondok dan santri di Pondok Pesantren IGM Al-
Ihsaniyah Gandus Palembang.

3
3. Sebagai usaha untuk mengurangi angka kejadian penyakit pedikulosis
kapitis di Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah Gandus Palembang.
4. Memberikan informasi kepada tenaga pelayanan kesehatan untuk
melakukan perencanaan program pencegahan terhadap penyakit
pedikulosis kapitis.

4
BAB II
DESKRIPSI KARYA TULIS ILMIAH

2.1 Judul
Karya tulis ilmiah (KTI ) ini berjudul “Hubungan Karakteristik Rambut Dengan
Pedikulosis Kapitis Pada Santri Di Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah Gandus
Palembang”.

2.2 Penulis
Penulis karya tulis ilmiah ini yakni Nabilla Maharani Gumay, mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya; Dwi
Handayani, Staff Pengajar Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya;
Iche Andriyani Liberty, Staff Pengajar Bagian IKM-IKK, Fakultas Kedokteran, Universitas
Sriwijaya.

2.3 Publikasi
Karya tulis ilmiah ini belum dipublikasikan oleh Fakultas Kedokteran, Universitas
Sriwijaya.

2.4 Penelaah
Penelaah karya tulis ilmiah ini adalah Esya Puteri Oktaregina dan Sheisa Marinka
mahasiswa program Keprofesian Dokter Umum di Universitas Sriwijaya dan sedang
menjalani kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat-Ilmu Kedokteran
Komunitas Universitas Sriwijaya.

2.5 Tanggal Telaah


Karya tulis ilmiah tersebut ditelaah dari tanggal 1 Juli 2019– 14 Juli 2019.

5
2.6 Uraian Deskripsi
2.6.1 Tujuan Utama
Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan karakteristik rambut
dengan kejadian pedikulosis kapitis pada santri di Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah
Gandus Palembang.

2.6.2 Tujuan Tambahan


Tujuan tambahan penelitian ini adalah menganalisis hubungan karakteristik
rambut dengan kejadian pedikulosis kapitis dalam uji statistik Chi-square, Pearson
Chi-square, dan Logistic Regression.

2.6.3 Hasil Utama


Dari penelitian yang telah dilakukan di Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah
Gandus Palembang didapatkan angka kejadian pedikulosis sebesar 38,1%.

2.6.4 Hasil Tambahan


Dalam uji statistik menunjukkan variabel panjang rambut hubungan yang sangat
bermakna (p=0,000) dan tipe rambut (p=0,04) memiliki hubungan yang bermakna
terhadap kejadian pedikulosis kapitis, sedangkan variabel warna rambut (p=0,33)
tidak berpengaruh terhadap kejadian pedikulosis kapitis. Hasil uji regresi logistik
berganda menunjukkan tidak terdapat hubungan secara simultan antara
karakteristik rambut dan kejadian pedikulosis kapitis. Terdapat hubungan
bermakna pada variabel panjang rambut dan tipe rambut terhadap kejadian
pedikulosis kapitis.

2.6.5 Kesimpulan Penelitian


Karya tulis ilmiah (KTI) yang berjudul hubungan karakteristik rambut dengan
kejadian pedikulosis kapitis pada santri di Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah Gandus
Palembang bahwa dapat disimpulkan mayoritas (65,7%) berambut pendek, 72,4%
berambut hitam dan 82,1% berambut lurus. Secara sosiodemografis, 62 orang (46,3%)
santri adalah perempuan, 72 orang (53,7) santri adalah laki-laki, 83 orang (61,9%) pada
jenjang pendidikan MTs, 51 orang (38,1%) pada jenjang pendidikan MA, 22,4% pada

6
usia 14 tahun dan 84 orang (62,7%) santri dengan orang tua berpendapatan rendah.
Proporsi kejadian pedikulosis kapitis sebesar 38,1%.
Dari 134 santri yang menderita pedikulosis kapitis; 94,4% berambut panjang,
85,7% berambut sedang dan 8% berambut pendek, 35,1% berambut hitam dan 45,9%
berambut selain hitam, 62,5% berambut bergelombang, 36,4% berambut lurus dan
12,5% berambut keriting.
Terdapat hubungan bermakna antara panjang rambut (p= 0,000 dan PR; 10,8,
12,2 dan 1,1) dan tipe rambut (p = 0,04 dan PR; 22,9, 10,8 dan 0,5) dengan kejadian
pedikulosis kapitis. Sedangkan tidak terdapat hubungan bermakna antara warna rambut
(p = 0,33 dan PR= 0,7) dengan kejadian pedikulosis kapitis. Terdapat hubungan yang
sangat bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian pedikulosis kapitis dengan (p =
0,000 dan PR 39,5).

7
BAB III
TELAAH KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

3.1 Validitas Seleksi


Komponen Validitas Seleksi
1. Kriteria seleksi
2. Metode alokasi subjek
3. Concealment
4. Angka drop out
5. Jenis analisis : Intention to treat atau preprotocol analysis
Uraian Validitas Seleksi
1. Kriteria Seleksi
Pada penelitian ini populasi seluruh santri yang tinggal di asrama pondok pesantren IGM
Al-Ihsaniyah Gandus Palembang yang berjumlah 134 santri. Penelitian dilakukan dari
bulan Juni hingga Desember 2016.
2. Metode Alokasi Subjek
Penelitian yang dilakukan menggunakan studi observasional dengan desain cross sectional
(potong lintang) yaitu, melakukan observasi dan pengukuran variabel pada satu waktu
tertentu.
Berdasarkan karya tulis ilmiah (KTI) ini disebutkan bahwa metode pengambilan sampel
pada penelitian ini adalah n o n - r a n d o m s a mp l i n g ya i t u total sampling yaitu seluruh
santri di pondok pesantren yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai subjek
penelitian. Kriteria inklusi adalah santri yang terdaftar sebagai pelajar di pondok pesantren
IGM AlIhsaniyah Gandus Palembang dan santri yang bersedia menjadi responden dan
mengisi kuesioner. Kriteria eksklusi adalah santri yang tidak hadir pada saat penelitian
berlangsung dan santri yang tidak memiliki rambut/botak plontos.
3. Concealment
Dalam penelitian ini tidak terdapat mengenai concealment karena sampling dari penelitian
ini diambil secara non random sampling.
4. Angka Drop Out
Angka drop out yang rendah menunjukkan nilai validitas seleksi yang tinggi. Dalam jurnal
ini, tidak dijelaskan mengenai angka drop out.
5. Jenis Analisis

8
Pada penelitian ini data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dan direduksi sesuai
hal-hal yang paling pokok dan penting serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan narasi. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dan inferensial.
Kesimpulan Validitas Seleksi
Pada penelitian ini mempunyai validitas seleksi yang cukup baik, karena sudah memenuhi
kriteria seleksi, alokasi subjek, dan jenis analisis. Namun, dalam karya tulis ilmiah (KTI) ini
angka drop out tidak dijelaskan. Sedangkan concealment tidak tertulis sampling dari
penelitian ini diambil secara non random.

3.2 Validitas Pengontrolan Perancu


Komponen Validitas Pengontrolan Perancu
1. Pengontrolan perancu pada tahap desain dengan cara restriksi.
2. Pengontrolan perancu pada tahap desain dengan cara randomisasi
3. Analisis terhadap komparabilitas baseline data
4. Pengontrolan perancu pada saat analisis (bila diperlukan)
Uraian Validitas Pengontrolan Perancu
Pada penelitian ini terdapat data beberapa perancu yang dikontrol dengan cara penetapan
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah santri yang terdaftar sebagai pelajar di
pondok pesantren IGM Al-Ihsaniyah Gandus Palembang dan santri yang bersedia menjadi
responden dan mengisi kuesioner. Kriteria eksklusi adalah santri yang tidak hadir pada saat
penelitian berlangsung dan santri yang tidak memiliki rambut/botak plontos.
Kesimpulan Validitas Pengontrolan Perancu
Validitas pengontrolan perancu valid.

3.3 Validitas Informasi


Komponen Validitas Informasi
1. Blinding (penyamaran)
2. Komponen pengukuran variabel penelitian (kualifikasi pengukur, kualifikasi alat ukur,
kualifikasi cara pengukuran, kualifikasi tempat pengukuran).
Uraian Validitas Informasi
1. Blinding
Pada penelitian ini tidak dilakukan blinding (penyamaran) karena bukan penelitian uji
klinis.

9
2. Komponen pengukuran variabel penelitian
Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran terhadap variabel kejadian pedikulosis kapitis,
tipe rambut, warna rambut, panjang rambut, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan santri,
tingkat pendapatan orang tua yang digunakan berupa data kategorik.
Kesimpulan Validitas Informasi
Penelitian ini mempunyai validitas informasi yang cukup baik.

3.4 Validitas Analisis


Komponen Validitas Analisis
1. Analisis terhadap baseline data
2. Analisis dan interpretasi terhadap hasil utama dan hasil tambahan
3. Bila dilakukan analisis interim, jelas stopping rule-nya
4. Dilakukan analisis lanjutan bila baseline data tidak sama
Uraian Validitas Analisis
1. Analisis terhadap baseline data
Penelitian ini merupakan penelitian analitik. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
diolah dan direduksi sesuai hal-hal yang paling pokok dan penting serta disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi. Analisis data dilakukan dengan analisis
deskriptif dan inferensial. Analisis ini dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari
variabel-variabel yang diteliti, baik yang termasuk ke dalam variabel terikat maupun
variabel bebas sehingga diketahui variasi dan variabel-variabel yang diteliti. Analisis
inferensial terdiri dari analisis bivariat dan analisis multivariat. Analisis bivariat dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas.
Analisis dilakukan dengan uji statistik Chi-Square (X²) dengan derajat kepercayaan 95%
dan nilai a 0,05. Variable terikat dan variable bebas dikatakan menunjukkan hubungan
yang bermakna apabila nilai p< 0,05. Nilai p inilah yang akan menentukan apakah H0
penelitian ditolak atau diterima. Jika p value < 0,05 maka H0 ditolak dan jika p value >
0,05 maka H0 diterima. Analisis Multivariat menggunakan binary logstic digunakan untuk
mengetahui faktor yang paling berhubungan dan besar kontribusi terhadap kejadian
pedikulosis kapitis. Uji regresi logistik digunakan untuk variabel yang bermakna secara
statistik pada saat bivariat dan secara subtansi ada hubungan. Tahap terakhir, pemaparan
hasil akan dibuat menggunakan diagram atau tabel, kemudian diinterpretasikan secara
naratif.

10
2. Analisis dan interpretasi terhadap hasil utama dan hasil tambahan
2.1 Analisis untuk keluaran utama
Peneliti melakukan analisis univariat dan didapatkan keluaran utama penelitian ini
menunjukkan bahwa angka kejadian pedikulosis sebesar 38,1%. Pada penelitian ini
terdapat hubungan bermakna panjang rambut dan tipe rambut dengan kejadian
pedikulosis kapitis. Secara simultan diperoleh hasil panjang rambut dan tipe rambut tidak
signifikan dalam mempengaruhi kejadian pedikulosis, hal ini terjadi karena pada sampel
penelitian, karakteristik panjang rambut yang dimiliki santri laki-laki seluruhnya pendek.
Perempuan lebih rentan untuk terkena pedikulosis sedangkan laki-laki tidak.
2.2 Analisis untuk keluaran utama
2.2.1 Analisis Deskriptif
Dari 134 santri, rentang usia santri antara 11-19 tahun, terbanyak pada usia 14 tahun
(22,4%). Santri yang berusia 18 tahun dan 19 tahun masing-masing hanya sebanyak
0,7%. santri laki-laki lebih banyak (53,7%) dibandingkan santri perempuan (46,3%).
Santri duduk di bangku MTs 83 (61,9%) dan 51 (38,1%) santri duduk di bangku MA.
Sebagian besar (62,7%) santri memiliki orang tua dengan kategori tingkat pendapatan
orang tua rendah, sedangkan responden dengan tingkat pendapatan orang tua sangat
tinggi hanya 8,2%. sebanyak 29,1% santri yang berambut panjang, 5,2% santri yang
berambut sedang dan 65,7% santri yang berambut pendek, 72,4% santri berambut
hitam dan 27,6% santri berambut selain hitam, 6% santri yang berambut keriting,
11,9% santri yang berambut bergelombang, 82,1% santri yang berambut lurus, 38,1%
santri positif pedikulosis kapitis dan 61,9% santri negatif pedikulosis kapitis.
Kejadian pedikulosis terbanyak pada rentang usia 11-19 tahun (51,9%) pada usia 13
tahun sedangkan pada usia 18 dan 19 tahun tidak ada santri yang menderita pedikulosis.
Pedikulosis kapitis paling banyak pada santri yang duduk di bangku MTs (42,2%),
sebanyak 35,7% dengan orang tua yang berpendapatan rendah, 38,1% dengan orang tua
yang berpendapatan sedang, 55,6% dengan orang tua yang berpendapatan tinggi dan
hanya 27,3% dengan orang tua yang berpendapatan sangat tinggi
2.2.2 Analisis Inferensial
Peneliti melakukan analisis bivariat dengan hasil pedikulosis kapitis ditemukan
sebanyak 35,1% pada rambut hitam dan 45,9% pada rambut selain hitam. Nilai
Prevalence Ratio sebesar 0,77 dan p= 0,33 (p> 0,05) yang berarti tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara warna rambut dengan kejadian pedikulosis kapitis.

11
Ditemukan 62,5% pada rambut bergelombang, 36,4% rambut lurus dan 12,5% rambut
keriting. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai Prevalence Ratio. Pervalensi
pedikulosis rambut bergelombang 0,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan rambut
lurus, rambut bergelombang 10,8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan rambut keriting
dan rambut lurus 2,9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan rambut keriting. Berarti
terdapat hubungan antara tipe rambut dengan kejadian pedikulosis kapitis dan Chi-
square didapatkan nilai p= 0,04 (p< 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang
bermakna antara tipe rambut dengan kejadian pedikulosis kapitis. Santri laki-laki lebih
sedikit (2,8%) terdiagnosis pedikulosis kapitis dibanding santri perempuan (79%).
Didapat nilai Prevalence Ratio sebesar 39,5 dan Chi-square didapatkan nilai p= 0,00
(p< 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang sangat bermakna antara jenis kelamin
dan kejadian pedikulosis kapitis.
Peneliti kemudian melakukan analisis multivariat untuk mengetahui variabel yang
paling berpengaruh terhadap terjadinya pedikulosis kapitis. Langkah-langkah yang
dilakukan adalah; seluruh variabel yang berpengaruh secara substansi dan statistik
(p<0,05) dalam penelitian dimasukkan kedalam uji regresi logistik. Dilakukan
pengujian secara bersamaan dengan metode Enter dan dimasukkan dalam persamaan
Regresi Logistik. Dalam penelitian ini variabel yang diduga berpengaruh terhadap
kejadian pedikulosis kapitis pada responden yaitu jenis kelamin, panjang rambut dan
tipe rambut. hasil analisis secara stimultan menggunakan binary logistic regression
dengan metoda enter didapatkan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap kejadian pedikulosis (p=0,001). Hasil analisis menunjukkan
bahwa jenis kelamin merupakan faktor protektif dan kontribusi jenis kelamin sebesar
89% (Nagelkerkel R Square) untuk memprediksi kejadian pedikulosis kapitis, sisanya
karena faktor lain.
3. Bila dilakukan analisis interim, jelas stopping rule-nya
Pada penelitian ini tidak dijelaskan mengenai analisis interim dan stopping rule.
4. Dilakukan analisis lanjutan bila baseline data tidak sama
Pada penelitian ini tidak dilakukan analisis lanjutan.

Kesimpulan Validitas Analisis


Penggunaan metode penelitian, hasil dan interpretasi penelitian ini baik. Sehingga validitas
analisis penelitian ini baik.

12
3.5 Validitas Interna Kausal
Komponen Validitas Interna Kausal
Temporality
Spesifikasi
Kekuatan hubungan
Dosis respons
Konsistensi internal
Konsistensi eksternal
Biological plausibility
Uraian Validitas Interna Kausal
1. Temporality
Hubungan sebab akibat terjadi bila penyebab mendahului akibat. Penelitian ini melakukan
analisis mengenai hubungan sebab akibat sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
penelitian ini komponen temporality terpenuhi.
2. Spesifikasi
Spesifikasi merupakan hubungan sebab-akibat yang akan semakin nyata bila akibat hanya
disebabkan oleh satu sebab. Spesifikasi terpenuhi apabila baseline data antar kelompok
penelitian setara. Pada penelitian ini baseline data antara kelompok penelitian masing-
masing variabel setara.
3. Kekuatan hubungan
Pada penelitian ini, effek size maksimal adalah sebesar p<0,05 artinya terdapat hubungan
yang bermakna antara panjang rambut dan tipe rambut terhadap kejadian pedikulosis
kapitis.
4. Dosis respons
Penelitian merupakan studi analitik observasional sehingga tidak terdapat dosis respons
pada hipotesis penelitian.
5. Konsistensi internal
Konsistensi internal terpenuhi apabila hasil pada strata tertentu sama dengan hasil pada
keseluruhan. Pada penelitian ini, analisis stratifikasi tidak dilakukan oleh peneliti,
sehingga konsistensi internal tidak ditentukan.
6. Konsistensi eksternal
Konsistensi eksternal terpenuhi apabila hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian
sebelumnya. Dari penelitian yang dilakukan oleh Dita di Pesantren Aulia Cendekia Talang

13
Jambe tahun 2016 didapatkan hasil hubungan yang bermakna antara panjang rambut dan
kejadian pedikulosis kapitis. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Rahman (2014) di
Pesantren Rhodlotul Quran Semarang yang mendapatkan hasil bermakna antara hubungan
panjang rambut dan kejadian pedikulosis kapitis
7. Biological plausibility
Menurut peneliti dengan hubungan karakteristik rambut merupakan faktor risiko
terjadinya infestasi pedikulosis kapitis. Penyebab dari angka kejadian suatu penyakit tidak
selalu tunggal, melainkan terdapat beberapa faktor-faktor, sehingga akan terdapat
perbedaan pada masing-masing penelitian. Jenis kelamin, panjang rambut dan tipe rambut
merupakan faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap angka kejadian pedikulosis
kapitis. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Dita pada tahun 2016 yang
menyimpulkan bahwa perempuan lebih besar berisiko untuk terinfestasi pedikulosis
dibandingkan dengan laki-laki. Pedikulosis lebih sering menyerang anak-anak perempuan
dikarenakan mereka memiliki rambut panjang sehingga lebih susah dibersihkan dan
menjadi tempat yang potensial bagi tuma untuk bertahan hidup. Warna rambut tidak
memiliki pengaruh terhadap angka kejadian pedikulosis karena pada dasarnya rambut
sebagian besar orang Indonesia cenderung coklat kehitaman (bukan coklat pirang). Hasil
analisis multivariat secara simultan hanya mendapatkan jenis kelamin sebagai faktor yang
paling dominan terhadap kejadian pedikulosis. Hal ini sejalan sengan penelitian yang
dilakukan oleh Alatas dan Linuwih (2013) bahwa jenis kelamin merupakan salah satu
faktor risiko pedikulosis kapitis. Panjang rambut dan tipe rambut tidak ada hubungan. Di
tempat penelitian ini laki-laki tidak ada yang berambut panjang sehingga tidak dijadikan
pembanding. Pada perempuan berambut dalam penelitian ini didapatkan yang positif
terinfestasi pedikulosis. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dita pada tahun
2016, bahwa terdapat pengaruh panjang rambut dan tipe rambut dengan panjang rambut
dan tipe rambut dengan pedikulosis kapitis. Berdasarkan ini aspek biological plausibility
cukup terpenuhi.
Kesimpulan Validitas Interna Kausal
Penelitian ini mengunakan kriteria validitas interna cukup baik.

3.6 Validitas Eksterna


Komponen Validitas Eksterna
Validitas Eksterna 1

14
- Besar sampel
- Participation rate
Validitas eksterna 2
- Validitas eksterna 1
- Logika akademis untuk generalisasi penelitian
Uraian Validitas Eksterna
1. Validitas Eksterna I
Validitas eksterna I ditentukan oleh besar sampel dan cara pengambilan sampel, sehingga
hasil penelitian dapat digeneralisasikan ke populasi terjangkau. Suatu hasil penelitian
dikatakan mempunyai validitas eksterna 1 yang baik apabila besar sampel cukup dan
pengambilan sampel dilakukan secara random. Informasi besar sampel berguna untuk
menentukan validitas seleksi penelitian dari aspek participation rate, yaitu presentase
subjek penelitian yang dianalisis dibandingkan subjek yang seharusnya dianalisis. Pada
penelitian ini tidak dijelaskan mengenai populasi terjangkau dan berapa sampel minimal
yang seharusnya dibutuhkan dan untuk pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total
sampling yang digunakan untuk mendapatkan informan yang sesuai dengan tujuan
penelitian dan bersifat homogen sehingga didapatkan informan pada penelitian adalah 134
orang. Sampel minimal dari suatu penelitian adalah 30-500 sampel, jadi validitas
eksternal I valid.
2. Validitas Eksterna II
Validitas eksterna II ditentukan secara logis akademis apakah hasil penelitian dapat
digeneralisasikan pada populasi target. Pada jurnal tidak dijelaskan mengenai populasi
target penelitian, akan tetapi peneliti mengambil sample penelitian secara keseluruhan dari
populasi. Menurut penelaah, hasil penelitian ini diharapkan mewakili populasi tersebut,
maka hasil penelitian sudah mampu mewakili populasi target.
Kesimpulan Validitas Eksterna
Validitas eksterna pada penelitian ini tidak valid.

3.7 Importancy
Komponen Importancy
1. Perbandingan effek size yang diperoleh dengan yang diharapkan pembaca.
2. Bila outcome kategorik: relative risk (RR), relative risk reduction (RRR), absolute risk
reduction (ARR), number needed to treat (NNT), dan cost analysis

15
Uraian Importancy
1. Perbandingan effek size yang diperoleh dengan yang diharapkan pembaca.
Peneliti menetapkan effek size maksimal sebesar 5%. Sebagai pembaca, penelaah setuju
dengan judgement peneliti. Dengan demikian, penelaah sepakat dengan semua interpretasi
dari keluaran utama yang disampaikan oleh peneliti.
2. Bila outcome kategorik: relative risk (RR), relative risk reduction (RRR), absolute risk
reduction (ARR), number needed to treat (NNT), dan cost analysis
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan analisis data secara
deskriptif dan inferensial sehingga tidak dapat dinilai RR, RRR, ARR, NNT, dan cost
analysis.
Kesimpulan Importancy
Penelitian ini cukup memiliki aspek importancy karena penting bagi peneliti dan pembaca.

3.8 Applicability
Komponen Applicability
1. Transportability
2. Kemampuan pelayanan, ekonomi, dan sosial budaya
Uraian Applicability
1. Transportability
Hasil penelitian ini telah di hubungkan sesuai dengan teori – teori yang ada mengenai
hubungan karakteristik rambut dengan kejadian pedikulosis kapitis dan telah dijelaskan
dengan baik dalam karya tulis ilmiah ini. Sehingga hasil penelitian ini dapat
digeneralisasikan ke seluruh wilayah di Indonesia.
2. Kemampuan pelayanan, ekonomi, dan sosial budaya
Metode penelitian ini mampu diterapkan di tempat lain mengingat metode penelitian ini
mudah untuk dilakukan dan tidak menghabiskan banyak biaya dan waktu serta tidak
bergantung pada keadaan sosial budaya.
Kesimpulan Applicability
Hasil penelitian utama mampu untuk diterapkan.

16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Hubungan Karakteristik Rambut
Dengan Pedikulosis Kapitis Pada Santri Di Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah
Gandus Palembang” adalah KTI yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
karakteristik rambut dengan kejadian pedikulosis kapitis pada santri di Pondok
Pesantren IGM Al-Ihsaniyah Gandus Palembang..
Kesimpulan fakta dari hasil penelitian ini berdasarkan persamaan matematis yaitu
sebagai berikut:

Fakta = Hasil penelitian ± (Kesalahan seleksi + kesalahan informasi + kesalahan


perancu + kesalahan analisis + kesalahan kausal + kesalahan validitas eksterna)

Karena,
Kesalahan seleksi ≠ 0
Kesalahan informasi = 0
Kesalahan perancu = 0
Kesalahan analisis = 0
Kesalahan kausal = 0
Kesalahan validitas eksterna ≠ 0

Maka,
Fakta = Hasil penelitian ± (Kesalahan seleksi + kesalahan informasi +
kesalahan perancu + kesalahan analisis + kesalahan kausal +
kesalahan validitas eksterna)
Fakta = Hasil penelitian ± (Kesalahan seleksi + 0 + 0 + 0 + 0 + kesalahan validitas
eksterna)
Fakta = Hasil penelitian ± ( Kesalahan seleksi + kesalahan validitas eksterna)

17
4.2 Saran
Saran untuk klinisi dan pembuatan kebijakan:
Penelitian ini dapat dijadikan dasar dan informasi tambahan mengenai gambaran
untuk mengetahui hubungan karakteristik rambut dengan kejadian pedikulosis kapitis
pada santri di Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah Gandus Palembang agar pembuat
kebijakan Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah dapat menurunkan angka kejadian
dengan cara melakukan pencegahan sedini mungkin, menyiapkan sarana prasarana
kesehatan sekolah, dan dilakukan penyuluhan oleh dinas kesehatan mengenai faktor
risiko untuk mengurangi angka kejadian pedikulosis kapitis yang sering terjadi pada
santri di pondok pesantren.

Saran untuk penelitian:


Penelitian ini perlu adanya perbaikan sehingga dapat memenuhi kriteria EBM sehingga
dapat dipublikasi. Isi-isi yang perlu perbaikan diantaranya:
1. Penjelasan mengenai metode atau dengan cara apa peneliti mendapatkan populasi
untuk penelitian.
2. Pada definisi operasional mengenai variabel panjang rambut antara santri perempuan
dan santri laki-laki seharusnya dibedakan untuk menghindari efek bias penelitian.

18
DAFTAR PUSTAKA
1. Stone, S.P., Jonathan, N. Goldfarb dan Rocky, E. Bacelieri. 2012. Scabies, Other Mites
and Pediculosis. In: Feedberg IM, Editors: Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine volume 2 eighth edition. USA: The Megraw-Hill, hal. 2573-8.
2. Nutason, I. dan Madke B. 2008. Pediculosis humanu capitis; an update. Acta
Dermatoven APA, 17(4):147-59.
3. Rassami W, Soonwera M. 2012. Epidemiology of pediculosis capitis among school
children in eastern area of Bangkok, Thailand. Asian Pac J Trop Biomed. 2(11): 901–4.
4. Rahman, Z.A. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Pediculosis
Kapitis Pada Santri Pesantren Rhodlotul Quran Semarang. Tesis pada Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro yang tidak dipublikasikan.
5. Dita, Tuti Syarach. 2016. Hubungan Karakteristik Rambut dan Higiene Cuci Rambut
dengan Pedikulosis Kapitis pada Santri di Pondok Pesantren Aulia Cendekia Talang
Jambe Sukarami Palembang. Skripsi pada Universitas Sriwijaya yang tidak
dipublikasikan.
6. Tappeh, Hazrati, Chavshin AR, Mohammadzadeh Hajipirloo H, Khashaveh S, Hanifian
H, Bozorgomid A, Mohammadi M, Jabbari Gharabag D, dan Azizi H. 2012. Pediculosis
capitis among Primary School Children and Related Risk Factors in Urmia, the Main
City of West Azarbaijan, Iran. J Arthropod-Borne Dis 2012; (6)1: 79–85.
7. Borges, R. dan Mendes, J. 2002. Epidemiological aspect of head lice in children
attending day care centres, urban and rural schools in Uberlandia, Central Brazil. Mem
last Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro, 97 (2): 189-192, (http://www.ncbi.nlm.nih.gov,
Diakses 7 Agustus 2016).
8. Handoko, R.P. 2007. Pedikulosis, Dalam: Djuanda A, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,
edisi V. Jakarta: Balai penerbit FKUI, hal. 119-120.
9. Burgess, Ian F. dan Ciara, S. Casey. 2008. Head Lice. In: Thomas Diepgen, Michael
Bigby editors. Evidence-Based Dermatology Second Edition. Britain: Hywel Williams,
hal. 471-6 (http://scholar.google.com, Diakses 7 Agustus 2016).
10. Burkhart, C.N. dan Burkhart, C.G. 2012. Scabies, Other Mites and Pediculosis. In:
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Pallen AS, leffel DJ, Wolff K, (editors).
Fittzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed, New York; McGrawHill,
hal.2573-6.
11. Guenther, Lyn. 2004. eMedicinePediculosis Article (http://www.emedecine.
com/med/topic1769.htm, Diakses 7 Agustus 2016).
12. Bowen, Howard Rothman. 1980. The Cost of Higher Education, USA: Jossey-Bass
Publisher.
13. Alatas, Sahar Salim Saleh dan Linuwih. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Mengenai Pedikulosis Kapitis dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X,
Jakarta Timur. Skripsi pada Universitas Indonesia yang tidak dipublikasikan.
14. Sayyadi, M., Vahabi, A., Sayyad, S., and Sahne, Sh. 2014. Prevalence of Head Louse
(Pediculus humanus capitis) Infestation and Associated Factors Among Primary School
children in Bayengan City, West of Iran. 11 (3): 19-22, (http://scholar.google.com,
diakses 10 Agustus 2015.

19
LAMPIRAN

Hubungan Karakteristik Rambut dengan Pedikulosis Kapitis pada Santri


di Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah Gandus Palembang

Nabilla Maharani Gumay1, Dwi Handayani2, Iche Andriyani Liberty3

1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya


2. Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
3. Bagian IKM-IKK, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
Jl. Dr. Mohammad Ali Komplek RSMH Palembang Km. 3,5, Palembang, 30126, Indonesia

Email: bella.gumay@gmail.com

Abstrak

Pedikulosis kapitis adalah penyakit infestasi kulit kepala dan rambut yang disebabkan oleh infestasi Pediculus
humanus capitis. Tuma ini menyerang manusia yang hidup berkelompok seperti di pondok pesantren dan dapat
menular. Faktor risiko terjadinya pedikulosis kapitis adalah rambut yang panjang dan bergelombang. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik rambut dengan pedikulosis kapitis pada santri di Pondok
Pesantren IGM AlIhsaniyah Gandus Palembang. Penelitian ini menggunakan studi analitik observasional
dengan desain cross sectional (potong lintang) yang dilakukan pada bulan Oktober 2016. Populasi penelitian ini
adalah santri yang menetap di Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah Gandus Palembang yang berjumlah 134
santri yang seluruhnya diambil sebagai sampel. Data didapatkan dengan melakukan observasi langsung pada
seluruh rambut responden. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik Chi-Square, Pearson Chi-Square
dan Logistic Regression. Proporsi kejadian pedikulosis kapitis sebesar 38,1%. Dalam uji statistik menunjukkan
variabel panjang rambut hubungan yang sangat bermakna (p=0,000) dan tipe rambut (p=0,04) memiliki
hubungan yang bermakna terhadap kejadian pedikulosis kapitis, sedangkan variabel warna rambut (p=0,33)
tidak berpengaruh terhadap kejadian pedikulosis kapitis. Hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan tidak
terdapat hubungan secara simultan antara karakteristik rambut dan kejadian pedikulosis kapitis.Terdapat
hubungan bermakna pada variabel panjang rambut dan tipe rambut terhadap kejadian pedikulosis kapitis.

Kata kunci: Pedikulosis kapitis, pondok pesantren, karakteristik rambut.

Abstract

Association of Hair Characteristics with Pediculosis Capitis in Students of IGM Al-Ihsaniyah Boarding
School Gandus Palembang. Pediculosis capitis is infestation on human’s skin or scalp caused by Pediculus
humanus var. capitis and commonly affects people who live in groups like boarding house and can be infected
through direct or nondirect contact.The risk factors which caused the infestation are long hair, wavy hair, and
black hair. The aim of this study was to discover the association of hair characteristics with pediculosis capitis in
students of IGM Al Ihsaniyah Boarding School Gandus Palembang. This research was an analytical
observational with cross-sectional design conducted on October 2016. Population of the study was the students
of IGM Al-Ihsaniyah Boarding School consist of 134 samples. All of students were included as sample. A direct
observation was performed towards the participant. The results were analyzed using Chi-Square, Pearson Chi-
Square and Logistic Regression. The proportion of pediculosis capitis incidence 38.1%. Statistical test showed
that hair length affected highly significant (p=0.00) and hair type (p=0.04) affected significant to the incidence
of pediculosis capitis, while hair colour (p=0.33) did not affected significantly to the incidence of pediculosis
capitis. The result of multiple logistic regression analysis showed that hair characteristics simultaneously did not
significantly to the incidence of pediculosis capitis. There was a significant correlation between hair length and
hair type to the incidence of pediculosis capitis.

Key words: Pediculosis capitis, boarding school, hair characteristics.

20
1. Pendahuluan

Pedikulosis kapitis adalah penyakit infestasi penularan penyakit.4 Walaupun, penyakit ini sering
kulit kepala dan rambut yang disebabkan oleh dianggap ringan karena mortalitasnya yang rendah.
infestasi Pediculus humanus capitis famili Namun, penyakit ini dapat menurunkan kualitas
Pediculidae. Parasit ini merupakan parasit obligat hidup anak-anak sekolah karena berkurangnya
yang membutuhkan manusia untuk bertahan hidup waktu tidur akibat sering menggaruk-garuk kepala.
dengan menghisap darah (hemophagydea) dan Melalui penelitian ini, diharapkan dapat
seluruh siklus hidupnya bergantung pada manusia.1 memberikan informasi mengenai kejadian
Prevalensi pedikulosis kapitis cukup tinggi pedikulosis di salah satu panti asuhan di kota
terutama pada anak usia sekolah. Penyakit ini juga Palembang dan hubungannya dengan karakteristik
telah menjadi masalah disetiap negara. Di Amerika rambut.
Serikat, setiap tahunnya pedikulosis kapitis telah
menginfeksi 6-12 juta orang.2 2. Metode Penelitian
Di Thailand rasio infestasi pada anak
sekolah berkisar 12,26-29,76%. Rasio pada Penelitian yang dilakukan menggunakan
kelompok usia anak 12 tahun 26,07%, sedangkan studi observasional dengan desain cross sectional
untuk rasio kelompok usia anak 8 tahun meningkat (potong lintang). Penelitian ini dilakukan di
menjadi 55,89. Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah Gandus
Data angka kejadian di Indonesia belum Palembang. Penelitian dilakukan dari bulan Juni
banyak ditemukan. Berdasarkan penelitian Restiana hingga Desember 2016. Dalam penelitian ini
pada sebuah pesantren di Yogyakarta tahun 2010 populasi adalah seluruh santri yang tinggal di
sebanyak 71,3% yang terinfeksi. Sedangkan, Tuti asrama pondok pesantren IGM Al-Ihsaniyah
Syarach melakukan penelitian pada sebuah Gandus Palembang yang berjumlah 134 santri.
pesantren di Palembang pada tahun 2016 sebanyak Sampel penelitian adalah seluruh santri yang
29,8% yang terinfeksi. tinggal di pondok pesantren IGM Al-Ihsaniyah
Terdapat beberapa faktor yang Gandus Palembang yang sesuai dengan kriteria
mempengaruhi penyebaran pedikulosis kapitis inklusi. Kriteria inklusi adalah santri yang terdaftar
antara lain faktor sosial-ekonomi, tingkat sebagai pelajar di pondok pesantren IGM
pengetahuan, higiene perorangan, kepadatan tempat AlIhsaniyah Gandus Palembang dan santri yang
tinggal dan karakteristik individu (umur, panjang bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner.
rambut, dan tipe rambut). Terdapat hasil yang Kriteria eksklusi adalah santri yang tidak hadir
bermakna antara panjang rambut dengan kejadian pada saat penelitian berlangsung dan santri yang
infestasi pedikulosis pada penelitian yang tidak memiliki rambut/botak plontos.8
dilakukan oleh Tappeh tahun 2012 di Urmia, Iran.6 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Penelitian yang dilakukan Tuti Syarach Dita tipe rambut, warna rambut dan panjang rambut.
tahun 2016 di Palembang menunjukan hubungan Kutu dan telur kutu yang ditemukan saat
yang bermakna antara panjang rambut dan tipe pemeriksaan kutu kepala diambil dan direndam
rambut terhadap kejadian pedikulosis kapitis.5 didalam botol yang berisi alkohol 70%, 80%, 90%
Anak-anak dengan rambut panjang, dan 100% masing-masing selama 30 menit. Botol
bergelombang serta berwarna gelap memiliki diberi label nama dan nomor sampel. Selanjutnya
tingkat prevalensi lebih besar terinfestasi kutu dibuat preparat untuk dilihat dibawah
pedikulosis kapitis dibandingkan jenis rambut mikroskop di Laboratorium Parasitologi Fakultas
lain.7 Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Gejala klinis infestasi pedikulosis kapitis
antara lain rasa gatal. Pada anak sekolah infestasi 3. Hasil
kronik pedikulosis kapitis 3,5,4 menyebabkan anemia Deskripsi lokasi penelitian
yang akan membuat anak- anak lesu, mengantuk, Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah
serta mempengaruhi kinerja belajar dan fungsi Gandus Palembang memiliki 3 gedung. Gedung
kognitif, selain itu pada saat malam hari anak-anak yang terletak di bagian utara sebagai asrama putra.
yang terinfeksi akan mengalami gangguan tidur Gedung bagian selatan terdiri dari 2 lantai. Lantai 1
karena rasa gatal dan sering menggaruk kulit difungsikan sebagai MA (Madrasah Aliyah) dan
kepala. Dari sisi psikologis, infestasi kutu kepala lantai 2 sebagai mushola putra.
membuat anak merasa malu karena diisolasi dari Gedung di bagian timur terdiri dari 2 lantai. Lantai
anak lain.1 1 digunakan untuk ruang kelas MTs (Madrasah
Pada santri di pondok pesantren, infestasi Tsanawiyah) dan lantai 2 untuk asrama putri serta
pedikulosis kapitis umumnya masih tinggi mushola. Terdapat aula pada masing-masing
dikarenakan padatnya penghuni, perilaku kurang gedung asrama untuk melakukan kegiatan ibadah.
bersih, pemakaian barang bersama dan berbagi Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah
tempat tidur menjadi faktor yang memudahkan memiliki 134 santriwan dan santriwati dengan

21
tingkat pendidikan Mandrasah Tsanawiyah (MTs)
dan Madrasah Aliyah (MA) yang seluruhnya
tinggal di asrama. Pengurus pondok berjumlah 25
orang yang terdiri dari 16 ustadz dan 7 ustadzah.
Asrama putra danputri memiliki ukuran 6x7 m
yang masing-masing dihuni oleh 20 orang santri.
Kamar mandi berada di ujung koridor
asrama yang masing-masing memiliki 4 kamar
mandi yang ditutupi menggunakan tirai kain.
Kamar asrama yang dihuni oleh santri memiliki Tabel 1. menunjukkan usia santri terbanyak pada
kasur busa, lemari pakaian, kipas angin dan meja usia 14 tahun (22,4%), laki-laki lebih banyak
kecil. Terdapat kasur busa, bantal, guling dan (53,7%) dibandingkan perempuan (46,3%), santri
selimut yang setelah dipakai ditumpuk menjadi satu duduk di bangku MTs lebih banyak (61,9%)
di sudut kamar asrama. Masing-masing kamar dibanding santri duduk di bangku MA (38,1%).
Sebagian besar (62,7%) santri memiliki orang tua
terdapat jendela, akan tetapi jendela digunakan
sebagai tempat menjemur handuk yang telah dengan kategori tingkat pendapatan orang tua
dipakai. Tempat sampah berada di depan pintu rendah. Karakteristik rambut santri yaitu sebanyak
kamar asrama. 65,7% santri yang berambut pendek, 72,4% santri
berambut hitam dan 82,1% santri yang berambut
lurus. Sebanyak 38,1% santri positif pedikulosis.
Deskripsi responden
Penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Tabel 2. Distribusi responden pedikulosis kapitis
IGM Al-Ihsaniyah ini mengamati 134 santri, yang berdasarkan usia, pendidikan dan pendapatan
terdiri dari santri ditingkat pendidikan MTs dan orang tua (N=134)
MA.

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan usia,


jenis kelamin, pendidikan, pendapatan orang
tua, karakteristik rambut dan pedikulosis
kapitis

Tabel 2 menunjukkan bahwa santri dengan yang


menderita pedikulosis terbanyak (51,9%) pada usia
13 tahun, paling banyak pada santri yang duduk di
bangku MTs (42,2%), 35,7% dengan orang tua
yang berpendapatan rendah, 38,1% dengan orang
tua yang berpendapatan sedang, 55,6% dengan
orang tua yang berpendapatan tinggi dan hanya
27,3% dengan orang tua yang berpendapatan
sangat tinggi.

Hubungan Panjang Rambut Responden dengan


Kejadian Pedikulosis Kapitis

Berdasatkan panjang rambut, sebanyak 97,4%


pedikulosis terjadi pada santri berambut panjang,
85,7% berambut sedang dan 8% berambut pendek.

22
Dari uji statistik didapatkan nilai Prevalence Ratio. Hubungan Tipe Rambut Responden dengan
Prevalensi pedikulosis pada santri yang memiliki Kejadian Pedikulosis Kapitis
rambut panjang 1,1 kali lebih tinggi daripada santri
yang memiliki rambut sedang, dan 12,2 kali lebih Dapat dilihat bahwa pedikulosis kapitis ditemukan
tinggi daripada santri yang memiliki rambut 62,5% pada rambut bergelombang, 36,4% rambut
pendek. Sedangkan prevalensi santri yang memiliki lurus dan 12,5% rambut keriting. Dari hasil uji
rambut sedang 10,8 kali lebih tinggi daripada santri statistik didapatkan nilai Prevalence Ratio.
yang memiliki rambut pendek. Terdapat hubungan Pervalensi pedikulosis rambut bergelombang 0,5
antara panjang rambut dengan kejadian pedikulosis kali lebih tinggi dibandingkan dengan rambut lurus,
kapitis dan Chi-square didapatkan nilai p= 0,00 (p rambut bergelombang 10,8 kali lebih tinggi
< 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang sangat dibandingkan dengan rambut keriting dan rambut
bermakna antara panjang rambut dengan kejadian lurus 2,9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
pedikulosis kapitis. rambut keriting. Berarti terdapat hubungan antara
tipe rambut dengan kejadian pedikulosis kapitis dan
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan Chi-square didapatkan nilai p= 0,04 (p < 0,05)
panjang rambut dan pedikulosis kapitis (N=134) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna
antara tipe rambut dengan kejadian pedikulosis
kapitis.

Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan tipe


rambut dan pedikulosis kapitis (N= 134).

Tabel 4. Hubungan panjang rambut responden


dengan kejadian pedikulosis kapitis.
Tabel 7. Hubungan tipe rambut responden
dengan kejadian pedikulosis kapitis

Hubungan warna rambut responden dengan


pedikulosis kapitis Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
dan pedikulosis kapitis
Pedikulosis kapitis ditemukan sebanyak 35,1%
pada rambut hitam dan 45,9% pada rambut selain Santri laki-laki lebih sedikit (2,8%) terdiagnosis
hitam. Nilai Prevalence Ratio sebesar 0,77 dan p= pedikulosis kapitis dibanding santri perempuan
0,33 (p> 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan (79%). Didapat nilai Prevalence Ratio sebesar 39,5
yang bermakna antara warna rambut dengan dan Chi-squaredidapatkan nilai p= 0,00 (p < 0,05)
kejadian pedikulosis kapitis. yang berarti terdapat hubungan yang sangat
bermakna antara jenis kelamin dan kejadian
Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan pedikulosis kapitis.
warna rambut dan pedikulosis kapitis (N= 134)
Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan jenis
kelamin dan pedikulosis kapitis (N= 134)

23
Seluruh variabel yang berpengaruh secara substansi pada berbagai penelitian dimungkinkan karena
dan statistik (p< 0,05) dalam penelitian terdapat perbedaan kondisi di tempat penelitian.
dimasukkan kedalam uji regresi logistik kemudian Diagnosis pasti infestasi pedikulosis kapitis
dilakukan pengujian secara bersamaan dengan adalah ditemukannya P.H. capitis dewasa, nimfa
metode Enter dan dimasukkan dalam persamaan dan atau tanpa telur di kulit dan rambut kepala.
Regresi Logistik. Dalam penelitian ini variabel Jumlah tuma dan telur sangat banyak, sehingga
yang diduga berpengaruh terhadap kejadian sangat mudah ditemukan pada responden yang
pedikulosis kapitis pada responden yaitu jenis positif pedikulosis. Dengan menggunakan sisir
kelamin, panjang rambut dan tipe rambut. serit, penemuan tuma dan telur menjadi lebih
efektif.9 Rata-rata ditemukan 14 ekor kutu dan 4
Tabel 9. Multivariat Regresi Logistik dengan buah telur pada rambut responden yang positif
Metode Enter Tahap I terinfestasi P.H. capitis.
Rentang usia responden adalah 11-19 tahun
dengan angka kejadian terbanyak pada usia 13
tahun. Hal ini serupa dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dita pada tahun 2016. Sedangkan
menurut Burkhart (2012), pedikulosis lebih sering
terjadi pada usia 3-12 tahun.10 Sebagian besar santri
yang terinfetasi berada dibangku MTs. Beberapa
penyakit menular meunjukkan bahwa umur muda
mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk
terinfeksi karena lebih cenderung tidak dapat
menjaga kebersihan.11
Penyebab dari angka kejadian suatu
penyakit tidak selalu tunggal, melainkan terdapat
Hasil analisis secara stimultan menggunakan beberapa faktor-faktor, sehingga akan terdapat
binary logistic regression dengan metoda enter perbedaan pada masing-masing penelitian.12 Jenis
didapatkan bahwa jenis kelamin merupakan faktor kelamin, panjang rambut dan tipe rambut
yang paling berpengaruh terhadap kejadian merupakan faktor-faktor yang memiliki pengaruh
pedikulosis (p=0,001). terhadap angka kejadian pedikulosis kapitis. Hal ini
serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Dita
Tabel 10. Multivariat Regresi Logistik dengan pada tahun 2016 yang menyimpulkan bahwa
Metode Enter Tahap Akhir perempuan lebih besar berisiko untuk terinfestasi
pedikulosis dibandingkan dengan laki-laki.
Pedikulosis lebih sering menyerang anak-anak
perempuan dikarenakan mereka memiliki rambut
panjang sehingga lebih susah dibersihkan dan
menjadi tempat yang potensial bagi tuma untuk
bertahan hidup.10 Warna rambut tidak memiliki
pengaruh terhadap angka kejadian pedikulosis
Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis kelamin karena pada dasarnya rambut sebagian besar orang
merupakan faktor protektif (LIHAT Exp ß) dan Indonesia cenderung coklat kehitaman (bukan
kontribusi jenis kelamin sebesar 89% (Nagelkerkel coklat pirang).
R Square) untuk memprediksi kejadian pedikulosis Hasil analisis multivariat secara simultan
kapitis, sisanya karena faktor lain. hanya mendapatkan jenis kelamin sebagai faktor
yang paling dominan terhadap kejadian
4. Pembahasan pedikulosis. Hal ini sejalan sengan penelitian yang
dilakukan oleh Alatas dan Linuwih (2013) bahwa
Proporsi Infestasi Pedikulosis Kapitis jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko
Dari penelitian yang telah dilakukan di Pondok pedikulosis kapitis.13 Panjang rambut dan tipe
Pesantren IGM Al-Ihsaniyah Gandus Palembang rambut tidak ada hubungan. Di tempat penelitian
didapatkan angka kejadian pedikulosis sebesar ini laki-laki tidak ada yang berambut panjang
38,1%. Hasil penelitian tidak jauh berbeda dari sehingga tidak dijadikan pembanding. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Borges dan Mendes perempuan berambut dalam penelitian ini
(2002) pada anak sekolah di kota Brazil (36,7%) didapatkan yang positif terinfestasi pedikulosis.
dan penelitian dari Dita (2016) pada pesantren di Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
kota Palembang (29,8%).5,7Akan tetapi hasil ini Dita pada tahun 2016, bahwa terdapat pengaruh
berbeda dengan hasil penelitian Rahman pada panjang rambut dan tipe rambut dengan panjang
sebuah pesantren di Yogyakarta tahun 2010 rambut dan tipe rambut dengan pedikulosis kapitis.5
(71,3%).4 Perbedaan angka kejadian pedikulosis

24
Hubungan Karakteristik Rambut dengan b. 35,1% berambut hitam dan 45,9% berambut
Kejadian Pedikulosis Kapitis selain hitam.
Karakteristik rambut merupakan faktor risiko c. 62,5% berambut bergelombang, 36,4%
terjadinya infestasi pedikulosis kapitis. Anak berambut lurus dan 12,5% berambut keriting.
dengan rambut panjang, bergelombang serta 5. Terdapat hubungan bermakna antara panjang
berwarna gelap menunjukkan tingkat prevalensi rambut (p= 0,000 dan PR; 10,8, 12,2 dan 1,1)
lebih besar terinfestasi tuma dibandingkan jenis dan tipe rambut (p = 0,04 dan PR; 22,9, 10,8
rambut lain karena rambutyang panjang tentunya dan 0,5) dengan kejadian pedikulosis kapitis.
sulit untuk dibersihkan dan tuma senang Sedangkan tidak terdapat hubungan bermakna
bersembunyi di tempat yang gelap atau rambut antara warna rambut (p = 0,33 dan PR= 0,7)
berwarna hitam agar terhindar cahaya dan tidak dengan kejadian pedikulosis kapitis.
terlihat. Rambut bergelombang juga memudahkan 6. Terdapat hubungan yang sangat bermakna
tuma meletakkan telurnya serta bersembunyi. antara jenis kelamin dengan kejadian
Pada penelitian ini terdapat hubungan pedikulosis kapitis dengan (p = 0,000 dan PR
bermakna panjang rambut dan tipe rambut dengan 39,5).
kejadian pedikulosis kapitis. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Dita di Pesantren Aulia Cendekia Ucapan Terima Kasih
Talang Jambe tahun 2016 didapatkan hasil
hubungan yang bermakna antara panjang rambut Penulis ucapkan terimakasih kepada dr. Dwi
dan kejadian pedikulosis kapitis.5 Hasil ini juga Handayani, M.Kes. dan Iche Andriyani Liberty,
sejalan dengan penelitian Rahman (2014) di S.KM., M.Kes. yang membimbing penulis,
Pesantren Rhodlotul Quran Semarang yang menyediakan waktunya, memberikan ilmunya,
mendapatkan hasil bermakna antara hubungan memberikan masukan, kritik, dan saran agar
panjang rambut dan kejadian pedikulosis kapitis. penelitian ini menjadi lebih baik lagi. Terimakasih
Namun, hasil ini berbeda dengan penelitian yang pula untuk Staff di Bagian Laboratorium
dilakukan oleh Sayyadi dkk. (2014) di Papua yang Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan Sriwijaya. Pondok Pesantren IGM Al-Ihsaniyah
bermakna antara panjang rambut dan kejadian yang telah membantu penulis selama ini.
pedikulosis kapitis.14 Namun pada penelitian yang
dilakukan, tidak terdapat hubungan bermakna
antara warna rambut dan kejadian pedikulosis Daftar Acuan
kapitis karena rambut santri sebagian besar
berwarna hitam dan coklat kehitaman (bukan coklat 1. Stone, S.P., Jonathan, N. Goldfarb dan Rocky,
pirang) sehingga tidak ditemukan adanya E. Bacelieri. 2012. Scabies, Other Mites and
perbedaan. Pediculosis. In: Feedberg IM, Editors:
Secara simultan diperoleh hasil panjang Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine
rambut dan tipe rambut tidak signifikan dalam volume 2 eighth edition. USA: The Megraw-
mempengaruhi kejadian pedikulosis, hal ini terjadi Hill, hal. 2573-8.
karena pada sampel penelitian karakteristik panjang 2. Nutason, I. dan Madke B. 2008. Pediculosis
rambut yang dimiliki santri laki-laki seluruhnya humanu capitis; an update. Acta Dermatoven
pendek. APA, 17(4):147-59.
3. Rassami W, Soonwera M. 2012. Epidemiology
5. Kesimpulan of pediculosis capitis among school children in
eastern area of Bangkok, Thailand. Asian Pac J
1. Mayoritas (65,7%) berambut pendek, 72,4% Trop Biomed. 2(11): 901–4.
berambut hitam dan 82,1% berambut lurus. 4. Rahman, Z.A. 2014. Faktor-Faktor yang
2. Secara sosiodemografis, 62 orang (46,3%) Berhubungan Dengan Kejadian Pediculosis
santri adalah perempuan, 72 orang (53,7) santri Kapitis Pada Santri Pesantren Rhodlotul Quran
adalah laki-laki, 83 orang (61,9%) pada jenjang Semarang. Tesis pada Fakultas Kedokteran
pendidikan MTs, 51 orang (38,1%) pada Universitas Diponegoro yang tidak
jenjang pendidikan MA, 22,4% pada usia 14 dipublikasikan.
tahun dan 84 orang (62,7%) santri dengan orang 5. Dita, Tuti Syarach. 2016. Hubungan
tua berpendapatan rendah. Karakteristik Rambut dan Higiene Cuci Rambut
3. Proporsi kejadian pedikulosis kapitis sebesar dengan Pedikulosis Kapitis pada Santri di
38,1%. Pondok Pesantren Aulia Cendekia Talang
4. Dari 134 santri yang menderita pedikulosis Jambe Sukarami Palembang. Skripsi pada
kapitis; Universitas Sriwijaya yang tidak
a. 94,4% berambut panjang, 85,7% berambut dipublikasikan.
sedang dan 8% berambut pendek. 6. Tappeh, Hazrati, Chavshin AR
Mohammadzadeh Hajipirloo H, Khashaveh S,
Hanifian H, Bozorgomid A, Mohammadi M,

25
Jabbari Gharabag D, dan Azizi H. 2012. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Pallen
Pediculosis capitis among Primary School AS, leffel DJ, Wolff K, (editors). Fittzpatrick’s
Children and Related Risk Factors in Urmia, the Dermatology in General Medicine. 8th ed, New
Main City of West Azarbaijan, Iran. J York; McGrawHill, hal.2573-6.
Arthropod-Borne Dis 2012; (6)1: 79–85. 11. Guenther, Lyn. 2004. eMedicinePediculosis
7. Borges, R. dan Mendes, J. 2002. Article (http://www.emedecine
Epidemiological aspect of head lice in children com/med/topic1769.htm, Diakses 7 Agustus
attending day care centres, urban and rural 2016).
schools in Uberlandia, Central Brazil. Mem last 12. Bowen, Howard Rothman. 1980. The Cost of
Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro, 97 (2): 189-192, Higher Education, USA: Jossey-Bass Publisher.
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov, Diakses 7 13. Alatas, Sahar Salim Saleh dan Linuwih. 2013.
Agustus 2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai
8. Handoko, R.P. 2007. Pedikulosis, Dalam: Pedikulosis Kapitis dengan Karakteristik
Djuanda A, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur.
edisi V. Jakarta: Balai penerbit FKUI, hal. 119- Skripsi pada Universitas Indonesia yang tidak
120. dipublikasikan.
9. Burgess, Ian F. dan Ciara, S. Casey. 2008. Head 14. Sayyadi, M., Vahabi, A., Sayyad, S., and Sahne,
Lice. In: Thomas Diepgen, Michael Bigby Sh. 2014. Prevalence of Head Louse (Pediculus
editors. Evidence-Based Dermatology Second humanus capitis) Infestation and Associated
Edition. Britain: Hywel Williams, hal. 471-6 Factors Among Primary School children in
(http://scholar.google.com, Diakses 7 Agustus Bayengan City, West of Iran. 11 (3): 19-22,
2016). (http://scholar.google.com, diakses 10 Agustus
10. Burkhart, C.N. dan Burkhart, C.G. 2012. 2015.
Scabies, Other Mites and Pediculosis. In

26

Anda mungkin juga menyukai