Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUBUNGAN PERIODONTITIS DAN


PENYAKIT SISTEMIK

DISUSUN OLEH:
ALVIAN CHANDRA BUDIMAN
G99172031
Periode : 28 Agustus – 9 September 2018

PEMBIMBING :
drg. WIDIA SUSANTI, M.Kes.

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu


Penyakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Makalah dengan judul:

Hubungan Periodontitis dan Penyakit Sistemik

Hari, tanggal: Rabu, 12 September 2018

Oleh:
Alvian Chandra Budiman G 99172031

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Referensi Artikel

drg. Widia Susanti, M.Kes.


NIP. 196902162005012002

2
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan pendukung


gigi, yaitu ginggiva/gusi dan atau jaringan periodontal, yaitu jaringan yang
menghubungkan gigi dan tulang penyangga gigi yaitu tulang alveolar. Penyakit
yang sering mengenai jaringan periodontal adalah ginggivitis dan periodontitis.
Periodontitis adalah peradangan jaringan periodontium yang merupakan
kelainan jaringan penyangga gigi yang paling sering terjadi. Periodontitis
memiliki karakteristik kerusakan jaringan-jaringan penyokong gigi, dan tulang
alveolar sehingga dapat menyebabkan tanggalnya gigi. Periodontitis kronik
merupakan tipe periodontitis yang paling sering, biasanya terjadi pada orang
dewasa, namun dapat juga mengenai anak-anak. Derajat keparahan dari
periodontitis kronik sebanding dengan faktor kesehatan rongga mulut dan jumlah
paparan agen patologik yang ada pada rongga mulut.
Pada periodontitis terjadi perluasan peradangan dari ginggiva ke jaringan
periodontal yang lebih dalam. Perkembangan periodontitis kronis yang tidak
diobati dapat membahayakan gigi utuh, yang menyebabkan kehilangan gigi dan
gangguan estetika, gangguan fungsi oral, serta kualitas hidup. Pasien dengan
periodontitis kronis memerlukan manajemen seperti perawatan periodontal
suportif dan operasi, termasuk penggantian gigi. Untuk menghindari komplikasi
yang mungkin terjadi, maka pencegahan aktif periodontitis kronis adalah penting.
Penting untuk dipahami bahwa penyakit periodontal tidak hanya melibatkan
jaringan lunak mulut. Jika dibiarkan, penyakit gusi akan merusak struktur tulang
rahang, sehingga saku periodontal semakin dalam, dan menjadi tempat bagi berbagai
jenis bakteri berbahaya. Seiring waktu, infeksi bakteri terus berkembang,
mengekspos ke sistem peredaran darah, sehingga dapat membawa bakteri dan
racun ke bagian lain dari tubuh, termasuk jantung, paru-paru, ginjal dan hati. Infeksi
tertentu yang berhubungan langsung dengan penyakit gigi adalah abses periapikal
(infeksi pada syaraf gigi dan tulang di sekitarnya) dan kavitasi dari rahang (infeksi
tersisa ketika gigi diekstraksi).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Periodontitis
1. Definisi
Periodontitis adalah peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga
gigi yang melibatkan gingival, ligament periodontal, sementum, dan
tulang alveolar. Periodontitis dapat berkembang dari gingivitis
(peradangan atau infeksi pada gusi) yang tidak dirawat. Infeksi akan
meluas dari gusi ke arah tulang di bawah gigi sehingga menyebabkan
kerusakan yang lebih luas pada jaringan periodontal.
2. Etiologi
Penyebab utama periodontitis adalah plak. Plak gigi adalah suatu
lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak
dibersihkan. Lokasi dan laju pembentukan plak bervariasi diantara
individu. Proses pembentukan plak dapat dibagi menjadi tiga fase
yaitu:
a. Pembentukan pelikel dental
b. Kolonisasi awal pada permukaan gigi
c. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak
Selain plak gigi sebagai penyebab utama periodontitis, ada beberapa
faktor yang menjadi faktor resiko periodontitis. Faktor ini bisa berada
di dalam mulut atau lebih sebagai faktor sistemik terhadap host.
Secara umum faktor resiko penyakit periodontal adalah oral hygiene
yang buruk, penyakit sistemik, umur, jenis kelamin, taraf pendidikan
dan penghasilan.
3. Patofisiologi
Periodontitis dimulai dengan gingivitis. Gingivitis yang tidak dirawat
akan menyebabkan kerusakan tulang pendukung gigi atau disebut

4
periodontitis. Sejalan dengan waktu, bakteri dalam plak gigi akan
menyebar dan berkembang kemudian toksin yang dihasilkan bakteri
akan mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya.
Gingiva menjadi tidak melekat lagi pada gigi dan membentuk saku
(poket periodontal) yang akan bertambah dalam sehingga makin
banyak tulang dan jaringan pendukung yang rusak.
Poket periodontal digolongkan dalam 2 tipe, didasarkan pada
hubungan antara epitelium junction dengan tulang alveolar:
a. Poket periodontal suprabony yaitu dasar poket merupakan
bagian koronal dari puncak tulang alveolar
b. Poket periodontal infrabony yaitu dasar poket merupakan
bagian apikal dari puncak tulang alveolar.

Gambar 1. Perbedaan gigi sehat dan periodontitis

Gambar 2. Periodontitis kronis

5
4. Diagnosis
Pasien bisa saja datang tidak dengan keluhan sakit gigi atau gejala
lainnya, namun melalui anamnesis dan pemeriksaan gigi, tanda-tanda
periodontitis yang perlu diperhatikan adalah:
 Gusi berdarah saat menggosok gigi
 Gusi berwarna merah, bengkak dan lunak
 Terlihat adanya bagian gusi yang turun dan menjauhi gigi
 Terdapat nanah diantara gigi dan gusi
 Gigi goyang
Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan periodontal probing, yaitu
teknik yang digunakan untuk mengukur kedalaman pocket periodontal
(kantong yang terbentuk di antara gusi dan gigi). Kedalaman pocket
ini dapat menjadi salah satu petunjuk seberapa jauh kerusakan yang
terjadi. Sebagai tambahan, pemeriksaan radiologi juga perlu dilakukan
untuk melihat tingkat keparahan kerusakan tulang.
5. Terapi
Perawatan periodontitis dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
a. Fase I : fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara
menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi
tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan
perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa
prosedur yang dilakukan pada fase I:
 Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak
 Scaling dan root planning
 Perawatan karies dan lesi endodontic
 Menghilangkan restorasi gigi yang over contour dan
over hanging
 Penyesuaian oklusal (occlusal adjustment)
 Splinting temporer pada gigi yang goyah
 Perawatan ortodontik

6
 Analisis diet dan evaluasinya
 Reevaluasi status periodontal setelah perawatan
tersebut di atas
b. Fase II : fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap
deformitas anatomikal seperti poket periodontal, kehilangan
gigi dan disharmoni oklusi yang berkembang sebagai suatu
hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi
atau rekurensi dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah
bebertapa prosedur yang dilakukun pada fase ini
 Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan
cara antara lain: kuretase gingiva, gingivektomi,
prosedur bedah flap periodontal, rekonturing tulang
(bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal
(bone and tissue graft)
 Penyesuaian oklusi
 Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal
untuk gigi yang hilang
c. Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah
terjadinya kekambuhan pada penyakit periodontal. Berikut ini
adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini
 Riwayat medis dan riwayat gigi pasien
 Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan
mencatat skor plak, ada tidaknya inflamasi gingiva,
kedalaman poket dan mobilitas gigi
 Melakukan radiografi untuk mengetahui perkembangan
periodontal dan tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun
sekali
 Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung
dari efektivitas kontrol plak pasien dan pada
kecenderungan pembentukan calculus

7
 Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah
karies
B. Hubungan Periodontitis dan Penyakit Sistemik
Terdapat hubungan yang timbal balik, di mana periodontitis dapat
menyebabkan berbagai penyakit sistemik, sedangkan periodontitis juga
dapat disebabkan oleh adanya gangguan tubuh secara sistemik. Pada
periodontitis terjadi perluasan peradangan dari ginggiva ke jaringan
periodontal yang lebih dalam. Jika dibiarkan, penyakit gusi akan merusak
struktur tulang rahang, sehingga saku periodontal semakin dalam, dan menjadi
tempat bagi berbagai jenis bakteri berbahaya. Seiring waktu, infeksi bakteri
terus berkembang, mengekspos ke sistem peredaran darah, sehingga
dapat membawa bakteri dan racun ke bagian lain dari tubuh, termasuk jantung,
paru-paru, ginjal dan hati. Infeksi tertentu yang berhubungan langsung dengan
penyakit gigi adalah abses periapikal (infeksi pada syaraf gigi dan tulang di
sekitarnya) dan kavitasi dari rahang (infeksi tersisa ketika gigi diekstraksi).
Terdapat beberapa gangguan sistemik yang berhubungan dengan
periodontitis, antara lain:
 Diabetes Mellitus
Salah satu gejala utama di mulut pada pasien diabetes adalah
gingivitis dan periodontitis. Pasien dengan diabetes mellitus
tipe 1 maupun 2 yang tidak terkontrol memiliki faktor risiko
lebih tinggi mengalami periodontitis. Sementara pasien dengan
diabetes yang terkontrol akan lebih bisa menjaga kesehatan
jaringan periodontal dan lebih berespon terhadap berbagai
terapi periodontal. Beberapa studi juga menyebutkan adanya
efek terapi periodontal pada pengontrolan kadar gula pada
pasien diabetes.
 Gangguan Kardiovaskuler
Sudah banyak dilakukan penelitian mengenai hubungan
gangguan periodontal dengan gangguan kardiovaskuler,
termasuk dengan adanya kemungkinan hubungan terjadi

8
melalui 2 mekanisme: tingginya kadar kolesterol dan peran
bakteri yang terdapat pada rongga mulut dalam proses
atherosklerosis atau partisipasi protein fase akut yang dapat
meningkat pada periodontitis kronis. Periodontitis diketahui
berhubungan dengan peningkatan level C-reactive protein dan
fibrinogen yang juga terdapat pada gangguan jantung koroner.
Bakteremia dari periodontitis dan gangguan gigi lainnya juga
diketahui menjadi salah satu penyebab utama terjadinya
endokarditis.
 Kelainan yang disebabkan penggunaan obat
Beberap obat secara signifikan menurunkan produksi saliva.
Obat-obatan tersebut antara lain antihipertensi, analgesik
narkotik, beberapa obat-obatan sedatif, antihistamin dan
antimetabolit. Sementara obat lain yang mengandung
tambahan gula, mempengaruhi pH dan komposisi plak
sehingga lebih melekat pada permukaan gigi. Lalu juga
terdapat obat-obatan antikonvulsan, calcium channel blocker
dan siklosporin yang diketahui dapat menyebabkan gingival
overgrowth.
 Stress
Pasien dengan defensive coping memiliki resiko yang lebih
tinggi dalam menyebabkan terjadinya gangguan periodontal
yang parah. Stress berhubungan dengan menurunnya
kebersihan mulut, meningkatnya sekresi glukokortikoid yang
menurunkan fungsi imun, meningkatnya resistensi insulin dan
meningkatkan resiko periodontitis.
 Obesitas
Terdapat hubungan dua arah antara obesitas dan penyakit
periodontal. Jumlah jaringan adiposa yang berlebih pada
individu obesitas menyebabkan tingginya level adipokin
pemicu keradangan. Bakteri dan toksin pada periodontitis

9
memicu respon tubuh untuk meningkatkan sitokin keradangan.
Tingginya level sitokin pemicu keradangan dapat memicu
obesitas dan periodontitis dalam dua arah. Dalam penelitian
lain juga disebutkan bahwa individu yang mengonsumsi
kalsium dan vitamin C dibawah dari Recommended Dietary
Allowance (RDA) memiliki kemungkinan lebih tinggi
mengalami gangguan periodontal.
 Osteoporosis
Osteoporosis secara signifikan diketahui berhubungan dengan
pengeroposan tulang alveolar, yang meningkatkan resiko
periodontitis pada wanita post-menopause.
 Gangguan Hematologi
Adanya perkembangan gingiva yang hemoragik dan tidak
wajar, yang bisa disertai nekrosis, adalah salah satu tanda awal
adanya leukemia akut. Pasien dengan leukemia kronis juga
dapat mengalami gangguan periodontal namun lebih ringan.
Kemoterapi yang berhubungan dengan transplantasi sumsum
tulang juga dapat mempengaruhi kesehatan gingiva.
 Gangguan hormonal
Ketidakstabilan hormonal khususnya pada pasien wanita juga
berhubungan dengan kesehatan periodontal, khususnya pada
masa pubertas, menstruasi, kehamilan dan menopause.
Gangguan juga bisa terjadi bila terdapat konsumsi obat-obatan
kontrasepsi hormonal.
 Berat bayi lahir rendah (BBLR)
Adanya gangguan periodontal selama masa kehamilan dapat
menyebabkan terjadinya BBLR. Hal ini sebagai efek kerja
mediator inflamasi seperti prostaglandin E2 dan TNF yang
menyebabkan penurunan kekuatan kolagen plasenta.

10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Periodontitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada jaringan
periodontal atau jaringan penyokong gigi yang disebabkan karena adanya
infeksi atau faktor lainnya. Rusaknya jaringan penyokong gigi ini dapat
berakibat terjadinya masalah pada gigi. Namun, bila dibiarkan terus
menerus, kerusakan yang terjadi dapat semakin dalam sampai menembus
tulang alveolar dan infeksi yang terjadi dapat menyebar ke pembuluh
darah. Penyebaran infeksi dan adanya mekanisme inflamasi ini dapat
berhubungan dengan berbagai gangguan sistemik dengan mekanisme 2
arah, seperti gangguan kardiovaskuler, obesitas, diabetes, obesitas,
osteoporosis dan berat bayi lahir rendah. Oleh karena itu, keberadaan
periodontitis jangan sampai dianggap sepele karena dapat menyebabkan
gangguan sistemik lainnya yang lebih berat sehingga dapat semakin
merugikan pasien dan memperlama proses penyembuhannya.

B. Saran
Sebagai dokter umum, perlu untuk mengetahui hubungan antara penyakit
sistemik dan periodontitis. Hal ini agar bisa dilakukan skrining awal yang
baik mengenai manifestasi maupun faktor resiko yang ada. Pengetahuan
ini juga dapat bermanfaat agar bisa melakukan edukasi kepada pasien
dengan baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Rose LF dan Mealey BL. 2004. Periodontics: medicine, surgery, and


implants. Saint Louis: Elsevier Mosby; 2004.
2. Suwitra K. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
3. Vernino AR, Jonathan G dan Elizabeth H. 2004. Sylabus Periodontics.
Lippincot Williams & Wilkins.
4. Winning L dan Linden GJ. 2017. Periodontitis and Systemic Disease:
Association or Causality. Current Oral Health Report. 4:1-7.
5. Vedin O et al. 2015. Periodontal disease in patients with chronic
coronary heart disease: Prevalence and association with cardiovascular
risk factors. European Journal of Preventive Cardiology. 22(6): 771-778.
6. Nazir MA. 2017. Prevalence of periodontal disease, its association with
systemic diseases and prevention. International Journal of Health
Sciences. 1(2): 72-80.
7. Genco RJ dan Genco FD. 2014. Common Risk Factors in the
Management of Periodontal and Associated Systemic Diseases: The
Dental Setting and Interprofessional Collaboration. Journal of Evidence
Based Dental Practice. 14:4-16.
8. Zi MYH, Longo PL, Bueno-Silva B dan Mayer MPA. 2015.
Mechanisms involved in the association between periodontitis and
complications in pregnancy. Frontiers in Public Health. 2: 1-13.
9. Badran et al. 2015. Periodontitis as a risk factor for systemic disease: Are
microparticles the missing link. Medical Hypotheses. 84(6): 555-556.
10. Aljehani YA. 2014. Risk Factors of Periodontal Disease: Review of the
Literature. International Journal of Dentistry. 1-9.
11. Wijaksana IKE. 2016. Infectobesity dan Periodontitis: Hubungan Dua Arah
Obesitas dan Penyakit Periodontal. ODONTO Dental Journal. 3(1): 66-73.

12

Anda mungkin juga menyukai