Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORATJENDERAL

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

Jalan Percetakan Negara No, 29 Kotak Pos 223 Jakarta 10560

Telepon (021) 4247608 ( Hunting) Faksimile (021 ) 4207807

GERMAS

Nomor
Lampiran
: SR.01.02/4/
: Satu Berkas
elfO
/2019 \.{ April 2019

Hal : Mekanisme Pemberian serta Pencatatan dan Pelaporan


Imunisasi IPV

Yth. 1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Seluruh Indonesia


2, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia

Menindaklanjuti Surat Edaran Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit Nomor SR.03.04/11/636/2019 tanggal 8 Maret 2019 tentang Kewaspadaan dan
Respon Terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1, demi terwujudnya kekebalan masyarakat yang
tinggi terhadap virus polio harus dilaksanakan penguatan imunisasi IPV dengan memberikan
satu dosis irnunisasi IPV pada sasaran usia 4 sampai dengan 36 bulan yang belum pernah
mendapatkan imunisasi IPV, Ketentuan pemberian imunisasi IPV serta mekanisme
pencatatan dan pelaporan mengikuti SOP sebagaimana terlamp ir.

Kami mohon dukungan Saudara beserta jajaran untuk dapat melaksanakan upaya
penguatan imunisasi IPV ini dengan sebaik-baiknya .

Atas perhatian dan kerjasama Saudara , kami ucapkan terima kasih .

Tembusan :

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

· .

Lampiran 1:
Nomor : SR.01.02/4/ 1960/2019
Tanggal : ~ April 2019

STAN DAR OPERASIONAL PROSEDUR

IMUNISASIIPV PADA ANAK USIA 4-36 BULAN

1. Sasaran Pemberian Imunisasi IPV


Imunisasi IPV diberikan kepada anak usia 4-36 bulan yang belum pernah mendapatkan
imunisasi IPV.
2. Lokasi dan Tata Cara Pemberian Imunisasi IPV
a. Lokasi pemberian imunisasi pada anak <18 bulan adalah pada paha atas bagian
lateral (anterolateral) , sedangkan pada anak usia >18 bulan diberikan pada lengan
atas
b. Apabila diberikan bersamaan dengan imunisasi DPT-HB-Hib (pentavalen), maka
vaksin pentavalen dlberikan di sebelah kanan dan vaksin IPV di sebelah kiri.
c. Pemberian imunisasi IPV dilakukan secara intramuskular.
3. Pencatatan dan Pelaporan
a. Pemberian imunisasi IPV dituliskan di dalam buku KIA. Pemberian imunisasi IPV
pada bayi usia 4-11 bulan dicatat pada tabel pertama pada di lembar "CATATAN
IMUNISASI ANAK ") kolom imunisasi IPV, sedangkan bagi anak usia 12-36 bulan
dicatat pada tabel "Tambahan Vaksin Lain" yang berada di bagian bawah.
b. Pemberian imunisasi IPV pada bayi usia 4-11 bulan dicatat dalam kohort bayi atau
register imunisasi , sedangkan pemberian imunisasi IPV pada anak usia 12-36 bulan
dicatat dalam format Lampiran 2.
c. Pencatatan pemberian imunisasi IPV dilakukan dengan mencantumkan tanggal ,
bulan dan tahun pemberian imunisasi IPV tersebut.
d. Pelaporan hasil cakupan dan pemakaian logistik dengan menggunakan formulir
Lampiran 3 dan dilakukan secara berjenjang.
Lampiran 2:
Nomor : SR .01 .02/4/ 1 '~/2019
Tanggal : ~ April : 2019

PENCATATAN PEMBERIAN IMUNISASIIPV PADA ANAK USIA 12-36 BULAN

Posyandu/Pos Imunisasi DesalKelurahan :

Puskesmas:

Tanggal Pelaksanaan :

NO NAMA UMUR NAMA ORANG TUA ALAMAT KETERANGAN


Lampiran 3:
Nemer : SR.01 .02J4/ I~O /2019
Tanggal : ~ IApriH2019

LAPORAN REKAPITULASI HASIL PELAKSANAAN PEMBERIAN IMUNISASIIPV

TINGKAT PUSKESMAS

Puskesmas:

Kabupaten/Kota :

Tahun/Bulan :

JML PEMAKAIAN VAKSIN DAN LOGISTIK


CAKUPAN
SASARAN VAKSIN ADS 0,5 ml SAFETY BOX
NO. DESAIKEL (ANAK USIA JML %
4-36 DITERIMA DIPAKAI SISA DITERIMA DIPAKAI SISA DITERIMA DIPAKAI SISA
BULAN)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENVAKIT

Jalan H.R. Rasuna Said Siok X-5 Kavling4-9 JAKARTA 12950


Telepon (021) 424768 (Hunting) Faksimile (021) 4207807 GERMAS

Yth.
1.Kepala Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia
2,Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan seluruh Indonesia
3.Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota seluruh Indonesia

SURATEDARAN
NOMOR: 5~.Q~ · 04/111 "3'
I ;LD19
TENTANG

KEWASPADAAN DAN RESPON TERHADAP KLB

POLIO cVDPV TIPE 1

Sehubungan dengan telah terjadinya KLB Polio di Kabupaten Yahukimo Provinsi


Papua dengan satu kasus yang dimulai tanggal 27 November 2018 dan dengan indikasi
adanya transmlsi pada dua orang anak sehat, perlu kami sampaikan hal-hal sebagai
berikut:

1. Pemerintah bersama seluruh masyarakat telah metakukan upaya pencegahan KLB Polio
sejak lima tahun terakhir ini dengan mempertahankan cakupan imunisasi polio yang
tinggi dan merata serta metaksanakan surveilans AFP dengan mempertahankan angka
penemuan kasus AFP non polio minimal 2/100.000 anak usia <15 tahun di seluruh
kabupaten/kota.
2. Untuk mencegah terjadinya sirkulasi dan transmisi virus Polio ke daerah-daerah lain,
penu dilakukan langkah-Iangkah seperti di bawah ini:
a. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-Indonesia
1} Meningkatkan cakupan imunisasi rutin polio, baik imunisasi polio tetes {OPV}
mau pun imunisasi polio suntik (IPV) yang tinggi (minimal 95%) dan merata
di setiap desaJkelurahan. Penlngkatn cakupan ini diakukan dengan upaya
sweeping, Drop Out Follow Up (DOFU). pelayanan imunisasi terintegrasi
dengan strategi Sustainable Outreach 8ervices (80S) khusus bagi wilayah
yang sulit dijangkau. Upaya ini dilakukan dengan meningkatkan
pengetahuan, kesadaran dan partisipasi masyarakat.
2} Melakukan identifikasi anak usia 4-36 bulan yang belum mendapatkan
imunisasi IPV dan segera memberikan 1 dosis imunisasi IPV (sesuai
rekomendasi ITAGI).
3) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan program imunisasi melalui upaya
pengelolaan vaksin sesuai standar dengan anatsa data yang baik dan
menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut ditentukan dengan memanfaatkan
prinsip PWS, validasi data sasaran dan hasil cakupan serta monitoring dan
evaluasi secara rutin.
4) Meningkatkan dan menjaga kinerja surveilans lumpuh layuh akut (Surveilans
Acute Flaccid Paralysis- AFP) agar tetap kuat dan sensitif sesuai standar
intemasional , yaitu Non Polio AFP rate lebih 2/100.000 anak usia <15 tahun.

- - - -- - - - --- -.-- ---­


5) Melanjutkan dan memperkuat surveilans AFP dengan penemuan kasus di
puskesmas, rumah saki! maupun fasyankes lainnya.
6) Melakukan surveilans aktif rumah sakit dengan melakukan Hospital Record
Review (HRR) di seluruh rumah sakit setiap minggu. .
7) Menlngkatkan kelengkapan, ketepatan pelaporan SKDR dan melakukan
verifikasi terhadap alert, khususnya AFP yang muncul dalam sistem.
8) Penguatan SDM dan penyediaan anggaran yang cukup untuk mendukung
pelaksanaan penemuan kasus AFP di semua fasyankes dengan
mengalokasikan anggaran dari APBO maupun APBN.
9) Melaksanakan upaya komunikasi risiko dengan sasaran seluruh masyarakat
melalui kerjasama dengan Iintas sektor terkait.
10) Segera melaporkan kepada Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan RI bila
ditemukan kasus lumpuh layuh akut melalui sarana PHEOC dengan nomor
telp. 021-4257125, email:poskoklb@yahoo.comdanepidata@gmail.com
11) Khusus untuk Dinas Kesehatan Provinsi Papua dan Papua Sarat agar:
• Melakukan koordinasi, komunikasi dan kolaborasi dengan KKP setempat
untuk memastikan kecukupan vaksin bOPV dan logistik imunisasi lainnya
untuk pemberian imunisasi polio (bOPV) bagi penduduk yang akan
masuk ke atau keluar dan Provinsi Papua dan Papua Barat sesuai
dengan status imunisasinya.
• Meningkatkan surveilans AFP dengan indicator Non Polio AFP rate
minimal 3/100.000 anak usia <15 tahun karena berada dalam situasi KLB
Polio.
• Melakukan 'pengambilan sampel lingkungan setiap mlnggu sampai KLB
Polio dinyatakan telah berakhir dengan mengacu pada Pedoman
Surveilans Polio Lingkungan yang qiterbitkan oleh Ditjen P2P
Kementerian Kesehatan tahun 2018.

b. Kantor Kesehatan Pelabuhan


1. Meningkatkan pengawasan dan kesiapsiagaan terhadap penyakit polio di
seluruh pintu masuk (bandara, pelabuhan. pos lintas batas negara) melalui
upaya sebagai berikut:
a) Meningkatkan pengawasan alat angkut orang maupun barang khususnya
berasal dari daerah te~angkit KLB Polio.
b) Memastikan orang yang datang dart daerah te~angkit KLB Polio telah
mendapatkan imunisasi polio dalam 12 bulan terakhir dengan
menunjukkan bukti dokumen, dan apabila belum pernah mendapat
Imuntsas; Polio agar diberikan imunisasi Polio di tempat.
c) Mencatat identitas lengkap kasus AFP yang ditemukan serta mefaporkan
ke Dinas Kesehatan setempat.
2. Khusus untuk KKP di wilayah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat agar
memastikan bahwa semua pelaku perjatanan dan dan ke Provinsi Papua
dan Papua Barat telah mendapatkan imunisasi Polio lengkap minimal dalam
12 bulan terakhir yang dibuktikan dengan dokumen/catatan tertulis. Blla
pelaku perjalanan tidak dapat menunjukkan bukti bahwa telah mendapatkan
imunisasi polio minimal dalam 12 bulan terakhir maka berikan imunisasi polio
(bOPV) di tempat (on site) kepada pelaku perjalansn tersebut dan diterbitkan
2
dokumen bukti (ICV) oleh KKP setempat untuk pelaku perialanan
internasional.
3. Meningkatkan koordinasi dengan stakeholders di Pintu Masuk Negara
terhadap pengawasan penyakit Polio.
4. Melaksanakan upaya komunikasi risiko dengan sasaran para pelaku
perialanan dan masyarakat.
5. Menylapkan logistik sarana dan prasarana yang diper1ukan sesual standar.
Khusus penyediaan vaksin agar berkoordlnasi dengan Dinas Kesehatan
setempat.
6. Segers melaporkan kepada Ditjen P2P bila dltemukan kasus lumpuh layu
akut dalam waktu 1(satu) x 24 jam melalui sarana PHEOC denqan' nomor
telp. 0214257125 dan email:poskoklb@yahoo.com.

c. Dlnas Kesehatan Provlnsl


1. Memastikan bahwa semua kegietan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
KabupatenlKota sesuai dengan butir a 1) sid a 10) di atas dapat berialan
sesuai dengan sebaik-baiknya
2. Melakukan koordinasi dengan KKP tentang pelaksanaan kegiatan-kegiatan di
atas.

Demikianlah edaran ini dibuat untuk diperhatikan dan agar dilaksanakan dengan
penuh tanggung jawab .

Atas kerja sarna saudara, kami ucapkan terima kasih.

Tembusan:
1. Menteri Kesehatan RI
2. Gubemur se-Indonesia
3. Dirjen Imigrasl Kementerlan Hukum dan HAM
4. Dirjen Hukum dan Perjanjian Intemaslonal Kementerian Luar Negeri
5. Dirjen Hubungan Laut Kementerian Pemubungan R.I
6. Oirjen HUbungan Darat Kementerian Perhubungan R.I
7. Di~en Hubungan Udara Kementerian Perhubungan R.I
8. Kepala Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Kemendagri R.I
9. BPBO Provinsl seluruh Indonesia
10. BupatilWalikola se-Indonesia
11. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan
12. Seluruh Eselon I di Ungkungan Kementerian Kesehatan
13. Ketua IDAI
14. Kelua {DI
15. WHO Indonesia
3

- - - - -- - -- - -- - - -- -- -- -- - ---
.1,, KOMITE PENASIHAT AHLIIMUNISASI NASIONAL
(Indonesian Technical Advisory Group on Immunization) (
SK. MENKES No. HK.02.02/MENKES/156/2015
SEKRETARIAT: JL, PERCETAKAN NEGARA 29 JAKARTA PUSAT
TLP/FAX. 424-9024 - 425-7044

No : 09 /ITAGI/Adm/111/2019 14 Maret 2019


Lampiran :
Hal : Rekomendasi lokasi penyuntikan im unisasi IPV

Yth.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Jenderal P2P, Kementerian Kesehatan RI
Jakarta

Membalas surat Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Nomor SR.Ol.02/4/1278/2019


per/hal rekomendasi lokasi penyuntikan imunisasi IPV tertanggal 8 Maret 2019, bersama ini kami
sampaikan rekomendasi ITAGI sebagai berikut:
• Sehubungan dengan terjadinya kekurangan vaksin lPV (shortage) pada tahun 2016, maka untuk
melengkapi kekebalan terhadap polio-2 pada anak usia 4-36 bulan harus mendapat imunisasi
IPV.
• Lokasi imunisasi pada anak <18 bulan diberikan pada paha atas bagian lateral (anterolateral),
sedangkan pada anak usia ~18 bulan diberikan pada lengan atas, sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2017 tentang penyelengaraan
imunisasi (tabel14, halaman 86).
• Apabila usia anak bersamaan dengan pemberian imunisasi pentavalen (Pentablo"), rnaka vaksin
pentavalen diberikan di sebelah kanan dan vaksin IPV di sebelah kiri.
• Pemberian imunisasi l PV secara intramuskular.

Demikian karnl sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

- at Ahli lmunisasi Nasional

I
~

\ #
't" ~#
Prof. Dr.l1P!'lffilfl~ezeki Hadinegoro, Sp.A(K)
Ketua ITAGI

Tembusan
1. Sekretaris Direktur Jenderal P2P
2. Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai