Mekanisme Pemberian Serta RR Imunisasi IPV 4-36 Bulan PDF
Mekanisme Pemberian Serta RR Imunisasi IPV 4-36 Bulan PDF
DIREKTORATJENDERAL
GERMAS
Nomor
Lampiran
: SR.01.02/4/
: Satu Berkas
elfO
/2019 \.{ April 2019
Kami mohon dukungan Saudara beserta jajaran untuk dapat melaksanakan upaya
penguatan imunisasi IPV ini dengan sebaik-baiknya .
Tembusan :
· .
Lampiran 1:
Nomor : SR.01.02/4/ 1960/2019
Tanggal : ~ April 2019
Puskesmas:
Tanggal Pelaksanaan :
TINGKAT PUSKESMAS
Puskesmas:
Kabupaten/Kota :
Tahun/Bulan :
DIREKTORAT JENDERAL
Yth.
1.Kepala Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia
2,Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan seluruh Indonesia
3.Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota seluruh Indonesia
SURATEDARAN
NOMOR: 5~.Q~ · 04/111 "3'
I ;LD19
TENTANG
1. Pemerintah bersama seluruh masyarakat telah metakukan upaya pencegahan KLB Polio
sejak lima tahun terakhir ini dengan mempertahankan cakupan imunisasi polio yang
tinggi dan merata serta metaksanakan surveilans AFP dengan mempertahankan angka
penemuan kasus AFP non polio minimal 2/100.000 anak usia <15 tahun di seluruh
kabupaten/kota.
2. Untuk mencegah terjadinya sirkulasi dan transmisi virus Polio ke daerah-daerah lain,
penu dilakukan langkah-Iangkah seperti di bawah ini:
a. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-Indonesia
1} Meningkatkan cakupan imunisasi rutin polio, baik imunisasi polio tetes {OPV}
mau pun imunisasi polio suntik (IPV) yang tinggi (minimal 95%) dan merata
di setiap desaJkelurahan. Penlngkatn cakupan ini diakukan dengan upaya
sweeping, Drop Out Follow Up (DOFU). pelayanan imunisasi terintegrasi
dengan strategi Sustainable Outreach 8ervices (80S) khusus bagi wilayah
yang sulit dijangkau. Upaya ini dilakukan dengan meningkatkan
pengetahuan, kesadaran dan partisipasi masyarakat.
2} Melakukan identifikasi anak usia 4-36 bulan yang belum mendapatkan
imunisasi IPV dan segera memberikan 1 dosis imunisasi IPV (sesuai
rekomendasi ITAGI).
3) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan program imunisasi melalui upaya
pengelolaan vaksin sesuai standar dengan anatsa data yang baik dan
menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut ditentukan dengan memanfaatkan
prinsip PWS, validasi data sasaran dan hasil cakupan serta monitoring dan
evaluasi secara rutin.
4) Meningkatkan dan menjaga kinerja surveilans lumpuh layuh akut (Surveilans
Acute Flaccid Paralysis- AFP) agar tetap kuat dan sensitif sesuai standar
intemasional , yaitu Non Polio AFP rate lebih 2/100.000 anak usia <15 tahun.
Demikianlah edaran ini dibuat untuk diperhatikan dan agar dilaksanakan dengan
penuh tanggung jawab .
Tembusan:
1. Menteri Kesehatan RI
2. Gubemur se-Indonesia
3. Dirjen Imigrasl Kementerlan Hukum dan HAM
4. Dirjen Hukum dan Perjanjian Intemaslonal Kementerian Luar Negeri
5. Dirjen Hubungan Laut Kementerian Pemubungan R.I
6. Oirjen HUbungan Darat Kementerian Perhubungan R.I
7. Di~en Hubungan Udara Kementerian Perhubungan R.I
8. Kepala Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Kemendagri R.I
9. BPBO Provinsl seluruh Indonesia
10. BupatilWalikola se-Indonesia
11. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan
12. Seluruh Eselon I di Ungkungan Kementerian Kesehatan
13. Ketua IDAI
14. Kelua {DI
15. WHO Indonesia
3
- - - - -- - -- - -- - - -- -- -- -- - ---
.1,, KOMITE PENASIHAT AHLIIMUNISASI NASIONAL
(Indonesian Technical Advisory Group on Immunization) (
SK. MENKES No. HK.02.02/MENKES/156/2015
SEKRETARIAT: JL, PERCETAKAN NEGARA 29 JAKARTA PUSAT
TLP/FAX. 424-9024 - 425-7044
Yth.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Jenderal P2P, Kementerian Kesehatan RI
Jakarta
I
~
\ #
't" ~#
Prof. Dr.l1P!'lffilfl~ezeki Hadinegoro, Sp.A(K)
Ketua ITAGI
Tembusan
1. Sekretaris Direktur Jenderal P2P
2. Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan