Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RESUME

ISSUE INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

OLEH :

INTANIA FRANSISKA SHOLIHAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

JURUSAN KEPARAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2019
MEDICATION ERROR DI RUMAH SAKIT

PENDAHULUAN
Medication errors adalah suatu kegagalan dalam proses pengobatan yang memiliki
potensi membahayakan pada pasien dalam proses pengobatan ataupun perawatannya
(Aronson, 2009). Kesalahan pengobatan ini dapat menyebabkan efek yang merugikan serta
berpotensi menimbulkan risiko fatal dari suatu penyakit (Perwitasari, 2010). Medication error
dapat terjadi pada setiap tahap proses pengobatan yang kompleks sehingga tingkat
prevalensinya perlu diperkirakan pada setiap fasepengobatan: prescribing dan dispensing
sesuai dengan dampak klinisnya (Belen et al., 2010). Meskipun kesalahan pengobatan
terkadang serius, namun hal tersebut sering tidak terperhatikan. Penting untuk
mendeteksinya, karena kegagalan sistem yang awalnya mengakibatkan kesalahan kecil dapat
menyebabkan kesalahan serius (Aronson, 2009).

ISI
Kesalahan obat dapat terjadi pada tahap prescribing, meliputi resep yang tidak masuk
akal, tidak tepat, dan tidak efektif, resep diberikan kurang ataupun berlebih, dan kesalahan
dalam penulisan resep (termasuk tidak sahnya resep) (Agyemang, 2010). Kesalahan dalam
persiapan lembar transkripsi adalah trascribing error. Transcribing errors meliputi perubahan
pada nama obat, formulasi obat, rute, dosis, regimen dosis terhadap perintah resep. Kesalahan
pengobatan penting dihindari agar dapat tercapai penggunaan obat yang sesuai dengan
kondisi pasien dan batasan yang ditentukan oleh keputusan terapeutik dalam regimen dosis
yang mengoptimalkan keseimbangan manfaat yang membahayakan. Pada resep yang
seimbang, mekanisme kerja obat harus sesuai dengan patofisiologi penyakit (Risdiana, 2009).

SIMPULAN DAN SARAN


Suatu tindakan medik, apapun bentuknya, haruslah "do no harm" baik bagi pasien
maupun tenaga kesehatan yang terlibat di dalamnya. Menurut Fortescue, 2011 Beberapa
langkah pencegahan risiko terjadinya medical error dapat dilakukan dengan cara:
1. Mengidentifikasi dan memantau kejadian error pada sekelompok pasien dengan
risiko tinggi serta memahami bagaimana error bisa terjadi, khususnya untuk yang
sifatnya preventable.
2. Melakukan analisis, interpretasi dan mendiseminasikan data yang ada ke para
klinisi maupun stakeholders.
3. Menetapkan strategi untuk mengurangir risiko terjadinya medical error dengan
mempertimbangkan bagaimana strategi tersebut dapat diterapkan dalam sistem
pelayanan kesehatan yang ada.
4. Jika diperlukan dapat diundang para expert dalam bidang klinis, epidemiologi
klinis, atau management training untuk melakukan eksplorasi dan sekaligus
memformulasikan solusi pemecahan.
5. Jika keempat langkat tersebut telah dilakukan maka tahap berikutnya adalah
melakukan evaluasi dampak program terhadap keamanan pasien (patient safety).
DAFTAR PUSTAKA

Agyemang, R.E.O. & While, A. (2010) Medication Errors: Types, Causes and Impact on
Nursing Practice, British Journal of Nursing, London

Aronson, J.K. (2009). Herbal Medicines. USA: Elsevier. Page 137

Fortescue, E. B., Kaushal, R., Landrigan, C. P., McKenna, K.J., Clapp, M.D., Federico,F.,
Goldmann,D.A., Bates, D.W. (2011) Prioritizing Strategies for Preventing Medication
Errors and Adverse Drug Events in Pediatric Inpatients, American Academy of
Pediatric, Illinois

Perwitasari, D.A., Abror, J., Wahyuningsih, I,(2010) Medication Errors In Outpatient of A


Government Hospital in Yogyakarta.

Risdiana, I., (2009) Identifikasi Indikator Medication Error di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DI BIDANG KEPERAWATAN

PENDAHULUAN
Saat ini dunia tengah memasuki era disrupsi teknologi yang bergeser pada era revolusi
industri 4.0. ditandai dengan munculnya fungsi-fungsi artificial intelligence (kecerdasan
buatan), mobile supercomputing, intelligent robot, self-driving cars, neuro-technological
brain enhancements, era big data yang membutuhkan kemampuan cybersecurity, era
pengembangan biotechnology dan genetic editing (manipulasi gen). Perubahan cara kerja
yang menitikberatkan pada pengelolaan data, sistem kerja industri melalui kemajuan
teknologi, komunikasi dan peningkatan efisiensi kerja yang berkaitan dengan interaksi
manusia.

ISI
Perawat merupakan tenaga kerja kompeten yang harus siap beradaptasi dan
menghadapi industri kerja yang kian berkembang seiring dengan kemajuan teknologi.
Dengan adanya kemajuan TIK tersebut memungkinkan perawat tidak hanya mengakses
informasi tetapi juga membantu meringankan pekerjaan mereka dalam mengelola perawatan
pasien yang semakin kompleks. Di dalam dunia keperawatan akan terus direvolusi dengan
berbagai alat simulasi canggih sehingga perawat dapat belajar lebih banyak dan belajar lebih
cepat.
Kemajuan TIK di bidang kesehatan yang dapat ditemui pada Smartphone seperti
aplikasi halodoc yang memudahkan masyarakat dalam bertanya perihal kesehatan kepada
dokter yang terdaftar dalam aplikasi. Selain itu perkembangan TIK yang semakin canggih
dapat berdampak pada hubungan sosial dalam masyarakat. Dalam penerapan teknologi
informasi, muncul isu – isu etika baru. Salah satunya adalah berita hoax sehingga
diperlukannya aplikasi dalam Smartphone yang dapat mengecek tentang kebenaran berita
tersebut. Karena akhir-akhir ini di dunia kesehatan pun banyak tersebar berita hoax yang
masih banyak dipercaya oleh masyarakat seperti info yang menyebutkan jika menempelkan
bawang yang sudah digeprek ke pergelangan tangan untuk mengobati sakit gigi.

PENUTUP
Secara umum, perawat berinovasi setiap harinya. Mereka akan menemukan cara
untuk memberikan perawatan kepada pasien. Salah satu cara kita dapat memupuk inovator
perawat adalah menyiapkan metode formal untuk semua perawat, untuk berbagi gagasan
yang dapat meningkatkan perawatan. Dalam pendidikan keperawatan, kita harus belajar
bagaimana menjadi inovator. Kita harus mengembangkan cara-cara inovatif untuk melatih
perawat baru dan memastikan bahwa mereka “kompeten berinovasi” ketika mereka lulus.
Sebagai perawat, kita harus memperhitungkan risiko dengan tetap menjaga keselamatan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Ameen, J., Coll, A. M., & Peters, M. (2005). Impact of tele-advice on


community nurses' knowledge of venous leg ulcer care. Journal of Advanced Nursing, 50(6),
583-594.

Bauer, K. (2001). Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues.


Cambridge Quarterly of Healthcare Ethics, 10(2), 137-146. Binks, S., & Benger, J. (2007).
Tele-education in emergency care. Emergency Medicine Journal, 24 (11), 782-784.

Gervasi, O., Magni, R., & Zampolini, M. (2010). NuRehaVR: virtual reality in
neuro tele-rehabilitation of patients with traumatic brain injury and stroke. Virtual Reality,
14 (2), 131-141.

Goran, S. F. (2010). A second set of eyes: an introduction to tele-ICU. Critical Care


Nurse, 30(4), 46-56.

Greenberg M. Elisabeth (2000). The Domain of Telenursing : Issues and Prospects.


Nursing Economic Jurnal, 18(4) 221-222
.

Anda mungkin juga menyukai