Makalah Tablet Sustained Release
Makalah Tablet Sustained Release
KELOMPOK 1
METFORMIN HIDROKLORIDA”
Disusun Oleh:
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai mana
yang telah direncanakan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah yaitu
mata kuliah Teknologi Sediaan Solid.
Makalah ini disusun berdasarkan pengetahuan yang kami dapatkan dari
referensi yang ada,kiranya dapat menjadi pengetahuan untuk kami selaku
mahasiswa atau orang lain yang membacanya. Kami berharap juga makalah ini
bisa menjadi pemahaman di tengah-tengah masyarakat agar dapat bisa mengetahui
tentang “Formulasi Tablet Sustained Release Metformin Hidroklorida”. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, jadi kami sangat
mengharapkan masukan dari berbagai pihak, agar ke depan dalam menyusun
makalah bisa lebih baik dari sekarang. Atas bantuan dari semua pihak kami
ucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.A. Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.A.Anatomi dan Fisiologi Saluran Cerna .........................................................................4
2.B.Sustained Release ...........................................................................................................5
2.B.1.Definisi ..................................................................................................................5
2.B.2. Kelebihan dan Kekurangan ..............................................................................5
2.B.3.Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Desain dan GunaTablet .........................6
2.C.Mekanisme Pelepasan Zat Aktif ..................................................................................9
2.D. Komponen Tablet Sustained Release ........................................................................11
2.E.Macam-Macam Metode Pembuatan ..........................................................................12
BAB III PEMBAHASAN
3.A.Praformulasi ................................................................................................................15
3.B.Monografi Bahan .........................................................................................................15
3.C. Karakteristik Sediaan Yang Diinginkan ..................................................................16
3.D.Cara Pembuatan ..........................................................................................................17
3.E.Perbandingan Formulasi .............................................................................................18
3.F.Evaluasi .........................................................................................................................20
BAB IV PENUTUP
4.A.Kesimpulan ..................................................................................................................23
4.B.Saran .............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sediaan lepas lambat adalah suatu sediaan yang di desain untuk memberikan
suatu dosis zat aktif sebagai terapi awal (dosis muatan) dan diikuti oleh pelepasan zat
aktif yang lebih lambat dan konstan. Kecepatan pelepasan dosis pemeliharaan di
desain sedemikian rupa agar jumlah zat aktif yang hilang dari tubuh karena eliminasi
diganti secara konstan. Dengan memberikan sediaan lepas lambat, konsentrasi zat
aktif dalam plasma dipertahankan selalu konstan dengan fluktuasi minimal.(1,2)
Karakteristik zat aktif yang tidak sesuai untuk sediaan lepas lambat adalah
waktu paruh eliminasi yang singkat (< 1 jam), waktu paruh eliminasi yang panjang
(> 8 jam), indeks terapi yang sempit, dosis besar (>500 mg), absorpsi buruk,
kelarutan rendah, zat aktif yang harus diberikan dengan dosis yang persis,
keuntungan formulasi yang tidak jelas.(2)
Beberapa zat aktif yang tidak sesuai dengan sediaan lepas lambat yaitu,
fluorasil, antibiotic beta lactam, dan diuretik tiazida kelihatannya tidak memberikan
keuntungan klinis sehubungan dengan adanya “jendela absorpsi” yang dapat
mengurangi absorpsi, zat aktif yang memiliki waktu paruh yang singkat (misalnya
ampisilin, sefaleksin, kloksasilin, furosemida, levodopa, penisilin, propiltiourasil),
sedangkan zat aktif yang memiliki waktu paruh yang lama (misalnya dikumarol,
diazepam, digitoksin, digoksin, guanetidin, fenitoin, dan warfarin).(2)
Salah satu obat yang ingin dibuat sediaan lepas lambat (sustain release) adalah
Metformin Hidroklorida 1000 mg yang dibuat dengan metode matriks hidrofilik
dengan cara granuasi basah dan HPMC sebagai bahan hidrofilik. Metformin
Hidroklorida merupakan obat antidiabetes oral yang umumnya direkomendasikan
sebagai pengobatan lini pertama pada diabetes melitus tipe 2 apabila kadar glukosa
darah tidak terkontrol dengan modifikasi gaya hidup.(2)
Metformin memiliki waktu paruh yaitu yaitu 1,7-3 jam, dan dosis terapi
metformin umumnya bersifat individual dan dapat dimulai dahulu dengan dosis
rendah 500 mg per hari yang kemudian ditingkatkan secara bertahap setelah 2–3
1
minggu dengan penambahan 500 mg per minggu atau 850 mg per dua minggu
sampai kontrol gula darah tercapai atau tidak melebihi dosis maksimum 2.550 mg
per hari.(2,3)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada dua sekret utama yang dihasilkan oleh sel khusus di dalam selaput
lambung yaitu mukus dan asam. Mukus disekresi oleh sel goblet; asam lambung
disekresi oleh parietal (seloksintik). Mukus menyebar dan menutup permukaan
selaput mucus dan saluran cerna lainnya. Ketebalan selaput lender bervariasi
antara satu daerah saluran cerna dan daerah saluran cerna lainnya.
Pada fisiologis, absorpsi kebanyakan zat aktif dilambung tidak signifikan.
Hal ini dikarenakan luas permukaan lambung yang terbatas (0,1-0,2m2) ditutup
3
oleh selaput lendir yang tebal, jumlah jonjot pada permukaan selaput lendir yang
lebih sedikit, dan kebanyakan zat aktif memiliki waktu huni yang singkat didalam
lambung.
Isi lambung dikosongkan melalui pylorus kedalam daerah usus dua belas
jari proksimal.Pylorus adalah pembukaan dari lambung dua belas jari (duo-
denum).Di dalam usus dua belas jari proksimal kandungan kantong empedu dan
kandungan pankreas serta beberapa sekret dua belas jari, termasuk dikarbonat,
dikosongkan.
Berbeda dengan lambung, usus halus merupakan organ viskos tubular dan
mempunyai jonjot dalam jumlah sangat besar di permukaan selaput lendirnya;
jonjot-jonjot ini menciptakan luas permukaan yang sangat besar (4500 m2) apabila
dibandingkan dengan luas permukaan lambung yang hanya 0,1-0,2 m2.
Perlu diketahui bahwa luas permukaan usus halus dari daerah proksimal ke
daerah distal dan usus besar mengalami penurunan bertahap, dengan demikian
walaupun usus halus bagian proksimal cukup pendek tetapi merupakan daerah
absorpsi paling efisien. untuk memperoleh ketersediaan hayati sistemik yang
maksimal, penghantaran zat aktif hendaknya ditargetkan disekitar daerah ini.
Usus besar tidak hanya memiliki jonjot, fungsi utama usus besar adalah
menyimpan makanan solid yang tidak dicerna. Usus besar juga mengandung
beragam flora yang biasanya merupakan penghuni normal di saluran cerna. Flora
usus besar dapat mendegradasi isi usus besar.
Daerah pH Luas Panjang Waktu Konstituen
Permukaan (m) Transit Lumen
(m2)
Lambung Puasa: 1-3 0,1-0,2 - Cairan: 50 HCl
Kenyang: menit Mukus
3-5 Solid:8 jam Pepsin
Renin
Katepsin
Lipase
4
Usus Duodenum: 100-4500 3,0 Cairan: 2-6 Amilase
Halus 4,6-6,0 jam Asam empedu
Jejenum: 8 Solid: 4-9 Mukus
jam Glukohidrolase
Galaktohidrolase
Lipase
Tripsin
Kimotripsin
Usus Kolon: 5-7 0,5-1,0 1,5 Cairan: 2-6 Mukus
Besar jam Flora Usus
Solid:3
jam-3 hari
5
4. Mengurangi iritasi saluran cerna dan efek samping lain berkaitan dosis.
5. Menghasilkan efek yang lebih seragam.
6. Menghindari pemberian obat pada malam hari karena jarak waktu
pemberian lebih lama sehingga jam tidur pasien tidak terganggu.
7. Menghasilkan manfaat ekonomi bagi pasien.
B. Kekurangan yang dimiliki tablet lepas lambat, antara lain:
1. Faktor fisiologis yang berubah-ubah.
2. Tidak semua jenis zat aktif dapat dijadikan calon yang sesuai untuk
pembuatan formulasi lepas lambat per oral.
3. Harga per unit sediaan lepas lambat pada umumnya lebih mahal
daripada bentuk sediaan konvensional yang mengandung zat aktif yng
sama.
4. Zat aktif yang dalam bentuk konvensional biasa diberikan dalam dosis
besar (> 500 mg) tidak praktis untuk sediaan tablet lepas lambat
5. Jika pasien mengalami reaksi obat merugikan atau terjadi keracunan
secara tidak sengaja, pembersihan zat aktif sistem ini lebih sulit
daripada sediaan lepas segera.
6. Pemberian sediaan lepas lambat tidak memungkinkan penghentian
terapi dengan segera.
7. Dokter kurang fleksibel dalam penyesuaian regimen dosis.
6
c. Daerah sasaran
Untuk meminimalkan efek samping yang tidak dikehendaki,
fraksi dosis yang diberikan harus diusahakan sedapat mungkin
mencapai organ atau jaringan sasaran.
d. Terapi akut dan kronis
Pertimbangan apakah seseorang membutuhkan penyembuhan
atau pengendalian kondisi dan berapa lama terapi obat diharapkan
merupakan faktor penting dalam mendesain sistem lepas lambat.
e. Penyakit
Perubahan patologi selama sakit dapat berperan penting dalam
mendesain sistem pemberian obat yang sesuai.
f. Pasien
Kondisi pasien (muda atau tua, gemuk atau kurus, dan lain-lain)
dapat memengaruhi desain sediaan lepas lambat.
2. Faktor Fisiko Kimia Zat Aktif
a. Kelarutan zat aktif
Karena zat aktif harus berada dalam bentuk larutan sebelum
diabsorpsi, senyawa yang berkelarutan sangat kecil dalam air biasanya
menimbulkan masalah ketersediaan hayati oral.
b. Ukuran dosis
Untuk sistem pemberian oral, ada batas ukuran dosis rurah
tertinggi yang layak diberikan. Bentuk sediaan konvensional dosis
tunggal 0,5 – 1,0 g umumnya dianggap ukuran maksimal.
c. Ionisasi, pKa, dan kelarutan dalam air
Sebagian besar senyawa terapi yang digunakan merupakan asam
atau basa lemah. Hubungan antara pKa senyawa dan lingkungan
absorpsi penting diperhatikan karena bahan kimia yang berada dalam
bentuk tidak bermuatan lebih mudah menembus membran lipid.
d. Koefisien partisi
Apabila maksud akhir pemberian zat aktif pada saluran cerna
adalah untuk menghasilkan efek terapi dalam daerah lain didalam
7
tubuh, zat aktif itu harus melintasi bermacam-macam membran
biologis.
e. Stabilitas
Zat aktif yang diberikan secara oral dapat menjadi sasaran
hidrolisis asam basa dan degrdasi enzimatik. Degradasi akan terjadi
pada kecepatan yang lebih kecil bila zat aktif dalam keadaan padat.
f. Ikatan protein
Banyak zat aktif diketahui terikat pada protein plasma dan hal ini
diketahui memengaruhi kerja zat aktif. Karena sebagian besar protein
darah di resirkulasi dan tidak di eliminasi, ikatan protein-zat dapat
berfungsi sebagai depot untuk zat aktif sehingga menghasilkan profil
pelepasan obat yang diperlama.
3. Faktor Biologis
a. Absorpsi
Kecepatan, besar, dan keseragaman absorpsi zat aktif merupakan
faktor penting ketika mempertimbangkan formulasi zat aktif menjad
sistem lepas lambat. Karena tahap penentu kecepatan dalam
pemberian zat aktif sistem lepas lambat adalah pelepasan zat aktif dari
bentuk sediaan dan bukan absorpsi zat aktif.
b. Waktu paruh biologis
Sasaran lepas lambat biasanya adalah mempertahankan konsentrasi
obat didalam darah sepanjang suatu periode yang diperpanjang, untuk
memperoleh kondisi ini, kecepatan zat aktif memasuki sirkulasi harus
ekuivalen dengan kecepatan eliminasi zat aktif.
c. Metabolisme
Perubahan metabolik suatu zat aktif menjadi bentuk kimia lain
biasanya perlu dipikirkan saat mendesai sistem lepas lambat untuk zat
aktif tersebut. Selama lokasi, kecepatan, dan besar metabolisme
diketahui konstanta kecepatan proses tidak terlalu besar, sediaan lepas
lambat yang berhasil dapat dikembangkan.
8
d. Distribusi
Distribusi zat aktif kedalam ruang vaskular dan ekstravaskular
idalam tubuh merupakan faktor penting dalam kinetik liminasi zat
aktif secara menyeluruh. Hal ini pada akhirnya akan memengaruhi
formulasi zat aktif menjadi sistem lepas lambat.
9
disolusi. Berdaarkan hal ini, suatu sediaan lepas lambat dapat dibuat
dengan menurunkan laju disolusi zat aktif, inilah sasaran yang ingin
dicapai dalam mendesain sistem disolusi terkendali. Pendekatan yang
dilakukan untuk mencapai hal ini antar lain dnegan membuat garam atau
turunan yang sesuai, menyalut zat aktif dengan bahan yang larut lambat,
atau memformulasi zat aktif dalam bentuk tamblet dengan pembawa yang
meiliki kelarutan lambat.
5. Bioerodibel dan Kombinasi Sistem Difusi dan Disolusi
Tipe dari sistem ini adalah sistem yang menggunakan kombinasi difusi
dan disolusi sebagai matriks menggelembung terkendali. Pada tope ini, zat
aktif terlarut dalam polimer dan terjadi penggelembungan polimer. Hal ini
menyebabkan air dapat masuk dan zat aktif terdisolusi dan kemudian
terdifusi keluar dari matriks yang menggelembung.
6. Sistem osmotik terkendali
Dalam sistem ini, tekanan osmotik memberikan gaya penggerak untuk
menimbulkan pelepasan zat aktif yang terkendali. Apabila sistem ini
terpajan pada air atau cairan tubuh tertentu, air akan mengalir kedalam
tablet karena adanya perbedaan tekanan osmotik.
10
II.D. Komponen Tablet Sustained Release(5)
1. Zat Aktif
Zat aktif yang digunakan dalam pengobatan umumnya merupakan
senyawa sintetis kimia, atau bisa berasal dari hasil ekstraksi alam (tumbuhan
dan hewan). Idealnya zat aktif yag akan diformulasikan mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut: kemurniannya tinggi, stabil, kompatibel dengan semua
eksipien, bentuk partikel sferis, ukuran dan distribusi ukuran partikelnya
baik, sifat alir baik, kompresibilitas baik, tidak mempunyai muatan pada
permukaan, dan mempunyai sifat organoleptis yang baik.
2. Bahan Pengisi
Bahan pengisi adalah bahan yang digunakan untuk mendapatkan ukuran
tablet yang sesuai dan mempermudah dalam proses pembuatan tablet.
Bahan pengisi harus memenuhi beberpa kriteria yaitu:
a. Harus nontoksik.
b. Harganya harus cukup murah.
c. Tidak boleh saling berkontraindikasi
d. Harus inert/netral.
e. Harus stabil secara fisika dan kimia.
f. Harus bebas dari semua jenis mikroba.
g. Harus colour compatible.
h. Tidak boleh mengganggu bioavailabilitas obat.
Contoh bahan pengisi yaitu: Laktosa, Avicel, Starch 1500, Maistarke.
3. Bahan Pengikat
Bahan pengikat adalah bahan yang merekatkan partikel serbuk satu dengan
yang lain sehingga membentuk granul yang spheris setelah dilewatkan
melalui ayakan. Dengan adanya pengikat diharapkan bentuk granul akan tetap
terutama setelah pengeringan sampai proses pencetakan. Contoh : PVP,
Mucilago amyli, gelatin, HPC-SL, HPMC.
4. Bahan Penghancur
11
Bahan penghancur adalah bahan yang digunakan untuk tujuan agar tablet
dapat segera hancur bila kontak dengan air atau cairan lainnya. Contoh :
Amylum kering, Eksplotab, Ac-Di-Sol.
5. Bahan Pelicin
Bahan pelicin mempunyai 3 fungsi, yaitu :
1. Lubrikan
Berfungsi untuk mengurangi friksi antara permukaan dinding atau tepi
tablet dengan dinding die selama kompresi dan ejeksi.
2. Glidants
Ditambahkan dalam formulasi untuk menaikkan atau meningkatkan
fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut dapat mengisi
die dalam jumlah yang seragam.
3. Antiadherents adalah bahan yang dapat mencegah melekatnya
(sticking) permukaan tablet pada punch atas dan punch bawah.
Contoh bahan pelicin: Mg Stearat, Talkum.
12
c. Tablet Matriks Plastik
Tablet lepas lambat yang menggunakan matrik plastik inert yang
dikempa. Dalam tablet matrik plastik, zat aktif ditanamkan dalam
struktur tablet yang berkerangka koheren (kohesif) dan berpori. Sediaan
tablet matrik plastik dapat dibuat dengan mudah dengan cara dikempa
langsung dengan bahan plastik asalkan bahan plastik itu dapat
dihaluskan atau digranulasi sampai ukuran partikel yang dikehendaki.
2. Tablet Lepas Lambat Yang Menggunakan Penyalutan
Tipe tablet:
a. Tablet Yang Menggunakan Sistem Disolusi
Metoda disolusi dalam sediaan lepas lambat umunya diperoleh
dengan menyalut masing-masing granul zat aktif dengan bahan
penyalut tertentu dengan cara sedemikian rupa sehingga menghasilkan
ketebalan yang beragam. Partikel atau granul yang disalut kemudian
dikempa langsung menjadi tablet atau kapsul.
b. Tablet Dosis Berirama Teratur Atau Dosis Berdenyut
Kategori dosis berdenyut mencakup salut larut lambat seperti salut
berbagai kombinasi berikut: salut dasar gula karbohidrat dan selulosa,
salut dasar polietilenglikol, salut dasar polimer. Bahan penyalut ini
digunakan untuk pembuatan bentuk sediaan lepas lambat yang
memanfaatkan metode bebagai ketebalan tablet. Granul dengan
berbagai ketebalan salut digabung dengan grc. Tablet granul tak
bersalut kemudian di formulasi dalam tablet kempa.
c. Tablet Dosis Kontinu
Pelepasan zat aktif secara kontinu diperoleh dari zat aktif yang di
bacam (impregnated) dalam suatu salut tipis (film) yang larut lambat;
zat aktif tersedia setelah disolusi.
d. Tablet Yang Menggunakan Sistem Difusi
Kebanyakan sediaan ini dalam kategori berupa salut tipis yang
dikempa; inti zat aktif dimasukkan kedalam lubang cetak. Selanjutnya
bahan penyalut ditekan pada inti sehingga menghasilkan tablet salut
tunggal.
13
e. Tablet Yang Menggunakan Sistem Gabungan Dan Difusi
Sediaan yang memberikan bagian lepas lambat dengan dosis
tertentu dalam beberapa jenis inti yang relatif tidak larut yang telah
dibacam dengan zat aktif. Inti hampir disalut dengan salut yang
mengandung sebagian dosis untuk pelepasan segera setelah salut
terdisolusi dalam lambung.
f. Tablet Yang Menggunakan Sistem Osmosis
Salut sediaan ini benar-benar hanya merupakan suatu membran
semipermeabel yang dapat dipenetrasi oleh air untuk melarutkan
kandungannya, tetapi tidak dapat dipenetrasi oleh zat aktif. Zat aktif
dan bahan pengencr yang larut menciptakan tekanan osmotik dan
menekan larutan zat aktif sehingga terpompa keluar dari lubang kecil
dalam salut tablet.
14
BAB III
PEMBAHASAN
III.A. PRAFORMULASI
1. Metformin HCl(4)
2. Mg Stearat(4)
Kelarutan : tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter.
15
3. Sodium Carboxyl Methyl Cellulose(4)
higroskopik.
lain.
4. Hypromellose(6)
Warna : Putih
16
menyimpang dari bobot rata-rata
sebesar 5%, dan tidak ada satu
tabletpun yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot
rata-rata sebesar 10%.
Zat aktif yang digunakan dalam formulasi adalah Metformin HCl 500 mg dengan
metode matriks hidrofilik dan HPMC sebagai matriks hidrofilik dengan cara pembuatan
granulasi basah. Cara pembuatannya adalah masukkan Avicel kedalam wadah kemudian
tambahkan air panas sambil diaduk aduk hingga terbentuk gel, kemudian ditambahkan
basah, granul dikeringkan pada suhu 60-70oC Setelah itu granul di ayak atau di
Ditambahkan HPMC, Mg Stearat, dan CMC kedalam hasil ayakan dan akhirnya
17
III.E.Perbandingan Formulasi
18
Formulasi 1(7)
Pada penelitian ini dibuat formulasi tablet sustained release natrium
diklofenak dengan konsentrasi metolose berturut-turut untuk F0, F1, F2,
F3, dan F4 adalah 0%, 5%, 10%, 15%, dan 25%. F0 digunakan sebagai
blanko tanpa penambahan metolose 90 SH 4000.
Tablet sustained release natrium diklofenak dibuat dengan metode matriks
hidrofilik dengan cara pembuatan granulasi basah. Hal ini disebabkan
karena cara granulasi basah akan membantu kerja matriks dalam
mempertahankan pelepasan zat aktif dari segi teknologi. Selain itu metode
granulasi basah dipilih karena mampu menghasilkan massa cetak dengan
sifat-sifat fisik yang sesuai untuk pencetakan.
Cara pembuatannya adalah tablet lepas lambat natrium diklofenak dengan
matriks metolose 90 SH 4000 dibuat dengan metode granulasi basah.
Bahan-bahan (natrium diklofenak, metolose 90 SH 4000 dan laktosa)
dicampur dengan pengikat 10% mucilago amili sampai terbentuk massa
yang dapat dikepal. Kemudian diayak dengan ayakan mesh 10, dan
dikeringkan dalam lemari pengering hingga kadar air kurang dari 5%.
Selanjutnya, granul ditambahkan dengan fase luar (magnesium stearat dan
amilum) dan diayak dengan ayakan mesh 19, kemudian tablet dicetak.
Evaluasi pada penelitian ini adalah penetapan kadar zat aktif dalam granul
(uji homogenitas), kandungan lembab granul, kecepatan aliran, bobot jenis
dan kompresibilitas.
Formulasi 2(8)
Pada penelitian ini dibuat formulasi tablet sustained release nifedipin
dengan metode mukoadhesive dengan cara pembuatan granulasi kering.
Cara pembuatannya adalah campur matriks natrium alginat dan HPMC
K15M yang sesuai pada masing-masing proporsi yang telah ditentukan
ditambahkan dengan avicel PH 101 hingga homogen dengan
menggunakan tumbler dengan putaran 25 rpm selama 16 menit. Campuran
serbuk dipadatkan menjadi massa yang jumlahnya besar (slug) setelah itu
dihancurkan hingga membentuk granul berukuran kecil. Hasil
19
penghancuran diayak dengan ayakan pada mesh no.18 kemudian hasil
ayakan granul ditambahkan magnesium stearat selanjutnya granul
dikempa dengan kekerasan 12-14 kg .
Hasil uji disolusinya adalah pelepasan tablet untuk ke lima formula
menurunkan jumlah pelepasan obat yang dilepaskan. Salah satu metode
yang digunakan untuk membandingkan hasil uji disolusi adalah disolusi
efficiency(DE), nilai DE sebanding dengan jumlah obat yang dilepaskan.
Evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji waktu alir, uji
kelembapan, uji kekerasan, uji kerapuhan, uji disolusi, uji mukoadhesive.
Formulasi Kelompok
Zat aktif yang digunakan dalam formulasi adalah Metformin HCl 500 mg dengan
menggunakan HPMC sebagai maktriks dengan cara pembuatan granulasi basah.
Hal ini disebabkan karena cara granulasi basah akan membantu kerja matriks
dalam mempertahankan pelepasan zat aktif dari segi teknologi. Selain itu metode
granulasi basah dipilih karena mampu menghasilkan massa cetak dengan sifat-
sifat fisik yang sesuai untuk pencetakan.
Cara pembuatannya adalah dimasukkan Avicel kedalam wadah kemudian
tambahkan air panas sambil diaduk aduk hingga terbentuk gel, kemudian
ditambahkan Metformin Hidroklorida, hingga terbentuk massa granul. Setelah
dibuat granulasi basah, granul dikeringkan pada suhu 60-70oC Setelah itu
granul di ayak atau di saring dengan ayakan 60 mesh untuk mendapatkan
granul yang seragam. Ditambahkan HPMC, Mg Stearat, dan CMC
kedalam hasil ayakan danakhirnya granul dialirkan kedalam cetakan lalu
dikompresi pada tekanan 25 rpm.
Evaluasi yang dilakukan adalah uji organoleptis, uji keseragaman bobot tablet, uji
kekerasan, uji kerapuhan, uji waktu hancur, uji disolusi
1. Uji Organoleptis
Sebuah tablet diperiksa dengan mengunakan panca indera meliputi bentuk
warna, bau, rasa
20
Persyaratan : bentuk bulat, berwarna putih, tidak berbau, dan tidak
berasa
2. Uji Keseragaman Bobot Tablet
Dua puluh tablet yang diambil ditimbang satu per satu. Dihitung rata-ratanya.
Kemudian dihitung persentase penyimpangan bobot tiap tablet untuk
dibandingkan dengan persyaratan yang ada di Farmakope Indonesia edisi III
Persyaratan : tidak ada dua tabletpun yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata sebesar 5%, dan tidak ada
satu tabletpun yang masing-masing bobotnya menyimpang
dari bobot rata-rata sebesar 10%.
3. Uji Kekerasan tablet
Sebuah tablet dimasukkan pada ujung alat uji kekerasan Hardnes tester
dengan posisi vertikal, putar sekrup pada ujung yang lain, sehingga tablet
pecah dan tekanan dibaca pada skala. Percobaan diulang sebanyak lima kali.
Persyaratan : 4 – 8 kg/cm2
4. Uji Kerapuhan Tablet
Dua puluh tablet dibebasdebukan dengan aspirator. Timbang seksama dalam
neraca analitik, kemudian dimasukkan kedalam alat friabilator. Pengujian
dilakukan selama empat menit atau 100 putaran. Keluarkan tablet dari alat,
bebasdebukan lagi dan ditimbang.
Persyaratan : tidak melebihi 1%
5. Uji Waktu Hancur Tablet
Lima buah tablet dimasukkan dalam alat uji waktu hancur (disintegration
tester). Setiap tabung diisi satu tablet, kemudian dimasukkan kedalam
penangas air berisi satu liter air dengan temperatur sebesar 37°C. Permukaan
air diatur 2,5cm dari ayakan, dengan frekuensi 28-32 kali per menit. Jalankan
alat sampai semua fraksi pecahan tablet lewat ayakan yang terletak pada
bagian bawah alat. Catat waktu yang diperlukan sebagai waktu hancur tablet.
Persyaratan : tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut
6. Uji Disolusi
a. Medium akuades 1000 ml dimasukkan ke dalam labu disolusi, pengaduk
dayung diatur pada kecepatan 30 rpm dengan jarak pengaduk dari dasar
21
adalah 2,5 cm. Tablet ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu disolusi.
Suhu percobaan dipertahankan berada dalam kisaran 37±0,5⁰C.
b. Sampel diambil pada menit ke 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, dan 240
sebanyak 5,0 ml. Sampel yang diambil diganti dengan medium disolusi
yang baru dalam jumlah yang sama sehingga volume medium disolusi
tetap.
c. Sampel diukur serapannya dengan spektrofotometer.
Persyaratan : tidak kurang dari 98,5 %
22
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
a. Karakteristik zat aktif yang tidak sesuai untuk sediaan lepas lambat
adalah waktu paruh eliminasi yang singkat , waktu paruh eliminasi yang
panjang, indeks terapi sempit, dosis besar, absorpsi buruk, kelarutan
rendah, keuntungan formulasi tidak jelas.
b. Komponen tablet lepas lambat yang digunakan adalah bahan aktif,
granulasi basah.
bobot tablet, uji waktu hancur, uji disolusi, uji kekerasan tablet, uji
kerapuhan tablet.
4.2. Saran
oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan.
23
DAFTAR PUSTAKA
24