Anda di halaman 1dari 34

Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik

Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Vilfredo Pareto menurut Suryajaya (2013: 172-190) telah berhasil membuat

ilmu ekonomi Neo-Klasik mendapatkan tempat pada abad XX. Pengertian

kardinalis tentang nilai-utilitas telah diubah oleh Pareto dengan pengertian

ordinalis. Pada pengertian kardinalis terjadi apa yang dinamakan ‘kalkulus

perasaan’, sehingga rasa nikmat dan rasa sakit dapat diperhitungkan. Menurut

Robert L. Heilbroner (1953: 201) Francis Ysidro Edgeworth sebagai pelopor

kardinalis melihat manusia sebagai mesin kesenangan. Edgeworth mempunyai

asumsi bahwa ekonomi mempersoalkan kuantitas dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan kuantitas dapat diungkapkan melalui matematika. Contoh

pengertian kardinalis ini semisal, bagi individu A nilai-utilitas dari ponsel, buku,

dan gelas adalah 12, 30, dan 15. Adapun menurut individu B nilai-utilitas dari

komoditas yang sama adalah 10, 5, dan 7.

Akan tetapi yang menjadi persoalan adalah para kardinalis tidak dapat

memberikan solusi tentang basis keseukuran perasaan antar manusia. Pareto

dengan pengertian ordinalisnya mengubah kalkulasi perasaan tersebut menjadi

peringkat kenikmatan, sehingga, tingkat kenikmatan beberapa komoditas bagi

individu dapat dibuat ranking. Sumbangan Pareto tersebut memelopori wilayah

kajian baru dalam ilmu ekonomi yang hingga hari ini disebut sebagai ekonomi
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kemakmuran (welfare economics) (Suryajaya, 2013: 191-202). Ekonomi

kemakmuran Paretian ini mendapatkan banyak pengikut seperti John Hicks, R. G. D.

Allen, dan Paul Samuelson. Pada perkembangannya, ekonomi kemakmuran Paretian

membuka penjelajahan teoritis bagi ekonom kontemporer seperti Kenneth Arrow dan

Amartya Sen yang memuculkan teori pilihan sosial.

Dalam sejarah ilmu ekonomi, kemunculan ekonomi kemakmuran Paretian

tersebut tidak sehebat pergeseran dari teori nilai-kerja (ilmu ekonomi Klasik) kepada

teori nilai-utilitas (ilmu ekonomi Neo-Klasik). Tafsiran ordinalis Paretian hanya

merupakan perpanjangan tangan dari teori nilai-utilitas yang diciptakan oleh para

marginalis Neo-Klasik. Teori nilai-utilitas ini dalam beberapa literatur diterjemahkan

sebagai nilai-guna, namun Suryajaya (2013: 110-125) memilih untuk menyebutnya

teori nilai-utilitas karena ada perbedaan subtansial antara kegunaan dan utilitas.

Suryajaya meneruskan, teori nilai-utilitas merupakan tandingan teori nilai-kerja yang

muncul sebelumnya yaitu pada masa ilmu Ekonomi Politik Klasik. Teori nilai-kerja

mengasumsikan sumber nilai berada pada ranah produksi, yaitu kerja yang menubuh

pada suatu komoditas. Adapun teori nilai-utilitas menempatkan kegunaan sebagai

sumber nilai dari suatu komoditas, sehingga basis nilai berpindah dari ranah produksi

ke ranah konsumsi.

Ilmu ekonomi Neo-Klasik dengan basis teori nilai-utilitas ini sangat berpengaruh

hingga kini dan menyebabkan berbagai konsekuensi. Teori nilai-utilitas ini

menjadikan sistem perekonomian berfokus pada aras konsumsi dan bukan produksi,
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

maka pertukaran di pasar lebih diutamakan ketimbang sektor riil. Selain itu, nilai

komoditas lebih bersifat subjektif dan psikologistik. Suryajaya (2013: 247-248) juga

mengatakan, para penentu kebijakan ekonomi melihat kenyataan ekonomi

berdasarkan ilmu ekonomi kontemporer, yang pada gilirannya mereduksi kenyataan

ekonomi hanya pada relasi pertukaran empirik di pasar. Akibatnya, sektor finansial

seperti perdagangan saham lebih diprioritaskan ketimbang kenyataan ekonomi seperti

distribusi pendapatan yang tidak membaik dan inflasi yang tidak terkendali.

Konsekuensi penerapan teori nilai-utilitas tersebut pernah menerpa Indonesia

ketika mulai menerapkan sistem ekonomi pasar. Keterbukaan Indonesia pada

ekonomi dunia tidak berarti memberikan manfaat pada masyarakat Indonesia.

Menurut Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks (2012: 82-86 dan 410-412)

keterbukaan ekonomi Indonesia pada masa kolonial tidak mendapat respon baik dari

masyarakat, maka dari itu pada akhir abad ke-19 Indonesia masih tergolong sebagai

negara miskin. Begitu pun ketika pembangunan ekonomi sedang gencar di bawah

kepemimpinan Jendral Soeharto. Krisis 1997-98 tidak dapat dihindari Indonesia,

padahal sebelumnya Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang begitu

mengesankan. Sebabnya menurut Zanden dan Marks adalah juga hal psikologis. Pada

saat itu terjadi kepanikan yang menular dari kegembiraan irrasional menjadi

pesimisme irrasional. Pasar uang internasional melihat hal serius terjadi di Indonesia,

maka terjadi fenomena massa secara serentak mempunyai keingininan untuk

melepaskan rupiah.
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Hal demikian disebut-sebut sebagai kekeliruan ilmu ekonomi dalam menafsirkan

kenyataan ekonomi. Problem tersebut diungkapkan oleh Peter F. Drucker (dalam

Bell dan Kristol [eds.], 1987: 7-11), bahwa krisis dari ilmu ekonomi dewasa ini

merupakan persoalan kegagalan asumsi dan paradigma. Teori ekonomi Keynesian

yang menguasai perekonomian negara-negara maju hingga kini telah mengubah

kenyataan ekonomi menjadi simbol, yaitu uang dan kredit serta berfokus pada

permintaan. Sehingga, hal lain dalam perekonomian seperti barang, jasa, produksi,

produksivitas, dan harga hanya menjadi variabel yang tergantung pada peristiwa

moneter. Akibat dari penerapan asumsi tersebut ialah terjadinya krisis pembetukan

modal dan produktivitas, yang pada akhirnya memperbesar jumlah pengangguran dan

kemiskinan.

Assar Lindbeck (1998: 13-22) ikut mengungkapkan kelemahan ilmu dan sistem

ekonomi dewasa ini berdasarkan kritik dari kaum Kiri Baru. Menurut pandangan

Marxian sistem ekonomi kini telah merusak lingkungan hidup maupun kualitas hidup

pekerja. Selain itu, oleh kaum Kiri Baru sistem ekonomi kini dituduh telah

mengabaikan hubungan antara kekuasaan politik dengan faktor-faktor ekonomi.

Namun, kritik dari kaum Kiri Baru tersebut oleh Lindbeck dihadirkan pembelaannya.

Semisal Lindbeck (1998: 65) mengatakan bahwa tidak mungkin untuk memisahkan

ekonomi dan politik, namun hubungan antara ekonomi dan politik itu sangat rumit

sehingga generalisasi yang dilakukan Fredrich von Hayek dan Marx tidaklah

meyakinkan. Selain asumsi Marx tentang hubungan antara kekuasaan dan


Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

faktor-faktor ekonomi yang dianggap tidak meyakinkan, Marx bahkan dianggap

sebagai anti-ekonom. Michael Harrington (dalam Skousen, 2015: 196)

mengungkapkan, bahwa Marx hanyalah seorang idealis naif yang gagal memahami

peran kapital, pasar, harga, dan uang dalam meningkatkan kemakmuran material

manusia.

Para Marxian tidak tinggal diam. Beberapa tokoh Kiri seperti Paul M. Sweezy

dan Paul Baran melakukan pembelaan. Sweezy (dalam Lindbeck, 1998: 141-144)

melalui artikelnya di The Quarterly Journal of Economics November 1972

mengatakan, tak tepat bila Lindbeck membuat dikotomi antara Kiri Baru dan Kiri

Lama, yang tepat adalah radikal atau tidak. Para kaum radikal, yang dalam hal ini

menunjuk kaum Kiri, menurut Sweezy memandang dunia dengan cara yang berbeda.

Bagi para kaum radikal, dunia masa kini adalah hasil dari sejarah kapitalisme yang

tak lain adalah sistem yang dibangun atas penghisapan dan ketidakadilan yang

semakin tak terkendali.

Pendapat Sweezy yang demikian memperlihatkan keyakinan kaum Marxis bahwa

pasar yang menjadi basis kapitalisme tidak seharusnya dibiarkan sepenuhnya bekerja

dan terjadi penghisapan. Radikalitas yang dimaksudkan Sweezy tersebut diwujudkan

dalam pemikiran Marxis tentang ekonomi yang tidak pernah lepas dari kekuasaan

politik yang disebut juga ekonomi politik. Bila ekonom hanya bergulat dengan

metode ilmu ekonomi dan menetapkan taktik guna mencapai pertumbuhan, ekonomi

politik melihat problem-problem yang lebih luas yang ditimbulkan sistem ekonomi.
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Ahmad Erani Yustika (2009: 4) menyarikan skema klasifikasi pemikiran ekonomi

politik dari Barry Clark. Skema tersebut mengklasifikasikan ekonomi politik Marxian

sebagai jenis ekonomi politik radikal. Pemikiran ekonomi politik Marxis menjadi

radikal karena kaum Marxis meletakkan faktor-faktor produksi di bawah kontrol

negara, keputusan produksi dan investasi tidak dilakukan melalui pasar dan para

kapitalis, tetapi berdasarkan perencanaan terpusat. Perencanaan terpusat tersebut

termasuk di dalamnya target tingkat pertumbuhan ekonomi (Yustika, 2009: 39-40).

Pemikiran ekonomi politik Marxis tersebut dianggap mampu mengatasi krisis

ilmu ekonomi saat ini yang paradigmanya tidak mampu mengakomodasi persoalan

kenyataan ekonomi pada sektor riil. Persoalan yang dihadirkan solusinya bukan

hanya secara metodologis, tapi juga konsekuensi penerapan teori nilai-utilitas

terhadap kelas pekerja. Solusi tersebut satu di antaranya bagi para Marxis ialah

memperbesar peran negara secara radikal untuk mengontrol pasar. Seperti yang

dikatakan kaum Marxis kontemporer, Karl Polanyi (2003: 158-159), bahwa apabila

ada pembicaraan soal kemiskinan, maka peran negara harus dipertimbangkan, agar

ada cara untuk membuat si miskin memperoleh kehidupan. Hal tersebut juga diamini

oleh kaum Marxis kontemporer lain, Wim F. Wertheim (2008: 111) misalnya, yang

mengatakan bahwa dalam pembangunan industri dan pertanian pada negara Dunia

Ketiga perlu hubungan positif intervensi negara dengan percepatan pertumbuhan

ekonomi.
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Wertheim pun menyadari peranan positif negara untuk mengintervensi

pertumbuhan ekonomi saat ini menjadi sangat sulit, karena sistem perekonomian

yang berlaku secara global kini mengarah pada neo-liberalisme yang meminimalkan

peran negara bahkan hingga negatif sama sekali. Dalam sebuah artikel berjudul The

Challenge of Radical Political Economics Raymond S. Franklin dan William K. Tabb

pun mengatakan bahwa tantangan terbesar ekonomi politik radikal adalah keinginan

perusahaan-perusahaan besar kapitalis untuk menjadikan seluruh dunia sebagai suatu

pasar dan perusahaan-perusahaan raksasa ini berharap untuk mengontrol pasar

tersebut semaksimal mungkin (Journal of Economics Issues, Maret 1997: 134-135).

Selain itu, tantangan dari pemikiran ekonomi politik Marxis yang berkembang kini

ialah orientasi setiap kepala negara untuk menjadikan ekonomi negaranya terintegrasi

dengan kapitalisme global. Jeffry A. Freiden (2006:xv-xvi) melihat setiap negara

menganggap kapitalisme global sebagai suatu kenormalan, padahal menurut Freiden

kapitalisme global adalah pilihan, bukan fakta.

Atas dasar kerangka yang dipaparkan tersebut penelitian ini akan dilakukan.

Penelitian ini akan berkisar pada pembahasan ekonomi politik radikal yang berakar

pada ajaran Karl Marx. Ekonomi politik radikal tersebut menjadi suatu bentuk

pembelaan kaum Marxis kontemporer atas kritik yang menganggap ilmu ekonomi

Kiri tidak memungkinkan. Para Marxis kontemporer tersebut merujuk pada budaya

radikal baru yang dipelopori Paul M. Sweezy, orang-orang dalam Union of Radical

Political Economist (URPE), dan beberapa pemikir Marxis lain yang mencoba
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

membela ekonomi politik radikal dari kritik yang berakar dari pemikiran Neo-Klasik.

Pembelaan ini pun menjadi alternatif pemecahan persoalan ekonomi yang tidak dapat

diakomodasi oleh ilmu ekonomi arus utama yang kapitalistis. Alasan kuat untuk hal

tersebut seperti yang dikatakan Mark Skousen (2015: 199) bahwa setidaknya ada

empat hal yang tersisa dari Marxisme dan relevan dalam perkembangan isu

kontemporer, dan satu di antaranya ialah keserakahan masyarakat kapitalis serta

kesenjangan pendapatan.

Ekonomi politik dipilih karena ekonomi politik merupakan bagian dari ilmu

filsafat. Ekonomi politik menjadi bagian dari ilmu filsafat tak lepas dari adanya

Principles of Political Economy karya John Stuart Mill (Yustika, 2009: 1). Selain itu,

ekonomi politik dianggap lebih mampu menjelaskan kenyataan ekonomi ketimbang

ilmu ekonomi murni. Seperti yang dikatakan M. Dawam Rahardjo (dalam Lindbeck,

1998: xxviii) bahwa ilmu ekonomi yang berlaku secara resmi dan normal tidak

mampu menemukan masalah realitas yang dihadapi masyarakat. Ilmu ekonomi hanya

mempermasalahkan bagaimana caranya mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi, tapi

kemiskinan dan ketimpangan pendapatan tidak diperhitungkan.

Ekonomi politik walaupun dianggap mampu menjelaskan kenyataan ekonomi,

namun pada awal kemunculannya malah menimbulkan kemandegan ilmu ekonomi.

Ekonomi Klasik sebagai tempat tumbuhnya ekonomi politik mulai ditinggalkan

secara teoritis karena tidak dapat menjelaskan bagaimana interaksi produsen dan

konsumen dalam meningkatkan standar hidup. Persoalan kemandekan teori


Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

ekonomi tersebut menurut Skousen (2015: 208-213) telah mengancam

keberlangsungan kapitalisme, maka secara dramatis terjadi revolusi Marginal oleh

Mazhab Austria sekaligus melahirkan ilmu ekonomi Neo-Klasik. Ilmu ekonomi

Neo-Klasik tersebut juga menjadi titik tolak pemisahan kajian ekonomi dengan

politik sehingga menjadi ilmu ekonomi murni. Alfred Marshall sebagai orang yang

mendeklarasikan pemisahan ekonomi dan politik sangat berpengaruh oleh satu di

antara penganut Marzhab Austria yaitu Stanley Jevons. Jevons memengaruhi

Marshall dalam hal matematisasi ilmu ekonomi (Skousen, 2015: 241-248).

Matematisasi ekonomi tersebut seperti yang sudah dijelaskan di awal diteruskan oleh

Edgeworth kemudian Pareto.

Ilmu ekonomi Neo-Klasik sebagai landasan dimulainya penelitian ini, terutama

keberlanjutan dari teori nilai-utilitas dan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan

dari penerapan teori nilai-utilitas. Penelitian ini akan merunut proses teori

nilai-utilitas ilmu ekonomi Neo-Klasik bertahan dan membentuk sistem ekonomi

yang kini berlaku. Teori nilai-utilitas Neo-Klasik ini pun menjadikan asumsi tentang

ekonomi politik tertuju pada pencarian keuntungan, seperti yang dilakukan negara

penganut kapitalis saat ini. James A. Carporaso dan David P. Levine (2008: xiii)

mengatakan, bagi para pemikir ekonomi Neo-Klasik, ekonomi sebagai

transaksi-trasaksi swasta yang digunakan untuk memaksimalkan kegunaan

(utilitas—pen.) yang didapatkan individu. Sementara politik adalah penggunaan

kewenangan publik untuk mencapai tujuan yang sama.


Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Selanjutnya penelitian ini akan menjabarkan perdebatan tentang ekonomi politik

Marxis, dan bagaimana pemikiran tersebut dipertahankan oleh para pelopor ekonomi

politik radikal untuk mengkritik sistem ekonomi kini terutama dalam hal asumsi

tentang basis nilai. Penelitian ini akan mencoba menjelaskan asumsi Marx tentang

hubungan kekuasaan politik dan faktor-faktor ekonomi. Pemikiran ekonomi politik

Marxis ini akan dibatasi pada dampak penerapan teori nilai-utilitas terhadap

pendistribusian kesejahteraan, dengan kata lain penelitian ini akan mendedah

bagaimana teori nilai-utilitas yang menjadikan nilai suatu komoditas bersifat subjektif

dan psikologistik berpengaruh besar terhadap kelas pekerja.

1. Rumusan Masalah

a. Bagaimana pemikiran ekonomi politik Marx?

b. Bagaimana metodologi teori nilai-utilitas dapat menderivasi ekonomi liberal

berdasarkan pemikiran ekonomi politik Marxis?

c. Bagaimana konsekuensi penerapan teori nilai-utilitas terhadap kelas pekerja

dan persoalan distribusi kesejahteraan?

2. Keaslian Penelitian

Hingga penelitian ini dimulai, belum ada yang membahas kritik para penganut

ekonomi politik Marxis terhadap teori nilai-utilitas yang hingga kini diterapkan.
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Adapun beberapa karya yang mempunyai kedekatan dalam hal persoalan yang

dibahas, ialah:

a. Asal Usul Kekayaan (2013), sebuah buku karya Martin Suryajaya yang

memaparkan teori nilai dari ilmu ekonomi Klasik hingga kontemporer. Suryajaya

melihat pergeseran teori nilai-kerja ke teori nilai-utilitas dengan menggunakan

metode relaisme kritis yang dikemukakan seorang Marxis, Ram Roy Bhaskar. Selain

itu, Suryajaya juga membuat argumen yang merupakan rehabilitasi teori nilai

Marxian. Namun, Suryajaya lebih menitikberatkan pada metodologi keilmuan dari

kemunculan teori nilai-utilitas sebagai pengganti teori nilai-kerja ketimbang

konsekuensi ekonomi politik dari diterapkannya teori nilai-utilitas.

b. Tinjauan Ekonomi Politik terhadap Amandemen Konstitusi Cina (2001),

sebuah skripsi di Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Gadjah Mada yang ditulis oleh Inri Inggit Indrayani. Skripsi ini

memaparkan strategi Cina sebagai negara dengan Partai Komunis mengamandemen

konstitusinya demi menyesuaikan dengan perekonomian dunia yang berorientasi

pasar. Skripsi ini memang menggunakan kerangka ekonomi politik, namun skripsi ini

melihat ekonomi politik lebih spesifik pada kebijakan ekonomi politik suatu negara.

Selain itu, skripsi ini pun tidak memperkuat pemikiran Marx yang menjadi akar

komunisme dalam menghadapi ekonomi pasar.

c. Ekososialisme: Mengungkap Kembali Pemikiran Ekonomi Politik Ernst

Friedrich Schumacher (2013), sebuah tesis Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dan Politik Universitas Gadjah Mada yang ditulis oleh Andreas Budi Widyanta. Tesis

ini mendedah pemikiran E. F. Schumacher yang mendasarkan diri pada pemikiran

sosialis, namun orientasinya pada kerusakan alam akibat ekspoitasi yang dilakukan

kapitalis. Tesis ini pun mengkritisi sistem ekonomi kapitalisme yang dianggap

Schumacher berprinsip ‘fundamentalisme pasar’. Sekalipun tesis ini mengkritisi

kapitalisme dari sudut pandang sosialisme, namun tesis ini lebih berfokus pada krisis

lingkungan yang diakibatkan kerja sistem kapitalisme.

d. Political Economy and New Capitalism (2000) sebuah kumpulan esai yang

dibuat untuk menghormati Sam Aaronovich dan disunting oleh Jan Toporowski.

Kumpulan esai terbitan Roudledge ini mencoba menjelaskan kemenangan kapitalisme

kontemporer melalui refleksi pemikiran Marxisme. Penjelasan tersebut berdasarkan

pemikiran Sam Aaronovich, seorang veteran ekonom sayap Kiri. Aaronovich melihat

berbagai problem finansial dalam sistem kapitalisme, dan mengkritisinya dengan

pemikiran sayap Kiri ortodoks. Sekalipun kumpulan esai ini memaparkan kritik

Marxisme ortodoks terhadap berbagai persoalan kapialisme kontemporer, seperti

ketenagakerjaan dan instabilitas exchange rate, tetapi kumpulan esai ini tidak

menelusur akar permasalahan kapitalisme tersebut secara teoritis. Selian itu,

kumpulan esai ini kajiannya hanya berfokus pada kebijakan ekonomi politik Uni

Eropa pada akhir abad ke-20.

e. Neoliberalisme Vs Sosialisme (2009) sebuah buku karya Ign. Gatut Saksono

yang mencoba menjustifikasi perlunya dibangun masyarakat sosialisme. Penulis buku


Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

yang diterbitkan Forkoma PMKRI Yogyakarta ini, untuk memperkuat justifikasinya

menuturkan betapa berjasanya para penganut paham Marxisme dalam merebut

kemerdekaan Indonesia. Selain itu, penulis buku ini juga memparkan kelemahan

neoliberalisme yang sejalan dengan globalisasi. Di antara kelemahan itu ialah

menciptakan kesenjangan sosial yang semakin melebar, karena janji neoliberalisme

hanya menyejahterakan individu-individu. Hal demikian menjadi urgensi untuk

menerapkan ajaran Marxisme karena dalam ajaran Marxisme setiap orang diberikan

kesempatan yang sama untuk memabangun potensinya. Buku ini memang mendedah

konsekuensi dari kapitalisme global, namun yang disoroti lebih banyak dalam hal

sosial politik daripada menelusuri secara teoritis ketimpangan sosial yang disebabkan

kapitalisme itu.

f. Kritik Filsafat Ekonomi Hidayat Nataatmadja terhadap Ilmu Ekonomi

Neoklasik (2011) sebuah skripsi yang ditulis Ahmad Baiquni untuk memperoleh gelar

sarjana di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini memaparkan

kepincangan dari asumsi-asumsi dasar mazhab ilmu ekonomi Neoklasik dari sudut

pandang filsuf Indonesia yaitu Hidayat Nataatmadja. Kelemahan yang paling banyak

disoroti ialah asumsi tentang manusia sebagai pelaku ekonomi. Manusia oleh ilmu

ekonomi Neo-Klasik dianggap melakukan tindakan ekonomi berdasarkan motivasi

untuk maksimalisasi pemuasan kebutuhan materialistik semata, padahal menurut

Hidayat manusia juga melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan spiritual.


Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Skripsi ini juga memperlihatkan kelemahan asumsi ilmu ekonomi Neoklasik tentang

nilai, namun nilai yang dimaksudkan ialah nilai dalam hal moralitas.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dikerjakan dengan harapan dapat memberikan manfaat, antara lain

ialah:

a. Bagi penulis, memberikan asupan wacana tentang kondisi ekonomi politik

saat ini dan bagaimana para Marxis menghadapinya.

b. Bagi ilmu, penelitian ini dapat memperkaya kajian tentang kekuasaan politik

dan hubungannnya dengan faktor-faktor ekonomi, khususnya hubungan

ekonomi dan politik berdasarkan pemikiran Marx.

c. Bagi kehidupan nyata, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

kesadaran bahwa konsekuensi dari penerapan teori nilai sangat besar

pengaruhnya terhadap konsis ekonomi dan politik. Dari kesadaran tersebut

diharapkan akan muncul ekonom yang lebih banyak memerhatikan sektor riil

ketimbang pertumbuhan ekonomi secara matematis.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini hendak menganalisis konsekuensi dari penerapan teori

nilai-utilitas dan bagaimana para pemikir ekonomi politik radikal yang dalam hal ini
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

para Marxis mengkritisinya. Penelitian ini juga ingin menjawab tiga rumusan masalah

yang telah dikemukakan sebelumnya, sehingga akan dijelaskan secara utuh tentang:

a. Penjelasan proses kemunculan teori nilai-utilitas pada masa ilmu ekonomi

Neo-Klasik dan bagaimana teori nilai-utilitas dapat bertahan dalam konteks

neo-liberalisme global.

b. Penjelasan tentang asumsi nilai dalam kerangka ekonomi politik Marxisme.

c. Analisis-kritis berdasarkan pemikiran ekonomi politik Marxis kontemporer

terhadap penerapan teori nilai-utilitas kini.

C. TINJAUAN PUSTAKA

Ekonomi politik menurut J. L. Hanson (dalam Jan-Erik Lane dan Svante Ersson,

1994: xi-xii) merupakan istilah lama dari ilmu ekonomi. Pada awal kemunculannya

ekonomi politik yaitu pada masa ilmu ekonomi Klasik, para pemikir saat itu seperti

Marx, Ricardo, dan Mill harus berusaha keras mengemukakan tinjauan-tinjauan dan

konsekuensi-konsekuensi politik dari perekonomian. Akan tetapi, ekonomi politik

sejak abad kesembilan belas mulai surut dan berganti menjadi ilmu ekonomi yang

dikenal saat ini.Hal senada juga diungkapkan Ahmad Erani Yustika (2009: 1-2):

Pendekatan ekonomi politik yang merupakan bagian dari filsafat kini sudah
kian pudar dan digantikan oleh ilmu ekonomi murni (economics). Perbedaan
terpenting dari ilmu ekonomi murni dan ekonomi politik ialah dalam hal
pandangannya terhadap struktur kekuasaan yang ada dalam masyarakat.
Ekonomi politik percaya bahwa struktur kekuasaan memangaruhi pencapaian
ekonomi, sedangkan ilmu ekonomi menganggap struktur kekuasaan dalam
masyarakat adalah given.
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Perlu diketahui bahwa ekonomi politik bukan berarti merupakan integrasi antara

disiplin ekonomi dan disiplin politik. Ide yang diketengahkan dalam pendekatan

ekonomi politik justru pemisahan antara ilmu ekonomi dan ilmu politik secara

konseptual. Carporaso dan Levine (2008: 1-67) menjelaskan bagaimana ide

pemisahan ekonomi dan politik dalam kajian ekonomi politik menjadi mungkin.

Carporaso dan Levine mencatat konsep-konsep yang ada dalam ilmu politik dan ilmu

ekonomi. Dalam ilmu politik ada tiga pandangan tentang politik, yaitu: politik

sebagai kekuasaan, politik sebagai publik, dan politik sebagai alokasi nilai oleh pihak

yang berwenang. Ilmu ekonomi pun setidaknya memiliki tiga pandangan tentang

ekonomi, di antaranya: ekonomi kalkulasi, ekonomi penyediaan kebutuhan,dan

ekonomi sebagai perekonomian.

Dalam kerangka ide pemisahan ekonomi dan politik, menurut Levine dan

Carporaso tak tepat bila memandang ekonomi sebagai kalkulasi pribadi. Ekonomi

sebagai kalkulasi akan membawa dampak ekonomi lebih dominan daripada politik.

Pendekatan kalkulasi ekonomi berusaha menjelaskan apa yang manusia lakukan dan

mengapa melakukannya, sementara politik hanya dianggap sebagai konteks dari

tindakan itu. Pendekatan kalkulasi ekonomi menundukkan politik dan yang menjadi

titik tolak adalah kepentingan tiap-tiap pelaku pasar. Pendekatan yang tepat untuk

merealisasikan ide pemisahan ekonomi dan politik menurut Carporaso dan Levine

adalah pendekatan perekonomian. Pendekatan perekonomian ini memandang

ekonomi sebagai bidang sosial dan bukan kegiatan material seperti kalkulasi ekonomi
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

atau ekonomi sebagai penyedia kebutuhan. Pendekatan perekonomian ini pun

digunakan dalam awal kemunculan ekonomi politik yaitu sekitar abad ke-18. Marx

dan Engels misalnya, dalam Communist Manifesto (1848) menjelaskan dampak dari

perekonomian pasar dalam uraiannya tentang misi dari kapitalisme.

Kelahiran ekonomi politik pada abad ke-18 dan berlanjut pada abad ke-19 adalah

suatu implikasi dari revolusi industri yang telah memberikan dampak besar pada

kelas pekerja. Dampak terhadap kelas pekerja tersebut menimbulkan kritik-kritik

yang berhubungan dengan sebab-sebab politik kapitalisme. Robert L. Heilbroner

dalam Terbentuknya Masyarakat Ekonomi (1982: 96-97) mengatakan, kemunculan

kapitalisme membawa perubahan pemikiran politik secara fundamental. Banyak dari

kegiatan politik yang membawa kapitalisme pada puncaknya bukan dari kelas pekerja

melainkan dari golongan borjuis. Adapun bagi kelas pekerja, revolusi industri yang

memunculkan kapitalisme mengarahkan pada pemikiran politikyang lebih tajam

(reorientation of political ideal). Munculnya kelas pekerja di lingkungan industri

menimbulkan kerangka ekonomi baru pada politik, khususnya pergerakan kelas

pekerja yang dipelopori Karl Marx.

Ekonomi politik pada ilmu ekonomi Klasik ditentukan oleh teori nilai-kerja yang

diawali oleh William Petty dan diakhiri oleh Marx. Teori nilai-kerja yang

menempatkan basis nilai pada aras produksi telah membawa kekhasan pada ekonomi

politik Klasik. Dari semua momen besar ekonomi politik yaitu produksi, distribusi,

sirkulasi, dan konsumsi, bagi ekonomi politik Klasik produksi yang menentukan
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

semua momen itu. Marx pun berpikir demikian, bahwa produksi adalah titik

berangkat dari semua realitas ekonomi (Suryajaya, 2013: 77-81).

Pemikiran Marx tentang nilai-kerja yang menjadi landasan pemikirannya tentang

materialisme historis dalam melawan kapitalisme. Marx dengan gigih melawan

misi-misi kapitalisme yang menurutnya menghisap kelas pekerja. Dengan Kapital

sebagai karya akbarnya, Marx mengkritisi kapitalisme abad ke-19. Sebelum menulis

Kapital Marx mempelajari berbegai teori tentang nilai, maka dari itu bab pertama dari

Kapital I bicara soal nilai (labour of theory value). Marx (2004: 3-7) membuka

Kapital I dengan menyatakan bahwa dalam masyarakat dengan sistem kapitalis yang

menjadi fokus adalah timbunan dari komoditi, maka penyelidikan akan komoditas

terutama kaitannya dengan nilai. Marx membedakan nilai-pakai dan nilai-tukar.

Melalui teorinya tentang nilai-pakai Marx memperkokoh teori nilai-kerja, bahwa

suatu komoditi mempunyai nilai-pakai apabila ada kerja abstrak yang terejawantah di

dalamnya. Lalu untuk mengukur besaran nilai tersebut adalah dengan menghitung

waktu kerja untuk menciptakan nilai dari komoditi tersebut.

Ekonomi Politik Klasik mulai dikritisi oleh para penerus teori nilai-utilitas

sebagai tandingan dari teori nilai-kerja yang dianggap menghambat perkembangan

kapitalisme. Sebelum teori nilai-utilitas modern mengemuka, Condillac menurut

Martin Suryajaya (2013: 119-121) telah memberikan sumbangan terhadap teori

nilai-utilitas modern dengan membedakan antara nilai dan harga sebagai perlawanan

terhadap teori nilai-kerja ilmu ekonomi Klasik. Condillac membuat manusia


Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

berprinsip: begitu membutuhkan barang, barang tersebut berharga. Prinsip Condillac

tersebut telah membuat nilai sebagai fenomena yang berakar pada ranah konsumsi,

dan melalui perspektif calon konsumen. Tradisi teori nilai-utilitas Condillac terhadap

nilai diteruskan oleh Jean-Baptise Say yang mengatakan bahwa tak perlu titik pijak

rasional yang objektif dalam menentukan utilitas, karena semua orang mempunyai

hasratnya sendiri-sendiri. Nilai ditentukan oleh utilitas, dan utilitas ditentukan oleh

hasrat individu. Para pendahulu teori nilai-utilitas belum dapat memaparkan sarana

pengukur nilai yang subjektif tersebut, maka hadirlah para pemikir teori nilai-utilitas

modern yaitu W. S. Jevons, L. Walras, dan C. Menger yang disebut juga marginalis

Mazhab Austria.

Teori nilai-utilitas tersebut dianggap sahih hingga kini bahkan diwujudkan dalam

hukum utilitas marginal. Hukum utilitas marginal mengasumsikan ketika kuantitas

semakin bertambah, maka utilitas marginal semakin menurun, dan sebaliknya.

Hukum utilitas marginal tersebut dianggap paling tepat untuk dipalajari. Paul A.

Samuelson dan William D. Nordhaus (1991: 48-50) mengatakan, tadinya hukum

utilitas marginal bagi para ekonom hanya sebagai dugaan paikologis, namun hukum

utilitas marginal makin terpercaya setelah dilakukan berbagai percobaan empiris.

Pakar ekonomi saat ini menurut Samuelson dan Nordhaus menganggap tidak lagi

penting untuk menjelaskan sarana pengukur utilitas. Hal yang penting bagi teori

permintaan konsumen menurut ekonom mayoritas saat ini adalah lebih banyaknya

total utilitas dalam suatu situasi ketimbang situasi yang lainnya.


Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Aliran-aliran ekonomi Eropa, yaitu para pengikut Mazhab Austria dengan

penyempuranaan teori nilai-utilitas menurut Mark Skousen (2015: 277) telah

melakukan terobosan dengan menemukan prinsip marginalis dalam ilmu ekonomi.

Bangsa Eropa menggunakan prinsip ini untuk menerangkan nilai barang dan jasa

dalam sistem kapitalis. Penawaran dan permintaan marginal menjadi basis keputusan

produksi dan keputusan konsumsi oleh konsumen. Skousen (2015: 287-289)

selanjutnya menerangkan ada persoalan yang tersisa dengan diaplikasikannya prisip

marginalitas, yaitu problem distribusi kesejahteraan. John Bates Clark dan Ludwig

von Mises adalah ekonom Amerika yang berusaha memecahkan problem distribusi

tersebut. Keduanya setuju peningkatan produktivitas pekerja akan menguntungkan

pekerja marginal dan akhirnya menyelesaikan problem distribusi pendapatan. Upah

riil akan diterima mereka yang produktivitasnya tinggi dan yang produktivitasnya

tetap. Clark dan Mises dengan itu telah menghadang argumen eksploitasi tenaga kerja

menurut Marx.

Solusi yang diajukan Clark dan Mises tetap saja membela keberlangsungan

kapitalisme. Adapun para Marxian mengkritisi pengaplikasian teori nilai-utilitas dari

berbagai sisi. Dari Abad ke-20 sederet nama seperti Rudolf Hilferding, Isaak Illich

Rubin, Maurice Dobb, dan Paul Sweezy mewarnai sejarah perdebatan nilai Marxian.

Perdebatan tersebut terus berlangsung hingga abad ke-21 yang diramaikan oleh

Guglielmo Carcadi, Duncan Foley, Gerard Dumenil, Andrew Kliman, dan Simon

Mohun. Perdebatan tentang nilai ini dipertahankan karena konsep nilai-kerja menjadi
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

landasan teoritis dari totalitas kajian ekonomi politik Marx (Elson dalam Suryajaya

2013: 253-254).

Satu di antara Marxis seangkatan Sweezy yang mengkritisi teori nilai-utilitas

yaitu Paul Baran. Baran melalui karyanya Political Economy of Growth (1973:

109-110) mengatakan bahwa para ekonom Neo-Klasik hanya sibuk menyempurnakan

teorinya agar tidak ada kesalahan yang merusak struktur dari ilmu ekonomi

Neo-Klasik, pembenaran atas marginalitas pun telah dianggap hal yang sebaiknya

dilakukan. Oleh karena itu, tidak ada aliran radikal dapat ambil bagian dalam ilmu

ekonomi. Baran pun menganggap sistem kapitalisme sebagai suatu monopoli. Selain

itu Baran juga mencoba mengontruksikan isu sentral dalam sosialisme dan

hubungannya dengan persoalan industri.

Persoalan yang hendak dijawab dalam penelitian ini berkisar pada konsekuensi

yang mungkin ditimbulkan oleh penerapan teori nilai-utilitas dalam sistem

perekonomian. Konsekuensi tersebut difokuskaan pada konteks sosial politik, lebih

spesifik lagi dalam persoalan pendistribusian kesejahteraan dan efek yang mungkin

diterima kelas pekerja ketika teori nilai-utilitas juga berlaku di pasar tenaga kerja.

D. LANDASAN TEORI

Marx tidak hanya mengikuti tradisi ekonomi politik yang ada pada ilmu ekonomi

Klasik, tapi juga mengkritisi ekonomi politik pada saat itu. Freidrich Engels dalam

Anti-Dühring (2005: 197-203) memaparkan pengertian ekonomi politik. Menurut


Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Engels, ekonomi politik dalam arti paling luas adalah ilmu mengenai hukum-hukum

yang menguasai produksi dan pertukaran. Engels juga menganggap ekonomi politik

setiap negara pada keadaan tertentu adalah berbeda, oleh karena itu Engles melihat

ekonomi politik pada dasarnya sebagai ilmu sejarah. Ekonomi politik harus

menyelidiki hukum yang mendasari proses produksi dan pertukaran suatu masyarakat

manusia dalam keadaan sejarah tertentu. Pertukaran setiap zaman berbeda, Engels

melihat hukum yang berlaku untuk produksi dan pertukaran dalam masyarakat

kapitalis adalah persaingan bebas. Persaingan bebas inilah yang menurut Engels

menimbulkan perbedaan dalam distribusi dan selanjutnya melahirkan

perbedaan-perbedaan kelas.

Problem distribusi pendapatan seperti dijelaskan dalam tinjauan pustaka

merupakan persoalan yang disisakan dari penerapan teori nilai-utilitas. Ekonom

Amerika menyelesaikan problem tersebut dengan menyarankan untuk menambah

produktivitas yang berarti juga melanggengkan kapitalisme. Marxis justru kembali

menyorongkan teori nilai-kerja yang menempatkan basis nilai pada aras produksi.

Sebelum Mazhab Austria mengemuka, Marx sudah membidik teori nilai-utilitas

sebagai kritik ekonomi politiknya. Marx menolak argumen Say, seperti yang

dikatakan Engels (2005: 205) bahwa Say terkenal karena kedangkalannya

menempatkan basis nilai pada proses konsumsi. Dengan nada satire Engels

mengatakan bahwa Say tak dapat menjelaskan dengan masuk akal proses konsumsi

sebagai basis nilai, begitu pun para pengikutnya.


Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Bernice Shoul dalam artikelnya Karl Marx and Say’s Law (The Quarterly

Journal of Economics, Vol. 71 No. 4 November 1957) menyebutkan posisi Marx yang

dualis terhadap hukum yang diciptakan Law. Berdasarkan pendapat Marxis kekinian,

satu sisi Marx menolak implikasi dari hukum Say yang menutupi hakikat sistem

kapitalisme. Di sisi lain Marx membangun model ekonomi miliknya di dalam krisis

yang akan terjadi apabila hukum Say beroperasi dan di dalam asumsi equilibrium

antara permintaan dan penawaran.

Selain menolak Say, Marx pun berfokus pada teori yang dikemukakan David

Ricardo. Marx melihat dalam pemikiran Ricardo tentang kelas, kelas pekerja

mempunyai peran kritis dalam menentukan nilai (Skousen, 2015: 184-185).

Pemikiran Ricardo tersebut bagi Marx paling tepat bagi kapitalis untuk melakukan

eksploitasi. Ricardo seperti yang ditulis Dowglass Dowd dalam Capitalism and It’s

Economics: A Critical History (2000: 32-33) mengasumsikan kesetaraan adalah

dengan memaksimalkan efisiensi dalam produktivitas global. Dowd pun mencatat

tanggapan Marx terhadap prinsip Ricardo tersebut, Marx menganggap prinsip

Ricardo tersebut hanya membuat suatu negara menjadi kaya dengan mengorbankan

yang lain, yang adalah kelas pekerja.

Selain efektivitas yang dikemukakan Ricardo, Marx pun mengkritisi Ricardo

dalam hal perhatiannya terhadap nilai-tukar. Dalam Kapital jilid pertama (2005:

xx-xxi) Ricardo menjadi sasaran kritik Marx dan menelurkan the labor theory of

value. Bagi Marx, Ricardo terlalu memusatkan perhatian terhadap nilai-tukar


Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

komoditi untuk memperkirakan harga pasar, tapi Ricardo luput dengan kontradiksi

internal sistem kapitalisme yang membawanya pada keruntuhan. Keberatan Marx

terhadap perhatian berlebih pada nilai-tukar juga diungkapkan dalam Communist

Manifesto (1848: 3-4):

Ia (sistem kapitalisme –Pen.) telah menjatukan harga diri dengan


menjatuhkan diri pada nilai-tukar, dan sebagai ganti dari kebebasan-kebebasan
tak terhitung jumlahnya yang telah disahkan oleh undang-undang yang tak
boleh dibatalkan itu, ia telah menetapkan satu-satunya kebebasan yang tidak
berdasarkan akal–Perdagangan Bebas.

Nilai-tukar erat kaitannya dengan nilai-pakai yang dijelaskan Marx (2005: 15-16)

sebagai bentuk objektif dari benda yang hadir di hadapan manusia. Bentuk objektif

dari benda dapat menjadi komoditas apabila benda tersebut mempunyai sifat rangkap,

sebagai objek yang berguna dan mengandung nilai secara bersamaan (Werträger).

Suatu komoditi dikatakan memiliki nilai apabila komoditi itu mengandung zat sosial

yang tak lain adalah kerja manusia. Nilai suatu komoditas hanya muncul dalam

hubungan sosial antarkomoditas, Marx menyebut hubungan pertukaran

antarkomoditas ini sebagai nilai-tukar. Dengan dasar teori tentang nilai-tukar tersebut

Marx mencoba mengungkap bagaimana nilai-tukar tersebut bertransformasi menjadi

uang, dan uang mengalami sirkulasi yang akhirnya menjadi kapital.

Perhatian berlebih kepada nilai-tukar menjadikan sistem kapitalisme hanya

mementingkan bagaimana komoditinya mempunyai nilai-tukar tinggi dan dapat

berkompetisi di pasar. Kesejehteraan kelas pekerja menjadi tak diperhatikan oleh para

kapitalis, orientasi utama kapitalis hanya membentuk nilai-tukar komoditas


Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

setinggi-tingginya dan meningkatkan produktivitas untuk memproduksi komoditas

tersebut. Perekonomian pasar bagi teori Marxian bukanlah mekanisme untuk

memaksimalkan kesejahteraan pribadi dari individu-individu di dalamnya, melainkan

sebuah sarana untuk memfasilitasi para kapitalis untuk merampas (appropriation)

nilai-lebih dari pekerja dan mengakumulasi kapital (Levine dan Carporaso, 2008:

131).

Dari pemaparan pemikiran Marx tentang nilai, Sidney Hook (1955: 28-31)

menyimpulkan bahwa prediksi Marx tentang kecenderungan fundamental dalam

evolusi kapitalisme seperti sentralisasi industri, konsentrasi kapital, ledakan produk

dan depresi periodik, dan monopoli pertumbuhan, Marx peroleh dari teorinya tentang

nilai. Marx berasumsi bahwa nilai dari suatu komoditas ditentukan oleh waktu-kerja

untuk memproduksi komoditas tersebut.Pekerja menjual tenaganya di pasar sebagai

komoditas, dan nilainya ditentukan sama seperti menilai komoditi lain yaitu

waktu-kerja, maka dari itu kerja menjadi hal yang bersifat sosial. Pekerja menerima

penjumlahan waktu-kerjanya berupa uang. Uang tersebut seharusnya aquivalen

dengan nilai yang dapat menafkahi ia dan keluarganya. Akan tetapi kapitalisme

menganggap keuntungan sebagai orientasi utama, dan untuk mendapatkan

keuntungan tersebut kapitalis adalah dengan memperbesar nilai-lebih.

Sebesar apapun usaha para pemikir ekonomi politik Klasik mencoba untuk

mendeskripsikan bagaimana hubungan antara biaya-produksi, komoditas, dan buruh,

namun ekonomi politik Klasik dianggap telah mengabaikan teori tentang harga dan
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

analisis marginal. Menurut Mark Skousen (2007: 105-106) ekonomi politik Klasik

telah membuat dikotomi yang salah antara ‘produksi untuk memperoleh keuntungan’

dan ‘produksi untuk penggunaan’. Dengan model ekonomi politik Klasik, kapitalis

tentu saja tidak bisa memperoleh keuntungan dari memenuhi kebutuhan konsumen.

Maka dari itu, agar kapitalis dapat bertahan, diperlukan teori baru ekonomi yang

menjelaskan hubungan antara kapitalis, tuan tanah, dan pekerja, tapi juga

memberikan keuntungan.

Teori yang dimaksud untuk mempertahankan eksistensi kapitalisme ialah ilmu

ekonomi Neo-Klasik yang diawali oleh Revolusi Marginal. Loncatan besar ilmu

ekonomi Neo-Klasik dengan teori nilai-utilitas telah terbukti mempertahankan

kapitalisme dari keruntuhan. Prinsip nilai-utilitas yang subjektif dan psikologistik

telah memberikan hasrat kepada konsumen untuk mengonsumsi komoditas tertentu.

Hasrat, kelangkaan, dan faktor psikologis lain menjadi basis nilai suatu komoditas itu.

Seperti pernyataan Bill Dunn dalam Global Political Economy: A Marxist Critique

(2009: 19):

The ideal of marginal utility is powerful – and useful in that it allowed


economics to replace the labour theory of value with a purely subjective
measure. People simply want more of whatever they consider ‘goods’, and
fewer ‘bads’. For each commodity people are all assumed to have declining
marginal utility; the more one has of something, the less satisfaction each
further increment will bring.

Keadaan demikian membuat pemikiran ekonomi politik Klasik tak mempunyai

pamor, pemikiran Marxis pun semakin tak mempunyai masa depan bersama

runtuhnya negara-negara komunis Eropa. Sebagaimana yang dikatakan Andrew


Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Lavine dalam The Future of Marxism (2003: vi) bahwa setiap orang dewasa ini

mengetahui bahwa Marxisme telah selesai. Segala hal yang benar dalam pemikiran

Marx sudah sangat lama dan terasimilasi pada tradisi pemikiran utama, dan bahwa

segala hal lain dalam Marxisme telah dibuktikan salah melalui keraguan yang

rasional.

Eugen Böhm-Bawerk menjadi orang yang gencar mengungkapkan argumen

untuk menentang Marx. Böhm-Bawerk membuat kesimpulan besar tentang

pertumbuhan positif kapitalisme dalam bukunya The Positive Theory of Capital

(1884) yang sekaligus mendeklarasikan teori kapitalis non-Marxis. Setelah

Böhm-Bawerk, muncul Alfred Marshall yang masih bertumpu pada pandangan

Mazhab Austria untuk mewujudkan ilmu ekonomi murni yang dikenal saat ini. Ilmu

ekonomi murni berfokus pada matematisasi permintaan dan penawaran di pasar agar

dapat memberikan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Di lain pihak, para Marxis kini terus mengkritisi sistem kapitalisme yang

semakin mengglobal. Stephen A. Renick dan Ricard D. Wolff dalam Rethinking

Marxism (1985: ix-x) menyatakan bahwa tradisi Marxisme kekinian mencoba untuk

membangkitkan kesadaran diri (self-consciousness) bagaimana umat manusia berada

pada suatu keadaan tertentu dan apa yang umat manusia tuju. Selain itu, tradisi

Marxis kini menurut Renick dan Wolff berorientasi untuk merespon problem teoritis

yang ada pada generasi pemikir Marxis tersebut, namun tidak menutup kemungkinan
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

juga untuk menanggapi problem yang sudah ada sebelumnya. Selain merespon

persoalan, generasi pemikir Marxis kini juga mencoba membuat solusi dari

problem-problem tersebut.

Maurice Dobb menjadi seorang Marxis yang merepresentasikan generasi Marxis

yang memahami persoalan teori nilai dan mencoba mengajukan solusi. Political

Economy and Capitalism (1937) adalah karya Dobb yang berkontribusi besar

terhadap ekonomi Marxis. Seperti yang disebutkan Ronald L. Meek (Challenge,Vol.

22, No. 5 November/Desember 1979) dalam buku tersebut Dobb mendiskusikan

kembali teori nilai dalam ilmu ekonomi, hakikat ilmu ekonomi Klasik (terutama

hubungannya dengan ekonomi Marxis), teori dari krisis ekonomi, tren utama dan

tendensi dari ekonomi non-Marxis modern, imperialisme, dan pertanyaan-pertanyaan

tentang hukum yang berlaku pada ekonomi sosialis.

Selain Maurice Dobb, Duncan Foley menjadi satu di antara nama Marxis yang

ikut tergabung dalam perdebatan tentang nilai pada abad ke-21. Seperti yang

dikatakan Tracy Mott (Labour/Le Travail, Vol. 22, 1988: 369-370), dalam ulasannya

terhadap buku Foley yang berjudul Understanding Capitalism (1986), bahwa Foley

membangun dengan baik argumen bahwa pekerja memproduksi nilai dalam ekonomi

kapitalis. Ide-ide Marx dihadirkan oleh Foley terutama tentang fetisisme komoditas.

Foley pun tak hanya mengontraskan antara teori Marxian dengan teori keuntungan

Neo-Klasik, tapi juga menitikberatkan pemikirannya kepada mistifikasi keuntungan.

Foley secara melihat labour theory of value sebagai ide tentang keseluruhan nilai
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

yang benar-benar bertambah dan merepresentasikan total waktu kerja, nilai ini

menurut Foley tak seharusnya disalahartikan dengan nilai-tukar (equal exchange of

labor values).

Kerangka pemikiran Marxisme tentang ekonomi politik yang mengkritisi cara

berproduksi suatu masyarakat manusia pada suatu zaman tersebut akan menjadi titik

pijak penelitian ini. Pemikiran Marxisme tersebut digunakan dalam melihat cara

berproduksi kapitalisme global kini dengan asumsi tentang basis nilai komoditas,

maka yang dimanfaatkan ialah pemirkiran Marxis kontemporer yang andil dalam

perdebatan tentang nilai.

E. METODE PENELITIAN

1. Bahan dan Materi Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan sumber kepustakaan sebagai bahan

kajian. Naskah yang akan digunakan dibedakan menjadi dua, yakni

pustaka primer dan pustaka sekunder. Pustaka primer adalah buku, hasil

penelitian, jurnal atau artikel, yang memiliki otoritas yang berhubungan

dengan objek material dan objek formal penelitian.

Objek formal dari penelitian ini akan menggunakan beberapa

karyapemikri ekonomi politik radikal seperti The Political Economy of

Growth (1973) karya Paul Baran, Understanding Capitalism (1986) karya

Duncan Foley, Political Economy and Capitalism (1937) karya Maurice


Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Dobb. Selain itu, objek material ini akan menggunakan tulisan yang

berkenaan dengan tradisi pemikiran ekonomi politik radikal seperti Global

Political Economy, A Marxist Critique (2009) karya Bill Dunn, The

Future of Marxism (2003) karya Andrew Levine, dan Rethinking Marxism

(1985) karya Stephen A. Renick dan Ricard D. Wolff.

Adapun objek material dari penelitian ini akan menggunakan pustaka

yang berhubungan dengan perkembangan pemikiran ilmu ekonomi

Neo-Klasik terutama asumsinya tentang nilai. Semisal, Ekonomi (1991)

kaya Paul Samuelsondan William D. Nordhaus, Consumption in

Contemporary Capitalism: Beyond Marx and Veblen - A Comment yang

ditulis Ben Fine di Review of Social Economy, Vol. 52, No. 3 1994, The

Cultureof theNew Capitalist (2006) karya Richard Sannet, Millenial

Capitalism and the Culture of Neoliberalisme (2001) yang disunting Jean

Comaroff dan John L. Comaroff, Development as Freedom (1999) karya

Amarta Sen, dan Capitalism and It’s Economics: A Critical History (2000)

karya Dowglass Dowd.

Sementara itu, pustaka sekunder adalah buku, hasil penelitian, jurnal

atau artikel, sebagai rujukan kedua setelah pustaka primer, yang berguna

sebagai pembanding dan membantu memahami pengertian danistilah-istilah

kunci dalam pustaka primer. Sumber sekunder itu dapat berupa kepustakaan

yang sifatnya lebih umum seperti buku-buku pengantar dan sejarah ekonomi
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

politik, ensiklopedia, kamus, dan sumber-sumber lain sejauh membantu

memberikan pemahaman lebih baik mengenai penelitian ini, tentu akan

digunakan.

2. Jalan Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan melalui tahapan berikut:

1. Inventarisasi: mungumpulkan data sebanyak mungkin berupa

kepustakaan yang berkaitan dengan objek penelitian seperti diuraikan

sebelumnya.

2. Klasifikasi: memilah data menjadi dua, primer dan sekunder.

3. Analisis-Sintesis: menganalisis objek penelitian yang dihasilkan dari data

primer dan atau sekunder. Data yang sekiranya tidak sesuai akan

disingkirkan, sedangkan yang memperkuat gagasan akan dirangkai dan

sintesiskan.

4. Evaluasi kritis: setelah data primer dan sekunder melalui sintesis, maka

akan diberikan evaluasi kritis secara berimbang dan objektif.

3. Analisis Hasil

Data-data kepustakaan tersebut akan dianalsis menggunakan perangkat

metodis berikut (Bakker, 1990: 63-65):


Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1. Deskripsi: penulis akan memaparkan pemahan tentang teori nilai

dalam ilmu ekonomi dan diuraikan bagaimana teori nilai-utilitas ilmu

ekonomi Neo-Klasik menimbulkan berbagai konsekuensi.

2. Interpretasiatasi-hermeneutika: penulis berusaha memahami konsep

teori nilai-utilitas Ilmu Ekonomi Neo-Klasik dan penulis berusaha

menangkap titik tolak pemikir ekonomi politik radikal kini dalam

mengkritisi teori nilai-utilitas.

3. Koherensi internal:penulis berusaha memeprlihatkan koherensi dan

keselarasan internal dalam kritik yang dilancarkan para pemikir

ekonomi politik radikal kontemporer terhadap teori nilai-utilitas.

4. Holistika:penulis berusahamelihat kritik terhadap teori nilai-utilitas

sebagai bagian integral dari tradisi pemikiran ekonomi politik radikal

saat ini.

5. Kesinambungan historis:penulis berusaha memaprkan kesinambungan

historis dari tradisi pemikiran ekonomi politik radikal kini dengan

pemikir ekonomi politik Marxis sebelumnya, maupun kaitannya

dengan pemikir teori nilai lain.

6. Analisis Kritis: penulis berusaha memaparkan kekuatan dan

kelemahan dari kritik pemikir ekonomi politik Marxis kini jika

dihadapkan dengan kenyataan ekonomi.

4. Hasil yang Diharapkan


Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Penelitian ini diharapkan akan mencapai hasil sebagai berikut:

1. Memperoleh pemahaman tentang teori nilai dalam ilmu ekonomi

dan pemahaman tentang perkembangan teori nilai-utilitas.

2. Memperoleh pemahaman tentang pemikiran ekonomi politik

dalam kerangka Marxisme dan perkembangannya hingga kini.

3. Memperoleh pemahaman tentang kritik yang dilancarkan pemikir

ekonomi politik Marxis kontemporer terhadap penerapan teori

nilai-utilitas

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Hasil penelitian akan dilaporkan dalam lima bab sebagai berikut:

Bab pertama berisi tentang latar belakang dilakukannya penelitian ini, rumusan

masalah yang hendak dijawab, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

landasan teori, dan metode penelitian yang digunakan.

Bab kedua berisi penjelasan tentang sejarah munculnya teori nilai dalam ilmu

ekonomi dan selanjutnya berfokus pada kemunculan teori nilai-utlitas yang diawali

pada masa ilmu ekonomi Neo-Klasik dan proses bertahannya teori nilai-utilitas

hingga kini. Uraian-uraian pada bab ini merupakan jawabanatas pertanyaan pertama

dari rumusan masalah.

Bab ketiga berisi uraian tentang konsep ekonomi politik dalam kerangka

pemikran Marxisme dan hubungannya dengan teori nilai. Selain itu, bab ketiga ini
Kritik Ekonomi Politik Radikal terhadap Penerapan Teori Nilai-Utilitas: Suatu Kajian Ekonomi Politik
Marxisme
EVA HUDAEVA
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

akan memperlihatkan keberlanjutan perdebatan soal teori nilai dalam tradisi

pemikiran ekonomi politik Marxisme kini. Uraian-uraian pada bab ini merupakan

jawabanatas pertanyaan kedua dari rumusan masalah.

Bab keempat yang sekaligus inti dari penelitian akan berusaha menjawab

pertanyaan ketiga dari rumusan masalah, yaitu mengenai kritik yang dilancarkan para

pemikir ekonomi politik Marxis terhadap konsekuensi dari penerapan teori

nilai-utilitas. Konsekuensi tersebut terutama berkenaan dengan pendistribusian

kesejahteraan dan kelas pekerja. Selian itu, pada bab ini akan terjadi reflesi kritis

terhadap kritik yang dicetuskan para pemikir ekonomi politik Marxis saat ini

apabilaberhadapan dengan kenyataan ekonomi.

Bab kelima sekaligus bab terakhir akan meringkas diskusi tentang kritik para

pemikir ekonomi politik Marxis terhadap penerapan teori nilai-utilitas. Selain itu, bab

ini juga akan memaparkan kemungkinan untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai