Panduan PAP NEW
Panduan PAP NEW
DEFINISI
Pelayanan pasien yang seragam adalah asuhan yang menghormati dan responsif
terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai pribadi pasien, serta memastikan bahwa nilai-nilai
pasien menjadi panduan bagi semua keputusan klinis yang memadai, tidak bergantung atas
kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembiayaan. Pelayanan pasien merupakan
proses kegiatan pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien dilakukan oleh Profesi
Pemberi Asuhan, setiap pemberi asuhan kepada pasien memperlakukan semua pasiennya
sama dan seragam tidak membeda-bedakan atas dasar identitas sosial, budaya, agama, ras,
dan sebagainya. Pelayanan pasien yang seragam berlaku pada semua Instalasi dan Unit
Pelayanan Medis adalah pelayanan kesehatan individual yang dilandasi ilmu klinik,
merupakan upaya kesehatan perorangan yang meliputi aspek pencegahan primer, pencegahan
skunder meliputi deteksi dini dan pengobatan serta pembatasan cacat dan pencegahan tersier
berupa rehabilitasi medik yang secara maksimal dilakukan oleh dokter. (KepMenKes RI No.
666/MENKES/SK/VI/2007)
Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa,
pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap diruang rawat inap pada
sarana kesehatan yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap. (KepMenKes RI
No. 666/MENKES/SK/VI/2007)
1
1.1.2 Pengintegrasi dan koordinasi
Asuhan pasien terintegrasi dan pelayanan berfokus pada pasien (Patient Centered
Care-PCC) adalah istilah yang terkait, yang mengandung aspek pasien merupakan pusat
dengan DPJP sebagai ketua tim klinis - Clinical leader,PPA dengan kompetensi dan
kewenangan yang memadai, yang antra lain terdiri dari dokter, perawat, bidan
Panduan pengintegrasian dan koordinasi aktivitas asuhan pasien suatu bentuk acuan di
Rumah Santa Anna merupakan salah satu layanan dan koordinasi aktivitas administrasi
asuhan pasien adalah proses asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak praktisi
menghasilakan proses proses asuhan yang efisien penggunaan yang lebih efektif sumber daya
lain dan dengan hasil asuhan pasien akan lebih baik di Rumah Sakit Santa Anna.
Asuhan pasien ( patient care ) diberikan dengan pola pelayanan berfokus pasien (
Patient Centered Care ), dan DPJP merupakan ketua ( Team leader ) dari tim yang terdiri dari
para profesional pemberi asuhan pasien / staf klinis dengan kopetensi dan kewenangan yang
memadai, yang antara lain terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, fisioterapis dsb.
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa
2
yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin,
1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988). Sedangkan
komunikasi efektif adalah komunikasi yang tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami
Komunikasi ada dua macam yaitu lisan dan telepon. Komunikasi antar perawat, antara
perawat dan dokter dan antar petugas kesehatan. Petugas kesehatan yang dimaksud adalah
semua petugas kesehatan yang berhubungan dengan pelayanan dan keselamatan pasien.
Semua petugas kesehatan harus mempunyai tehnik yang sama dalam komunikasi dan secara
Komunikasi dengan pasien saat memberi informasi dan edukasi adalah komunikasi
yang menyangkut keselamatan pasien. Cara penyampaian informasi yang salah akan
menyebabkan penerimaan informasi dan intepretasi yang salah juga. Oleh sebab itu
komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh kedua belah
sifatnya dapat menambah pengetahuan dan wawasan seseorang atau memberitahukan sesuatu
dari orang kepada orang lain dalam hal ini petugas kesehatan yang satu kepada petugas
kesehatan lainnya.
Tindakan medik adalah tindakan professional oleh dokter terhadap pasien dengan
mengurangi penderitaan. Diagnostik adalah upaya untuk proses menemukan kelainan atau
3
penyakit apa yang dialami seseorang dengan memakai pengkajian dan studi yang sesksama
meengenai gejala-gejalanya.
Informasi Adalah informasi kesehatan yang diberikan oleh dokter penanggung jawab
pasien (DPJP) kepada pasien dan atau keluarganya terhadap pasien yang dirawat inap.
kepada pasien maupun keluarganya disesuaikan dengan penyakit yang diderita, keyakinan
1.3 Pelayanan pasien resiko tinggi dan penyediaan pelayanan resiko tinggi
yang mengancam jiwa, risiko bahaya pengobatan, potensi yang membahayakan pasien atau
efek toksik dari obat beresiko tinggi. Pelayanan pada pasien beresiko tinggi berorientasi untuk
dapat secara optimal memberikan pelayanan dan perawatan pasien dengan menggunakan
sumber daya,obat-obatan dan peralatan sesuai standard dan pedoman yang berlaku.
4
1.3.1 Pelayanan deteksi (mengenali) perubahan kondisi pasien (EWS)
Early Warning System (EWS) adalah sistem peringatan dini yang dapat diartikan
sebagai rangkaian sistem komunikasi informasi yang dimulai dari deteksi awal, dan
pengambilan keputusan selanjutnya. Diteksi dini merupakan gambaran dan isyarat terjadinya
gangguan funsi tubuh yang buruk atau ketidakstabilitas fisik pasien sehingga dapat menjadi
kode dan atau mempersiapkan kejadian buruk dan meminimalkan dampaknya, penilaian
National Early Warning Score (NEWS) adalah sebuah pendekatan sistematis yang
menentukan langkah selanjutnya yang harus dikerjakan. Penilaian ini dilakukan pada orang
dewasa (berusia lebih dari 16 tahun), tidak untuk anak-anak dan ibu hamil.Sistem in
idikembangkan oleh Royal College of Physicians, the Royal College of Nursing, the National
Outreach Forum and NHS Training for Innovatio, London tahun 2012.
parameter fisiologis yaitu tekanan darah sistolik, nadi, suhu, saturasi oksigen, kebutuhan alat
bantu O2 dan status kesadaran untuk mendeteksi terjadinya perburukan/ kegawatan kondisi
pasien yang tujuannya adalah mencegah hilanya nyawa seseorang dan mengurangi dampak
Pediatric Early Warning System (PEWS) adalah penggunaan skor peringatan dini dan
penerapan perubahan kompleks yang diperlukan untuk pengenalan dini terhadap pasien anak
di rumah sakit.
parameter fisiologis yaitu warna kulit, upaya respirasi, penggunaan alat bantu O2, denyut
jantung, waktu pengisian capillary refill, tekanan darah sistolik, tingkat kesadaran dan suhu
kesadaran untuk mendeteksi terjadinya perburukan/ kegawatan kondisi pasien yang tujuannya
5
adalah mencegah hilangnya nyawa seseorang dan mengurangi dampak yang lebih parah dari
sebelumnya.
usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi
kematian biologis.
BHD / Bantuan Hidup Dasar adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan nafas
(airway) tetap terbuka, menunjang pernafasan dan sirkulasi dan tanpa menggunakan alat-alat
bantu.
Usaha ini harus dimulai dengan mengenali secara tepat keadaan henti jantung atau
henti nafas dan segera memberikan bantuan sirkulasi dan ventilasi. Usaha BHD ini bertujuan
dengan cepat mempertahankan pasok oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya
paru akan berhasil terutama pada keadaan “henti jantung” yang disaksikan (witnessed) dimana
segera pada pasien dengan kegawatdaruratan sebelum dan saat henti napas dan atau henti
Code Blue adalah kata sandi yang digunakan untuk menyatakan pasien bahwa pasien
dalam kondisi gawat darurat yang memerlukan bantuan hidup segera, yaitu suatu tindakan
resusitasi, terutama oleh karena henti jantung dan henti napas baik pasien anak maupun
6
Tim Code Blue adalah tim reaksi cepat yang terdiri dari dokter jaga IGD dan perawat
terlatih IGD yang melakukan tindakan resusitasi seragam di lingkungan rumah sakit, bila
Pasien gawat adalah pasien anak maupun dewasa yang terancam jiwanya tetapi belum
Pasien gawat darurat adalah pasien anak maupun dewasa yang berada dalam ancaman
Perawat terlatih adalah perawat yang telah mendapatkan pelatihan RJP/Tim Biru
Transfusi darah ialah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran darah
dan plasma yang mengandung faktor pembekuan. Pemberian komponen darah yang
diperlukan saja dapat dibenarkan daripada pemberian whole blood yang lengkap. Prinsip ini
lebih ditekankan lagi pentingnya di bidang pediatri dikarenakan bayi maupun anak yang
sedang tumbuh tidak perlu diganggu sistem imunologisnya oleh antigen yang tidak
diperlukan. Pemberian whole blood hanya dilakukan atas indikasi anemia pasca perdarahan
Pemberian transfusi selain bermanfaat untuk pasien juga mempunyai efek samping
atau komplikasi yang harus dicegah dan ditangani bila terjadi.Komplikasi transfusi bisa
terjadi ringan sampai berat bahkan fatal dan meninggal bila tidak dilaksanakan dengan
aman.Untuk itu pemberian transfusi harus dilakukan secara aman dan rasional agar tidak
7
1.3.4 Pelayanan pasien koma dan yang menggunakan ventilator
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan
bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito, Lynda Juall 2000). Ventilasi
mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah suatu alat bantu mekanik
yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara
positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan. Ventilator mekanik merupakan peralatan
“wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001).
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk menggantikan
atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian dukungan
ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau negative
yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien sehingga mampu
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Tujuan
optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolic pasien, memperbaiki hipoksemia, dan
perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk
8
virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan
terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan
komponen patogen asing akan menopang amanat yang diembannya guna merespon infeksi
patogen - baik yang berkembang biak di dalam sel tubuh (intraselular) seperti misalnya virus,
maupun yang berkembang biak di luar sel tubuh (ekstraselular) - sebelum berkembang
menjadi penyakit.
memudahkan masuknya agen-agen patogen lainnya. Kasus penurunan ketahanan tubuh atau
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat di tularkan (berpindah- pindah dari
orang yang satu ke orang yang lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung maupun
perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya agen atau penyebab penyakit yang
hidup dan dapat berpindah. Penularan penyakit disebabkan proses infeksi oleh kuman atau
virus.
Hemodialisis (HD) adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat
khusus dengan tujuan mengatasi gejala dan tanda akibat laju filtrasi glomerulus yang rendah
secara internasional: restraint adalah suatu metode / cara pembatasan / restriksi yang
9
disengaja terhadap gerakan / perilaku yang dimaksudkan adalah tindakan yang direncanakan,
bukan suatu tindakan yang tidak disadari / tidak disengaja / sebagai suatu refleks..Pengertian
melakukan sesuatu yang diinginkan.Pada umumnya jika pasien dapat melepaskan suatu alat
dengan mudah, maka alat tersebut tidak dianggap sebagai suatu restraint.
Definisi Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari 12 tahun termasuk bayi
dalam kandungan.
Dewasa ini perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar. Anak
sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai mahluk
unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa.Setiap perawat
keperawatan pada anak selalu berpegang pada prinsip perawatan anak. Perspektif
keperawatan anak merupakan landasan berpikir bagi seorang perawat anak dalam
Lanjut usia (lansia) adalah setiap warga negara Indonesia pria atau wanita yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas, baik potensial maupun tidak potensial. Sedangkan batasan
lanjut usia menurut WHO South East Asia Regional Office (Organisasi Kesehatan Dunia
untuk Regional Asia Selatan dan Timur) adalah usia usia lebih dari 60 tahun. Dilihat dari ciri-
ciri fisiknya, manusia lanjut usia memang mempunyai karakteristik yang spesifik. Secara
alamiah, maka manusia yang mulai menjadi tua akan mengalami berbagai perubahan, baik
berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh sehingga seringkali berbagai masalah kesehatan
10
Lansia dengan ketergantungan bantuan adalah lansia yang keadaan fisiknya banyak
memerlukan bantuan orang lain . Pasien lemah adalah pasien dengan kondisi fisik yang lemah
yang memerlukan bantuan orang lain dalam aktivitasnya. Pasien lemah dan lansia dengan
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami (Badudu-Zain,
1994:489), Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun semantik),
Gangguan ini masih termasuk ke dalam hambatan komunikasi (Effendy, 1993:45), Efektivitas
komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan
berbagai hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang manapun tentu akan
mempengaruhi efektivitas proses komunikasi tersebut. Karena pada komunikasi, massa jenis
massa. Dan perlu diketahui juga, bahwa komunikan harus bersifat heterogen.
Disabilitas adalah kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau menghambat
Pelayanan Gizi Rumah Sakit : adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan gizi pasien rawat inap, untuk keperluan metabolisme tubuh,
Tim Asuhan Gizi : adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait dengan pelayanan
gizi terdiri dari dokter/ dokter spesialis, nutrition/ dietisien, perawat dan farmasis dari setiap
11
unit pelayanan, bertugas menyelenggarakan asuhan gizi ( nutrition care ) untuk mencapai
Masyarakat Rumah Sakit : adalah sekelompok orang yang berada dalam lingkungan
rumah sakit dan terkait dengan aktifitas rumah sakit, terdiri dari pegawai atau karyawan dan
Terapi gizi : adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien / pasien berdasarkan
pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian makanan khusus
Perskripsi diet atau rencana diet : adalah kebutuhan zat gizi klien / pasien yang terhitung
berdasarkan satatus gizi, degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya. Preskripsi diet dibuat
Konseling gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 ( dua ) arah
untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku sehingga membantu
klien / pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi, dilaksanakaan oleh nutrisionis /
dietisien.
Nutrisionis : seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh
oleh pejabat berwewenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelaynan
gizi, makanan, dan dietetic, baik di masyarakat maupun rumah sakit, dan unit pelaksana
keterampilan dietetic, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun pengalaman bekerja
dengan masa kerja minimal satu tahun, atau yang mendapat sertifikasi dari persatuan Ahli
12
Gizi Indonesia (PERSAGI ), dan bekerja diunit pelayanan yang menyelenggarakan terapi
dietik
Food model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari bahan sintetis
atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan, yang di
gunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan,
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk
menimbulkan kerusakan jaringan. Dan bersifat subyektif dimana individu mempelajari apa itu
nyeri, melalui pengalaman yang langsung berhubungan dengan luka, yang dimulai dari awal
masa kehidupannya.
Skala nyeri sering digunakan para praktisi umum untuk mengevaluasi tingkat rasa
nyeri yang dialami orang sakit. Skala ini membantu dalam membedakan tingkat beratnya
suatu penyakit, durasi nyeri dan nyeri yang ditimbulkan apabila diam atau bergerak. Dan juga
digunakan untuk membuat diagnosis yang akurat, mengetahui rencana pengobatannya dan
Penyakit Terminal adalah penyakit progresif yang sulit disembuhkan, seperti Kanker
std.akhir, multiple organ failure dll. Penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk
hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan perjalanan
13
Kondisi Terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian, berjalan melalui
suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Carpenito,
1995). Suatu kondisi dimana seseorang mengalami sakit atau penyakit yang tidak mempunyai
harapan untuk sembuh dan menuju pada proses kematian dalam 6 bulan atau kurang.
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah
serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak
Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan
spiritual klien. Aspek spiritual sangat penting diperhatikan terutama untuk pasien yang
didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut , karena pasien
terminal seperti yang dikatakan Dadang Hawari (1977) “orang yang mengalami penyakit
terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis
spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
depresi berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu,
peran perawat sangat dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang dapat meningkatkan
semangat hidup klien meskipun harapannya sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien
14
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama berhak mendapat
kualitas asuhan yang sama di Rumah Sakit. Untuk melaksanakan prinsip kualitas asuhan yang
Secara khusus, pelayanan yang diberikan kepada populasi pasien yang sama pada berbagai
unit kerja, dipandu oleh regulasi yang menghasilkan pelayanan yang seragam. Sebagai
tambahan, pimpinan harus menjamin bahwa Rumah Sakit menyediakan tingkat kualitas
asuhan yang sama setiap hari dalam seminggu dan pada setiap shift. Regulasi tersebut harus
sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku yang membentuk proses
Akses untuk asuhan dan pengobatan, yang memadai, yang diberikan oleh PPA yang
kompeten tidak tergantung harinya setiap minggu atau waktunya setiap hari (“3-24-7”).
Penggunaan alokasi sumber daya yang sama, antara lain staf klinis dan pemeriksaan
Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien, contoh pelayanan anestesi, sama di
Penerapan dan penggunaan regulasi dan form dalam bidang klinis antara lain: metode
asesmen IAR (Informasi, Analisis, Rencana), form asesmen awal-asesmen ulang, PPK,
Alur Klinis terintegrasi, Pedoman Manajemen Nyeri, regulasi untuk berbagai tindakan
15
seperti antara lain Water Sealed Drainage, pemberian transfusi darah, biopsi ginjal,
Asuhan pasien yang seragam menghasilkan penggunaan sumber daya secara efisien dan
memungkinkan membuat evaluasi hasil asuhan (outcome) untik asuhan yang sama di seluruh
Rumah Sakit Santa Anna menetapkan regulasi bagi pimpinan unit pelayanan untuk
bekerja sama memberikan proses asuhan seragam dan mengacu pada peraturan perundang-
undanganan yang berlaku. Asuhan seragam diberikan sesuai persyaratan sesuai a) sampai
Proses pelayanan dan asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak PPA dan
dapat melibatkan berbagai unit pelayanan. Integrasi dan koordinasi kegiatan pelayanan dan
asuhan pasien merupakan sasaran yang menghasilkan efisiensi, penggunaan SDM dan sumber
lainnya efektif, dan hasil asuhan pasien yang lebih baik. Kepala unit pelayanan menggunakan
alat dan teknik untuk melakukan integrasi dan koordinasi pelayanan dan asuhan lebih baik.
(Contoh, asuhan secara tim oleh PPA, ronde pasien multi disiplin, form catatan perkembangan
Pelayanan berfokus pada pasien (PCC) diterapkan dalam bentuk Asuhan Pasien
Terintegrasi yang bersifat integrasi horizontal dan vertikal. Pada integrasi horizontal
kontribusi profesi masing-masing PPA adalah sama pentingnya / sederajat. Pada integrasi
vertikal pelayanan berjenjang oleh/melalui berbagai unit pelayanan ketingkat pelayanan yang
berbeda, disini peran MPP penting untuk integrasi tersebut, dengan komunikasi yang intensif/
16
Pelaksanaan Asuhan Pasien Terintegrasi pusatnya adalah pasien, mencakup elemen
antara lain dengan Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan PPA lainnya,
Terintgrasi/CPPT
menggambarkan integrasi dan koordinasi asuhan. Secara khusus, setiap PPA mencatat
observasi dan pengobatan di rekam medis pasien. Demikian juga, setiap hasil atau kesimpulan
Ada kebijakan yang mengatur pelayanan dan asuhan terintegrasi di dan antar berbagai
unit pelayanan
pelayanan
pelayanan
Hasil atau simpulan rapat dari tim PPA atau diskusi lain tentang kerjasama
17
2.2.1 Pelayanan rencana asuhan
seorang pasien. Rencana asuhan memuat satu paket tindakan yang dilakukan oleh PPA untuk
memecahkan atau mendukung diagnosis yang ditegakkan melalui asesmen. Tujuan utama dari
Proses perencanaan bersifat kolaboratif menggunakan data berasal dari asesmen awal
dan asesmen ulang yang dilakukan oleh dokter dan PPA lainnya (perawat, ahli gizi, apoteker
dan sebagainya) untuk mengetahui dan menetapkan prioritas tindakan, prosedur, dan asuhan
Pasien dan keluarga dilibatkan dalam proses perencanaan. Rencana asuhan diselesaikan
dalam waktu 24 jam terhitung saat diterima sebagai pasien rawat inap. Berdasar hasil
pasien.
Kondisi pasien kembali dengan fungsi (out put) jantung stabil melalui detak jantung,
Pasien dapat menunjukkan mampu memberi sendiri suntikan insulin sebelum pasien
Pasien mampu berjalan dengan “walker” (alat bantu untuk berjalan) menuju ruangan
DPJP sebagai ketua tim PPA melakukan evaluasi/review berkala dan verifikasi harian
untuk menjaga terlaksananya asuhan terintegrasi dan membuat notasi sesuai kebutuhan.
Catatan: Satu rencana asuhan terintegrasi dengan sasaran-saran yang diharapkan oleh
PPA, lebih baik daripada rencana terpisah oleh masing-masing PPA. Rencana asuhan yang
18
baik menjelaskan asuhan individual, obyektif, sasaran dapat diukur untuk memudahkan
Kebijakan tentang asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP), perawat dan PPA lainnya dalam waktu 24 jam sesudah pasien
Rencana asuhan dibuat untuk setiap pasien dan dicatat oleh PPA yang memberikan
Rencana asuhan pasien terintegrasi, dibuat dengan sasaran berdasarkan data asesmen
Banyak kegiatan asuhan pasien membutuhkan seorang PPA yang kompeten dan
berwenang untuk menuliskan instruksi yang harus dicatat di rekam medik pasien. Kegiatan ini
laboratorium Patologi Anatomi), memesan obat, asuhan keperawatan khusus, terapi nurtrisi
dan sebagainya. Instruksi ini harus dapat tersedia dengan mudah jika instruksi harus
dilaksanakan, siapa harus melaksanakannya dan bersifat delegatif atau mandat. Instruksi
tertulis dapat juga diberikan di form tersendiri atau diberikan dengan sistem elektronik sesuai
19
Pengecualian dalam keadaan khusus, seperti antara lain di unit gawat darurat, unit
intensif
Rumah Sakit Santa Anna menetapkan regulasi tata cara pemberian instruksi
Rumah sakit Santa Anna menetapkan kebijakan tindakan klinik dan diagnostik yang
diminta, dilaksanakan dan diterima hasilnya, serta disimpan di berkas rekam medis
pasien.Contoh tindakan seperti ini adalah endoskopi, kateterisasi jantung, terapi radiasi, CT
Scan dan lain-lain tindakan invasif juga pada pemeriksaan lab (PK, PA) juga pada radiologi
intervensional dan non invasif. Informasi tentang siapa yang meminta prosedur / tindakan ini
dan alasannya dicatat dan dimasukkan di dalam berkas rekam medis pasien. Di rawat jalan
bila dilakukan tindakan diagnostik invasif/ berisiko, termasuk pasien yang dirujuk dari luar,
Kebijakan tentang tindakan klinik dan diagnostik serta pencatatannya di rekam medis.
Staf yang meminta beserta alasan dilakukan tindakan, dicatat di rekam medis pasien.
Pada pasien rawat jalan bila dilakukan tindakan diagnostik invasif/berisiko harus
20
2.2.4 Pelayanan edukasi dan pemberian informasi
Asuhan dan proses pengobatan merupakan siklus berkesinambungan dari asesmen dan
asesmen ulang, perencanaan dan pemberian asuhan, dan evaluasi hasil. Pasien dan keluarga
diberitahukan tentang hasil dari proses asesmen, tentang perencanaan asuhan dan pengobatan
dan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan. Langkah asuhan bersifat siklis sehinga
pasien perlu diberi informasi tentang hasil asuhan, perkembangan dan pengobatan, termasuk
informasi tentang hasil asuhan yang tidak diharapkan. Pemberian informasi tersebut dilakukan
Pasien dan keluarga diberi informasi tentang hasil asuhan dan pengobatan
Pasien dan keluarga diberi informasi tentang hasil asuhan dan pengobatan
2.3 Pelayanan pasien resiko tinggi dan penyediaan pelayanan resiko tinggi
Rumah Sakit memberi asuhan kepada pasien untuk berbagai kebutuhannya atau
kebutuhan pada keadaan kritis. Beberapa pasien digolongan masuk kategori risiko tinggi,
karena umurnya, kondisinya dan kebutuhan pada keadaan kritis. Anak-anak dan Lansia
biasanya dimasukkan ke dalam golongan ini karna mereka biasanya tidak dapat
menyampaikan keinginannya, tidak mengerti proses asuhan yang diberikan dan tidak dapat
ikut serta dalam mengambil keputusan terkait dirinya. Sama juga halnya dengan pasien
darurat yang ketakutan, koma, bingung, tidak mampu memahami proses asuhannya apabila
Rumah Sakit juga memberikan berbagai pelayanan, beberapa dikenal sebagai pelayanan
risiko tinggi karena adanya peralatan medis yang kompleks untuk kebutuhan pasien dengan
kondisi darurat yang mengancam jiwa (pasien dialisis), karna sifat tindakan (pasien dengan
21
pemberian darah/produk darah), mengatasi potensi bahaya bagi pasien (pasien restrain), atau
Asuhan bagi pasien risiko tinggi tersebut, didukung oleh penggunaan PPK, dan regulasi
lainnya dan rencana asuhan, Clinical Pathway dan sebagai. Hal ini berguna bagi Staf untuk
Dalam hal ini pimpinan Rumah Sakit bertangg-jawab, sesuai dengan populasi pasien
untuk:
Regulasi untuk asuhan disesuaikan dengan populasi pasien risiko tinggi dan pelayanan
risiko tinggi yang berguna untuk menurunkan risiko. Dalam hal ini penting dipahami bahwa
bagaimana rencana akan berjalan, termasuk identifikasi perbedaan populasi anak dan
dokumentasi yang dibutuhkan agar tim asuhan dapat bekerja dan berkomunikasi
efektif
Rumah Sakit menetapkan dan melaksanakan regulasi untuk pasien risiko tinggi dan
pasien emergensi;
22
pasien dengan penyakit menular;
pasien koma;
pasien “immuno-suppressed”;
pasien dialysis;
populasi pasien rentan, lansia, anak-anak, dan pasien berisiko tindak kekerasan atau
diterlantarkan dan
pelayanan pasien risiko tinggi lainnya (misalnya terapi hiperbarik dan pelayanan
radiologi intervensi)
Rumah Sakit juga menetapkan risiko tambahan sebagai hasil tindakan atau rencana
asuhan (contoh, kebutuhan mencegah trombosis vena dalam, luka decubitus, infeksi terkait
penggunaan ventilator pada pasien, cedera neurologis dan pembuluh darah pada pasien
restrain, infeksi melalui pembuluh darah pada pasien dialisis, infeksi saluran / slang sentral,
dan pasien jatuh. Risiko tersebut jika ada, diatasi dan dicegah oleh edukasi staf dan regulasi
23
yang diberikan kepada pasien risiko tinggi dan diintegrasikan ke dalam program peningkatan
Kebijakan tentang proses identifikasi pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi
sesuai populasi pasiennya serta penetapan risiko tambahan yang mungkin berpengaruh
Staf dilatih untuk pemberian pelayanan pada pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko
tinggi
Ada bukti pelaksanaan pemberian pelayanan pada pasien risiko tinggi dan pelayanan
risiko tinggi
Staf yang tidak bekerja di daerah pelayanan kritis / intensif mungkin tidak mempunyai
pengetahuan dan pelatihan yang cukup untuk melakukan asesmen, mengetahui pasien yang
akan masuk ke kondisi kritis. Padahal banyak pasien diluar daerah pelayanan kritis
mengalami keadaan kritis selama di rawat inap. Seringkali, pasien memperlihatkan tanda
bahaya dini (contoh, tanda tanda vital yang memburuk, perubahan kecil status neurologisnya)
sebelum mengalami penurunan kondisi klinis yang meluas sehingga sampai mengalami
Ada kriteria fisiologis yang dapat membantu staf untuk mengenali sedini mungkin
pasien yang kondisinya memburuk. Sebagian besar pasien yang mengalami gagal jantung atau
gagal paru sebelumnya memperlihatkan tanda-tanda fisiologis diluar kisaran normal, yang
merupakan indikasi keadaan pasien memburuk. Hal ini dapat diketahui dengan early warning
system (EWS)
24
Penerapan EWS membuat staf mampu mengidentifikasi keadaan pasien memburuk
sedini mungkin dan bila perlu mencari bantuan dari staf yang kompeten. Dengan demikian,
Pelaksanaan EWS dapat dilakukan dengan menggunakan sistem skor. Semua staf
Pelayanan resusitasi diartikan sebagai intervensi klinis pada pasien atau korban yang
mengalami kejadian mengancam hidupnya, seperti henti jantung atau paru. Pada saat henti
jantung atau paru, pemberian kompresi pada dada atau bantuan pernapasan akan berdampak
pada hidup atau matinya pasien, setidak-tidaknya menghindari kerusakan jaringan otak.
Resusitasi yang berhasil pada pasien dengan henti jantung-paru, tergantung pada
intervensi yang kritikal/penting, seperti secepat mungkin dilakukan defibrilasi dan bantuan
hidup lanjut (advance) yang akurat (code blue). Pelayanan seperti ini harus tersedia untuk
Sangat penting untuk dapat memberikan pelayanan intervensi yang kritikal yaitu
tersedianya dengan cepat peralatan medis terstandar, obat resusitasi, staf terlatih dengan baik
untuk resusitasi. Bantuan hidup dasar harus dilakukan secepatnya saat diketahui ada tanda
henti jantung-paru, dan proses pemberian bantuan hidup kurang dari 5 (lima) menit. Hal ini
termasuk review terhadap pelaksanaan sebenarnya resusitasi atau terhadap simulasi pelatihan
resusitasi di Rumah Sakit. Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area Rumah Sakit,
25
termasuk peralatan medis dan staf terlatih, berbasis bukti klinis dan populasi pasien yang
dilayani (contoh, jika Rumah Sakit mempunyai populasi pediatri, peralatan medis utk
resusitasi pediatri) Catatan: seluruh area Rumah Sakit dimana tindakan dan pelayanan
diberikan, termasuk area tindakan diagnostik di gedung terpisah dari gedung Rumah Sakit.
Ada regulasi tentang pelayanan resusitasi yang tersedia dan diberikan selama 24 jam
setiap hari di seluruh area Rumah Sakit, serta tentang peralatan medis untuk resusitasi
dan obat untuk bantuan hidup dasar terstandar sesuai kebutuhan populasi pasien
Diseluruh area Rumah Sakit bantuan hidup dasar diberikan segera saat dikenali adanya
Regulasi harus dibuat secara khusus untuk kelompok pasien yang berisiko atau
pelayanan yang berisiko tinggi, agar tepat dan efektif dalam mengurangi risiko terkait.
b) Dokumentasi yang diperlukan oleh pelayanan secara tim untuk bekerja dan
e) Kompetensi atau ketrampilan yang khusus dari staf yang terlibat dalam proses asuhan.
Pelayanan darah dan produk darah harus diberikan sesuai peraturan perundang-
26
a) pemberian persetujuan (informed consnent)
b) pengadaan darah
c) identifikasi pasien
d) pemberian darah
e) monitoring pasien
Staf yang kompeten dan berwenang melaksanakan pelayanan darah dan produk darah
Ada regulasi tentang pelayanan darah dan produk darah meliputi a) s/d f) di maksud
dan tujuan
Ada bukti staf yang kompeten dan berwenang melaksanakan pelayanan darah dan
Rumah Sakit menetapkan regulasi tentang asuhan pasien yang menggunakan alat bantu
Ada regulasi tentang asuhan pasien alat bantu hidup dasar atau pasien koma.
Ada bukti pelaksanaan asuhan pasien dengan alat bantu hidup sesuai regulasi.
2.3.5 Pelayanan Pasien Penyakit Menular Dan Penurunan Daya Tahan Tubuh
(Immuno-Suppressed)
suppressed.
27
Ada regulasi tentang asuhan pasien dengan penyakit menular dan immuno-suppressed.
Ada bukti pelaksanaan asuhan pasien dengan penyakit menular sesuai regulasi.
regulasi .
Rumah Sakit memberikan pelayanan khusus terhadap pasien usia lanjut, mereka yang
cacat, anak-anak dan populasi yang berisiko disiksa dan risiko tinggi lainnya, termasuk
Ada regulasi tentang pelayanan khusus terhadap pasien yang lemah, lanjut usia, anak
dan yang dengan ketergantungan bantuan, serta populasi yang berisiko disiksa dan
28
Ada bukti pelaksanaan asuhan pasien yang lemah, lanjut usia yang tidak mandiri
Ada bukti pelaksanaan asuhan pasien anak dan anak dengan ketergantungan sesuai
regulasi.
Ada bukti pelaksanaan asuhan terhadap populasi pasien dengan risiko kekerasan dan
risiko tinggi lainnya termasuk pasien dengan risiko bunuh diri sesuai regulasi.
Makanan dan nutrisi yang sesuai sangat penting bagi kesehatan pasien dan
asuhan, diagnosis pasien termasuk juga antara lain. diet khusus seperti rendah kolesterol, diet
diabetes. Berdasar asesmen kebutuhan dan rencana asuhan, DPJP atau PPA lain yang
kompeten, memesan makanan dan nutrisi lainnya untuk pasien. Pasien berhak menentukan
makanan sesuai dengan nilai yang dianut. Bila memungkinkan, pasien ditawarkan pilihan
Jika keluarga pasien/ orang lain mau membawa makanan untuk pasien, kepada mereka
diberi edukasi tentang makanan yang merupakan kontra indikasi thd rencana, kebersihan
(hygiene) makanan dan kebutuhan asuhan pasien, termasuk informasi terkait interaksi obat
dan makanan. Makanan yang dibawa oleh keluarga/ orang lain disimpan dengan benar untuk
mencegah kontaminasi.
Ada bukti proses pemesanan makanan pasien sesuai status gizi dan kebutuhan
29
Makanan disiapkan dan disimpan dengan mengurangi risiko kontaminasi dan
pembusukan.
Jika keluarga membawa makanan bagi pasien, mereka diberi edukasi tentang
regulasi.
Makanan yang dibawa keluarga atau orang lain disimpan secara benar untuk
mencegah kontaminasi
Pasien pada asesmen awal di skrining untuk risiko nutrisi. Pasien ini dikonsultasikan ke
ahli gizi untuk dilakukan asesmen lebih lanjut. Jika ditemukan risiko nutrisi, dibuat rencana
terapi gizi dan dilaksanakan. Kemajuan keadaan pasien dimonitor dan dicatat di rekam medis
pasien. DPJP, perawat, ahli gizi, dan keluarga pasien bekerjasama dlm konteks asuhan gizi
terintegrasi.
Ada bukti pemberian terapi gizi terintegrasi pada pasien risiko nutrisi.
Asuhan gizi terintegrasi mencakup rencana, pemberian, dan monitor terapi gizi
Nyeri dapat diakibatkan oleh kondisi, penyakit pasien, dari tindakan atau pemeriksaan
yang dilakukan. Sebagai bagian dari rencana asuhan, pasien diberi informasi tentang
kemungkinan timbulnya nyeri akibat dari tindakan, atau prosedur pemeriksaan, dan pasien
diberitahu pilihan yang tersedia untuk mengatasi nyeri. Apapun yg menjadi sebab timbulnya
30
nyeri, jika tidak dapat diatasi akan berpengaruh secara fisik maupun psikologis. Pasien
dengan nyeri dilakukan asesmen dan pelayanan untuk mengatasi nyeri yang tepat.
Berdasar cakupan asuhan yang diberikan, Rumah Sakit menetapkan proses untuk
identifikasi pasien untuk rasa nyeri pada asesmen awal dan asesmen ulang
memberi informasi kepada pasien bahwa nyeri dapat disebabkan oleh tindakan
atau pemeriksaan
melaksanakan pelayanan untuk mengatasi nyeri, terlepas dari mana nyeri berasal
melakukan komunikasi dan edukasi kepada pasien & keluarga perihal pelayanan
untuk mengatasi nyeri sesuai dengan latar belakang agama, budaya, nilai-nilai
Pasien & keluarga diberi edukasi tentang pelayanan untuk mengatasi nyeri sesuai
Pasien & keluarga diberi edukasi tentang kemungkinan timbulnya nyeri akibat
tindakan yang terencana, prosedur pemeriksaan dan pilihan yang tersedia untuk
mengatasi nyeri.
Rumah Sakit melaksanakan pelatihan pelayanan untuk mengatasi nyeri untuk staf.
Asesmen dan asesmen ulang bersifat individual agar sesuai dengan kebutuhan pasien
dalam tahap terminal (dying) dan keluarganya. Asesmen dan asesmen ulang harus menilai
31
a) gejala mual dan kesulitan pernapasan
d) orientasi spiritual pasien & keluarga, keterlibatan dlm kelompok agama tertentu
e) keprihatinan spiritual pasien & keluarga, seperti putus asa, penderitaan, rasa bersalah
f) status psiko sosial pasien & keluarganya, seperti kekerabatan, kelayakan perumahan,
penyakit
i) faktor risiko bagi yang ditinggalkan dalam hal cara mengatasi dan potensi reaksi
Ada regulasi tentang asesmen awal dan ulang pasien dalam tahap terminal meliputi
Ada bukti skrining dilakukan pada pasien yang diputuskan dengan kondisi harapan
Pasien dalam tahap terminal dilakukan asesmen awal dan asesmen ulang
Pasien yang dalam tahap terminal membutuhkan asuhan dengan rasa hormat dan empati
yang terungkap dalam asesmen. Untuk melaksanakan ini, staf diberi pemahaman tentang
kebutuhan pasien yang unik saat dalam tahap terminal. Kepedulian staf terhadap kenyamanan
dan kehormatan pasien harus menjadi prioritas semua aspek asuhan pasien selama pasien
32
Rumah Sakit menetapkan proses untuk mengelola asuhan pasien dalam tahap terminal.
keluarga
c) menyampaikan secara hati-hati soal sensitif sepeti otopsi atau donasi organ
keluarga
Rumah Sakit menetapkan regulasi tentang pelayanan pasien dalam tahap terminal
Pelayanan pasien dalam tahap terminal memperhatikan upaya mengatasi rasa nyeri
pasien.
Pasien & keluarga dilibatkan dalam keputusan asuhan termasuk keputusan ttg do not
resuscitate (DNR).
33
BAB III
TATA LAKSANA
A.DEFINISI
Pelayanan pasien yang seragam adalah asuhan yang menghormati dan responsif
terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai pribadi pasien, serta memastikan bahwa nilai-nilai
pasien menjadi panduan bagi semua keputusan klinis yang memadai, tidak bergantung atas
kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembiayaan. Pelayanan pasien merupakan
proses kegiatan pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien dilakukan oleh Profesi
Pemberi Asuhan, setiap pemberi asuhan kepada pasien memperlakukan semua pasiennya
sama dan seragam tidak membeda-bedakan atas dasar identitas sosial, budaya, agama, ras,
dan sebagainya. Pelayanan pasien yang seragam berlaku pada semua Instalasi dan Unit
Pelayanan Medis adalah pelayanan kesehatan individual yang dilandasi ilmu klinik,
merupakan upaya kesehatan perorangan yang meliputi aspek pencegahan primer, pencegahan
skunder meliputi deteksi dini dan pengobatan serta pembatasan cacat dan pencegahan tersier
berupa rehabilitasi medik yang secara maksimal dilakukan oleh dokter. (KepMenKes RI No.
666/MENKES/SK/VI/2007)
Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa,
pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap diruang rawat inap pada
sarana kesehatan yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap. (KepMenKes RI
No. 666/MENKES/SK/VI/2007)
34
B. RUANG LINGKUP
1. Kebijakan ini berlaku bagi semua staff rumah sakit: dokter, perawat, penunjang medik
C. TATA LAKSANA
1. Akses, ketepatan pelayanan dan pengobatan tidak tergantung pada kemampuan pasien
Semua pasien yang datang ke Unit Emergency harus melalui Triage dan segera
diberikan pertolongan pertama tanpa membedakan suku, agama dan status sosial
ekonomi
Setiap pasien yang datang berobat ke Unit Emergency dengan kasus gawat
maupun tidak gawat harus diberikan pelayanan yang cepat, tepat dan efisien
kegawatan secara intensif oleh dokter dan perawat sampai dengan kondisi klinis
Pada pasien yang sudah dalam perawatan namun mengalami kesulitan dalam
perawatan, tindakan dan observasi yang diberikan kepada pasien tetap sama seperti
2. Akses untuk asuhan dan pengobatan, yang memadai, yang diberikan oleh PPA yang
kompeten tidak tergantung harinya setiap minggu atau waktunya setiap hari (“3-24-
7”).
35
Pada setiap unit pelayanan tersedia jadwal tugas yang mencerminkan jumlah, jenis
atau kategori serta penentuan penanggung jawab atau koordinator jaga pada setiap
Diluar jam kerja kantor dan hari libur ada petugas (dokter, perawat, petugas
Diluar jam kerja kantor dan hari libur ada petugas sebagai Duty Officer yang
3. Penggunaan alokasi sumber daya yang sama, antara lain. staf klinis dan pemeriksaan
Semua pasien yang datang ke Unit Emergency harus melalui Triage untuk
Pada setiap kategori ketergantungan pasien tersedia fasilitas / sumber daya yang
sesuai
4. Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien, contoh pelayanan anestesi, sama
Tersedia sistim dan prosedur yang berlaku sama diseluruh unit pelayanan di RS
Semua order pemeriksaan dan penunjang lain yang di order untuk pasien harus
36
Pada pasien yang memerlukan tindakan pelayanan anaestesi mendapat perlakukan
yang sama
Proses asuhan pada pasien ditetapkan dengan pengkajian hingga evaluasi. Proses
kebutuhan pasien. Perencanaan asuhan dibuat tidak lebih dari 24 jam setelah
Dalam pelayanan medis, pemantauan dilakukan oleh Case Manager, antara lain:
Diagnosa harus ditegakan paling lama 24 jam setelah pasein masuk rawat
telah dirawat > 7 hari. Case review tersebut akan dihadiri oleh;
DPJP,
Manager Medik
DPJP harus membuat Rencana perawatan (care plan) untuk setiap pasien yang
dirawat
DPJP harus melakukan pengkajian ulang (Re-assessment) pasien rawat inap sesuai
ulang yang dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.
37
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama
Tersedia stándar pelayanan medik dan standar asuhan keperawatan yang sama
Semua pelayanan yang diberikan kepada pasien baik pelayanan medis maupun
6. Penerapan dan penggunaan regulasi dan form dalam bidang klinis antara lain.: metode
PPK, Alur Klinis terintegrasi, Pedoman Manajemen Nyeri, regulasi untuk berbagai
tindakan seperti antara lain. Water Sealed Drainage, pemberian transfusi darah, biopsi
Setiap tindakan klinis dilakukan sesuai dengan panduan praktek klinis yang
terintegrasi.
38
3.1.2 Pengintegrasi dan koordinasi
A. DEFINISI
Asuhan pasien terintegrasi dan pelayanan berfokus pada pasien (Patient Centered
Care-PCC) adalah istilah yang terkait, yang mengandung aspek pasien merupakan pusat
dengan DPJP sebagai ketua tim klinis - Clinical leader,PPA dengan kompetensi dan
kewenangan yang memadai, yang antra lain terdiri dari dokter, perawat, bidan
Panduan pengintegrasian dan koordinasi aktivitas asuhan pasien suatu bentuk acuan di
Rumah Santa Anna merupakan salah satu layanan dan koordinasi aktivitas administrasi
asuhan pasien adalah proses asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak praktisi
menghasilakan proses proses asuhan yang efisien penggunaan yang lebih efektif sumber daya
lain dan dengan hasil asuhan pasien akan lebih baik di Rumah Sakit Santa Anna.
B. TUJUAN
Tujuan umum dari penyususnan Panduan Pengintegrasian dan koordinasi aktivitas asuhan
pasien adalah agar para pimpinan menggunakan perangkat dan teknik agar dapat
mengintegrasikan dan mengkoordinasi lebih baik asuhan pasien di Rumah Sakit Santa Anna.
39
C. RUANG LINGKUP
pelayanan yang memberikan asuhan pelayanan di Rumah Sakit Santa Anna yang aplikasikan
Konsep ini ( care concept) asuhan berfokus pada pasien terbagi dalam 2 perspektif :
Persektif Pasien:
pelayanan kesehatan.
Berbagi informasi
Partisipasi
Kolaborasi/ kerjasama
Persektif PPA:
Tim Interdisiplin
40
Profesional pemberi asuhan diposisikan mengelilingi pasien
Interprofesionalitas
Kolaborasi interprofesional
Personalized Care
diperlakukan.
D. SASARAN
Dokter dan perawat serta tenaga kesehatan lainya yang memberikan asuhan pelayanan
terhadap pasien.
E. TATA LAKSANA
41
1. Rencana pelayanan di integrasikan dan dikoordinasikan diantara berbagai unit kerja dan
pelayanan dengan berkoordinasi antar unit tim kerja dan pelayanan terkait di rumah
sakit:
Rumah Sakit Santa Anna merencanakan membuat asuhan pasien yang terintegrasi
dan terkoordinasi dalam satu lembar rekam medis pasien yaitu di lembar CPPT.
menghasilkan proses asuhan yang efisien, dan lebih efektif sumber daya manusia
Semua unit pelayanan yang memberikan asuhan pasien telah meyediakan rekam
Hasil dari informasi, Analisis, Rencana yang di dapatkan oleh PPA di tulis di
2. Pelaksanan pelayanan terintegrasi dan terkoordinasi antar unit kerja departemen dan
pelayanan.
sakit.
Proses asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak praktisi pelayanan
42
Hasil rekam medis merupakan data yang akan di tindaklanjuti untuk dapat
melakukan asuhan pasien pada tahap selanjutnya dengan cara SOAP dan ADIME
untuk dietisen.
Hasil rekam medis ini sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan pada
pasien.
3. Hasil atau kesimpulan rapat dari tim asuhan diskusi lain tentang kolaborasi di catat dalam
Hasil rekam medis pasien dapat menjadi fasilitas dan menggambarkan integrasi
Hasil rekam medis pasien merupakan data milik Rumah Sakit Santa Anna hanya
A. DEFINISI
Asuhan pasien ( patient care ) diberikan dengan pola pelayanan berfokus pasien (
Patient Centered Care ), dan DPJP merupakan ketua ( Team leader ) dari tim yang terdiri dari
para profesional pemberi asuhan pasien / staf klinis dengan kopetensi dan kewenangan yang
memadai, yang antara lain terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, fisioterapis dsb.
B. RUANG LINGKUP
43
C. TATA LAKSANA
1. Asuhan untuk pasien direncanakan oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP),
perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lain dalam waktu 24 jam sesudah pasien
rawat inap.PPA melaksanakan asuhan pasien dalam 2 proses, Assesmen Pasien dan
2. Rencana asuhan pasien harus individual dan berdasarkan data assesmen awal pasien,
3. Rencana asuhan dicatat dalam rekam medis dalam bentuk kemajuan terukur
pencapaian sasaran, semua rencana asuhan akan diberikan kepada pasien harus tertulis
di CPPT dengan menggunakan format SOAP, pada P tuliskan isi dari semua rencana
tindakan yang akan diberikan kepada pasien pada saat itu, hal ini untuk memudahkan
melakukan penilaian apakah target yang direncanakan tersebut tercapai atau tidak.
4. Kemajuan yang diantisipasi dicatat atau direvisi sesuai kebutuhan, berdasakan hasil
assesmen ulang atas pasien oleh praktisi pelayanan kesehatan, proses dilakukan oleh
DPJP dengan membaca rencana PPA dan memberikan catatan/ notasi pada CPPT
A.DEFINISI
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa
1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988). Sedangkan
44
komunikasi efektif adalah komunikasi yang tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami
Komunikasi ada dua macam yaitu lisan dan telepon. Komunikasi antar perawat, antara
perawat dan dokter dan antar petugas kesehatan. Petugas kesehatan yang dimaksud adalah
semua petugas kesehatan yang berhubungan dengan pelayanan dan keselamatan pasien.
Semua petugas kesehatan harus mempunyai tehnik yang sama dalam komunikasi dan secara
Komunikasi dengan pasien saat memberi informasi dan edukasi adalah komunikasi
yang menyangkut keselamatan pasien. Cara penyampaian informasi yang salah akan
menyebabkan penerimaan informasi dan intepretasi yang salah juga. Oleh sebab itu
komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh kedua belah
sifatnya dapat menambah pengetahuan dan wawasan seseorang atau memberitahukan sesuatu
dari orang kepada orang lain dalam hal ini petugas kesehatan yang satu kepada petugas
kesehatan lainnya.
B. TATA LAKSANA
Dokter saat kunjungan ke pasien harus menulis perkembangan pasien dengan SOAP
dan menuliskan secara lengkap hasil kolaborasi dan instruksi pada catatan
terintegrasi.
45
Jika dalam penulisan pada catatan terintegrasi ada instruksi atau hasil kolaborasi
yang belum ditulis tapi disampaikan secara lisan maka perawat wajib menulis hasil
Catatan dokter harus dibaca ulang oleh perawat pendamping dan dikonfirmasi
Tulisan dokter yang kurang jelas boleh ditulis ulang pada catatan keperawatan guna
Pemberi pesan secara lisan atau melalui telepon memberikan pesan, setelah itu
dituliskan secara lengkap isi pesan tersebut oleh penerima pesan (write back).
Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan.
Hal diatas (write back, Read Back dan repeat back atau reconfirm) harus dimengerti
dan dilaksanakan secara konsisten oleh perawat saat menerima instruksi dokter,
kecuali pasien dalam keadaan gawat darurat, langkah terakhir yaitu repeat atau
reconfirm boleh tidak dilakukan misalnya di ruang ICU, ,OK dan UGD. Mengenai
hal ini akan diatur dalam kebijakan khusus yang akan dibuat oleh RS Santa Anna.
Formulir komunikasi dengan telepon terdiri dari 5 kolom, di bawah ini akan
46
Diisi oleh perawat, bidan atau petugas kesehatan lain seperti fisioterapis yang
Diisi jam dan tanggal segera setelah komunikasi dengan telepon selesai
Jika ada kesalahan penulisan, coret, tanda tangan dan perbaiki, tulis tanggal
Diisi oleh perawat, bidan atau petugas kesehatan lain seperti fisioterapis yang
Tulis situasi, background dan assessment pasien yang akan dilaporkan secara
ringkas, tulis isi perintah atau hasil kolaborasi secara lengkap, baca ulang isi
perintah, konfirmasi kembali dan lakukan pengejaan jika isi perintah merupakan
nama obat
hasil rontgen, CT Scan, MRI, USG dan pemeriksaan penunjang lain, tulis hasil yang
menyimpang atau tidak normal saja catat hasil kolaborasi atau instruksi dokter, baca
Jika isi pelaporan atau komunikasi adalah pemberitahuan terhadap dokter bahwa
pasien pindah ruangan, menanyakan jam kunjungan, atau dokter dihubungi tidak
bisa, tidak perlu dituliskan dalam form tersebut melainkan ditulis dalam buku
Jika ada kesalahan penulisan, coret, tanda tangan dan perbaiki, tulis tanggal dan jam
yang benar.
47
Tanda tangan dokter harus diisi sesegera mungkin setelah dokter datang atau
dalam waktu maksimal satu kali dua puluh empat jam setelah komunikasi
Diisi nama jelas dan tanda tangan penelepon baik perawat maupun bidan.
Keterangan
A. DEFINISI
Tindakan medik adalah tindakan professional oleh dokter terhadap pasien dengan
mengurangi penderitaan.
Diagnostik adalah upaya untuk proses menemukan kelainan atau penyakit apa yang
dialami seseorang dengan memakai pengkajian dan studi yang sesksama meengenai gejala-
gejalanya.
B. RUANG LINGKUP
Tindakan klinik dan diagnostik di rumah sakit Santa Anna meliputi tindakan Biobsi dan WSD
2. Staf yang memintaa adalah dokter dan mencaantumkan apa alasan dilakukan tindakan
48
3. Hasil tindakan dicatat di rekam medis
C. TATA LAKSANA
Definisi
Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan
water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura). Water
Seal Drainage ( WSD ) merupakan suatu intervensi yang penting untuk memperbaiki
pertukaran gas dan pernapasan pada periode pasca operatif yang dilakukan pada daerah
WSD adalah suatu tindakan invansif yang dilakukan dengan memasukan suatu
kateter/ selang kedalam rongga pleura ,rongga thorax,mediastinum dengan maksud untuk
mengeluarkan udara, cairan termasuk darah dan pus dari rongga tersebut agar mampu
pemasangan kateter / selang pada WSD berlangsung lebih lama dan dihubungkan dengan
49
robekan pleura
kelebihan antikoagulan
Kondisi inflamasi
Pneumektomi.
Persiapan Alat
Kasa steril
Motor suction
Duk steril
Sumber cahaya
Botol penampung berisis cairan antiseptic ( jumlah botol tergantung dengan sistem
50
WSD
Trocart
Plester / hipavik
Benang jahitan
Persiapan Lingkungan
Persiapan lingkungan
Persiapan klien
Beritahu klien tentang tujuan tindakan dan prosedur tindakan pemasangan WSD
51
Posisikan pasien pada posisi supinasi / fowler tergantung pada tempat yang akan
diinsisi
Kaji klien terhadap kemungkinan adanya cidera pada dada seperti adanya :
Retraksi dada
Adanya nyeri
Posisikan klien dengan posisi fowler atau supinasi atau miring dengan sisi yang
sehat
52
Tentukan lokasi insisi tempat pemasangan selang,cuci tangan.
Apikal
Basal
Lakukan tindakan asepsis dan anti sepsis pada daerah pemasangan WSD dengan
betadine
Lakukan sayatan/ insisi pada kulit yang telah ditentukan sampai batas subcutis
Masukkan selang berukuran 28-36 french untuk mengeluarkan darah / nanah. Bila
Hubungkan selang WSD dengan sistem botol yang sudah diberi cairan antiseptik
sebanyak ± 20 cm
Lakukan penjahitan atau heating pada tempat insisi dan lakukan disinfeksi dengan
Gunakan selang berbahan karet dan harus tertutup dari kemungkinan masuknya
53
udara
luar.
Botol tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari tempat pemasangan selang kecuali
pada
keaadan diklem
Selang hanya boleh diklem dalam waktu beberapa menit untuk mencegah
terjadinya
cairan yang
Persiapan klien
Beritahu klien tentang tujuan tindakan dan prosedur tindakan pemasangan WSD
Posisikan pasien pada posisi supinasi / fowler tergantung pada tempat yang akan
diinsisi
Perawatan WSD
Mengisi bilik water seal dengan air steril sampai batas ketinggian yang sama
dengan 2 cm
H2O
Jika digunakan penghisap,isi bilik control penghisap dengan air steril sampai
Berikan dorongan klien untuk mencari posisi yang nyaman dan pastikan selang
54
tidak tertindih.
Lakukan latihan rentang gerak untuk lengan dan bahu dari sisi yang sakit
Amati adanya kebocoran terhadap udara dalam sistem drainage sesuai yang
tanda-tanda vital
Anjurkan klien mengambil napas dalam dan batuk pada interval yang teratur dan
efektif
Jika klien harus dipindahkan kearea lain,letakkan botol dibawah ketinggian dada.
Jika selang terlepas,gunting ujung yang terkontaminasi dari selang dada dan
selang.Pasang konektor steril dalam selang dada dan selang ,sambungkan kembali
kesistem drainage.
Ganti botol WSD setiap tiga hari atau bila sudah penuh,catat jumlah cairan yang
dibuang.
55
Pelepasan Selang WSD :
Secara bersamaan,pasangkan balutan kecil kedap udara dengan penutup kasa dan
Tidak ada undulasi, namun perlu hati-hati karena tidak adanya undulasi
juga salah
satu tanda yang menyatakan kondisi motor suction tidak jalan, selang
tersumbat /
Selang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan
pada selang.
Perdarahan intercosta
Empisema
Pneumothoraks kambuhan.
56
2. Biopsi
Definisi
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia untuk
tubuh yang tidak diketahui penyebabnya. Banyak kondisi yang dapat didiagnosis dengan
biopsi, misalnya peradangan dalam organ dalam seperti hati, ginjal, yang dapat dilihat
dari sampel biopsi. Kita dapat mengetahui tingkat keganasan yang terjadi.
Kegunaan Biopsi
mendiagnosa berbagai kondisi kesehatan yang berbeda atau untuk mengetahui jenis
penyakit tertentu atau penyebab penyakit. Dalam kasus di mana suatu kondisi yang telah
didiagnosis, biopsi dapat digunakan untuk mengukur seberapa parah kondisi itu atau apa
tahap kondisi itu. Sebagai contoh, biopsi sering dapat membantu untuk mendiagnosis atau
menyingkirkan:
Tumor
Kanker
Penyakit ginjal
57
Jenis-jenis Biopsi
Bentuk yang paling sederhana dari biopsi adalah pengambilan sebagian potongan
tumor yang viable seperti pads kulit atau permukaan lain yang mudah dijangkau
dengan tang pemotong yang sesuai. Prosedur semacam ini umumnya tidak
menimbulkan rasa sakit dan biasanya dilakukan tanpa pemberian Novocain selama
kanker tidak disuplai oleh saraf. Namun, kadang diperlukan biopsi yang melibatkan
jaringan sehat serta yang dicurigai sakit untuk mendapatkan sel yang hidup. Dalam
hal ini , tentu diperlukan anastesi lokal. Ada beberapa jenis biopsi yaitu:
pisau bedah. Anda akan dibius total atau lokal tergantung lokasi massa, lalu dengan
pisau bedah, kulit disayat hingga menemukan massa dan diambil sedikit untuk
diperiksa.
Biopsi eksisional yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai untuk kemudian
diperiksa di bawah mikroskop. Metode ini dilakukan di bawah bius umum atau
lokal tergantung lokasi massa dan biasanya dilakukan bila massa tumor kecil dan
Biopsi jarum yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot
lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar
jarum) dan bisa dilakukan langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan
atau USG sebagai panduan bagi dokter untuk membuat jarum mencapai massa atau
lokasi yang diinginkan. Bila biopsi jarum menggunakan jarum berukuran besar
maka disebut core biopsi, sedangkan bila menggunakan jarum kecil atau halus
sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode ini menggunakan
58
endoskopi sebagai panduannya. Cara ini baik untuk tumor dalam saluran tubuh
masuk ke dalam saluran menuju lokasi kanker, lalu dengan jarum diambil sedikit
Punch biopsy. Biopsi ini biasa dilakukan pada kelainan di kulit. Metode ini
dilakukan dengan alat yang ukurannya seperti pensil yang kemudian ditekankan
pada kelainan di kulit, lalu instrument tajam di dalamnya akan mengambil jaringan
kulit yang ditekan. Anda akan dibius lokal saja dan bila pengambilan kulit tidak
Teknik Biopsi
FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) atau Si Bajah (Sitologi Biopsi Aspirasi
Jarum. Halus) → Menggunakan alat yang terdiri dari tabung suntik plastik
ukuran 10 ml, jarum halus, gagang pemegang tabung suntik, kaca objek dan
desinfektan alkohol atau betadin. Tumor dipegang lembut lalu jarum diinsersi
segera ke dalam tumor. Piston di dalam tabung suntik ditarik ke arah proksimal;
cara demikian sejumlah sel massa tumor masuk ke dalam lumen jarum suntik.
Piston dalam tabung dikembalikan pads posisi semula dengan cara melepaskan
pegangan. Aspirat dikeluarkan dan dibuat sediaan hapus, dikeringkan di udara dan
(bengkak) yang sulit untuk dilihat atau dirasakan. Jarum akan dituntun ke area
59
yang dicurigai dengan bantuan mammography atau ultrasound, dan X-ray akan
irisan dari benjolan. Pada umumnya tipe ini dilakukan pada pembengkakan di
Pengiriman Biopsi
Jaringan harus dimasukkan ke dalam larutan fiksasi secepat mungkin setelah diambil dari
tubuh, apalagi bila organ tersebut mudah membusuk misalnya otak, hati, paru, usus dan
organ dalam lainnya; jangan ditunggu sampai operasi selesai. Fiksasi dapat dilakukan
Sediaan segar yang baru saja diperoleh segera dicelupkan ke dalam fiksasi
botol perendamnya. Untuk mengatasi risiko pengiriman yang sulit dengan botol
yang berisi cairan yang mungkin tumpah, maka setelah sediaan tersebut difiksasi
Setelah kering sediaan dapat dimasukkan ke dalam tabung atau di dalam karton
yang telah disiapkan. Bahan fiksasi sebaiknya digunakan alkohol yang mudah
didapat.
60
Zat-zat ini adalah campuran dari alkohol basa yang memfiksasi sel-sel dan bahan
seperti lilin yang membentuk lapisan pelindung yang tipis di atas sel.
Posisif maligna disebut positif → "mandat" untuk melakukan tindakan lebih lanjut
antara lain survei metastasis, menentukan stadium, memilih alat diagnostik lain bila
Kelainan jinak disebut negatif → belum dapat menyingkirkan adanya kanker; perlu
teknik atau karena situasi tumor, misalnya mudah berdarah, reaksi jaringan ikat
banyak atau tumor terlalu kecil, sehingga sulit memperoleh sel tumor. Dalam
Pemeriksaan Biopsi
Persiapan Biopsi
obat yang membuat pembekuan darah terganggu seperti aspirin, Coumadin dan
61
Konsultasikan pada dokter apakah Anda harus tetap menkonsumsi obat-obatan
Selama Pemeriksaan
Anda akan dibaringkan di atas meja periksa dengan memakai gaun rumah sakit.
Obat bius dimasukkan ke dalam tubuh. Anda akan merasakan sakit menyengat
ringan.
Saat area biopsi sudah terbius, jarum kecil akan dimasukkan ke area yang akan
diteliti.
pembedahan kecil dapat dilakukan agar jaringan atau benjolan dapat diambil
untuk diperiksa.
Daerah biopsi akan ditekan lalu akan dipasang kassa kecil. Jika dilakukan
Setelah Pemeriksaan
Kemungkinan akan ada memar, rasa tidak nyaman ataupun bengkak di tempat
biopsi dilakukan.
Jika perlu, pakailah obat penghilang rasa sakit yang tidak mengandung aspirin.
Letakkan es batu secukupnya di atas luka untuk mengurangi memar dan bengkak.
62
Hindari aktivitas berat ataupun mengangkat beban lebih dari 2,5 kg selama 24
Hasil tes akan dikirim langsung ke dokter Anda. Dokter Anda akan
Bila anda dibawah pengaruh bius umum, maka tindakan biopsi tidak akan
menimbulkan rasa sakit. Tapi bila biopsi dilakukan dengan bius lokal seperti pada
biopsi jarum, maka anda mungkin akan merasakan sensasi nyeri tajam akibat
Biasanya dibutuhkan waktu 2-3 hari, tapi ini tergantung keadaan jaringan dan
Bila hasil biopsi dinyatakan normal, maka tidak ada kelainan atau keganasan pada
jaringan yang diambil. Tapi bila hasil biopsi dinyatakan abnormal, bukan berarti
anda terkena kanker. Hasil abnormal berarti ada kelainan pada jaringan yang bisa
berarti jinak atau ganas jadi tanyakan pada dokter anda intrepetasi yang lengkap.
Bila hasil biopsi anda adalah inconclusive atau tidak dapat disimpulkan, maka
Bila pengambilan sampel tepat dan pemeriksaan sampel jaringan dilakukan oleh
ahlinya, maka biopsi insisional dan biopsi eksisional hampir 100% tepat. Tetapi
khusus untuk biopsi jarum, maka kemungkinan meleset hanya 2-5 kasus dari 100
kasus kanker. Bila hasil biopsi jarum meragukan, maka dokter biasanya akan
63
Efek samping yang mungkin timbul adalah perdarahan, lebam, dan infeksi. Bila
Pemulihan Biopsi
Kebanyakan biopsi hanya akan membutuhkan anestesi lokal, yang berarti bahwa Anda
tidak perlu nginap di rumah sakit. Namun, anestesi umum mungkin diperlukan untuk
operasi, dalam hal ini Anda mungkin harus nginap di rumah sakit. Anda biasanya tidak
merasakan sakit setelah melakukan sebagian besar jenis biopsi, meskipun hal ini
tergantung pada di mana biopsi dari tubuh Anda diambil; Anda mungkin merasa nyeri.
Hal ini dapat diobati dengan obat penghilang rasa sakit atas saran dari dokter atau ahli
bedah. Beberapa jenis biopsi mungkin Anda akan berada di rumah sakit selama beberapa
jam atau memiliki jahitan atau memakai pembalut sebelum Anda meninggalkan rumah
sakit. Seberapa cepat Anda mendapatkan hasil biopsi akan tergantung pada urgensi kasus
Anda dan rumah sakit di mana Anda menjalani prosedur. Jika diduga kondisi serius, hasil
Anda mungkin akan di ketahui dalam beberapa hari. Namun, hal ini sulit untuk
memprediksi karena mungkin ada pemeriksaan lebih lanjut yang diperlukan setelah
pemeriksaan sampel pertama. Sebuah metode pengolahan yang berbeda digunakan ketika
dilakukan biopsi selama operasi. Ini berarti bahwa hasilnya dapat di ketahui dalam
beberapa menit, yang memungkinkan untuk memberikan perawatan yang tepat saat
operasi sedang berlangsung. Dokter Anda, konsultan rumah sakit atau perawat akan
memberikan hasil dan menjelaskan apa yang mereka maksud. Kadang-kadang, biopsi
bisa tidak meyakinkan, yang berarti bahwa hal itu tidak menghasilkan hasil yang
64
definitif. Jika hal ini terjadi, biopsi mungkin perlu diulang atau Anda mungkin harus
A. DEFENISI
Informasi
Adalah informasi kesehatan yang diberikan oleh dokter penanggung jawab pasien
(DPJP) kepada pasien dan atau keluarganya terhadap pasien yang dirawat inap.
Edukasi
pasien maupun keluarganya disesuaikan dengan penyakit yang diderita, keyakinan dari
B. RUANG LINGKUP
PPK memberikan pelayanan kepada pasien dalam bentuk pemberian edukasi medis yang
dibutuhkan secara individual tergantung keadaan pasien. Ruang lingkup pelayanan PPK
meliputi seluruh aspek edukasi yang dibutuhkan pasien yang memperoleh perawatan di RS
65
Santa Anna baik itu rawat jalan maupun rawat inap. Aspek edukasi yang diberikan oleh PPK
Aspek farmasi
Aspek gizi
Aspek Medis
Oleh karena itu, pelayanan PPK melibatkan segenap unsur pelayanan medis yang
Proses pemberian informasi oleh DPJP dilakukan terhadap pasien rawat inap di
ruangan rawat inap pasien.Pemberian edukasi pasien dilakukan oleh staf medis
memperoleh edukasi sesuai dengan penyakit pasiennya, dapat diminta staf medis
Rekam medis.
Pemberian edukasi :
Melakukan proses edukasi di poliklinik rawat jalan dan ruang rawat inap.
66
Perawat dan bidan
Melakukan proses edukasi di ruang poliklinik rawat jalan dan ruang rawat inap.
Apoteker
Ahli gizi
Melakukan proses edukasi di poliklinik rawat jalan dan ruang rawat inap.
Fisioterapis
Melakukan proses edukasi di poliklinik rehabilitasi medis dan ruang rawat inap.
C. TATA LAKSANA
Pendahuluan
pengetahuan dan keterampilan yang spesifik untuk mereka. Untuk itu perlu
Tujuan
kelemahan pasien
Agar semua petugas yang ada di rumah sakit dapat berpartisipasi dalam proses
pendidikan
Pelaksanaan
67
Pasien atau keluarga pasien yang datang berobat ke rumah sakit mengisi form
Perawat melakukan pengkajian pasien sesuai kondisi pasien dan ditulis pada
form assesmen rekam medis yang telah disediakan oleh rumah sakit.
Pendahuluan.
Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh pasien dan keluarga dapat
Tujuan.
Agar dapat dilakukan perencanaan yang baik dalam pemberian edukasi bagi
Agar edukasi dapat diterima dan dipahami oleh pasien dan keluarga sesuai
Pelaksanaan
68
Rumah sakit melakukan asesmen elemen-elemen diatas terhadap pasien dan
keluarganya.
pasien.
Pendahuluan
dan penanganan kesehatan lebih lanjut yang ada di komunitas. Rumah sakit
praktik pencegahan dan peningkatan kesehatan yang sesuai dengan kondisi pasien
Tujuan
rumah sakit.
Pelaksanaan
dikomunitas.
69
Menyampaikan kepada pasien dan keluarganya tentang sumber-sumber
kesehatannya.
Pendahuluan
Rumah sakit memberikan pendidikan secara rutin kepada pasien yang berhubungan
Pedoman nutrisi
Manajemen nyeri
Teknik rehabilitasi
Tujuan
Pelaksanaan
aman.
70
Melakukan pendidikan pasien dan keluarga tentang interaksi obat dengan
makanan.
Pendahuluan
Proses pembelajaran berlangsung dengan baik apabila pasien dan keluarga dapat
memahami dengan baik materi pendidikan yang diberikan. Untuk itu perlu ada
interaksi yang baik antara pendidik dengan yang diberi didikan, dalam hal ini
antara tenaga medis dengan pasien dan keluarga. Interaksi yang baik memerlukan
umpan balik dari pasien dan keluarga untuk menjamin bahwa informasi yang
digunakan.
Tujuan
Staf pendidik dapat memahami kebutuhan didikan yang diperlukan pasien dan
keluarga.
Pasien dan keluarga mengerti dan memahami informasi yang disampaikan staf
medis.
Pelaksanaan
71
Staf pendidik memberi kesempatan pasien dan keluarga untuk berinteraksi
dipahami.
Pendahuluan
Tujuan
Pasien dan keluarga mendapat didikan yang sesuai dengan yang dibutuhkan
secara efektif.
Pelaksanaan
apabila diperlukan.
Staf pendidik memberikan didikan pasien dan keluarga dengan waktu yang
Kelayakan Pemateri .
Komunikasi ada dua macam yaitu lisan dan telepon. Komunikasi antar pasien
72
edukasi. Komunikasi dengan pasien saat memberi informasi dan edukasi
edukasi efektif.
Waktu edukasi
Edukasi dilakukan sejak pasien masuk sampai pulang dari RS. Pihak – pihak
yang terlibat dalam pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga harus
3.3 Pelayanan pasien resiko tinggi dan penyediaan pelayanan resiko tinggi
A. DEFINISI
Pelayanan yang memerlukan peralatan yang kompleks untuk pengobatan penyakit yang
mengancam jiwa, risiko bahaya pengobatan, potensi yang membahayakan pasien atau efek
Pelayanan pada pasien beresiko tinggi berorientasi untuk dapat secara optimal
B. RUANG LINGKUP
73
1. Pasien Rawat Jalan
Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi pasien untuk dilakukan
Perawat memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan dapat
digunakan.
Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau pihak yag
C. TATA LAKSANA
baik rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu serta menolong sesuai
Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga pasien atau
Memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan memastikan pasien
74
Ruang perinotologi harus dijaga minimal satu orang perawar atau bidan, ruangan
tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atu bidan yang menjaga.
Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila akan
Pemasangan CCTV di ruang perinotologi hanya kepada ibu kandung bayi bukan
3. Tata laksana perlindungan terhadap pasien yang berisiko disakiti (risiko penyiksaan,
napi, korban, dan tersangka tindak pidana, korban kekerasan dalam rumah tangga)
Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan mencatat identitas di kantor
perawat, berikut dengan penjaga maupun pengunjung pasien lain yang satu kamar
75
3.3.1 Deteksi (mengenali) Perubahan Kondisi Pasien
A. DEFINISI
1. Early Warning System (EWS) adalah sistem peringatan dini yang dapat diartikan sebagai
rangkaian sistem komunikasi informasi yang dimulai dari deteksi awal, dan pengambilan
keputusan selanjutnya. Diteksi dini merupakan gambaran dan isyarat terjadinya gangguan
funsi tubuh yang buruk atau ketidakstabilitas fisik pasien sehingga dapat menjadi kode
dan atau mempersiapkan kejadian buruk dan meminimalkan dampaknya, penilaian untuk
2. National Early Warning Score (NEWS) adalah sebuah pendekatan sistematis yang
menentukan langkah selanjutnya yang harus dikerjakan. Penilaian ini dilakukan pada
orang dewasa (berusia lebih dari 16 tahun), tidak untuk anak-anak dan ibu hamil.Sistem in
idikembangkan oleh Royal College of Physicians, the Royal College of Nursing, the
National Outreach Forum and NHS Training for Innovatio, London tahun 2012.
fisiologis yaitu tekanan darah sistolik, nadi, suhu, saturasi oksigen, kebutuhan alat bantu
pasien yang tujuannya adalah mencegah hilanya nyawa seseorang dan mengurangi
4. Pediatric Early Warning System (PEWS) adalah penggunaan skor peringatan dini dan
penerapan perubahan kompleks yang diperlukan untuk pengenalan dini terhadap pasien
parameter fisiologis yaitu warna kulit, upaya respirasi, penggunaan alat bantu O2, denyut
76
jantung, waktu pengisian capillary refill, tekanan darah sistolik, tingkat kesadaran dan
suhu kesadaran untuk mendeteksi terjadinya perburukan/ kegawatan kondisi pasien yang
tujuannya adalah mencegah hilangnya nyawa seseorang dan mengurangi dampak yang
klinis, dan menginisiasi respon klinis yang tepat waktu dan sesuai.
b. Pasien hamil
4. NEWS juga dapat diimplementasikan untuk asesmen prehospital pada kondisi akut
sakit tujuan.
77
5. NationalEarly Warning Score (NEWS)
Parameter 3 2 1 0 1 2 3
Oksigen
Penggunaan Ya Tidak
Alat Bantu
O2
38.0 39.0
Darah 100
Sistolik
Jantung
Kesadaran U
TOTAL :
78
6. Skor NEWS dan Respon Klinis yang Diberikan
Monitoring
Rendah monitoring
perawatan kritis)
79
klinisolehtim penjangkauan/ timmedis/ every time
1. PEWS digunakan pada pasien anak/ pediatrik ( berusia saat lahir-16 tahun)
klinis, dan menginisiasi respon klinis yang tepat waktu dan sesuai.
4. PEWS juga dapat diimplementasikan untuk asesmen prehospital pada kondisi akut
80
a. Tabel klasifikasi Umur
insklusi
minggu.
bulan 1 tahun
tahun
tahun
81
12+ 12 tahun – 16 tahun
tahun
82
b. Tabel parameter Pediatrik Eearly Warning Score
Parameter 3 2 1 0 1 2 3
dada
129 149
129 139
Tingkat A V P/ U
kesadaran
TOTAL :
Keterangan :
83
c. Parameter tambahan PEWS
Parameter Tambahan
5. Suhu
Skor frekuensi
meningkatkan
frekuensi monitor
untuktindakan klinis
84
yang tepat
ulang
5 jaga
jaga, DPJP
Emergensi jaga
PANDUAN RESUSITASI
A. DIAGNOSA
1. Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa atau
2. Henti nafas
B. RESUSITASI
Pada pasien datang dalam keadaan tidak sadar lakukan Cek Respon Cek Nadi, Jika tidak
ada Setelah itu panggil bantuan dan bawa alat emergency. Sampai bantuan dan alat datang
85
1. Circulation
Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban/ pasien. Raba arteri karotis yang
terletak dikedua sisi laring diantara jakun. Raba selama 5 detik bila tidak ada
Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban
Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan bantuan
Jari telunjuk dan jari tengah menyusuri tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu
Pada laki-laki diantara kedua palpila mamae, pada perempuan ½ jari diatas
procssesusximoid
Letakan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan
86
Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban secara
teratur sebanyak 30 kali dengan kedalaman 5cm dan kecepatan minimal 100-
120x/menit.
Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada atau merubah posisi tangan pada
Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30:2 ( setiap 30 kali kompresi
Lakukan selama 5x siklus kompresi, setelah itu cek denyut arteri carotis selama
2menit.
Letakkan telapak salah satu tangan tepat ditengah dada penderita ( 2 jari diatas
prosessus xyphoideus).
dada anak.
87
Setelah setiap kompresi, hilangkan tekanan sepenuhnya tanpa melepaskan kontak
antara telapak tangan penolong dengan dada pasien, ulangi dengan kecepatan 100-
120kali permenit.
Setelah 30 kali kompresi berikan 2 kali nafas buatan (bila 1 penolong). Bila 2
Letakkan jari telunjuk dan jari tengah di tengah dada. (2 jari diatas diatas prosessus
xyphoideus).
Berikan tekanan hingga dada tertekan sedalam sepertiga sampai setengah tebal
dinding bayi
antara telapak tangan penolong dengan dada pasien Ulangi dengan kecepatan 100
kali permenit.
Setelah 30 kali kompresi berikan 2 kali nafas buatan (bila 1 penolong). Bila 2
Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik, kecuali bila ia
sudah stabil
Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat pada
88
Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur dan tidak
Terputus.
2. Airway
Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas
oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau
sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah
yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat
dibuka dengan tehnik Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan
Membuka jalan napas: setelah bebas dari sumbatan benda asing lakukan cara
tengadah kepala topang dagu ( head tilt-chin lift) atau cara menekan rahang
Posisikan pasien dalam keadaan telentang, letakan satu tangan didahi dan
letakkan ujung jari yang lain dibawah daerah tulang pada bagian tengah
89
Tengadahkan kepala dengan menekan perlahan dahi pasien.
yang adekuat, gunakan ibu jari untuk menahan dagu supaya bibir bawah
90
Dengan menggunakan jari telunjuk, dorong sudut rahang bawah pasien
Bila perlu dengan menggunakan ibu jari kita dorong bibir bawah sedikit
look,listen and feel( lihat,dengar dan rasakan)tidak dikerjakan lagi kecuali jika tindakan
Terdiri 2 tahap :
Cara ini sudah tidak dianjurkan karena bahaya infeksi, karena itu harus
selalu memakai perantara yang terbuat dari plastik (sungkup) yang dapat
plastic transparan sehingga muntahan dan warna bibir pasien dapat terlihat.
kedua ibu jari dan telunjuk jari tangan kiri serta kanan.
agar rapat.
91
Tiupkan udara melalui pipa di ujung sungkup sampai dada terangkat.
Gunakan ibu jari dan jari telunjuk memegang masker. Jari tengah, jari
D. DEFIBRILATION
Defibrilation adalah suatu terapi dengan memberikan energi listrik yang dilakukan jika
penyebab henti jantung adalah kelainan irama jantung yang disebut fibrilasi ventrikel dan
ventrikel takikardi. Dimasa sekarang ini sudah tersedia alat untuk defibrilasi (defibrilator)
yang dapat digunakan oleh orang awam yang disebut Automatic External Defibrilation
(AED), dimana alat tersebut dapat mengetahui korban henti jantung ini harus dilakukan
defibrilasi atau tidak, jika perlu dilakukan defibrilasi alat tersebut dapat memberikan tanda
kepada penolong untuk melakukan defibrilasi atau melanjutkan bantuan napas dan bantuan
sirkulasi saja.
92
1. Bantuan Hidup Dasar Dengan 2 Penolong
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan bantuan hidup dasar
dengan 2 penolong:
bantuan setelah penolong pertama melakukan satu siklus bantuan yang diakhiri
dihentikan.
2. Penilaian Ulang
kembali,
Jika tidak ada nadi dilakukan kembali kompresi dan bantuan napas dengan
rasio 30 : 2.
Jika ada napas dan denyut nadi teraba letakkan korban pada posisi mantap.
93
Jika tidak ada napas tetapi nadi teraba, berikan bantuan napas sebanyak 10-12
Jika sudah terdapat pernapasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar
jalan napas tetap terbuka kemudian korban / pasien ditidurkan pada posisi sisi
mantap.
E. CODE BLUE
Pelayanan kesehatan gawat darurat sehari hari merupakan hak asasi manusia dan
merupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh rumah sakit sebagai penyelengara pelayanan
ksehatan.Keadaan gawat darurat medik merupakan peristiwa yang dapat menimpa seseorang
atau sekelompok orang dengan tiba-tiba yang dapat membahayakan jiwa sehingga
memerlukan tindakan yang tepat dan cepat agar dapat meminimalkan angka kematian dan
mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Konsep ini di sebut dengan CODE BLUE
merupakan suatu konsep penanganan darurat yang dapat di terapkan secara terpadu dengan
sangat penting. Untuk itu ada hal-hal yang harus di penuhi dalam komunikasi,
yaitu:
94
Menggunakan kata sandi code blue dan menyebutkan lokasi ruangan dan
Bila ditemukan ada pasien dengan kondisi kegawat daruratan di rumah sakit baik
pasien anak maupun dewasa, maka petugas setempat melakukan BHD sambil
berteriak ( Code Blue), Perawat lain yang mendengar teriakan Code Blue
mendeklarasikan situasi “Code Blue” pada pengeras suara dengan maksud tim
“Code Blue” respon cepat dapat mendengarkan panggilan tersebut untuk bergegas
menuju lokasi kejadian, Dokter dan team “Code Blue” yang akan mendapatkan
informasi tentang “Code Blue” akan hadir untuk memeriksa pasien dalam beberapa
saaat kemudian, untuk memberi tindakan selanjutnya, Bila kondisi pasien sudah
selanjutnya di rawat ke unit terkait ( HCU). Petugas satpam dan cleaning service
95
Personal kit :
Tensimeter 1 bh
Stetoskope 1 bh
Senter genggam 1 bh
Thermoter 1 bh
Suction 1 bh
Circulation Support
Venocatch 1bh
Obat-obatan
Lidokain inj 1 bh
Adrenalin inj 1 bh
Nalokson inj 1 bh
Phenobarbital inj 1 bh
Diltiazem iinj 1 bh
96
3.3.3 Pelayanan Darah
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Darah adalah suatu cairan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang berfungsi
sebagai alat pengangkut yaitu, mengambil oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh, mengangkut karbondioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-
paru, mengambil zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh
jaringan tubuh, mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan
melalui kulit dan ginjal, sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit, menyebarkan
Pada tubuh orang dewasa sehat terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau empat
sampai lima liter. Bila terjadi kehilangan darah dalam jumlah banyak dan waktu singkat
akibat perdarahan, pembedahan ataupun komplikasi dari melahirkan, yang paling mendesak
adalah mengganti cairan yang hilang dengan segera. Transfusi sel darah merah dapat menjadi
Berdasarkan latar belakang di atas, dirasa perlu dibuat suatu sistem pencatatan dan
2. Tujuan
97
3. Definisi
Transfusi darah ialah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran darah
penerima ( resipien ).
Darah tersusun dari komponen-komponen eritrosit, leukosit, trombosit dan plasma yang
mengandung faktor pembekuan. Pemberian komponen darah yang diperlukan saja dapat
dibenarkan daripada pemberian whole blood yang lengkap. Prinsip ini lebih ditekankan
lagi pentingnya di bidang pediatri dikarenakan bayi maupun anak yang sedang tumbuh
tidak perlu diganggu sistem imunologisnya oleh antigen yang tidak diperlukan. Pemberian
whole blood hanya dilakukan atas indikasi anemia pasca perdarahan yang akut dan untuk
transfusi tukar.
Pemberian transfusi selain bermanfaat untuk pasien juga mempunyai efek samping
atau komplikasi yang harus dicegah dan ditangani bila terjadi.Komplikasi transfusi bisa
terjadi ringan sampai berat bahkan fatal dan meninggal bila tidak dilaksanakan dengan
aman.Untuk itu pemberian transfusi harus dilakukan secara aman dan rasional agar tidak
Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga
mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah
sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat
bertahan dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah
eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,9±0,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4
% post transfusi 450 ml darah lengkap. Darah lengkap ada 3 macam. Yaitu :
Darah segar
98
Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan.
termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya
sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi
silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan
Darah Baru
Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor.
Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan
Darah Simpan
Darah yang disimpan lebih dari 6 hari. Keuntungannya mudah tersedia setiap saat,
bahaya penularan lues dan sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor
pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi oksigen
oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas Hb terhadap oksigen yang
tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan
kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan asam laktat tinggi.
Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara
Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu
cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan
99
dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik,
Dosis transfusi darah didasarkan atas makin anemis seseorang resipien, makin
sedikit jumlah darah yang diberikan per kali di dalam suatu seri transfusi
darah dan makin lambat pula jumlah tetesan yang diberikan. Hal ini dilakukan
Penurunan kadar Hb 1-2 hari pasca transfusi, maka harus dipikirkan adanya
auto immune hemolytic anemia. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji coombs
dari serum resipien terhadap eritrosit resipien sendiri atau terhadap eritrosit
Dibuat dengan cara mencampur packed red cell dengan cairan pelarut dalam
Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan
saline, sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa
diberi human plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi
sekunder yang terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6 jam).
100
Washed red cell dipakai dalam pengobatan acquired hemolytic anemia dan
exchange transfusion.
Kandungan utama berupa granulosit dengan volume 50-80 ml. Suhu simpan
granulosit diberikan bila penderita netropenia dengan panas tinggi telah gagal
diobati dengan antibiotik yang tepat lebih dari 48 jam. Transfusi granulosit
anemia aplastik yang jumlah leukositnya 2000/mm3 atau kurang dengan suhu
Bila tidak diperoleh donor yang cocok golongan ABO-nya maka dapat dipilih
pembuatan dan diberikan secara intravena langsung atau dengan tetesan cepat.
Efek pemberian transfusi granulosit ini akan tampak dari penurunan suhu, bukan
dari hitung leukosit penderita. Penurunan suhu terjadi sekitar 1-3 hari pasca
transfusi.
Suspensi trombosit
101
Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena
spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang dari
anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang karena
Macam sediaan:
Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar.
Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada Platelet Rich
kemudian memisahkannya dari plasma yang diatas yang berupa Platelet Poor
Plasma
102
pada nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki
diperlukan untuk mengikat bilirubin bebas yang toksis terhadap jaringan otak
bayi. Tindakan ini biasanya mendahului suatu tindakan transfusi tukar. Dosis yang
Plasma cair
Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan packed
red cell.
Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun).
Fresh Frozen Plasma ( FFP )Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah
segar dan langsung dibekukan pada suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik
dan faktor pembekuan labil, dengan volume 150-220 ml. Suhu simpan -18°C atau
lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan faktor
Cryopresipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII atau anti
103
kurangnya AHG di dalam darah penderita hemofili A. AHG tidak bersifat genetic
marker antigen seperti granulosit, trombosit atau eitrosit, tetapi pemberian yang
terhadap faktor VIII. Karena itu pemberiannya tidak dianjurkan sampai dosis
dicairkan pada suhu 4-6°C. Akibat proses pencairan terjadi endapan yang
pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan
Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditransfusikan
Heated plasma
Plasma dipanaskan pada suhu 60°C selama 10 jam. Bahaya hepatitis berkurang.
Heated plasma mengandung albumin 88%, globulin 12%, NaCL 0,06%, coprylic
Albumin
Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen dipisahkan dari
5% atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan osmotik sama dengan 400
ml plasma biasa
B. RUANG LINGKUP
104
Ruang lingkup panduan ini meliputi pembahasan tentang alur permintaan sediaan dan
komponen darah, indikasi transfusi darah, tata cara pemberian transfusi darah dan komponen
Pelayanan transfusi darah di RS. Santa Anna di laksanakan sesuai indikasi dari hasil
Semua pasien dan keluarga yang akan diberikan pelayanan transfusi darah harus
mendapat penjelasan dan keluarga atau pasien memberikan persetujuan dalam form
informed consent
Pengadaan darah dialakukan di instansi PMI dengan adanya hubungan kerja sama
MOU
Pemberian pelayanan transfusi darah dilakukan setelah poin 1-4 sudah dilaksanakan
Melakukan Informed Consent bahwa akan dilakukan transfusi darah terhadap pasien
transfusi, maka form permintaan transfusi PMI diisi sesuai kebutuhan. Sampel darah
pasien diambil dan kemudian dibawa ke Unit Transfusi Darah (UTD) PMI.
cairan.
105
Anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain.
Plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan plasma substitute
hilang/kurang.
Berdasarkan pada tujuan di atas, maka saat ini transfusi darah cenderung
sel darah merah, granulosit, trombosit, dan plasma darah yang mengandung protein
komponen darah untuk pasien yang memerlukannya, sehingga efek samping transfusi
anemia, transfusi baru layak diberikan jika pasien menunjukkan tanda “Oxigen Need”
yaitu rasa sesak, mata berkunang, berdebar (palpitasi), pusing, gelisah atau Hb <6
gr/dl. Pemberian sel darah merah, sering digunakan apabila kadar Hb kurang dari 6
gr%, dan hampir tidak diperlukan bila Hb lebih dari 10 gr% dan kalau kadar Hb antara
6-10gr%, maka transfusi sel darah merah atas indikasi keadaan oksigenasi pasien.
oksigenasi pasien tersebut. Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi
dengan cairan elektrolit saja. Kehilangan lebih daripada itu, setelah diberi cairan
106
Habibi dkk memberikan petunjuk bahwa dengan pemberian satu unit PRC akan
Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.
Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah mancapai
transfusi
107
harus didukung dengan pertimbangan gejala dan tanda serta dalam rangka
Klinisi harus menyadari dan waspada terhadap resiko infeksi yang dapat
memberikan transfusi
Petugas yang sudah dilatih harus melakukan monitoring pasien yang sedang
memperoleh transfusi dan memberikan respon segera bila terjadi efek samping
transfusi.
Reaksi-reaksi transfusi.
imunologis
Transfusi haemochromatosis.
108
Reaksi pyrogenik dapat timbul selama atau setelah transfusi, reaksi khas berupa
ditransfusikan atau dari alat yang dipakai untuk transfusi. Pyrogen merupakan
Reaksi alergi terdiri dari 2 mekanisme yaitu antigen dari donor dan antibodi dalam
serum orang sakit bereaksi, antibodi dalam serum donor yang secara pasif
ditransfer pada pasien beredar dengan antigen yang ada pada pasien. Antigen
mungkin terdapat pada sel darah putih atau trombosit atau pada plasma donor.
Reaksi alergi :
Anafilaksis dengan gejala syok disertai atau tanpa pireksia, dapat terjadi
kegagalan sirkulasi primer akut, nadi cepat, tekanan darah turun, pernapasan
berat.
Urtikaria bersifat umum, reaksi berat dapat timbul asma, peningkatan temperatur,
Sirkulasi yang overload terjadi karena setelah pemberian yang cepat dan banyak
terutama karena tambahan cairan koloid dan seluler, terjadi terutama pada
109
Reaksi darah yang terkontaminasi bakteri khas dengan tanda kenaikan temperatur
Intoksikasi citrat akibat pengumpulan citrat dalam darah dan pengurangan ion
calcium, citrat diekskresikan oleh ginjal dan dimetabolisme dalam hepar, dapat
terakumulasi dalam darah selama transfusi pasien dengan penyakit liver dan ginjal
Penanganan:
Perlambat Transfusi
Bila tidak ada perubahan dalam waktu 30 menit atau gejala memburuk
Penanganan :
Hubungi segera dokter jaga ruangan, dokter yang merawat dan Petugas
BankDarah.
Kirim sisa darah transfusi dan sampel darah baru yang diambil dari vena
pasien Trombositopenia.
110
Kumpulkan Urine 24 jam untuk pemeriksaan hemoglobinuria (hemolisis ).
Bila tak ada perbaikan dalam waktu 15 menit atau gejala bertambah parah
Gejala: demam, gelisah, nyeri dada, hipotensi (penurunan TD Sistolik 20%), takikardi,
sesak nafas, hemoglobinuria (urin warna merah), perdarahan yang tidak diketahui
sebabnya (DIC)
Penanganan:
Kirim sampel darah dan sisa darah transfusi untuk pemeriksaan laboratorium.
manajemen DIC
111
4. Pemberian Darah Dan Komponen
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pemberian transfusi antara lain :
Pemberian darah dilakukan atas instruksi dokter dan dengan persetujuan keluarga
( informed consent ).
Darah yang diberikan telah dilakukan uji saring dan uji cocok serasi.
Darah yang diberikan belum kadaluarsa , tidak rusak, tidak berubah warna.
Ada resiko terjadi proliferasi bakteri atau penurunan fungsi saat darah dikeluarkan
dikeluarkan dari tempat penyimpanan dan diberikan dalam waktu < 4 jam.Darah
tidak perlu dihangatkan kecuali untuk transfusi cepat dan transfusi tukar.
Trombosit dan FFP pemberiannya harus habis dalam 20 menit agar tidak
pertama pemberian transfusi. Kemudian observasi tiap jam dan saat selesai.
Observasi suhu, tekanan darah, respirasi, keadaan umum pasien. Laporkan segera
transfusi, waktu transfusi selesai, volume dan jenis darah yang diberikan.
Sebelum dan sesudah pemberian transfusi, cairan infuse yang dipakai harus NaCl
112
3.3.4 Pelayanan Pasien Koma Dan Yang Menggunakan Ventilator
PANDUAN VENTILAROR
A. PENDAHULUAN
1. Definisi
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan
pemberian oksigen dalam waktu yang lama. (Brunner dan Suddarth, 1996).
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah suatu alat
bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan.
Ventilator mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk menggantikan
atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian dukungan
ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan
2006)
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau negative
yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien sehingga mampu
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Tujuan
113
secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolic pasien, memperbaiki
B. RUANG LINGKUP
Mengarahkan asuhan pasien yg menggunakan peralatan alat bantu hidup dasar atau
ventilator
C. TATA LAKSANA
Respiratory Arrest.
Penyebab sentral
Penyebab perifer
Kelaian Neuromuskuler:
Tetanus
114
Trauma servikal.
Asma broncheal.
Kelainan di paru.
Kelainan jantung.
bila :
Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
4. Macam-macam Ventilator
Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan.
115
Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah
ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi
dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka
volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan
oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit) Normal ratio I : E
(inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2
5. Mode-Mode Ventilator
tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator, tetapi tergantung dari mode
Mode Control.
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien. Ini
diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau
bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan
ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator,
tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar,
116
mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila
pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi
dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah
Mandatory Ventilation.
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan
nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada
frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau
ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu
IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang
masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya
dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila
pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak
diberikan.
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada
117
Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-
6. Sistem Alarm
adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm
cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm volume rendah menandakan kebocoran.
Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam kondisi
siap.
pertahanan tubuh unmtuk pelembaban dan penghangatan. Dua proses ini harus
digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier. Semua udara yang dialirkan
dari ventilator melalui air dalam humidifier dihangatkan dan dijenuhkan. Suhu udara
diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh. Pada kasus hipotermi berat, pengaturan
suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu yang terlalu Tinggi dapat menyebabkan luka
bakar pada trachea dan bila suhu terlalu rendah bisa mengakibatkan kekeringan jalan
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis
berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran
memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif dan
118
menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung
terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi
penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka
bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada
kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga darah yang menuju atrium
kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi
bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih
dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya
pneumothorax.
hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax darah
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya
Pada paru
vaskuler.
Infeksi paru
119
Keracunan oksigen
Vasokonstriksi cerebral
Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari
hipoventilasi.
Gangguan kesadaran
Gangguan tidur.
Perdarahan lambung.
Gangguan psikologi
120
Sebelum memasang ventilator pada pasien, lakukan tes paru pada ventilator untuk
5) PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi:0-
5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk
mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan
perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh hasil
3.3.5 Pelayanan Pasien Penyakit Menular Dan Penurunan Daya Tahan (Immuno-
suppressed)
(IMMUNO-SUPPRESSED)
A. IMMUNNOSUPRESED
1. Latar Belakang
Sistem imun tubuh dapat membedakan antara antigen diri (self antigen) dengan
fungsifisiologis terhadap berbagai perubahan dari luar. Jika suatuan antigen asing masuk
kedalam tubuh akan timbul respons imun, tetapi pada keadaan tertentu dapat tidak timbul
respons imun. Suatu antigen disebut imunogen bila mampu membangkitkan respons imun,
121
jadi bersifat imunogenik. Sebaliknya kalau tidak menimbulkan respons imun disebut bersifat
tolerogenik dan menimbulkan imunotoleransi. Pada keadaan tertentu respons imun dapat
memberikan keadaan patologik misalnya pada keadaan hipersensitivitas, atau dapat juga
ditimbulkan oleh karena gangguan regulasi system imun, autoimunitas, dan defisiensi imun.
tersebut menjadi normal kembali dengan cara menekan fungsi imun yang berlebihan
(imunopotensiasi).
2. Imunosupresi
Imunosupresi adalah usaha untuk menekan respons imun, jadi berfungsi sebagai
control negative atau regulasi reaktivitas imunologik. Dalam klinik kegunaannya adalah untuk
mencegah reaksi penolakan pada transplantasi organ tubuh, dan menekan serta menghambat
pembentukan antibody pada penyakit autoimun. Imunosupresi dapat dilakukan dengan obat
3. Imunosupresan
Kortikosteroid
leukosit, menimbulkan limfopenia terutama selTh, dan dalam dosis tinggi menekan
Azatioprin adalah inhibitor mitosis, bekerja pada fase S, menghambat sintesis asami
nosinat, prekursorpurin, asam adenilat dan guanilat. Baiksel T maupun sel B akan
122
dan mengakibatkan hambatan penggandaan sel. Azatioprin berperan menekan
fungsi system imun selular yaitu menurunkan jumlah monosit dan fungsi sel K. Pada
dosis 1-5 mg/kgBB tidak berpengaruh pada system imun humoral. Dengan
menurunkan fungsi system selular ini maka penerimaan transplant dipermudah dan
menghambat transkripsi gen yang menyandi IL-2 dan IL-2R. Siklosporin A adalah
produksi limfokin sel Th, dan meningkatkan aktivitas selTs. Pada transplantasi
Globulin antilimfosit
Radiasi
Radiasi sinar X terutama digunakan karena sifatnya sebagai sitosida pada sel
neoplasma tertentu.
Lactoferrin
1,25-dihydroxy-vitamin D3
123
Zatinia dalah suatu analog vitamin D yang bersifat sinergis dengan deksametason
binatang menghambat ekspresi gen sitokin Th-1 yaitu IFN-g, IL-2 dan TNF-b.
124
PKB, protein kinase B; R, receptor; STAT5, signal transducer and activator of
125
4. Penggunaan Imunosupresi
merupakan terapi alternative utama pada pasien tanpa kesesuaian HLA. Kombinasi
siklosporin memberikan respon sekitar 75%. Keberhasilan jangka panjang terapi IST
(MDS) dan acute myeloid leukemia (AML) dapat ditemukan pada anak penderita
126
Terapi Imunosupresi pada Transplanstasi Ginjal. Pemeliharaan dengan terapi
imunosupresif pada transplanstasi ginjal biasanya menggunakan tiga jenis obat, setiap
imunosupresif. Inhibitor calcine urin merupakan agen oral yang paling poten dan telah
secara luas dikembangkan untuk ketahanan singkat terhadap reaksi Graft. Efek
perlahan dan progresif dengan karakteristik pola histopatologik (juga terlihat pada
resipien transplantasi jantung dan hati). Efek samping tracolimus umumnya sama
dengan cyclosporine, tetapi memiliki resiko lebih tinggi akan terjadinya hiperglikemi
pada terapi kombinasi dengan inhibitor calcineurin dan prednisone. Efek samping
utama dari mycophenol atemofetil adalah gastrointestinal (yang paling sering adalah
kombinasi bersama obat-obat lain, terutama saat inhibitor calcineurin tereduksi atau
B. PENYAKIT MENULAR
127
1. Ruang lingkup
Penggunaan kamar isolasi diterapkan kepada semua pasien rawat inap yang
mengidap penyakit infeksi menular yang dianggap mudah menular dan berbahaya;
Pelaksana Panduan ini adalah semua elemen rumah sakit beserta pasien dan
keluarga.
2. Prinsip
Setiap pasien dengan penyakit Infeksi menular dan dianggap berbahaya dirawat di
ruang terpisah dari pasien lainnya yang mengidap penyakit bukan infeksi.
Penggunaan Alat pelindung diri diterapkan kepada setiap pengunjung dan petugas
Pasien yang rentan infeksi seperti pasien luka bakar, pasien dengan penurunan
Pasien yang tidak termasuk kriteria diatas dirawat diruang rawat inap biasa.
Pasien yang dirawat dirung isolasi, dapat di dipindahkaa keruang rawat inap biasa
apabila telah dinyatakan bebas dari penyakit atau menurut petunjuk dokter
128
Mencegah terjadinya infeksi terhadap pengunjung kamar isolasi atau pasien yang
Mengidentifikasi setiap kelalaian yang timbul dalam Ruang Isolasi dan memastikan
Direktur
C. RUANG ISOLASI
1. Pengertian Isolasi
Isolasi adalah segala usaha pencegahan penularan/ penyebaran kuman pathogen dari
rekomendasi WHO dan CDC tentang kewaspadaan isolasi untuk pasien dengan
penyakit infeksi airborne yang berbahaya seperti H5N1, kewaspadaan yang perlu
dilakukan meliputi:
Kewaspadaan standar
129
Perhatikan kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak
Kewaspadaan kontak
Gunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontak dengan pasien Gunakan
dan lain-lain
Perlindungan mata
Gunakan kacamata pelindung atau pelindung muka, apabila berada pada jarak 1
Kewaspadaan airborne
Tempatkan pasien di ruang isolasi airborne, Gunakan masker N95 bila memasuki
ruang isolasi.
dan pembersihannya
Urinal dan pispot untuk pasien harus dicuci dengan memakai disinfektan.
130
Ruang ganti umum
Stasi perawat
Ruang dekontaminasi
Modular minimal = 3 x 3 m2
Pengkondisian udara keluar ke arah inlet saluran buang ruang rawat isolasi
131
Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
Harus sehat
Pergunakan barrier nursing seperti pakaian khusus, topi, masker, sarung tangan, dan
sandal khusus
Berbicara seperlunya
5. Alat-alat
132
Alat suntik bekas dibuang pada tempat tertutup dan dimusnahkan
6. Kategori Isolasi
penyebaran kuman terdiri dari isolasi ketat, isolasi kontak, isolasi saluran pernafasan,
tindakan pencegahan enterik dan tindakan pencegahan sekresi. Secara umum, kategori
Isolasi Ketat
Tujuan isoasi ketat adalah mencegah penyebaran semua penyakit yang sangat
menular, balk melalui kontak langsung maupun peredaran udara. Tehnik ini
kontak langsung maupun peredaran udara. Tehnik ini mengharuskan pasien berada
di kamar tersendiri dan petugas yang berhubungan dengan pasien harus memakai
pakaian khusus, masker, dan sarung tangan Berta mematuhi aturan pencegahan
yang ketat. Alatalat yang terkontaminasi bahan infektsius dibuang atau dibungkus
dan diberi label sebelum dikirim untuk proses selanjutnya. Isolasi ketat diperlukan
pada pasien dengan penyakit antraks, cacar, difteri, pes, varicella dam herpes
Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruang perawatan isolasi ketat
yaitu:
Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negative dibanding tekanan
di koridor.
133
Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan menggunakan filter HEPA
Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri. Pasien tidak boleh membuang
ludah atau dahak di lantai - gunakan penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai
(disposable).
Isolasi Kontak
melalui kontak langsung. Pasien perlu kamar tersendiri, masker perlu dipakai bila
mendekati pasien, jubah dipakai bila ada kemungkinan kotor, sarung tangan dipakai
setiap menyentuh badan infeksius. Cuci tangan sesudah melepas sarung tangan dan
diperlakukan seperti pada isolasi ketat. Isolasi kontak diperlukan pada pasien bayi
atau infeksi kulit oleh streptococcus grup A, herpes simpleks diseminata, infeksi
cara kontak langsung dan peredaran udara. Cara ini mengharuskan pasien dalam
Tujuannya untuk mencegah infeksi oleh pathogen yang berjangkit karena kontak
langsung atau tidak langsung dengan tinja yang mengandung kuman penyakit
menular. Pasien ini dapat bersama dengan pasien lain dalam satu kamar, tetapi
134
dicegah kontaminasi silang melalui mulut dan dubur. Tindakan pencegahan enteric
dilakukan pada pasien dengan diare infeksius atau gastroenteritis yang disebabkan
pathogen.
Tujuannya untuk mencegah penularan infeksi karena kontak langsung atau tidak
langsung dengan bahan purulen, sekresi atau drainase dari bagian badan yang
berhubuangan langsung harus memakai jubah, masker, dan sarung tangan. Tangan
harus segera dicuci setelah melepas sarung tangan atau sebelum merawat pasien
balutan. Tindakan pencegahan sekresi ini perlu untuk penyakit infeksi yang
Isolasi Protektif
Tujuannya untuk mencegah kontak antara pathogen yang berbahaya dengan orang
yang daya rentannya semakin besar, atau melindungi seseorang tertentu terhadap
semua jenis pathogen, yang biasanya dapat dilawannya. Pasien harus ditempatkan
perlu. Misalnya pada pasien yang sedang menjalani pengobatan sitoststika atau
imunosupresi.
7. Lama Isolasi
Lama isolasi tergantung pada jenis penyakit, kuman penyebab dan fasilitas laboratorium,
yaitu :
135
sampai penyakit sembuh (misalnya herpes, limfogranuloma venerum,
khusus untuk luka atau penyakit kulit sampai tidak mengeluarkan bahan
menular)
leptospirosis)
Perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan Alat Perlindungan Diri
(APD).
Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaian umum, masukkan
Pintu keluar dari Ruang Perawatan isolasi harus terpisah dari pintu masuk.
Pasien telah dinyatakan tidak menular atau telah diperbolehkan untuk dirawat di
136
HIV
pada tubuh manusia.Orang yang terkena virus ini akan rentan terhadap infeksi
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-
banar disembuhkan.
dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama masa
inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus lainnya HIV menginfeksi dalam proses
yang panjang (klinik laten), dan utamanya penyebab munculnya tanda dan gejala
menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan
sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang
salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel
darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker
atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai
CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau
limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh
manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar
137
terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan
semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007).
ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse
menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu
HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan
kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel
atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam
kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai
dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur.
Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Zein, 2006)
AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti
melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang
138
defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV (Brooks, 2009). Virus
HIV ini akan menyerang sel-sel sistem imun manusia, yaitu sel T dan sel CD4
yang berperan dalam melawan infeksi dan penyakit dalam tubuh manusia. Virus
HIV akan menginvasi sel-sel ini, dan menggunakan mereka untuk mereplikasi
lalu menghancurkannya. Sehingga pada suatu tahap, tubuh manusia tidak dapat
lagi mengatasi infeksi akibat berkurangnya sel CD4 dan rentan terhadap berbagai
pertahanan tubuh terlalu lemah untuk melawan infeksi, di mana infeksi HIV pada
Etiologi
Virus ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas
morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris
dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi
retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur
ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase
awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus
terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada
HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev
139
transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi
khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain (Brooks, 2005).
Pathofiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang
virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut
sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang
juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai
sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang
membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga
keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.
Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4
dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
140
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi
Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah
sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah.
Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel
per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu
gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):
o Gejala mayor:
141
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
o Gejala minor:
b. Dermatitis generalisata
d. Kandidias orofaringeal
f. Limfadenopati generalisata
i. Sakit kepala.
j. Sulit berkonsentrasi
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008),
Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi.
Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit
orang lain.
142
Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih.
Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh,
pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare,
Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah
terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir
Menurut Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat
Fase akut
Sekitar 50-70% penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar 3-6 minggu
viremia. Tetapi demam, ruam kulit, faringitis dan mialgia jarang terjadi jika
seseorang itu diinfeksi melalui jarum suntik narkoba daripada kontak seksual.
Selepas beberapa minggu gejala-gajala ini akan hilang akibat respon sistem imun
terhadap virus HIV. Sebanyak 70% dari penderita HIV akan mengalami
Fase asimptomatik
143
Fase ini berlaku sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini virus HIV akan
langsung berkorelasi dengan tingkat RNA virus HIV. Pasien dengan tingkat RNA
virus HIV yang tinggi lebih cepat akan masuk ke fase simptomatik daripada
Fase simptomatik
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah
terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir
o Hubungan Seks.
o Tranfusi darah
o Gunakan kondom terutama untuk kelompok prilaku resiko tinggi dan jangan
o Jauhi narkoba.
2. MORBILI
Pengertian Morbili
144
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-
gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet,
pembesaran serta nyeri limpa nadi (Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000).
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi
secara droplet dan kontak langsung dengan pasien. Nama lain penyakit ini adalah
campak, measles, atau rubeola. (Arif mansjoer, 2000). Campak yang disebut juga
dengan measles atau rubeola merupakan suatu penyakit infeksi akut yang sangat
Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui percikan liur (droplet) yang
terhirup.
Ruang lingkup
Pasien rawat jalan dan rawat inap dengan penyakit Morbili ( campak )
Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yaitu Rubeola yang terdapat dalam sekret
nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-
bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus
Morbilivirus. Virus ini memiliki RNA rantai tunggal, sampai saat ini hanya ada satu
serotipe yang diketahui dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Cara penularan
Pathofisiologi
145
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan berkembang
biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut
pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama.Virus menyebar pada
semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari
infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik
ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan
yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit
menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan
demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin
berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan
berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis.
Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan
ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses
ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi
walaupun banyak spesies lain, termasuk kera, anjing, tikus, dapat terinfeksi secara
sekunder bersemai pada permukaan epitel tubuh, termasuk kulit, saluran pernafasan,
dan konjungtiva, dimana terjadi replikaksi fokal. Campak dapat bereplikasi dalam
limfosit tertentu, yang membantu penyebarannya di seluruh tubuh. Sel datia berinti
banyak dengan inklusi intranuklir ditemukan dalam jaringan limfoid di seluruh tubuh
146
(limfonodus, tonsil, apendiks). Peristiwa tersebut di atas terjadi selama masa inkubasi,
yang secara khas berlangsung 9-11 hari tetapi dapat diperpanjang hingga 3 minggu
pada orang yang lebih tua. Mula timbul penyakit biasanya mendadak dan ditandai
dengan koriza (pilek), batuk, konjungtivitis, demam, dan bercak koplik dalam mulut.
Bercak koplik -patognomonik untuk campak- merupakan ulkus kecil, putih kebiruan
pada mukosa mulut, berlawanan dengan molar bawah. Bercak ini mengandung sel
datia, antigen virus, dan nukleokapsid virus yang dapat dikenali. Selama fase
prodromal, yang berlangsung 2-14 hari, virus ditemukan dalam air mata, sekresi
hidung dan tenggorokan, urin, dan darah. Ruam makulopopuler yang khas timbul
setelah 14 hari tepat saat antibody yang beredar dapat dideteksi, viremia hilang, dan
demam turun. Ruam timbul sebagai hasil interaksi sel T imun dengan sel terinfeksi
virus dalam pembuluh darah kecil dan berlangsung sekitar seminggu. Pada pasien
dengan cacat imunitas berperantara sel, tidak timbul ruam. Keterlibatan system saraf
pusat lazim terjadi pada campak. Ensefalitis simptomatik timbul pada sekitar 1:1000
kasus. Karena virus penular jarang ditemukan di otak, maka diduga reaksi autoimun
menular yang progresif akut dapat timbul pada pasien dengan cacat imunitas
berperantara sel. Ditemukan virus yang bereplikasi secara katif dalam otak dan hal ini
subakut. Penyakit fatal ini timbul bertahun-tahun setelah infeksi campak awal dan
disebabkan oleh virus yang masih menetap dalam tubuh setelah infeksi campak akut.
Jumlah antigen campak yang besar ditemukan dalam badan inklusi pada sel otak yang
terinfeksi, tetapi partikel virus tidak menjadi matang. Replikasi virus yang cacat adalah
akibat tidak adanya pembentukan satu atau lebih produk gen virus, sering kali protein
147
matriks. Tidak diketahui mekanisme apa yang bertanggung jawab untuk pemilihan
virus patogenik cacat ini. Adanya virus campak intraseluler laten dalam sel otak pasien
untuk membasmi infeksi virus. Ekspresi antigen virus pada permukaan sel dimodulasi
oleh penambahan antibodi campak terhadap sel yang terinfeksi dengan virus campak.
Dengan menngekspresikan lebih sedikit antigen virus pada permukaan, sel-sel dapat
menghindarkan diri agar tidak terbunuh oleh reaksi sitotoksik berperantara sel atau
Anak- anak yang diimunisasi dengan vaksin campak yang diinaktivasi kemudian
dipaparkan dengan virus campak alamiah, dapat mengalami sindroma yang disebut
campak atipik. Prosedur inaktivasi yang digunakan dalam produksi vaksin akan
antibody yang baik terhadap protein H, tanpa adanya infeksi antibody F dapat dimulai
dan virus dapat menyebar dari sel ke sel melalui penyatuan. Keadaan ini akan cocok
untuk reaksi patologik imun yang dapat memperantarai campak atipik. Vaksin virus
Maifestasi klinis
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemudian
ditandai oleh demam ringan hingga sedang, batuk kering ringan, coryza,
morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu,
148
bukalis berhadapan dengan molar dibawah, tetapi dapat menyebar tidak teratur
mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat pula ditemukan
pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankula lakrimalis. Bercak
tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18 jam.
merah dipalatum durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk
dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini
adalah “Black Measles” yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit,
tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi
3. TUBERCULOSIS
Pengertian
149
TBC adalah suatu infeksi kronik jaringan paru yang disebabkan Mycobacterium
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya ( Depkes RI,
2006 ).
parenkim paru, dapat juga ditularkan kebagian tubuh yang lainnya (Brunner,
2002).
Gejala TB dapat dibagi menjadi gejala sistemik dan gejala respiratorik. Secara
sistemik pada umumnya penderita akan mengalami Demam tidak tinggi selama > 1
bulan, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
Adapun gejala repiratorik atau gejala saluran pernafasan adalah batuk. Batuk bisa
berlangsung secara terus-menerus selama 3 mingggu atau lebih. Hal ini terjadi
produktif sebagai upaya untuk membuang ekskresi peradangan berupa dahak atau
Kadang gejala respiratorik ini ditandai dengan batuk berdarah. Hal ini disebabkan
karena pembuluh darah pecah, akibat luka dalam alveoli yang sudah lanjut. Batuk
darah inilah yang sering membawa penderita berobat ke dokter. Apabila kerusakan
sudah meluas, timbul sesak nafas dan apabila pleura sudah terkena, maka disertai
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB,
seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat
150
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek)
pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
BTA negatif;
diperlukan untuk:
timbulnya resistensi,
151
Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.
Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan
lain-lain.
BTA positif.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
152
TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto
Catatan:
Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru, maka untuk
paru.
Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka
dicatat sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.
Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
153
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain
Kasus lain:
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok
ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA
Catatan:
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh,
gagal, default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus
A. PENDAHULUAN
154
1. Latar Belakang
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan masalah besar di Indonesia. Prevalensi PGK
di Indonesia dilaporkan sebanyak 12,5% dari populasi dewasa. Diperkirakan saat ini
15.000 orang pada tahun 2010. Sehingga jumlah pasien yang belum terlayani
sangatlah besar.
Pada usia anak, belum ada data nasional mengenai angka kejadian PGK maupun
jumlah pasien yang memperoleh pengobatan pengganti ginjal. Data lokal di …….
Jakarta (tahun 1991-1995) menyebutkan angka kejadian PGK pada anak sebesar 4,9%
dari 668 penderita penyakit ginjal yang dirawat inap, dan 2,6% dari 865 penderita
penyakit ginjal yang berobat jalan. Belum semua anak yang terindikasi memperoleh
pengobatan pengganti ginjal, dapat menjalani dialisis atau transplantasi ginjal akibat
melaporkan angka kesintasan yang cukup besar yaitu 77%, jika dialisis atau
transplantasi ginjal dapat dilakukan pada anak yang mengalami gagal ginjal terminal
(GGT). Terapi definitif pada kasus GGT adalah transplantasi ginjal, namun
psikologis maupun finansial. Oleh sebab itu upaya pengadaan pelayanan hemodialisis
pada anak mutlak diperlukan, untuk memberikan angka kesintasan yang baik bagi
Melihat besarnya jumlah tindakan dan kecenderungan peningkatan jumlah pasien yang
155
2. Tujuan
Buku panduan ini bertujuan untuk memberikan suatu pedoman dalam pelaksanaan
dan komprehensif.
3. Ruang Lingkup
Unit kerja hemodialisis baik untuk pasien dewasa maupun anak yang sedang menjalani
4. Dasar Hukum
Hemodialisis (HD) adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat
khusus dengan tujuan mengatasi gejala dan tanda akibat laju filtrasi glomerulus yang
6. Tujuan
Memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup pasien agar tetap aktif dan Produktif.
berkelanjutan.
berkekurangan.
156
7. Sasaran
Bila pasien belum terpasang akses vaskuler digunakan pungsi femoral atau
tanggung jawab dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi
ruang Hemodialisis.
Pasien rutin
Pembuatan akses vaskuler ditujukan kepada pasien pre dialisis yang sudah
perjanjian sebelumnya.
Pasien Emergensi
Pasien rawat jalan yang akan melakukan cito hemodialisa dianjurkan melalui
ruang emergenci terlebih dahulu untuk dilakukan pemeriksaan oleh dokter IGD
157
apakah perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, rontgen, EKG, dll yang
158
8. Struktur Organisasi
Direktur
dr. Mario Polo Widjaya,M.Kes.,Sp.OT
Satrina,Amd.Kep
Perawat Pelaksana
1. HCU 1. Radiologi
2. Rawat Jalan 2. Laboratorium
3. Rawat Inap 3. Fisioterapi
4. Kamar Operasi 4. Farmasi
5. IGD 5. Rekam Medik
159
9. Kompetensi
Penanggung jawab
Perawat Mahir
Perawat yang telah menempuh pendidikan khusus dialisis dan perawat ginjal
Perawat Pelaksana
Teknisi
Petugas teknik khusus mesin HD yang disediakan oleh provider. Bertugas untuk
160
11. Konsep Pelayanan Hemodialisis
Pasien Baru
Pasien
o Pasien membawa hasil tertulis seperti : foto torak, USG abdomen, BNO-
NB. Pada pasien baru kadar Hb dalam darah harus lebih dari 7, jika kurang
Dokter Internist
Perawat Hemodialisis
161
o Menjelaskan proses dialisis berlangsung.
o Menjelaskan biaya dialisis bila pasien bayar sendiri dan pemakaian obat-
obatan .
Ahli Gizi
o Batasan cairan yang dianjurkan ( jumlah urine /24 jam + 500 cc air ).
Pasien Rutin
Perawat Hemodialisis
162
Pasien baru/ lama dan keluarga harus melalui pendaftaran terlebih dahulu untuk
melakukan registrasi.
Untuk kasus emergensi pada pasien rawat jalan harus melalui ruang IGD terlebih
dahulu.
Untuk pasien baru di jelaskan tentang prosedur, indikasi dan komplikasi durante
HD.
Bila pasien setuju pasien/ keluarga pasien harus menandatangi informed consent
Pasien selesai dialisis bila tidak ada komplikasi pasien boleh pulang setelah
Nefrologi Anak atau Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Dokter SpPD) yang telah
bersertifikat HD.
Tindakan HD pertama kali pada dewasa maupun anak memerlukan waktu kurang
lebih 3-4jam.
Setiap tindakan hemodialisis rutin pada dewasa dan anak terdiri dari:
163
Sehingga untuk setiap pelaksanaan hemodialisis rutin diperlukan waktu mulai dari
Pasien dengan kondisi yang tidak stabil dilakukan monitoring yang lebih ketat.
Pemeriksaan/penilaian/asesmen
Hemodialisis
164
16. Persyaratan Minimal Obat dan Alat Kesehatan Habis Pakai
OBAT
2 Dexamethason Flacon 10 mg
5 Clonidin Tablet 0
6 Diazepam Ampul 10 mg
9 Nifedipin Tablet 5 mg
12 H2O2 Larutan 3%
Hibiscrub, dll)
165
17. Alat Kesehatan Habis Pakai
3 Fistula ( AVF )
4 Disposable syringe
5 Kassa steril
6 HD set
7 Masker disposable
9 Infus Set
10 Plester
11 Oksigen tabung
pabrik)
pabrik)
Unit Hemodialisis berada pada gedung lama rumah sakit dimana merupakan unit
pertama bila masuk melalui pintu masuk kedua gedung lama ( samping atm BCA ). Di
sebelah kanan terdapat ruang hemodialisis yang terbagi atas dua. Luas ruang
hemodialisis pertama yaitu ± 45 m² pada ruanga tersebut terdapat 10 tempat tidur dan
166
seluas ±4 m² disebelah barat ruangan. Sedangkan pada sebelah timur bersambungan
langsung dengan ruang kepla unit dengan luas ± 8 m² serta bersebelahan dengan ruang
rua RESERFE OSMOSIS ( RO ) seluas ±4m². Luas ruang hemodialisis kedua yaitu
±30 m². Pada ruang tersebut terdapat 4 tempat tidur dan 4 mesin hemodialisis.Sebelah
selatan ruangan terdapat dapur dengan luas ± 10 m² serta ruang cuci alat luas ± 4 m²,
Peralatan medik standar seperti stetoskop, tensimeter, timbangan berat badan, dan
Peralatan pengolahan air sehingga air untuk dialisis memenuhi standar Association
167
B. PATIENT SAFETY
1. Pengendalian Infeksi
meminimalkan transmisi agen infeksius didalam dan antar unit serta rumah sakit di
Pemeriksaan serologik rutin untuk infeksi virus Hepatitis B, Anti HCV, HIV.
Isolasi mesin untuk masing – masing pengidap virus hepatitis B, Virus hepatitis
Kondisi ini mengacu pada standar Association for the Advancement of Medical
diperbolehkan dalam air yang dipakai untuk persiapan dialisat dan konsentrat cair di
fasilitas dialisis dan untuk proses dialisis disajikan pada tabel dibawah ini.
168
Pihak supplier water treatment ( RO ) system wajib merekomendasikan suatu
sistem yang mampu memenuhi standar tersebut pada saat instalasi diberikan
analisis air.
dalam air dan harus memenuhi standar AAMI. Pemeriksaan kontaminan kimiawi
Bakteriologi air. Air yang dipakai untuk persiapan dialisat atau konsentrat cair di
fasilitas dialisis dan untuk proses dialysis wajib memiliki kadar bakteri (total
viable microbial count) kurang dari 200 CFU/ml dan kadar endotoksin kurang dari
2 EU/ml.
169
Direktur operasional bertanggung jawab untuk menjamin supplier agar dapat
memenuhi persyaratan tersebut pada saat instalasi dilakukan baik pada water
microbial count kurang dari 0.1 CFU/ml dan kadar endotoksin kurang dari 0.03
EU/ml.
Sistem pemurnian air. Sistem pemurnian air terdiri dari 3 bagian dasar: bagian pre-
treatment (sediment filter, cartridge filter, softener, dan carbon adsorption bed),
yang aman yang mudah diakses untuk user. Lokasi yang dipilih harus
distribusi. Akses ke sistem pemurnian air harus dibatasi hanya untuk staf yang
desinfeksi rutin.
Bagian dasar tangki penyimpanan air berbentuk kerucut atau mangkuk dan harus
170
Sistem distribusi air berbentuk loop kontinyu dan dirancang untuk meminimalkan
proliferasi bakteri dan pembentukan biofilm. Sistem distribusi air dibuat dari
bahan yang tidak menambah unsur kimia seperti aluminium, tembaga, timah dan
3. Lingkungan Fisik
lingkungan yang aman, fungsional dan nyaman untuk pasien, staf dan masyarakat.
Fasilitas dialisis harus menerapkan proses dan prosedur untuk mengelola kedaruratan
medis dan non medis yang mungkin mengancam kesehatan atau keselamatan pasien,
staf, atau masyarakat. Kedaruratan yang dimaksud meliputi, namun tidak terbatas
pasokan air, dan bencana alam yang sering terjadi di wilayah geografis setempat.
4. Sistem Pembiayaan
Sumber:
- Jaminan: BPJS
- Perusahaan
- Lain-lain
- Konsultasi dokter
- Tindakan:
a. Jasa medik
5. Pengendalian Limbah
171
Mengikuti pengendalian limbah di rumah sakit.
transmisi.
Isolasi mesin hemodialisis diharuskan pada pengidap virus Hepatitis B (VHB), pada
pengidap virus Hepatitis C (VHC), pengidap virus hepatitis B dan C, dan HIV.
Masker
Handscoon
Dalam rekam medik dicatat diagnosis medik (berdasarkan ICD X dan ICD 9 CM)
bulan.
C. DOKUMENTASI
Pengkajian, meliputi :
172
Nama
Umur
Diagnosis Medis
Keluhan Utama
Penyakit Penyerta
Mesin HD
Jenis Dialiser
Dialiser baru
Mulai HD ( waktu )
Selesai HD
Lama HD ( jam )
Volume Priming
Dialisat
173
Suhu/ nadi
Berat Badan ( kg )
Diagnosis Keperawatan
dengan :
Elektrolit dan albumin dan tanda- tanda vital dalam batas normal
Intervensi
Auskultasi bunyi jantung dan paru ( biasa dilakukan oleh dokter internis atau
Target dialisis ( kg )
Kolaborasi dengan dokter bila ada pemberian terapi obat, EKG, dan
laboratorium
174
Berikan edukasi sesuai program
Terminasi
Implementasi
Meliputi kegiatan observasi pada pasien meliputi tanda- tanda vital dan akses vaskuler
yang di gunakan bisa dicatat pada lembar implentasi yan dilakukan tergantung pada
kondisi pasien ( bila pasien tidak ada komplikasi durante HD biasa 1 jam dilakukan
Catatan Medik
Pada catatan ini dapat ditulis bila ada masalah pada pasien dan bila
dalam perawatan pasien HD, termasuk dokter, perawat, ahli gizi dan staf
administrasi.
175
Pemeliharaan sarana dan prasarana penunjang hemodialisis merupakan
Dinkes).
yang berkaitan dengan pelaksanaan dialisis seperti Kt/V, standar reuse, dan
sebagainya.
meliputi angka rawat inap, kualitas hidup, kepuasan pasien, dan angka
transplantasi ginjal.
PANDUAN RESTRAINT
PENDAHULUAN
Panduan ini dapat diaplikasikan pada semua sarana kesehatan yang mempunyai
penanggungjawab pasien, mahasiswa keperawatan, dan asisten tenaga kesehatan. Panduan ini
diaplikasikan kepada pasien dewasa, geriatri, dan sebagainya. Pengambilan keputusan untuk
kecuali pada kondisi emergensi. Perlu diingat akan pentingnya melibatkan suatu tim
176
multidisiplin, termasuk profesional kesehatan lainnya yang terkait, yang dapat membantu dan
TUJUAN
4. Memahami aspek etik dan hukum yang relevan dengan pengaplikasian restraint
7. Memahami cara untuk meminimalisasi risiko yang dapat terjadi akibat penggunaan
restraint
DEFINISI
secara internasional: restraint adalah suatu metode / cara pembatasan / restriksi yang
disengaja terhadap gerakan / perilaku yang dimaksudkan adalah tindakan yang direncanakan,
bukan suatu tindakan yang tidak disadari / tidak disengaja / sebagai suatu refleks..Pengertian
melakukan sesuatu yang diinginkan.Pada umumnya jika pasien dapat melepaskan suatu alat
dengan mudah, maka alat tersebut tidak dianggap sebagai suatu restraint.
JENIS RESTRAINT
177
1. Pembatasan Fisik
Melibatkan satu atau lebih staf untuk memegangi pasien, menggerakkan pasien, atau
Jika pasien dapat dengan mudah meloloskan diri / melepaskan diri dari
pegangan staf, maka hal ini tidak dianggap sebagai suatu restraint
melakukan suatu pemeriksaan fisik / tes rutin. Namun, pasien berhak untuk
pemaksaan.
/medikasi tetapi tidak dapat berdiam diri / tenang untuk disuntik / menjalani
medikasi berjalan dengan lancar dan aman. Hal ini bukan merupakan
restraint.
suatu restraint
2. Pembatasan Mekanis
178
Misalnya:
Peralatan sehari-hari: ikat pinggang / sabuk untuk mencegah pasien jatuh dari
kursi, penggunaan pembatas di sisi kiri dan kanan tempat tidur (bedrails) untuk
Penggunaan side rails dianggap berisiko, terutama untuk pasien geriatri dan
disorientasi. Pasien geriatri yang rentan berisiko terjebak diantara kasur dan
penghalang untuk dipanjati dan dapat bergerak ke ujung tempat tidur untuk
turun dari tempat tidur. Saat pasien berusaha turun dari tempat tidur dengan
dari tempat tidur dengan kemungkinan mengalami cedera yang lebih berat
risikonya.
Namun, jika pasien secara fisik tidak mampu turun dari tempat
Penggunaan side rails pada pasien kejang untuk mencegah pasien jatuh /
Berikut adalah alat dan metode yang tidak termasuk sebagai restraint. Metode /
179
Penggunaan papan fiksasi infus di tangan pasien, bertujuan untuk stabilisasi
jalur intravena (IV). Namun, jika papan fiksasi ini diikat ke tempat tidur
atau punggung.
Pemulihan dari pengaruh anestesia yang terjadi saat pasien berada dalam
Beragam jenis sarung tangan untuk pasien tidak dianggap sebagai suatu
tangan dapat dianggap sebagai suatu restraint. Jika sarung tangan tersebut
pasien tidak dapat bergerak, hal ini dapat dianggap sebagai restraint.
180
3. Surveilans Teknologi
Teknologi yang digunakan dapat berupa: balut tekan (pressure pads), gelang
pengenal,televisi sirkuit tertutup, atau alarm pada pintu. Kesemuanya ini sering
Metode ini sering diterapkan dalam program perencanaan keperawatan pasien, yang
4. Pembatasan Kimia
tersebut tidak sesuai dengan standar terapi pasien dan penggunaan obat-obatan ini
pasien.
Obat-obatan ini dapat merupakan obat-obatan yang secara rutin diresepkan, termasuk
Pemberian obat-obatan sebagai bagian dari tata laksana pasien tidak dianggap
sebagai restraint. Misalnya obat-obatan psikotik untuk pasien psikiatri, obat sedasi
untuk pasien dengan insomnia, obat anti-ansietas untuk pasien dengan gangguan
Kriteria untuk menentukan suatu penggunaan obat dan kombinasinya tidak tergolong
restraint adalah:
Obat-obatan tersebut diberikan dalam dosis yang sesuai dan telah disetujui oleh
181
Penggunaan obat mengikuti / sesuai dengan standar praktik kedokteran yang
berlaku.
pada gejala pasien, keadaan umum pasien, dan pengetahuan klinisi / dokter yang
merawat pasien.
Efek samping penggunaan obat haruslah dipantau secara rutin dan ketat.
ini, pasien menjadi agresif dan agitatif. Staf meresepkan obat yang bersifat pro
re nata (kalau perlu) untuk mengatasi perilaku agitasi pasien. Penggunaan obat
ini membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain dan berfungsi dengan
lebih efektif. Obat untuk mengatasi perilaku agitasi pasien ini merupakan standar
akibat alkohol / narkotika). Dalam kasus ini, penggunaan obat tidak dianggap
sebagai restraint.
5. Pembatasan Psikologis
182
Dapat meliputi: pemberitahuan secara konstan / terus-menerus kepada pasien
mengenai hal-hal yang tidak boleh dilakukan atau memberitahukan bahwa pasien
tersebut berbahaya.
Pembatasan ini dapat juga berupa pembatasan pilihan gaya hidup pasien, seperti:
mengambil alat bantu jalan pasien, kacamata, pakaian sehari-hari, atau mewajibkan
pasien menggunakan seragam rumah sakit dengan tujuan mencegah pasien untuk
kabur /keluar.
Jika suatu tindakan memenuhi definisi restraint, hal ini tidak secara otomatis
dianggap salah / tidak dapat diterima. Penggunaan restraint secara berlebihan dapat
suatu hal yang mudah. Suatu diskusi yang mendalam mengenai aspek etik, hukum,
perawat) memahami perbedaan antara penggunaan restraint yang salah / tidak dapat
Tidaklah memungkinkan untuk membuat suatu daftar mengenai jenis restraint apa
Suatu pembatasan fisik / mekanis / kimia dapat diterapkan pada suatu kondisi
RUANG LINGKUP
183
Ruang lingkup panduan ini meliputi pembahasan tentang pengertian, jenis restrain,
1. Indikasi
Pasien menunjukkan perilaku yang beresiko membahayakan dirinya sendiri dan atau
orang lain
Restraint digunakan jika intervensi lainnya yang lebih tidak restriktif tidak berhasil /
tidak efektif untuk melindungi pasien, staf, atau orang lain dari ancaman bahaya
1. Dampak fisik
Atrofi otot
Ulkus decubitus
184
Infeksi nosocomial
Strangulasi
Stress kardiak
Inkontinensia
2. Dampak psikologis
Depresi
Isolasi emosional
perilakunnya.
185
pasien diberi sedasi.
perilaku pasien
alat bantu jalannya. Keluarga sangat khawatir turun dari tempat tidur.
186
Persetujuan harus diberikan oleh seseorang yang kompeten dalam segi mental /
kejiwaan.
Penatalaksanaan
tidak hadir saat dibutuhkan instruksi, maka tanggung jawab ini harus
Restraint merupakan suatu hal yang tidak terjadi setiap waktu,bukanlah hal
Setiap pasien harus dinilai dan intervensi yang diberikan haruslah sesuai
Restraint ini berperan sebagai cara / alternatif terakhir jika metode yang kurang
pasien,staf, atau orang lain. Oleh karena itu, restraint ini tidak boleh dianggap
187
Jika pasien akhir-akhir ini baru terbebas dari penggunaan restraint dan
re-aplikasi.
Pengecualian:
penggunaan side rails yang diindikasikan di rekam medis pasien. Jika status
tidur, tidak diperlukan instruksi pro re nata. Tidak diperlukan instruksi baru
Perilaku membahayakan diri sendiri. Jika pasien mengalami kondisi medis dan
tidak perlu diperbaharui setiap kalinya. Tujuan penggunaan restraint ini adalah
Tidak terdapat kriteria mengenai perilaku apa saja yang dianggap membahayakan.
Keputusan mengenai perilaku berbahaya ini dibuat berdasarkan penilaian oleh dokter
(clinical judgement).
/membahayakan harus dievaluasi dalam kurun waktu tertentu sesuai batas waktu
188
untuk restraint jenis kimia : batas waktu hingga 24 jam
Perlu diketahui: batas waktu evaluasi seperti yang disebutkan di atas tidak berlaku
Staf harus menilai dan memantau kondisi pasien secara berkala untuk memastikan
bahwa pasien dapat dibebaskan dari restraint pada waktu yang sedini mungkin.
berlangsung.
segera dihentikan.
bahwa restraint tidak lagi dibutuhkan atau bahwa kebutuhan pasien dapat dipenuhi
Suatu kondisi pembebasan restraint sementara yang diawasi secara langsung oleh
staf dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien (seperti pergi ke kamar mandi,
dipenuhi, yaitu:
(maksimal 24 jam).
189
Pasien harus dievaluasi mengenai kondisi dan perlunya penggunaan restraint
ini untuk dilanjutkan atau tidak. Batas waktu berlakunya restraint ini
Jika batas waktu berlakunya instruksi restraint hampir berakhir, perawat yang
klinis serta hasil asesmen dan evaluasi terkini pasien, sekaligus menanyakan apakah
Pasien harus ditemui dan dievaluasi secara langsung dalam waktu 1 jam setelah
Pemeriksaan fisik
hipoksia, sepsis), dan apakah aplikasi restraint ini telah sesuai dengan indikasi.
190
jika dalam suatu kondisi tidak tersedia dokter, maka evaluasi ini dapat
dilakukan oleh perawat yang terlatih. Setelah evaluasi dilakukan, perawat harus
Kesemuanya ini harus dicatat dalam rekam medis pasien, termasuk hasil asesmen
Aplikasi restraint harus sejalan / sesuai dengan modifikasi tertulis dalam rencana
evaluasi pasien.
Rencana perawatan pasien harus ditinjau ulang dan diperbaharui dalam rekam
Penggunaan restraint harus diimplementasikan dengan teknik yang benar dan aman.
restraint diperlukan segera sehingga akan terlalu lama jika menunggu instruksi/izin
191
dari dokter terlebih dahulu, instruksi tersebut harus diperoleh segera (dalam hitungan
restraint, tetapi harus tetap menjamin keselamatan pasien, staf, dan orang lain dari
ancaman bahaya.
Penggunaan restraint untuk mengontrol perilaku pasien tidak boleh dianggap sebagai
Penggunaan restraint untuk pencegahan jatuh tidak boleh dianggap sebagai bagian
Pemberian obat sedasi (sebagai restraint) dengan tujuan untuk kenyamanan staf
bukanlah alasan yang dapat diterima untuk melakukan restraint terhadap pasien.
restraint berikut jenis yang dipilih. Asesmen ini harus meliputi pertanyaan di bawah
ini (minimal):
dengan aman?
untuk mandiri?
192
Apakah terdapat kondisi / obat-obatan pada pasien yang menyebabkan
ketidakseimbangan berjalan?
Apakah pasien bersedia untuk berjalan sambil dipapah / ditemani oleh staf?
Dapatkah pasien ditempatkan di kamar yang lebih dekat dengan pos perawat
Jika dalam asesmen terdapat suatu kondisi medis yang mengindikasikan perlunya
Penggunaan restraint harus sesuai dengan prinsip etis seperti di bawah ini:
pasien)
dirinya sendiri
timbul akibat penggunaan restraint dengan risiko yang dapat timbul akibat perilaku
pasien.
pasien.
193
Jika telah diputuskan bahwa restraint diperlukan, dokter harus menentukan jenis
restraint apa yang akan dipilih dan dapat memenuhi kebutuhan pasien dengan risiko
yang paling kecil dan pilihan yang paling menguntungkan untuk pasien.
restraint dan jenisnya. Dituliskan juga bahwa restraint yang digunakan merupakan
intervensi yang paling tidak restriktif namun efektif untuk melindungi pasien dan
pemantauan, tata laksana, dan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Inspeksi tempat tidur, tempat duduk, restraint, dan peralatan lainnya yang akan
perhiasan, selendang, ikat pinggang, tali sepatu, korek api) harus disingkirkan
Kebutuhan pasien, seperti makan, minum, mandi, dan penggunaan toilet akan
194
Nilai ulang dan re-evaluasi pasien oleh perawat setiap 2 jam dan kapanpun
terdapat perubahan kondisi yang signifikan. Nilai tanda vital pasien, posisi
pasien.
Pada pasien dengan perilaku destruktif, evaluasi dilakukan oleh dokter atau
perawat yang bertugas dalam waktu 1 jam setelah aplikasi restraint. Lakukan
BANTUAN
A. PENGERTIAN
Definisi Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari 12 tahun termasuk bayi dalam
kandungan.Dewasa ini perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar.
Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai
mahluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa.Setiap
perawat perlu memahami perspektif keperawatan anak sehingga dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada anak selalu berpegang pada prinsip perawatan anak. Perspektif
keperawatan anak merupakan landasan berpikir bagi seorang perawat anak dalam
B. RUANG LINGKUP
195
Ruang Lingkup Panduan Pelayanan pada pasien anak meliputi pembahasan Filosofi
Hal yang perlu diperhatikan saat anak dirawat. Pembahasan hal hal tersebut sebagai dasar
Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada keluarga (family
centered care), pencegahan terhadap trauma (atraumatic care) dan manajemen kasus.
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak bagian dari
keluarga. Dalam Pemberian Askep diperlukan keterlibatan keluarga karena anak selalu
membutuhkan orang tua di Rumah Sakit seperti aktivitas bermain atau program
kesembuhan anak. Program terapi yang telah direncanakan untuk anak bisa saja tidak
terhadap anak yang dirawat, hal ini hanya akan meningkatkan stress dan
proses penyembuhan anak yang sakit selama dirawat. Kebutuhan keamanan dan
kenyamanan bagi orang tua pada anaknya selama perawatan merupakan bagian yang
2. Atraumatic care
Atraumatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan
keluarga. Atraumatik care sebagai bentuk perawatan terapeutik dapat diberikan kepada
196
anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan
yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau aspek lain yang kemungkinan
berdampak adanya trauma. Untuk mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang
Dampak perpisahan dari keluarga akan menyebabkan kecemasan pada anak sehingga
perkembangan anak.
Kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak dapat meningkatkan
kemandirian anak dan anak akan bersikap waspada dalam segala hal.
Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi
dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya distraksi, relaksasi dan imaginary.
Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan
perkembangan anak.
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti
dalam kehidupan anak, yang dapat menghambat proses kematangan dan tumbuh
kembang anak.
Modifikasi lingkungan
197
Melalui modifikasi lingkungan yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan
dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa
nyaman dilingkungan.
3. Manajemen kasus
Pengelolaan kasus secara komprehensif adalah bagian utama dalam pemberian asuhan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari berbagai kasus baik yang akut maupun
kronis. Kemampuan perawat dalam mengelola kasus secara baik akan berdampak pada
proses penyembuhan. Pendidikan dan ketrampilan mengelola kasus pada anak selama
Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman
dalam memahami filosofi keperawatan anak. Prinsip dalam asuhan keperawatan anak
adalah:
1. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik, dimana tidak
boleh memandang anak dari ukuran fisik saja melainkan anak sebagai individu yang
kematangan.
2. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan yang sesuai
(seperti nutrisi, dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur dan lain-lain),
198
4. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
memberikan asuhan keperawatan anak. Anak dikatakan sejahtera jika anak tidak
merasakan ganggguan psikologis, seperti rasa cemas, takut atau lainnya, dimana upaya
5. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek
hukum (legal). Sebagai bagian dari keluarga anak harus dilibatkan dalam pelayanan
keperawatan, dalam hal ini harus terjadi kesepakatan antara keluarga, anak dan tim
kesehatan.
6. Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau
kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk biopsikososial dan
7. Pada masa yang akan datang kecendrungan perawatan anak berfokus pada ilmu
tumbuh kembang, sebab ilmu tumbuh kembang ini akan mempelajari aspek kehidupan
anak.
Dalam memberikan askep pada anak harus berdasarkan kebutuhan dasar anak yaitu:
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan seperti asuh, asih dan asah
1. Kebutuhan Asuh
Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi dalam
pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan ini dapat meliputi kebutuhan akan nutrisi
199
mencegah terhadap penyakit, kebutuhan perawatan dan pengobatan apabila anak sakit,
2. Kebutuhan Asih
Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak atau
3. Kebutuhan Asah
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak, untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dan sesuai dengan usia tumbuh
kembang.
1. Berpisah dari keluarga adalah aspek rawat inap yang paling menimbulkan stress.Anak
kecil sering tidak mengerti mengapa kakak atau ibunya harus selalu pulang dan
kembali lagi.
2. Pikiran dan perasaan anak tentang penyakit,cedera,nyeri,operasi dan rumah sakit bisa
hukuman.
3. Beberapa anak yang kelihatannya baik mungkin sebenarnya berada dalam keadaan
4. Menarik diri ke pola perilaku usia yang lebih muda biasa dijumpai bila anak
200
6. Jangan meremehkan kecemasan orangtua. Naluri seorang ibu bahwa anaknya sakit
serius harus ditafsirkan sebagai “tanda bahaya” sekalipun si anak tidak terlihat sakit
ketrampilan tinggi dalam mengerjakan tindakan ini sehingga bisa meminimalkan rasa
takut.
perawatan.
11. Mencegah perasaan dipisah dari orangtua memiliki manfaat a,l: mempercepat masa
orangtua.
12. Orangtua harus selalu diberitahu tentang perkembangan keadaan anak mereka dan
13. Bagi seorang anak kecil bermain adalah kerja, pikiran, seni dan relaksasi.Memberi
KETERGANTUNGAN BANTUAN
A. PENGERTIAN
201
Lanjut usia (lansia) adalah setiap warga negara Indonesia pria atau wanita yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas, baik potensial maupun tidak potensial. Sedangkan batasan
lanjut usia menurut WHO South East Asia Regional Office (Organisasi Kesehatan Dunia
untuk Regional Asia Selatan dan Timur) adalah usia usia lebih dari 60 tahun. Dilihat dari ciri-
ciri fisiknya, manusia lanjut usia memang mempunyai karakteristik yang spesifik. Secara
alamiah, maka manusia yang mulai menjadi tua akan mengalami berbagai perubahan, baik
berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh sehingga seringkali berbagai masalah kesehatan
Lansia dengan ketergantungan bantuan adalah lansia yang keadaan fisiknya banyak
memerlukan bantuan orang lain . Pasien lemah adalah pasien dengan kondisi fisik yang lemah
yang memerlukan bantuan orang lain dalam aktivitasnya.Pasien lemah dan lansia dengan
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup panduan ini melingkupi pembahasan deteksi permasalahan yang sering
dijumpai pada pasien lemah dan manula dengan ketergantungan bantuan dan perawatannya di
C. TATA LAKSANA
202
yang dapat membawa akibat jatuh, sangat mahal nilainya baik dari segi
Orang lanjut usia dapat mempunyai risiko malnutrisi karena terjadi penurunan
asupan makanan akibat perubahan fungsi saluran cerna, metabolisme yang tidak
efektif, defek utilisasi nutrien dan kegagalan organ. Keadaan tersebut diperberat
dengan koinsidensi dari penyakit akut atau kronik, trauma, keadaan hiperkatabolik,
Demensia
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat, yang disebabkan
oleh penyakit otak, dan tidak disertai dengan gangguan tingkat kesadaran.Demensia
demensia harus mempunyai gangguan memori selain kemampuan mental lain seperti
yang terjadi harus cukup berat sehingga mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial
Pernafasan
radang paru. Pasien tidak dapat memberitahukan jika ada masalah dengan
pernafasannya.
Eliminasi
Baik konstipasi maupun retensi urine dapat saja timbul tanpa adanya pemberitahuan
dari pasien.Inkontinensia urine dan feses akan timbul secara terus menerus,kadang-
kadang karena tidak adanya kamar mandi,tapi juga karena tidak lagi merasakan
203
dorongan-dorongan untuk melakukannya.Pakaian dapat mengganggu pasien untuk
Regulasi Suhu
Pengalaman yang lain akan unsur panas dan dingin dapat menjadi sebab dari cara
memilih pakaian yang cocok dengan keadaan iklim /musim dalam tahunan.
Ambulasi
hambatan berjalan.Pada hambatan berjalan timbul bahaya dapat jatuh,ini juga terjadi
kontraktur.
siang.Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat sering akan mengarah pada salah
Perawatan Pribadi
Pada umumnya pasien masih tergantung pada bimbingan dan bantuan yang diberikan
pengasuhnya dalam perawatan diri mereka walaupun secara naluri pasien sebenarnya
kebiasaan mereka.Oleh karena kurangnya reaksi terhadap tekanan pada tubuh dalam
204
Pasien akan senantiasa merasa dirinya berada dalam suatu lingkungan yang
asing,suatu situasi yang tidak memberi rasa aman baginya.Ia akan selalu mencari
lingkungan di dalam ruang perawatan dapat memberikan bahaya yang nyata bagi
pasien (adanya kursi atau kursi roda,tempat tidur yang tinggi,dan lain sebagainya)
Komunikasi dengan orang lain selalu membawa masalah,baik gangguan dalam daya
saat sedang berlangsung.Waktu lampau dan akan datang tidak dapat dipakai sebagai
Penyebab
Kebutuhan nutrisi
205
Protein 20-25% dari total protein yang dibutuhkan
Rencana tindakan
Penyebab
Klien :
Lingkungan :
206
o Tempatkan di tempat khusus yang mudah diobservasi
o Lantai bersih, rata, tidak licin dan basah serta pasang pegangan kamar
Mandi
Penyebab
Kurangnya motivasi
Rencana tindakan
Penyebab
InsomsiaGgn psikologis
fisikfaktor lingkungan
Rencana tindakan
207
Mengatur lingkungan yang adekuat
Penyebab
Daya ingat menurun, depresi, lekas marah, mudah tersinggung dan curiga
Rencana tindakan :
6. Pencegahan Dekubitus
Faktor extrinsic: kurang bersih tempat tidur, alat tenun yang kusut dan kotor,
Hindari dekubitus dengan miring kanan dan kiri tiap 1 hingga 2 jam pada
D. DOKUMENTASI
208
Pelayanan Pasien Manula oleh perawat dan dokter dicatat dalam form catatan
terintegrasi. Pemberian Informasi dan edukasi oleh DPJP dan perawat di catat dalamForm
A. PENDAHULUAN
Rumah sakit sering kali harus melayani komunitas dengan berbagai keragaman.Terdapat
pasien-pasien yang mungkin telah berusia tua, atau menderita cacat, bahasa atau dialeknya
beragam, juga budayanya, atau ada hambatan lainnya yang membuat proses mengakses dan
menerima perawatan sangat sulit. Rumah sakit mengidentifikasi hambatan hambatan tersebut
dan menerapkan proses untuk mengeliminasi atau mengurangi hambatan bagi pasien yang
berupaya mencari perawatan. Rumah sakit juga mengambil tindakan untuk mengurangi
dampak dari hambatan hambatan yang ada pada saat memberikan layanan.
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami (Badudu-Zain,
1994:489), Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun semantik),
Gangguan ini masih termasuk ke dalam hambatan komunikasi (Effendy, 1993:45), Efektivitas
komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan
Didalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan menghadapai berbagai
hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang manapun tentu akan mempengaruhi
efektivitas proses komunikasi tersebut. Karena pada komunikasi, massa jenis hambatannya
relatif lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi massa. Dan perlu
Disabilitas adalah kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau menghambat
209
B. IDENTIFIKASI HAMBATAN
Merupakan jenis hambatan berupa fisik, misalnya cacat pendengaran (tuna rungu),
tuna netra, tuna wicara. Maka dalam hal ini baik komunikator maupun komunikan harus
saling berkomunikasi secara maksimal. Bantuan panca indera juga berperan penting
Contoh: Apabila terdapat seorang perawat dengan pasien berusia lanjut. Dalam hal ini
maka perawat harus bersikap lembut dan sopan tapi bukan berarti tidak pada pasien lain.
Perawat harus lebih memaksimalkan volume suaranya apabila ia berbicara pada pasien
tuna rungu. Begitu pula halnya dengan si pasien. Apabila si pasien menderita tuna wicara
mulut) agar si komunikan bisa menangkap apa yang ia ucapkan. Atau pasien tuna wicara
bisa membawa rekan untuk menerjemahkan pada si komunikan apa yang sebetulnya ia
ucapkan.
Disabilitas dilihat dari aspek fisiknya dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu :
Tuna Netra
Seseorang dikatakan tuna netra apabila mereka kehilangan daya lihatnya sedemikian
rupa sehingga tidak dapat menggunakan fasilitas pada umumnya. Menurut Kaufman
& Hallahan, tuna netra adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau
akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki
penglihatan.
210
Kurang awas (low vision), yaitu seseorang dikatakan kurang awas bila masih
memiliki sisa penglihatan sedemikian rupa sehingga masih sedikit melihat atau
Buta (blind), yaitu seseorang dikatakan buta apabila ia sudah tidak memiliki
Ciri-ciri fisik :
Memiliki daya dengar yang sangat kuat sehingga dengan cepat pesan-pesan
Memiliki daya pengobatan yang sensitif sehingga apa yang dirasakan dapat
membelalakkannya.
oleh orang normal pada umumnya atau dengan sebutan blindism (misalnya :
Tuna Daksa
tubuh sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk sehingga
211
fungsi tubuh. Kelainan tersebut dapat terjadi pada bagian tulang-tulang, otot-
otot tubuh maupun pada daerah persendian, baik yang dibawa sejak lahir
pada anggota tubuh yang disebabkan gangguan pada syaraf. Salah satu kategori
penderita tuna daksa syaraf dapat dilihat pada anak cerebral palsy
Ciri-ciri fisik :
Meminta dan menolak belas kasihan dari sesama, ini merupakan fase
Ciri-ciri sosial :
Kelompok ini kurang memiliki akses pergaulan yang luas karena keterbatasan
Tuna Rungu
212
Umunya mereka masih dapat berkomunikasi dengan baik, hanya kata-kata
tertentu saja yang tidak dapat mereka dengar langsung, sehingga pemahaman
lain, suara yang mampu terdengar adalah suara radio dengan volume maksimal.
Kelompok ini sudah mulai sulit untuk mengikuti pembicaraan orang lain, suara
yang mampu terdengar adalah suara yang sama kerasnya dengan jalan pada
untuk berkomunikasi.
Ciri-ciri fisik :
Bibir sumbing
Cenderung pendiam
Suara sengau
Cadel
Ciri-ciri mental :
sekitarnya
213
Tuna Wicara
Seseorang dikatakan tuna wicara apabila mereka mengalami kesulitan berbicara. Hal
ini disebabkan kurang atau tidak berfungsinya alat-alat bicara seperti rongga mulut,
lidah, langit-langit dan pita suara. Selain itu, kurang atau tidak berfungsinya organ
dan struktur otot serta ketidakmampuan dalam kontrol gerak juga dapat
kesulitan berbicara, ada yang sama sekali tidak dapat berbicara, dapat mengeluarkan
bunyi tetapi tidak mengucapkan kata-kata dan ada yang dapat berbicara tetapi tidak
jelas.
Masalah yang utama pada diri seorang tuna wicara adalah mengalami
(tuna wicara), yang disebabkan oleh bawaan lahir, kecelakaan maupun penyakit.
Semantik adalah pengetahuan tentang pengertian atau makna kata (denotatif). Jadi
hambatan semantik adalah hambatan mengenai bahasa, baik bahasa yang digunakan
diantaranya:
214
Adanya perbedaan makna dan pengertian pada kata-kata yang
pengucapannya sama.
Contoh: secara denotative, semua setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu,
secara gamblang bahwa apabila kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak
perangsang yang mungkin dapat dimakan daripada yang lain. Andaikata dalam
situasi demikian kita dihadapkan pada pilihan antara makanan dan sekantong berlian,
maka pastilah kita akan memilih makanan. Berlian baru akan diperhatikan kemudian.
saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.
215
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, komunikan pada komunikasi massa bersifat
ditentukan oleh manfaat atau kegunaan pesan komunikasi itu bagi dirinya. Dengan
Masalahnya, apabila komunikator ingin agar pesannya dapat diterima dan dianggap
Prasangka
Menurut Sears, prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau
kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka. Untuk memperoleh
gambaran yang jelas mengenai prasangka, maka sebaiknya kita bahas terlebih dahulu
pengertian persepsi.
Persepsi adalah pengalaman objek pribadi, peristiwa faktor dari hambatan : personal
dan situasional.
maka komunikator yang akan menyampaikan pesan melalui media massa sebaiknya
komunikator yang netral, dalam arti ia bukan orang controversial, reputasinya baik
artinya ia tidak pernah terlibat dalam suatu peristiwa yang telah membuat luka hati
komunikan. Dengan kata lain komunikator itu harus acceptable. Disamping itu
Stereotip
216
Adalah gambaran atau tanggapan mengenai sifat atau watak bersifat negatif
keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjektif. Contoh: Orang Batak itu
Seandainya dalam proses komunikasi massa ada komunikan yang memiliki stereotip
tertentu pada komunikatornya, maka dapat dipastikan pesan apapun tidak dapat
Motivasi
(Gerungan 1983:142).
Motif adalah sesuatu yang mendasari motivasi karena motif memberi tujuan dan arah
pada tingkah laku manusia. Tanggapan seseorang terhadap pesan komunikasi pun
Motif Tunggal
Motif Bergabung
Contoh: (kasus yang sama dengan motif tunggal) tetapi bagi orang lain motif
luang
217
Ada delapan hambatan penting untuk komunikasi lintas budaya dalam pelayanan
kesehatan :
Kurangnya pengetahuan
Petugas rumah sakit yang tidak belajar tentang perilaku diterima dalam budaya yang
berbeda dapat atribut perilaku pasien (misalnya diam, penarikan) untuk alasan yang
melewati selama pertemuan awal mereka dengan orang dari budaya yang berbeda
Ketakutan
Setiap orang memandang orang lain sebagai berbeda dan oleh karena itu
sama lain, ketakutan secara bertahap menghilang, hanya untuk digantikan oleh
kata disukai.
Tidak menyukai
Orang-orang dari budaya yang berbeda sering curiga dari masing-masing orang
lain akan tindakan dan motif mereka karena mereka kurang memiliki
informasi.
Penerimaan
Biasanya jika dua orang dari berbagai budaya yang berbeda pengalaman cukup
Respect
mereka untuk melihat dan mengagumi kualitas dalam satu sama lain
218
Percaya
Orang dari beragam budaya telah menghabiskan cukup waktu bersama yang
Menyukai
Rasisme
Penghalang transkultural komunikasi antara petugas kesehatan dan pasien, dan antara
Tipe-tipenya :
Apapun latar belakang budaya mereka memiliki kecenderungan untuk menjadi bias
terhadap nilai-nilai budaya mereka sendiri, dan merasa bahwa nilai-nilai mereka
benar dan nilai-nilai dari orang lain adalah salah atau tidak baik.
Stereotip perilaku
Sebuah stereotip budaya adalah asumsi beralasan bahwa semua orang dari kelompok
ras dan etnis tertentu yang sama. Sindrom tempat budaya adalah bentuk stereotip
yang masalah untuk banyak petugas kesehatan (dokter dan perawat). Sindrom tempat
budaya berkeyakinan bahwa “ hanya karena klien terlihat dan berperilaku dengan
219
cara yang anda lakukan, anda berasumsi bahwa tidak ada perbedaan budaya atau
(Buchwald, 1994)
Ritual
Hambatan bahasa
Bahasa asing, merupakan hambatan dalam berkomunikasi yang banyak terjadi dalam
Bahasa asing, dialek dan regionalism. Bahkan ketika petugas kesehatan dan pasien
berbicara bahasa yang sama, kesalah pahaman dapat muncul. Namun ketika pasien
datang dari negara atau rumah tangga dimana bahasa inggris bukan asli bahasa
Untuk berkomunikasi secara efektif dengan pasien yang tidak mahir dalam bahasa
asing, diperlukan adanya seorang penerjemah bahasa asing. Seorang juru terampil
dapat membantu petugas kesehatan, pasien dan keluarga pasien dalam mengatasi
220
Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya
terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan hal serius.
kesehatan dan pasien memiliki persepsi dan harapan yang berbada, akibatnya terjadi
Harapan bahwa pasien memiliki perawat dan dokter juga dapat menyebabkan
masalah komunikasi lintas budaya. Sebagai contoh, pasien Jepang pada umumnya
melihat anggota keluarga mereka untuk sebagian besar perawatan mereka, daripada
kepada perawat.
bagi pasien difabel, Rumah Sakit Santa Anna, memiliki sarana dan prasarana yang
mendukung, seperti :
1. Kursi roda
Kursi roda merupakan alat yang digunakan oleh orang yang mengalami kesulitan
2. Brankar
Pelayanan umum yang diberikan oleh Rumah Sakit Santa Anna Kendari untuk pasien
difable :
1. Hambatan fisik dari pasien atau keluarga pasien di bantu oleh seorang perawat
3. Jika seorang perawat mengalami kesulitan dalam membantu pasien atau keluarga
221
4. Jika terdapat pasien atau keluarga pasien yang memiliki hambatan fisik diluar
jangkauan perawat , maka yang bertindak dalam melakukan bantuan adalah security
Pada saat masuk Rumah Sakit Santa Anna, seorang perawat menggandeng /
inap sesuai dengan kebutuhannya. Setelah selesai proses pendaftaran, perawat akan
yang dituju
Pada saat masuk rumah sakit, seorang perawat menjemput dan mengantarkan pasien
difable dengan menggunakan kursi roda atau brankar. Untuk kondisi yang darurat ,
maka pasien difabel akan langsung diantarkan ke instalasi gawat darurat dengan
Untuk mengetahui hambatan tersebut dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut :
Bertanya lebih lanjut pada si komunikan apakah ia sudah mengerti apa yang
mengerti, Pak?”
Sama halnya dengan poin pertama hanya saja disini komunikator lebih aktif berbicara
untuk memastikan apakah ada hal lain yang perlu ditanyakan lagi. Contoh: “Apa ada
222
Memancing kembali, komunikator dengan mengajukan pertanyaan mengenai hal atau
pesan yang telah disampaikan kepada komunikan. Contoh: “Tadi obatnya sudah
meminum obat.
Dalam hal ini komunikator lebih mendekatkan diri dengan berbincang mengenai hal-
hal yang menyangkut keluarga, keadaannya saat ini (keluhan tentang penyakitnya).
6. Membuat pesan secara singkat, jelas dan tepat komunikator sebaiknya menyampaikan
hanya hal-hal yang berhubungan pasien (atau yang ditanyakan pasien) sehingga lebih
Tuna Netra
melakukan kegiatan sehari-harinya menekankan pada alat indera yang lain yaitu
penanganan pasien difabel maka petugas Rumah Sakit Santa Anna melakukan
efektif). Penyandang tuna netra memiliki daya dengar yang sangat kuat, pesan-
otak sehingga petugas dan tenaga medis di Rumah Sakit Santa Anna dapat
223
Membicarakan dan menjelaskan kepada keluarga pasien (bila didampingi)
mengenai data pasien, hasil pemeriksaan pasien dan tindakan lanjut yang harus
dilakukan.
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran, tuna rungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tuna wicara. Cara berkomunikasi dengan
Menggunakan komunikasi non verbal seperti gerak bibir atau gerakan tangan.
mengenai data pasien, hasil pemeriksaan pasien dan tindakan lanjut yang harus
dilakukan.
Dalam hal mengatasi hambatan dalam bahasa asing adalah dengan diperlukannya
Jika dalam hal petugas translatter tidak dapat datang dalam waktu cepat, maka staf
Rumah Sakit Stella Maris Makssar yang memiliki kemampuan berbahasa asing yang
224
Jika terdapat pasien atau keluarga pasien yang dalam berbahasa menggunakan
Seorang translatter membuat laporan dari hasil kerjanya pada buku kerja translatter
(tanggal dan jam permintaan, nama petugas dan unit peminta, nama dan unit serta
D. DOKUMENTASI
merupakan hambatan dalam melaksanakan kegiatan keperawatan yang akan kita laksanakan.
Oleh karena itu semua hambatan yang terjadi dilapangan kita jadikan acuan untuk memberi
pelayanan yang lebih terarah kepada pasien yang kita hadapi dan semua terdokumentasi
A. LATAR BELAKANG
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada berbagai aspek,
diperlukan sumber daya manusia ( SDM ) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing
dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan factor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang di gambarkan melalui pertumbuhan
ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tngkat pendidikan yang tinggi hanya
dapat di capai oleh orang yang sehat dan berstatus gizi baik. Untuk itu di perlukan upaya
perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya
225
perbaikan gizi dalam keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal
Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang di tinjau secara individual mengenai apa
yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya di tanggulangi secara individu.
Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung ataupun tidak
kecendrungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan gizi, nutrition related disese
pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak, remaja, dewasa dan lanjut usia,
semakin dirasakan perlunya penanganan khusus. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang
bermutu untuk mempertahankan status gizi yang optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi
Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama pada penderita
anoreksia, kondisi mulut/gigi geligi buruk serta kesulitan menelan, penyakit saluran cerna di
setai mual, muntah, diare, infeksi berat, usia tidak sadar dalam waktu lama, kegagalan fungsi
saluran pencernaan dan pasien yang mendapatkan kemoterapi. Hasil peneliatian yang
dilakukan oleh Sunita Almatsier di beberapa rumah sakit umum di Jakarta tahun 1991
menunjukkan 20%-60% pasien menderita kurang gizi pada saat dirawat di rumah sakit.
Oleh karena itu pelayanan gizi di rumah sakit yang merupakan hak setiap orang,
memerlukan adanya sebuah pedoman agar di peroleh hasil pelayanan yang bermutu.
Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat proses
penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat
menghemat biaya pengobatan. Hal ini sejalan dengan perkembangan iptek di bidang
kesehatan, dimana telah berkembang terapi gizi medis yang merupakan kesetuan dari asuhan
226
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan umum :
Tujuan umum pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya system pelayanan gizi di
rumah sakit dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit, serta merupakan
Tujuam Khusus :
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah adanya peningkatan pelayanan gizi yang
mencakup :
1. Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan anamnesis,
2. Penyelanggaraan pengkajian dietetic dan pola makan berdasarkan anamnesis diet dan
pola makan
8. Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
227
9. Penyelenggaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada klien/ pasien
dan keluarganya.
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari :
2. Penyelenggaraan makanan
D. BATASAN OPERASIONAL
Untuk membantu lebih mengarahkan pemahaman tentang isi bahasan perlu di buat
batasan istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan gizi rumah sakit. Batasan
operasional dibawah ini merupakan batasan istilah, baik bersumber dari buku pedoman
maupun dari sumber lain yang di pandang sesuai dengan kerangka konsep pelayanan
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit : adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan gizi pasien rawat inap, untuk keperluan metabolisme tubuh,
2. Tim Asuhan Gizi : adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait dengan
pelayanan gizi terdiri dari dokter/ dokter spesialis, nutrition/ dietisien, perawat dan
farmasis dari setiap unit pelayanan, bertugas menyelenggarakan asuhan gizi ( nutrition
3. Masyarakat Rumah Sakit : adalah sekelompok orang yang berada dalam lingkungan
rumah sakit dan terkait dengan aktifitas rumah sakit, terdiri dari pegawai atau
228
4. Terapi gizi : adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien / pasien berdasarkan
pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian makanan
5. Perskripsi diet atau rencana diet : adalah kebutuhan zat gizi klien / pasien yang
Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan rencana diet dibuat oleh nutrisionis /
dietisien.
6. Konseling gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 ( dua ) arah
membantu klien / pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi, dilaksanakaan oleh
nutrisionis / dietisien.
7. Nutrisionis : seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh
pelaynan gizi, makanan, dan dietetic, baik di masyarakat maupun rumah sakit, dan unit
bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun, atau yang mendapat sertifikasi dari
persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI ), dan bekerja diunit pelayanan yang
9. Food model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari bahan
sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan, yang di gunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap maupun
229
10. Nutrition related disease : penyakit-penyakit yang berhubungan dengan masalah gizi
11. Mutu pelayanan gizi : suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan gizi
sesuai dengan standard dan memuaskan baik kualitas dari petugas maupun sarana serta
E. LANDASAN HUKUM
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah
4. Undang – undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan pusat dan
daerah
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit
Kepala Badan Kepegawaian Negara No.35 Tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan
230
10. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara nomor 23/Kep/M.PAN/4/2001
11. Hasil Rapat Konsultasi pejabat Rumah Sakit ke I,II,dan III tahun 1980-1983
12. Hasil Pertemuan Berkelanjutan Tentang Evaluasi Pedoman PGRS dari tahun 2002 –
2003
STANDAR KETENAGAAN
Di Rumah Sakit Santa Anna Instalasi Gizi di kepalai oleh seorang Suster dengan pendidikan
D3 Tata Boga. Kepala Instalasi Gizi ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit dengan
berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku. Kepala Instalasi Gizi
Rumah Sakit bertugas memimpin penyelenggaraan pelayanan gizi dirumah sakit, yang
Sesuai dengan tujuan dan kegiatan pelayanan gizi rumah sakit, uraian tugas dan
1. Uraian Tugas
permintaan dan penyusunan menu rumah sakit bagi pasien dan karyawan.
Bertanggung jawab atas pengelolaan dan penyajian makanan untuk pasien dan
231
Bertanggung jawab atas terselenggaranya administrasi di Instalasi Gizi dan
Bertanggung jawab dan mengawasi logistic yang ada di Instalasi Gizi dan
2. Wewenang
yang diperlukan.
Mengadakan pertemuan secara periodic dengan staf yang ada di unit kerjanya.
Membuat penilaian kerja bagi karyawan yang ada dibawah tanggung jawabnya
pangkat.
2. Pelaksana
232
Pelaksana yang dimaksud adalah Ahli Gizi, Gudang/Logistik, Juru masak dan
Pramusaji.
Ahli Gizi
Ahli gizi yang saat ini bertugas di Rumah Sakit Santa Anna sebanyak 1 orang
3. Uraian Tugas
dan karyawan.
4. Wewenang
Mengadakan konsultasi dengan unit lain guna kelancaran gizi Rumah Sakit
Santa Anna.
Menetapkan standar diet bagi pasien yang sedang dalam perawatan sesuai
Menetapkan standar porsi makanan yang ada di Rumah Sakit Santa Anna.
Gudang / Logistik
Tugas Pokok :
233
Bertugas untuk memenuhi dan menambah semua kebutuhan logistik dapur gizi di
Rumah Sakit Santa Anna sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Uraian Tugas :
Wewenang :
tidak ada atau belum datang setelah melalui persetujuan kepala instalasi
gizi.
Juru masak yaitu tenaga pengelolah bahan makanan yang bertugas mulai dari
234
Jumlah Juru masak di Rumah Sakit Santa Anna ada 9 orang dengan kualifikasi
Pramusaji
Pramusaji yang ada di Rumah Sakit Santa Anna berjumlah 6 orang dengan
B. Distribusi Ketenagaan
1. Dinas Pagi
3 orang Pramusaji
2. Dinas Sore
2 orang pramusaji
2 orang Pramusaji
C. Pengaturan Jaga
235
Pengaturan jaga pada Instalasi Gizi di sesuaikan dengan beban kerja yang ada pada tiap
makanan pasien untuk shif pagi mulai jam 08.00 s/d 10.30
pasien )
236
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
A
B
C
E D
K J I H G F
Keterangan :
237
B. Standar Fasilitas
1. Sarana Fisik
Letak dapur Rumah Sakit Santa Anna, di lantai dasar sehingga mudah dijangkau
sesuai dengan standarnya, memiliki lantai yang kuat dan penerangan yang cukup.
Luas bangunan belum sesuai standar, namun semua ruangan yang dibutuhkan telah
Ruangan ini digunakan untuk penerimaan bahan makanan dan mengecek kualitas
dan kuantitas bahan makanan. Letaknya mudah dicapai kendaraan, dekat ruang
Ada dua jenis tempat penyimpanan bahan makanan yaitu penyimpanan bahan
Luas tempat pendingin atau gudang tergantung pada jumlah bahan makanan yang
akan disimpan, cara pembelian bahan, frekuensi pemesanan bahan makanan. Lantai
harus kuat, kedap air, mudah dibersihkan, sirkulasi udara baik atau dapat
Gudang harus dilengkapi rak-rak bertingkat dan tempat-tempat bahan makanan yang
sesuai dengan macam dan jumlah bahan makanan. Ruang penyimpanan dingin dapat
Sebagai tempat untuk mempersiapkan bahan makanan dan bumbu meliputi kegiatan
238
dan lain-lain, sebelum bahan makanan dimasak. Ruang ini dekat dengan ruang
Tempat ini di kelompokkan atas tempat pengolahan makanan biasa dan dan
pemanas.
Tempat ini khusus untuk mencuci dan menyimpan alat-alat dapur besar dan kecil,
Perkantoran :
Ruang ini terletak berdekatan dengan ruangan kegiatan kerja, sehingga mudah untuk
Luas 1,7 x 2 m²
239
Luas : 4 x 4,5 m²
o Pisau stainless
Luas : 2 x 4,5 m²
o Freezer
o Rak kayu
Luas 1,7 x 3 m²
o 3. Saringan
o 5. Washtafel
o 6. Parang besi
240
o 8. Timbangan 20 kg
o 14. Tampi
Tungku Gas
Oven listrik
Oven Gas
Penggorengan Alumunium
Sendok sayur
Saringan kelapa
11. Serok
12. Mixer
13. Blender
241
17. Gelas ukur
Luas 5 x 6 m²
Luas 5 x 5 m²
o Rak stainless
o Lemari kayu
Luas 1 x 1,5 m²
o Rak sepatu
o Cermin
o Lemari Kayu
o Tempat tidur
Ruang Perkantoran
242
Luas 2 x 2,5 m²
o 1 Unit AC
o 1 Unit Komputer
o Papan pengumuman
o Kalkulator.
243
TATALAKSANA PELAYANAN
A. PENYELENGGARAAN MAKANAN
dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan bahan makanan, distribusi dan pencatatan,
pelaporan dan evaluasi yang bertujuan untuk menyediakan makanan yang berkualitas sesuai
kebutuhan gizi, biaya, aman dan dapat diteriman oleh konsumen guna mencapai status gizi
yang optimal.
Sasaran penyelenggaraan makana di Rumah Sakit adalah pasien rawat inap dan karyawan
Rumah Sakit. Ruang lingkup penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit meliputi produksi
253
1. Bentuk Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit
dimana pada system penyelenggaraan makanan ini Instalasi Gizi bertanggung jawab
daya yang diperlukan ( tenaga, dana, metode, sarana dan prasarana ) disediakan oleh
Rumah Sakit.
Suatu pedoman yang ditetapkan pimpinan rumah sakit sebagai acuan dalam
kurangnya mencakup :
Kandungan gizi
Jenis menu
pemberian makanan, macam dan jumlah makanan konsumen sebagai acuan yang
Kebijakan RS
Angka Kecukupan Gizi yang mutakhir dan kebutuhan gizi untuk diet khusus
253
Penetapan kelas perawatan
Standar bahan makanan sehari adalah acuan / patokan macam dan jumlah bahan
makanan ( berat kotor ) seorang sehari, disusun berdasarkan kecukupan gizi pasien
yang tercantum dalam Penuntun Diet dan disesuaikan dengan kebijakan rumah sakit.
Tujuannya adalah tersedianya acuan macam dan jumlah bahan makanan seorang
sehari sebagai alat untuk merancang kebutuhan dan jumlah bahan makanan dalam
penyelenggaraan makanan.
Menetapkan kecukupan gizi atau standar gizi pasien di rumah sakit dengan
Terjemahkan standar gizi menjadi item bahan makanan dalam berat kotor.
Seluruh sumber daya yang diperlukan Seluruh sumber daya yang diperlukan
4. Perencanaan Menu
Suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi kebutuhan zat
gizi seimbang dan memenuhi selera konsumen. Perencanaan menu untuk pasien dan
dokter di Rumah Sakit Santa Anna menggunakan siklus menu 7 hari, sedangkan untuk
253
Bentuk tim kerja untuk menyusun menu terdiri dari dietisien, kepala masak ( chef
Mengumpulkan berbagai jenis hidangan (kelompok lauk hewani, nabati dan sayuran)
Menyusun pola menu dan master menu yang memuat garis besar frekuensi
Masukkan hidangan hewani yang serasi warna, kompisisi, konsistensi, rasa, aroma,
ukuran, bentuk potongan, variasi dan pengulangan menu, demikian untuk sayuran,
Menghitung indeks harga makanan perorang perhari sesuai dengan kelas perawatan
253
Suatu kegiatan penyusunan biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan bagi pasien
dan karyawan yang dilayani agar tersedia rancangan anggran belanja makanan sesuai
Mengumpulkan data tentang macam dan jumlah pasien dan karyawan dari tahun
sebelumnya.
Mengumpulkan harga bahan makanan dari tahun sebelumnya dari harga tertinggi
Menghitung indeks harga makanan perorang perhari sesuai dengan kelas perawatan
Menghitung anggaran makan setahun untuk masing – masing kelas perawatan pasien
Pembelian bahan makanan adalah kegiatan membeli langsung bahan makana sesuai
Ketersediaan dana.
253
Menimbang bahan makanan sesuai dengan daftar pesanan
Melakukan pembayaran
Membawa langsung bahan makanan yang telah dibayar ke Rumah Sakit Santa
Anna.
Penerimaan bahan makanan adalah kegiatan yang meliputi pemeriksaan, meneliti dan
mencatat macam dan jumlah bahan makanan yang sesuai dengan pesanan yang telah
ditetapkan.
Bahan makanan diperiksa sesuai dengan pesanan bahan makanan yang dipesan
Bahan makanan disimpan ke gudang penyimpanan sesuai dengan jenis barang atau
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara
keamanan bahan makanan basah dan kering baik kualitas maupun kuantitas digudang
Tersedia kartu stok bahan makanan / buku catatan keluar masuknya bahan makanan.
Gudang dibersihkan setiap hari, freezer dan kulkas dibersihkan setiap dua hari sekali.
253
Gudang dibuka pada waktu yang ditentukan, dan harus selalu terkunci pada saat
Ruang penyimpanan bebas dari serangga, tikus dan lain – lain, dan bebas dari lubang
sebagainya) sesuai dengan menu, standar resep, standar porsi, standar bumbu dan
253
Tersedia prosedur tetap persiapan
Tersedia standar porsi, standar resep, standar bumbu, jadwal persiapan dan jadwal
pemasakan.
makanan mentah menjadi bahan makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman
untuk dikonsumsi.
makanan.
Memanggang / mengoven
atau kecoklatan.
253
Membakar
Memasak bahan makanan langsung diatas bara api sampai kecoklatan dan
Merebus
Memasak dengan banyak air, pada dasarnya ada 3 cara dalam merebus,
yaitu :
o Api besar untuk mendidihkan cairan dengan cepat dan untuk merebus
sayuran.
o Api kecil untuk membuat kaldu juga dipakai untuk masakan yang
Menyetup
mendidih
atau dalam mentega / margarine sehingga bahan menjadi kering dan berwarna
kuning kecoklatan.
253
Pemasakan langsung melalui dinding panic
layu atau setengah masak dan ditambah air sedikit dan ditutup.
dengan jenis makanan dan jumlah porsi pasien / karyawan yang dilayani yang
bertujuan agar konsumen mendapatkan makanan sesuai diet yang ketentuan yang
berlaku. System pendistribusian makanan yang berlaku di Rumah Sakit Santa Anna
adalah system makanan yang dipusatkan atau Sentrilisasi dimana makanan dibagi
langsung dialat makan diruang penyajian instalasi gizi dan pramu saji kemudian
253
2. KEAMANAN MAKANAN
Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah makanan
dan dari kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan sehingga menjadi hal yang mutlak harus dipenuhi
dalam proses pengolahan makanan di rumah sakit. Makanan yang tidak aman dapat
menyebabkan penyakit yang disebut foodborne disease, yaitu gejalan penyakit yang timbul
akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung atau tercemar bahan senyawa beracun atau
organism pathogen.
Upaya untuk menjamin keamanan makanan adalah dengan menerapkan jaminan mutu
Upaya tersebut merupakan program dan prosedur proaktif yang bersifat antisipasi dan
makanan.
Good Manufacturing Practices ( GMP ) adalah cara pengolahan makanan yang baik
dan benar untuk menghasilka makanan / produk akhir yang aman, bermutu dan sesuai
- Melindungi konsumen dari produksi makanan yang tidak aman dan memenuhi
syarat.
253
- Mempertahankan dan meningkatkan keparcayaan terhadap makanan yang
disajikan.
Penerapan kaidah tersebut dilakukan mulai dari pemilihan bahan makanan sampai
Bahan makanan mentah menjadi rusak dan busuk karena beberapa penyebab,
tetapi yang paling utama adalah kerusakan atau kebusukan karena mikroba.
Mutu dan keamanan suatu produk makanan sangat tergantung pada mutu dan
diantaranya adalah :
- Kebersihan
Bahan makanan yang baik dan berkualitas memiliki cirri –ciri dan bentuk yang
baik dan menarik, ukuran / besar hampir seragam warna, aroma dan rasa khas,
segar dan tidak rusak, atau berubah warna dan rasa, tidak berlendir.
Berbagai kelompok bahan makanan memiliki tanda – tanda spesifik jika sudah
253
Kerusakan pada daging dapat dikenal karena tanda – tanda sebagai
berikut :
- Terbentuknya lender
busuk lainnya
menguap
253
Tanda kerusakan sayuran dan buah – buahan serta olahannya adalah :
pada permukaannya
Minyak goreng
Tidak menggunakan minyak goreng daur ulang atau minyak yang telah
digunakan lebih dari dua kali proses penggorengan. Tanda minyak daur
253
tampak tersalut lapisan putih dan gorengan akan tetap renyah meskipun
telah dingin.
Saos
Saos yang rendah mutunya dan tidak aman dicirikan oleh harga yang
amat murah, warna merah yang mencolok, dijual dalam kemasan tidak
bermerek, cita rasa yang tidak asli ( bukan rasa cabe dan tomat ) dan
Cara penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan,
kuantitas ( termasuk standar mutu gizi ) pada tempat yang sesuai dengan
maka bahan makanan tersebut harus ditimbang dan dicek/diawasi oleh bagian
kualitas dan keamanan bahan makanan tetap terjaga. Oleh sebab itu instalasi gizi
253
- Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai peraturan
kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus, dan hewan lainnya maupun
bahan berbahaya.
First Expired First Out (FEFO) bahan makanan yang disimpan terlebih
- Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan,
pendingin dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan
tidak lembab.
253
olahannya
- Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit – langit dengan ketentuan
sebagai berikut :
makanannya :
- Buku atau kartu stok dan pengeluaran bahan makanan harus segera
253
- Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus
rapat dan tidak berlobang. Diletakkan diatas rak bertingkat yang cukup
- Pintu harus selalu terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka
- Semua lubang yang ada digudang harus berkasa, bila terjadi perusakan
253
- Khusus untuk sayuran, suhu penyimpanan harus betul – betul
o Pengolahan Makanan
Cara pengolahan makanan yang baik dan benar dapat menjaga mutu dan
keamanan hasil olahan makanan. Sedangkan cara pengolahan yang salah dapat
Bahan makanan yang langsung terkena air rebusan akan menurun nilai gizinya
terutama vitamin – vitamin larut air (B kompleks dan C), sedangkan vitamin
mengikuti kaidah prinsip –prinsip hygiene dan sanitasi atau cara produksi
yang rusak / afkir dan untuk menjaga mutu dan keawetan makanan serta
253
Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas
dalam memasak harus dilakukan sesuai harapan dan harus higienis dan
semua bahan yang siap dimasak harus dicuci dengan air mengalir.
Peralatan
- Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan food
grade yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan.
bahan berbahaya dan logam berat beracun seperti Timah Hitam (Pb),
- Talenan terbuat dari bahan selain kayu, kuat dan tidak melepas bahan
beracun.
angin harus bersih, kuat dan berfungsi dengan baik, tidak menjadi
(kecelakaan).
- Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang dibagian yang
kuman lainnya.
- Keadaan peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompal dan
muntah dibersihkan.
253
- Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang dapat menutup
yang akan digunakan dan bahan makanan yang akan diolah sesuai denga
prioritas.
Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap bahan makanan
°C agar kuman pathogen mati dan tidak boleh terlalu lama agar kandungan
es.
keadaan panas.
253
Hygiene penanganan makanan
Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dengan rasa, bau,
lain.
Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida, tidak boleh melebi
Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first
expired first out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan terlebih dahulu dan
Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis makanan
jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi berventilasi
253
Suhu dan Lama Penyimpanan Bahan Makanan Mentah dan Segar
Suhu Penyimpanan
o Pengangkutan Makanan
pada jenis makanan dan setiap wadah harus memiliki tutup tetapi berventilasi
setiap wadah harus memiliki tutup tetapi tetap berventilasi serta alat
higienis
253
sehingga bahan makanan tidak rusak sperti daging, susu cair dan
sebagainya.
Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadi uap makanan yang
mencair ( kondensasi ).
diatur agar makanan tetap panas pada suhu 60°C atau tetap dingin
o Penyajian Makanan
Makanan yang disajikan adalah makanan yang siap dan layak disantap.
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada tahap penyajian makanan antara lain
sebagai berikut :
A. Tempat penyajian
253
Perhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat pengolahan makanan
kontaminasi silang.
Prinsip kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi
cepat basi.
253
Prinsip handling yaitu setiap penanganan makanan tidak boleh
kebutuhan. Tepat penyajian yaitu tepat menu, tetap waktu, tepat tata
Pada hakekatnya “ hygiene dan Sanitasi “ mempunyai pengertian dan tujuan yang
hampir sama yaitu mencapai kesehatan yang prima. Hygiene adalah usaha kesehatan
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan
pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman
dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari
pendistribusian sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk
B. Tujuan
makanan.
253
Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan.
dikonsumsi oleh manusia. Karena itu alur tersebut perlu dipahami agar diperoleh
gambaran yang jelas dimana titik – titik rawan dalam jalur yang dapat menimbulkan
resiko bahaya.
Mencapai dan mempertahankan hasil produksi yang sesuai dengan suhu hidangan
Penyajian dan penanganan yang layak terhadap makanan yang dipersiapkan lebih
awal.
hingga distribusi.
Memantau secara teratur bahan makanan mentah dan bumbu – bumbu sebelum
dimasak.
dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat. Karena penjamah makanan juga
253
merupakan salah satu vector yang dapat mencemari bahan pangan baik berupa
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan prinsip – prinsip personal
hygiene.
Tubuh manusia selain sebagai alat kerja juga merupakan sumber cemaran bagi
Sumber cemaran dari tubuh manusia yaitu tangan, rambut, mulut, hidung,
Mandi secara teratur dengan sabun dan air bersih dengan cara yang
Menyikat gigi dengan pasta gigi dan sikat gigi. Sebelum tidur,
dibersihkan.
perlu.
253
2. Sumber cemaran lain yang penting yaitu luka terbuka / koreng, bisul atau nanah
dan ketombe / ketombe lain dari rambut. Hal –hal yang perlu diperhatikan
- Koreng atau bisul tahap dini ditutup dengan plester tahan air.
3. Sumber cemaran karena perilaku yaitu tangan yang kotor, batuk, bersin atau
makanan.
Paramater Syarat
253
A. Tidak menderita
K penyakit mudah menular : batuk, pilek, influenza,
diare, penyakit
o menular lainnya.
Kesehatan
kebersihan diri
C. Sebelum menjamah
K atau memegang makanan
e
Sebelum memegang peralatan makan
cuci tangan
253
D. Tidak menggaruk
P – garuk rambut, lubang hidung atau sela – sela
jari kuku e
r
Tidak merokok
penanganan
253
Memakai sarung tangan, jika diperlukan
Peralatan pengolahan pangan yang kotor dapat mencemari pangan, oleh karena itu
peralatan harus dijaga agar selalu tetap bersih. Upaya untuk menghindari pangan
dari peralatan yang kotor, perlu dilakukan hal – hal sebagai berikut :
stainless stell umumnya mudah dibersihkan. Karat dari peralatan logam dapat
njadi bahaya kimia dan lapisan logam yang terkelupas dapat menjadi bahaya
Prinsip Pencucian
Upaya pencucian peralatan makan dan masak meliputi beberapa prinsip dasar
yaitu :
2) Sarana Pencucian
253
Sarana pencucian terdiri dari 2 jenis yaitu :
dan desinfektan.
3) Teknik Pencucian
Jenis – jenis bahan pencuci yang sesuai digunakan untuk mencuci peralatan
makan / masak antara lain detergen, detergen sintesis, sabun dan pencuci
Bahan baku termasuk air dan es dapat terkontaminasi oleh mikroba pathogen dan
bahan kimia berbahaya. Lingkungan yang kotor dapat menjadi sumber bahaya yang
253
mencemari pangan, baik bahaya fisik, kimia maupun biologis. Sebagai contoh
bahaya fisik berupa pecahan gelas yang berserakan dimana – mana dapat masuk
kedalam pangan. Demikian juga obat nyamuk yang disimpan tidak pada tempatnya
dapat tercampur dalam pangan secara tidak sengaja. Mikroba yang tumbuh dengan
baik ditempat yang kotor mudah sekali masuk kedalam pangan. Berikut adalah upaya
Menggunakan air yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Air harus
bebas dari mikroba dan bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan.
Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih dan air
minum. Air yang akan digunakan untuk memasak atau mencuci bahan pangan
Air yang disimpan dalam ember selalu tertutup, jangan dikotori dengan
pertumbuhan mikroba.
Menjaga dapur dan tempat pengelolaan makanan agar bebas dari tikus, kecoa,
Tutup tempat sampah (terpisah antara sampah kering dan sampah basah) dengan
rapat agar tidak dihinggapi lalat dan tidak meninggalkan bau busuk serta buanglah
253
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan (BTP) merupakan bagian dari bahan baku pangan, yang
ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. BTP
yang biasa digunakan untuk makanan antara lain bahan pengawet, pemanis, pewarna,
penyedap rasa dan aroma, bahan antigumpal, bahan pemucat, anti oksidan dan
pengental.
bahan pangan.
Bagi konsumen yang memerlukan diet khusus mendapatkan bahan makanan yang
dikehendaki.
Bahan – bahan kimia yang tidak merupakan komponen alamiah dari makanan dapat
diklarifikasikan sebagai :
- Additive
- Adulterans
- Preservative
- Bahan kontaminans
Yang dikelompokkan sebagai additife antara lain vitamin, mineral, asam amino atau
253
yang menyebabkan kerusakan makanan dan dapat membantu mempertahankan
aroma dan kesegaran makanan. Diantara preservative yang paling umun digunakan
adalah gula dan garam. Preservative kimia lainnya yang mungkin dapat digunakan
asm asetat, asam propionate, asam benzoate, asam sorbet dan asam askorbat.
A. Asuhan Gizi
tersebut.
B. Terapi Gizi
Pelayanan gizi yang diberikan kepada klien / Pasien berdasarkan pengkajian gizi, yang
meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian makanan khusus dalam rangka
1. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
perawat ruangan dan penetapan diit awal oleh dokter. Skrining gizi bertujuan untuk
mengidentifikasi pasien yang berisiko, tidak berisiko malnutrusi atau kondisi khusus.
253
hemodialisis, anak, geriatrik, kanker dengan kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien
Idealnya skrining awal dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk
RS. Metoda skrining sebaiknya singkat, cepat dan disesuaikan dengan kondisi rumah
sakit. Contoh metoda skrining antara lain Malnutrition Universal Screening Tools
Skrining untuk pasien anak 1 -18 tahun dapat digunakan Paediatric Yorkhill
Strong Kids.
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka dilakukan
Terstandar oleh Dietisien. Pasien dengan status gizi baik atau tidak berisiko malnutrisi,
dianjurkan dilakukan skrining ulang setelah 1 minggu. Jika hasil skrining ulang
Pasien sakit klinis atau kasus sulit yang beresiko gangguan gizi berat akan lebih baik
bila ditangani secara tim. Bila rumah sakit mempunyai Tim Asuhan Gizi / Nutrition
Suport Tim (NST)/ Tim Terapi Gizi (TTG)/ Tim Dukungan Gizi / Panitia Asuhan
Gizi, maka berdasarkan pertimbangan DPJP pasien tersebut dirijuk kepada tim.
Proses Asuhan Gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang berisiko kurang gizi,
mengalami kurang gizi atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu, proses ini
253
tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan merupakan siklus yang
berulang terus sesuai respon / perkembangan pasien. Apabila tujuan tercapai maka
proses ini akan dihentikan, namun bila tujuan tidak tercapai atau tujuan awal tercapai
tetapi terdapat masala gizi baru maka proses berulang kembali mulai dari assessment
gizi.
Pasien Masuk
Tujuan tercapai
253
Langkah – langkah PAGT terdiri dari :
a. Assesmen/Pengkajian gizi
Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk komposisi,
pola makan, diet saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu diperlukan data
kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktifitas fisik dan olahraga dan
digali melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif. Anamnesis riwayat gizi secara
kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari “recall”
makanan 24 jam dengan alat bantu “food model”. Kemudian dilakukan anlisis zat gizi
yang merujuk kepada daftar makanan penukar, atau daftar komposisi zat gizi
2) Biokimia
status metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya
masalah gizi. Pengambilan kesimpulan dari data laboratorium terkait masalah gizi
harus selaras dengan data assesmen gizi lainnya seperti riwayat gizi yang lengkap,
proses penyakit, tindakan, pengobatan, prosedur dan status hidrasi ( cairan ) dapat
253
mempengaruhi perubahan kimiawi darah dan urin, sehingga hal ini perlu menjadi
pertimbangan.
3) Antropometri
Merupakan pengukuran fisik pada individu yang dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain pengukutan tinggi badan (TB), berat badan (BB). Pada kondisi tinggi badan
tidak dapat diukur dapat digunakan Panjang Badan, Tinggi Lutut (TL), Rentang
Lengan atau separuh rentang lengan. Pengukuran lain seperti Lingkar Lengan Atas
(LiLA), Tebal lipatan kulit, Lingkar kepala, dan lain sebagainya dapat dilakukan.
misalnya Indeks Massa Tubuh (IMT). Pemeriksaan fisik yang paling sederhana untuk
melihat status gizi pada pasien rawat inap adalah BB. Pasien sebaiknya ditimbang
dengan menggunakan timbangan yang akurat / terkalibrasi dengan baik. Berat badan
akurat sebaiknya dibandingkan dengan BB ideal pasien atau BB pasien sebelum sakit.
kegemukan dan edema. Kegemukan dapat dideteksi dengan perhitungan IMT. Namun,
pada pengukuran ini terkadang terjadi kesalahan yang disebabkan oleh adanya edema.
BB pasien sebaiknya dicatat pada saat pasien masuk dirawat dan dilakukan
4) Pemeriksaan Fisik/Klinis
dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi. Cotoh beberapa data
pemeriksaan fisik terkait gizi antara lain edema, asites, kondisi gigi geligi, massa otot
5) Riwayat Personal
253
Data riwayat personal meliputi:
c) Riwayat penyakit, meliputi keluhan utama terkait masalah gizi, riwayat penyakit
dahulu dan sekarang, riwayat pembedahan, penyakit kronik atau resiko komplikasi,
d) Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan, dan tingkat pendidikan.
b. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan
menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi yang ada.
Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES atau Problem-Etiologi dan
Signs/Symptoms.
a. Domain Asupan
Adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energi, zat gizi, cairan,
substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral maupun perenteral dan
enteral.
Contoh :
253
Asupan protein yang kurang (P) berkaitan dengan perubahan indra perasa dan
nafsu makan (E) ditandai dengan asupan protein rata – rata sehari kurang dari 40
% kebutuhan (S)
b. Domain Klinis
Adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik/fungsi organ.
Contoh :
c. Domain Perilaku/Lingkungan
Contoh :
Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi (P) berkaitan dengan mendapat
informasi yang salah dari lingkungannya megenai anjuran diet yang dijalaninya
(E) ditandai dengan memilih bahan makanan / makanan yangtidak dianjurkan dan
c. Intervensi Gizi
1) Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Tetapkan
253
tidak dapat diintervensi, maka strategi intervensi ditujukan untuk mengurangi
gejala / tanda (Sign & Symptom). Tentukan pula jadwal dan frekuensi asuhan.
Output dari intervensi ini adalah tujuan yang terukur, preskripsi diet dan strategi
pelaksanaan ( implementasi ).
b) Preskripsi diit
kebutuhan energi dan zat gizi individual, jenis diit, bentuk makanan, komposisi
Penentuan kebutuhan zat gizi yang diberikan kepada pasien / klien atas
2. Jenis Diet
mandiri akan menetapkan jenis diet berdasarkan diagnosis gizi. Bila jenis
diet tidak sesuai akan dilakukan usulan perubahan jenis diet dengan
3. Modifikasi Diet
253
atau zat gizi yang dikonsumsi ; membatasi jenis atau kandungan makanan
tertentu ; menyesuaikan komposisi zat gizi ( protein, lemak, KH, cairan dan
zat gizi lain); mengubah jumlah, frekuensi makanan dan rute makanan.
contoh :
Makan Pagi : 500 kalori, Makan siang: 600 kalori, Makan malam : 600
5. Jalur makanan
Jalur makanan yang diberikan dapat melalui oral dan enteral atau parenteral
2) Implementasi Intervensi
kesehatan atau tenaga lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus menggambarkan
dengan jelas : “ apa, dimana, kapan, dan bagaimana “ intervensi itu dilakukan.
Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data kembali, dimana data tersebut dapat
menunjukkan respons pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi intervensi gizi.
menjadi 4 domain yaitu pemberian makanan atau zat gizi , edukasi gizi, konseling
masing – masing.
253
3) Monitoring dan Evaluasi Gizi
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien /
pasien/klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang
diharapkan oleh pasien maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor
diet.
2) Mengukur hasil
respon terhadap intervensi gizi. Perameter yang harus diukur berdasarkan tanda
3) Evaluasi hasil
Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan diatas akan ditetapkan 4 jenis hasil, yaitu :
253
a) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,
b) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau zat
c) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu pengukuran
fisik/klinis.
d) Dampak terhadap pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan pada kualitas
hidupnya.
4) Pencatatan pelaporan
Pencatatan dan laporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk pengawasan dan
4) Koordinasi Pelayanan
Koordinasi antara disiplin ilmu sangat diperlukan untuk memberikan asuhan yang
terbaik bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, dietisien harus
berkolaborasi dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lainnya yang
terkait dalam memberikan pelayanan asuhan gizi. Oleh karenanya perlu mengetahui
253
- Bertanggung jawab aspek gizi yang terkait dengan keadaan klinik pasien.
gizi.
- Merujuk klien / pasien yang membutuhkan asuhan gizi atau konseling gizi.
bersama dietisien, perawat dan tenaga kesehatan lain selama klien / pasien
2. Perawat
- Merujuk pasien yang beresiko maupun sudah terjadi malnutrisi dan atau
3. Dietisien
- Mengkaji hasil skrining gizi perawat dan order diet awal dari dokter.
253
interpretasi data riwayat gizi, riwayat personal, pengukuran antropometri, hasil
- Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan preskripsi diet yang
konseling.
- Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga lain dalam pelaksanaan
intervensi gizi.
keluarganya.
anggota tim asuhan gizi lain, pasien dan keluarganya dalam rangka evaluasi
4. Farmasi
- Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait seperti vitamin, mineral, elektrolit dan
nutrisi parenteral.
253
- Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan makanan.
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi obat dan
makanan.
5) Konseling
mengubah perilaku diet pasien sesuai dengan yang dianjurkan. Konseling diberikan
penjelasan tentang diet yang harus dilaksanakan oleh pasien sesuai dengan penyakit
dan kondisinya. Konseling dilakukan oleh anggota tim sesuai dengan kompetensinya.
BAB V
LOGISTIK
Bedasarkan arus kerja maka macam bahan dan peralatan yang di butuhkan adalah :
1 unit komputer
B. Peralatan dapur :
253
Timbangan ( kue dan gelas ukur )
Lemari es showcase
Lemari es ( freezer )
Penggiling daging
Kompor gas
Telenan, pisau
Alat pemanggang
Gas
Minyak goreng
Bumbu masakan
Kain pel
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
253
Keselamatan Pasien yang terkait dengan instalasi gizi adalah sanitasi makanan.
1. Pengertian
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitikberatkan pada
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala
bahan yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan
Salah satu kegiatan dari sanitasi makanan adalah penyehatan makanan dan minuman.
Kegiatan ini merupakan upaya untuk mengendalikan faktor- faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kuman pada makanan dan minuman. Faktor-faktor tersebut berasal dari
proses penanganan makanan, minuman, lingkungan, dan orangnya; sehingga makanan dan
minuman yang disajikan rumah sakit tidak menjadi mata rantai penularan penyakit.
2. Tujuan
- Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen
makanan
- Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan.
253
- Tersedianya fasilitas kamar toilet khusus bagi pegawai dapur, locker untuk
- Ruang dalam dapur harus bersih, tersedia tempat sampah sementara yang diberi
1. Bangunan
permukaan halus
Air Bersih
Standar mutu air bersih yang memenuhi syarat menurut Peraturan Mentri
253
- Standar Biologi, yaitu kuman – kuman parasit, kuman – kuman
- Standar kimiawi, yaitu derajat keasaman (pH) jumlah zat padat dan
dibuat dari bahan kedap air, permukaannya halus dan mudah dibersihkan.
proses pembersihan .
berikut :
misalnya : timah hitam (Pb), Arsenium (As), Tembaga (Cu), seng (Zn),
253
Prinsip penyehatan makanan menggunakan teknik HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Point) meliputi bahan makanan, penjamah makanan dan cara kerja yang dilakukan
Harus diketahui asal lokasinya secara pasti, tidak tercemar dari sampah atau pupuk
yang dipakai, bebas dari insektisida, peptisida atau bahan kimia lainnya.
Harus dipilih bahan makanan yang bermutu baik,yaitu bahan makanan segar, yang
aman, utuh, baik dan bergizi, misalnya: utuh, tidak berlubang/berulat, besar dan
bentuk seragam, tidak busuk, tidak kotor dan tidal layu, cukup masak/matang (untuk
buah)
Harus memperhatikan cara penanganan yang tepat dan baik, misalnya dengan
yang layak.
Syarat
- Tidak menderita penyakit kulit, penyakit menular, scabies ataupun luka bakar.
- Mengetahui proses kerja dan pelayanan makanan yang benar dan tepat.
253
- Mengetahui teknik dan cara menerapkan hygiene dan sanitasi dalam
penyelenggaraan makanan.
- Cuci tangan dengan sabun sebelum mulai/sesudah bekerja, setiap keluar dari WC,
- Sebelum dan selama bekerja tidak boleh menggaruk kepala, muka, hidung dan
- Alihkan muka dari makanan dan alat – alat makan dan minum bila batuk atau
bersin.
Pada proses ini hendaknya tidak ada makanan dan minuman yang membusuk setelah
- Kran – kran air dan saluran ruangan persiapan dalam keadaan bersih
Proses penyimpanan
253
Bahan mentah disimpan dalam ruangan/tempat yang terpisah dari ruang makanan
Bahan mentah disimpan dalam ruangan/tempat yang terpisah dari ruang makan
suhu 4°C selama 6 jam, jika > 6 jam harus disimpan pada suhu -5°C
sampai -1°C
- Pencucian alat masak dilakukan setiap kali selesai masak, dengan langkah sebagai
berikut: membuang sisa makanan yang melekat pada alat, bila perlu rendam
dengan air panas, disabun, dibilas dengan air/air Panas dan dikeringkan.
Alat pengangkutan makanan dan minuman yang dipakai dilengkapi dengan tutup untuk
253
Proses penyajian makan diruang rawat
- Alat – alat makan yang akan dipakai untuk menyajikan makanan harus dalam
air panas)
diruangan dapur.
- Bahan makanan dan makanan meliputi pemeriksaan kualitas bahan makanan dan
makanan melalui berbagai uji, post control serta penilaian kualitas makanan
- Peralatan dengan melakukan uji sanitasi peralatan, misalnya : uji usap meja kerja
253
253
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan erat
dengan kejadian yang disebabkan oleh kelalaian petugas, yang dapat mengakibatkan
kontaminasi bakteri terhadap makanan. Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan
terjadinya kecelakaan dalam proses penyelenggaraan makanan antara lain karena pekerjaan
yang terorganisir, di kerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang aman dan terjamin
kebersihannya, istirahat yang cukup. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, biasanya
terjadi dengan tiba – tiba dan tidak direncanakan ataupun tidak diharapkan, serta dapat
menyebabkan kerusakan pada alat – alat, makanan dan “ melukai “ karyawan / pegawai.
1. Pengertian
Keselamatan kerja ( safety ) adalah segala upaya atau tindakan yang harus di terapkan
dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun
kelalaian / kesengajaan
2. Tujuan
Menurut Undang – undang Keselamatan Kerja Tahun 1970, syarat – syarat keselamatan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
253
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas. Hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/ psikis,
k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya
barang.
penyimpanan barang
Upaya – upaya tersebut juga berlaku bagi karyawan / pegawai yang bekerja
1) Letak bentuk dan kontruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat
253
2) Ruangan dapur cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan dapur di buat
pegawai
d. Volume kerja yang di bebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang telah
ditetapkan. Dan pegawai diberi waktu untuk istirahat setelah 3 jam bekerja,
karena kecelakaan kerja sering terjadi setelah pegawai bekerja > 3 jam
cukup.
1) Menggunakan alat pembuka peti / bungkus bahan makanan menurut cara yang
tepat dan jangan melakukan dan meletakkan posisi tangan pada tempat kearah
253
2) Barang yang berat selalu di tempatkan di bagian bawah dan angkatlah dengan
3) Pergunakan tutup kotak / tutup panci yang sesuai dan hindari tumpahan bahan.
bahan makanan.
6) Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan anda.
dan penyimpanan
pisau, golok, parutan kelapa dengan baik, dan jangan bercakap – cakap selama
pemakaiannya.
dibersihkan.
253
8) Pada saat selesai menggunakannya, teliti kembali apakah semua alat sudah di
matikan mesinnya.
9) Mengisi panci – panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi porsi
yang di tetapkan.
12) Bila alat pemanas atau baki perhatiakn cara penggunaan dan pengisiannya.
13) Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu
penuh.
14) Perhatikanlah, bila membawa makanan pada baki, jangan sampai tertumpah
15) Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi kaleng
5) Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat atau tidak mengisi tempat
253
4) Tidak menggaruk, batuk selama menjamah makanan.
6) Berhati – hati dan teliti bila membuka dan menutup atau menyalakan dan
dan bila akan menggunakan ruangan harus cuci tangan dengan menggunakan
dengan prosedur.
11) Membuang / membersihkan sisa makanan / sampah segera setelah alat makan
12) Tidak meninggalkan dapur ruangan sebelum yakin bahwa kompor, lampu,
gas, listrik sudah dimatikan dan kemudian pintu dapur harus ditinggalkan
1) Baju kerja, celemek dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin
dan enak di pakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
4) Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
253
5) Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik di tempat yang mudah
di jangkau
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. PENGERTIAN
1. Pengendalian
253
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan perbaikan yang terjadi
sesuai dengan tujuan arah pengawasan dan pengendalian bertujuan agar semua kegiatan –
kegiatan dapat tercapai secara berdayaguna dan berhasilguna sesuai dengan rencana,
Pengawasan dan pengendalian (wasdal) merupakan unsur penting yang harus dilakukan
b. Identifikasi Penyimpangan.
2. Evaluasi / penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen. Evaluasi ini bertujuan
untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang di
susun sehingga dapat mencapai sasaran yang di kehendaki. Melalui penilaian, pengelola
dapat memperbaiki rencana yang lalu bila perlu, ataupun membuat rencana program yang
baru. Pada kegiata evaluasi, tekanan penilaian di lakukan terhadap masukan, proses,
luaran, dampak untuk menilai relevansi kecukupan, kesesuaian dan kegunaan. Dalam hal
Pengawasan dan pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan dalam mengawasi dan
mengendalikan mutu untuk menjamin hasil yang diharapkan sesuai dengan standar.
proses – proses atau teknik – teknik statistic untuk memelihara mutu produk yang telah
ditetapkan sebelumnya. Metode – metode yang sering digunakan dalam pengawasan dan
253
pengendalian mutu adalah menilai mutu akhir, evaluasi terhadap output, control mutu,
Pada dasarnya terhadap 4 langkah yang dapat dilakukan dalam pengawasan dan
a. Penyusunan standar, baik standar biaya, standar performance mutu, standar kualitas
c. Melakukan koreksi bila diperlukan, yaitu dengan mengoreksi penyebab dan factor –
Pengendalian mutu pelayanan gizi di rumah sakit, ditujukan untuk menjamin ketepatan dan
keamanan pelayanan gizi. Fungsi dari kegiatan pengendalian mutu dalam pelayanan gizi di
Pelayanan gizi di rumah sakit dapat dikatakan berkualitas, bila hasil pelayanan mendekati
hasil yang diharapkan dan dilakukan sesuai dengan standar dan prosedur yang berlaku.
Indikator mutu pelayanan gizi mencerminkan mutu kinerja instalasi gizi dalam ruang
253
manejemen dapat menilai apakah organisasi berjalan sesuai jalurnya atau tidak dan sebagai
alat untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan kegiatan untuk
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai atau mengukur mutu pelayanan
gizi adalah :
kejadian tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius.
b. Reted Based, merupakan indicator untuk mengukur proses pelayanan pasien atau
Misalnya : % pasien yang diare atau kurang gizi karena mendapat dukungan
Misalnya : % pasien beresiko gizi yang mendapat asesmen gizi, % makanan yang
tidak dimakan, % pasien yang di asesmen gizi ditindaklanjuti dengan asuhan gizi
oleh dietisien dalam waktu 48jam setelah masuk rumah sakit, dsb
253
Misalnya : % penilaiandan evaluasi status gizi oleh ahli gizi, % hygiene sanitasi
yang diberikan, indicator ini paling sulit dibuat tetapi paling berguna dalam
menjelaskan efektifitas pelayanan gizi. Agar benar – benar berguna, maka indicator
pasien obesitas yang turun berat badannya 2kg/bulan setelah konseling gizi.
diinginkan mendekati 100 %. Dalam pelayanan gizi dan dietetic, banyak kondisi
Misalnya : dokumentasi asuhan gizi lengkap, akurat & relevan, kunjungan awal
dietisien pada pasien baru 24 – 48 jam setelah pasien masuk rumah sakit,
b. Indicator yang tidak diharapkan, yaitu indicator untuk menilai suatu kondisi yang
Misalnya : keluhan pasien rawat inap terhadap kesalahan pemberian diet. Tidak ada
etiket/ barkode identitas pasien (nama, tanggal lahir, No. RM) pada makanan yang
diberikan, dsb
pengolahan data kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dalam jangka waktu tertentu,
253
untuk menghasilakan bahan bagi penilaian kegaiatan pelayanan gizi rumah sakit
maupun untuk pengambilan keputusan. Pencatatan ini dilakukan pada setiap langkah
kegiatan yang dilakukan. Pelaporan dilakukan berkala sesuai dengan kebutuhan rumah
sakit.
2. Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian gudang instalasi gizi
1. Buku laporan timbang terima antara pergantian rotasi ( berisi pesan – pesan
yang penting)
253
6. Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya.
2. Untuk bahan makanan yang cair atau setengah cair seperti susu dan bumbu dipakai
gelas ukuran / liter matt, sendok ukuran atau alat ukur lain yang sudah distandarisasi
253
3. Untuk pemotongan bentuk bahan makanan yang sesuai untuk jenis hidangan, dapat
4. Untuk memudahkan persiapan sayur dapat di ukur dengan container / panic yang
5. Untuk mendapatkan porsi yang tetap ( tidak berubah – ubah ) harus digunakan
3. Pengawasan Harga
b. Buat format isian pelaksanaan pencatatan pelaporan yang baku untuk pengawasan :
4) Kumpulkan data klien harian, satu putaran menu, bulanan, triwulan dan tahunan
5) Biaya overhead ( dalam hal ini penyusutan ) di catat harian, setiap putaran menu,
c. Kalkulasi pemasukan dan pengeluaran bahan makanan berikut nilai rupaihnya setiap
253
4 Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya adalah suatu proses dimana pimpinan atau pengelola mencoba
mengatur biaya guna mencegah pemborosan dari biaya yang dikeluarkan. Biaya yang
Biaya bahan maknan dapat meningkat atau menurun dari harga yang diperkirakan. Oleh
karena itu biaya makanan dapat di kendalikan melalui berbagai cara : seperti menukar,
dan mengubah atau mengganti bahan makanan dengan bahan makanan lain.
Pengendalian biaya ini merupakan prose yang berkelanjutan dan melibatkan aktifitas –
1) Kembangkan kebijakan keuangan bagi institusi. Hal ini tergantung pada tujuan
dan bentuk kegiatan, target keuntungan dan presentase dari makanan, tenaga dan
253
menu, pembelian, penerimaan, penyimpanan, pengeluaran, produksi, distribusi
3) Pengendalian pada pos kegiatan. Hal ini berkaitan dengan laporan biaya makan,
makanan
a) Standar kualitas adalah suatu mutu dari bahan jadi dan pelayanan serta jasa
yang harus di tentukan atau di buat patokan ( tolak ukur ). Untuk memudahkan
b) Standar kuantitas adalah ukuran berat, jumlah dan volume yang di wujudkan
c) Standar biaya harga taksiran dari suatu barang atau jasa yang digunakan untuk
mengukur biaya lain. Hal ini berguna dalam menghitung daya guna dari suatu
253
d) Standar prosedur. Berkenaan dengan cara / tehnik yang ditetapkan sebagai cara
makanan.
standar yang telah di buat sebelumnya. Bila terjadi ketidak samaan atau
harus di perbaiki
melaksanakan cara – cara yang telah di sepakati berdasarkan data kegiatan terdahulu.
Menetapkan Standar
Performance
Mengukur Performance
253
Mengadakan Tindakan Perbaikan
Terselenggaranya pengkajian dietik dan pola makan berdasarkan anamnesis diet dan
pola makan
253
Diselenggarakannya penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada klien /
BAB IX
PENUTUP
pula pada bidang gizi dan dietetic. Pelayanan gizi yang dilaksanakan di rumah sakit tentunya
perlu senantiasa di sesuaikan dengan perkembangan tersebut. Dalam rangka menyongsong era
globalisasi dan menghadapi persaingan bebas di berbagai bidang, maka pelayanan gizi rumah
253
Pelayanan Gizi Rumah Sakit ( PGRS ) merupakan bagian integral dari pelayanan kesehhatan
lainnya di rumah sakit dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan
di rumah sakit.
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit bertujuan untuk memberikan acuan jelas dan
professional dalam mengelolah dan melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit yang tepat
bagi klien / pasien sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Selain itu pedoman ini juga
akan bermanfaat bagi pengelola gizi rumah sakit dalam mengimplementasikan dan
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit ini di lengkapi dengan lampiran tentang materi, model
/ format pencatatan dan pelaporan, formulir lain yang diperlukan yang mendukung kegiatan
pelayanan gizi di ruang rawat inap, ruang rawat jalan dan pengelolaan penyelenggaraan
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang rumah sakit dalam penilaian
standar akreditasi untuk menjamin keselamatan pasien yang mengacu pada The Joint
Internasional (JCI) for hospital Accreditation. Semakin baik pelayanan gizi yang diberikan
oleh rumah sakit, maka semakin baik pula standar akreditasi rumah sakit tersebut. Hal ini
dapat terlaksana bila tersedia tenaga gizi yang professional dalam memberikan pelayanan gizi.
253
Profesionalisme tenaga gizi dalam memberikan pelayanan gizi diatur berdasarkan
Permenkes no 26 tahun 2013, tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktek Tenaga Gizi.
Dalam upaya menjamin pelaksanaan pelayanan gizi yang optimal di rumah sakit diperlukan
adanya standar kebutuhan tenaga gizi secara lebih rinci yang memuat jenis dan jumlah tenaga
gizi. Dalam melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit selain tenaga gizi, dibutuhkan juga
tenaga pendukung meliputi tenaga jasa boga, logistic dan pranata computer agar seluruh
Pada SK Menkes No.134 tahun 1978, di nyatakan bahwa wadah yang menangani
kegiatan gizi di rumah sakit di sebut Instalasi Gizi. Instalasi adalah sarana penunjang kegiatan
Unit Pelaksana Fungsional, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur.
Instalasi gizi dipimpin oleh seorang kepala yang mempunyai tugas pengolahan, penyediaan,
penyaluran makanan dan penyuluhan gizi yang dilakukan oleh tenaga / pegawai dalam
jabatan fungsional.SK Menkes No.134 tahun 1978 ini kemudian disempurnakan dalam rapat
konsultasi Pejabat Rumah Sakit yang I, II dan III tahun 1980 dan 1981, yang menjabarkan
Tiga kegiatan yang disebut terdahulu dianjurkan untuk dapat dilakukan disemua rumah sakit,
253
BAB II
GAMBARAN UMUM
jasa yang memproses input dan menghasilkan jasa pelayanan kesehatan. Dalam
kebijakan politik dari Pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung.
pada saat ini Rumah Sakit melaksanakan fungsinya di bidang kuratif, promotif, preventif
dan rehabilitatif sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit. Dengan demikian, perubahan yang terjadi di lingkungan industri
Rumah Sakit Indonesia berdampak pada kelembagaan Rumah Sakit itu sendiri.
Rumah Sakit Santa Anna Kendari,merupakan salah satu Rumah Sakit Sakit umum
swasta yang ada di kota Kendari yang didirikan oleh seorang Misionaris asal Belgia
Tujuan berdirinya Rumah Sakit Santa Anna Kendari pada mulanya adalah
sebagai sebuah balai pengobatan/poliklinik dan BKIA dengan jumlah tempat tidur yang
sangat terbatas yakni 10 tempat tidur. Fungsi utama dari berdirinya Rumah Sakit ini
kesehatan, dimana pada masa ini fasilitas kesehatan di kota Kendari masih sangat
terbatas.
Poliklinik Santa Anna ini di resmikan oleh bapak Gubernur Sulawesi Tenggara H.Eddy
Sabara yang sekaligus merubah status dari poliklinik menjadi Rumah Sakit Umum Santa
253
Anna. Pada saat diresmikan tahun 1969,fasilitas di Rumah Sakit ini sudah semakin
Dari tahun ke tahun jumlah fasilitas semakin bertambah dan jumlah kunjungan
pasien juga semakin meningkat akhirnya pada tahun 1970 Pastor Dokter Lemens
Clemens meminta bantuan dari suster-suster tarekat JMJ yang bergerak di bidang
kesehatan untuk berkarya secara permanen di Rumah Sakit Santa Anna.Di sini beberapa
suster JMJ mulai mengembangkan misi pelayanan kesehatan untuk wilayah Sulawesi
Tenggara disamping mereka sebagai pelayan umat di bidang pastoral. Ada beberapa
Suster JMJ yang mengembangkan misi pelayanan kesehatan di wilayah kota Kendari dan
JMJ,Sr.Guisepha.L JMJ. Tahun pun terus berganti terjadilah rotasi suster-suster JMJ,ada
yang datang dan ada yang meninggalkan Rumah Sakit Santa Anna.Selanjutnya ada
beberapa suster JMJ yang masuk menggantikan suster yang datang di tahun 1970,antara
lain : Sr.Theodora Kaunang JMJ, Sr.Beatrix Umboh JMJ, Sr.Josephi Kaparang JMJ,
Sr.Asumtiah JMJ.
Awal tahun 1973, Pastor Dokter Lemmens Clemens di dampingi oleh seorang
dokter lainnya yaitu Dokter John Manupassa dan di tambah lagi dengan beberapa tenaga
para medis,yang secara bersama-sama dan bahu membahu membangun Rumah sakit dan
pelayanan kesehatan khususnya bagi masyarakat kota kendari dan bahkan Sulawesi
Tenggara pada umumnya. Akhirnya Rumah Sakit Santa Anna ini mulai berkembang dan
Pastor Dokter Lemmens Clemens telah menyiapkan sebuah Rumah Sakit Umum Swasta
yang beliau berinama Rumah Sakit Umum Santa Anna,yang akhirnya pada 11 Agustus
253
tahun 1974 Pastor Dokter Lemmens Clemens meninggal dunia akibat serangan jantung.
Mulai saat itu sebagai penanggung jawab di Rumah Sakit Santa Anna di angkatlah dokter
John Manupassa sebagai Dierktur Rumah Sakit Santa Anna.Selanjutnya Dokter John
Manupassa Mengembangkan tugasnya sebagai Direktur Rumah Sakit Santa Anna sampai
tahun 1978.
Pada tahun 1978, Kepemimpinan di Rumah Sakit ini pun di ganti dari pimpinan
sebelumnya Dokter John Manupassa ke Pimpinan yang baru yaitu Dokter Robby
Waelan.Di tangan kepemimpinan dokter Robby Waelan, Rumah Sakit Santa Anna pun
semakin berkembang,sehingga pada tanggal 31 Maret tahun 1982 Rumah Sakit Santa
Anna menerima suster Joseo Mandagi JMJ utusan dari keuskupan Agung Ujung
Pandang sebagai pengelola yayasan Sentosa Ibu yang akan menyerahkan Rumah Sakit
Santa Anna ke yayasan Yoseph milik tarekat JMJ,untuk mengelola Rumah Sakit Santa
Anna selanjutnya. Pada saat yang bersamaan kepemimpinannya pun di ganti dari
Direktur sebelumnya dokter Robby Waelan ke direktur yang baru yaitu dokter Johanes
Tendean.
Pada masa kepemimpinan dokter Johanes Tendean, Rumah Sakit Santa Anna
berada di bawah naungan Yayasan Yoseph, yang semakin berbenah dan memperlihatkan
sistem pelayanan yang sangat baik, sehingga setiap saat Rumah Sakit Santa Anna pun
menerima rujukan dari setiap daerah yang ada di Sulawesi Tenggara. Pembenahan dari
waktu ke waktu membuat Rumah Sakit Santa Anna menambahkan beberapa fasilitas
tempat tidur yakni menjadi 63 Tempat tidur di masa kepemimpinan dokter Johanes
Tendean. Seiring dengan perjalanan waktu kepemimpinan dokter Johanes pun berakhir di
tahun 1999.
Selanjutnya di tahun 1999 terjadi serah terima jabatan Direktur baru dari direktur
sebelumnya dokter Johanes Tendean ke direktur yang baru Letkol CKM (Purn)dokter
253
Aloysius Unggul Pribadi, pada masa kepemimpinan dokter AL Unggul Pribadi status
pengelolaan Rumah Sakit Santa Anna diserahkan ke Yayasan Citra Ratna Nirmala.
pembangunan ruang ICU, hingga meningkatkan jumlah tempat tidur dari 63 menjadi 67
tempat tidur. Beliau menjabat sebagai Direktur RS Santa Anna hingga tahun 2011 yang
Rumah Sakit Santa Anna pun di serahkan ke dokter Mario Polo Widjaya,M.Kes,Sp.OT
dan status pengelolaan Rumah Sakit inipun beralih ke PT.Citra Ratna Nirmala. Dalam
mengemban tugasnya sebagai direktur, beliau banyak membenahi Rumah Sakit ini,
merenovasi UGD, Laboratorium, pengadaan peralatan poliklinik gigi dsb. Dokter Mario
Polo Widjaya,M.Kes,Sp.OT memimpin Rumah Sakit Santa Anna dari tahun 2011 sampai
saat ini.
berbagai upaya pembenahan, baik dari aspek Sumber Daya Manusia (SDM), Sarana &
Prasarana, maupun Sistem Tata Kelola untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang
253
Nomor Kode RS : 7403044
Nomor : 29/IZN/VI/2016/001
Nomor : HK.03.05/1/665/12
Nomor : 666/106/2011
Pengolahan Limbah
Dinas Kebersihan
253
Telepon : (0401) 3123092
E-mail : rs_santa_anna@yahoo.co.id
Website : www.rssantaanna.com
Sejak didirikan dan beroperasional pada tanggal 10 Agustus 1969, Rumah Sakit
1) Poliklinik Umum
2) Poliklinik Spesialis :
Poli Interna
Jantung
Anak
Bedah
Orthopedy
THT
Obgyn
253
Kulit & Kelamin
Saraf
Pelayanan Rawat Inap RS. Santa Anna mencakup pelayanan kesehatan : Interna,
d. Pelayanan Intensif
e. Pelayanan Bedah
h. Instalasi Farmasi menyediakan pelayanan Obat Generik dan Obat Paten selama
24 Jam.
j. Pelayanan Fisioteraphi
253
253
BAB III
“Pelayanan gizi melalui sumber daya manusia yang berkualitas dengan berorientasi
253
2. Meningkatkan pelayanan gizi dengan penerapan kegiatan pelayanan asuhan gizi
BAB V
INSTALASI GIZI
DIREKTUR
KEPALA
INSTALASI GIZI
253
Pramusaji PJ.Pengelolahan & PJ. Makanan Diet Logistik
Penyajian Makanan
(Ahli Gizi)
1. PJ.Pengadaan
1. PJ. Makanan/Snack
Bahan dan
Pasien
Logistik
2. PJ.Distribusi Makanan
2. PJ.Pencatatan
3. PJ.Distribusi Makanan
dan Pelaporan
Karyawan
gudang kering
dan basah
BAB VI
URAIAN JABATAN
Tugas Pokok :
Uraian Tugas
253
a. Bertanggung jawab atas perencaan kebutuhan makanan sesuai dengan
permintaan dan penyusunan menu rumah sakit bagi pasien dan karyawan.
b. Bertanggung jawab atas pengelolaan dan penyajian makanan untuk pasien dan
e. Bertanggung jawab dan mengawasi logistic yang ada di Instalasi Gizi dan
f. Melaksanakan bimbingan, latihan kerja dalam bidang pelayanan gizi untuk para
Wewenang
yang diperlukan.
d. Mengadakan pertemuan secara periodic dengan staf yang ada di unit kerjanya.
f. Membuat penilaian kerja bagi karyawan yang ada dibawah tanggung jawabnya
pangkat.
253
h. Membuat perubahan penyusunan menu yang di sesuaikan dengan kondisi/situasi
yang ada.
B. Ahli Gizi
Tugas Pokok :
mengadakan penyuluhan tentang gizi, baik perorangan maupun kelompok tentang gizi.
Uraian Tugas :
- Bertanggung jawab atas mutu makanan yang dihidangkan kepada pasien dan
karyawan.
Wewenang
- Mengadakan konsultasi dengan unit lain guna kelancaran gizi Rumah Sakit
Santa Anna.
- Menetapkan standar diet bagi pasien yang sedang dalam perawatan sesuai
- Menetapkan standar porsi makanan yang ada di Rumah Sakit Santa Anna.
253
C. Penanggung Jawab Gudang /Logistik
Tugas Pokok :
Bertugas untuk memenuhi dan menambah semua kebutuhan logistik dapur gizi di
Rumah Sakit Santa Anna sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Uraian Tugas :
3. Bertanggung jawab terhadap kualitas bahan makanan yang di terima dari rekanan dan
4. Bertanggung jawab terhadap keluar masuknya bahan logistik baik hrian atau bulanan
5. Bertanggung jawab terhadap laporan bulanan logistik baik harian atau bulanan yang
Wewenang :
4. Menggantikan bahan makanan apabila bahan makanan yang akan digunakan tidak ada
253
Tugas Pokok :
alat masak.
Uraian Tugas :
16. Bertanggung jawab atas proses persiapan bahan makanan yang akan dimasak.
Wewenang :
pemborosan.
253
BAB VII
Agar kegiatan asuhan gizi berjalan dengan optimal, maka perlu dukungan pimpinan
rumah sakit, komite medic dan staf serta adanya koordinasi dan komunikasi antar
anggota tim.
2. Nutrisionis / dietisien :
253
Mengkaji status gizi klien/pasien
Memberikan penyuluhan, motivasi dan konseling gizi pada pasien dan keluargannya
Mengevaluasi status gizi pasien secara berkala, asupan makanan, dan bila perlu
melakukan perubahan diet pasien berdasarkan hasil diskusi dengan Tim Asuhan
Gizi.
3. Perawat :
Melakukan kerja sama dengan dokter dan nutrision dalam memberikan pelayanan
19. Farmasi :
Mendiskusikan keadaan atau hal – hal yang dianggap perlu termasuk pemberian
BAB VIII
253
A. Pola Ketenagaan
B. Kualifikasi Personal
Di Rumah Sakit Santa Anna Instalasi Gizi di kepalai oleh seorang Suster dengan
pendidikan D3 Tata Boga. Kepala Instalasi Gizi ditetapkan oleh pimpinan rumah
sakit dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku. Kepala
dirumah sakit, yang pada umumnya bertanggung jawab kepada Bidang Penunjang
Medis.
Sesuai dengan tujuan dan kegiatan pelayanan gizi rumah sakit, uraian tugas dan
Uraian Tugas
permintaan dan penyusunan menu rumah sakit bagi pasien dan karyawan.
h. Bertanggung jawab atas pengelolaan dan penyajian makanan untuk pasien dan
253
i. Bertanggung jawab atas terselenggaranya administrasi di Instalasi Gizi dan
k. Bertanggung jawab dan mengawasi logistic yang ada di Instalasi Gizi dan
l. Melaksanakan bimbingan, latihan kerja dalam bidang pelayanan gizi untuk para
Wewenang
yang diperlukan.
l. Mengadakan pertemuan secara periodic dengan staf yang ada di unit kerjanya.
n. Membuat penilaian kerja bagi karyawan yang ada dibawah tanggung jawabnya
pangkat.
yang ada.
4. Pelaksana
253
Pelaksana yang dimaksud adalah Ahli Gizi, Gudang/Logistik, Juru masak dan
Pramusaji.
Ahli Gizi
Ahli gizi yang saat ini bertugas di Rumah Sakit Santa Anna sebanyak 1 orang
Uraian Tugas
dan karyawan.
Wewenang
- Mengadakan konsultasi dengan unit lain guna kelancaran gizi Rumah Sakit
Santa Anna.
- Menetapkan standar diet bagi pasien yang sedang dalam perawatan sesuai
- Menetapkan standar porsi makanan yang ada di Rumah Sakit Santa Anna.
Gudang / Logistik
Tugas Pokok :
253
Bertugas untuk memenuhi dan menambah semua kebutuhan logistik dapur gizi di
Rumah Sakit Santa Anna sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Uraian Tugas :
8. Bertanggung jawab terhadap kualitas bahan makanan yang di terima dari rekanan dan
9. Bertanggung jawab terhadap keluar masuknya bahan logistik baik hrian atau bulanan
10. Bertanggung jawab terhadap laporan bulanan logistik baik harian atau bulanan yang
Wewenang :
8. Menggantikan bahan makanan apabila bahan makanan yang akan digunakan tidak ada
Juru masak yaitu tenaga pengelolah bahan makanan yang bertugas mulai dari
Juru masak di Rumah Sakit Santa Anna ada 9 orang dengan kualifikasi pendidikan
253
Pramusaji
Pramusaji yang ada di Rumah Sakit Santa Anna berjumlah 6 orang dengan kualifikasi
pendidikan SMP dan SMA yang bertugas untuk mendistribusikan makanan pasien
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI
253
Kegiatan orientasi pada instalasi gizi dilakukan pada :
Khusus pengawai baru kegiatan orientasi dimulai pada pengenalan ruang lingkup
ruang pengawas.) serta tugas – tugas yang harus dikerjakan, sehingga usaha ini
Peran pegawai masing- masing dalam menunjang fungsi instalsi gizi serta
b. Penyuluhan / konsultasi dan rujukan gizi pada pasien rawat jalan dan rawat inap.
hal berikut :
Persetujuan dan dukungan dari bagian pendidikan dan latihan rumah sakit
253
Dukungan dan partisipasi bagian perawatan serta bagian yang terkait
Waktu pasien akan pulang setelah masa perawatan dirumah sakit berakhir.
253
BAB X
PERTEMUAN / RAPAT
- Mengingatkan tata cara penyajian makanan harus sesuai dengan alur yang telah ada
- Jangan lupa melakukan handhygine sesudah dari wc, sebelum dan sesudah
2. Rapat dilakukan 3-4 kali dalam setahun ( mengikut sertakan Kasie Medis &
Penunjang Medik )
253
BAB XI
LAPORAN
A. Laporan Harian
Meliputi :
Jumlah pasien makan diet ( diet cair, saring, sonde, diet jantung, diet ginjal, diet DM,
B. Laporan Bulanan
Meliputi :
Stok barang bulanan ( bahan makanan kering, bumbu kue dan makanan )
253
Total jumlah pasien perbulan, sesuai kelas
C. Laporan Tahunan
Meliputi :
BAB I
DEFINISI
menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi
untuk menimbulkan kerusakan jaringan. Dan bersifat subyektif dimana individu mempelajari
apa itu nyeri, melalui pengalaman yang langsung berhubungan dengan luka, yang dimulai
Skala nyeri sering digunakan para praktisi umum untuk mengevaluasi tingkat rasa
nyeri yang dialami orang sakit. Skala ini membantu dalam membedakan tingkat beratnya
suatu penyakit, durasi nyeri dan nyeri yang ditimbulkan apabila diam atau bergerak. Dan juga
digunakan untuk membuat diagnosis yang akurat, mengetahui rencana pengobatannya dan
253
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan manajemen nyeri ini membahas tata cara asesmen dan tatalaksana nyeri pada
BAB III
TATA LAKSANA
A. ASESMEN NYERI
Perawat atau dokter melakukan skrining mengenai nyeri terhadap semua pasien yang
dating kebagian IGD, poliklinik, ataupun pasien rawat inap. Bila ada nyeri lakukan
asesmen nyeri lebih lanjut. Tentukan metode skala nyeri yang akan digunakan sesuai
253
1. Indikasi: Digunakan pada pasien 3-7 tahun , pasien dewasa yang tidak kooperatif
2. Instruksi: Perawat menilai intensitas nyeri pasien dengan cara melihat mimik
2. Instruksi: Perawat menilai intensitas nyeri dengan cara melihat mimik wajah,
2. Instruksi : Perawatmenilaiintensitasnyeridengancaramengobservasi
Neonatus terhadap reaksi menangis, kebutuhan O2, peningkatan tanda vital, ekspresi
Setelah selesai menentukan score intensitas nyeri ,lanjutkan dengan menentukan tipe
kepada pasien.
a. Lokasi nyeri.
253
f. Obat- obatan yang dikonsumsi pasien.
Pada pasien dalam pengaruh obat anastesi atau dalam kondisi sedasi sedang, asesmen
dan penanganan nyeri dilakukan saat pasien menunjukkan respon berupa ekspresi
Asesmen ulang nyeri : dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam
b. Dilakukan pada : pasien yang mengeluh nyeri, 1 jam setelah tata laksana nyeri,
setiap empat jam (pada pasien yang sadar/bangun), pasien yang menjalani
rumah sakit.
c. Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan asesmen ulang
d. Pada nyeri akut lakukan asesmen ulang tiap 30 menit – 1 jam setelah
pemberian obat.
253
0 2 4 6 8 10
Hebat
0 1 2 3 4 5 6 7
8 9 10
Berat
253
B. Gambar Lokasi Nyeri
C.Skala Penilaian
InterpretasiScore :
253
4. 7-10 :NyeriBerat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari)
KATEROGI SCORE
0 1 2
sakit
ANGGOTA Posisi anggota Anggota gerak bawah Anggota gerak bawah (lower
EXTREMITAS)
253
BERSUARA bersuara dipegang, dipeluk, kata-kata atau pelukan
bicara
InterpretasiScore :
Menangis
253
Peningkatantanda vital (TD dan HR)
0 : Nadi atau tekanan darah tidak berubah atau dibawah nilai normal
nilai dasar
Ekspresi Wajah
1 : Wajah meringis
Tidur
TOTAL SCORE
InterpretasiScore :
3. 4 – 6 : Nyeri Sedang
B. TATALAKSANA NYERI
253
Nyeri Ringan
Untuk nyeri ringan dengan interval skala 1-3 yang telah didapatkan melalui hasil
lain pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai hal- hal yang
meliputi, :
Dan untuk asesmen ulang untuk skala nyeri ini, dilakukan setiap 1x/ shift sampai
skala nyeri 0.
Nyeri Sedang
Untuk nyeri sedang dengan interval skala 4-6 yang telah didapatkan melalui hasil
meliputi :
Untuk asesmen ulang nyeri pada skala nyeri sedang dilakukan rutin setiap tiga
jam. Dan tata laksana ini dihentikan ketika pada asesmen telah didapatkan skala
nyeri 0.
Nyeri Berat
Pada hasil asesmen nyeri yang didapatkan dengan interval skala nyeri 7-10 atau
ketika didapatkan keluhan pasien dengan nyeri hebat, tata laksananya dapat
253
diberikan terapi farmakologi, dengan ketentuan telah melaporkan keluhan dan
hasil asesmen nyeri tersebut kepada dokter yang merawat atau dokter jaga, dimana
anastesi.
253
BAB IV
DOKUMENTASI
Semua pasien dilakukan skrining nyeri dan dicatat dalam rekam medis pasien pada
tempat penilaian nyeri yang disediakan. Pada pasien rawat inap yang memerlukan evaluasi
penanganan nyeri dicatat dalam form instrument intensitas nyeri. Form Instrumen Intensitas
Nyeri dipakai sebagai alat untuk membantu melakukan asesmen intensitas nyeri dan untuk
memantau / evaluasi nyeri pada pasien setelah mendapat penanganan nyeri. Form Instrumen
Intensitas Nyeri bisa dipakai untuk pasien rawat jalan ( poliklinik ) dan pasien rawat inap.
Pada pasien rawat jalan pengisian Form Instrument Intensitas Nyeri cukup sampai kesan
BAB I
DEFINISI
Penyakit Terminal adalah penyakit progresif yang sulit disembuhkan, seperti Kanker
std.akhir, multiple organ failure dll. Penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk
253
hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan perjalanan
Kondisi Terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian, berjalan melalui
suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Carpenito,
1995). Suatu kondisi dimana seseorang mengalami sakit atau penyakit yang tidak
mempunyai harapan untuk sembuh dan menuju pada proses kematian dalam 6 bulan atau
kurang.
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah
serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas
dan spiritual klien. Aspek spiritual sangat penting diperhatikan terutama untuk pasien
yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut , karena
pasien terminal seperti yang dikatakan Dadang Hawari (1977) “orang yang mengalami
penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit
kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien
menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Sehingga pasien terminal biasanya
keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk mendampingi pasien
yang dapat meningkatkan semangat hidup klien meskipun harapannya sangat tipis dan
dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan di dunia ini yang tidak
kekal selamanya.
253
.
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup panduan pelayanan pasien tahap terminal ini melingkupi pembahasan
asesmen kebutuhan dan masalah yang terjadi pada pasien tahap terminal , tahapan respon
penatalaksanaannya.
BAB III
TATA LAKSANA
2. Membuat hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk pasien maupun keluarga
253
5. Ketidaksesuaian, antara kebutuhan dan harapan dengan perlakuan yang didapat
( Kubler – Ross,1969 )
1. Respon penolakan
Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi/ sedang
terjadi. Yang bersangkutan tidak siap terhadap kondisi yang dihadapi dan
dampaknya. Denial berfungsi sebagai buffer setelah mendengar sesuatu yang tidak
2. Respon marah
Fase marah terjadi saat tidak lagi bisa dipertahankan. Rasa kemarahan ini sering
sulit dipahami oleh keluarga/orang terdekat oleh karena dapat terpicu oleh hal-hal
yang secara normal tidak menimbulkan kemarahan. Rasa marah ini sering terjadi
karena rasa tidak berdaya ,bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja tetapi
hubungan
Klien mencoba untuk melakukan tawar menawar dengan Tuhan agar terhindar dari
kehilangan yang akan terjadi, ini bisa dilakukan dalam diam atau dinyatakan secara
Rasa kesedihan yang mendalam sebagai akibat kehilangan ( past loss & impending
253
5. Acceptance – menerima
Pada tahap menerima ini, klien memahami dan menerima keadaannya, yang
perjalanan panjang.
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga tentang
kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangat
yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung.
253
c. Pernafasan cepat, dangkal dan tidak teratur.
Gangguan Sensoris:
a. Penglihatan kabur.
3) Kehilangan reflek.
nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan
253
Pasang nasopharyngeal tube
cukup.
Kematian.
Dalam hal ini klien dan keluarga tidak menyadari datangnya kematian, tidak tahu
Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan tentang
diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi perawat hal ini
sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan sering kepada pasien dan
253
Dalam hal ini klien,keluarga,team kesehatan tahu bahwa kondisinya terminal tetapi
merasa tidak nyaman untuk dan menghindari membicarakan kondisi yang dihadapi
klien. Ini berat bagi klien karena tdk dapat mengekspresikan ketakutannya
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala sesuatu
Pada kondisi ini klien dan orang disekitarnya tahu bahwa ia berada diambang kematian
sehingga tidak ada kesulitan untuk membicarakannya. Pada tahap ini klien dapat
Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya ajal yang
saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hal tersebut.
yang terjadi.
sedang dihadapinya.
253
tujuan memberikan rasa nyaman.
j. Hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medis untuk keluarga yang
l. Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak diambil keputusan
orang lain
n. Hak untuk mengharapkan bahwa kesucian raga manusia akan dihormati setelah
o. Hak untuk mendapatkan perawatan dari orang yang profesional, yang dapat
1) Tahap Penolakan.
Beri dukungan pada fase awal karena ini berfungsi protektif dan memberi waktu bagi
klien untuk melihat kebenaran. Bantu untuk melihat kebenaran dengan konfirmasi
2) Tahap Marah.
Bantu klien untuk memahami bahwa marah adalah respon normal akan kehilangan
253
Asah kepekaan perawat bila fase tawar menawar ini dilakukan secara diam-diam..
Bargaining sering dilakukan klien karena rasa bersalah atau ketakutan terhadap
bayang-bayang dosa masa lalu. Bantu agar klien mampu mengekspresikan apa yang
4) Tahap Depresi.
Klien perlu untuk merasa sedih dan beri kesempatan untuk mengekspresikan
5) Tahap Menerima.
Klien merasa damai dan tenang dampingi klien untuk mempertahankan rasa berguna
(self worth) berdayakan pasien untuk melakukan segala sesuatu yang masih mampu
Pada pasien yang berada pada tahap akhir penyakit, penting untuk mengingat bahwa
salah satu tujuan utama perawatan adalah menghilangkan atau meredakan penderitaan.
1) Selalu percaya apa yang pasien katakan tentang nyeri mereka. Jangan pernah
membuat keputusan anda sendiri tentang seberapa nyeri yang mereka rasakan.
2) Banyak pasien takut bahwa mereka akan meninggal dalam penderitaan yang
takut. Tenangkan mereka dan beritahu mereka bahwa anda dapat merawat nyeri
3) Berikan dosis medikasi nyeri yang memberikan pengendalian nyeri paling besar
253
4) Berikan pereda obat nyeri sepanjang siang dan malam hari (dua puluh empat
jam) untuk meyakinkan bahwa pasien mendapatkan peredaan nyeri yang cukup.
5) Obat nyeri paling baik untuk pasien menjelang ajal adalah morfin. Dosis morfin
efektivitas obat.
7) Gunakan rute paling sederhana untuk memberikan obat, berikan peroral selama
pasien dapat menelan. Jika pasien tidak dapat menelan, bolus opioid berulang
8) Gunakan cara lain untuk mengendalikan nyeri, termasuk masase, musik, dan
memposisikan pasien dengan nyaman. Kadang bantalan panas atau botol air
menjelang ajal.
nyeri.
2) Bila pasien konstipasi, Laksatif mungkin membantu. Juga dorong pasien untuk
3) Sebanyak mungkin, beri pasien diet tinggi kalori dan tinggi vitamin. Jangan
253
paksa pasien untuk makan. Pasien harus makan hanya makanan yang dia ingin
makan.
5) Pertahankan pasien bersih; mandikan dengan sering, beri perawatan mulut bila
6) Bantu pasien turun dari tempat tidur dan duduk di kursi bila Ia mampu. Jika
tidak, ganti posisi setiap dua jam dan coba untuk mempertahankan pasien dalam posisi
8) Jika jalan napas tersumbat, Anda mungkin perlu melakukan penghisapan pada
tenggorokan pasien.
9) Jika pasien merasakan napas pendek atau kekurangan udara, berikan oksigen.
10) Bahkan ketika pasien hampir meninggal, mereka dapat mendengar, sehingga
jangan berbicara dengan berbisik, tapi bicaralah dengan jelas. Pasien juga masih
Penting untuk menanyakan kepada pasien dan keluarga apakah pasien ingin tinggal di
rumah sakit atau pulang untuk hari terakhirnya. Kadang keluarga tidak dapat merawat
pasien di rumah, tetapi itu merupakan pilihan. Bila pasien ingin pulang, ajarkan keluarga
bagaimana merawat pasien. Terutama, tunjukkan pada keluarga cara memberikan obat
untuk nyeri. Yakinkan bahwa mereka memahami bahwa sangat penting memberikan obat
dalam dosis dan waktu yang tepat. Juga jelaskan pada mereka bagaimana membuat
1) Bila pasien tinggal di rumah sakit, cobalah sebanyak mungkin untuk melakukan
253
apa yang diinginkan pasien dan keluarga. Penting untuk memberikan kenyamanan
fisik. Juga penting untuk membuat pasien merasa aman sampai tenang terhadap
2) Buat pasien merasa aman dan terlindungi dengan menunjukkan bahwa ia akan
3) Tenangkan rasa takut dengan meyakinkan pasien bahwa ia akan dirawat, dan tidak
4) Berikan harapan, jangan memberikan keyakinan palsu. Berikan target yang lebih
kecil. Bicara tentang kebaikan di masa yang akan datang, atau mengingatkan
5) Bila pasien memiliki urusan yang belum selesai, berikan bantuan apa yang ia
rumahnya.
7) Lebih dari semua itu, hargai keputusan pasien. Terima perasaan pasien, bila ia tidak
ingin makan, atau turun dari tempat tidur, atau membalikkan badan di
tempat tidur, terima hal ini. Dengarkan dan biarkan pasien bicara tentang
menerimanya.
8) Permudah bagi keluarga untuk tinggal dengan pasien sebanyak mungkin yang
253
dapat bersama pasien pada saat kematian bila mereka menginginkan.
orang ) dengan persetujuan keluarga agar keluarga bisa bersama pasien selama
meningkatkan kualitas lingkungan. Klien menjelang ajal tidak harus secara rutin
ditempatkan dalam ruang tersendiri di lokasi yang sangat jauh. Klien merasakan
menjelang ajal dapat merasa sangat kesepian terutama pada malam hari dan mungkin
merasa lebih aman jika seseorang tetap menemaninya di samping tempat tidur. Perawat
harus mengetahui cara menghubungi anggota keluarga jika kunjungan diperlukan atau
kondisi klien memburuk. Klien harus ditemani oleh seseorang ketika terjadi kematian.
Perawat tidak boleh merasa bersalah jika tidak dapat selalu memberikan dukungan ini.
Perawat harus mencoba untuk berada bersama klien menjelang kematian ketika diperlukan
Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar kunjungan
filosofi kehidupan. Ketika kematian mendekat, klien sering mencari ketenangan dengan
menganalisis nilai dan keyakinan yang berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan
keluarga dapat membantu klien dengan mendengarkan dan mendorong klien untuk
253
mengekspresikan tentang nilai dan keyakinan. Perawat dan keluarga dapat memberikan
simpati, berdoa dengan klien, membaca literatur yang memberi inspirasi, dan memainkan
musik.
Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dan kematian dari orang
yang mereka cintai dan, waktu yang bersamaan, siap sedia untuk memberikan dukungan.
Perawat harus mengenali nilai anggota keluarga sebagai sumber dan membantu mereka
1) Bila keluarga ada pada saat kematian, biarkan mereka tinggal bersama pasien
2) Jika keluarga tidak ada, tetapi ingin melihat jenazah setelah kematian, buat
melakukan ini dengan segera, karena mayat akan mulai kaku (rigor mortis) kira-kira
3) Tempatkan jenazah dalam posisi datar, lengan pada sisi tubuh. Tempatkan bantal atau
gulungan handuk di bawah kepala sehingga darah tidak mengubah warna wajah.
Tutup kelopak mata selama beberapa detik sehingga mata tetap menutup. Tutup mulut.
Bersihkan daerah yang kotor. Singkirkan semua peralatan dan bahan yang dipakai dari
tempat tidur.
253
BAB IV
DOKUMENTASI
Pemberian informasi dan edukasi oleh DPJP dan perawat tentang penyakit tahap
BAB IV
DOKUMENTASI
1. SPO pelayanan
2. Form CPPT
4. Inform Consent
5. Panduan pelayana
253