Anda di halaman 1dari 7

ANALISA JURNAL

Pengaruh Chromotheraphy Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada Pasien


Halusinasi di RSJ Dr. Arif Zaenudin Surakarta Provinsi Jawa Tengah

Di Susun Oleh :

BLESSA ADHY NUGRAHA 070118A007


TEGUH TRI PARKOSO 070118A073
ANITA ISTIFAIZAH 070118A004
ELSA HARI YANI 070118A013
LAILATUS SYARIFAH 070118A029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

2019
SUBSTANSI PENELITIAN

1. Judul Penelitian
Pengaruh Chromotheraphy Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada Pasien
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Di Bangsal UPI RS Prof. DR. SOEROYO
MAGELANG
2. Tahun Penelitian
Jurnal Pengaruh Chromotheraphy Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada
Pasien Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Di Bangsal UPI RS Prof. DR.
SOEROYO MAGELANG Diterbitkan Pada Tahun 16 Juli 2018
3. Nama Peneliti
Heni Setyowati Esti Rahayu
4. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RS Prof. DR. SOEROYO MAGELANG
5. Alamat Jurnal
https://media.neliti.com/media/publications/70720-ID-pengaruh-chromotherapy-
terhadap-penuruna.pdf
https://www.scribd.com/document/383931169/Pengaruh-Chromotherapy-
Terhadap-Penurunan-Tingkat-Halusinasi-Pada-Pasien-Gangguan-Persepsi-Sensori-
Halusinasi-Di-Bangsal-Upi-Rs-Prof-dr-Soeroyo-Magel

6. Pendahuluan
Terapi adalah subuah label iklusif untuk semua cara dan bentuk perawatan penyakit
atau gengguan (Reber & Reber, 2010). Sedangkan waran didefinisikan secara
obyektif atau fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara subjektif atau
psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan (dalam Atma, 2011).
Menurt Jane (2012) terapi warna adalah teknik mengobati penyakit melalui
penerapan warna, agar tubuh tetap sehat dan memperbaiki ketidakseimbangan
didalam tubuh sebelum hal itu menimbulkan masalah fisik maupun mental.

Terapi ini telah ada selam ribuan tahun. Terapi warna bekerja dengan cara warna
yang masuk ke mata diarahkan ke kelenjar hipotalamus, dari sana ke kelenjar pineal
dan kemudian ke kelenjar pituitari, yang mengatur dan mengatur produksi hormon.
Ketika otak memproses informasi ini, diyakini bahwa hal itu menyebabkan
perubahan sel dan hormon. Kuncinya adalah bahwa frekuensi warna dapat
ditransmisikan ke area tubuh yang mengenalinya. Frekuensi, atau getaran, warna
adalah konstan. Getaran dapat "menyesuaikan" area tubuh itu. Dengan kata lain, area
itu sekarang dapat dikembalikan ke getaran yang tepat dan dikembalikan ke
kesehatan saat warnanya digunakan. Jika digunakan secara teratur, tubuh dapat
belajar untuk berfungsi dengan baik sendiri, seperti halnya dengan terapi fisik.
Penggunaan terapi warna ini sudah mempunyai sejarah yang cukup lama. Pada
zaman mesir kuno sudah dibuat suatu bangunan penyembuhan dengan cahaya dan
warna. Penggunaan warna pun digunakan secara luas di India dan China sampai saat
ini sedangkan penggunaan terapi warna di AS dan Eropa mulai berkembang sejak
pertengahan abad ke 19 , dimana Dr. Edwin Babbit mempublikasikan The Principles
of light and colour. Dia merekomendasikan berbagai teknik penggunaan warna untuk
penyembuhan.
Praktisi terapi warna percaya bahwa karena semua bentuk materi merupakan bentuk
dari energi, maka aplikasi energi ke dalam tubuh akan mempengaruhi keadaan sehat
maupun sakit. Pada orang yang sakit , tubuhnya kekurangan satu atau beberapa warna
tertentu.

Manurut Mary 2009 energi warna bisa menjadi katalisator bagi proses penyembuhan
kita dan menyokong kerja tubuh yang sehat dan normal. Terapi warna dapat
diterapkan untuk mengatasi persoalan apapun , baik masalah fisik, mental emosional
atau spiritual, atau masalah – masalah khusu yang biasa diatasi dengan terapi
relaksasi. Terapi warna bisa diterapkan dengan aman dan efektif, baik digunakan
bersama metode terapi lain atau tidak, dengan pengobatan modern ataupun
tradisional, kepada orang dewasa, anak serta balita.

7. Metedologi Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan
rancangan penelitian Pra-Eksperimental jenis Pra- Post Test.
Penelitian ini dilakukan di lakukan di bangsal UPI RS Prof. DR. Soeroyo Magelang.
Sampel yang diambil sebanyak 34 orang yang kemudian dibagi menjadi dua
kelompok yang terdiri dari masing-masing kelompok kasus sebanyak 25 responden
dan kelompok kontrol 29 responden. Pada kelompok kasus, respoden diberikan
perlakuan chromotherapy: ungu sedangkan kelompok control tidak diberikan
perlakuan chromotherapy: ungu. Data dianalisis secara kuantitatif yaitu dengan
análisis univariat dan bivariat.

8. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui hasil penelitian dengan
rancangan Pra- eksperimental dengan jenis Pra – Post Test dengan menggunakan
sampel 54 responden, nilai p value 0,000 (p value < 0,005)
Karateristik responden paling banyak berjenis kelamin laki dengan jumlah 32
reponden (57%), Agama paling dominan adalah agama Islam yaitu dengan 53
responden (96.3%). Pendidikan paling banyak tamatan SLTA (SMA) sebanyak 9
responden (16, 4%), Sedangkan reponden yang tidak bekerja sebanyak 21 responden
(38,2%).
Kemampuan mengontrol halusinasi setelah dilakukan terapi pad hari keempat
berdasarka nilai t test didapatkan data yaitu -10,244 dan p value 0,000 yang artinya
terdapat perbedaan tingkat halusinasi setelah diberikan terapi pada hari keempat.

Analisi Jurnal (PICO)

P (Patient and Clinical Problem) 54 pasien dengan halusinasi di Rumah Sakit


Prof. Dr. Soeroyo Magelang Provinsi Jawa
Tengah
I (Intervention) Sebanyak 54 pasien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi. Kelompok subjek diukur
dengan penelitian Pra – eksperimental jenis
Pra – Post Test.
Dari 54 pasien dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu 25 kelompok kasus dan 29 kalompok
kontrol.
C (Comparison) Pada hari pertama tidak ada perbedaan baik
kelompok kasus dan control pada tingkat
halusinasi setelah diberikan terapi warna
Pada hari kedua adanya perbedaan pada
tingkat halusinasi setelah diberikan terapi
warna. Artinya tingkat halusinasi kelompok
kasus lebih rendah dibandingkan kelompok
kontrol
Pada Hari Ketiga dan keempat terdapat
perbedaan pada tingkat halusinasi setelah
diberikan terapi warna pada kolompok kausu
maupun kelompok control.
Berdasarkan penelitian dari Harini Novita, 2
Agustus 2018 menunjukkan bahwa kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dalam
kondisi yang setara sebelum diberikan
perlakuan terapi warna.
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon menunjukkan
bahwa ada perbedaan skor yang signifikan
pada kelompok experiemen setelah diberikan
terapi warna dengan teknik pernafasan warna.
Berdasarkan penelitian dari Somia Gul, dkk
dari American Research Journal Of Pharmacy,
2015 Penelitian ini menyimpulkan bahwa
terapi kromo adalah cara alami untuk
menyembuhkan berbagai penyakit
di seluruh dunia. Lebih lanjut itu
menggambarkan bahwa terapi kromo adalah
evolusi sains yang efektif di bidang
radiasi / energi elektromagnetik dan itu bisa
sangat membantu dalam menemukan dimensi
baru perawatan

O (Outcome) Berdasarkan hasil penelitian pengaruh


pemberian terapi warna ungu terhadap
penurunan tingkat halusinasi pada pasien
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
dibangsal UPI RS Soeroyo Magelang dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi
warna ungu terhadap penurunan tingkat
halusinasi pada apsien gangguan persepsi
sensori : halusinasi dengar setelah dilakukan
terapi warna ungu setelah hari kedua.

Peneprapan Di Ruangan

Terapi warna adalah sebuah label iklusif untuk semua cara dan bentuk perawatan penyakit atau
gangguan (Reber & Reber, 2010). Manurut Jane (2012) Terapi warna adalah tehnik mengobti
penyakit melalui penerapan warna , agar tubuh tetap sehat memperbaiki ketidakseimbangan
didalam tubuh. Beberapa metode terapi warna yang sering digunakan sebagai berikut :

a. Pernafasan warna
Yaitu tehnik bernafas dengan membayangkan sewaktu menghirup dan menghembuskan
nafas dengan warna – warna tertentu.
b. Meditasi
Yaitu tehnik membayangkan atau berimajinasi untuk memusatkan perhatian pada objek
tertentu yng bersifat citra / visual yang mengandung warna – warna, sehingga dapat
memberikan efek relksasi pada tubuh.
c. Air Solarisasi
Yaitu dengan menggunakan botol ataupun gelas atau air dengan warna – warna tertentu,
kemudian air tersebut diminum.
d. Aurasoma
Yaitu tehnik yang menggunakan botol – botol kecil yang berisi lapisan warna dari minyak
esential dan ekstrak tumbuhan.
e. Warna Kain Sutra
Yaitu tehnik terapi warna mengunakan kain sutra yang dipakai ke tubuh pasien untuk
digunakan dalam waktu tertentu
Kritik Jurnal

1. Substansi
a. Kelebihan
Jurnal ini memberikan informasi mengenai pengaruh terapi chromoterapi
terhadap kemampuan mengontrol halusinasi
b. Kekurangan
Dalam penelitian ini tidak ada disebutkan volume dalam jurnal itu apa, tanggal
bulan dan tahun berapa, kurang dijelaskan bagaimana cara melakukan
intervensi baik pada kelompok kontrol maupun kelompok kasus dan dijelaskan
pada kesimpulan dan saran hanya dijelaskan pada etrapi warna ungu tidak pada
semua warna.
2. Teori
Pada pembahasan penulis sudah menyertakan teori-teori yang mendukung dari hasil
penelitiannya, sehingga dapat memperkuat hasil yang telah didapat dan memperjelas
bahasanya yang berdampak pada mudahnya pembaca memahami maksut dari
peneliti dalam membahas hasil penulisnya.
3. Metodologi
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan
penelitian Pra-eksperimental jenis Pra-Post Test.
Penelitian ini dilakukan dilakukan dibangsal UPI RS Prof. DR. Soeroyo Magelang.
Sampel yang diambil sebanyak 34 orang yang kemudian dibagi menjadi dua
kelompok yang terdiri dari masing-masing kelompok kasus sebanyak 25 responden
dan kelompok kontrol 29 responden. Pada kelompok kasus, responden diberikan
perlakuan chromoterapy ; ungu sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan
perlakuan chromoterapy ; ungu. Data dianalisis secara kuantitatif yaitu dengan
analisis univariat dan bivariate.
4. Interpretasi
Penyajian hasil data disajikan dalam bentuk tabel pre dan post sehingga dapat
dengan mudah dipahami, dalam jurnal ini tidak disebutkan berapa nilai signifikan
(nilai p) yang didapat dari perbandingan nilai pretest dan posttest baik kelompok
kontrol maupun kelompok perlakuan.
5. Gaya Penulisan
Gaya penulisan jurnalmudah dipahami dan runtut dari abstrak hingga daftar
pustaka dengan sumber referensi yang terbaru.

Implikasi

Terapi chromoterapy mampu mengingatkan kemampuan mengontrol halusinasi


membentuk persepsi yang positif

Daftar Pustaka
https://media.neliti.com/media/publications/70720-ID-pengaruh-chromotherapy-terhadap-
penuruna.pdf

https://www.scribd.com/document/383931169/Pengaruh-Chromotherapy-Terhadap-
Penurunan-Tingkat-Halusinasi-Pada-Pasien-Gangguan-Persepsi-Sensori-Halusinasi-Di-
Bangsal-Upi-Rs-Prof-dr-Soeroyo-Magel

(https://health.detik.com/hidup-sehat-detikhealth/1384625/terapi-warna-baik-untuk-
kesehatan Rabu, 23 Juni 2010 12 : 24 )

(http://www.color-medicine.com/ “Share This Page Possible Health Benefits of Color


Therapy” )

(https://www.naqsdna.com/2014/02/panduan-terapi-warna.html dr.Yudha Turana

Anda mungkin juga menyukai