Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 4.1 Artikel Ilmiah Terapi Dzikir Pada Pasien Halusinasi Pendengaran

NO PENULIS JUDUL METODE HASIL


.
1. Deden Pengaruh Terapi Sejumlah 8 orang yang Setelah diberikan terapi dzikir
Dermawan Psikoreligius: berusia 25-45 tahun selama 3-8 pertemuan didapatkan
(2017) Dzikir pada pasien diberikan terapi dzikir hasil dari 8 responden, sebanyak 5
Halusinasi menggunakan metode pasien merasakan tanda dan gejala
Pendengaran di desain deskriptif halusinasi berkurang, sebanyak 3
RSJD dr. Arif kualitatif dengan proses pasien tidak mengalami
Zainudin Surakarta keperawatan ( nursing perubahan, 2 pasien sedang
proses ) berada dalam fase menyenangkan
dan 1 pasien dalam fase
menjijikan
2. Wahyu Pengaruh Terapi Sejumlah 75 orang Setelah diberikan tindakan terapi
Catur Religius Zikir dengan usia 25-45 tahun dzikir dengan kategori baik
Hidayati , Terhadap diberikan terapi dzikir sebanyak 74 orang dan kategori
Dwi Heppy Peningkatan menggunakan metode buruk sebanyak 1 orang. Sehingga
Rochmawat Kemampuan khusus Quasy kemampuan mengontrol
i, Mengontrol Eksperimental Design halusinasi pendengaran sudah
Targunawa Halusinasi ( Eksperimen Semu ) dikategorikan baik.
n (2014) Pendengaran pada dengan pendekatan one
pasien Halusinasi group pre and post test.
di RSJD dr. Amino
Gondohutomo
Semarang
3. Emulyani, Pengaruh Terapi 21 orang dengan usia Di dapatkan hasil bahwa nilai
Herlamban Zikir Terhadap sekitar 17-55 tahun rata-rata keberhasilan control
g (2020) Penurunan Tanda diberikan terapi dzikir halusinasi pada pasien halusinasi
dan Gejala menggunakan metode sebelum terapi dzikir adalah 16,90
Halusinasi pada purpose sampling dan setelah terapi dzikir adalah
pasien Halusinasi menggunakan analisis 5,48 dengan nilai p = 0,000 <0,05
static uji T dependent
yaitu dengan
membandingkan
sebelum dan sesudah
diberikan terapi dzikir.
B. Pembahasan

Setelah penulis menganalisa ketiga artikel tersebut, penulis menemukan

persamaan pada artikel tersebut yaitu sama sama membahas tentang pemberian terapi

dzikir pada pasien halusinasi pendengaran. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Deden D (2017), Emulyani, dkk (2020), Hidayati, dkk (2014), didapatkan hasil yang

sama yaitu setelah diberikan terapi dzikir pasien mampu mengontrol halusinasinya

walaupun dengan karakteristik dan pemberian terapi yang berbeda. Faktor yang

mempengaruhi keefektifan tersebut adalah pendidikan dan usia. Menurut peneliti

Hidayati dkk (2014) didapatkan hasil pendidikan SD sebanyak 34 orang dengan usia

muda sebanyak 35 orang sedangkan menurut peneliti Emulyani dkk (2020) mendapatkan

hasil pendidikan SD sebanyak 12 orang dengan usia muda 9 orang dan menurut Deden D

(2017) mendapatkan hasil pendidikan SD 1 orang dengan usia muda 6 orang, dapat

disimpulkan bahwa pasien dengan tingkat pendidikan rendah lebih cenderung mengalami

halusinasi dan bahwa usia muda beresiko lebih tinggi mengalami halusinasi karena pada

usia tersebut lebih mudah emosi, jika diberi tindakan terapi dzikir klien lambat

mengaplikasikan terapi tersebut.

Pada jurnal yang ditulis oleh Nurlaili (2019) dijelaskan bahwa Pendidikan

berhubungan dengan cara berfikir untuk menganalisis sesuatu persoalan dalam

menghindari stress yang timbul dikehidupan sehari-hari sehingga dapat disimpulkan

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan pasien maka dalam pemberian terapi dzikir

lebih cepat menerima dan mengaplikasikan tindakan.

Perbedaan dari ketiga artikel tersebut yaitu metode yang digunakan Menurut

peneliti Emulyani dkk (2020) metode yang digunakan yaitu dengan pelaksanaan terapi
selama 7 hari dibimbing dan diarahkan serta diamati agar responden dapat melaksanakan

sesuai tahapan yang direncanakan, sedangkan menurut peneliti Deden D (2017) metode

yang digunakan dengan melakukan dzikir secara mandiri ketika pasien mendengar suara-

suara palsu, ketika waktu luang, dan ketika pasien selesai melaksanakan sholat wajib,

dengan perbedaan metode yang digunakan tersebut mendapatkan hasil bahwa pemberian

terapi dzikir sangat efektif terhadap kemampuan mengontrol halusinasinya.

Menurut Sumartyawati (2019) terapi dzikir yang dilakukan dengan tepat dapat

berdampak pada peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran. Terapi

dzikir apabila dilafalkan secara baik dan benar membuat hati menjadi tenang dan rileks,

karena ketika pasien melakukan terapi dzikir dengan tekun dan memusatkan perhatian

yang sempurna dapat memberikan dampak saat halusinasinya muncul sehingga pasien

bisa menghilangkan suara-suara yang tidak nyata dan lebih dapat menyibukan dengan

melakukan dzikir.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan dilakukan tindakan terapi dzikir pada

pasien halusinasi pendengaran mampu mengontrol halusinasi dengan efektif dan mampu

mengurangi tanda dan gejala halusinasinya.

Anda mungkin juga menyukai