A. Hasil
Tabel 4.1 Artikel Ilmiah Terapi Dzikir Pada Pasien Halusinasi Pendengaran
persamaan pada artikel tersebut yaitu sama sama membahas tentang pemberian terapi
dzikir pada pasien halusinasi pendengaran. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Deden D (2017), Emulyani, dkk (2020), Hidayati, dkk (2014), didapatkan hasil yang
sama yaitu setelah diberikan terapi dzikir pasien mampu mengontrol halusinasinya
walaupun dengan karakteristik dan pemberian terapi yang berbeda. Faktor yang
Hidayati dkk (2014) didapatkan hasil pendidikan SD sebanyak 34 orang dengan usia
muda sebanyak 35 orang sedangkan menurut peneliti Emulyani dkk (2020) mendapatkan
hasil pendidikan SD sebanyak 12 orang dengan usia muda 9 orang dan menurut Deden D
(2017) mendapatkan hasil pendidikan SD 1 orang dengan usia muda 6 orang, dapat
disimpulkan bahwa pasien dengan tingkat pendidikan rendah lebih cenderung mengalami
halusinasi dan bahwa usia muda beresiko lebih tinggi mengalami halusinasi karena pada
usia tersebut lebih mudah emosi, jika diberi tindakan terapi dzikir klien lambat
Pada jurnal yang ditulis oleh Nurlaili (2019) dijelaskan bahwa Pendidikan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan pasien maka dalam pemberian terapi dzikir
Perbedaan dari ketiga artikel tersebut yaitu metode yang digunakan Menurut
peneliti Emulyani dkk (2020) metode yang digunakan yaitu dengan pelaksanaan terapi
selama 7 hari dibimbing dan diarahkan serta diamati agar responden dapat melaksanakan
sesuai tahapan yang direncanakan, sedangkan menurut peneliti Deden D (2017) metode
yang digunakan dengan melakukan dzikir secara mandiri ketika pasien mendengar suara-
suara palsu, ketika waktu luang, dan ketika pasien selesai melaksanakan sholat wajib,
dengan perbedaan metode yang digunakan tersebut mendapatkan hasil bahwa pemberian
Menurut Sumartyawati (2019) terapi dzikir yang dilakukan dengan tepat dapat
dzikir apabila dilafalkan secara baik dan benar membuat hati menjadi tenang dan rileks,
karena ketika pasien melakukan terapi dzikir dengan tekun dan memusatkan perhatian
yang sempurna dapat memberikan dampak saat halusinasinya muncul sehingga pasien
bisa menghilangkan suara-suara yang tidak nyata dan lebih dapat menyibukan dengan
melakukan dzikir.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan dilakukan tindakan terapi dzikir pada
pasien halusinasi pendengaran mampu mengontrol halusinasi dengan efektif dan mampu