Proposal PTK Discovery Learning
Proposal PTK Discovery Learning
Oleh
Lilis Nurhidayah
1003417
PGSD IPA-B
LILIS NURHIDAYAH
1003417
PEMBIMBING PROPOSAL
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
1003417
Mengetahui,
PEMBIMBING PROPOSAL
B. BIDANG KAJIAN
A. Mata Pelajaran yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA)
B. Bidang Kajian penelitian ini adalah pembelajaran konsep Sifat-sifat
Cahaya.
Namun hal ini berbanding terbalik dengan fakta yang terjadi dilapangan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di SDN 2
Suntenjaya khusunya di kelas V, proses belajar mengajar masih berpusat pada
guru. Kegiatan pembelajan IPA masih dilakukan secara konvensional, dengan
guru lebih banyak menerangkan materi pembelajaran dan peserta didik hanya
berperan sebagai penyimak. Pembelajaran IPA yang demikina tidak atau belum
memberi kesempatan maksimal kepada peserta didik untuk mengembangkan
kreatiftasnya. Dimana proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya
diarahkan pada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi, peserta
didik dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkanknya dengan
situasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dalam proses belajar mengajar,
guru hanya terpaku pada buku teks sebagai satu-satunya sumber pembelajaran.
D. RUMUSAN MASALAH
Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan , peneliti merumuskan
masalah utama dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah penerapan Model
Discovery Learning untuk meningkatkan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya
di kelas V SDN 2 suntenjaya?”. Secara spesifik rumusan masalah dalam
penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya melalui
penerapan Model Discovery Learning di SDN 2 Suntenjaya?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA
materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan Model Discovery Learning di
SDN 2 Suntenjaya?
E. TUJUAN PENELITIAN
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini secara umum adalah “Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data
mengenai penerapan Model Discovery Learning untuk meningkatkan
pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya di kelas V SDN 2 suntenjaya. Secara
khusus tujuan penelitian ini adalah sebgai berikut:
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat teoritis
Melalui kegiatan penelitian ini diharapkan diperoleh suatu model
pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran IPA sebagai salah
satu upaya meningkatkan pemahaman pembelajaran IPA khususnya materi Sifat-
Sifat Cahaya yang nantinya dapat dijadikan sebagai refrensi bagi peneliti
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peserta didik
1. Meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai materi sifat-sifat
cahaya
2. Mendorong peserta didik lebih aktif, kreatif, dan berani
mengungkapkan pendapat
3. Mendapatkan pengajaran yang konkrit yaitu tidak hanya sekedar
konsep melainkan proses suatu kejadian
4. Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga
peserta didik termotivasi dan merasa antusias dalam mengikuti
pembelajaran.
b. Bagi guru
1. Meningkatnya kemampuan guru dalam mengatasi kendala
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2. Dapat memberikan inspirasi bagi guru untuk melakukan proses belajar
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif
sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
3. Melatih keprofesionalan seorang guru dalam mengembangkan model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik
c. Bagi sekolah
1. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi
pembelajaran bagi para guru lain dalam mengajarkan materi.
2. Sebagai masukan dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran secara intensif dan menggunakan model pembelajaran
yang lebih inovatif agar kualitas pembelajaran lebih efektif khususnya
pada kualitas sekolah.
G. KAJIAN PUSTAKA
1. Karakteristik Pembelajaran IPA
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta
isinya. IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif tentang alam
sekitar beserta isinya. Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga
dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa latin yaitu scienta yang
berarti “saya tahu”. Dalam bahasa inggris, kata sains berasal dari kata science
yang berarti “pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social
science yang dalam bahasa indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam
(IPA). Menurut Ahmad Susanto (2012: 167) menyatakan bahwa
Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta
melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur,
dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.
IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam.
IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan
fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan
ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan
menggunakan metode ilmiah.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA atau sains
merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan dalam
bentuk fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenaranya dan melalui
suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
b. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
1) IPA sebagai produk
IPA sebagai disiplin ilmu disebut produk IPA karena isinya merupakan
kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh
para ilmuan selama berabad-abad. Bentuk IPA sebagai produk adalah
fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori IPA. Jika ditelaah lebih lanjut,
fakta-fakta merupakan hasil kegiatan empirik dalam IPA, sedangkan
konsep, prinsip, hukum, dan teori-teori dalam IPA merupakan hasil
kegiatan analitik.
2) IPA sebagai proses
Memahami IPA bukan hanya memahami fakta-fakta dalam IPA.
Memahami IPA berarti juga memahami proses IPA yaitu memahami
bagaimana mengumpulkan fakta dan memahami bagaimana
menghubungkan fakta untuk menginterpretasikannya. Para ilmuan
mempergunakan berbagai prosedur empirik dan prosedur analitik dalam
usaha untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-prosedur
tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains. Keterampilan proses IPA
disebut juga keterampilan belajar seumur hidup. Sebab keterampilan ini
dapat juga dipakai di bidang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para
ilmuan, di antaranya adalah: Mengamati, mengukur, menarik kesimpulan,
mengendalikan variabel, merumuskan hipotesa, membuat grafik, membuat
table data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen.
3) IPA sebagai sikap ilmiah
Sikap yang dimaksud antara lain: 1) obyektif terhadap fakta, 2) tidak
tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang
mendukung, 3) berhati terbuka, 4) tidak mencampuradukan fakta dengan
pendapat, 5) bersifat hati-hati, dan 6) ingin menyelidiki.
c. Tujuan Pembelajaran IPA
Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan
apa yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran
IPA di SD dalam Kurikulum KTSP menurut Depdiknas, 2006 dalam
http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/05/hakikat-ipa.html secara terperinci
adalah:
1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya,
2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat,
4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan,
5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan
6) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs
Tujuan pembelajaran IPA di SD di samping untuk mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, juga mengembangkan keterampilan
proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat
keputusan. Tujuan tersebut dicapai dengan cara mengajarkan IPA yang
mengacu pada hakikat IPA dan menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi peserta didik. Pembelajaran IPA
harus berpusat pada peserta didik serta memberi kesempatan pada peserta
didik untuk mengembangkan ide atau gagasan, mendiskusikan ide atau
gagasan dengan peserta didik lain serta membandingkan ide mereka dengan
konsep ilmiah dan hasil pengamatan atau percobaan untuk merekontruksi ide
atau gagasan yang akhirnya peserta didik menemukan sendiri apa yang
dipelajari.
2. Pembelajaran Konsep
a. Pembelajaran
Menurut Miftahul Huda (2013;2), pembelajaran dapat dikatakan sebagai
hasil dari memori kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap
pemahaman. Hal inilah yang yang terjadi ketika seseorang sedang belajar,
dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar
adalh proses alamiah seseorang. Salah satu bentuk pembelajaran adalah
pemrosesan informasi. Hal ini bisa dianalogikan dengan otak atau pikiran kita
yang berperan layaknya komputer dimana ada input dan penyimpanan
informasi didalamnya. Yang dilakukan otak kita adalah bagaimana
memperoleh kembali materi informasi tersebut. Dengan demikian dalam
pembelajaran, seseorang perlu terlibat dalam refleksi dan penggunaan memori
untuk melacak apa saja yang harus ia serap, yang harus disimpan dalam
memorinya dan bagaimana ia menilai informasi yang telah ia peroleh (Glass
dan Hoylyoak dalam Miftahul Huda, 2013;2)
b. Konsep
Menurut Ratna Wilis Dahar (2006;64) konsep merupakan suatu abstraksi
mental yang mewakili satu kelas stimulus. Suatu konsep diakatakn telah
dipelajari atau dipahami apabila yang diajar dapat menampilkan perilaku-
perilaku tertentu. Macam-macam konsep yang kita pelajari tidak terbatas.
Flawel (dalam Ratna Wilis Dahar, 2013;62-63) menyatakan bahwa konsep-
konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi, yaitu sebagai berikut:
1) Atribut, setiap konsep mempunyai sejumlah atribut yang berbeda.
Contoh-contoh konsep harus mempunyai atribut yang relevan; termasuk
jugga atribut yang tidak relevan.
2) Struktur. Struktur menyangkkut cara terkaitnya atau tergabungnya
atribut-atribut tersebut.
3) Keabstrakan.
4) Keinklusifan. Ini ditunjukan pada jumlah contoh yang terlibat dalam
konsep itu.
5) Generalisasi, makin umum suatu konsep makin banyak asosiasi yang
dapat dibuat dengan konsep lainnya.
6) Ketepatan, menyangkut apakah ada sekumpulan aturan untuk
membedakan contoh dengan noncontoh suatu konsep.
7) Kekuatan. Kekuatu suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang
setuju bahwa konsep itu penting.
c. Pemahaman Konsep
Menurut W.J.S Poerwodarminto (1996), pemahaman berasal dari kata
“Paham” yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Sedangkan
pemahaman peserta didik adalah proses, perbuatan, cara memahami
sesuatu. Dan belajar adalah upaya memperoleh pemahaman.Hakekat
belajar itu sendiri adalah usaha mencari dan menemukan makna atau
pengertian. Berkaitan dengan hal ini J. Murshell (dalam Ardhana, W.,
Kaluge, L., & Purwanto. 2003) mengatakan: “Isi pelajaran yang bermakna
bagi anak dapat dicapai bila pengajaran mengutamakan pemahaman,
wawasan (insight) bukan hafalan dan latihan. Menurut Depdikbud, (1988:
636)Pemahaman diartikan sebagai pengertian yang mendalam. Sedangkan
Mrozek (2000) menyatakan, pemahaman merupakan suatu proses
memahami arti/makna tertentu dan kemampuan menggunakannya pada
situasi lainnya. Selanjutnya, Dubinsky (2000) menyatakan, pemahaman
tentang konsep materi pembelajaran IPS merupakan hasil konstruksi atau
rekonstruksi dari objek-objek pembelajaran IPS yang dilakukan melalui
aktivitas aksi, proses, dan objek yang dikoordinasi dalam suatu skema.
Skema merupakan struktur kognitif yang digunakan seseorang untuk
mengadaptasi dan mengorganisasikan stimulus (pengetahuan) yang datang
dari lingkungan (Hudojo, 2003: 59).Sedangkan Bartlett (dalam Davis &
Tall, 1999: 1) menyatakan bahwa skema merupakan penuntun dalam
melakukan pengorganisasian informasi (pengetahuan) yang masuk dalam
sistem memori pada suatu kumpulan pengetahuan.Secara sederhana,
skema diibaratkan sebagai konsep-konsep atau kategori-kategori yang
dipergunakan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan stimulus-
stimulus (pengetahuan/informasi) yang datang dari luar.
Pembelajaran konsep merupakan proses mencari dan mendaftar sifat-sifat
yang dapat digunakan untuk membedakan contoh-contoh yang tepat dan yang
tidak tepat dari berbagai kategori. (Bruner, Goodnow dan Austin dalam miftahul
huda, 2013;81). Pembelajaran konsep merupakan hasil utama pendidikan.
Konsep merupakan batu pembangun berfikir. Konsep merupakan dasar bagi
proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi.
Untuk memecahkan masalah, seorang peserta didik harus mengetahui aturan-
aturan yang relevan dan aturan-aturan ini berasal dari konsep-konsep yang telah
dipelajarinya. (Ratna Wilis Dahar, 2006;62).
Pada dasarnya pembelajaran konsep disini merupakan proses kognitif
yang terjadi di dalam diri seseorang. Adapun tiga proses kognitif tersebut
meliputi : (1) proses perolehan informasi baru, (2) proses mentransformasikan
informasi yang diterima, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan.(Brunner, dalam Ratna Wilis Dahar, 2006;77)
Menurut bruner (dalam Ratna Wilis Dahar, 2006;78) perolehan
pengetahuan dari proses kognitif itu dapat disajikan dengan tiga cara yaitu : 1)
cara penyajian enaktif, cara penyajian melalui tindakan. 2) Penyajian dengan
ikonik, didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan
gambar yang mewakili suatu konsep tetapi tidak mewakili sepenuhnya konsep
itu. Dan 3) penyajian secara simbolik, penyajian yang menggunakan kata-kata
atau bahasa.
3. Model Discovery Learning
a. Pengertian model Discovery Learning
Menurut Sund dalam http://ofiick.blogspot.com/2012/11/m0del-
pembelajaran-penemuan-terbimbing.html, model pembelajran penemuan
terbimbing (Discovery learning) adalah proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses
mental antara lain ialah : mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-
golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan
sebgainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri atau
mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya sebagai fasilitator dan
membimbing apabila diperlukan atau apabila ada yang dipertanyakan.
Sebagaimana diungkapkan oleh Jerome Bruner, Bruner menganggap bahwa
belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha
sendiri untuk mencari pemecahan masalah sera pengetahuan yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Ratna Wilis Dahar
(2006:79). Dari teori belajar Bruner, intinya perolehan pengetahuan merupakan
suatu proses interaksi, dan orang mengkanstruksi pengetahuannya dengan
menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan atau
diperoleh sebelumnya. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling
baik.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model Discovery
adalah model pembelajaran yang mengarahkan siswa kepada data-data serta
informasi yang telah disediakan oleh guru untuk diolah sendiri oleh siswa
dengan bimbingan guru untuk kemudian siswa sendiri menemukan sebuah
prinsip umum dari data dan informasi yang disediakan tersebut.
b. Kelebihan model Discovery Learning
Dalam penggunaan model discovery learning ini guru berusaha
meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka model ini
memiliki kelebihan sebagai berikut:
Model ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak
kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan
siswa.
Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual
sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa.
Model ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang
dan maju sesuai dengankemampuannya masing-masing.
Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi
yang kuat untuk belajar lebih giat.
Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri
sendiri dengan proses penemuan sendiri.
Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman
belajar saja atau sebagai fasilitator, membimbing siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.
c. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model Discovery
Learning
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model Discovery
Learning adalah sebagai berikut:
1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan). Pertama-tama pada tahap ini
pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya,
kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri.
2) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah). Setelah dilakukan
stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah).
3) Data collection (pengumpulan data). Ketika eksplorasi berlangsung guru juga
memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang
relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan nara
sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
4) Data processing (pengolahan data). Data processing merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Data processing
disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai
pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan
mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian
yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
5) Verification (pentahkikan/pembuktian). Bertujuan agar proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Tahap generalitation/
menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Atau tahap dimana berdasarkan
hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi
tertentu. Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi.
4. Aplikasi Model Discovery Learning dalam Pembelajaran IPA
Model pembelajaran ini dapat diaplikasikan pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam materi Sifat-sifat cahaya yang meliputi perencanaannyam
tahap-tahap pelaksanaannya dan evaluasinya.
1. Perencanaan
a. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya).
b. Menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik.
c. Menentukan materi yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh generalisasi).
d. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
e. Mengatur materi pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang
konkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
f. Mempersiapkan penilaian proses dan hasil belajar siswa
2. Pelaksanaan pembelajaran:
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).
Memberikan rangsangan kepada siswa dengan memberikan permasalahan
kepada siswa baik itu pertanyaan, maupun sesuatu yang harus dibuktikan.
Permasalahan yang diberikan kepada siswa tentunya berhubungan dengan
materi sifat-sifat cahaya baik itu permasalahan berupa sifat-sifat maupun
penggunaan bahan tersebut pada alat yang digunakan oleh manusia
dikehidupan sehari-hari.
b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).
Berdiskusi untuk mengidentifikasi sebuah masalah yang telah ditentukan
oleh guru. Identifikasi masalah ini bisa dimulai dari contoh alat yang
sering siswa lihat dikehidupan sehari-hari mereka yang kemudian mereka
analisis serta menggolongkan alat-alat tersebut.
c. Data collection (pengumpulan data)
Pengumpulan data dilakukan untuk mencari kebenaran data dari hasil
identifikasi siswa. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan cara
wawancara, observasi, angket dan sebagainya. Pada materi ini
pengumpulan data bisa dilakukan dengan cara pemberian lembar kegiatan
percobaan dan media objek untuk selanjutnya oleh siswa dilaksanakan
dengan tujuan membuktikan kebenaran data yang telah didapatkan
sebelumnya. Percobaan yang dilakukan akan lebih menekankan pada
pembuktian dari sifat-sifat cahaya.
d. Data processing (pengolahan data)
Data yang telah diperoleh pada saat pengumpulan data kemudian diproses
dan disusun secara sistematis oleh siswa, baik itu dengan berupa tabel
maupun laporan sederhana yang tidak terstruktur.
e. Verification (pembuktian)
Setelah data dapat diolah, siswa mencari contoh-contoh benda dan alat
yang sering mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk
mempermudah pekerjaan mereka sesuai dengan sifat serta kegunaan benda
tersebut.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Menarik kesimpulan dari keseluruhan kegitan yang telah dilaksanakan
untuk selanjutnya menjawab dan memecahkan masalah. Kesimpulan yang
akan didapatkan oleh siswa adalah berupa sifat-sifat yang dimiliki oleh
benda-benda yang digunakan manusia, contoh-contoh benda tersebut
sesuai dengan sifatnya serta penggunaan benda tersebut sebagai bahan
penyusun alat-alat yang sering digunakan manusia di kehidupan sehari-
hari.
J. DEFINISI OPERASIONAL
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengertian judul penelitian, maka
penulis mendefinisikannya sebagai berikut :
K. Hipotesis Tindakan
Menurut Ir. I Made Wirartha, M.Si, (2006:25)
Hipotesis merupakan tesis (kesimpulan) yang hipo (tarafnya rendah).Jadi
hipotesis merupakan kesimpulan yang tarafnya rendah, disebut demikian
karena belum diuji oleh kenyataan empiriknya.Oleh sebab itu pula disebut
kesimpulan teoritik.Dan jika telah teruji oleh data empirik dan ternyata benar
maka hipotesis itu menjadi tesis.
Jasmanyah76.wordpress.com
Dalam pelaksanaannya penilitian secara rinci terdiri dari langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Perencanaan tindakan, menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu
dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan, diuraikan sebagai berikut:
a. Mendiskusikan dengan guru tentang langkah-langkah, model, dan media
yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
b. Menyesuaikan rancangan penelitian dengan pokok bahasan
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
d. Mempersiapkan media yang akan digunakan untuk mengaplikasikan
kegiatan eksperimen
e. Mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan
dan dikembangkan, yaitu: lembaran-lembaran evaluasi dan instrumen lain
berikut kriteria penilaian dan kunci jawaban yang akan disiapkan dan
dikembangkan.
f. Mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi kegiatan pembelajaran
2) Pelaksanaan tindakan berisi uraian tahapan-tahapan tindakan yang akan
dilakukan oleh peneliti, observer, dan peserta didik dalam pembelajaran.
Pelaksanaan dilakukan pada bulan Maret-April 2014. Uraian dari tahapan
pelaksanaan adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dalam tahap ini kegiatan pembelajaran
yang dirumuskan diaplikasikan dalam kelas. Dengan rincian kegiatan
sebagai berikut:
Peneliti sebagai guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model Discovery Learning.
Langkah pembelajaran diawali dengan pengeksplorasian pengetahuan
awal peserta didik mengenai materi cahaya, kemudian menyebutkan
sifat-sifat cahaya. Pada langkah ini, guru sebagai motivator
mmembangun motivasi peserta didik.
Pembelajaran dilanjutkan dengan penayangan obyek yang dipilih (media
pembelajaran interaktif sifat-sifat cahaya). Penayangan CD interaktif ini
menjadi salah satu langkah dalam membangun motivasi peserta didik
sekaligus memberikan penginderaan mengenai materi pembelajaran yang
dilakukan.
Guru memberikan penjelasan sedikit tentang materi dengan bantuan
media diatas, kemudian memberikan pertanyaan kepada peserta didik
berhubungan dengan materi yang disampaikan.
Peserta didik bekerja dalam kelompok untuk melakukan eksperimen
berkaitan dengan sifat-sifat cahaya. Kegiatan eksperimen ini dilakukan
untuk memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik untuk
menemukan sendiri konsep-konsep dalam materi sifat-sifat cahaya
sehingga lebih memahami materi tersebut.
Peserta didik membuat kesimpulan dari hasil pengamatannya berupa
laporan sederhana.
Salah satu perwakilan peserta didik mempresentasikan masing-masing
hasil percobaan yang telah dilakukan kelompoknya.
Pada akhir pembelajaran, pembelajaran ditutup dengan menyimpulkan
dan merespon kegiatan yang telah dialami. Tahap ini merupakan salah
satu bentuk konfirmasi dalam pembelajaran.
3) Observasi, menggambarkan mengenai pengamatan observer terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dan sembilan orang peserta didik.
Mengobservasi kesesuaian rencana dengan aplikasinya pada saat
berlangsungnya proses belajar mengajar serta mengobservasi ketercapaian
indikator kognitif dan indikator afektif pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh observer dengan
menggunakan instrument yang telah disiapkan oleh peserta didik.
4) Refleksi, dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan proses
belajar mengajar pada siklus I. Kekurangan dapat diperbaiki pada siklus
berikutnya
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam beberapa siklus. Apabila pada siklus II
belum juga mengarah kepada perubahan proses pembelajaran dan hasil belajar
maka dapat dilakukan siklus III. Siklus dapat dihentikan jika hasil belajar yang
diinginkan telah tercapai. Refleksi Awal, perencanaan tindakan, pelaksanaaan
tindakan, dan refleksi pada siklus II dapat dilakukan atas hasil evaluasi dari siklus
I dan begitu juga dengan siklus selanjutnya.
4. Instrumen Penelitian
Berikut uraian instrument yang digunakan dalam penelitian :
a. Tes
Instrument ini digunakan untuk memperoleh data mengenai
pemahaman peserta didik. Instrument ini berupa tes uraian yang mengukur
pemahaman peserta didik terhadap materi berdasarkan indikator pemahaman yang
telah ditentukan. Dimana dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu pre test untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman awal peserta didik tentang materi sifat-sifat
cahaya dan post test untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman
yang didapatkan peserta didik setelah diberikan treatment.
b. Lembar Observasi
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data mengenai aktivitas
guru dan peserta didik selama kegiatan belajar mengajar di kelas dengan peneran
Model Discovery Learning. Instrumen ini digunakan oleh observer untuk
sembilan orang peserta didik.
c. Dokumentasi
Teknik dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen arsip, baik
dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.Dokumen sehubungan penelitian
harus sesuai dengan fokus masalah penelitian dan tujuan. Dalam penelitian ini
yang dipakai adalah dokumentasi dalam bentuk foto dan video selama
pembelajaran berlangsung.
5. Analisis Data
Dalam menjawab pertanyaan penelitian, analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang akan digunakan
dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta
mentafsirkan mengenai pemahaman dan keaktifan belajar peserta didik yang
diperoleh dari tes uraian serta lembar observasi dan dokumentasi untuk untuk
mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik.
Menurut Takari (2008: 29)Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
a. Reduksi data adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui
seleksi, pengelompokan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah
informasi bermakna.
b. Paparan data merupakan suatu upaya menampilkan data secara jelas dan
mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, tabel, grafik, atau perwujudan
lainnya yang dapat memberikan gambaran jelas tentang proses dan hasil
tindakan lainnya.
c. Penyimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang telah
terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat singkat, padat dan
bermakna.
.
6. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN 2 Suntenjaya yang
berjumlah 34 peserta didik.
b. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SDN 2 Suntenjaya yang beralamat di Kp.
Gandok Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
c. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini diprediksi selesai dalam empat bulan yaitu dari
Maret-Juni 2014.
M. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi
operasional.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini diurakan tentang
penerapan Model Discovery Learning, penyajian data, analisis data tentang
penerapan Model Discovery Learning dalam meningkatkan pembelajaran
konsep sifat-sifat cahaya di SD kelas V.
N. JADWAL PENELITIAN
Waktu penelitian adalah empat bulan terhitung mulai bulan Maret sampai
dengan Juni 2014. Urutan kegiatan beserta jadwal pelaksanaannya disajikan
pada berikut.
Bulan
No Uraian Kegiatan Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perencanaan
Penyusunan
2
Proposal
Pelaksanaan
3
Tindakan
4 Pengumpulan Data
5 Pengelolaan Data
Penyusunan Laporan
6
dan Bimbingan
7 Sidang skripsi
O. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, suharsimi, dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Azmiyawati, Choiril dan Hadi, Wigati dkk. (2008). IPA Salingtemas untuk
kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
PendidikanNasional.
Dinas Pendidikan dan kebudayaan (2013) Kabupaten Bandung.
Huda, Miftahul. (2013). Model-model Pembelajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sulistyanto, Heri dan Wiyono, Edy. (2008). Ilmu pengetahuan alam untuk SD
dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
PendidikanNasional.
Susanto, Ahmad. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana
Widodo, A. DKK. (2010). Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Bandung: UPI
Press.
Wilis Dahar, Ratna. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: Jakarta
Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung
: Remaja Rosdakarya
Neni, s. (2012). BAB II:Kajian Pustaka. [Online]. Tersedia:
http://eprints.uny.ac.id/9741/5/BAB%202%20-
%2008108244136.pdf. (8 Desember 2013)
Memotivasi siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
Mendiskusikan langkah-langkah
kegiatan bersama siswa
Membimbing siswa melakukan
kegiatan
Membimbing siswa mendiskusikan
I
hasil kegiatan dalam kelompok
Memberikan kesempatan pada siswa
untuk mempresentasikan hasil
kegiatan belajar mengajar
Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup
II Pengelolaan Waktu
Antusiasme Kelas
Jumlah
Keterangan :
Nilai Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik
Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Murid
No Aktivitas Guru yang diamati Skor Presentase Keterangan
1 Menyampaikan tujuan
2 Memotivasi siswa/merumuskan masalah
3 Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
4 Menyampaikan materi/langkah-
5 langkah/strategi
6 Menjelaskan materi yang sulit
7 Membimbing dan mengamati siswa dalam
8 menentukan konsep
9 Meminta siswa menyajikan dan
mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
No Aktivitas Siswa yang diamati Skor
1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan
2 guru
3 Membaca buku siswa
4 Bekerja dengan sesama anggota kelompok
5 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan
6 guru
7 Menyajikan hasil pembelajaran
8 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
9 Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi/latihan
Keterangan :
Nilai Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik
Keterangan presentase dan pengkategorian sikap
𝑛
Presentase (%) = 𝑁 x 100 %
Ket :
n : skor yang diperole 81%-100% : sangat baik
N : Skor maksimal 61%-80% : Baik
% : Tingkat presentase yang dicapai 41%-60% : Cukup
21%-40% : Kurang Baik
<20% : Sangat kurang
Lembar Observasi Kinerja Guru
NO DESKRIPTOR SKOR
I PERENCANAAN PEMBELAJARAN
II PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
JUMLAH SKOR
SOAL PRE TEST
Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan baik dan benar !
1. Sebutkan tiga sumber cahaya yang kamu ketahui!
2. Sebutkan sifat-sifat cahaya yang kamu ketahui!
3. Sebutkan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar!
4. Sebutkan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung!
5. Sebutkan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung!