Anda di halaman 1dari 12

BEST PRACTICE

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode


Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Peserta didik Dalam
Pembelajaran

Oleh :

Neshi Widyana, S.Pd

Nim 223707220566
Lokasi SDN 010 BAGAN NIBUNG
Lingkup Pendidikan SEKOLAH DASAR
Tujuan yang ingin  Meningkatkan Kemampuan Membaca Peserta Didik
dicapai di Kelas III Melalui Pendekatan Saintific Berbasis
TPACK Dengan Menggunakan Model Pembelajaran
PBL di SDN 010 Bagan Nibung.

 Meningkatkan Kemampuan Matematika Dasar


Peserta Didik di Kelas III Melalui Pendekatan Saintific
Berbasis TPACK Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran PjBL di SDN 010 Bagan Nibung.

Guru NESHI WIDYANA

Tanggal
23 september 2022 – 27 september 2022
Situasi: Membaca merupakan hal yang penting untuk
Kondisi yang menjadi dibudayakan. Terlebih di era informasi seperti sekarang ini
latar belakang aktivitas membaca merupakan sebuah keniscayaan bagi
masalah, mengapa setiap orang. Membaca berperan penting dalam proses
praktik ini penting pembelajaran di sekolah karena pengetahuan diperoleh
untuk dibagikan, apa melalui membaca. Sehingga kemampuan membaca harus
yang menjadi peran dilatih sejak dini. Kegiatan membaca permulaan dimulai
dan tanggung jawab dari taman kanak-kanak atau sekolah dasar tingkat awal.
anda dalam praktik Namun pada kenyataannya kegiatan membaca kurang
ini. disukai anak-anak khususnya peserta didik sekolah dasar
yang pada dasarnya masih suka bermain, belum fokus dan
memusatkan perhatian.

Dalam satu kelas saja dapat dihitung peserta didik yang


gemar membaca tanpa dipaksa dari pihak lain seperti
orang tua atau guru. Ditemukan pula fakta di lapangan
pada kelas rendah sekolah dasar terdapat peserta didik
yang belum bisa membaca dan kurang lancar membaca.
Apabila seorang peserta didik belum bisa membaca,
peserta didik tersebut akan kesulitan dalam memahami
pelajaran yang lainnya, dan khususnya dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia. Di samping itu, kegiatan
membaca tidak hanya sekedar membaca sekilas saja,
tetapi juga dapat memahami isi yang terkandung di dalam
bahan bacaan yang dibaca.

Berdasarkan hasil observasi di Kelas III SD 010 Bagan


Nibung terdapat beberapa peserta didik yang lambat
membaca dan memahami bacaan yang rendah. Dari 16
peserta didik terdapat 3 peserta didik yang mendapat nilai
Bahasa Indonesia di bawah KKM dan 7 peserta didik
memiliki kemampuan membaca yang rendah. Menurut
Nurhadi (2010: 13-14) membaca adalah suatu proses
yang kompleks dan rumit. Kompleks artinya dalam proses
membaca terlibat berbagai faktor internal dan faktor
eksternal pembaca. Faktor yang menjadi penghambat
peserta didik kurang berminat untuk berlatih membaca
sangat banyak, beberapa diantaranya adalah lingkungan.
Anak berada di lingkungan yang kurang baik seperti
lingkungan anak-anak yang suka bermain, lingkungan
keluarga yang tidak mendukung karena orang tua sibuk
bekerja, kurang pengawasan dan kasih sayang orang tua
dan guru tidak memberikan metode yang tepat dalam
proses belajar membaca agar memudahkan anak
memahami tiap suku kata. Sedangkan Menurut Lamb &
Arnold. (1976) Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan membaca permulaan yaitu: (a) Faktor
Fisiologi (b) Faktor Intelektual (c) Faktor Lingkungan, (e)
Faktor Psikologis.

Keberhasilan peserta didik dalam mengikuti proses


pembelajaran di kelas sangat dipengaruhi oleh
kemampuan membacanya. Peserta didik belajar untuk
memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik
membaca dan dapat menangkap isi bacaan dengan baik.
Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran
membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan
kebiasaan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.
Selama ini, ketika guru mengajar masih terdapat beberapa
peserta didik yang kemampuan membaca nya rendah.
Ketika mengerjakan soal cerita masih banyak peserta didik
yang mendapatkan nilai rendah. Berdasarkan dari nilai
rendah tersebut, maka guru mencoba untuk menguji
kemampuan membaca peserta didik per individu. Di
peroleh hasil sebanyak 3 peserta didik yang belum bisa
mengeja dan 4 peserta didik yang tidak lancar membaca
dan selebihnya sudah lancar membaca tetapi tidak
memahami isi bacaan tersebut. Kelancaran dan ketepatan
peserta didik membaca pada tahap belajar membaca
dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru. Guru
perlu merefleksi kegiatan pembelajaran selama ini yang
telah dilaksanakan. Perlu pembaharuan strategi dalam
proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru memegang
peranan yang strategis dalam meningkatkan keterampilan
membaca peserta didik. Peranan strategis tersebut
menyangkut peran guru sebagai fasilitator, motivator,
sumber belajar, dan organisator dalam proses
pembelajaran.

Tidak hanya dalam pelajaran Bahasa Indonesia yang


membutuhkan kemampuan membaca. Dalam pelajaran
Matematika peserta didik juga di tuntut untuk bisa
membaca agar lebih mudah memahami materi yang
diberikan sehingga, kemampuan matematika peserta didik
tidak rendah dan mendapatkan nilai tinggi. Pelajaran
matematika di sekolah dasar, merupakan salah satu
pelajaran yang masih tergolong tidak mudah dipahami oleh
peserta didik, hal ini dapat dilihat dari nilai matematika
peserta didik yang rata-rata masih rendah jika
dibandingkan dengan nilai pelajaran lain.

Matematika sering dianggap sebagai salah satu mata


pelajaran yang paling sulit bagi peserta didik. Efek negatif
dari hal tersebut adalah ada banyak peserta didik yang
sudah merasa anti dan takut matematika sebelum mereka
benar-benar mempelajari matematika. Pada akhirnya akan
tertanam dalam diri peserta didik bahwa pelajaran
matematika itu sulit. Banyak peserta didik yang malas
mempelajari matematika karena matematika sulit. Alasan
lain yang membuat peserta didik malas belajar matematika
adalah kurangnya pengetahuan tentang manfaat materi
matematika yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-
hari. Mata pelajaran matematika diajarkan sejak dari
taman kanak - kanak hingga perguruan tinggi. Hal ini
disebabkan matematika sangat erat hubungannya dengan
kegiatan sehari-hari. Setiap kegiatan yang kita jalani dalam
kehidupan sehari-hari sangat erat kaitannya dengan
matematika.

Rendahnya nilai matematika tentu di pengarui oleh


beberapa faktor misalnya pembelajaran yang masih
terpusat pada guru sementara peserta didik cenderung
pasif. Menurut Hamalik (dalam Paridjo, 2008)
berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kesulitan belajar matematika adalah faktor yang
bersumber dari diri sendiri salah satunya yaitu kurangnya
penguasaan bahasa peserta didik yang berhubungan
dengan membaca. Sedangkan menurut Yuli, dkk. (2018)
mengatakan kemampuan dasar matematika peserta didik
rendah karena pembelajaran yang diberikan masih
berbasis teacher center.

Sejalan dengan kajian literatur tersebut, kenyataan


dilapangan memang ditemukan masalah sebagian peserta
didik yang memiliki nilai matematika dasar rendah
dibawah KKM dipicu dengan kemampuan membaca
rendah sehingga dalam menyelesaikan soal-soal HOTS
matematika peserta didik merasa kesulitan. Sebagian
peserta didik tidak mengerjakan tugas yang diberikan dan
sebagian mengerjakan tetapi mencontek pekerjaan
temannya. Ada beberapa peserta didik yang memang
memiliki daya serap rendah terhadap materi yang
disampaikan guru. Bukan hanya faktor dari intern peserta
didik yang mempengaruhi nilai matematika peserta didik
rendah. Tetapi ada faktor dari eksternal, yaitu metode
pembelajaran guru yang berbasis teacher centre tidak
melibatkan peserta didik secara langsung dan
menggunakan metode pembelajaran yang tidak tepat.
Penerapan model pembelajaran yang konvensional yakni
ceramah, tanya jawab, pemberian tugas rumah merupakan
model pembelajaran yang sering dilakukakan guru selama
ini. Sehingga peserta didik menjadi bosan dan tidak
tertarik dengan mata pelajaran matematika. Masalah
tersebut dikarenakan penyampaian materi matematika
tidak disampaikan secara menyenangkan. Berdasarkan
pengalaman dilapangan ditemukan dari 16 peserta didik
terdapat 5 peserta didik yang nilai matematikanya di
bawah KKM selebihnya mendapatkan nilai pas KKM dan
diatas KKM.
Masalah tersebut menjadi perhatian bagi semua kalangan.
Untuk mengatasi hal tersebut maka diciptakanlah
pendekatan dan model pembelajaran baru yang inovatif
oleh guru, agar dapat membelajarkan peserta didik dengan
baik. Berbagai pembelajaran tersebut diharapkan dapat
menumbuhkan motivasi peserta didik dalam belajar serta
dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapai peserta
didik setelah mengikuti pelajaran. Kegiatan belajar
mengajar yang terjadi di dalam kelas hendaknya dibuat
menarik agar peserta didik jadi bersemangat mengikuti
pelajaran matematika. Jika peserta didik bersemangat
belajar matematika maka tujuan pembelajaran
matematika akan tercapai dan hasil belajar peserta didik
menjadi meningkat.

Dalam hal ini, guru memiliki tugas penting untuk


meningkatkan kemampuan membaca peserta didik dan
meningkatkan kemampuan matematika dasar peserta
didik. Guru merancang RPP, menyiapkan segala media
yang dibutuhkan dan menyusun evaluasi pembelajaran.
Guru akan dianggap berhasil jika tujuan-tujuan dari
pembelajaran tersebut tercapai dan mendapatkan nilai
diatas KKM. Merujuk dari masalah yang telah di uraikan,
maka guru perlu mengubah strategi pembelajarannya.
Menciptakan pembelajaran yang lebih menarik dan
inovatif, sehingga apa yang ingin di capai dari tujuan
pembelajaran dapat terlaksana. Guru mencoba
menggunakan pendekatan saintifik dan model
pembelajaran PBL ( Problem Based Learning ) untuk
meningkatkan kemampuan membaca peserta didik. Dan
menggunakan pendekatan saintifik dan model
pembelajaran PjBL ( Project Based Learning ) untuk
meningkatkan kemampuan matematika dasar peserta
didik.

Praktik pembelajaran inovatif yang telah dilaksanakan oleh


guru, mendapatkan hasil yang baik. Kemampuan
membaca peserta didik meningkat. Tujuan dari
pembelajaran yang dilakukan telah tercapai. Dengan
meningkatnya kemampuan membaca peserta didik, maka
meningkat pula kemampuan matematika dasar peserta
didik. Selain dengan di dukung oleh meningkatnya
kemampuan membaca, nilai matematika peserta didik
meningkat juga karena di dukung oleh pembelajaran guru
yang lebih inovatif dan menarik. Oleh sebab itu, rancangan
pembelajaran yang telah dituliskan guru dapat berdampak
positif jika di praktekkan juga oleh rekan-rekan guru yang
lainnya. Karena, dalam dunia pendidikan hampir semua
masalah yang ditemui guru dilapangan, merupakan
masalah yang sama dengan guru - guru lainnya. Sudah
semestinya dengan profesi yang sama, tujuan yang sama
untuk mencerdaskan anak bangsa, kita sebagai guru
berbagi informasi yang bernilai positif untuk peserta didik.
Apapun kegiatan yang guru lakukan selagi berhubungan
dengan pendidikan, pada dasarnya itu akan kembali lagi
ke peserta didik untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.

Tantangan : Tidak mudah bagi guru untuk mencapai tujuan


Apa saja yang pembelajaran yang di inginkan. Setiap kegiatan yang kita
menjadi tantangan lakukan pasti memiliki tantangan tersendiri. Begitu juga
untuk mencapai dengan pembelajaran yang di praktekkan guru dengan
tujuan tersebut? menggunakan model pembelajaran PBL untuk
Siapa saja yang meningkatkan kemampuan membaca peserta didik. PBL
terlibat, sendiri merupakan model pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah
autentik sehingga peserta didik dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan
keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan
peserta didik dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri
(Arends dalam abbas, 2000 : 13). Model ini bercirikan
penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu
yang harus dipelajari peserta didik untuk melatih dan
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan
masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep – konsep
penting, di mana tugas guru harus memfokuskan diri
untuk membantu peserta didik mencapai keterampilan
mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah,
penggunaannya di dalam tingkat berpikir yang lebih tinggi,
dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk
bagaimana belajar. Dalam hal ini peserta didik dan guru
terlibat langsung saat proses pembelajaran. PBL
memfocuskan pembelajaran kepada keterampilan peserta
didik untuk mandiri. Disinilah tantangan tersendiri bagi
guru saat proses pembelajaran. Saat menampilkan audio
visual melalui proyektor, sebagian peserta didik ada yang
melihat sambil meletakkan kepala diatas meja. Sehingga
mengalihkan perhatian peserta didik yang lain. Bagi
peserta didik yang lain, tampilan audio visual melaui
proyektor adalah hal yang baru sehingga lebih terfocus
pada gambar dan tidak menyimak dengan baik atas materi
yang disampaikan. Selain faktor dari peserta didik ,guru
juga menghadapi tantangan pengetahuan tekhnologi.
Disini guru hanya memiliki ilmu teknologi yang terbatas,
sehingga guru masih kesulitan untuk membuat media
audio visual yang lebih menarik lagi untuk peserta didik.

Dalam meningkatkan kemampuan matematika dasar


peserta didik guru menggunakan model pembelajaran
PjBL. PjBL sendiri merupakan pembelajaran yang
menggunakan Proyek sebagai media dalam proses
pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran
terletak pada aktivitas-aktivitas peserta didik untuk
menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan
meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan
mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan
pengalaman nyata. Pada proses pembelajaran ini guru juga
menghadapi beberapa tantangan, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Menurut Hamalik (dalam Paridjo,
2008) berpendapat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar matematika ada berupa
faktor yang bersumber dari diri sendiri yang juga disebut
sebagai faktor intern. Sebab-sebab yang tergolong dalam
faktor ini adalah sebagai berikut (1) tidak mempunyai
tujuan belajar yang jelas (2) kurangnya minat terhadap
bahan pelajaran (3) kesehatan yang sering terganggu (4)
kecakapan mengikuti pelajaran (5) kebiasaan belajar (6)
kurangnya penguasaan bahasa. Sedangkan faktor
eksternalnya berupa faktor dari lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Menurut
peserta didik matematika adalah mata pelajaran yang
menakutkan dan sulit. Sehingga minat belajar peserta
didik terhadap matematika semakin rendah. Belum lagi
dari jumlah peserta didik di kelas hanya sekitar 40%
peserta didik yang mampu menyerap materi matematika
dengan baik. Ini merupakan faktor internal dari diri peserta
didik. Faktor eksternalnya berupa lingkungan keluarga
yang kurang mendukung peserta didik dalam kegiatan
belajar dirumah dan faktor dari lingkungan sekolah berupa
metode mengajar yang dilakukan guru masih kurang tepat.
Saat melakukan praktek pembelajaran dengan
menggunakan model PjBL dan melibatkan TPACK, guru
melihat peserta didik mulai aktif dan tidak hanya terfocus
kepada gambar audio visual yang ditampilkan. Tetapi,
peserta didik mengamati dengan serius materi yang ada
pada audio visual. Hanya saja guru merasa waktu
pengerjaan project yang masih kurang dalam proses
pembelajaran. Menurut guru itu tantangan yang harus
dilalui dalam praktek pembelajaran PjBL oleh setiap rekan-
rekan guru yang lain.

Aksi : Untuk meningkatkan kemampuan membaca peserta didik,


Langkah-langkah apa guru harus mengubah strategi pembelajarannya. Disini
yang dilakukan guru menggunakan model pembelajaran PBL berbasis
untuk menghadapi TPACK, pendekatan saintifik, metode ceramah, tanya
tantangan tersebut/ jawab, diskusi dan demostrasi. PBL sendiri memiliki
strategi apa yang tahapan - tahapan pembelajaran yang harus dilakukan
digunakan/ tanpa terlewati. Tahapan pertama yaitu Orientasi masalah
bagaimana kepada peserta didik. Pada tahapan ini, guru
prosesnya, siapa saja menampilkan sebuah video animasi melalui proyektor
yang terlibat / Apa mengenai pohon apel yang tulus. Peserta didik diberikan
saja sumber daya pertanyaan pemantik mengenai persahabatan peserta
atau materi yang didik dengan temannya untuk menstimulus critycal
diperlukan untuk thingking peserta didik yang berlanjut kepada
melaksanakan pengorganisasian peserta didik dalam membentuk
strategi ini kelompok tugas. Guru membentuk peserta didik menjadi
beberapa kelompok diskusi. Peserta didik diberikan tugas
untuk menganalisis persahabatan pohon apel dengan
manusia yang ditampilkan melalui media proyektor. Dalam
proses pelaksanaannya, disini guru berperan sebagai
fasilitator yang membimbing penyelidikan individu dan
kelompok peserta didik agar hasil yang diharapkan sesuai
dengan tujuan guru. Peserta didik yang sudah selesai
mengerjakan analisis mereka, sebagai guru wajib
mengapresiasi hasil kerja peserta didik dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan menyajikan hasil karya mereka
didepan kelas. Tidak semua hasil kerja peserta didik
sempurna, disini guru menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah dari tugas peserta didik. Agar
peserta didik dapat merefleksi kembali hasil tugas mereka.
Dalam pelaksanaan praktek PBL, guru menggunakan
media berbasis TPACK yaitu, audio visual bergerak yang
ditampilkan melalui proyektor dan buku tema sebagai
sumber belajar. Guru melaksanakan praktek pembelajaran
PBL di pantau oleh kepala sekolah dan ketua KKG yang
merupakan teman sejawat guru.

Pada praktek pembelajaran ke dua, guru menggunakan


model pembelajaran PjBL berbasis TPACK untuk
meningkatkan kemampuan dasar matematika peserta
didik. Guru melakukan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik, metode diskusi, tanya jawab dan demostrasi.
PjBL juga tak luput dari tahapan – tahapan pembelajaran.
Tahapan pembelajaran dalam PjBL tidak boleh terlewat
harus dilaksanakan secara runtut agar tujuan dari
pembelajaran model PjBL dapat tercapai dengan baik.
Praktek pembelajaran PjBL ini guru juga dipantau oleh
kepala sekolah dan ketua KKG. Pembelajaran PjBL dimulai
dengan pertanyaan mendasar dari tampilan audio visual
proyektor. Pertanyan mendasar ini memicu peserta didik
untuk berpikir kritis . Untuk menjawab pertanyaan dasar
tersebut, guru mulai mendesain proyek yang akan
dilakukan oleh peserta didik. Dimana proyek yang akan
dilakukan berhubungan dengan pertanyaan mendasar
yang disampaikan oleh guru. Pembuatan projek
membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Guru harus
membuat kesepakatan dengan peserta didik untuk
menentukan lamanya waktu proses pembuatan proyek.
Saat pengerjaan proyek guru memonitor keaktifan dan
perkembangan proyek peserta didik. Guru mengamati
cara peserta didik dalam menggunting dan menempelkan
kolase. Sebelum ditampilkan didepan kelas, guru meminta
kelompok diskusi untuk memperbaiki kesalahan-
kesalahan yang ada pada proyek. Selanjutnya proyek
kelompok yang sudah dilaksanakan di tampilkan di depan
kelas untuk menguji hasil kerja peserta didik. Sebagai
guru wajib mengevaluasi setiap hasil kerja peserta didik.
Agar ada perbaikan yang lebih baik lagi pada hasil kerja
peserta didik disetiap proses pembelajaran.

Refleksi Hasil dan Pembelajaran model PBL yang telah dilaksanakan memiliki
dampak dampak yang positif bagi kemampuan membaca peserta
Bagaimana dampak didik, karena dalam pembelajaran PBL peserta didik terlibat
dari aksi dari langsung untuk menganalisis masalah yang ditampilkan
Langkah-langkah guru. Peserta didik lebih semangat dalam mengikuti
yang dilakukan? pelajaran. Lebih memahami materi yang disampaikan guru
Apakah hasilnya melalui media.
efektif? Atau tidak
efektif? Mengapa? Model pembelajaran PBL sangat efektif untuk mengatasi
Bagaimana respon kemampuan membaca rendah pada peserta didik. Karena
orang lain terkait peserta didik dalam proses pembelajaran dibantu oleh
dengan strategi yang media audio visual. Tampilan audio visual yang menarik
dilakukan, Apa yang juga merupakan pendukung ketertarikan peserta didik
menjadi faktor pada materi pelajaran yang disampaikan. Respon dari
keberhasilan atau kepala sekolah, ketua KKG, rekan sejawat dan peserta didik
ketidak berhasilan mengenai pembelajaran PBL ini adalah positif. Khususnya
dari strategi yang peserta didik yang menjadi audience dalam proses
dilakukan? Apa pembelajaran. Peserta didik sangat senang dan
pembelajaran dari bersemangat saat guru menampilkan video animasi pohon
keseluruhan proses apel yang tulus. Bahkan peserta didik meminta kepada
tersebut guru untuk tetap menggunakan proyektor untuk
pembelajaran selanjutnya. Faktor pendukung keberhasilan
PBL yang telah dilaksanakn adalah media audio visual yang
di gunakan. Selain itu, kegiatan berdiskusi dengan
kelompok peserta didik membuat peserta didik lebih aktif
dan kreatif. PBL dapat dilaksanakan untuk kegiatan
pembelajaran berikutnya karena, PBL memberikan
kesempatan pada anak untuk mendapatkan pengalaman
yang nyata saat proses pembelajaran. Sehingga anak dapat
menemukan, mengkonstruksi, dan mengembangkan
wawasan serta keterampilannya dalam berbagai aspek
perkembangan secara mandiri. Jadi, dampak positif
pembelajaran PBL pada praktek ini untuk meningkatkan
kemampuan membaca peserta didik telah berhasil.

Begitu pula dengan model pembelajaran PjBL, tujuan dari


pembelajaran matematika yaitu pecahan telah tercapai.
Peserta didik lebih memahami materi yang disampaikan
melalui pengerjaan proyek. Menurut guru, model PjBL
sangat efektif dilaksanakan pada materi pecahan. Karena
peserta didik tidak hanya belajar teori tetapi langsung
praktek. Kegiatan mengerjakan proyek mendapatkan
respond yang baik dari peserta didik, rekan sejawat, ketua
KKG dan juga kepala sekolah. Sehingga model
pembelajaran PjBL dapat diteruskan untuk pembelajaran
selanjutnya yang sesuai dengan materi pembelajaran.
Faktor yang mendukung keberhasilan PjBL ini adalah
media pembelajaran yang berbasis TPACK dan guru
menampilkan aksi nyata di depan peserta didik dengan
membelah semangka ke dalam bentuk pecahan. Faktor
selanjutnya yaitu, peserta didik membuat proyek menempel
kolase pizza pecahan sebagai aksi nyata mereka.
Melaksanakan model pembelajaran PjBL membutuhkan
waktu yang tidak sedikit. Mulai dari merancang
pembelajaran, persiapan media membutuhkan banyak
waktu. Tetapi , PjBL memiliki dampak yang sangat positif
bagi peserta didik. Nilai KKM peserta didik meningkat
setelah melakukan kegiatan pembelajaran PjBL.

Anda mungkin juga menyukai