Anda di halaman 1dari 170

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membaca salah satu keterampilan yang ada pada diri siswa dan membaca

juga dapat memperoleh suatu informasi dan pesan yang didapat dari isi buku,

maka membaca itu sangatlah penting dan siswa juga harus bisa membaca dari

kelas bawah, karena membaca termasuk tempat keterampilan selain menyimak,

berbicara dan menulis. Membaca termasuk salah satu kegiatan yang dilakukan

seorang individu untuk memperoleh suatu pesan yang disampaikan dengan

kalimat maupun kata. Pada saat proses pembelajaran guru harus mengetahui

kemampuan yang ada pada siswa dan juga harus mengetahui perubahan siswa

secara bertahap. Kompleksitas belajar membaca dikarenakan kegiatan belajar

membaca melibatkan kemampuan individu dalam mengingat simbol garis huruf

dan dari simbol huruf dalam kata maupun kalimat yang bermakna.

Siswa mengalami kesulitan membaca pasti mempunyai faktor-faktor yang

terjadi pada siswa. Faktor penyebab kesulitan membaca yang di alami oleh setiap

anak dapat disebabkan oleh faktor internal pada diri anak itu sendiri atau faktor

eksternal diluar dari anak, faktor internal pada diri anak meliputi kurang minat

belajar membaca, siswa tidak taman kanak-kanak dan faktor intelektual. Adapun

faktor-faktor eksternal diluar diri anak selain itu ada beberapa faktor lain yang

mempengaruhi kesulitan dalam membaca yaitu faktor guru, orang tua dan siswa.

Dengan kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam

kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Untuk masalah-

1
2

masalah seperti kesulitan membaca ini kurang mendapat perhatian dari orang tua

dan anak sering bermain gadget dan tidak belajar dirumah, sehingga mereka sulit

berkonsentraksi belajar membaca karena waktunya habis untuk bermain gadget.

Proses tumbuh kembang secara alami yang dialami anak dapat terganggu karena

penggunaan gadget, terkadang gadget juga dapat menjadikan pekerjaan orang

tuanya menjadi lebih ringan, sehingga para orang tua menyediakan fasilitas

berupa gadget untuk anaknya yang masih berusia Sekolah Dasar. Hal itu

dikarenakan gadget digunakan hanya satu arah, orang tua seharusnya mengawasi

dalam penggunaan gadget tersebut. Sehingga terjalin interaksi antar orang tua dan

anak, selain dampak negatif gadget yang membuat anak menjadi malas bergerak

dan beraktivitas ada pula dampak positif dari gadget, yaitu gadget dapat

memudahkan mengasah keterampilan dan kecerdasan anak. Belajar membaca dan

menulis huruf, hal tersebut memberikan dampak positif bagi perkembangan anak.

Dalam kondisi seperti ini guru dan orang tua perlu mengupayakan bantuan

dan pendampingan agar anak yang mengalami kesulitan membaca segera dapat

penanganan yang tepat. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan analisis

kesulitan membaca melalui analisis kesulitan membaca ini, maka akan dapat

mengetahui aspek-aspek yang dialami oleh masing-masing siswa. Membaca dapat

diartikan sebagai sesuatu kegiatan seperti mengenal huruf, kata, menghubungkan

kata dan menarik kesimpulan mengenai makna dari sebuah bacaan.

Berdasarkan hasil observasi pengamatan pada tanggal 6 Oktober 2022

setelah melakukan wawancara dengan Ibu Robia, S.Pd selaku wali kelas II SD

Negeri 38 Lubuklinggau, penyebab dari kesulitan membaca pada siswa kelas II


3

SD Negeri 38 Lubuklinggau hal tersebut diketahui berdasarkan aktivitas membaca

yang sangat rendah. Dari proses pembelajaran tersebut terlihat bahwa siswa kelas

II SD Negeri 38 Lubuklinggau berjumlah 37 siswa. Terdapat 31 siswa yang sudah

memiliki kemampuan membaca awal yang baik dan 6 siswa yang masih

mengalami kesulitan membaca. Faktor diantaranya metode yang digunakan belum

bervariasi sehingga kurangnya minat belajar membaca pada siswa.

Selain melakukan wawancara dengan wali kelas II SD Negeri 38

Lubuklinggau peneliti juga melakukan wawancara dengan orang tua siswa. Hasil

wawancara yang dilakukan peneliti dengan orang tua siswa, bahwa siswa tersebut

masih kurang dalam memahami bacaan, karena setiap belajar di rumah siswa

tidak sungguh belajar membaca secara mandiri jika ada tugas dari guru untuk

dikerjakan di rumah, siswa hanya meminta bantuan orang tua untuk membacakan

soal yang guru berikan sehingga siswa tidak ada usaha sendiri untuk berlatih

membaca. Oleh karena itu siswa tidak belajar membaca karena tidak memahami

isi bacaan, sehingga mengakibatkan siswa mengalami kesulitan membaca.

Kesulitan membaca yang dialami siswa dapat menghambat hasil belajar siswa

tidak maksimal karena kesulitan dalam membaca yang di alami siswa, terkadang

apabila siswa belajar dengan orang tuanya mereka sering kali merasa kesulitan

untuk cepat menangkap pelajaran dan mengeja bacaan.

Menurut Samniah (2016) ada dua aspek penting dalam membaca yaitu

keterampilan yang bersifat mekanis (penilaian bentuk huruf, pengenalan kosa

kata, para hubungan pola ejaan dan bunyi). keterampilan bersifat pemahaman

pengertian sederhana, memahami makna, evaluasi dan kecepatan membaca.


4

Menurut Riska Septiana Soleha (2022) menunjukkan bahwa kelancaran

membaca seharusnya sudah dikuasai siswa kelas II untuk mempermudah kegiatan

belajar mengajar disekolahan, namun ditemukan siswa kelas II belum sepenuhnya

dengan baik dan lancar dalam membaca sehingga mereka masih miliki kesulitan

dalam membaca.

Menurut Bella Oktadiana (2019) dalam membaca ada beberapa siswa yang

sulit untuk mengeja huruf menjadi suku kata dan menjadi kata, serta masih sulit

membedakan huruf, belum bisa membaca dengan lancar dan benar serta juga tidak

serius dengan belajar dalam mengikuti proses belajar dan masih terdapat beberapa

siswa yang lebih senang bermain dari pada memperhatikan guru ketika

menjelaskan materi.

Menurut Nurma Rafika (2020) rendahnya kemampuan membaca siswa

dapat menimbulkan dampak buruk bagi mental siswa maupun prestasi

akademiknya, kelemahan siswa dalam membaca akan mempengaruhi rasa percaya

diri siswa dan menyebabkan motivasi belajar siswa menjadi rendah.

Menurut Muhyidin (2018) membaca mempunyai pengaruh keterampilan

membaca, sebagai keterampilan yang mendasari keterampilan berikutnya maka

keterampilan membaca benar-benar memerlukan keterampilan guru. Menurut

Loeziana (2017) membaca dapat membantu anak dalam menerima maupun

menggali mengetahuan dan keterampilan. Menurut Fitriana Cindrakasih (2021)

kesulitan membaca suatu keadaan ketika anak tidak mampu mengidentifikasi kata

sehingga anak memiliki kecepatan membaca yang lambat dan memiliki

pemahaman bacaan yang rendah. Menurut Agustina (2018) keterampilan


5

membaca siswa diharapkan harus segera dikuasai oleh siswa SD karena

keterampilan ini secara langsung berkaitan seluruh proses belajar siswa.

Kelebihan dari penelitian ini dibandingkan dengan penelitian terdahulu

adalah menjelaskan secara lebih detail mengenai media pembelajaran yang efektif

dan menarik serta metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) yang berarti proses

pembelajaran dengan menggunakan penguraian kalimat menjadi kata.

B. Fokus dan Sub Fokus Penelitian


Berkaitan dengan proses pembelajaran di SD Negeri 38 Lubuklinggau

diberlokasi di taba jemekeh maka diperlukan sebuah penelitian tentang “Analisis

Kesulitan Membaca Pada Siswa Kelas II", yang dirumuskan dalam subfokus

penelitian dalam hal berikut :

1. Selama proses belajar berlangsung masih ada beberapa siswa yang masih

mengalami kesulitan dalam membaca seperti siswa juga belum bisa

membedakan huruf, serta belum banyak mengetahui kosa kata.

2. Pengenalan huruf menjadi faktor utama penyebab siswa dalam kesulitan

membaca.
6

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup penelitian, maka peneliti

mengangkat permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

1. Apa saja yang menjadi faktor penyebab kesulitan siswa dalam membaca di

kelas II di SD Negeri 38 Lubuklinggau ?

2. Mengapa siswa mengalami kesulitan membaca di SD Negeri 38

Lubuklinggau ?

3. Bagaimana upaya guru mengatasi kesulitan membaca siswa kelas II di SD

Negeri 38 Lubuklinggau ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui faktor penyebab kesulitan siswa dalam membaca di kelas

II SD Negeri 38 Lubuklinggau.

2. Untuk mengetahui siswa mengalami kesulitan membaca di SD Negeri 38

Lubuklinggau.

3. Untuk mengetahui upaya guru mengatasi kesulitan membaca siswa di kelas II

SD Negeri 38 Lubuklinggau.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

dunia pendidikan, utamanya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
7

rujukan dalam upaya mengatasi kesulitan membaca siswa agar tercapai tujuan

belajar secara optimal.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Memberikan infomasi dan pemahaman tentang kesulitan membaca yang

mereka alami agar dapat diatasi.

b. Bagi Guru

Memberikan gambaran dan menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam

pembelajaran membaca ditingkat selanjutnya. Sehingga diharapkan dapat

memudahkan guru dalam mengatasi masalah dalam kesulitan membaca.

c. Bagi Sekolah
Sekolah dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai infromasi yang dapat

diterapkan dalam proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan agar mendapatkan hasil

belajar yang lebih baik, serta mendapat peningkatan terutama pada bagian

membaca dan dijadikan bahwa kita menjadi seorang pendidik harus lebih

memperhatikan siswa yang belum bisa membaca dan membimbing mereka secara

bertahap sampai mereka bisa membaca.


8
BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian

1. Analisis

Analisis merupakan bagian penting dari penelitian dikarenakan terjadi

penguraian seperti memisahkan suatu menjadi bagian yang lebih kecil dengan

cara mengidentifikasi, membanding-bandingkan, menemukan hubungan

berdasarkan parameter tertentu adalah suatu upaya menguji atau membuktikan

kebenaran Siswantoro (2011:10). Menurut Darman (2009:49) analisis adalah

sebuah proses (menguraikan) untuk memberi penjelasan dari teks (realitas sosial)

yang mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang

kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang

diinginkan.

Berdasarkan menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa analisis

adalah untuk memperoleh suatu informasi yang dapat menghasilkan suatu data

yang kongrit karena kita dapat mengetahui suatu informasi tersebut dengan

menganalisis suatu objek tersebut supaya memperoleh suatu informasi dan data

dengan sebenar-benarnya.

2. Membaca

Membaca mempunyai peranan penting dalam kehidupan, karena dalam

pembelajaran tidak lepas dari kegiatan membaca dari setiap bidang studi untuk

memperoleh informasi dan pengetahuan. Membaca merupakan kegiatan yang

8
9

dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, dan pengalaman

baru. Proses membaca tersebut dapat mempertinggi daya pikir, mempertajam

pandangan, dan memperluas wawasan Rumidjan dkk, (2017:63).

Membaca merupakan kunci pengetahuan untuk menuju kesuksesan,

kemajuan sebuah bangsa dapat dilihat dari tingkat membaca masyarakatnya

Ahmadi (2010:65). Membaca adalah suatu proses perubahan untuk memahami

bentuk lambang, tanda dan tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna Dalman

(2017:7). Membaca adalah suatu keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh

setiap orang. Keterampilan ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,

karena keterampilan membaca menjadi sarana untuk menmperoleh informasi dari

tulisan.

Menurut Brown dalam Kuntarto dkk, (2018:113) “menyatakan bahwa

membaca itu terdiri dari dua macam, yaitu membaca bersuara dan membaca tanpa

suara”. Pada hakikatnya, membaca merupakan kegiatan yang rumit dengan

melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan, namun juga melibatkan

aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik dan metakognitif. Sebagai proses visual

membaca merupakan proses kegiatan mengartikan suatu simbol tulisan (huruf) ke

bahasa lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca memiliki kegiatan

pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis, dan

pemahaman kreatif. Pengenalan kata biasanya dapat dilakukan dengan melakukan

kegiatan membaca kata-kata menggunakan kamus.

Crawley Mountain dkk (2018:2). Membaca merupakan suatu proses

kognitif dalam setiap individu. Perkembangan kognitif pada anak dapat dilihat
10

dari sesorang anak melakukan sesuatu. Menurut Jean Piaget dalam Isana

(2019:65) perkembangan bahasa merupakan suatu yang bersifat progresif dan

terjadi pada setiap tahap perkembangan. Perkembangan bahasa anak terjadi dalam

setiap kegiatan anak, objek dan pengalaman yang mereka alami dengan

pengindraan yaitu menyentuh, mendengar, mencium, melihat dan merasa.

Selanjutnya Jean Piaget dalam Isana (2019:65) mengelompokkan

perkembangan kognitif kedalam beberapa tahapan yaitu :

1) Tahapan Sensorimotor, usia 0-2 tahun.

Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak reflek, bahasa

awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat saja.

2) Tahap Pra-Oprasional, usia 2-7 tahun

Pada masa ini ditandai dengan kemampuan menerima rangsangan yang

terbatas. Kemampuan berbahasa anak mulai berkembang, walaupun pemikirannya

masih statis dan belum dapat berpikir secara abstrak, pendapat tentang waktu dan

tempat juga masih terbatas. Anak mempunyai gambaran mental dan mampu

berpura-pura, anak juga mulai menggunakan simbol .

3) Tahap Oprasional Konkret, usia 7-11 tahun

Pada tahap ini anak sudah dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan

kepadanya dalam menggabungkan, memisahkan, menyusun, mengurutkan,

melipat dan membagi. Pada tahap ini juga, anak tidak hanya menggambarkan

simbol, tetapi anak juga dapat memanipulasi simbol secara logika dan anak sudah

dapat mengenal simbol-simbol menjadi bunyi.


11

4) Tahap Oprasional Formal, usia 11-15 tahun

Pada tahap ini gaya berpikir anak sudah melibatkan penggunaan oprasional

logika dan menggunakannya secara mutlak.

Berdasarkan menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa membaca

merupakan suatu proses yang melibatkan kemampuan visual, psikomotorik dan

kognitif sebagai kemampuan yang digunakan untuk mengartikan lambang-

lambang huruf pada kata agar dapat menjadi makna bagi pembaca. Membaca juga

memiliki manfaat untuk memperoleh atau menambah informasi, wawasan dan

pengetahuan baru untuk meningkatkan kecerdasan seseorang.

3. Aspek dalam membaca.

Dalam membaca terdiri berbagai keterampilan-keterampilan dalam

menunjang kegiatan membaca. Menurut Tarigan (2015:12) aspek dalam membaca

terdapat dua aspek penting dalam membaca antara lain :

a. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dianggap

berada di urutan yang lebih rendah (lower order).

1) Pengenalan unsur-unsur lingusitik (fonem atau graem, kata, frase pola,

klausa, kalimat dan lain-lain).

2) Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan, bunyi dan huruf.

b. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang

dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini

mencakup :
12

1) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).

2) Memahami sigfinikasi atau makna.

3) Evaluasi atau penilaian isi dan bentuk.

4) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan

keadaan.

Aspek-aspek ini tidak selalu dilaksanakan dengan cara yang sama oleh

pembaca yang berbeda. Interaksi antara ketujuh aspek secara harmonis akan

menghasilkan hasil membaca yang baik, yaitu komunikasi yang baik antara

menulis dan membaca.

Keterampilan membaca diperlukan bagi setiap pembaca. Untuk dapat

memahami bacaan, pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan

kalimat yang ada di bacaan. Terampil dalam membaca akan meningkatkan

kosakata dalam ingatan. Namun, pada dasarnya sebelum lancar dalam membaca

terlebih dahulu mengenal huruf abjad yang dilakukan sejak usia dini yaitu pra

sekolah. Di jenjang sekolah berikutnya seseorang lebih mengasah kemampuan

dalam membaca.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan untuk dapat memahami

bacaan, pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang ada

di bacaan. Terampil dalam membaca akan meningkatkan kosa kata dalam ingatan.

4. Tujuan Membaca
13

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh

informasi, mencakup isi, serta memahami makna dalam bacaan. Menurut Tarigan

(2015: 9) tujuan membaca sebagai berikut :

a. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta

b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama.

c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita

d. Membaca untuk menyimpulkan

e. Membaca untuk mengelompokkan dan mengklasifikasikan

f. Membaca untuk menilai dan mengevaluasi

g. Membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan.

Sedangkan menurut Rahim (2008:11) tujuan membaca mencakup antara lain :

1) Kesenangan.

2) Menyempurnakan membaca nyaring.

3) Menggunakan strategi tertentu.

4) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topic.

5) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya.

6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis.

7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi.

8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang

diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang

struktur teks.

9) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.


14

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca dapat

memperoleh ide-ide utama dalam suatu bacaan serta menyimpulkan dari isi suatu

bacaan.

5. Fleksibilitas Membaca
Seorang pembaca tidak harus membaca dengan kecepatan tinggi atau

kecepatan rendah. Pembaca dapat menyesuaikan kecepatan membacanya dengan

memperhatikan tingkat kesulitan teksnya. jika tingkat kesukaran teks bacaan

tinggi menggunakan teknik kecepatan rendah atau normal. jika teks bacaan mudah

dipahami, maka pembaca menggunakan teknik kecepatan tinggi pembaca yang

efisien dan efektif ialah pembaca yang flesibel (kenyal). Pembaca yang fleksibel

ialah pembaca yang dapat mengatur kecepatan dan menentukan teknik, metode

dan gaya membaca sesuai dengan semua faktor yang berikatan dengan acuan

Tampubolon dalam Dalman (2014:141). Dengan demikian orang yang mampu

membaca secara fleksibel, ia akan dapat membaca secara efektif dan efesien

sehingga kemampuan membacanya pun akan lebih baik.

Menurut Tampubolon dalam Dalman (2014:141), faktor-faktor yang

berkaitan dengan bacaan adalah (1) tujuan membaca, (2) informasi fokus, dan (3)

materi bacaan. Jika kecepatan, teknik dan gaya membaca disebut strategi

membaca dan faktor-faktor yang berkaitan dengan bacaan disebut kondisi baca.

Dengan demikian, berkaitan dengan bacaan disebut kondisi baca. Dengan

demikian fleksibilitas membaca dapat didefinisikan sebagai kemampuan

menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi baca. Di dalam membaca

fleksbilitas membaca diperlukan pembaca untuk mengatur kecepatan


15

membacanya yang sesuai dengan teks yang dibacanya sehingga informasi yang

dibutuhkannya dapat diterima dengan baik Dalman (2014:141).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa flesibilitas membaca

adalah kelenturan tempo baca pada saat sesuai dengan tujuan yang ingin di capai

dari kegiatan membacanya dan kemampuan menyesuaikan strategi membaca

dengan kondisi baca.

6. Teknik Membaca

Untuk menemukan informasi fokus secara efisien, ada beberapa teknik

membaca yang digunakan, yaitu : (1) baca pilihan, (2) baca dengan lompat, (3)

baca dengan layap, dan (4) baca dengan tatap. (Tampubolom dalam Dalman

2013:15-16). Baca pilihan adalah bahwa pembaca memiliki bahan bacaan dan

bagian-bagian bacaan yang dianggapnya relevan atau berisi informasi fokus yang

ditentukannya. Selanjutnya baca dengan lompat adalah bahwa pembaca dalam

menemukan bagian atau bagian-bagian bacaan yang relevan, melampaui atau

melompati bagian-bagian lain.

Pembaca juga bisa menggunakan teknik baca dengan melayap adalah

membaca dengan cepat supaya dapat mengetahui isi umum dari bacaan. Yang

dimaksud isi umum adalah informasi fokus, tetapi bisa juga hanya sebagai dasar

dalam menduga apakah bacaan atau bagian bacaan itu berisi suatu informasi yang

didapatkan. Pembaca dapat mempergunakan teknik baca dengan tatap adalah

membaca dengan cepat dan dengan memusatkan perhatian untuk menemukan

bagian bacaan yang berisi informasi fokus yang telah ditentukan dan seterusnya

membaca bagian itu dengan teliti sehingga informasi fokus itu ditemukan dan
16

seterusnya membaca bagian itu dengan teliti sehingga informasi fokus itu

ditemukan dengan tepat dan dipahami dengan benar.

Ada beberapa teknik dalam membaca yang dikuasai seorang pembaca

berkaitan dengan kegiatan membaca pemahaman. Teknik-teknik membaca adalah

teknik baca-pilih, teknik baca-lompat, teknik baca-layap dan teknik baca-tatap

(Tampubolon dalam Romansyah 2017:74). Untuk memperjelas uraian tentang

empat teknik membaca diatas, dibawah ini penulis akan menguraikannya secara

lebih rinci.

a. Baca-pilih merupakan kegiatan membaca, dimana pembaca memilih suatu

bahan bacaan atau bagian bahan bacaan yang sesuai dengan tujuannya.

b. Baca-lompat merupakan kegiatan membaca, dimana seorang pembaca dalam

mendapatkan bagian-bagian bacaan yang relevan dan bahan bacaan yang

dapat digunakan dengan melampaui atau melompati bagian bacaan lainnya.

c. Baca-layap adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan cepat dalam

mengetahui suatu bacaan secara umum agar dapat memperoleh gambaran

umum tentang isi bacaan.

d. Baca-tatap adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan teliti dan

menatap terhadap bagian bacaan yang berisi suatu informasi fokus dengan

tujuan untuk memahaminya secara dalam.

Keempat macam teknik membaca diatas adalah kesempatan tertentu bisa saja

digunakan sekaligus secara berurutan, pada saat membaca buku. Mula-mula

teknik baca-pilih digunakan dalam menentukan bagian bacaan yang perlu dibaca.

Kemudian secara bersamaan teknik baca-lompat dilakukan karena bagian-bagian


17

bacaan yang dilompati. Selanjutnya teknik baca-layap untuk mendapatkan

pengetahuan gambaran umum dalam isi bacaan. Akhirnya pembaca menggunakan

teknik baca-tatap terhadap bahan bacaan yang mengandung informasi fokus.

Namun pada kesempatan lain bisa saja seorang pembaca hanya perlu

menggunakan sebagian dari empat teknik membaca di atas. Hal tersebut

tergantung dari kebutuhan pembaca, seperti pembaca yang bertujuan untuk

menemukan gagasan pokok pada paragraf deduktif atau induktif yang

mengandung banyak jabaran gagasan pokok, maka dia tidak perlu membaca

semua kalimat yang ada pada paragraf tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik dapat menyerap

informasi yang dibaca cepat dapat memahami membaca dengan baik dan

mendefinisikan teknik membaca ini sebagai mengambil tindakan inti sari.

7. Jenis-jenis Membaca

a. Membaca Nyaring

Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara

atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang

cukup keras Dalman (2014:5). Tujuan membaca nyaring adalah agar pembaca

mampu mengucapkan kata, kalimat dengan tepat dan jelas. Membaca nyaring juga

diharapkan memperhatikan bahan bacaan dan menggunakan intonasi yang tepat

dan jelas. Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan

alat bagi guru, murid atau pembaca bersama-sama dengan orang lain atau
18

pendengar untuk menangkap memahami informasi, pikiran dan perasaan seorang

pengarang.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pembaca dalam membaca nyaring

adalah Tarigan (2014:34-35).

1. Pembaca harus mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam

bahan bacaan.

2. Pembaca harus mempelajari kesimpulan penafsiran atau lambang-lambang

tertulis sehingga penyusunan kata-kata serta penekanan sesuai dengan ujaran.

3. Pembaca harus memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata

yang jauh.

4. Pembaca harus mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas

maknanya bagi para pendengar Tarigan Dalman (2014:38).

Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai

kemampuan, diantaranya adalah: 1) Menggunakan ucapan yang tepat, 2)

Menggunakan frasa yang tepat, 3) Menggunakan intonasi suara yang jelas, 4)

Dalam posisi sikap yang baik, 5) Menguasai tanda-tanda baca, 6) Membaca

dengan terang dan jelas, 7) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresif, 8)

Membaca dengan tidak terbata-bata, 9) Mengerti serta memahami bahan bacaan

yang dibacanya, 10) Kecapatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya,

11) Membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan, 12) Membaca

dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.


19

Tujuan membaca nyaring yaitu agar seseorang mampu menggunakan

ucapan yang tepat, membaca dengan tidak terus menerus melihat pada bahan

bacaan, membaca dengan menggunakan intonasi dan lagu yang tepat dan jelas.

Manfaat membaca nyaring adalah sebagai berikut:

1. Dapat memuaskan dan memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan

sejumlah keterampilan dan minat.

2. Dapat menyampaikan informasi yang penting kepada para pendengarnya

Tarigan dalam Dalman (2014:38-39).

Peningkatan keterampilan membaca nyaring dapat dilakukan dengan cara

menguasai keterampilan-keterampilan persepsi sehingga pembaca mengenal dan

memahami kata-kata dengan cepat dan tepat. Untuk membantu pendengar

memhami maksud pengarang maka pembaca menggunakan beberapa cara, antara

lain: (1) Menyoroti ide-ide baru dengan menggunakan penekanan yang jelas, (2)

Menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide lainnya, (3) Menerangkan kesatuan-

kesatuan kata-kata yang tepat dan baik, (4) Menghubungkan ide-ide yang

bertautan dengan jalan menjaga suaranya agar tinggi sampai akhir dan tujuan

tercapai, (5) Menjelaskan kalimat-kalimat dengan gaya dan daya ekspresi yang

baik dan tepat Tarigan dalam Dalman (2014:38-39).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca nyaring

adalah aktivitas yang menyenangkan karena antara pembaca dan pendengar

bersama-sama menangkap dan memahami informasi yang sedang dibaca, yang

difokuskan pada tekanan kata, lagu kalimat, intonasi, jeda atau kata menguasai

tanda baca.
20

b. Membaca Senyap

Membaca senyap adalah membaca tidak bersuara, tanpa gerakan bibir,

tanpa gerakan kepala, tanpa berbisik, memahami bahan bacaan secara diam atau

dalam hati Dalman (2014:32). Kegiatan membaca senyap membutuhkan

kecepatan mata dalam mebaca teks bacaan tiga kata per detik. Pembaca juga dapat

menikmati bahan bacaan dalam hati, dan menyesuaikan kecepatan membaca

berdasarkan tingkat kesulitan bahan bacaan.

Kegiatan membaca senyap hanya menggunakan ingatan visual yang

melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Kegiatan membaca senyap ini juga

harus dilakukan sedini mungkin, sehingga anak-anak mampu membaca sendiri.

Pada kegiatan ini diharapkan melengkapi bahan bacaan dengan bacaan tambahan

yang diarahkan pada keterampilan menguasai isi bacaan dengan memahami ide-

ide dengan usahanya sendiri.

Keterampilan yang dituntut dalam membaca dalam hati antara lain: 1)

Membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun, 2)

Membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala, 3) Membaca lebih cepat

dibandingkan dengan membaca nyaring, 4) Tanpa menggunakan jari atau alat lain

sebagai penunjuk, 5) Mengerti dan memahami bahan bacaan, 6) Dituntut

kecepatan mata dalam membaca, 7) Membaca dengan pemahaman yang baik, 8)

Dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam

bacaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penentu keberhasilan

membaca adalah kemampuan pembaca dalam memahami lambang/tanda/tulisan


21

yang dibaca dengan memerhatikan kemampuan mata dan pengendalian gerakan

bibir, serta kemampuan pembaca dalam mengabungkan isi bacaan dengan

pengalaman.

8. Tahap-Tahap Perkembangan Kemampuan Membaca

Menurut Jamaris (2014:135) menyatakan bahwa tahap perkembangan

membaca dimulai dari ketertarikan terhadap buku, kesiapan membaca, membaca

permulaan, keterampilan membaca, perluasan keterampilan membaca dan

penghalusan keterampilan membaca.

1) Tahap ketertarikan terhadap buku

Tahap ketertarikan terhadap buku dimulai sejak anak berusia dini, bahkan

sejak anak usia dibawah satu tahun. Ketertarikan ini dapat dilihat ketika orang-

orang yang ada di sekitarnya membaca, anak selalu tertarik dengan kegiatan

membaca yang dilakukan oleh orang-orang tersebut dengan berbagai aktivitas,

seperti menepuk-nepuk buku, menarik buku, dan memperhatikan orang yang

sedang membaca buku.

2) Tahap pengembangan kesiapan membaca

Kesiapan membaca mengandung arti bahwa secara mental anak sudah siap

untuk belajar membaca. Kesiapan anak untuk belajar membaca secara umum

terjadi pada usia 6 tahun, akan tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa

kesiapan anak untuk belajar membaca sudah terjadi sebelum umur 6 tahun, yaitu
22

pada masa taman kanak-kanak. Pada saat ini, anak sudah mulai menyadari bahwa

kata adalah suatu ungkapan dari simbol-simbol yang memiliki arti.

3) Tahap membaca permulaan

Membaca permulaan umumnya dimulai sejak awal masuk sekolah dasar,

yaitu pada usia enam tahun. Akan tetapi ada anak yang sudah melakukan belajar

membaca lebih awal yaitu pada taman kanak-kanak dan ada juga anak yang baru

belajar membaca pada umur tujuh atau delapan tahun atau pada masa kelas dua

sekolah dasar. pada masa ini anak mulai mempelajari kosa kata kemudian belajar

membaca dan menuliskan kosa kata tersebut. Untuk membantu anak belajar

membaca pada tahap membaca permulaan dapat membaca tanpa mengeja.

Membaca keseluruhan agar anak mengerti makna kata dan kalimat. Membaca

detail bertujuan untuk mengembangkan tiga tahap yaitu: membaca secara

keseluruhan, membaca secara detail untuk mengetahui kemampuan anak dalam

membedakan bentuk dan bunyinya yang membentuk kata atau kalimat.

4) Tahap pengembangan keterampilan membaca

Pengembangan keterampilan membaca dimulai dari kelas tiga sekolah

dasar. keterampilan yang dikembangkan pada tahap ini yaitu membaca lancar,

artinya membaca tanpa memperhatikan huruf demi huruf yang merangkai kata

atau kalimat. Apa bila anak telah mencapai kemampuan ini maka kemampuan

untuk membaca pemahaman terhadap isi bacaan sudah dapat dikembangkan.

5) Tahap perluasan keterampilan membaca

Pada tahap ini umumnya terjadi pada saat anak telah duduk di kelas empat

dan lima. Perluasan keterampilan membaca bertujuan untuk mengembangkan


23

kemampuan dalam membaca pemahaman. Pada masa ini, sumber bacaan sudah

sangat bervariasi sesuai dengan tugas yang harus diselesaikannya dan sesuai

dengan minatnya.

6) Tahap penghalusan keterampilan membaca

Penghalusan keterampilan membaca dilakukan di sekolah lanjutan. Pada

tahap ini anak tidak lagi belajar membaca tetapi membaca untuk belajar. Mereka

belajar untuk memahami, memberikan kritik, atau mempelajari studi tertentu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahap membaca adalah

suatu tingkatan untuk melihat serta yang memahami isi dari apa yang tertulis baik

secara lisan maupun dalam hati.

9. Kesulitan Membaca

Membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya

disekolah. Seseorang akan memperoleh informasi ilmu pengetahuan serta

pengalaman-pengalaman baru dengan cara membaca. Dengan demikian maka

kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun

yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh sebab itu, guru mengajarkan

membaca disekolah sangat penting.

Menurut Tarigan (2015:8) membaca adalah suatu metode yang kita

pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang

dengan orang lain yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat

pada lambang-lambang tertulis. Kesulitan membaca adalah kondisi yang

menyebabkan masalah dalam persepsi, terutama yang mempengaruhi kemampuan


24

membaca, sedangkan menurut subini (2013:53) kesulitan membaca atau disleksia

learning merupakan kemampuan membaca anak yang berada di bawah

kemampuan yang seharusnya dengan mempertimbangkan tingkat intelegensi, usia

dan pendidikannya.

Berdasarkan pendapat diatas bahwa kesulitan membaca adalah kondisi

dimana anak mengalami hambatan dalam membaca, menulis mengeja dan lambat

dalam memahami suatu cerita serta mempunyai kemampuan di bawah rata-rata.

10. Karakteristik Kesulitan Membaca

Menurut Jamaris, (2015:140) siswa yang mengalami dyslexia dan

memiliki kesulitan dalam membaca ciri-cirinya sebagai berikut:

a) Membaca secara terbalik tulisan yang dibaca seperti: duku dibaca kudu, d

dibaca b, atau p dibaca q.

b) Menulis huruf secara terbalik.

c) Mengalami kesulitan untuk menyebutkan kembali informasi yang diberikan

secara lisan.

d) Kualitas tulisan buruk, karakter huruf yang tidak jelas.

e) Memiliki kemampuan menggambar yang kurang baik.

f) Mengalami kesulitan dalam memahami dan mengingat cerita yang baru

dibaca.

g) Sulit dalam mengikuti perintah yang diberikan.

h) Mengalami kesulitan dalam mengenal bentuk huruf dan mengucapkan bunyi

huruf.
25

i) Mengalami kesulitan dalam menggabungkan bunyi huruf menjadi kata yang

berarti.

j) Sangat lambat dalam membaca karena kesulitan dalam mengenal huruf,

mengingat bunyi huruf dan menggabungkan bunyi huruf menjadi kata yang

berarti.”

Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan bahwa anak yang memiliki

karakteristik dyslexia disebabkan karena mata dan telinga serta otak bagian tengah

bawah mengalami kesulitan dalam menerima stimulus visual dan auditori sebelum

stimulus tersebut mencapai bagian tengah otak.

11. Penanggulangan Kesulitan Membaca

Dalam penanggulangan kesulitan membaca terbagi menjadi tiga yaitu

strategi peningkatan pengenalan kata dan membaca lancar, program membaca

khusus kelas remedial, dan peningkatan kemampuan pemahaman isi bacaan.

a. Strategi Peningkatan Pengenalan Kata dan Membaca Lancar, Pada strategi

peningkatan pengenalan kata dan membaca lancar dilakukan dengan berbagai

metode yaitu, metode menyebutkan suara huruf/mengeja (phonic method),

membaca awal/dasar (basal readers), distar program, mengulang bacaan

(repealed reading).

b. Program Membaca Kelas Remedial, Program membaca untuk kelas remedial

ditunjukkan bagi siswa yang mengalami kesulitan membaca cukup berat


26

sehingga memerlukan program khusus untuk mengatasi kesulitan membaca

secara efektif.

c. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Isi Bacaan, Pada peningkatan

kemampuan pemahaman isi bacaan atau sering disebut dengan kemampuan

membaca pemahaman dapat menggunakan berbagai strategi, antara lain

dengan membaca buku cerita atau buku dongeng, strategi kognitif, srtategi

pengalaman berbahasa dan penerapan strategi/teknik

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penanggulangan

kesulitan membaca adalah solusi dan upaya guru mengatasi belajar membaca.

12. Faktor-faktor yang penyebab kesulitan membaca

Menurut Rahim dalam Rizkiana (2016:3-239) faktor-faktor yang

menyebabkan kesulitan membaca yang dialami anak dapat di sebabkan oleh

faktor internal pada individu anak itu sendiri atau faktor eksternal di luar diri

anak, faktor internal pada diri anak meliputi faktor fisik, intelektual dan

psikologis.

Adapun faktor eksternal di luar diri anak mencakup lingkungan keluarga

dan sekolah. Menurut Mulyono dalam Hendri (2019:56) faktor-faktor kesulitan

membaca siswa adalah :

a. Faktor Eksternal

Salah satu faktor penyebab kesulitan membaca adalah faktor eksternal, faktor

eksternal menjadi penyebab kesulitan membaca sebagai berikut:

1) Keadaan Keluarga
27

Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat

besar artinya untuk pendidikan kecil, tetap bersifat menentukan dalam ukuran

besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Adanya rasa aman dalam

keluarga sangat penting dalam keberhasilan-keberhasilan seseorang dalam belajar.

Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif,

karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang

menambahkan motivasi dalam belajar.

Orang tua hendaknya mengetahui bahwa pendidikan dimulai dari keluarga.

Jalan kerja sama yang harus ditingkatkan, di mana orang tua harus menaruh

perhatian yang serius cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat

menghasilkan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun,

karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaaan yang lebih baik untuk

belajar.

2) Keadaan Sekolah

Peran guru memegang peranan yang terpenting, dalam arti bahwa perhatian

guru pribadi terhadap peserta didiknya lebih memajukan perkembangan anak

daripada organisasi sekolah, di mana seorang guru lebih sering menghadapi dari

kelas. Pendidikan harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang diberikan

dan menggunakan metode yang tepat dalam belajar, interaksi dengan peserta

didik, serta perhatian terhadap masalah-masalah yang dihadapi siswa.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting

dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena lingkungan sekolah yang


28

baik bisa memotivasi anak untuk belajar lebih giat lagi. Keadaan sekolah adalah

cara menyajikan pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan

kurikulum. Hubungan antara guru dan peserta didik kurang baik akan

mempengaruhi hasil belajarnya.

b. Faktor Internal

Faktor-faktor internal penyebab peserta didik kurang lancar membaca adalah :

1) Kurang Mengenal Huruf

Peserta didik tidak mampu mengenali huruf-huruf sering kali dijumpai guru.

Ketidakmampuan seorang peserta didik membedakan huruf besar atau kecil

termasuk suatu kategori kesulitan. Ketidak jelasan peserta didik melafalkan

sebuah huruf sering terjadi, khususnya seperti huruf : (b), (c), (d), (p), (v).

Untuk memastikan apakah siswa mengalami kesulitan dalam mengenal huruf

dapat dilakukan melalui pengujian secara informal atau pengujian formal.

2) Menghilangkan Huruf

Penghilangan huruf sering kali dilakukan peserta didik yang kesulitan

membaca karena adanya kekurangan dalam mengenal huruf, bunyi bahasa dan

bentuk kalimat. Pehilngan huruf biasanya terjadi pada awal kata. Peserta didik

menghilangkan atau tidak baca satu huruf, kata dari teks yang dibaca contohnya :

tujuh dibaca tuju, bapak dibaca bapa, dan majalah dibaca majala. Penghilangan

huruf, ini biasanya dilakukan oleh tidak mampu perseta didik dalam mengucapkan

huruf-huruf yang sengaja tidak dibaca karena sulit membacanya.

3) Membaca Kata demi Kata


29

Peserta didik yang mengalami kesulitan jenis ini biasanya berhenti setelah

membaca sebuah kata, tidak harus di ikuti dengan kata berikutnya. Membaca kata

demi kata sering kali disebabkan oleh : gagal mengetahui makna kata atau kurang

lancar membaca. Membaca kata demi kata emang tahap awal dari kegiatan

mambaca, akan tetapi jika peserta didik tidak mengalami kemajuan dalam hal

tersebut maka termasuk kategori peserta didik menghadapi masalah.

Menurut Oktadiana (2019:152-159) faktor-faktor kesulitan membaca

sebagai berikut : Faktor fisik, faktor inteligensi, faktor minat, faktor motivasi,

faktor pengeloan kelas yang kurang efektif dan faktor keluarga.

B. Penelitian yang Relevan


1. Husni Fita Akda, Febrina Dafit (2021) Program Studi PGSD Universitas

Islam Riau telah penelitian dengan judul “Analisis Kesulitan Membaca Pada

Siswa Kelas II Sekolah Dasar” Pada penelitian ini untuk mendeskripsikan

kesulitan membaca siswa kelas II SD Negeri 01 Tualang Kabupaten Siak,

serta mendeskripsikan peran guru dalam mengatasi kesulitan membaca siswa

kelas II SD Negeri 01 Tualang.

Persamaan penelitian di atas dengan peneliti yaitu menganalisis

kesulitan membaca pada siswa kelas II SD adapun perbedaan peneliti yaitu

menganalisis di SD Negeri 38 Lubuklinggau. Sedangkan penelitian diatas

memilih tempat di SD Negeri 01 Tualang Kabupaten Siak

2. Kusno, Rasiman, Mei Fita Asri Untari (2020) Program Studi PGSD

Universitas PGRI Semarang telah penelitian dengan berjudul “Analisis

Kesulitan Membaca Permulaan Pada Siswa Sekolah Dasar” Pada penelitian


30

ini adalah kurangnya kemampuan membaca permulaan siswa, sehingga perlu

dianalisis kesulitan-kesulitan yang mempengaruhi kemampuan membaca

permulaan siswa.

Persamaan penelitian di atas dengan peneliti yaitu menganalisis

kesulitan membaca pada siswa kelas II SD adapun perbedaan peneliti yaitu

menganalisis di SD Negeri 38 Lubuklinggau. Sedangkan penelitian diatas

memilih tempat di Sekolah Dasar.

3. Bella Oktadiana (2019) Program Studi PGMI Universitas susunan kalijaga di

yogyakarta, dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis kesulitan Membaca

Permulaan Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di

Madrasah Ibtidaiyah Munawariyah Palembang”. Kesulitan membaca

merupakan pada anak tingkat sekolah dasar kelas II akhirnya terjadi pada

siswa tertentu, oleh karena itu kesulitan membaca siswa kelas II.B pada mata

pelajaran bahasa indonesia dan Faktor-faktor yang penyebab kesulitan

membaca siswa di kelas II.B pada mata pelajaran bahasa indonesia dan untuk

mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan membaca Permulaan pada siswa

kelas II.B Madrasah Ibtidaiyah Munawariyah Palembang.

Persamaan penelitian ini dengan peneliti yaitu menganalisis kesulitan

membaca pada siswa kelas II di SD Negeri 38 Lubuklinggau adapun

perbedaan penelitian yaitu menganalisis kesulitan membaca siswa pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia kelas II dan untuk mengetahui faktor-faktor

penyebab kesulitan membaca permulaan pada siswa kelas II Sedangkan

peneliti menganalisis faktor-faktor yang penyebab kesulitan membaca.


31

4. Riska Septiana Soleha (2022) Program Studi PGSD Universitas

Muhammadiyah Tanggerang, dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Kesulitan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar”. Pada

penelitian ini adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan membaca

permulaan dan bagaimana kesulitan membaca permulaan yang dialami siswa

kelas II di sekolah dasar.

Persamaan penelitian ini dengan peneliti yaitu menganalisis kesulitan

membaca pada siswa kelas II di SD Negeri 38 Lubuklinggau adapun

perbedaan penelitian yaitu menganalisis kesulitan membaca permulaan pada

siswa kelas II Sekolah Dasar dan untuk mengetahui faktor-faktor yang

penyebab kesulitan membaca permulaan pada siswa kelas II Sedangkan

peneliti menganalisis faktor-faktor yang penyebab kesulitan membaca.


32

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 38 Lubuklinggau beralamat di Taba

Jemekeh Kec.Lubuklinggau Timur 1 peneliti ini bertujuan untuk mendeskripsikan

apa yang menjadi masalah, selanjutnya di analisis dan menafsirkan data yang

sudah tersedia. Latar penelitian dilakukan pada kelas II di SD Negeri 38

Lubuklinggau dengan jumlah satu kelas sebanyak 37 orang diantarannya laki-laki

sebanyak 16 orang dan jumlah perempuan 21 orang. Penelitian kesulitan

membaca yaitu seluruh siswa kelas II agar dapat mengetahui letak kesulitan

membaca pada siswa. Alasan penulis memilih kelas II karena adanya

permasalahan dalam kesulitan membaca pada siswa.

B. Metode dan Prosedur Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2016:6) metode penelitian

kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci.

Menurut Moleong (2016:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll secara holistic dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
33

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Menurut Sugiyono (2019:18) metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen)

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data

dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri-

anggulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif atau kualitatif dan hasil

penelitian ini lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Penelitian kualitatif

banyak digunakan dalam penelitian di bidang sosial. Penelitian kualitatif

merupakan suatu penelitian yang hasil tidak diperoleh melalui prosedur statistik

atau metode kuantifikasi yang lain. Peneliti biasanya menggunakan pendekatan

naturalistik untuk memahami suatu fenomena tertentu. Penelitian kualitatif

berusaha mendapatkan pencerahan, pemahaman terhadap suatu fenomena dan

ekstrapolasi pada situasi yang sama.

Penelitian kualitatif tidak menggunakan statistik, tetapi melalui

pengumpulan data, analisis, kemudian di interpretasikan. Biasanya berhubungan

dengan masalah sosial dan manusia yang bersifat interdisipliner, fokus pada

multimethod, naturalistik dan interpretasi. Penelitian kualitatif ini merupakan

penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam

kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistis,

kompleks dan rinci. Penelitian yang menggunakan pendekatan induksi yang

mempunyai tujuan penyusunan konstruksi teori atau hipotesis melalui


34

pengungkapan fakta merupakan penelitian yang menggunakan paragdima

kualitatif.

Pada penelitian analisis kualitatif ini diteliti secara mendalam tentang

kesulitan-kesulitan siswa dalam membaca beserta faktor penyebabnya dalam

membaca instrumen dalam penelitian adalah wawancara penulis selama

penelitian, penulis melakukan observasi atau pengamatan terhadap subjek

penelitian, wawancara kepada sumber data atau pihak-pihak yang terlibat

diantarannya adalah guru atau wali, siswa serta orang tua. Penelitian ini

mendeskripsikan atau menggambarkan apa yang menjadi masalah, kemudian

menganalisis dan menafsirkan data yang ada. Selain itu, penulis juga

mengumpulkan data dengan melakukan wawancara, dokumentasi, angket dan

observasi berbagai kegiatan yang mendukung dalam penelitian ini. Penelitian ini

akan dilakukan di salah satu sekolah dasar yang berada di kota Lubuklinggau

yaitu di SD Negeri 38 Lubuklinggau.

2. Prosedur Penelitian

a. Tahap Persiapan

Membuat wawancara untuk pihak terlibat yaitu wali kelas dan siswa dalam

mengamati secara langsung proses pembelajaran pada kelas II SD Negeri 38

Lubuklinggau, Menganalisis siswa yang terdapat kesulitan membaca,

mengumpulkan data dan mengklasifikasikan data.

b. Tahap Pelaksanaan
35

Pada tahap pelaksanaan peneliti melaksanakan observasi dengan

menganalisis data yang sudah ditransipkan dari bentuk lisan ke tulisan dan

mengklasifikasikannya. Data yang sudah diklasifikasikan, selanjutnya dianalisis

untuk menjawab masalah penelitian mengenai kesulitan membaca pada siswa

kelas II SD Negeri 38 Lubuklinggau.

c. Tahap akhir

Menyusun laporan penelitian dengan mendeskripsikan hasil analisis data

dan memberikan kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.

C. Data dan Sumber Data

Menurut Arikunto (2013:172) pada bagian ini dapat dianalisis data dan

sumber data. Penulis disini mengambil informan dari siswa dan guru untuk

dijadikan sebagai jenis dan data penelitian. Maka penelitian ini dapat

dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder:

1. Data primer

Data primer adalah data yang di dapatkan dari hasil wawancara dengan

siswa kelas II di SD Negeri 38 Lubuklinggau yang memiliki kesulitan dalam

membaca kemudian melakukan wawancara kepada guru kelas atau wali kelas

mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa tersebut memiliki

keterlambatan dalam kesulitan membaca kemudian menanyakan mengenai sarana

dan prasarana yang ada disekolah tersebut.

2. Data sekunder
36

Data sekunder yaitu data yang sudah tersedia ditempat penelitian seperti,

buku catatan guru tentang siswa yang mengalami kesulitan membaca dan

referensi yang relevan dengan masalah penelitian.

D. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2020:104) teknik pengumpulan data adalah

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan. Penelitian

bertujuan untuk mendapatkan data sehingga teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian. Dalam kualitatif teknik

pengumpulan datanya bisa dilakukan dengan cara observasi, wawancara,

dokumentasi untuk bisa mengetahui siswa dalam proses membaca.

1. Teknik Observasi

Observasi pada penelitian ini dilakukan supaya penulis bisa melihat

memahami dan mengerti kondisi yang ada di sekitar sekolah ataupun di sekitar

kelas. Pada penelitian ini penulis melakukan observasi kepada siswa kelas II di

SD Negeri 38 Lubuklinggau mengenai kesulitan-kesulitan apa saja yang

mempengaruhi siswa sehingga siswa kurang lancar dalam membaca.

2. Teknik Wawancara

Wawancara pada penelitian ialah teknik untuk dapat mengumpulkan data

dari berbagai sumber melalui komunikasi secara langsung, tujuannya agar penulis

bisa mendapatkan informasi dari siswa dan guru mengenai faktor dan kesulitan-

kesulitan apa saja yang dimiliki siswa sehingga terlambat dalam membaca.

3. Teknik Dokumentasi
37

Metode dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan melihat atau

mencatat sebuah laporan yang sudah tersedia. Dokumen menjadi pelengkap dari

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen yang

dikumpulkan berupa gambar siswa atau foto kegiatan siswa dalam pembelajaran

dalam mengenai kesulitan membaca kelas II di SD Negeri 38 Lubuklinggau.

Gambar 3.1 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

E. Prosedur Analisis Data

Hubermant (2014:12-14) analisis data yang dilakukan pada penelitian ini

yaitu dengan menyusun data yang diperoleh dari lapangan dan hasil observasi,

wawancara dan dokumentasi. Analisis ini secara sistematis sebagai upaya yang

dilakukan dengan bekerja melalui, mengorganisasikan hasil data berupa observasi,

wawancara dan dokumentasi, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa

yang dipelajari. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis non statistik,

dimana analisis non statistik ini digunakan untuk data yang bersifat kualitatif.

Analisis data mempunyai langkah-langkah dalam menganalisis sebuah data pada

penelitian kualitatif.
38

Gambar 3.2 Langkah-langkah Analisis Data

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilah hal yang pokok,

memfokuskan kepada hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang

yang tidak perlu. Karena data yang dari lapangan cukup banyak maka

diperlukanlah analisis data yaitu reduksi data. Penulis mengumpulkan semua data

dilapangan jumlahnya ada 6 siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca,

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci, penanganan yang sudah dilakukan guru

dalam menghadapi kesulitan membaca permulaan siswa kelas II di SD Negeri 38

Lubuklinggau kemudian penulis mengelompokkan jenis data sesuai dengan

masalah yang telah dirumuskan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas

dan mempermudah penulis dalam melaksanakan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian Data (Data Display)

Langkah kedua setelah reduksi data adalah penyajian data. Dengan

penyajian data maka akan memudahkan penulis untuk memahami yang akan

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya apa yang telah dipahami tersebut. Untuk

menyajikan data dalam bentuk kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
39

Penyajian data ini dilengkapi dengan data-data yang meliputi observasi, dokumen

dan wawancara.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verifacation)

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan vertifikasi. Dalam

penelitian ini penulis menarik kesimpulan berdasarkan pengumpulan data

merupakan suatu temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada temuan dapat

berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-

remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas dapat berupa hubungan

interaktif, hipotesis atau teori.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Sugiyono (2015:92) menyatakan bahwa teknik pemeriksaan keabsahan

data adalah derajat kepercayaan atas data penelitian yang diperoleh dan bisa

dipertanggung jawabkan kebenarannya. Pemeriksaan keabsahan data dalam

penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini

menggunakan cara triangulasi, dimana teknik pengumpulan datanya merupakan

penggabungan dari beberapa teknik pengumpulan data dan sumber data.

Triangulasi merupakan teknik penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. untuk

pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas

(credibility), uji transferabilitas (transferadibilty), uji dependabilitas

(dependability) dan terakhir uji obyektivitas (confirmability).

1. Uji Kredibilitas (Credibility)


40

Uji Kredibilitas (Credibility) merupakan uji kepercayaan terhadap data

hasil penelitian kualitatif Prastowo (2012:266). uji kreadibiltas ini memiliki dua

fungsi, yaitu fungsi pertama untuk melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa

tingkat kepercayaan penemuan dan fungsi yang kedua untuk mempertunjukkan

derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan pembuktian terhadap kenyataan

ganda yang sedang diteliti. Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji

kreadibilitas data dengan mengecek data kepada sumber yang sama tetapi dengan

teknik yang berbeda. Untuk mendapatkan data dari penelitian ini, menggunakan

observasi dan wawancara dan angket yang dilakukan secara langsung untuk

mengetahui kesulitan-kesulitan apa saja yang mempengaruhi siswa sehingga

siswa kurang lancar dalam membaca.

2. Uji Transferabilitas (transferadibility)

Sugiyono (2015:376) menjelaskan bahwa uji transferabilitas

(transferadibilty) adalah teknik untuk menguji validitas eskternal didalam

penelitian kualitatif. Uji ini dapat menunjukkan derajat ketepatan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel itu diambil. Untuk

menerapkan uji transferabilitas didalam penelitian ini nantinya peneliti akan

memberikan uraian yang rinci, jelas dan juga secara sistematis terhadap hasil

penelitian. Diuraikannya hasil penelitian secara rinci, jelas dan sistematis

bertujuan supaya penelitian dapat diterapkan ke dalam populasi dimana sampel

pada penelitian ini diambil.

3. Uji Dependabilitas (Dependability)


41

Prastowo (2012:274) uji dependabilitas (dependability) ini sering disebut

sebagai reliabilitas didalam penelitian kualitatif, uji dependabillitas didalam

penelitian kualitatif dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan

proses didalam penelitian. Dalam penelitian ini menujukkan proses dalam

menentukan masalah atau fokus dengan melakukan pengecekan kembali,

melakukan penelitian, menentukan data mendapatkan data yang akurat. Penelitian

melakukan analisis langsung sehingga data yang didapatkan tidak diragukan

kebenarannya. Pada uji ini membuktikan bahwa data yang relevan dan untuk

membutikannya dapat dilihat hasil analisis yang terdapat pada data proses

pemebalajaran dan wawancara berdasarkan kutipan yang ada dalam penelitian.

4. Uji Konfirmabilitas/Objektivitas (Confirmability)

Sugiyono (2015:377) menjelaskan bahwa uji konfirmabilitas merupakan

uji objektivitas di dalam penelitian ini telah disepakati oleh orang banyak.

Prastowo (2012:275) mengatakan bahwa menguji konfirmabilitas berarti menguji

hasil penelitian yang dihubungkan dengan proses penelitian dilakukan.

Gambar 3.3 Uji Keabsahan Data


42

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tentang Latar Penelitian

1. Deksripsi Lokasi Penelitian

SD Negeri 38 Lubuklinggau adalah lembaga pendidikan untuk

memberikan pendidikan dan pengajaran untuk siswa yang bertujuan untuk

mencerdaskan anak bangsa dan juga SD Negeri 38 Lubuklinggau didirikan pada

tahun 1981 dengan berjumlah 10 lokal kelas 1-6, 1 lokal untuk kantor ruang

Kepala sekolah dan 1 kantor untuk ruang Guru jadi berjumlah 9 lokal di SD

Negeri 38 Lubuklinggau, tanah SD Negeri 38 Lubuklinggau bagi dua dengan SD

Negeri 39.

Berdirinya SD Negeri 38 Lubuklinggau ini untuk memudahkan

masyarakat untuk memasukkan anaknya ke jenjang pendidikan yaitu sekolah

Dasar (SD) dan juga untuk mengasah potensi anak di jenjang pendidikan sekolah
43

Dasar (SD) supaya lebih baik lagi dan anak belajar untuk menambah pengetahuan

yang tidak tahu menjadi tahu. Pada awal berdirinya SD Negeri 38 Lubuklinggau

siswa tidak sebanyak tahun ini, karena pada tahun 1981 penduduk di sekitar

belum terlalu banyak dan setiap satu kelas hanya 20-25 per kelas siswa kelas 1-6

hanya dua kelas, untuk perpustakaan saja belum ada, jadi jumlah keseluruhan

siswa dari kelas 1-6 yaitu berjumlah lebih kurang 250 siswa pada tahun 2022-

2023

Pada perkembangan selanjutnya SD Negeri 38 Lubuklinggau sedikit demi

sedikit mulai menata diri dengan berusaha untuk berkembang dan dapat berjalan

sesuai dengan perkembangan zaman, untuk menunjangkan kegiatan pembelajaran

di SD Negeri 38 Lubuklinggau dan juga prestasi-prestasi mulai didapatkan dan

meningkat, akreditasi juga sudah sangat baik “A” dengan nilai 85, bangunan-

bangunan juga mulai membaik karena ada bantuan dari pemerintah seperti proyek

sekolah.

Perpustakaan juga sekarang sudah ada walaupun tidak ada tempat untuk

perpustakaan, tetapi kepala sekolah dan dewan guru dan di bantu oleh siswa

membuat perpustakaan sebaik mungkin dan sekreatif mungkin dengan ide sendiri,

ruangan untuk perpustakaan yaitu di antara pagar dan kelas karena lahan/tanah SD

Negeri 38 Lubuklinggau tidak cukup untuk membuat ruangan karena tanah atau

ruang untuk membangun ruangan kelas/perpustakaan tidak ada.

SD Negeri 38 Lubuklinggau SK status kepemilikan pemerintah daerah, SK

pendirian sekolah No 34/KPTS/III/1981, Tanggal SK Pendirian 1981-07-14, SK


44

Izin Operasional 26.5/31A/II/1981 dan Tanggal SK izin operasional 21 Oktober

1981. SD Negeri 38 Lubuklinggau. SD Negeri 38 Lubuklinggau dan NSS

(Nomor Statistik Sekolah) 101116204476, Serta NPSN (Nomor Pokok Sekolah

Nasional) : 10604476.

Hingga sampai saat ini SD Negeri 38 Lubuklinggau lebih baik dari tahun-

tahun sebelumnya sekolah dan masyarakat selalu bekerja sama agar sekolah

tersebut dapat menjadi lebih baik, bangunan juga sudah lebih baik dan jumlah

siswa setiap tahun selalu bertambah dan dengan guru kelas 9, Guru pendidikan

Agama Islam (PAI) 2, Guru olahraga 2, Penajaga Perpustakaan ada 1, Pegawai

Administrasi 2 dan Satpam 1 dengan jumlah keseluruhan 21 Guru, 16 Guru PNS

dan Guru P3K 19 di bulan Juni-Januari tahun 2022 ada 1 orang guru kepala

sekolah pensiun 2023 Kepala Sekolah Pensiun .

2. Alamat SD Negeri 38 Lubuklingau

SD Negeri 38 Lubuklinggau yang beralamat Jl. Yossudarso RT. 11, Taba

Jemekeh, Kec. Lubuklinggau Timur 1, Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera

Selatan.

3. Visi dan Misi SD Negeri 38 Lubuklinggau

a. Visi SD Negeri 38 Lubuklinggau

Memacu membangkitkan, mendorong, menumbuhkan serta mencetak

siswa-siswi yang cerdas, terampil, bertakwa dan berakhlak mulia.

b. Misi SD Negeri 38 Lubuklinggau.

1) Memacu pelaksanaan pembelajaran yang efektif.


45

2) Membangkitkan semangat keunggulan siswa-siswi.

3) Mendorong siswa-siswi untuk meningkatkan motifitas dan prestasi.

4) Berusaha memberi bekal keterampilan bagi setiap siswa-siswi pada setiap

tingkat dan kelulusan.

5) Menumbuhkan pengkhayatan ajaran agama yang dianut.

6) Menumbuhkan dan memupuk pengkhayatan akhlak mulia.

7) Mencetak kelulusan yang berkualitas, terampil, taqwa dan berakhlak.

a. Organisasi SD Negeri 38 Lubuklinggau.

Struktur organisasi yang merupakan pengurus untuk pembagian tugas

berdasarkan tugas masing-masing manfaat untuk membentukkan struktur

organisasi ini supaya dapat bekerja sama dalam melaksanakan tugas.

Struktur Organisasi SD Negeri 38 Lubuklinggau

1. Kepala Sekolah

2. Wali Kepala Sekolah.

3. Wakil Kepala Sekolah

4. Guru dan STAD Sekolah.

5. Guru Kelas dan Mata Pelajaran.

B. Temuan Penelitian

1. Kesulitan siswa dalam membaca

Setelah melakukan penelitian maka diperoleh data tentang kesulitan

membaca pada siswa kelas II di SD Negeri 38 Lubuklinggau. Berdasarkan hasil


46

penelitian terdapat 3 siswa yang mengalami kesulitan membaca pada siswa kelas

II di SD Negeri 38 Lubuklinggau.

a. Kesulitan membaca pada siswa FEP

FEP berumur 8 tahun, berjenis kelamin laki-laki. FEP pernah bersekolah

ditaman kanak-kanak (TK). FEP mengalami kesulitan membaca yaitu sebagai

berikut :

1) Kurang mengenal huruf

Berdasarkan observasi yang telah di lakukan terhadap FEP yang di alami

kesulitan dalam mengenal huruf, FEP kesulitan dalam membaca tidak konsentrasi

dalam belajar. Lalu untuk mengidentifikasi huruf FEP dituntut lebih banyak

belajar mengenal huruf di rumah setelah belajar dan dibimbing di rumah FEP

mengalami peningkatan belajar, lalu dalam membaca kata yang sudah mempunyai

arti untuk mengidentifikasi huruf menyusun kata belum terlalu lancar FEP harus

membaca persuku kata, seperti kalimat “Nama” n\a\m\a jadi baru bisa

membacanya. Maka dalam kelancaran membaca rata-rata anak belum terlalu bisa

untuk membacanya.

Hal tersebut dipertegas oleh hasil wawancara penelitian pada hari Senin

tanggal 06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD

Negeri 38 Lubuklinggau mengatakan bahwa siswa tersebut memang ada

keterlambatan berbicara, sulit mengucapkan kata-kata yang panjang, mengalami

kesulitan dalam mengucapkan kata seperti “Harimau” di baca “amau” “pesawat”


47

di baca “sepawat”. kesulitan dalam belajar abjad, sulit mengingat huruf dan sulit

dalam membedakan huruf yang sama.

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa FEP kurangnya mengenal huruf

dikarenakan anak tersebut lupa mengingat huruf abjad sehingga sulit mengajari

anak untuk menghafal huruf abjad, selain itu penyebab kurangnya anak mengenal

huruf di karenakan anak tersebut masih sulit membedakan huruf vokal A, I, U, E,

O, hal itu dapat kita ketahui bahwa banyak huruf yang bentuknya sama tetapi

bacaannya yang berbeda, seperti b dan d, m dan w.

2) Kesulitan membaca kata demi kata

Setelah observasi yang telah di lakukan terhadap FEP, yang di alami masih

kesulitan membaca kata demi kata yaitu FEP masih membaca dari kata satu ke

kata lainnya contoh “Palang merah remaja” dibaca FEP dengan bacaan | palang |

merah | remaja | FEP yang masih membaca kata demi kata pada kelas II itu

seharusnya sudah tidak ada lagi karena seharusnya FEP kelas II sudah bisa

membaca dengan lancar. Dapat di maklumi karena awal belajar membaca mulai

dengan membaca huruf perhuruf, kata per kata dan selanjutnya dapat membaca

dengan lancar, sedangkan FEP masih membaca dengan kata per kata, setiap baris

teks yang FEP baca terdapat beberapa kali jeda untuk menyambung dengan kata-

kata selanjutnya dan untuk FEP tidak mengeja dari huruf ke huruf.

Hal ini dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin tanggal

06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD Negeri 38

Lubuklinggau mengatakan bahwa dalam membaca kata, siswa sebagian besar


48

sudah bisa tetapi ada beberapa siswa yang belum bisa membaca kata. Ada

beberapa siswa yang membacanya dengan pelan-pelan dan mengejanya perlahan

tetapi ada juga siswa yang tidak bisa membaca kata kalau tidak dituntun.

Membaca ini dapat membantu siswa lebih lancar dalam membaca kata demi kata

maka dari itu orang tua harus membimbing dan pengawasan bahwa anak harus

mengikuti les supaya anak tersebut memperbanyak variasi memberikan dalam

belajar membaca agar belajar dapat menyenangkan dan mudah dipahami oleh

anak tersebut. Tetapi faktor dari keluarga lebih dominan untuk anak bisa lebih

memahami suatu bacaan.

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa FEP kurang memahami makna

kata dan memahami gagasan ide pokok dalam bacaan, sehingga membuat anak

tersebut masih terbata-bata saat membaca, salah satu cara untuk meningkatkan

anak dalam pemahaman kata itu dengan cara anak mengikuti les (kegiatan

membaca secara teratur) kemudian bimbingan dari orang tua.

3) Kesulitan membaca huruf secara terbalik tulisan yang di baca b di baca d

Hasil observasi yang telah di lakukan terhadap FEP yang di alami

kesulitan FEP dalam membedakan huruf “b dan d” karena huruf hampir sama

mengakibatkan terjadi kesalahan FEP dalam memakna huruf. FEP yang

mengalami kesulitan membaca FEP telah dapat membedakan huruf “b dan d”,

contohnya pada kata “palang merah remaja’ FEP bisa membaca dengan benar

“berbeda” jadi bisa membedakan huruf “b dan d” bahwa FEP sudah memahami

perbedaan huruf “b dan d” dapat membedakan huruf lainnya.


49

Hal ini dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin tanggal

06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD Negeri 38

Lubuklinggau mengatakan bahwa biasanya siswa dalam pengenalan huruf banyak

yang belum paham sepenuhnya, seperti siswa itu masih sulit untuk membedakan

huruf-huruf yang hampir sama dan mengucapkannya masih ada yang belum benar

yang menyebabkan mereka sulit untuk merangkai huruf-huruf tersebut.

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa FEP harus bisa membedakan

bentuk-bentuk huruf abjad agar siswa dapat memahami huruf yang diucapkan.

selain itu penyebab kurangnya anak mengenal huruf di karenakan anak tersebut

masih sulit membedakan huruf yang bentuknya sama, harus bisa berlatih dapat

membedakan bentuk-bentuk simbol huruf agar mempermudah proses membaca.

Membaca dalam mengawali aktivitas dengan pengenalan huruf melalui simbol-

simbol. Maka siswa diminta untuk menyebutkan huruf dan juga menuliskan huruf

agar siswa dapat memahami bentuk huruf.

4) Kurang memahami isi bacaan

Berdasarkan observasi yang telah di lakukan terhadap FEP masih dapat

memahami isi bacaan yang FEP baca karena FEP hanya membaca kata demi kata

masih dapat memahami isi dari teks bacaannya. Contohnya pada teks bacaan

mengenai “palang merah remaja” dari teks tersebut FEP dapat memahami bahasan

pokok pada teks yang mengenai palang merah remaja mereka ikut serta membantu

korban kebakaran di perkampungan di sekitar perumahan mereka. Bahwa FEP

masih memahami isi bacaan yang FEP baca di sebutkan hanya saja ketika
50

membaca masih membaca kata demi kata sehingga sedikit lama dalam memahami

isi dari bacaannya dan siswa FEP telah dapat memahami isi bacaan yang FEP

baca hanya saja masih sulit dalam mengerjakan tugas dalam bentuk cerita.

anjutnya dan untuk FEP tidak mengeja dari huruf ke huruf.

Hal tersebut dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin

tanggal 06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD

Negeri 38 Lubuklinggau mengatakan bahwa siswa masih sulit memahami maksud

dari penjelasan yang disampaikan guru didalam kelas. Membaca suatu kegiatan

atau proses kognitif yang berupa untuk menemukan berbagai informasi yang

terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca dapat proses berpikir untuk

memahami isi teks yang di baca.

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa FEP sulit memahami isi bacaan

karena tidak berhubungan konteks siswa, tidak menarik, rumit selain itu

dipengaruhi oleh faktor bahasa yang digunakan dalam teks bukan bahasa sehari-

hari yang didengarkan pembaca

5) Kesulitan mengabaikan tanda baca

Dari observasi yang telah di lakukan terhadap FEP yang di alami

membaca kata demi kata sehingga setiap FEP membaca seperti terdapat jeda jadi

di sini FEP mengabaikan tanda baca yang terdapat di teks bacaannya, ketika tidak

ada tanda titik atau koma FEP tetap terdapat jeda di setiap kata yang baca. Dari

hal tersebut dapat guru mengatakan bahwa FEP sering diam di saat ingin
51

melanjutkan membaca kata selanjutnya sehingga setiap kata atau baris sama

seperti tidak ada tanda baca.

Hal ini dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin tanggal

06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD Negeri 38

Lubuklinggau mengatakan bahwa dalam kegiatan membaca, sebagian besar siswa

belum memperhatikan tanda baca. Seperti tanda tanya, tanda seru, juga tanda

koma yang seharusnya berhenti siswa masih terus saja membaca, kalau tanda titik

semua sudah tahu tetapi terkadang masih banyak juga ditengah paragraf yang ada

tanda titik mereka masih lanjut membaca tanpa berhenti. Tetapi yang sering

terlupakan itu tanda koma.

Dapat disimpulkan bahwa FEP sudah mulai mengeja bacaan sehingga

siswa belum memahami tanda baca yang utama seperti titik dan tanda koma maka

siswa akan kesulitan dalam intonasi sehingga bisa mempengaruhi pemahaman

tentang bacaan.

Gambar 3.4. FEP mengalami kesulitan membaca


52

b. Kesulitan membaca pada siswa RY

RY berumur 8 tahun, berjenis kelamin laki-laki. RY tidak pernah

bersekolah di taman kanak-kanak (TK). RY mengalami kesulitan membaca yaitu

sebagai berikut :

1) Kurang mengenal huruf

Berdasarkan observasi yang telah di lakukan terhadap RY yang di alami

kesulitan membaca dalam mengenal huruf abjad A-Z sudah bisa menyebutkannya

tetapi RA yang belum lancar untuk menyebutkan huruf vokal seperti kalimat

“enak” di bacanya dengan menekankan huruf “e” jadi di bacakan e\n\a\k

kemudian enak dan huruf konsonan.. RY kebingunan untuk membaca huruf “q”

huruf RY belum lancar dan dalam huruf, RY kebingunan dalam membaca kalimat

“dengan” RY kadang-kadang kebingunan membaca kalimat yang ada huruf

konsonan “ng”, maka dari hal tersebut setelah melakukan penelitian dan

wawancara dapat disimpulkan bahwa RY belum lancar dalam mengenal huruf.

Hal tersebut dipertegas hasil penelitian wawancara pada hari Senin tanggal

06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD Negeri 38

Lubuklinggau mengatakan bahwa siswa tetap dalam bimbingan dan pengawasan

anak harus lebih banyak belajar baik dirumah maupun disekolah. Anak harus

mengikuti les supaya memperbanyak Variasi memberikan dalam belajar membaca

huruf-huruf dan menggunakan kartu huruf yang menarik agar belajar

menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak tersebut.


53

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa RY dalam menangani kesulitan

membaca yang dialami siswa yang belum mengenal huruf dapat dilakukan dengan

pembelajaran menggunakan metode eja dengan bantuan huruf dapat dilakukan

dengan pembelajaran menggunakan metode eja dengan bantuan media

pembelajaran seperti menggunakan kartu huruf dan kartu kata. Metode eja

merupakan metode yang dimulai dengan pengenalan huruf-huruf alpabetis yaitu

huruf harus dihafal dan dilafalkan sesuai dengan bunyinya menurut abjad.

Pembelajaran dipusatkan kepada siswa yang belum mengenal huruf secara

perlahan dan dengan penyampaian yang menggunakan cara bermain sambil

belajar, maka siswa tersebut dapat lebih semangat lagi dalam belajar.

2) Kesulitan membaca kata demi kata

Hasil observasi yang telah di lakukan terhadap RY, yang di alami

mengalami kesulitan membaca dengan mengeja berbeda hanya dengan FEP

membaca kata demi kata, RY masih mengeja dari huruf per huruf ketika ingin

menyambungkan huruf agar menjadi kata itu sering kali mengalami kesalahan dan

menghilangkan beberapa huruf yang berdampak perbedaan makna seperti contoh

yang RY baca “Sejak dakwah secara sembunyi-sembunyi dan kemudian dakwah

secara terang terangan terhadap keluarga, sahabat dan penduduk mekah nabi

muhammad saw” siswa masih mengeja dengan contoh :

Se-jak = sejak

D-a-k-w-a-h = dakwah

S-e-c-a-r-a = secaha
54

S-e-m-b-u-n-y-i = semunyi

D-a-n = dan

K-e-m-u-d-i-a-n = kemudan

D-a-k-w-a-h =dakwah

S-e-c-a-r-a = secaha

T-e-r-a-ng = teran

T-e-r-h-a-d-a-p = tehadap

K-e-l-u-a-r-g-a = keluaga

S-a-h-a-b-a-t = sabat

D-a-n = dan

P-e-n-d-u-d-u-k = peduduk

M-e-k-a-h = me kah

N-a-b-i = nabi

M-u-h-a-m-m-a-d = muhammad

S-a-w = saw

Dengan ejaan yang RY baca maka dapat beberapa kata “sejak dakwah

secaha semunyi dan kemudan dakwah secaha teran keluaga sabat da peduduk me

kah nabi muhammad saw” maka berbeda dengan isi teks yang sebenarnya.

RY masih mengeja huruf per huruf yang di eja berbeda dengan apa yang

sebut menjadi kata, yang siswa sebutkan berbeda dengan apa yang ada di teks

bacaan dan tidak dapat menghubungkan huruf menjadi kata. Bahwa RY masih

dalam mengeja huruf per huruf, sehingga ketika mengeja dan RY ingin
55

menghubungkan huruf menjadi kata maka yang RY eja akan berbeda dengan kata

yang di sebutkan dan RY masih dalam mengeja huruf ke huruf tidak dapat

menyambung huruf menjadi kata dengan baik, ketika di minta membaca RY tidak

suka membaca, kurang minat dalam membaca dan terlalu sering bermain di kelas

tidak dapat membuatnya bisa membaca.

Hal ini dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin tanggal

06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD Negeri 38

Lubuklinggau mengatakan bahwa ada beberapa siswa yang belum dapat

menyambungkan huruf-huruf menjadi kata sehingga mereka itu sulit untuk

merangkai kata-kata otomatis dia kesulitan dalam membaca dan tidak bisa

membacanya.

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa RY kurang memahami makna

kata dan memahami gagasan ide pokok dalam bacaan. Kemampuan untuk

mengucapkan kata atau decoding merupakan satu langkah penting didalam

membaca. Ketika siswa mampu untuk mengucapkan sebuah kata, maka siswa

akan mampu untuk mengingatnya dan menggunakannya dalam kosa kata. Dengan

banyak berlatih maka siswa diharapkan mampu mengenali kata demi kata dengan

baik sehingga memudahkan siswa untuk membacanya. Meskipun akan selalu ada

kata-kata yang sulit, maka dengan banyak berlatih sehingga lebih memudahkan

siswa dalam membaca.

3) Kesulitan membaca huruf secara terbalik tulisan yang di baca b di baca d


56

Dari hasil observasi yang telah di lakukan terhadap RY juga dapat

membedakan huruf “b dan d” dapat dilihat dari contoh “Sejak hikmah dakwah”

RS telah dapat membedakan huruf tersebut hanya saja salah dalam melafalkan

ejaan per huruf dalam kata.

Hal tersebut dipertegas oleh hasil penelitian wawancara pada hari Senin

tanggal 06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD

Negeri 38 Lubuklinggau mengatakan bahwa ada beberapa siswa yang masih

bingung dalam membedakan huruf abjad, terutama untuk membedakan huruf b

dan huruf d. Pada saat siswa diminta untuk membaca masih banyak siswa yang

kebingungan untuk membedakan huruf kapital l dan masih ada juga siswa yang

kesulitan untuk membedakan huruf b dan d. siswa masih kesulitan untuk

membedakan huruf-huruf tersebut.

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa RY siswa harus bisa

membedakan bentuk-bentuk simbol huruf karena akan mempermudah proses

membaca. Membaca ini dalam mengawali aktivitas dengan pengenalan huruf

melalui simbol-simbol dapat menggunakan metode eja dimana siswa diminta

untuk menyebutkan huruf dan juga siswa dilatih untuk menuliskan huruf agar

siswa dapat memahami bentuk huruf yang diucapkan.

4) Kurang memahami isi bacaan

Berdasarkan observasi yang telah di lakukan terhadap RY, RY tidak

memahami sama sekali bacaan yang siswa baca karena RY masih dalam mengeja

kata dan ketika menyambung huruf menjadi kata masih salah maka dari itu
57

mereka belum memahami isi bacaan. Contohnya pada teks bacaan “nabi

muhammad saw” masih sering terjadi kesalahan ketika siswa membaca seperti

“sejak dakwah secara sembunyi-sembunyi dan kemudian dakwah secara terang-

terangan” berbeda makna ketika di baca oleh RY “se-jak d-a-k-w-a-h s-e-c-a-h-a

se-mu-nyi d-a-n ke-mu-dan d-a-k-w-a-h se-ca-ha te-ran t-e-h-a-d-a-p k-e-l-u-a-g-a

sa-bat d-a-n pe-du-duk me-kah na-bi m-u-h-a-m-m-a-d s-a-w dapat dilihat masih

belum bisa memahami isi bacaan dan masih sulit memahami isi bacaan sehingga

sulit dalam mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru RY tidak memahami isi

bacaan yang RY baca sehingga tugas dari guru tidak dapat di kerjakan sendiri.

Hal tersebut dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin

tanggal 06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD

Negeri 38 Lubuklinggau mengatakan bahwa kesulitan mengeja membuat siswa

mengalami kesulitan dalam memahami isi teks bacaan. Faktor kepaham membaca

dari segi bacaan, kejelasan teks bacaan terkadang teks yang digunakan merupakan

hasil foto copyan dari buku asli, sehingga terkadang pembaca menemukan tulisan-

tulisan yang kurang jelas untuk dibaca. Ditambah lagi dengan kertas yang

digunakan untuk memfoto-copy menggunakan kertas buram. Penggunaan kata

yang dipakai dalam teks bacaan yang kurang jelas. Penggunaan kata yang tidak

akrab dengan pembacaanya juga merupakan kendala bagi pemahaman bacaan,

bahasa yang digunakan dalam teks bacaan bukan bahasa sehari-hari yang didengar

dan digunakan pembaca. Kalimat-kalimat yang tersaji didalam teks mempunyai

kompleksitas yang tinggi. Keruwetan kata dapat menyebabkan kesulitan pada


58

pembacanya. Gaya penulisan yang bertipe mengulang-ulang gagasan dengan

ungkapan dan kata yang khusus, faktor tingkat keterbacaan yakni tingkat mudah

sukarnya bacaan bagi peringkat pembaca tertentu juga mempengaruhi kecepatan

membaca seseorang, bahan bacaan yang tidak sesuai dengan peringkat

pembacanya dianggap mempunyai tingkat keterbatasan yang rendah.

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa RY di karenakan siswa

mengalami kurangnya memahami isi bacaan apabila huruf konsonan pada sebuah

kata baik letak huruf konsonan di tengah dan di akhir kata. Sehingga apabila

terdapat huruf konsonan di tengah kata akan menyulitkan siswa untuk membaca

dan memahami isi teks bacaan.

5) Kurangnya menempatkan buku terlalu dekat dengan mata

Setelah observasi yang telah di lakukan terhadap RY saat membaca terlalu

mendekatkan buku pada mata sehingga posisi tersebut dapat menganggu

penglihatan dan tidak dapat membaca dengan fokus sebaiknya RY membaca

bukunya di letakkan di meja dan RY duduk di kursi agar penglihatannya tidak

terganggu dan dapat lebih fokus dalam membaca. Guru mengatakan bahwa RY

membaca terlalu dekat dengan buku, sehingga mengakibatkan kurang fokusnya

dalam membaca.

Hal tersebut dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin

tanggal 06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD

Negeri 38 Lubuklinggau mengatakan bahwa RY membacanya masih terlalu dekat

sehingga menyebabkan terlalu dekat dengan jarak membacanya, dalam mengatur


59

posisi tubuh siswa ketika membaca yaitu dengan memperhatikan posisi duduk

siswa agar badannya siap, jarak antara mata dan tulisan juga diperhatikan supaya

tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dengan jarak idelanya yaitu 30 cm.

Maka dapat disimpulkan bahwa RY kesulitan menempatkan buku terlalu

dekat dengan mata tidak mengatur posisi duduk pada saat membaca dengan jarak

idealnya 30 cm, karena siswa tersebut mudah melihat tulisan saat membaca, selain

itu masih kurang mengeja bacaan.

6) Kesulitan mengabaikan tanda baca

Menurut hasil observasi yang telah di lakukan terhadap RY, RY masih

dalam mengeja huruf per huruf sehingga di saat membaca tidak menghiraukan

tanda baca seperti di titik dan koma. Dari hal tersebut guru mengatakan bahwa RY

paham dengan tanda baca tetapi hanya saja masih sehingga menyebutkan huruf

tanpa menghiraukan tanda baca.

Hal tersebut dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin

tanggal 06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD

Negeri 38 Lubuklinggau mengatakan bahwa siswa belum mengetahui tanda baca

seperti tanda tanya, tanda seru, tanda koma dan tanda titik yang berada ditengah

paragraf. Jika siswa belum memahami tanda baca yang utama seperti titik dan

koma maka anak akan kesulitan dalam intonasi membaca. Kesulitan intonasi akan

berpengaruh dalam memahami bacaan, sebab perbedaan intonasi karena tanda

baca bisa merubah makna dari kalimat, kesulitan membaca yaitu membaca

terbata-terbata, kurang memperhatikan tanda baca dan memahami bacaan.


60

Membaca terbata-terbata terjadi karena siswa ragu-ragu dalam mengenali huruf.

Keraguan dalam membaca sering menyebabkan anak kurang mengenal huruf atau

karena kurangnya pemahaman. Selain itu, jika anak belum paham arti tanda baca

yang utama seperti titik dan koma maka anak akan kesulitan dalam intonasi.

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa RY dikarenakan siswa tersebut

masih kurang memahami tentang pemahaman penggunaan ejaan yang

disempurnakan hal itu perlu ditingkatkan lagi, agar tidak terjadi kesalahan

penempatan dan penggunaan tanda baca.

Gambar 3.5 RY mengalami kesulitan membaca.

c) Kesulitan dalam membaca pada siswa RA

RA berumur 8 tahun, berjenis kelamin laki-laki. RA tidak pernah

bersekolah di taman kanak-kanak (TK). RA mengalami kesulitan membaca yaitu

sebagai berikut :

1) Kurang mengenal huruf


61

Setelah observasi yang telah di lakukan terhadap RA yang di alami

kesulitan membaca mengenal huruf seperti huruf vokal a, u, e, o yang terkadang

bingung dalam di sebutkan oleh RA yaitu huruf “e” dan untuk huruf konsonan

yang terkadang membuat siswa RA keliru m, n, q sedangkan huruf di ftong (au,

oi, ei, ai) dan huruf di graf seperti (ny, ng, sy, kh) kemudian RA tidak bisa karena

dia kesulitan dalam membaca kalimat jika ada huruf di graf, untuk membaca kata

seperti mengidentifikasi huruf, dalam merangkai susunan kata dan

mengidentifikasi kata yang belum lancar. Lalu untuk membaca kata yang sudah

mempunyai arti seperti mengidentifikasi huruf, merangkai kata dan

mengidentifikasi kata RA belum lancar merangkai kata RA harus membaca per

suku kata, RA dalam kelancaran membaca belum lancar dan harus lebih giat

dalam belajar supaya RA dapat membaca dengan lancar.

Hal ini dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin tanggal

06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD Negeri 38

Lubuklinggau mengatakan bahwa RA siswa yang masih kesulitan mengalami

dalam mengenal huruf dapat dilihat dari abjad. siswa tetap dalam bimbingan dan

pengawasan anak harus lebih banyak belajar baik dirumah maupun disekolah.

Anak harus mengikuti les supaya memperbanyak Variasi memberikan dalam

belajar membaca huruf-huruf dan menggunakan kartu huruf yang menarik agar

belajar menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak tersebut, kartu huruf

penggunaan sejumlah kartu sebagai alat untuk belajar membaca dengan cara

melihat dan mengingat bentuk huruf dan gambar yang disertai tulisan dari makna
62

gambar pada kartu huruf, kemudian membantu mempersiapkan anak untuk dapat

membaca dengan mudah.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode permainan kartu

huruf adalah suatu kegiatan dengan menggunakan alat berupa kartu huruf yang

terdapat simbol huruf dan gambar disertai tulisan dari makna gambarnya, dengan

tujuan meningkatkan kemampuan mengetahui atau mengenal dan memahami

huruf abjad.

2) Kesulitan membaca kata demi kata

Hasil observasi yang telah di lakukan terhadap RA, yang di alami

kesulitan membaca, RA berbeda dengan FEP dan RS untuk RA masih dalam

pengenalan huruf sehingga masih mengeja huruf per huruf dan tidak bisa

menhubungkan huruf menjadi kata. Jika RA menghubungkan huruf maka yang di

bacanya hanya di ujung yang ada pada kata contohnya “Sejak dakwah secara

sembunyi-sembunyi dan kemudian dakwah secara terang-terangan terhadap

keluarga, sahabat dan penduduk mekah, nabi muhammad saw” maka yang eja dan

di baca berbeda seperti contoh :

Se-jak = sejak

S-e = se-c-a-ha = caha

Sembun = sembu y-i = munyi

S-e-m-b-u-n-y-i = semunyi

D-a-n = dan

K-e-m-u-d-i-a-n = kemudan
63

D-a-k-w-a-h = dakwah

C-a-r-a = c-a-r-a

T-e-r-a-n-g = teran

Te-ra-ng = erang

Ter-ha-dap = tehadap

Ke-l-u-a-r-g-a = keluaga

Sa-ha-ba-t = sabat

D-a-n = dan

P-e-n-d-u-d-u-k = peduduk

Me-k-a-h = meka

N-a-b-i = nabi

S-a-w =saw

RA masih dalam mengeja tetapi masih sering menghilangkan kata dan

huruf, menggantikan huruf di ejanya dengan yang di bacanya, RA masih dalam

proses pengenalan huruf yang di bacanya menjadi kata, kesulitan membaca siswa

ini benar-benar menghambat proses belajar dan menghambat hasil belajarnya, RA

seharusnya di bimbing dengan baik oleh guru di sekolah maupun orang tua di

rumah.

RA mengalami kesulitan membaca sangat fatal sehingga ejaan hurufnya

sering kali melakukan kesalahan dan ketika membaca menjadi kata, RA juga

hanya menyebutkan hasil bacaanya yang ada di ujung kata contohnya “t\e\r\a\n di

baca oleh RA ran”. RA harus lebih di bimbing lagi dalam belajar baik di sekolah
64

maupun di rumah dan RA masih dalam mengeja huruf per huruf karena kurang

minatnya RA dalam membaca sehingga mengakibatkan RA mengalami kesulitan

ketika membaca.

Hasil tersebut dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin

tanggal 06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD

Negeri 38 Lubuklinggau mengatakan bahwa RA kesulitan mengeja kata demi kata

sehingga membuat RA masih belum bisa membaca secara jelas didalam kelas.

kesulitan yang dihadapi siswa membaca kata demi dan membaca kesulitan untuk

membaca kata selanjutnya, maka dari itu kita harus mengajari siswa tersebut agar

siswa ini bisa dapat lancar di saat membaca.

Dari pendapat ahli diatas dapat di simpulkan bahwa RA tersebut kurang

lancar membaca. Kegiatan membaca secara teratur dapat membantu siswa lebih

lancar dalam membaca kata demi kata. Kegiatan membaca berkaitan dengan

pengenalan huruf atau rangkaian kata, makna atau pemahaman sehingga kegiatan

membaca tidak dilakukan secara teratur maka keterampilan membaca yang

dimiliki anak berkurang dengan sendirinya. Memahami makna kata dan

memahami gagasan ide pokok dalam bacaan, sehingga membuat anak tersebut

masih terbata-bata saat membaca.

3) Kesulitan membaca huruf secara terbalik tulisan yang di baca b di baca d

Observasi yang telah di lakukan terhadap RA juga dapat membedakan

huruf “b dan d” sehingga setiap siswa membaca huruf tersebut RA tidak terbalik

dalam melafalkannya perbedaan huruf tersebut dapat di lihat bahwa RA tidak


65

memiliki kesulitan dalam membedakan huruf “b dan d” hanya saja RA membaca

ejaan yang lafalkan berbeda dengan yang di ejakan sebelumnya contohnya

“terang” RA dapat mengeja dan belum dapat menghubungkan ejaan huruf

menjadi kata, maka RA masih dalam tahap pengenalan huruf tetapi dapat

membedakan huruf tersebut kemudian RA telah dapat membedakan huruf tersebut

hanya saja sering salah melafalkan ejaan menjadi sebuah kata.

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin

tanggal 06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD

Negeri 38 Lubuklinggau mengatakan bahwa karena huruf abjad itu banyak

kemungkinan daya ingat dia tentang pengenalan hurufnya itu banyak yang belum

paham sepenuhnya, seperti siswa itu masih sulit untuk membedakan huruf yang

hampir sama dan mengucapkannya itu masih ada belum benar maka yang

menyebabkan mereka itu sulit untuk merangkai huruf.

Jadi dapat disimpulkan bahwa RA harus bisa membedakan bentuk-bentuk

huruf abjad agar siswa dapat memahami huruf yang diucapkan. Selain itu

penyebab kurangnya anak mengenal huruf dikarenakan siswa tersebut masih sulit

membedakan huruf yang bentuknya sama maka siswa dapat dilatih untuk

menuliskan huruf dan melafalkannya dan siswa harus bisa membedakan bentuk-

bentuk simbol huruf karena akan mempermudah proses membaca.

4) Kurangnya menghilangkan kata

Setelah observasi yang telah di lakukan terhadap RA, RA sering kali

merubah huruf, merubah kata, menghilang kata dan ketika mengeja huruf per
66

huruf menjadi kata maka berbeda kata yang di eja berbeda dengan RA baca,

kemudian berakibatkan perbedaan makna yang RA baca dengan teks baca.

Contohnya “di tengah-tengah” di baca menjadi “di te-neng ngeng a-hah ha te-ng-

ngeng”. dari hal ini tersebut bahwa guru mengatakan RA siswa dalam pengenalan

huruf, sehingga RA yang mengalami dalam mengeja dan sulit menghubungkan

huruf menjadi kata sehingga terjadi kesalahan dari hal tersebut.

Hal tersebut dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin

tanggal 06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD

Negeri 38 Lubuklinggau mengatakan bahwa masih ada beberapa siswa yang

berkesulitan membaca karena memang mereka kurang lancar membaca membuat

siswa sering menghilangkan kata tersebut sulit untuk mengeja huruf dan sulit

menghubungkan huruf menjadi kata dan juga kenakalan siswa seperti masih

sering ribut dikelas dan mereka lebih senang bermain dari pada memperhatikan

gurunya ketika menjelaskan materi.

Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa RA di karenakan siswa

tersebut menghilangkan kata yang dilakukan saat siswa membaca dengan lumayan

lancar. Membaca lancar adalah membaca dengan tidak terputus-putus dan

membaca dengan benar serta dapat mengidentifikasi gagasan yang ada dalam

bacaan. Pembelajaran yang dapat digunakan dalam menanggulangi

menghilangkan kata dalam membaca yaitu dengan membiasakan anak untuk

membaca lebih sering lagi dan ada timbal balik yang dilakukan guru terhadap

siswa.
67

5). Kesulitan mengabaikan tanda baca

Setelah observasi yang telah di lakukan terhadap RA, RA sama seperti RA

karena masih mengeja dan di saat mengeja terjadi sehingga melupakan tanda baca

seperti koma dan titik. Dari hasil tersebut guru mengatakan bahwa RA masih

dalam mengenal huruf dan masih mengeja huruf sehingga mengabaikan tanda

baca di setiap akhir kata.

Hal tersebut dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin

tanggal 06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD

Negeri 38 Lubuklinggau mengatakan bahwa seringkali melakukan pemenggalan

(berhenti membaca) pada tempat yang tidak memperhatikan tanda baca dan siswa

belum mengetahui tanda baca seperti tanda tanya, tanda seru, tanda koma dan

tanda titik. Pada saat membaca siswa sering mengabaikan tanda koma dab titik

yang berada di setiap akhir kata paragraf.

Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa RA dikarenakan siswa

tersebut sudah mulai mengeja bacaan sehingga anak tersebut tidak memperhatikan

tanda bacaan seperti tanda dan koma. sehingga siswa belum memahami tanda

baca yang utama seperti titik dan tanda koma maka siswa akan kesulitan dalam

intonasi sehingga bisa mempengaruhi pemahaman tentang bacaan.


68

Gambar 3.6 RA mengalami kesulitan membaca.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa

FEP, RY dan RA yang dialami kesulitan membaca siswa kelas II SD Negeri 38

Lubuklinggau adalah : a). belum bentuk mengenal huruf, b) belum bisa membaca

kata demi kata, c) siswa kurang memahami isi bacaan, d) kesulitan membaca

huruf secara terbalik tulisan yang di baca b di baca d, e) mengabaikan tanda baca,

f) siswa kurang menempatkan buku terlalu dekat dengan mata.

2. Faktor-faktor penyebab kesulitan siswa dalam membaca

Adapun faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi kesulitan

membaca pada siswa kelas II SD Negeri 38 Lubuklinggau :

1. Faktor Internal

a) kurangnya minat belajar membaca.

Siswa kelas II SD pada saat penelitian dan wawancara anak yang kesulitan

membaca, maka dari itu pada saat melakukan penelitian dan wawancara di SD
69

Negeri 38 Lubuklinggau anak yang kesulitan dalam membaca adalah kurangnya

minat belajar membaca, kurangnya minat belajar membaca pada siswa kelas II itu

dikarenakan malas untuk belajar membaca. Selain itu melakukan wawancara

dengan orang tua anak lebih suka bermain Hanphone dan nonton TV dari pada

belajar. Pada saat orang tua menyuruh untuk belajar membaca harus dimarahin

terlebih dahulu agar anak mau belajar membaca serta pada saat di sekolah siswa

akan belajar membaca jika guru perintahkan baru ia ingin membaca.

Guru menciptakan suasana kegiatan belajar membaca yang menyenangkan

seperti menggunakan media atau nyanyian untuk membantu anak supaya bisa

membaca walaupun bertahap di SD Negeri 38 Lubuklinggau. Metode dan media

yang digunakan belum bervariasi dan belum menarik sehingga kurang tertarik

pada saat kegiatan belajar membaca.

Hal tersebut dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin

tanggal 06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD

Negeri 38 Lubuklinggau mengatakan bahwa faktor minat belajar siswa masih

kurang bersemangat dalam belajar atau malas dalam belajar, anak cenderung

bermain. Siswa yang sulit dalam membaca termasuk dalam faktor internal yaitu

faktor minat, bahwa kurangnya minat siswa dalam belajar penyebab siswa dalam

membaca.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kurangnya minat siswa

untuk belajar membaca dilihat dari kurangnya siswa untuk memperhatikan materi

yang disampaikan oleh guru pada saat guru menjelaskan materi, dikarenakan guru
70

tersebut tidak dapat memilih metode atau media pembelajaran yang menarik

minat siswa, sehingga minat siswa untuk belajar juga menjadi kurang, jika siswa

kurang minat untuk belajar membaca maka semangatnya untuk belajar membaca

juga kurang. Selain itu guru harus menstimulasi perasaan senang, tersediaan buku

harus lengkap serta kenyamanan tempat belajar harus kondusi sehingga minat

membaca anak akan lebih baik.

b) Siswa Tidak Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK)

Pada saat melakukan penelitian dan observasi kepada anak yang kesulitan

dalam membaca ada dua siswa yang tidak menempuh ke jenjang pendidikan

Taman Kanak-kanak (TK) yaitu siswa RY dan RA dikarenakan orang tua belum

optimal dalam melakukan pembelajaran sebagai persiapan masuk Sekolah Dasar

(SD) sehingga susah tersebut tidak ada pencapaian dalam pembelajaran, seperti

penilaian huruf abjad terlebih dahulu untuk pembelajaran membaca secara

bertahap.

Walaupun anak memasuki pendidikan di Sekolah Dasar (SD) seharusnya

sudah bisa mengetahui huruf abjad dan bisa membaca walaupun tidak terlalu bisa

membaca, terpenting sudah ada pengetahuan yang telah ditanamkan pada saat di

Taman kanak-kanak (TK) karena ditaman kanak-kanak (TK) diajarkan membaca

dan berhitung walupun tidak terlalu mendalam setidaknya pada pelajaran untuk

anak sebagai dasar mempersiapan masuk ke sekolah dasar.

Hal tersebut dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin

tanggal 06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd sebagai Guru kelas II di SD
71

Negeri 38 Lubuklinggau mengatakan bahwa siswa kurang memiliki

perekonomian untuk menyekolahkan anak di taman kanak-kanak dan pendidikan

orang tuanya masih rendah Sehingga pembelajaran membaca yang diperoleh anak

masih kurang.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua harus

mensekolahkan anak untuk mencapai pendidikan anak usia dini pada hakikatnya

adalah upaya untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak.

c) Faktor Intelegensi yang dapat mempengaruhi siswa kesulitan dalam membaca.

Saat melakukan penelitian dan wawancara kepada orang tua dan guru

bahwa lima siswa tersebut kurang menangkap pada saat melakukan proses

pembelajaran di sekolah maupun di rumah bukan hanya kesulitan dalam membaca

saja tetapi nilai terhadap mata pelajaran yang lain juga kecil.

Setelah dilihat dan diperintahkan untuk membaca memang rata-rata dari 6

anak tersebut anaknya memang kurang menangkap dan mudah lupa contohnya

saja sudah di beritahukan bahwa itu adalah huruf “a” bukan “e” tetapi masih di

ulangkan kembali, maka pada saat siswa belajar membaca memang harus benar-

benar di bimbing agar dia mudah paham pada saat belajar.

Siswa yang susah menangkap pada saat proses pembelajaran sebagai

seorang guru dan orang tua harus mengajarkan siswa secara berulang-ulang

supaya siswa paham dan mengerti karena mengajarkan siswa yang sulit untuk

menangkap harus sabar supaya mereka ada perubahan. Dari faktor intelegensi

siswa kurang menangkap pada saat belajar membaca, maka orang tua dan guru
72

harus bekerja sama dalam mengajarkan siswa secara berulang-ulang dan sekreatif

mungkin untuk mengajarkannya agar mereka dapat mengerti dan paham.

Hasil tersebut dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin

tanggal 06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD

Negeri 38 Lubuklinggau mengatakan bahwa siswa yang mengenal huruf atau

belum paham sepenuhnya, akan menyebabkan siswa sulit atau memiliki kendala

dalam belajar membaca. faktor intelegensinya siswa tersebut diperkitakan daya

pikirnya susah menangkap atau menyerap apa yang diajarkan oleh gurunya

sehingga membuat siswa tersebut sulit untuk belajar membaca.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor intelegensinya siswa

tersebut diperkirakan daya pikirannya susah menangkap atau menyerap yang

diajarkan oleh gurunya sehingga siswa tersebut sulit untuk membaca. maka pada

saat siswa belajar membaca memang harus benar-benar di bimbing agar

mengajarkan siswa secara berulang-ulang dan sekreatif mungkin untuk

mengajarkannya agar mereka dapat mengerti dan paham pada saat belajar.

2. Faktor eksternal
a) Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa yang kesulitan dalam
Membaca.
Pada saat sebelum melakukan proses pembelajaran seorang guru seharusnya

memberikan motivasi kepada siswa khususnya siswa yang kesulitan dalam

membaca, karena jika kurangnya motivasi kepada anak yang kesulitan dalam

membaca anak tersebut tidak ada perubahan dalam membacanya dan anak

menganggap kesulitan dalam membaca tersebut hal yang sepele karena tidak ada
73

yang memberikan motivasi atau dukungan kepadanya pada saat saya

mewawancarai guru, jarang memberikan motivasi kepada siswa maka sangat di

sayangkan karena motivasi merupakan penguat untuk siswa yang kesulitan dalam

membaca karena mereka butuh dukungan orang tua yang terdekat .

Seorang guru memberikan perhatian dan motivasi di awal pembelajaran

atau diproses pembelajaran maupun diakhir pembelajaran terhadap anak yang

kesulitan dalam membaca, maka anak ini termotivasi untuk dapat belajar

membaca lebih giat lagi karena mereka merasakan yang diperhatikan oleh guru

dan pastinya siswa akan mempunyai perubahan dalam membacanya jika guru

memperhatikan dan memberikan motivasi. Motivasi sangatlah penting dan

berpengaruh untuk anak yang kesulitan dalam membaca.

Hasil tersebut dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin

tanggal 06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD

Negeri 38 Lubuklinggau mengatakan bahwa motivasi belajar membaca siswa

sehingga siswa kurang untuk memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru

pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi siswanya kurang

hal ini terlihat saat siswa tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya

tidak tertuju pada pelajaran, suka menganggu kelas, sering meninggalkan

pelajaran, akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Oleh karena itu, besar

kecilnya motivasi siswa dalam belajar sangat berpengaruh dalam kesuksesan

belajar.
74

b) keluarga yang kurang perhatian terhadap anak yang kesulitan dalam membaca.
Faktor keluarga sangatlah penting untuk anak apa lagi anak usia dini karena

seorang anak lebih banyak bersama keluarga dari pada di lingkungan sekolah

maka dari itu keluarga adalah peran penting untuk memperhatikan anak supaya

anak terhindar dari kesulitan dalam membaca orang tua dan keluarga seharusnya

membimbing, mengajar dan memperhatikan anak.

Faktor kesulitan membaca yang dialami oleh anak yaitu kurangnya

perhatian keluarga terhadap mereka, kurangnya bimbingan dan mengajar anak

dalam membaca seharusnya pada saat anak sebelum sekolah memang harus

diajarkan menyebutkan Abdjad A-Z dan diajarkan membaca supaya pada saat

duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) anak sekolah bisa membaca, faktor

eksternal yaitu faktor keluarga sangatlah penting untuk anak apa lagi anak usia

dini.

Hasil tersebut dipertegas dari hasil penelitian wawancara pada hari Senin

tanggal 06 Februari 2023 bersama Ibu Robia, S.Pd. sebagai Guru kelas II di SD

Negeri 38 Lubuklinggau mengatakan bahwa orang tua memiliki kewajiban dan

tanggung jawab yang besar untuk pendidikan anak-anak dalam proses belajar,

orang tua mempercayakan sekolah untuk mendidik anak mereka agar

mendapatkan pendidikan yang baik, orang tua yang terlalu sibuk dengan

pekerjaannya terkadang tidak memperhatikan kebutuhan anaknya. Bahkan di

rumah anak tidak diajarkan pemahaman oleh orang tuannya sehingga anak malas

belajar membaca, akibatnya anak mengalami kesulitan dalam membaca.


75

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua harus

memperhatikan pendidikan dan kemajuan anaknya serta bisa mencari penyebab

kesulitan belajar membaca dan selain itu orang tua mencari solusi terhadap

kesulitan belajar membaca anaknya.

3. Upaya Guru Mengatasi Kesulitan Membaca Siswa

Adapun upaya yang didapatkan oleh peneliti untuk mengatasi kesulitan siswa

dalam membaca sebagai berikut :

1. Menggunakan media pembelajaran yang menarik dan efektif

Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan membaca siswa

dengan cara menggunakan media pembelajaran untuk mendukung pembelajaran

dan memperbaiki cara belajar siswa agar lebih efektif dengan menggunakan

media gambar yang ada dibuku agar siswa lebih mengerti pada saat proses belajar

mengajar berlangsung.

2. Meningkatkan percaya diri dan memberikan motivasi

Guru memberikan dukungan pada siswa untuk mencoba hal baru dan

mengajarkan cara untuk berani diri didepan kelas dengan meningkatkan percaya

diri dan memberikan motivasi dengan cara dapat menjawab pertanyaan yang

diajukan kemudian memberikan pujian kepada siswa agar siswa lebih

bersemangat untuk dalam belajar.


76

3. Tidak menyalahkan siswa atas kondisi yang dialaminya

Guru dapat memahami kelebihan dan kekurangan kemampuan siswa dan

membantu permasalahan yang dialami siswa dengan tidak pernah menyalahkan

siswa atas kondisi yang dialaminya.

4. Memberikan program khusus membaca remedial.

Guru memberikan program khusus membaca remedial dengan cara

memberikan evaluasi dan tindak lanjut diakhir pelajaran kepada siswa yang

mengalami kesulitan membaca dengan cara memberikan program remedial yang

dilakukan kepada siswa kesulitan membaca yaitu memberikan kesempatan kepada

siswa untuk membaca satu persatu dan memberikan bimbingan setelah usai

belajar.

Gambar 3.7 Wawancara bersama ibu Robia mengenai Upaya yang dilakukan guru
dalam mengatasi kesulitan dalam membaca.
77

C. Pembahasan

1. Kesulitan siswa dalam membaca

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kesulitan membaca siswa kelas II

SD Negeri 38 Lubuklinggau. Adapun penjabaran dari masing-masing kesulitan

membaca siswa kelas II SD Negeri 38 Lubuklinggau.

a. Kurang mengenal huruf


Kesulitan mengenal huruf yaitu mengidentifikasi huruf dan merangkai huruf

serta pembalikan huruf. Kesulitan mengenal huruf yang dialami oleh siswa kelas

II SD Negeri 38 Lubuklingau yaitu siswa dapat menyebutkan huruf abjad A-Z

tetapi siswa tidak dapat menunjukkan huruf yang telah disebutkan. Kesulitan anak

dalam mengenal huruf dapat dipengaruhi oleh memori pada anak. Memori

berguna untuk mengingat bentuk huruf dan untuk mengenal bunyi huruf.

Gangguan pada memori dapat menyebabkan anak kesulitan untuk membedakan

huruf-huruf yang hampir sama dan dapat mengakibatkan anak kesulitan untuk

membedakan nama-nama huruf.

Kesulitan yang ada pada siswa perlu diteliti lebih lanjut karena didapatkan

beberapa karakteristik pada siswa tersebut. Kesulitan merupakan suatu kondisi

yang berkaitan dengan kemampuan membaca yang sangat tidak memuaskan

Jamaris (2014:139) siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca mengalami

satu atau lebih kesulitan dalam memproses informasi, seperti kemampuan dalm

menyampaikan informasi dan menerima informasi.


78

Dalam menangani kesulitan membaca yang dialami siswa yang belum

mengenal huruf dapat dilakukan dengan pembelajaran menggunakan metode eja

dengan bantuan media pembelajaran seperti menggunakan kartu huruf dan kartu

kata. Metode eja harus dihafal dan dilafalkan sesuai dengan bunyinya menurut

abjad Mulyati (2014:15) pembelajaran dipusatkan kepada siswa yang belum

mengenal huruf secara perlahan dan dengan penyampaian yang menggunakan

cara bermain sambil belajar.

b. Kesulitan membaca kata demi kata

Membaca kata dapat dilakukan dengan menguasai beberapa hal yaitu : 1)

menguasai keterampilan pemecahan kode, 2) memahami makna kata dan 3)

membaca lancar. Membaca lancar merupakan membaca dengan tidak terputus-

putus atau tidak terbata-bata serta memahami intonasi yang tepat dan dapat

memahami intonasi yang tepat dan dapat memahami gagasan dan ide pokok yang

tersirat dalam bacaan Sumiati (2015:4).

Kesulitan yang dihadapi siswa adalah berhenti membaca kata dan

kesulitan untuk membaca kata selanjutnya. Kesulitan membaca akan hilang jika

siswa secara teratur belajar membaca kata demi kata. Dalam membaca kata siswa

masih terbata-bata dan ada juga siswa yang membaca kata demi kata dituntun

membaca ini dapat membantu siswa lebih lancar dalam membaca kata demi kata

maka dari itu orang tua harus membimbing dan pengawasan bahwa anak harus

mengikuti les supaya anak tersebut memperbanyak variasi memberikan dalam

belajar membaca agar belajar dapat menyenangkan dan mudah dipahami oleh
79

anak tersebut. Tetapi faktor dari keluarga lebih dominan untuk anak bisa lebih

memahami suatu bacaan Abdurrahman (2017:176-178) siswa juga biasanya

memiliki rasa percaya diri yang kurang terutama saat menghadapi tugas membaca.

Menurut Meilia Fitriana (2022:37) siswa tidak mampu membaca kata

berikutnya. Hal ini biasanya disebabkan karena gagal menguasai keterampilan

pemecahan kode (decoding), gagal memahami makna kata dan kurang lancar

membaca. Kegiatan membaca secara teratur dapat membantu siswa lebih lancar

dalam membaca kata demi kata. Kegiatan membaca berkaitan dengan pengenalan

huruf atau rangkaian kata, makna atau maksud dan pemahaman terhadap makna

atau maksud sehingga kegiatan membaca tidak dilakukan secara teratur maka

keterampilan membaca yang dimiliki anak berkurang dengan sendirinya.

c. Kesulitan membaca huruf secara terbalik tulisan yang di baca b di baca d.

Kesulitan yang dialami oleh siswa kelas II yaitu kesulitan untuk

membedakan huruf, maksud dari membedakan huruf adalah membedakan huruf-

huruf yang hampir sama seperti b, d, i dan l. pembalikan huruf terjadi dikarenakan

anak susah membedakan posisi atas bawah atau kanan kiri. Pembalikan sering

terjadi pada huruf yang hampir sama seperti “p” dengan “q” atau “g”, “b” dengan

“d”, “m” dengan “n” atau “w” Abdurrahman (2012:176-178) pembelajaran yang

dilakukan guru dalam menanggulangi kesulitan membedakan huruf yaitu dengan

mendiskusikan bentuk huruf sesuai bentuk dan karakteristiknya dengan siswa.

Siswa dilatih untuk menuliskan huruf dan melafalkannya.


80

Dalam kegiatan membaca, siswa harus bisa membedakan bentuk-bentuk

simbol huruf karena akan mempermudah proses membaca. Menurut Kuntarto

dalam Yani (2019:114) mengatakan bahwa membaca merupakan kegiatan

seseorang dalam mengawali aktivitas dengan pengenalan huruf melalui simbol-

simbol pembelajaran yang dilakukan dapat menggunakan metode eja dimana

siswa diminta untuk menyebutkan huruf dan juga menuliskan huruf agar siswa

dapat memahami bentuk huruf yang diucapkan.

d. Kurang menempatkan buku terlalu dekat dengan mata.

Kesulitan yang dialami oleh siswa kelas II yaitu membacanya masih

terlalu dekat dengan mata sehingga menyebabkan terlalu dekat dengan jarak

membacanya. Menurut Fifin (2020:840) menemukan hal yang sama bahwa siswa

mengalami kesulitan menempatkan buku terlalu dekat dengan mata pada saat

membaca. Siswa mengalami kesulitan menempatkan buku terlalu dekat dengan

mata. Khususnya melihat tulisan yang ada dibuku dan hampir setiap kesempatan

guru menggunakan buku sebagai alat.

Menurut Pivin Ropiani (2022:42) strategi guru dalam mengatur posisi

tubuh siswa ketika membaca yaitu dengan memperhatikan posisi duduk siswa

agar badannya siap, jarak antara mata dan tulisan juga diperhatikan supaya tidak

terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dengan jarak idealnya yaitu 30 cm. Kerjasama

antara dua tangan siswa juga diajarkan oleh guru bagaimana cara memegang buku

yang benar, membolak balikkan halaman yang benar. Guru juga selalu

mengingatkan tatkala ada siswa yang keliru posisi tubuhnya ketika membaca
81

kemudian kesulitan menempatkan buku terlalu dekat dengan mata tidak mengatur

posisi duduk pada saat membaca dengan jarak idealnya 30 cm, karena siswa

tersebut mudah melihat tulisan saat membaca selain itu masih kurang mengeja

bacaan.

e. Kesulitan mengabaikan tanda baca


Kesulitan yang dialami oleh siswa kelas II yaitu belum mengetahui tanda

baca seperti tanda tanya, tanda seru, tanda koma dan tanda titik yang berada

ditengah paragraf. Jika siswa belum memahami tanda baca yang utama seperti

titik dan koma maka anak akan kesulitan dalam intonasi membaca. Kesulitan

intonasi akan berpengaruh dalam memahami bacaan, sebab perbedaan intonasi

karena tanda baca bisa merubah makna dari kalimat. Menurut Abdurrahman

dalam Rizkiana (2016:23) jika siswa belum paham arti tanda baca yang utama

seperti titik dan koma, mereka akan mengalami kesulitan dalam intonasi. Dalam

kesulitan intonasi siswa akan berpengaruh dalam memahami bacaan, karena

perbedaan intonasi tanda baca bisa mengubah makna kalimat.

Menurut Abdurahman (2012:166) kesulitan membaca yaitu membaca

terbata-terbata, kurang memperhatikan tanda baca dan memahami bacaan.

Membaca terbata-terbata terjadi karena siswa ragu-ragu dalam mengenali huruf.

Keraguan dalam membaca sering menyebabkan anak kurang mengenal huruf atau

karena kurangnya pemahaman. Selain itu, jika anak belum paham arti tanda baca

yang utama seperti titik dan koma maka anak akan kesulitan dalam intonasi.
82

f. Kurang memahami isi bacaan

Kesulitan yang dialami oleh siswa kelas II yaitu masih sulit memahami

maksud dari penjelasan yang disampaikan guru di dalam kelas. Menurut Dalman

(2017:5) mengungkapkan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan atau proses

kognitif yang berupa untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam

tulisan . Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi

teks bacaan.

Menurut Julia (2011:20) pemilihan teks bacaan yang tepat membuat

pengajaran dan pembelajaran menjadi kegiatan yang bermanfaat dan menciptakan

lingkungan kelas yang efisien, efektif dan bermakna. Sebaliknya, jika teks bacaan

tidak berhubungan dengan konteks siswa, tidak menarik dan rumit, maka

pengajaran dan pembelajaran menjadi kegiatan yang membosankan dan

menonton. Untuk menghindari hal tersebut guru perlu selektif dalam memilih teks

bacaan yang tepat. Guru biasanya mengajar siswa dengan menggunakan buku teks

yang tersedia. Namun, tidak semua teks sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru

dapat mengembangkan materi teks mereka sendiri bagi siswa untuk mencapai

tujuan atau memenuhi kebutuhan siswa. Faktor kepaham membaca dari segi

bacaan, kejelasan teks bacaan terkadang teks yang digunakan merupakan hasil

foto copyan dari buku asli, sehingga terkadang pembaca menemukan tulisan-

tulisan yang kurang jelas untuk dibaca. Ditambah lagi dengan kertas yang

digunakan untuk memfoto-copy menggunakan kertas buram. Penggunaan kata

yang dipakai dalam teks bacaan yang kurang jelas. Penggunaan kata yang tidak
83

akrab dengan pembacaanya juga merupakan kendala bagi pemahaman bacaan,

bahasa yang digunakan dalam teks bacaan bukan bahasa sehari-hari yang didengar

dan digunakan pembaca. Kalimat-kalimat yang tersaji didalam teks mempunyai

kompleksitas yang tinggi. Keruwetan kata dapat menyebabkan kesulitan pada

pembacanya. Gaya penulisan yang bertipe mengulang-ulang gagasan dengan

ungkapan dan kata yang khusus, faktor tingkat keterbacaan yakni tingkat mudah

sukarnya bacaan bagi peringkat pembaca tertentu juga mempengaruhi kecepatan

membaca seseorang, bahan bacaan yang tidak sesuai dengan peringkat

pembacanya dianggap mempunyai tingkat keterbatasan yang rendah.

g. Kurangnya menghilangkan kata

Kesulitan yang dialami oleh siswa kelas II yaitu masih ada beberapa siswa

yang berkesulitan membaca karena memang mereka kurang lancar membaca

membuat siswa sering menghilangkan kata tersebut sulit untuk mengeja huruf dan

sulit menghubungkan huruf menjadi kata dan juga kenakalan siswa seperti masih

sering ribut dikelas dan mereka lebih senang bermain dari pada memperhatikan

gurunya ketika menjelaskan materi. Menurut Abdurrahman (2016:165)

menemukan hal yang sama bahwa siswa dapat penyebab dari menghilangkan kata

tersebut adalah karena siswa menggangap kata yang dihilangkan tersebut tidak

diperlukan. Menghilangkan kata yang sering dilakukan oleh siswa berkesulitan

belajar membaca karena adanya kekurangan dalam mengenal huruf, bunyi bahasa

(fonik) dan bentuk kata atau kalimat.


84

Menghilangkan kata yang dilakukan saat siswa membaca dengan lumayan

lancar. Membaca lancar adalah membaca dengan tidak terputus-putus dan

membaca dengan benar serta dapat mengidentifikasi gagasan yang ada dalam

bacaan. Pembelajaran yang dapat digunakan dalam menanggulangi

menghilangkan kata dalam membaca yaitu dengan membiasakan anak untuk

membaca lebih sering lagi dan ada timbal balik yang dilakukan guru terhadap

siswa.

2. Faktor-faktor penyebab kesulitan siswa dalam membaca

a. Minat

Faktor yang menjadi kesulitan dalam membaca siswa adalah minat, karena

jika siswa tidak memiliki minat dan kemauan untuk membaca maka akan sulit

untuk melakukannya. Untuk melihat minat belajar siswa dapat dilihat bagaimana

antusias siswa dalam proses pembelajaran dan juga bagaimana sikap siswa selama

pembelajaran. Minat belajar dapat dilihat dari beberapa aspek. Indikator minat

belajar adalah 1) adanya perasaan senang terhadap pembelajaran, 2) adanya

pemusatan perhatian dan pikiran terhadap pembelajaran, 3) adanya kemauan

untuk belajar, 4) adanya kemauan dari dalam diri untuk aktif dalam pembelajaran,

5) adanya upaya yang dilakukan untuk merealisasikan keinginan untuk belajar

Friantini (2019:7) minat merupakan kemauan yang kuat dalam membaca dengan

disertai usaha dari orang tersebut. Minat baca yang besar akan membawa

kemauan yang besar dalam membaca dan dengan kesadaran dirinya dalam

membaca Rahim (2011:16) minat harus ditimbulkan dengan usaha yang kuat
85

terlepas dari peran seorang guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

siswa juga harus memiliki usaha dan kesadaran diri dalam membaca.

b. Pendidikan Pra Sekolah

Pendidikan prasekolah merupakan dasar bagi perkembangan sikap,

pengetahuan, keterampilan, daya cipta dan penyelesaiannya dengan lingkungan

sosialnya Indrawan (2020:1) pendidikan pra sekolah sangat penting untuk

menunjang pendidikan anak sehingga anak akan memahami pelajaran dasar

seperti membaca, menulis dan berhitung. Pendidikan pra sekolah ini bisa

dilakukan oleh keluarga atau dengan pendidikan Taman Kanak-kanak yang pada

saat ini sudah sangat dianjurkan untuk ditempuh anak sebelum memasuki

pendidikan sekolah dasar. Faktor pendidikan pra sekolah ini bisa menentukan

kemajuan dalam diri anak. Anak yang tidak mendapatkan pendidikan pra sekolah

lebih sulit dalam membaca dari pada anak yang sebelumnya mendapatkan

pendidikan prasekolah atau sekolah Taman Kanak-Kanak (TK).

c. Dukungan Keluarga

Keluarga menjadi faktor terpenting dalam keberhasilan membaca anak,

terutama orang tua yang merupakan guru pertama anak. Faktor lingkungan

keluarga mencakup latar belakang keluarga, cara mendidik anak dirumah dan

perlakuan siswa dirumah Mardika (2017:31) keluarga yang harmonis juga

menjadi salah satu faktor terpenting untuk perkembangan anak.

Faktor yang mengakibatkan kondisi rumah tidak kondusif untuk belajar

akan mengakibatkan potensi anak menurun. Keadaan ini menyebabkan anak yang
86

berasal dari keluarga ini mengalami pencapaian hasil belajar yang rendah. Maka

dari itu dukungan keluarga sangatlah penting hasil belajar yang baik untuk anak.

3. Upaya Guru Mengatasi Kesulitan Membaca Siswa

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat beberapa upaya guru

dalam mengatasi kesulitan membaca pada siswa kelas II SD Negeri 38

Lubuklinggau. Upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menggunakan media pembelajaran yang menarik dan efektif.

Cara mengatasi kesulitan membaca pada siswa yaitu dengan cara

memberikan media pembelajaran yang menarik dan efektif, contohnya guru kelas

II SD Negeri 38 Lubuklinggau menggunakan strategi pembelajaran yang tepat

menggunakan media pembelajaran untuk mendukung pembelajaran dan

memperbaiki cara belajar siswa agar lebih efektif.

Menurut Talizaro Tafonao (2018:103) menemukan hal yang sama bahwa

guru menggunakan media pembelajaran yang menarik dan efektif, dengan media

siswa akan lebih termotivasi untuk belajar, mendorong siswa menulis, berbicara

dan berimajinasi semakin terangsang. Dengan demikian melalui media

pembelajaran dapat membuat proses belajar mengajar lebih efektif dan efesien

serta terjalin hubungan baik antara guru dengan siswa.

2. Meingkatkan rasa percaya diri dan memberikan motivasi


87

Untuk menangani kesulitan membaca guru perlu memberikan motivasi

kepada siswa, memberikan dukungan pada siswa untuk mencoba hal baru dan

mengajarkan cara untuk berani diri didepan kelas.

Menurut Suminah et al dalam Kurniasih (2021:2251) menemukan hal

yang sama bahwa guru meningkatkan rasa percaya diri dan memberikan motivasi,

upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa diantaranya

pembiasaan, menghargai siswa dan memberikan siswa kesempatan untuk tampil

dengan mandiri.

3. Tidak menyalahkan siswa atas kondisi yang dialaminya.


Guru tidak pernah menyalahkan siswa atas kondidi yang dialaminya

contohnya seperti guru memahami kepribadian siswa dan memahami kelebihan

dan kekurangan kemampuan siswa.

Menurut Udhiyanasari (2019:43) menemukan hal yang sama bahwa guru

tidak menyalahkan siswa atas kondisi yang dialaminya. Beberapa orang tua

menyalahkan siswa ketika siswa mengalami kesulitan membaca kurang belajar,

sering bermain sehingga menyalahkan siswa ketika mengalami kesulitan

membaca.

4. Memberikan program khusus membaca remedial

Guru memberikan remedial kepada siswa yang mengalami kesulitan

membaca dengan memberikan evaluasi dan tindak lanjut diakhir pelajaran kepada

siswa yang mengalami kesulitan membaca. Menurut Udhiyanasari (2019:43)


88

menemukan hal yang sama bahwa guru memberikan program khusus membaca

remedial. Program ini mengacu pada pemberikan remedial kepada siswa yang

mengalami kesulitan membaca cukup bera. Yang mana program membaca untuk

kelas remedial dikhususkan untuk siswa yang mengalami kesulitan membaca yang

cukup berat sehingga siswa dapat mengatasi kesulitannya secara intensif.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Faktor-faktor yang menghambat siswa dalam kesulitan membaca di kelas II

SD Negeri 38 Lubuklinggau yaitu ada dua faktor internal dan eksternal,

internal yaitu siswa malas belajar membaca, siswa tidak sekolah taman

kanak-kanak dan sedangkan faktor eksternal guru kurang memberikan

motivasi kepada siswa yang kesulitan dalam membaca dan orang tua yang

kurang perhatian terhadap anak yang kesulitan dalam membaca lalu

lingkungan yang dapat mempengaruhi siswa kesulitan dalam membaca.

2. Kesulitan membaca siswa kelas II SD Negeri 38 Lubuklinggau, diantarannya

adalah kurangnya mengenal huruf, kesulitan membaca kata demi kata,


89

kesulitan membaca huruf secara terbalik tulisan yang dibaca b di baca d,

kurang memahami isi bacaan, kurangnya menghilangkan kata, kurang

menempatkan buku terlalu dekat dengan mata, kesulitan mengabaikan tanda

baca.

3. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan membaca pada siswa

kelas II SD Negeri 38 Lubuklinggau, diantaranya yaitu guru menggunakan

media pembelajaran, guru meningkatkan rasa percaya diri dan memberikan

motivasi, guru tidak pernah menyalahkan siswa atas kondisi yang dialaminya

dan memberikan program khusus membaca remedial.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis

mengemukakan beberapa saran yaitu sebagai berikut :

1. Siswa

Meningkatkan membaca anak bimbingan belajar siswa yang belum bisa

membaca dengan lancar. Siswa diharapkan untuk lebih giat lagi dalam belajar

membaca dan terus berlatih untuk membaca.

2. Guru

a) Guru dapat mengajarkan siswa membaca menggunakan cerita anak-anak

yang menarik agar siswa lebih mudah tertarik dalam membaca.


90

b) Guru hendaknya berupaya untuk meningkatkan kemauan siswa untuk belajar

dengan membuat pembelajaran yang menyenangkan menggunakan media

yang menarik dan efektif.

3. Kepala Sekolah

Bagi kepala sekolah hendaknya terus memberikan dukungan yang penuh

kepada guru dan memberikan pelatihan kepada guru tentang pembelajaran yang

dapat meningkatkan kemauan siswa untuk belajar.

4. Peneliti

Bagi peneliti di harapkan dapat menambah pengetahuan tentang kesulitan

dalam membaca dan faktor-faktor penyebabnya.

DAFTAR PUSTAKA

Akda, H.F. & Dafit. F. (2021). Analisis Kesulitan Membaca Pada Siswa Kelas II
Sekolah Dasar. NATURALISTIC: Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan
Pembelajaran , 6(1), 118-28.

Abdurahman, M. (2012). Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Aulia, R. (2012). Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Anak


Tunarungu. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, 1(2), 347.

Aryani, I. & Maulida (2019). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan


Soal Matematika Melalui Higher Order Thinking Skill (HOTS). Jurnal
Scrambi Ilmu. 20 (2):274-290.

Chan, F. & Sholeh M. (2022) Analisis Membaca Permulaan Siswa Kelas I


Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan konseling 4(3)917-929.
91

Dalman (2014) Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajawali Pers.

Djamarah. S.B. (2011) Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Elly. S.N. (2013) Meningkatkan Kemampuan Membaca Kata Melalui Metode


Fonetis Bagi Anak Tuna Grahita Sedang. Pendidikan Khusus, 1(2). 161-175

Fauzi. (2018).Karakteristik Kesulitan Belajar Membaca Pada Siswa Kelas Rendah


Sekolah Dasar. Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 32 (2), 95-96

Hasanah, A. & Lena, M.S. (2021). Analisis Kemampuan Membaca Permulaan


dan Kesulitan Yang Dihadapi Siswa Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 3(5)329-307.

Henry & Guntur. (2008) Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: PT Angkasa.

Januarti, dkk. (2016). Analisis Kesulitan Belajar Dalam Pembelajaran Membaca


Cepat Siswa Kelas V SD Gugurs VI Kecamatan Abang. Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah dasar Falkutas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja, 4 (1), 2-3

Kusno. dkk (2020). Analisis Kesulitan Membaca Permulaan Pada Siswa Sekolah
Dasar. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Semarang
Jurnal For Lesson and Learning Studies. 3 (3), 432-439.

Latifah, L. (2017). Kesulitan Belajar Membaca Pada Siswa Kelas Tinggi. Jurusan
Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jurnal
Studi Kasus di MIM Pandasanri. Pendidikan Sekolah Dasar, 38-48.

Meleong (2011) Membaca. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Maghfiroh, Fitriyani & Hani Atus (2019). Upaya Guru Dalam mengatasi
Kesulitan Belajar Membaca Siswa. Jurnal Ilmiah PGMI 5 (1), 95-105.

Nuraidi (2008) . Pengajaran Membaca Permulaan Di Sekolah Dasar.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurhadi. (2016). Teknik Membaca, Jakarta: Bumi Aksara.

Oktadiana. (2019). Analisis Kesulitan Belajar Membaca Permulaan Siswa Kelas


II Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah
Munawariyah Palembang, Pascasajarna UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 5
(2), 152-159
92

Pramesti, F. (2018) Analisis Faktor-faktor Penghambat Membaca Permulaan Pada


Siswa Kelas 1 SD. Jurnal Ilmiah Sekolah dasar. 2 (3), 283-289.

Pratiwi, Cerining Putri (2020) Analisis Keterampilan Membaca Permulaan Siswa


Sekolah Dasar: Studi kasus Pada Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Edutama 7 (1), 69-76

Rizkiana (2016) Analisis Kesulitan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 SD


Negeri Bangun Rejo Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
34 (5), 3-27

Romansyah. (2017). Strategi Membaca Pemahaman Yang Efektif dan Efisien,


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas
Swadaya Gunung jati Cirebon. 4 (1), 73-74.

Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan kuantitatif, kualitatif, dan r&d.


Bandung: Alfabeta.

Sugihartono (2007). Cara Mengatasi Kesulitan Membaca Pada Anak,


Jakarta:Alfabeta.

Yualdi (2013). Efektifitas Permainan Scrabble Dalam Meningkatkan Kemampuan


Membaca Permulaan Bagi Anak Kesulitan Membaca. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Khusus, 2 (3), 664.
93

LAMPIRAN A
94

Lampiran 1 Surat Pengajuan Judul


95

Lampiran 2 Surat Pengajuan Judul Dosen Pembimbing Utama


96

Lampiran 3 Surat Pengajuan Dosen Pembimbing Pendamping


97
98

Lampiran 4 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi Dari Prodi


99
100

Lampiran 5. Surat Izin Melakukan Observasi


101

Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Observasi


102

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian


103

Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Penelitian


99

Lampiran 9 Pedoman Lembar Observasi

Lembar Observasi

(Catatan Lapangan)

Hari/tanggal observasi : Kamis/06 Oktober 2022

Sekolah : SD Negeri 38 Lubuklinggau

Kelas : II
No Deskripsi Hasil
Ya Tidak
1. Guru menggunakan kurikulum 2013 √
2. Guru menggunakan RPP 1 lembar √
3. Guru menggunakan media pembelajaran dalam √
kelas
4. Guru menyampaikan materi dengan metode √
ceramah
5. Siswa terlihat bosan dengan apa yang √
disampaikan oleh guru
6. Siswa seleruhnya memperhatikan guru √
7. Siswa merespon pembicaraan guru √
8. Siswa bertanya kepda guru dan sesama teman. √
9. Respon siswa aktif dalam belajar. √
10. Siswa menanyakan hal-hal yang belum jelas √

Lubuklinggau, Oktober 2022


Peneliti

Agustira Lean Cahya Utami


NPM. 5019006
100

LAMPIRAN B
101

VISI DAN MISI


SD NEGERI 38 LUBUKLINGGAU
102

DAFTAR HADIR SISWA KELAS II SD NEGERI 38 LUBUKLINGGAU


TAHUN AJARAN 2023

NO NAMA SISWA L/P KET


1. Alika Putri Okta P
2. Alyea Afdhira P
3. Aulia Citra Utami P
4. Ayudia Hevti Nabila P
5. Azlifa Nayla Putri P
6. Carisa Naufalyn P
7. Charles Dwi Anggara L
8. Chika Nafla Syarika P
9. Damar Dala Danadyaha L
10. Dava Tri Agusti L
11. Dirga Azka Pratama L
12. Elzani Rakysai Wiyaya P
13. Fahzi Zhariasyah L
14. Fahrira Fatimah P
15. Faza Dwi Alfaro L
16. Felisa Aleyri Adli P
17. Fio Erlangga Putra L
18. Ghaly Hartawan L
19. Iksan Raehan Putra L
20. M. Putra Pratama L
21. Marselo Aprliando L
22. Meghan Zora Leyina P
23. Mirza Aprilia Salim P
24. M. Rendy Ramadon L
25. Nadia Charrisa P
26. Nadine Charisa P
27. Naura P
28. Raden L
29. Rayya P
30. Rendy syansah L
31. Refqi L
32. Serin Susanti P
33. Sri Wahyuni P
103

34. Sharul Allkafi L


35. Nicen Xavier P
36. Rahel Aulia Putri P
37. Viola Anggraini P

Keterangan

Lak-laki : 16 Orang
Perempuan : 21 Orang
Jumlah : 37 Orang

LubukLinggau, Januari 2023


Kepala Sekolah Guru Kelas II

SURYANI, S.Pd. ROBIA, S.Pd.


NIP.19690612200601004 NIP. -
104

KETUNTASAN BELAJAR MINIMAL NILAI (KKM)

TAHUN PELAJARAN 2023


105
106

PROFIL SEKOLAH
107

DOKUMENTASI SEKOLAH
108

LAMPIRAN C
109

HASIL WAWANCARA GURU KELAS II

Peneliti : Kurikulum apa yang di gunakan siswa kelas II SD Negeri

38 Lubuklinggau ?

Guru Kelas : Sekarang sekolah sudah menerapkan K13.

Peneliti : Metode Pembelajaran apa yang ibu gunakan pada saat


ini ?

Guru Kelas : Metode ceramah, metode diskusi, metode drill.

Peneliti : Apakah dalam proses pembelajaran itu pernah mengalami

kesulitan dalam mengajar siswa ?

Guru Kelas : Pernah, pasti ada masalah dalam proses pembelajaran.

Peneliti : Biasanya ada pada pembelajaran apa yang membuat siswa

kesulitan ?

Guru Kelas : Matematika, menulis, membaca sering kesulitan dalam

mengenal huruf .

Peneliti : Adakah siswa di kelas II mengalami kesulitan membaca ?

Guru Kelas : Pasti masih ada.

Peneliti : Ada berapa siswa berkesulitan membaca pada kelas II ?

Guru Kelas : Ada 6 siswa yang belum bisa membaca.

Peneliti : Bagaimana cara ibu mengajar siswa dalam membaca ?

Guru Kelas : Setiap pembelajaran misalnya bahasa indonesia, biasanya

yang belum membaca dipanggil kedepan satu persatu,

karena jika membaca dibelakang dia malu.


110

Peneliti : Apakah kesulitan membaca pada kelas II ini sedikit

menganggu siswa dalam proses pembelajaran ?

Guru Kelas : Sangat menganggu, karena memperlambat proses

pembelajaran Di kelas.

Peneliti : Bagaimana cara menghadapi siswa yang mengalami

kesulitan membaca ?

Guru Kelas : Selalu memberikan motivasi mau belajar dirumah, tidak

minder, sering berlatih membaca kedepan.

Peneliti : Apa saja faktor yang mempengaruhi siswa berkesulitan

membaca pada kelas II ?

Guru Kelas : Faktornya bisa jadi dari keluarga, karena mungkin orang

tuanya sibuk, lingkungannya yang selalu bermain.

Peneliti : Apa saja dampak dari siswa yang mengalami kesulitan

membaca ?

Guru Kelas : Sulit untuk menjawab pertanyaan, sulit diskusi, sulit

ketika mendektek.

Peneliti : Hambatan-hambatan apa saja yang ibu hadapi pada siswa

yang berkesulitan membaca ?

Guru Kelas : Ada rasa malas pada dirinya dan tidak ada dukungan dari

orang tuannya.
111

Peneliti : Bagaimana bimbingan ibu terhadap siswa yang

berkesulitan membaca di kelas, sama atau berbeda ?

Guru Kelas : Jelas berbeda, di ajarin didepan jika perlu ditambah les

tambahan.

Peneliti : Bagaimana sikap siswa berkesulitan membaca pada saat

ibu menjelaskan materi ?

Guru Kelas : Diam, tidak mengerti sama sekali apa yang dijelasin sama

guru.

Peneliti : Dari ke 6 siswa yang mengalami kesulitan membaca

apakah ketika membaca masing-masing siswa tersebut

menunjukkan setiap kata yang sedang dibaca ?

Guru Kelas : Ada perubahan mengeja huruf.

Peneliti : Apakah dari ke 6 siswa itu meletakkan buku terlalu dekat

dengan mata ?

Guru Kelas : Iya, selalu membaca buku dengan terlalu dekat mata.

Peneliti : Apakah ke 6 siswa tersebut masih membaca kata demi

kata ?

Guru Kelas : Siswa satu masih membaca kata demi kata, siswa kedua

dan ketiga masih mengeja huruf.


112

Peneliti : Apakah mereka kesulitan dalam mengurutkan kata dan

huruf ?

Guru Kelas : Siswa satu tidak kesulitan, siswa kedua dan siswa ketiga

masih mengalami kesulitan.

Peneliti : Apakah siswa memahami isi bacaan ?

Guru Kelas : Ada yang memahami dan ada juga yang hanya sekedar

membaca.

Peneliti : Apakah siswa masih suka membaca huruf terbalik

misalnya “b” dibaca “d” ?

Guru Kelas : Tidak

Peneliti : Terima kasih bu atas informasi dan bantuannya pada

meluangkan waktu untuk saya.

Guru Kelas : iya sama-sama

Guru Kelas II

ROBIA, S.Pd.
NIP. -
113

WAWANCARA SISWA

YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA SISWA FEP

Peneliti : Apakah kamu mengalami kesulitan dalam membaca ?

Siswa : ya bu, saya masih sulit menghubungkan huruf

Peneliti : Ketika ibu melihat kamu membaca kenapa kamu sering

menghilangkan kata/huruf ?

Siswa : Iya bu saya kurang teliti dalam membaca.

Peneliti : Apa yang menjadi kesulitan kamu dalam membaca ?

Siswa : Tidak belajar

Peneliti : Kenapa di setiap kamu membacakan huruf b dan d ?

Siswa : karena tidak belajar

Peneliti : Pada saat kamu membaca kenapa kamu mengabaikan

tanda baca ?

Siswa : saya merasa kesulitan tand baca itu bu

Peneliti : Kenapa ketika membaca sering melompat baris dari

bacaan ?

Siswa : saya merasa sulit mengeja, pada baris itu bu

Peneliti : Dikelas nyaman tidak belajarnya ?

Siswa : Untuk ruangnya nyaman bu, tapi teman-teman suka

berisik dan tertawa ketika saya diminta membaca.


114

Peneliti : Apa gurunya tidak menegur teman-teman kamu yang

ribut ?

Siswa : Sudah bu, mereka diam tetapi setelah itu ribut lagi.

Mengetahui
Siswa

Siswa FEP
115

WAWANCARA SISWA
YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA SISWA RY

Peneliti : Apakah kamu merasa mengalami kesulitan dalam

membaca ?

Siswa : iya bu

Peneliti : Setelah ibu melihat kamu membaca banyak kesalahan-

kesalahan dalam bacaan kamu ?

Siswa : Saya tidak bisa membaca bu, saya masih mengeja.

Peneliti : Kenapa kamu sering menghilangkan kata ?

Siswa : Saya sulit menghubungkannya bu.

Peneliti : Kenapa kamu menggantikan kata ?

Siswa : karena saya sulit menghubungkannya bu.

Peneliti : Apakah kamu menyukai pembelajaran yang berkesulitan

membaca ?

Siswa : Tidak terlalu suka bu

Peneliti : Jadi kalau guru menjelaskan dan meminta bergantian

membaca kamu memperhatikan atau tidak ?


Mengetahui
Siswa

Siswa RY
WAWANCARA SISWA
YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA SISWA RA
116

Peneliti : Setelah ibu melihat kamu membaca banyak kesalahan-

kesalahan dalam bacaan kamu ?

Siswa : Saya tidak paham bu dalam bacaan tesebut.

Peneliti : Kamu suka membaca atau tidak ?

Siswa : Tidak bu

Peneliti : Kenapa kamu sering menghilangkan kata ?

Siswa : Saya sulit membacanya bu.

Peneliti : Kenapa apa yang kamu bacakan berbeda dengan yang

Di dalam buku ?

Siswa : Saya tidak tahu membacanya bu

Peneliti : Jika guru meminta membaca apakah kamu akan membaca


?

Siswa : ya bu tapi mengeja

Mengetahui
Siswa

Siswa RA

WAWANCARA ORANG TUA

SISWA FEP
117

Peneliti : Apakah anak ibu mengalami kesulitan membaca ?

Orang Tua : iya, masih sering mengeja

Peneliti : Apakah yang menjadi faktor penyebab kesulitan membaca

pada anak ?

Orang Tua : Lingkungan dan Teman

Peneliti : Apakah anak ibu mengalami kesulitan saat mengerjakan

tugas ?

Orang Tua : Tidak, karena dibantu dan dia juga paham.

Peneliti : Bagaimana cara ibu menjelaskan ketika anak belajar

membaca ?

Orang Tua : Membaca terlebih dahulu terus anak membaca kembali

Peneliti : Apakah anak ibu setiap membaca menunjukan kata yang

sedang ia baca ?

Orang Tua : iya, ketika membaca menunjukan setiap katanya.

Peneliti : Apakah anak ibu membaca menempatkan buku terlalu

dekat dengan mata ?

Orang Tua : Ketika membaca fio dapat menempatkan buku jauh dari

mata.

Peneliti : Apakah anak ibu membaca masih membaca kata demi

kata ?

Orang Tua : Fio membaca pelan-pelan masih membaca satu kata

karena masih seperti mengeja.


118

Peneliti : Apakah anak ibu kesulitan dalam mengurutkan kata dan

Huruf ?

Orang Tua : Tidak begitu kesulitan dalam mengurutkan kata dan huruf.

Peneliti : Apakah anak ibu suka membaca huruf terbalik misalnya b

dan d ?

Orang Tua : Tidak pernah membaca huruf terbalik.

Peneliti : Apakah anak ibu memahami isi bacaan ?

Orang Tua : Sudah memahami

Peneliti : apakah anak ibu membaca dengan cepat ?

Orang Tua : masih pelan-pelan.

Peneliti : Apakah anak ibu sering menghilangkan kata ?

Orang Tua : sering, tapi sering menghilangkan kata.

Peneliti : Apakah anak ibu masih sering mengabaikan tanda baca ?

Orang Tua : iya


Mengetahui
Orang tua / wali murid

Orang Tua Siswa FEP

WAWANCARA ORANG TUA

SISWA RY
119

Peneliti : Apakah anak ibu mengalami kesulitan membaca ?

Orang Tua : iya, masih sering mengeja

Peneliti : Apakah yang menjadi faktor penyebab kesulitan membaca

pada anak ?

Orang Tua : Lingkungan dan Teman

Peneliti : Apakah anak ibu mengalami kesulitan saat mengerjakan

tugas ?

Orang Tua : iya masih sulit apalagi membaca masih mengeja huruf.

Peneliti : Bagaimana cara ibu menjelaskan ketika anak belajar

membaca ?

Orang Tua : Mengajar cara menyambung huruf ke kata.

Peneliti : Apakah anak ibu setiap membaca menunjukan kata yang

sedang ia baca ?

Orang Tua : iya, ketika membaca menunjukan setiap katanya.

Peneliti : Apakah anak ibu membaca menempatkan buku terlalu

dekat dengan mata ?

Orang Tua : tidak.

Peneliti : Apakah anak ibu membaca masih membaca kata demi

kata ?

Orang Tua : tidak, masih mengeja dan masih salah dalam

menyambung kata.

Peneliti : Apakah anak ibu kesulitan dalam mengurutkan kata dan


120

Huruf ?

Orang Tua : iya masih sulit

Peneliti : Apakah anak ibu suka membaca huruf terbalik misalnya b

dan d ?

Orang Tua : sudah bisa membedakan.

Peneliti : Apakah anak ibu memahami isi bacaan ?

Orang Tua : mungkin belum memahami

Peneliti : apakah anak ibu membaca dengan cepat ?

Orang Tua : iya

Peneliti : Apakah anak ibu sering menghilangkan kata ?

Orang Tua : iya sering

Peneliti : Apakah anak ibu masih sering mengabaikan tanda baca ?

Orang Tua : iya


Mengetahui
Orang tua / wali murid

Orang Tua Siswa RY

WAWANCARA ORAG TUA

SIWA RA
121

Peneliti : Apakah anak ibu mengalami kesulitan membaca ?

Orang Tua : iya, masih sering mengeja

Peneliti : Apakah yang menjadi faktor penyebab kesulitan membaca

pada anak ?

Orang Tua : Lingkungan

Peneliti : Apakah anak ibu mengalami kesulitan saat mengerjakan

tugas ?

Orang Tua : iya tidak paham dengan bacaan

Peneliti : Bagaimana cara ibu menjelaskan ketika anak belajar

membaca ?

Orang Tua : Mengajarkan mengeja huruf terlebih dahulu

Peneliti : Apakah anak ibu setiap membaca menunjukan kata yang

sedang ia baca ?

Orang Tua : tidak

Peneliti : Apakah anak ibu membaca menempatkan buku terlalu

dekat dengan mata ?

Orang Tua : tidak juga

Peneliti : Apakah anak ibu membaca masih membaca kata demi

kata ?

Orang Tua : masih membaca huruf kehuruf atau mengeja

Peneliti : Apakah anak ibu kesulitan dalam mengurutkan kata dan

Huruf ?
122

Orang Tua : iya masih sulit

Peneliti : Apakah anak ibu suka membaca huruf terbalik misalnya b

dan d ?

Orang Tua : tidak

Peneliti : Apakah anak ibu memahami isi bacaan ?

Orang Tua : belum bisa memahami

Peneliti : apakah anak ibu membaca dengan cepat ?

Orang Tua : iya masih pelan-pelan

Peneliti : Apakah anak ibu sering menghilangkan kata ?

Orang Tua : iya sering

Peneliti : Apakah anak ibu masih sering mengabaikan tanda baca ?

Orang Tua : iya


Mengetahui
Orang tua / wali murid

Orang Tua Siswa RA

ASPEK PENILAIAN KESULITAN SISWA DALAM MEMBACA

Data penilaian siswa


123

Nama : Fio Erlangga Putra

Kelas : II

Hari/tanggal : Senin, 06 Februari 2023

Petunjuk pengisian angket :

1. Isilah identitas diri pada kolom yang tersedia

2. Berikan tanda Ya atau Tidak pada jawaban yang anda pilih dari kedua alternatif

jawaban di bawah ini !

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Mengenal huruf √
2. Membaca kata demi kata √
3. Membaca secara terbalik tulisan √
yang dibaca b dan d
4. Kesulitan memahami isi bacaan. √
5. Menghilangkan kata. √
6. Menempatkan buku terlalu dekat √
dengan mata.
7. Mengabaikan tanda baca √

ASPEK PENILAIAN KESULITAN SISWA DALAM MEMBACA

Data penilaian siswa


124

Nama : Rendi yansah

Kelas : II

Hari/Tanggal : Senin, 06 Februari 2023

Petunjuk pengisian angket :

1. Isilah identitas diri pada kolom yang tersedia

2. Berikan tanda Ya atau Tidak pada jawaban yang anda pilih dari kedua alternatif

jawaban di bawah ini !

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Mengenal huruf √
2. Membaca kata demi kata √
3. Membaca secara terbalik tulisan √
yang dibaca b dan d
4. Kesulitan memahami isi bacaan. √
5. Menghilangkan kata. √
6. Menempatkan buku terlalu dekat √
dengan mata.
7. Mengabaikan tanda baca √

ASPEK PENILAIAN KESULITAN SISWA DALAM MEMBACA

Data penilaian siswa


125

Nama : M. Putra Pratama

Kelas : II

Hari/tanggal : Senin, 06 Februari 2023

Petunjuk pengisian angket :

1. Isilah identitas diri pada kolom yang tersedia

2. Berikan tanda Ya atau Tidak pada jawaban yang anda pilih dari kedua alternatif

jawaban di bawah ini !

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Mengenal huruf √
2. Membaca kata demi kata √
3. Membaca secara terbalik tulisan √
yang dibaca b dan d
4. Kesulitan memahami isi bacaan. √
5. Menghilangkan kata. √
6. Menempatkan buku terlalu dekat √
dengan mata.
7. Mengabaikan tanda baca √

ASPEK PENILAIAN KESULITAN SISWA DALAM MEMBACA

Data penilaian siswa


126

Nama : Ayu Dia Herti Nabila

Kelas : II

Hari/tanggal : Senin, 06 Februari 2023

Petunjuk pengisian angket :

1. Isilah identitas diri pada kolom yang tersedia

2. Berikan tanda Ya atau Tidak pada jawaban yang anda pilih dari kedua alternatif

jawaban di bawah ini !

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Mengenal huruf √
2. Membaca kata demi kata √
3. Membaca secara terbalik tulisan √
yang dibaca b dan d
4. Kesulitan memahami isi bacaan. √
5. Menghilangkan kata. √
6. Menempatkan buku terlalu dekat √
dengan mata.
7. Mengabaikan tanda baca √

ASPEK PENILAIAN KESULITAN SISWA DALAM MEMBACA

Data penilaian siswa


127

Nama : Sherlin Susanti

Kelas : II

Hari/tanggal : Senin, 06 Februari 2023

Petunjuk pengisian angket :

1. Isilah identitas diri pada kolom yang tersedia

2. Berikan tanda Ya atau Tidak pada jawaban yang anda pilih dari kedua alternatif

jawaban di bawah ini !

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Mengenal huruf √
2. Membaca kata demi kata √
3. Membaca secara terbalik tulisan √
yang dibaca b dan d
4. Kesulitan memahami isi bacaan. √
5. Menghilangkan kata. √
6. Menempatkan buku terlalu dekat √
dengan mata.
7. Mengabaikan tanda baca √

ASPEK PENILAIAN KESULITAN SISWA DALAM MEMBACA

Data penilaian siswa


128

Nama : Reyhan Alvati

Kelas : II

Hari/Tanggal : Senin, 06 Februari 2023

Petunjuk pengisian angket :

1. Isilah identitas diri pada kolom yang tersedia

2. Berikan tanda Ya atau Tidak pada jawaban yang anda pilih dari kedua alternatif

jawaban di bawah ini !

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Mengenal huruf √
2. Membaca kata demi kata √
3. Membaca secara terbalik tulisan √
yang dibaca b dan d
4. Kesulitan memahami isi bacaan. √
5. Menghilangkan kata. √
6. Menempatkan buku terlalu dekat √
dengan mata.
7. Mengabaikan tanda baca √

HASIL ASPEK PENILAIAN KESULITAN SISWA DALAM MEMBACA

Data penilaian siswa

Kelas :
129

Hari/Tanggal :

Petunjuk pengisian angket :

1. Isilah kesulitan membaca dari kolom yang tersedia

2. Berikan tanda checklist pada jawaban yang anda pilih dari kedua alternatif

jawaban ini !

No Pertanyaan Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa

FEP RY RA MP AD SS

1. Mengenal huruf √

2. Membaca kata demi kata √

3. Membaca secara terbalik tulisan √

yang dibaca b dan d

4 Kesulitan memahami isi bacaan √

5. menghilangkan kata/huruf √

6. Menempatkan buku terlalu √

dekat dengan mata.

7. Mengabaikan tanda baca √

PEDOMAN WAWANCARA

GURU KELAS II SD NEGERI 38 LUBUKLINGGAU

A. Identitas Narasumber
130

1. Nama : Robia, S.Pd.

2. Jabatan : Guru Kelas II

3. Usia : 31 Tahun

4. Instansi : SD Negeri 38 Lubuklinggau

B. Daftar Pertanyaan
No Pertanyaan Jawaban
Kurikulum apa yang ibu Sudah memakai kurikulum 13
1. diterapkan pada siswa kelas II
SD Negeri 38 Lubuklinggau ?
Ada 37 siswa
Berapa jumlah murid kelas II
2.
saat ini ?

Metode pembelajaran apa yang Metode ceramah, metode diskusi,


3.
ibu digunakan pada saat ini ? metode drill.
Apakah dalam proses Pernah, pasti ada masalah dalam
pembelajaran itu pernah proses pembelajaran.
4.
mengalami kesulitan dalam
mengajar siswa ?
Biasanya pada pembelajaran Bahasa, diminta membaca sering
5. apa yang membuat siswa tidak tahu huruf.
kesulitan ?
Adakah siswa di kelas II Masih ada
6. mengalami kesulitan
membaca ?
131

Sekitar 6 siswa mengalami kesulitan


membaca.
Ada berapa siswa berkesulitan
7.
membaca pada kelas II ?

Setiap pembelajaran misalnya bahasa


indonesia, biasanya yang belum
membaca dipanggil kedepan satu
Bagaimana cara ibu mengajar
8. persatu, karena jika membaca
siswa dalam membaca ?
dibelakang dia malu.

Apakah kesulitan membaca Mengganggu, karena memperlambat


pada kelas II sedikit proses pembelajaran dikelas.
9.
menganggu siswa dalam proses
pembelajaran ?
Selalu memberikan motivasi mau
Bagaimana cara menghadapi
belajar dirumah, tidak minder, sering
10. siswa yang mengalami
berlatih membaca kedepan.
kesulitan membaca ?

Apa saja faktor yang Faktornya bisa jadi dari keluarga,


mempengaruhi siswa karena mungkin orang tuanya sibuk,
11.
berkesulitan membaca pada lingkungannya yang selalu bermain.
kelas II ?
Sulit untuk menjawab pertanyaan,
Apa saja dampak dari siswa
sulit diskusi, sulit ketika mendektek.
12. yang mengalami kesulitan
membaca ?

13. Hambatan-hambatan apa saja


yang ibu hadapi pada siswa
132

Ada rasa malas pada dirinya dan


tidak ada dukungan dari orang
tuannya.
yang berkesulitan membaca ?

Bagaimana bimbingan ibu Jelas berbeda, di ajarin didepan jika


terhadap siswa yang perlu ditambah les tambahan.
14.
berkesulitan membaca di kelas?
Sama atau berbeda ?
Terkadang memperhatikan, cuman
Bagaimana sikap siswa
memperhatikan ngerti atau cuman
15. berkesulitan membaca pada
memperhatikan karena takut pada
saat ibu menjelaskan materi ?
guru, yang merasa masa bodoh.
Dari ke enam siswa yang Yang satu menunjukkan yang kedua
mengalami kesulitan membaca tidak menunjukkan.
apakah ketika membaca
16.
masing-masing siswa tersebut
menunjukkan setiap kata yang
sedang dibaca ?

Apakah dari ke enam siswa itu Siswa kedua yang meletakkan buku
17. meletakkan buku terlalu dekat terlalu dekat dengan mata.
dengan mata ?

Apakah ke enam siswa tersebut Siswa satu masih membaca kata


18. masih membaca kata demi demi kata, siswa kedua dan ketiga
kata ? masih mengeja huruf.
133

Apakah merekakesulitan Siswa satu tidak kesulitan, siswa


19. dalam mengurutkan kata dan kedua dan siswa ketiga masih
huruf ? mengalami kesulitan

Apakah siswa masih suka tidak


membaca huruf terbalik
20.
misalnya “b” dibaca “d” atau
“p” dibaca “q”?
ada
Adakah suara aneh atau tegang
21.
ketika siswa membaca ?

Ada yang memahami dan ada juga


Apakah siswa memahami isi
22. yang hanya sekedar membaca.
bacaan ?

Tidak, mereka masih membaca


Apakah siswa dengan membaca pelan.
23.
cepat ?

Lubuklinggau, Januari 2023


Guru Kelas II

Robia, S.Pd.
NIP. -
134

PEDOMAN WAWANCARA
SISWA KELAS II SD NEGERI 38 LUBUKLINGGAU

A. Identitas Narasumber

1. Nama : Fio Erlangga Putra

2. Usia : 7 Tahun

3. Kelas : II

4. Sekolah : SD Negeri 38 Lubuklinggau

B. Daftar Pertanyaan
No Pertanyaan Jawaban
Iya bu masih
Apakah kamu merasa kesulitan dalam
1.
membaca ?

Tidak bu
Apakah kamu menyukai pembelajaran
2.
yang berkaitan membaca ?

Jika kalau guru menjelaskan dan Iya bu memperhatikan bu


3. meminta bergantian membaca kamu
memperhatikan atau tidak ?
Setelah ibu melihat kamu membaca Iya bu
4. banyak kesalahan-kesalahan dalam
bacaan kamu ?
Karena masih belajar bu
Kenapa kamu sering menghilangkan
5.
kata ?
135

Apakah orang tuamu selalu membimbing Iya diajarkan bu


kamu ketika kamu mengalami kesulitan
6. pada materi pelajaran disekolah khusunya
membaca, jika iya bagaimana cara
membimbingnya ?

Apa saja bentuk motivasi yang diberikan Iya bu, selalu di ingatkan
7. orang tuamu dalam proses belajar mengajar, orang tua untuk belajar.
jika iya bagaimana caranya ?

Apakah orang tuamu selalu menyediakan Iya bu selalu menyediakan


8. fasilitas pembelajaran untuk membaca di fasilitas belajar untuk
rumah ? membaca dirumah

pernah bu
Apakah kamu pernah di ajak orang tuamu
9.
ke perpustakaan daerah atau toko buku ?

Belajar membaca
Bagaimana caranya kamu memanfaatkan
10.
fasilitas tersebut ?

Lubuklinggau, Januari 2023


Siswa Kelas II

Fio Erlangga Putra


136

PEDOMAN WAWANCARA

ORANG TUA SISWA KELAS II SD NEGERI 38 LUBUKLINGGAU

A. Identitas Narasumber

1. Nama orang tua : Sari Putri Lestari

2. Nama anak : Fio Erlangga Putra

3. Usia : 35 Tahun

B. Daftar Pertanyaan

No Pertanyaan Jawaban
Kadang-kadang, anak sering
bermain dari pada belajar.
Apakah anak belajar membaca di
1.
rumah ?

Iya terlibat

Apakah orang tua terlibat dalam


2.
proses belajar anak di rumah ?

Metode menggunakan metode


Metode pelajaran apayang ceramah.
3. diterapkan pada proses pembelajaran
di rumah ?
137

Iya pernah mengalami kesulitan


dalam membaca.
Apakah dalam proses pembelajaran
4. pernah mengalami kesulitan dalam
belajar anak ?

Pada pembelajaran bahasa


indonesia, matematika.
Biasanya pada pembelajaran apa
5.
yang buat anak kesulitan membaca ?

Iya sering bermain.

Apakah anak di rumah lebih sering


6.
bermain dari pada belajar ?

Dengan mengajarkan huruf.

Bagaimana cara orang tua mengajar


7.
anak dalam membaca ?

Iya terkadang susah dalam


membaca.
Apakah anak ibu mengalami
8.
kesulitan ketika membaca ?
138

Tidak mengenal huruf


Apakah yang menjadi faktor
9. penyebab kesulitan membaca pada
anak ?

Iya terkadang mengalami


kesulitan.
Apakah anak ibu mengalami
10.
kesulitan saat mengerjakan tugas ?

Pertama mengenalkan huruf


abjad kepada anak, selanjutnya
Bagaimana cara ibu menjelaskan mengajarkan anak untuk
11.
ketika anak belajar membaca ? mengeja huruf.

Iya dia sering menunjukkan

Apakah anak ibu setiap membaca


12.
menunjukan kata sedang ia baca ?

Tidak saat membaca dia tidak


terlalu dekat dengan buku.
Apakah anak ibu membaca
13. menempatkan buku terlalu dekat
dengan mata ?
139

Iya anak saya masih membaca


demi kata.

Apakah anak ibu masih membaca


14.
kata demi kata ?

Iya masih mengeja.

Apakah anak ibu sering merasa


15.
kesulitan dalam mengeja bacaan ?

Mengetahui
Orang tua / wali murid

Orang Tua Siswa FEP


140

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SISWA BERKESULITAN


BELAJAR MEMBACA BERHUBUNGAN DENGAN FAKTOR
INTERNAL

A. Identitas Narasumber

1. Nama : Fio Erlangga Putra

2. Hari/tanggal : Selasa, 10 Januari 2023

3. Tempat : Di SD Negeri 38 Lubuklinggau

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

B. Daftar Pertanyaan
No Pertanyaan Jawaban
Apakah setiap malam atau sepulang Iya bu selalu menyiapkan buku
sekolah kamu menyiapkan buku pelajaran.
1.
belajar untuk mata pelajaran
selanjutnya ?
Jika sudah melakukan aktifitas Iya bu
2. bermain apakah kamu masih
menyempatkan waktu untuk belajar ?
3. Jam berapa biasanya belajar di rumah ? Jam 3 sore dan jam 8 malam bu
Apakah kamu memahami materi yang Iya bu, sedikit memahami dan
4.
diberikan oleh guru di sekolah ? sedikit tidak memahami.
Kesulitan apa yang kamu alami saat Iya ibu masih mengalami
5.
proses pembelajaran ? kesulitan membaca
141

Apakah orang tuamu selalu Iya memakai media buku


menyediakan fasilitas pembelajaran pelajaran
6.
untuk membantumu dalam belajar, jika
iya media pembelajaran seperti apa ?
Tidak bu

Apakah kamu bisa membedakan


7. simbol, huruf angka dan kata, misalnya
b, d dan p ?

Senang bu
Bagaimana perasaanmu ketika kegiatan
8.
pembelajaran berlangsung ?

Iya sedikit menganggu ibu


Apakah kesulitan membaca pada kelas
9. II sedikit menganggu siswa dalam
proses pembelajaran ?

Terus berusaha belajar bu,


Apakah yang kamu lakukan ketika
supaya bisa
10. kamu sedang mengalami kesulitan
membaca ?

Iya setiap hari bu belajar


Apakah setiap hari kamu selalu belajar dirumah.
11.
membaca dirumah ?
142

Iya bu Memakai buku untuk


Apa yang kamu gunakan saat belajar berlatih membaca bu
12.
membaca ?

Belajar membaca buku dengan


Bagaimana cara kamu dalam kesulitan tepat.
13.
membaca ?

Iya ibu selalu setiap malam hari.


Apakah kamu suka membaca saat
14.
malam hari ?

Iya bu, orang tua sering


Apakah orang tuamu sering mengajari mengajari aku ketika sulit
15.
dalam mengeja bacaan ? mengeja disaat membaca

Iya bu lulus TK
Apakah kamu lulus sekolah Taman
16.
Kanak-kanak (TK) ?

Tidak menangkap bu.


Apakah kamu susah menangkap pada
17.
saat proses pembelajaran ?

Lubuklinggau, Januari 2023


Siswa Kelas II

(..........................................)
143

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SISWA BERKESULITAN


BELAJAR MEMBACA BERHUBUNGAN DENGAN FAKTOR
EKSTERNAL

A. Identitas Narasumber

1. Nama : Rendi yansah

2. Hari/tanggal : Selasa 10 Januari 2023

3. Tempat : Di SD Negeri 38 Lubuklinggau

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

B. Daftar Pertanyaan
No Pertanyaan Jawaban
Tidak saya jarang bertanya saat
Apakah kamu sering bertanya saat
1. dalam belajar
guru menjelaskan pelajaran ?

Apakah kamu sering diberi Tidak pernah


2. penghargaan oleh gurumu, Kapan dan
bagaimana caranya ?

Apakah orang tuamu selalu Tidak pernah


membimbing kamu, ketika kamu
mengalami kesulitan pada materi
3.
pelajaran di sekolah khususnya
membaca, jika ia bagaimana cara
membimbingnya ?
144

Apakah orang selalu Iya menyiapkan gambar huruf


tuamu
4. menyediakan fasilitas pembelajaran abjad.
untuk membaca dirumah ?

Guru memanggil siswa untuk


Bagaimanakah cara guru mengajar
5. membaca maju satu persatu
dikelas ?
kedepan.

Apa saja bentuk motivasi yang Selalu untuk mengingatkan


diberikan oleh orang tuamu dalam dalam belajar
6.
proses belajar mengajar, jika iya
bagaimana caranya ?
Biasanya guru menyiapkan buku
Apa yang digunakan oleh guru saat
7. untuk belajar membaca.
mengajarkan proses membaca ?

Iya kadang-kadang mengajarkan.


Apakah orang tuamu selalu mengajar
8.
dirumah ?

Apakah sering berikan penghargaan Tidak pernah.


9. oleh orang tuamu, kapan dan
bagaimana caranya ?

Tidak, saya lebih banyak


Apakah saat gurumu tidak masuk di
10. bermain karena guru tidak
kelas? Apakah kamu belajar mandiri ?
masuk.

Lubuklinggau, Januari 2023


Siswa Kelas II

(...................................)
145

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SISWA BERKESULITAN


BELAJAR MEMBACA BERHUBUNGAN DENGAN FAKTOR
EKSTERNAL

A. Identitas Narasumber

1. Nama : Ayu Dia Herti Nabila

2. Hari/tanggal : selasa, 10 Januari 2023

3. Tempat : Di SD Negeri 38 Lubuklinggau

4. Jenis Kelamin : Perempuan

B. Daftar Pertanyaan
No Pertanyaan Jawaban
Terkadang-terkadang
Apakah guru sering memberi arahan
1.
dalam keterampilan membaca disekolah ?

Iya menyediakan buku


Apakah disekolah menyediakan buku-
2.
buku untuk belajar membaca ?

Apakah dikelas ini disediakan media Tidak ada


3.
pembelajaran untuk belajar membaca ?

Apakah kamu senang saat proses belajar Iya senang


5.
berlangsung ?
Iya
Apakah kamu sering belajar sendiri jika
6.
guru tidak masuk dikelas ?
146

Bahasa indonesia dan seni


Dalam belajar pembelajaran apa yang
7. budaya.
kamu sukai ?

Iya

8. Apakah kamu suka membaca ?

Tidak
Apakah kamu diarahkan oleh gurumu
9.
untuk belajar kelompok ?

Tidak pernah.
Apakah kamu sering berkelahi
10.
disekolah ?

Lubuklinggau, Januari 2023


Siswa Kelas II

(...........................................)
147

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SISWA BERKESULITAN


BELAJAR MEMBACA BERHUBUNGAN DENGAN FAKTOR
INTERNAL

A. Identitas Narasumber

1. Nama : Sherlin Susanti

2. Hari/tanggal : Selasa, 10 Januari 2023

3. Tempat : Di SD Negeri 38 Lubuklinggau

4. Jenis Kelamin : Perempuan

B. Daftar Pertanyaan
No Pertanyaan Jawaban
Apakah setiap malam atau Tidak
sepulang sekolah kamu
1.
menyiapkan materi belajar untuk
mata pelajaran selanjutnya ?
Jika sudah melakukan aktifitas Iya pada malam hari
bermain apakah kamu masih
2.
menyempatkan waktu untuk
belajar ?
3. Jam berapa biasanya belajar ? Iya Jam 08.00-09.00 saya belajar.
Apakah kamu memahami materi Iya saya memahami
4. yang diberikan oleh guru
disekolah ?
Kesulitan apa yang kamu alami Kurang konsentraksi
5.
saat proses pembelajaran ?
148

Apakah orang tuamu selalu Iya membeli buku paket


menyediakan fasilitas pembelajaran
6.
untuk membantumu dalam belajar, jika
iya media pembelajaran seperti apa ?
Iya saya bisa membedakannya

Apakah kamu bisa membedakan


7. simbol, huruf angka dan kata, misalnya
b, d dan p ?

Saya senang

Bagaimana perasaanmu ketika


8.
kegiatan pembelajaran berlangsung ?

Iya sedikit menganggu


Apakah kesulitan membaca pada kelas
9. II sedikit menganggu siswa dalam
proses pembelajaran ?

Kesulitan belajar memahami


Apakah yang kamu lakukan ketika
sendiri
10. kamu sedang mengalami kesulitan
membaca ?

Iya, saya selalu belajar


Apakah setiap hari kamu selalu belajar membaca dirumah
11.
membaca dirumah ?
149

Menggunakan Buku untuk


Apa yang bisa kamu membaca, apa
membaca
12. yang kamu gunakan saat belajar
membaca ?

Meminta orang tua untuk


Bagaimana cara kamu dalam mengajari
13.
kesulitan membaca ?

iya
Apakah kamu suka membaca saat
14.
malam hari ?

Iya salah satu hobi saya


Apakah salah satu hobimu adalah membaca.
15.
membaca ?

Lubuklinggau, Januari 2023


Siswa Kelas II

(........................................)
150

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SISWA BERKESULITAN


BELAJAR MEMBACA BERHUBUNGAN DENGAN FAKTOR
EKSTERNAL

A. Identitas Narasumber

1. Nama : M. Putra Pratama

2. Hari/tanggal : Selasa 10 januari 2023

3. Tempat : Di SD Negeri 38 Lubuklinggau

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

B. Daftar Pertanyaan
No Pertanyaan Jawaban
Iya saya sering bertanya
Apakah kamu sering bertanya saat
1.
guru menjelaskan pelajaran ?

Apakah kamu diberi Iya disuruh menulis dipapan


sering
2. penghargaan oleh gurumu, Kapan dan tulis.
bagaimana caranya ?

Apakah orang tuamu sealalu Iya selalu membimbingnya.


membimbing kamu, ketika kamu
mengalami kesulitan pada materi
3.
pelajaran di sekolah khususnya
membaca, jika ia bagaimana cara
membimbingnya ?
151

Apakah orang tuamu selalu Iya selalu menyediakan


4. menyediakan fasilitas pembelajaran
untuk membaca dirumah ?

Buku tulis dipapan tulis


Bagaimanakah cara guru mengajar
5.
dikelas ?

Apa saja bentuk motivasi yang Iya terus menerus belajar


diberikan oleh orang tuamu dalam
6.
proses belajar mengajar, jika iya
bagaimana caranya ?
Iya Membaca buku
Apa yang digunakan oleh guru saat
7.
mengajarkan proses membaca ?

Iya orang tua sering mengajari


Apakah orang tuamu selalu mengajar
8. dirumah.
dirumah ?

Apakah sering berikan penghargaan Iya sering mendapat hadiah


9. oleh orang tuamu, kapan dan
bagaimana caranya ?

Tidak pernah
Apakah saat gurumu tidak masuk di
10.
kelas? Apakah kamu belajar mandiri ?

Lubuklinggau, Januari 2023


Siswa Kelas II

(........................................)
152

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SISWA BERKESULITAN


BELAJAR MEMBACA BERHUBUNGAN DENGAN FAKTOR
EKSTERNAL

A. Identitas Narasumber

1. Nama : Rehan Alvati

2. Hari/tanggal : Selasa, 10 Januari 2023

3. Tempat : Di SD Negeri 38 Lubuklinggau

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

B. Daftar Pertanyaan
No Pertanyaan Jawaban
Iya selalu memberi arahan
Apakah guru sering memberi arahan
1.
dalam keterampilan membaca disekolah ?

Iya disediakan
Apakah disekolah menyediakan buku-
2.
buku untuk belajar membaca ?

Apakah di kelas ini di sediakan media Tidak ada


3.
pembelajaran untuk belajar membaca ?

Apakah kamu senang saat proses belajar Iya kadang-kadang


5.
berlangsung ?
Tidak pernah
Apakah kamu sering belajar sendiri jika
6.
guru tidak masuk dikelas ?
153

Menyukai matematika
Dalam belajar pembelajaran apa yang
7.
kamu sukai ?

Iya kadang-kadang

8. Apakah kamu suka membaca ?

Tidak ada
Apakah kamu diarahkan oleh gurumu
9.
untuk belajar kelompok ?

Tidak pernah
Apakah kamu sering berkelahi
10.
disekolah ?

Lubuklinggau, Januari 2023


Siswa Kelas II

(.........................................)

TEKS BACAAN “PALANG MERAH REMAJA”


154

CERITA “HIKMAH DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW”.


155
156
157

LAMPIRAN D
158

FOTO DOKUMENTASI

(foto wawancara dengan guru wali kelas II)


159

(foto proses pembelajaran)


160

(Foto mewawancarai bersama siswa dan guru wali kelas II


161

(Foto mengajari anak mengalami kesulitan untuk berlatih membaca dan foto
bersama)
162

(Foto bersama siswa dan Guru wali kelas II)


163

RIWAYAT HIDUP

Agustira Lean Cahya Utami, lahir di Lubuklinggau pada


tanggal 30 Agustus 2001 merupakan anak pertama dari 2
bersaudara dari pasangan dari Bapak Ansori dan Ibu Leni
Marlina. Penulis pertama kali menempuh pendidikan di SD
Negeri 38 Lubuklinggau tahun 2007 dan selesai pada tahun
2013, pada tahun yang sama penulis melanjutkan di MTs
Negeri Lubuklinggau dan selesai pada tahun 2016 dan pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di MAN 2 Negeri Lubuklingau
penulis mengambil jurusan IPS dan selesai pada tahun 2019. Pada tahun 2019
penulis melanjutkan keperguruan tinggi swasta Prodi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas PGRI Silampari
Alhamdulillah selesai tahun 2023.

Berkat petunjuk dan pertolongan Allah SWT, usaha dan disertai doa dari
Ayah, Ibu dan Keluarga dalam menjalani aktivitas akademik di perguruan tinggi
Universitas PGRI Silampari. Alhamdulilah penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir dangan skripsi yang berjudul “ Analisis Kesulitan Membaca Pada Siswa
Kelas II SD Negeri 38 Lubuklinggau”.
161

Anda mungkin juga menyukai