Anda di halaman 1dari 57

PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENGATASI KESULITAN

MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS 2 SD


NEGERI 48 PEKANBARU

PROPOSAL

Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar

APRILLIA PUTRI HENDIKA


NPM. 196910715

PEMBIMBING:
FEBRINA DAFIT, S.Pd.,M.Pd
NIDN. 1026029002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
T.A 2023
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari
kehidupan manusia. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah
suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu peran aktif
seluruh elemen masyarakat dalam membentuk generasi-generasi penerus yang
berkualitas dimulai dari usia dini.
Menurut Soekamto (2019:211) peran adalah aspek dinamis kedudukan (status),
apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. Peran guru dan orang tua
tidak luput dari pelaksanaan pendidikan. Dalam proses pendidikan di sekolah guru
memiliki tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik.
Menurut Bahri (dalam Munayah dkk, 2021:233) guru sebagai figur manusia
sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan
menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Masyarakat yakin bahwa
figur gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang
berkepribadian mulia, guru mempunyai tanggung jawab untuk mencerdaskan
kehidupan anak didik. Munirah (2018) menyatakan bahwa peran guru dalam
kesulitan belajar ini berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Pendidikan bukan hanya dilaksanakan di sekolah saja namun harus
berkesinambungan ketika anak berada di rumah dan lingkungan rumah. Peran
orang tua sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan di rumah, mengajarkan
anak membaca, menulis dan lain sebagainya.
Menurut Azizah (2017:209) orang tua harus meluangkan waktu memenuhi
kewajiban menjaga, menyayangi, menemani, dan mendidik anak-anak mereka.
Selain itu, orang tua harus memperluas dan terus meningkatkan pengetahuan
mereka tentang cara-cara mendidik anak, agar anak yang mereka lahirkan
mendapat pendidikan yang memadai. Selain memenuhi kebutuhan finansial orang
tua juga harus mendidik anak dengan cinta dan kasih sayang, hal ini dapat
membantu orang tua untuk lebih dekat dan membuat anak lebih terbuka
membicarakan hal-hal sulit yang sedang di alami, dengan ini orang tua dapat
menjalankan perannya dengan baik dan membantu anak untuk menyelesaikan
masalahnya.
Peranan orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak usia dini
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi peran
orang tua dalam pendidikan anak menurut Friedman (dalam Slameto 2018:39),
antara lain: 1) Faktor status sosial ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan,
pekerjaan, dan penghasilan. 2) Faktor bentuk keluarga, contohnya seperti keluarga
yang utuh dan ada keluarga yang bercerai, atau ada siswa yang memiliki 1 (satu)
orang tua. 3) Faktor tahap perkembangan keluarga dimulai dari terjadinya
pernikahan yang menyatukan dua pribadi yang berbeda, dilanjutkan dengan tahap
persiapan menjadi orangtua. 4) Faktor model peran. Dengan demikian orang tua
memiliki kewajiban untuk memberikan pengajaran kepada anaknya. Berdasarkan
hal tersebut tentunya peran orang tua sangat penting guna menunjang pendidikan
anak di sekolah. Untuk bisa memaksimalkan potensi anak tentu orang tua harus
mengetahui dan bisa menggali potensi yang dimiliki anaknya
Menurut Purba (2023:180) pembelajaran membaca merupakan salah satu aspek
penting dalam pendidikan dasar. Kemampuan membaca yang baik menjadi dasar
bagi siswa untuk memahami materi pelajaran, mengembangkan keterampilan
berpikir, serta menciptakan landasan yang kuat untuk pembelajaran di jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Namun tidak semua siswa mampu menguasai
keterampilan membaca dengan baik, terutama pada tahap permulaan.
Pembelajaran membaca dan menulis yang dilakukan pada jejang sekolah kelas
1 dan 2 SD adalah pembelajaran tahap dasar atau bisa juga disebut sebagai belajar
permulaan, bermacam-macam upaya yang bisa dilakukan untuk siswa agar
mampu membaca dan menulis. Membaca merupakan salah satu aspek dalam
pembelajaran bahasa Indonesia disekolah dasar, membaca dapat membantu
peserta didik dalam memahami pembelajaran lainya. Setiap orang yang akan
belajar membaca terlebih dahulu memasuki tahapan membaca permulaan tahap ini
merupakan tahap awal dalam belajar membaca. Dalam hal ini, membaca
permulaan bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih
rendah. Membaca permulaan merupakan suatu keterampilan awal yang harus
dipelajari atau dikuasai oleh pembaca. Membaca permulaan adalah tingkat awal
agar orang bisa membaca Dalman (dalam Riska 2020: 59).
Peran guru dan orang tua sangatlah penting dalam membantu siswa mengatasi
kesulitan membaca permulaan. Guru sebagai tenaga pendidik di sekolah memiliki
tanggung jawab untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif, memberikan
materi sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, serta memberikan bimbingan
dan dukungan yang tepat. Sementara itu orang tua sebagai pendamping utama
siswa di rumah juga memiliki peran yang tidak kalah penting dalam mendorong
dan membantu siswa dalam melatih keterampilan membaca.
SD Negeri 48 Pekanbaru sebagai salah satu sekolah dasar, melalui wawancara
yang dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2023 mengungkapkan bahwa ada
sebagian siswa yang mengalami kesulitan membaca, dalam menghadapi tantangan
dan mengatasi kesulitan membaca permulaan pada siswa kelas 2. Beberapa siswa
kelas 2 yang mengalami kesulitan dalam membaca mengenai huruf seperti pada
huruf-huruf yang hampir sama contohnya “d” dengan “b”, huruf “p” dengan “q”
atau “g”, huruf “m” dengan “n” atau pun “w”, sulit mengeja bacaan 3 (tiga) huruf
seperti “nya” “nyi“ “nga” “ngi” dan lain-lain, membaca terbata-bata dan sulit
memahami bacaan yang diberikan. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pihak
sekolah, guru dan orang tua untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi
masalah ini, sebab jika masalah seperti ini tidak di selesaikan dengan benar akan
menimbulkan kesulitan belajar pada tingkat yang lebih tinggi.
Beberapa kesulitan yang di hadapi siswa dalam membaca permulaan menurut
Rizkiana (2018:68) yaitu mengenal huruf kesulitannya dalam merangkai susunan
huruf serta membalik huruf yang membuat beberapa huruf terlihat seperti huruf
yang sama contohnya “d” dengan “b” huruf “p” dengan “q” dan lain-lain, ada juga
kesulitan membaca permulaan menurut Masykuri (2019:75-76) dalam
penelitiannya menyebutkan kesulitan membaca permulaan yang di alami siswa
adalah huruf diftong dan huruf konsonan.
Dengan demikian, peneliti ini diharapkan dapat memberika sumbangan
kontribusi yang positif dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajran membaca
siswa kelas 2 SDN 48 Pekanbaru
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang kesulitan membaca permulaan yang dialami siswa
tersebut, dengan judul penelitian “Peran Guru dan Orang tua dalam mengatasi
kesulitan membaca permulaan siswa kelas 2 SDN 48 Pekanbaru”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 SDN 48
Pekanbaru?
2. Bagaimana kesulitan membaca permulaan siswa kelas 2 SDN 48
Pekanbaru?
3. Bagaimana peran guru dalam menangani kesulitan membaca permulaan
siswa kelas 2 SDN 48 Pekanbaru?
4. Bagaimana peran orang tua dalam mengatasi kesulitan membaca
permulaan siswa kelas 2 SDN 48 Pekanbaru?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan utama dalam penelitian ini
ialah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2
SDN 48 Pekanbaru.
2. Untuk mendeskripsikan kesulitan membaca permulaan siswa kelas 2 SDN
48 Pekanbaru?
3. Untuk mendeskripsikan peran guru dan orang tua dalam mengatasi
kesulitan membaca permulaan siswa kelas 2 SDN 48 Pekanbaru.
4. Untuk mendeskripsikan peran orang tua dalam mengatasi kesulitan
membaca permulaan siswa kelas 2 SDN 48 Pekanbaru.
D. Manfaat Penelitian
Ada 2 manfaat dalam penelitian ini yaitu manfaat secara teoritis dan secara
praktis, adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Penelitian di harapkan dapat menambah ilmu pengetahuan di Sekolah Dasar,
terutama hasil dari penelitian ini dapat di jadikan bahan rujukan tentang
upaya dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan yang dialami siswa.
2. Secara praktis
a. Bagi kepala sekolah
Memberikan gambaran tingkat kemampuan membaca siswa, sehingga
dapat memberikan perbaikan proses pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan siswa.
b. Bagi guru
Memberikan gambaran kemampuan membaca siswa, sehingga guru
dapat dengan mudah dan tepat pengatasi permasalahan kesulitan
membaca permulaan yang di alami siswa.
c. Bagi siswa
Memberikan informasi mengenai penyebab dan cara mengatasi
kesulitan membaca permulaan yang dihadapi, dan menjadi pedoman
bagi siswa dalam mengatasi permasalahan kesulitan membaca
permulaan yang mereka alamai sendiri.
d. Bagi orang tua
Orang tua mendapat masukan dalam mengatasi kesulitan membaca
permulaan yang dihadapi anak.
E. Kajian Pustaka
1. Peran Guru dalam Mengatasi Keslitan Membaca Permulaan
a. Pengertian Peran Guru
Dalam kegiatan pendidikan tidak terlepas dari yang namanya peran guru.
Peran adalah pola perilaku tertentu yang menjadi ciri khas setiap orang
dalam pekerjaan atau posisi tertentu, dan peran juga merupakan seperangkat
perilaku yang diharapkan dari seorang individu berdasarkan status sosial
yang diberikan secara formal menurut Saherimiko dkk (dalam
Fakhriansyah, 2021:12).
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan
anak didik. Guru adalah figur seorang pemimpin dan seorang pendidik yang
ditiru. Guru sebagai arsitektur, guru dapat membentuk jiwa dan watak anak
didik. Guru perlu merancang pembelajaran secara menyenangkan. Menurut
Djamarah (dalam Sintha (2022:33) guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak
didik, baik secara individual maupun klasikal, baik internal sekolah maupun
eksternal sekolah.
Menurut Usman (dalam Audia 2021:7) peran guru secara umum adalah
tugas pendidikan yang meliputi pengajaran, pembelajaran dan pelatihan.
Peran guru yang bertanggung jawab di sekolah adalah menjadi orang tua
kedua bagi siswanya, menginspirasi empati dan empati siswanya, dan
memotivasi mereka di kelas mana pun.
Dari pernyataan di atas maka dapat di simpulkan peran guru adalah
individu yang bertugas mengajar, melatih dan mendidik yang memiliki rasa
tanggug jawab atas kecerdasan kehidupan anak didik dan merupakan orang
tua kedua yang dapat contoh.
b. Fungsi Peran Guru
Kegiatan yang ada di sekolah akan selalu melibatkan guru dalam
prosesnya begitupun dengan masalah membaca, menurut Dewashanty dkk
(2023:13) kesulitan membaca permulaan yang dialami oleh siswa tidak
dapat dibiarkan begitu saja, sangat dibutuhkan perhatian khusus dari
seorang guru, guru merupakan orang yang bertanggung jawab atas
kemampuan belajar siswa di sekolah, berikut adalah beberapa fungsi guru di
setiap perannya dalam proses belajar:
1) Guru sebagai pendidik
2) Guru sebagai pengajar
3) Guru sebagai sumber belajar
4) Guru sebagai fasilitator
5) Guru sebagai pembimbing
6) Guru sebagai demonstrator
7) Guru sebagai pengelola
8) Guru sebagai penasehat
9) Guru sebagai inovator
10) Guru sebagai motivator
11) Guru sebagai pelatih
12) Guru sebagai elevator
Menurut Munawir (2022:9) fungsi guru ada 3 yaitu :
1) Fungsi instruksional
Guru sebagai pengajar, seorang pengajar perlu membuat membuat
program mengajar. Kemudian melaksanakan program yang telah di buat
dan melakukan penilaian. Guru juga harus menguasai materi, strategi,
dan metode yang di gunakan serta menentukan alat evaluasi.
2) Fungsi educational
Guru disini mengarahkan siswa-siswanya memiliki kepribadian yang
baik dan mulia, membuat setiap siswanya untuk berpikir terbuka dan
dewasa. Guru juga diharapkan memiliki kestabilan emosi, rasa tanggung
jawab, realistik, jujur dan peka terhadap perkembangan siswa.
3) Fungsi managerial
Di dalam kelas guru guru bertindak sebagai manjer yang bertanggung
jawab atas lingkungan kelas, contoh yang baik dalam menjaga
kebersihan kelas. Dengan begitu guru menunjukan cara yang efektif
dalam belajar serta mengembangkan kebiasaan bekerja.
Jika semua peran ini di terapkan dan di penuhi dengan benar dalam
proses pembelajaran, maka akan memperkecil kemungkin siswa mengalami
kesulitan belajar khususnya membaca. Maka dari itu pentingnya guru
menjalankan peran sebagai guru di sekolah adalah dapat mengatasi kesulitan
kesulitan belajar yang muncul saat proses pembelajaran. Contohnya guru
mengetahui kemampuan setiap siswanya, mengetahui pengebab kesulitan
itu muncul dan mengetahu cara yang tepat untuk menanganinya
c. Manfaat peran guru
Guru dapat mengatasi setiap masalah yang ada di sekolah dengan
menjalankan perannya dengan baik, menurut Rahma (2023:408) peran guru
sebagai pengajar dapat menjadi upaya dalam mengatasi kesulitan membaca
permulaan, contohnya guru menggunakan metode dan media pembelajaran
yang menarik dan efektif dengan bantuan gambar akan sangat memudahkan
siswa dalam mengenal huruf.
Menurut Undhiyanasari (2019:389) peran guru sebagai pembimbing dan
pelatih dapat memberikan program khusus pelatihan membaca ataupun
membaca remedial dimana program ini mengacu pada pemberian remedial
kepada anak yang mengalami kesulitan membaca. Guru juga memberikan
perhatian lebih kepada siswa yang mengalami kesulitan membaca.
Dapat di simpulkan teori tersebut telah memberikan informasi mengenai
peran guru dan manfaat dari peran guru sebagai pengajar, pembimbing dan
pelatih membuat guru mampu mengatur program yang harusnya ada dan
membuat suatu proses membelajaran menjadi lebih berkesan dan efektif.
d. Pentingnya peran guru dalam membantu siswa mengatasi kesulitan
membaca permulaan
Membaca permulaan merupakan kemampuan dasar namun masih saja di
temukan siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasainya, guru
sebagai pendidik di sekolah tentu ambil bagian dalam mengatasinya,
menurut Rosyid & Mawar (2018:65) untuk menjalankan perannya, seorang
guru tentunya harus memiliki beberapa kualifikasi akademik, salah satunya
adalah kompetensi. Guru juga mempunyai peran yang sangat penting dalam
hal proses belajar mengajar karena guru harus membimbing siswa belajar
secara maksimal. Jadi peran guru untuk mengatasi siswa yang kesulitan
belajar membaca dengan cara memberi motivasi dan pengarahan serta
mendampingi dan memberi perhatian khusus. Pada tingkat membaca
permulaan, siswa belum memiliki kemampuan membaca yang
sesungguhnya, tetapi masih pada tahap belajar untuk memperoleh
ketrampilan baca dan tulis. Melalui membaca permulaan siswa akan
memperlajari mengenai lambang tulisan, huruf, penguasaan kosakata, dan
memberi arti.
Menurut Dewashanty dkk (2023:13) peran guru dalam kesulitan
membaca permulaan adalah guru harus mengetahui aspek apa yang menjadi
penghambat peserta didik dalam pembelajaran membaca permulaan.
Kesulitan yang dialami peserta didik bermacam-macam antara peserta didik
yang satu dengan peserta didik yang lain tidaklah sama. Sehingga faktor
penghambat dalam pembelajaran membaca permulaan peserta didik penting
untuk diketahui.
e. Strategi pengajaran yang dapat dilakukan guru untuk membantu
siswa mengatasi kesulitan membaca permulaan
Menurut Juhaeni (dalam Nurul 2023:132) guru dapat menemukan dan
menerapkan beberapa strategi yang berkaitan dengan kondisi dan
karakteristik siswa dalam mengatasi permasalahan kesulitan membaca
permulaan yang terjadi. Strategi yang dilakukan oleh guru tentunya
memiliki tujuan untuk meminimalisir dan mengatasi kesulitan membaca
permulaan pada siswa, diantaranya:
1) Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh
guru dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa. Dalam
bimbingan belajar guru memberikan bimbingan belajar membaca secara
khusus kepada siswa yang mengalami kesulitan membaca permulaan.
Pada proses bimbingan belajar membaca, guru berusaha menciptakan
suasana pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa.
2) Perhatian dan Motivasi Siswa
Salah satu strategi guru dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan
pada siswa yaitu memberikan perhatian dan motivasi secara khusus
pada siswa. Strategi yang dilakukan oleh guru ini dapat membangkitkan
semangat dan minat siswa dalam belajar membaca.
Strategi guru merupakan tindakan nyata yang dilakukan oleh guru dalam
mengajar melalui suatu cara tertentu. Adapun hasil dari memberikan
perhatian secara khusus dan motivasi siswa dapat membangkitkan semangat
dan minat belajar siswa dalam membaca.
Menurut Mentari (2021:165) strategi pembelajaran merupakan prosedur
atau serangkaian yang dirancang oleh guru untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas. Berikut
ini berbagai strategi mengajarkan kegiatan membaca kepada anak:
1) Membaca buku cerita bergambar (big book). Tunjukkan judul buku
kepada anak, ajak anak menebak isi buku berdasarkan gambar sampul
kemudian bacakan cerita dengan intonasi yang jelas seraya
menunjukkan tulisan kepada anak.
2) Mengajak anak bermain mencari huruf yang telah ditentukan guru.
3) Mengajak anak menebak kata yang memiliki bunyi suku kata yang
berawalan sama seraya menunjukkan huruf atau penggelan suku kata,
misalkan mencari kata yang berawalan “ma”.
4) Mengenalkan anak huruf atau kata dan menuliskan kembali huruf atau
kata yang telah didengar anak.
5) Bermain Puzzle dapat digunakan sebagai salah satu untuk mengajarkan
membaca pada pada anak.
6) Kegiatan bermain mencari kata dan dihubungkan dengan benda yang
ada di sekitar.
7) Mencari jejak, mengajarkan membaca pada anak usia dini bisa
dilakukan dengan kegiatan mencari jalan huruf menuju gambar atau
kata yang sesuai perintah. Misalkan membuat jalan dari huruf “a”
menuju kata atau gambar apel. Kegiatan mencari jejak ini dapat
menggunakan lembar kerja atau melalui media lain dalam bentuk tiga
dimensi.
8) Bermain memasangkan gambar dengan tulisan. Dalam kegiatan ini
dibutuhkan gambar buah-buahan dan tulisan nama buah-buahan.
Sebelum kegiatan bermain dilakukan guru sebaiknya melakukan tanya
jawab tentang buah-buahan dan menyebutkan berbagai jenis
buahbuahan. Kemudia guru mengadakan teka-teki tentang buah-
buahan, menunjukkan tulisannya lalu anak mencari tulisan dan gambar
buahbuahan.
9) Mengucap syair, guru mengajak anak mengucap syair sambal
menunjukkan kata-katanya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
mendengarkan syair melalui tape atau laptop dan guru menunjukkan
kata-kata melalui kartu, papan tulis atau media lain.
10) Di era Pendidikan 4.0 ini guru sebaiknya juga menggunakan teknologi
dalam menyampaikan kegiatan membaca kepada anak. Menurut Herlina
(2019:186) menyatakan komputer media modern yang dapat digunakan
untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Perangkat lunak
yang bisa digunakan untuk menciptakan gambar dan tulisan akan
memperluas penggunaan simbol grafis dan alfabet pada anak. Perangkat
lunak yang berisi cerita animasi akan memperluas pemahaman
pendengaran anak. Perangkat lunak alfaber akan memudahkan anak
untuk mempelajari huruf alfabet. Keyboard komputer juga membantu
anak-anak mempelajari hurud alfabet.
Tujuan dalam penggunaan strategi pada proses pembelajaran untuk
menciptakan suasana kegiatan pembelajaran yang kondusif sehingga dapat
mengatasi kesulitan membaca permulaan.
2. Peran Orang Tua
a. Pengertian Peran Orang Tua
Orang tua adalah faktor dari luar yang memengaruhi hasil belajar siswa.
Anak merupakan tanggung jawab orang tua, maka dari itu orang tua harus
berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Menurut
Faizi (2018:11) orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab
terhadap masa depan anak-anak mereka. Orang tua lah yang melahirkan,
merawat, membiayai, dan terlebih lagi mendidik anak-anak mereka. Lebih
lengkapnya, Verkuyl (dalam Ahmadi 2019:227) mengemukakan bahwa
tugas dan panggilan orang tua yang pertama adalah mengurus keperluan
materi anak seperti memberi makan, tempat perlindungan, dan pakaian
kepada anak. Yang kedua adalah menciptakan suatu “home” untuk anak
yang berarti anak dapat berkembang subur dalam keluarga, merasakan
kemesraan dan kasih sayang. Kemudian yang ketiga adalah memberikan
pendidikan yang merupakan tugas terpenting orang tua terhadap anak-
anaknya.
Stegelin dan Hartle (2019:87) menjelaskan bahwa orang tua adalah
seseorang yang mendampingi dan membimbing semua tahapan
pertumbuhan anak, yang merawat, melindungi, mengerahkan kehidupan
baru anak dalam setiap tahapan perkembangannya. Menurut Lestari
(2019:153) peranan orang tua adalah cara-cara yang digunakan oleh orang
tua terkait erat dengan pandangan orang tua mengenai tugas-tugas yang
mesti dijalankan dalam mengasuh anak
b. Manfaat Peran Orang Tua
Di samping perhatian, dorongan dan pelatihan dari lingkungan, perlu ada
motivasi pada anak. Sementara itu di dalam proses pengasuhan, pembinaan
dan pendidikan terdapat beberapa masalah yang dapat menimbulkan
kesulitan dalam pengasuhan anak.
Pola asuh adalah suatu cara orang tua untuk menjalankan perannya bagi
perkembangan anak selanjutnya dengan memberikan bimbingan dan
pengalaman serta memberikan pengawasan agar anak mampu menghadapi
kehidupan di masa depan dengan sukses. Definisi pola asuh orang tua
adalah kemampuan suatu keluarga atau rumah tangga dan komunitas dalam
hal memberikan perhatian, waktu, dan dukungan kepada anak usia dini
untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikis, dan sosial menurut Berger
(2018:65). Pola asuh juga sebagai sebuah proses yang merujuk pada
serangkaian aksi dan interaksi yang dilakukan oleh orang tua untuk
mendukung perkembangan anak. Pentingnya orang tua peka terhadap
pendidikan anak akan memberika manfaat bagi proses belajarnya dan masa
depannya.
c. Fungsi Peran Orang Tua
Orang tua harus mampu menyediakan alat-alat belajar untuk memotivasi
anak dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Slamet (2018:53)
berpendapat bahwa: “anak yang sedang belajar juga membutuhkan fasilitas
belajar seperti ruangan belajar, meja, kursi, buku-buku, dan alat tulis. Bila
orang tuanya dapat menyediakan alat-alat untuk menunjang kelancaran
dalam belajar, maka anak tersebut dapat belajar dengan baik dan prestasi
anak pun dapat meningkat karena tidak ada alasan lagi untuk mereka malas
belajar. Menurut Munandar (2019:47) pendidik terutama orang tua perlu
menciptakan iklim yang merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif
anak, serta menyediakan sarana prasarana.
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka fungsi peran orang tua itu
memastikan bahwa anaknya sehat dan memenuhi segala sarana dan
prasarana kehidupannya termasuk dalam belajar. Sangatlah menentukan
bagi keberlangsungan kehidupan anak itu sendiri kedepannya. Pada
lingkungan keluarga peran keluarga dalam menciptakan budaya baca bagi
siswa dapat dipupuk melalui kebiasaan orang tua yang senang membaca.
d. Pentingnya peran orang tua dalam membantu mengatasi kesulitan
membaca permulaan
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak,
karena keluarga, terutama orang tua, adalah lingkungan serta orang yang
pertama tama dikenal oleh anak. Dengan demikian pendidikan dasar
sejatinya merupakan tanggung jawab orang tua. Lingkungan keluarga atau
orang tua memiliki peranan penting dalam hal pengajaran dan perlindungan
anak,dari mulai anak lahir sampai dengan masa remaja. Menurut Mardiani
(2020: 30) orang tua pengaruh besar terhadap keberhasilan belajar, karena
sebagai tempat pendidikan yang utama siswa. Biasanya pengaruh hubungan
keharmonisan keluarga, pola asuh orang tua dan komunikasi dengan
lingkungan sekitar siswa. Sedangkan faktor yang dominan yaitu lingkungan
sekolah yang menjadi faktor kedua yang turut mempengaruhi tingkat
prestasi belajar siswa di sekolah. Jika kedua faktor tersebut dapat dibangun
berjalan bersama-sama dengan baik maka perkembangan potensi dalam diri
siswa akan lebih optimal.
Hubungan dalam anak dan orang tua yang saling menghormati dengan
jalinan komunikasi yang akrab dan kasih sayang di antara anggota keluarga,
ayah-ibu, anak serta anggota keluarga lainnya sesuai dengan fungsi yang
harus dijalankan masing-masing. Menurut Munandar (2019:44) mengasuh,
membina, dan mendidik anak di rumah merupakan kewajiban bagi setiap
orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak. Dengan menjaga dan
melindungi serta menanamkan rasa kasih sayang kepada anak-anaknya
tersebut dibekali dengan rasa kasih sayang terhadap sesamanya.
Ada tiga jenis sikap orang tua dalam keluarga menurut Suherrman
(2019:46) yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu sikap
otoriter, sikap liberal, dan demokratis. Sejalan dengan pendapat ahli di atas
maka orang tua itu harus memiliki kontrol yang tepat di dalam melakukan
pembinaan atau pengawasan terhadap anaknya sehingga sikap yang dimiliki
orang tua dapat berpengaruh dengan positif terhadap perkembangan anak
didik itu sendiri.
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan pentingnya peran orang tua
dalam kesulitan membaca yang dialami anak memang sangat penting untuk
mencapai keberhasilan pembelajaran membaca faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan membaca siswa merupakan suatu hal yang
perlu mendapat perhatian baik dari orang tua maupun guru sehingga
pembelajaran membaca permulaan dapat berhasil dengan baik. Karena
orang tua merupakan pendamping dan pembimbing pertama pada anak, pola
asuh yang di terapkan orang tua memiliki tujuan agar sang anak siap dan
mampu untuk menghadapi kehidupan di masa depan, tahapan-tahapan yang
di lakukan orang tua pada anak akan melatih fisik psikis dan mental sosial
mereka.
e. Strategi yang dapat di lakukan oarang tua untuk membantu siswa
mengatasi kesulitan membaca permulaan
Orang tua adalah faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca
permulaan, dan untuk mengatasi kesulitan membaca permulaan pada anak
orang tua harus memiliki stategi yang efektif. Menurut Asmawati (2015:9)
ada zaman teknologi digital saat ini, permainan elektronik ada di sekitar
anak usia dini. Komputer tablet banyak menyajikan aplikasi permainan
online untuk anak-anak. Orang tua harus mampu memanfaatkan peralatan
digital elektronik tersebut untuk mengenalkan kemampuan membaca
permulaan pada anak usia 4-5 tahun. Menurut. Berdasarkan Standar Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) tersebut, orang tua diharapkan
mampu mendampingi dan menstimulasi kemampuan membaca permulaan
anak usia dini melalui komputer tablet dengan program Bailey’s Book
House sesuai dengan tahapan yang jelas, sistematis, dan dapat diikuti oleh
anak usia 4-5 tahun.
Menurut Asmonah (2019:32) strategi-strategi yang harus di terapkan
orang tua di rumah sebagai berikut:
1) Memberikan kegiatan pengulangan membaca
Kegiatan ini bisa di lakukan orang tua sendiri atau pun memanggil guru
membaca atau memasukan anak dalam kelas membaca tambahan di
luar jam sekolah. Ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
membaca dan mengingakan kembali pembelajaran yang telah lalu.
2) Memberikan mainan yang melatih anak untuk mengenal huruf
Setelah dari sekolah rumahlah yang menjadi tujuan anak, rumah
menjadi tempat beristirahat dan mermain, disinilah orang tua harus
pandai dalam memilih mainan untuk anak, disarankan memilih mainan
yang memiliki unsur edukasi, seperti kartu huruf, pazzel huruf, poster
berwarna dengan huruf dan lain-lain.
3) Membiasakan anak untuk membaca
Orang tua harus peka terhadap apa yang dilakukan anaknya, contoh
kebiasaan yang dapat dilakukan adalah membaca buku cerita, sebelum
tidur membaca buku cerita penghantar tidur, kebiasaan ini dapat
membuat anak kecanduan untuk membaca dan mendengar cerita.
Sehingga akan ada kebiasaan membaca dalam kegiatan sehari-hari
Dari informasi diatas dapat disimpulkan bahwa startegi yang dilakukan
orang tua merujuk pada pemberian fasilitas yang bertujuan terjadinya
kebiasaan di rumah yang berhubungan dengan bacaan, seperti memberi
mainan yang mengulang dan mengembangankan pengetahuan mereka
tentang bacaan.

3. Kemampuan Membaca Permulaan


a. Definisi Membaca
Membaca merupakan dasar dalam pendidikan, menurut Harianto
(2020:2) membaca adalah proses berpikir yang termasuk di dalamnya
memahami, menceritakan menafsirkan arti dari lambang-lambang tertulis
dengan melibatkan penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin, dan ingatan.
Menurut Tarigan (2018:7) membaca merupakan kegiatan mengubah tulisan
atau cetakan menjadi bunyi-bunyi yang bermakna.
Menurut Elendiana (2020:56) membaca adalah kegiatan yang
memperoleh pengetahuan dan ilmu baru serta mendapatkan manfaat apa
yang telah dipahami isi dari tulisan dan kata-kata yang terdapat dalam
bacaan. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa membaca adalah proses berfikir yang melibatkan
lambang-lambang yang mengubahnya kedalam bunyi-bunyi yang bermakna
yang betujuan memperoleh pengetahuan dengan memahami sebuah tulisan
yang tersusun dari beberapa kata
b. Kemampuan Membaca Permulaan
Keberhasilan sekolah hampir selalu bersinonim dengan keberhasilan
membaca, atau tepatnya keberhasilan siswa menguasai keterampilan
membaca. Menurut Munandar (dalam Tjoe 2018:21) kemampuan
merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari
pembawaan atau latihan. Anak memiliki rasa ingin tahu secara alamiah,
merupakan mahluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, dan merupakan masa
yang paling potensial untuk belajar. Kemampuan membaca merupakan hal
yang sangat penting dimiliki oleh seorang anak. Dengan kemampuan ini
anak dapat lebih mudah mempelajari dan menguasai bidang ilmu lainnya.
Pembelajaran bahasa khususnya membaca sangatlah penting.
Menurut Burns (dalam Ariati 2018:3) mengemukakan bahwa
kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital sebab setiap aspek
kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Sehingga tidak ada salahnya
dalam pendidikan anak usia diberikan pembelajaran tentang membaca.
Walaupun pada pendidikan anak usia dini tidak dituntut mengharuskan anak
untuk bisamembaca secara lancar setidaknya pada usia tersebut
diperkenalkan membaca permulaan. Setidaknya anak mengenal urutan huruf
sekaligus memahami bentukbentuk dari huruf sehingga memudahkan anak
untuk belajar lancar membaca.
Menurut Weaver (dalam Arianti 2018:8), kemampuan membaca
permulaan adalah keterampilan yang berkembang secara alamiah, spontan,
dengan kekuatan sendiri sesuai perkembangan anak usia dini dalam
mengenal, memahami, menerima, menerapkan, mengevaluasi dan
menciptakan kembali literasi yang didapat.
Membaca permulaan pada intinya merupakan suatu upaya dari orang-
orang dewasa untuk memberikan dan menerampilkan anak pada sejumlah
pengetahuan dan keterampilan khusus dalam rangka mengantarkan anak
mencapai mampu mambaca. Pembelajaran membaca permulaan bertujuan
untuk membangkitkan, membina, dan memupuk minat anak untuk
membaca.
c. Tujuan Membaca Permulaan
Tujuan umum membaca permulaan adalah pemahaman dan dapat
menghasilkan siswa yang lancar membaca. Menurut Slamet (dalam
Muammar, 2020:13-14) tujuan membaca permulaan adalah 1) Agar siswa
mampu memahami dan mengenal cara membaca permulaan dengan baik
dan benar 2) Agar siswa mampu memiliki keterampilan mengubah tulisan
menjadi sebuah kata 3) Agar siswa mampu membaca dengan baik dan benar
4) Meningkatkan keterampilan memahami kata-kata yang dibaca, didengar
atau ditulisnya dan juga mengingatnya siswa dengan baik, dan 5)
Mengajarkan siswa untuk dapat mengetahui arti/makna tertentu dari sebuah
kata dalam sebuah isi bacaan.
Supriyadi (dalam Rahman, 2014:130-131) menungkapkan tujuan
membaca permulaan adalah mengajarkan siswa dari yang tidak bisa
membaca menjadi bisa membaca. Berdasarkan pengertian dari tujuan
membaca permulaan menurut para ahli diatas maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan membaca permulaan adalah agar siswa memiliki kemampuan
dan pemahaman bagaimana teknik membaca permulaan yang baik
sebagaimana dasar agar siswa mampu untuk dapat lanjut pada tahap
membaca lanjut.
d. Manfaat Membaca Permulaan
Adapun manfaat dari membaca permulaan yaitu untuk dapat
mempersiapkan kemampuan membaca siswa untuk ketahap membaca
berikutnya. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Darmiyati dkk
(dalam Muammar, 2020:14) bahwa kemampuan membaca permulaan
menjadi pengaruh besar terhadap kemampuan membaca lanjut siswa.
Menurut Rahma (2023:398) kemampuan membaca permulaan memiliki
manfaat sebagai keterampilan yang mendasari keterampilan berikutkanya.
Dengan ini, maka kemampuan membaca permulaan harus dapat dikuasai
sejak siswa duduk di kelas 1 SD agar dapat mempermudah proses
pembelajaran siswa di semua bidang studi nantinya. Jika siswa tidak dapat
menguasai, maka siswa akan mengalami ketertinggalan dalam mengikuti
materi pembelajaran.
e. Tahapan-Tahapan Membaca Permulaan
Dalam membaca permulaan ada tahap-tahap yang harus di lakukan.
Darwadi (dalam Asmonah, 2019:30-31) mengungkapkan bahwa langkah
pertama dalam melatih kemampuan membaca permulaan yaitu menekankan
pada pengenalan dan melatih mengucapkan atau melafalkan lambang-
lambang bunyi berupa huruf, kata, dan kalimat sederhana. Selanjutnya,
Darmiyati (dalam Muammar, 2020:16) mengungkapkan bahwa membaca
permulaan dapat dilakukan dengan cara bertahap. Adapun tahapannya yaitu:
Pertama, pramembaca. Tahap ini siswa diajarkan 1) Sikap duduk yang baik,
2) cara meletakkan buku di atas meja, 3) cara memegang buku yang benar,
4) cara membalik lembar halaman dengan benar, dan 5) cara melihat tulisan
atau gambar pada buku dengan benar. Kedua, membaca. Tahap ini siswa
diajarkan 1) siswa diminta mengikuti pelafalan dan intonasi kata dan
kalimat sederhana yang di ucapkan guru, 2) siswa di perkenalkan huruf-
huruf yang banyak digunakan dalam kata ataupun kalimat sederhana yang
diketahui siswa.
Pratiwi & Ariawan (dalam Rahma, 2021:398) juga mengemukakan
bahwa tahapan awal membaca permulaan pada siswa yang pertama diawalai
dengan siswa diperkenalkan pada huruf A/a - Z/z serta cara penyebutannya,
selanjutnya siswa akan mengeja suku kata, membaca kata, dan membaca
kalimat pendek. Berdasarkan ungkapan menurut para ahli tersebut maka
dapat di tarik kesimpulan bahwa tahap membaca pada membaca permulaan
hanya berfokus pada pengenalan huruf-huruf dan melatih pengucapan atau
pelafalan pada huruf, kata, dan kalimat sederhana
f. Aspek-Aspek Kemampuan Membaca Permulaan
Berikut ini adalah aspek-aspek kemampuan membaca permulaan
menurut Sri (2021:3302-3304):
1) Aspek mengenal huruf
Aspek ini menilai kemampuan mengidentifikasi huruf. Siswa diminta
untuk menyebutkan huruf-huruf yang disusun secara acak pada lembar
tes yang diberikan. Pada aspek mengenal huruf ini, mayoritas siswa
sudah lancar dalam menyebutkan huruf-huruf. Namun, beberapa siswa
masih mengalami kesalahan dalam menyebutkan beberapa huruf,
seperti AS yang mengalami keraguan ketika membunyikan huruf “p”
dengan “q”, FHR yang ragu membunyikan huruf “d” dengan “b”, dan
MA yang sulit membedakan “m” dengan”n” dan huruf lainnya.
2) Aspek membaca kata
Aspek ini mengukur kemampuan membaca kata-kata yang terpisah.
Siswa diminta untuk membaca kata-kata yang bermakna dengan lancar.
Pada aspek ini, sebagian besar siswa mampu membaca kata dengan
baik. Namun, sebagian lainnya seperti FHR dan JN memperoleh skor di
bawah harapan yaitu pada kategori cukup dan kurang.
3) Aspek membaca kata tak memiliki arti
Aspek ini hampir sama dengan sebelumnya, namun bedanya adalah
kata-kata yang terdapat pada lembar tes merupakan kata-kata yang tak
memiliki arti. Aspek ini merupakan cara lain untuk mengukur
kesadaran fonemik dan pemahaman ortografi siswa. Pada aspek ini,
terdapat sebagian siswa yang mampu membaca kata-kata yang tidak
memiliki arti dengan lancar. Namun, siswa seperti AS, FHR, JN, MA,
RZA, dan ZZM mengalami kesulitan dalam membacanya. Karakteristik
kesulitan tersebut berupa tersendat-sendat, membaca dengan bantuan
guru, penghilangan huruf, dan salah dalam pengucapan kata
4) Aspek kelancaran membaca nyaring dan pemahaman isi bacaan
Pada aspek ini, terdapat lima orang siswa yang tidak dapat mencapai
skor yang diharapkan yaitu CDA, FHR, JN, dan RZA. Kesalahan yang
dilakukan berupa kesulitan dalam membaca kata yang memiliki cukup
banyak suku kata, seperti ‘mempunyai’, ‘seekor’, dan sebagainya.
Selain itu, beberapa dari mereka mengalami kesulitan dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan berdasarkan isi bacaan.
5) Aspek menyimak (pemahaman mendengarkan)
Aspek ini mengukur kemampuan siswa dalam mengikuti dan
memahami cerita yang sederhana. Cerita yang diberikan tidak terdapat
pada lembar tes. Peneliti membacakan cerita tersebut dan siswa diminta
untuk menyimak dengan seksama demi memahami isi cerita dan
mampu menjawab pertanyaan yang diajukan sesuai cerita tersebut. Pada
aspek ini, hampir semua siswa dapat melakukannya dengan baik.
Namun, terdapat beberapa siswa yang terkendala dalam menuliskan
jawaban di lembar jawaban yang disebabkan oleh kemampuan
menuliskan huruf mereka yang masih rendah, seperti FHR, JN, AS,
CDA, dan MA.
Aspek kemampuan membaca permulaan menurut Rohman dkk (dalam
Nurul 2023:126) membaca permulaan di tingkat sekolah dasar mencakup
beberapa tahapan yang harus diterapkan, yaitu tahap pengenalan huruf-huruf
abjad, tahap pengenalan unsur-unsur linguistik, tahap pengenalan hubungan
ejaan dan bunyi serta melancarkan bacaan dengan taraf lambat. Dengan
demikian, tahap awal yang dilakukan dalam pengajaran membaca
permulaan, yaitu siswa dikenalkan huruf-huruf abjad dari A sampai Z sesuai
dengan bunyinya, setelah itu dikenalkan dalam membaca suku kata,
membaca kata, dan membaca kalimat-kalimat yang pendek.
Aspek kemampuan membaca permulaan menurut Nurani dkk (2021:
1465-1468):
1) Aspek kemampuan membaca huruf vokal
Huruf vokal sering disebut juga sebagai huruf hidup. Huruf hidup ini
terdiri 5 buah huruf yaitu A, I, U, E, dan O. dalam aspek ini siswa
diminta dapat membedakan bunyi setiap huruf vokal dengan jelas dan
juga mengenali bentuk huruf vokal dengan tepat.
2) Aspek kemampuan membaca huruf konsonan
Huruf konsonan sering disebut juga sebagai huruf mati. Huruf
konsonan terdiri dari huruf B, C, D, F, G, H, J, K, L, M, N, P, Q, R, S,
T, V, W, X, Y, dan Z. Selain huruf-huruf tersebut, terdapat pula rangkap
huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi konsonan yaitu kh, ng,
ny, dan sy. Pada aspek ini siswa diharapkan tidak lagi bingung untuk
mengenal huruf-huruf yang hampir mirip, siswa di haruskan dapat
membedakan setiap huruf yang ada.
3) Aspek kemampuan membaca suku kata
Suku kata merupakan gabungan dari 1 atau lebih huruf konsonan dan
huruf vocal (atau hanya 1 huruf vocal saja) yang pengucapannya sekali
terucap. Suku kata merupakan rangkaian pembentuk suatu kata. aspek
ini meminta siswa untuk pandai membaca kata yang terdiri dari 3 huruf
atau lebih (tur, lur man dan lain-lain), Membaca suku kata yang terdapat
rangkap konsonan di dalamnya (ng, ny, nga, ngi, nya, nyo dan lain-
lain), Membaca suku kata yang berakhiran konsonan (in, um, et dan
lain-lain)
4) Aspek kemampuan membaca kata
Kata merupakan satuan bahasa yang mempunyai arti atau satu
pengertian. Kata terbentuk dari susunan beberapa suku kata. siswa
dapat membaca gabungan huruf dan suku kata menjadi sebuah kata,
siswa tidak lagi tertukar huruf dalam membaca kata
5) Aspek kelancaran membaca
Aspek ini mengharapkan siswa mampu membaca suatu bacaan dengan
lancar dalam waktu singkat dan dapat memahami isinya, siswa tidak
lagi membaca tersendat dan pelafalannya sudah sebuai dengan bacaan.
Menurut Safari (dalam Pratama dkk 2022:356) mengungkapkan beberapa
aspek yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca siswa, aspek
tersebut antara lain: aspek kebahasaan yang terdiri dari ketepatan
pengucapan/pelafalan, ketepatan penggunaan (nada, irama, pemilihan kata,
ungkapan, istilah, variasi kata, tata bentukan, struktur kalimat, dan majas).
Kedua non kebahasaan (aspek pengungkapan dan aspek penampilan) yang
diantaranya kelancaran, mimik menyampaikan atau berbicara, keberanian,
dan semangat serta kenyaringan suara.
Berdasarkan uraian yang disampaikan dapat disimpulkan bahawa
kemampuan membaca permulaan adalah kemampuan seorang anak dalam
mengenali simbol dan huruf dengan baik yang terdapat di dalam tulisan
untuk dibaca dengan menggunakan suara yang nyaring dalam bentuk huruf,
suku kata, kata, dan kalimat. Membaca dengan tepat lalu membaca dan
memahami apa yang di baca.
4. Kesulitan Membaca Permulaan
a. Definisi Kesulitan Membaca Permulaan
Membaca permulaan merupakan suatu keterampilan awal yang harus
dipelajari atau dikuasai oleh pembaca. Membaca permulaan adalah tingkat
awal agar orang bisa membaca. Menurut Dalman (2020:85) Membaca
permulaan bersifat mekanis yang dianggap berada pada urutan yang lebih
renda.
Membaca merupakan suatu proses yang tidak hanya mengucapkan
tulisan saja, akan tetapi juga melibatkan berbagi aktifitas visual, berpikir,
psikolinguistik dan metakognitif menurut Rafika & Lestari (2020:302).
Menurut Suprani (dalam Riska 2022:59-60) Guru sering kali dihadapi
pada anak yang mengalami kesulitan membaca khususnya di kelas rendah.
Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain: kurang mengenali huruf, membaca
kata demi kata, pemparafase yang salah, miskin pelafalan, penghilangan,
pengulangan, pembalikan, penyisipan, penggantian, menggunakan gerak
bibir, jari telunjuk dan kepala, kesulitan konsonan, kesulitan vocal, kesulitan
kluster, diftong, dan digraph.
Menurut Abdurrahman (dalam Khusna 2019:40) Kesulitan belajar
membaca merupakan suatu sindrom kesulitan dalam mempelajari
komponen-komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan komponen kata-
kata dan kalimat, dan dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan
waktu, arah, dan masa. Penderita disleksia akan kesulitan dalam
mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan, dan mengubahnya menjadi
huruf atau kalimat.
Berdasarkan perbandingan tiga asesmen membaca yang dilakukan oleh
Abdurrahman (dalam Sri 2021:3303) ditemukan bahwa siswa yang
memiliki kesulitan dalam membaca permulaan cenderung melakukan
kesalahankesalahan berupa (a) penghilangan kata atau huruf, (b) penyelipan
kata, (c) penggatian kata, (d) pegucapankata salah, (e) membaca dengan
bantuan guru, (f) pengulangan, (g) pembalikan huruf, (h) kurang
memperhatikan tanda baca, (i) pembetulan sendiri, dan (j) ragu-ragu dan
tersendat-sendat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan kesulitan
membaca permulaan adalah kejadian dimana para siswa mengalami
berbagai kesulitan dalam membaca mulai dari mengenal huruf, mengeja
kata, suku kata dan lain-lain di sebabkan beberapa faktor seperti faktor
internal dan lingkungan, kurangan keterampilan dan pengawasan dari guru
dan orang tua serta terjadi permasalahan pada diri anak itu sendiri, namun
semua itu dapat diminimalisir dengan adanya kolaborasi guru dan orang tua
dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa mulai dari meningkatkan
semangat dan kemampuan anak dalam membaca.
b. Karakteristik Siswa Kesulitan Membaca
Adapun karakteristik siswa kesulitan membaca menurut Westwood
(dalam Marlina, 2019:53-54) yaitu ditandai dengan adanya permasalahan:
lamban membaca, kurang memahami bacaan, sulit mengidentifikasi ide-ide
penting, sulit mengaitkan bahan bacaan, bingung dengan kata yang berbunyi
sama, sulit mengintegrasikan kosakata baru, bingung dengan petunjuk
tertulis, dan tidak mau membaca.
Menurut Vernon (dalam Abdurrahman, 2003:206) mengemukakan 10
prilaku anak kesulitan membaca, sebagai berikut :
1) Memiliki kekurangan dalam penglihatan
2) Tidak mampu menguraikan kata menjadi huruf-huruf
3) Kurang dalam mengingat gambar-gambar
4) Kurang dalam membedakan bunyi bahasa
5) Tidak mengerti akan simbol bunyi
6) Kurang mampu menggabungkan apa yang dilihat dengan apa yang di
dengarkan
7) Sulit dalam mempelajari simbol-simbol ireguler pada bahasa inggris
8) Sulit dalam mengurutkan kata dan huruf
9) Membaca kata per kata
10) Tidak mampu berpikir konseptual.
Berdasarkan ungkapan menurut para ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa ada banyak karakteristik siswa kesulitan membaca yang
dapat menjadi pedoman bagi kita untuk mengetahui karakter siswa-siswa
yang mengalami kesulitan dalam membaca dengan karakter yang paling
utama yaitu lamban dalam membaca
c. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Membaca Permulaan
Fakor utama yang mempengaruhi siswa dalam membaca ialah faktor
Pendidikan, faktor psikologis, dan faktor biologis. Namun menurut
Dradjowidjojo (dalam Lidwina, 2018:13) penyebab utamanya ialah berasal
dari otak. Dengan ini, maka dapat kita ketahui bahwa penyebab kesulitan
membaca pada siswa ada pada otak dan didukung oleh 4 faktor yang
mempengaruhi kemampuan membaca siswa sejalan dengan pendapat Rahim
(dalam Riska 2022:60) Menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
membaca yaitu: Faktor fisiologi, faktor intelektual, faktro lingkungan, faktor
psikologi (motivasi, minat, penyesuaian diri sosio dan emosi).
Menurut Muammar (dalam Hanna 2022:7) Ada empat faktor yang dapat
mempengaruhi siswa dalam membaca permulaan di antaranya:
1) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis berkaitan dengan masalah kesehatan fisik, neurologis,
jenis kelamin, dan kelelahan.
2) Faktor Intelektual
Faktor intelektual berkaitan dengan kemampuan intelegensi siswa untuk
bertindak sesuai target berpikir rasional, dan bertindak efektif di
lingkungannya.
3) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan berkaitan dengan latar belakang siswa dirumah
ataupun sosial ekonomi keluarga siswa.
4) Faktor Psikologis
a) Motifasi diartikan sebagai dodrongan dalam belajar. Dorongan ini
dapat menggerakkan siswa untuk bertindak ke arah yang lebih baik.
b) Minat, berasal dari dalam diri siswa, hal ini berpengaruh besar
terhadap belajar membaca. Jika siswa memiliki minat belajar
membaca yang tinggi maka dapat dipastikan siswa akan cepat bisa
membaca.
c) Kematangan sosial, emosi dan penyesuaian diri.
Pertama, stabilitas emosi, siswa mudah menangis, marah, dan
bereaksi secara berlebihan akan lebih sulit dalam belajar membaca.
Kedua, percaya diri. Siswa yang memiliki rasa percaya diri akan
bisa menyelesaikan tugas membaca pada saat diminta.
Ketiga, kemampuan berpartisipasi dalam kelompok. Siswa harus
dapat aktif dalam kelompoknya untuk mendiskusikan hasil bacaan.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi kesulitan membaca permulaan
menurut Aprilia dkk (dalam Nurul 2023:128-129) yaitu:
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang muncul dari diri siswa itu sendiri
(dalam) seperti:
a) Sikap dan Minat Belajar Siswa
Sikap dan minat belajar siswa pada saat pembelajaran yang suka
bercanda, tidak konsentrasi, dan kurang semangat menjadi
penyebab proses pembelajaran kurang optimal sehingga terjadi
kesulitan membaca permulaan pada siswa.
b) Intelegensi siswa
Kecerdasan dan kemampuan intelektual siswa tentunya berbeda-
beda, bagi siswa yang memiliki intelegensi rendah maka menjadi
penghambat dalam membaca permulaan.
c) Kurangnya kesadaran siswa
Kesadaran akan pentingnya membaca menjadi salah satu faktor
penyebab kesulitan membaca permulaan pada siswa, sering sekali
siswa menganggap membaca merupakan hal yang membosankan.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar biasanya muncul
dari didikan, ajaran, ajakan dari lingkungan sekitar seperti:
a) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang di dapatkan oleh
seorang anak. Membaca permulaan adalah fase sedini mungkin
anak itu di ajarkan membaca, maka dari itu lingkungan keluarga
berperan penting dalam pengenalan membaca permulaan pada anak
dari sedini mungkin, jika orang tua atau lingkungan keluarga
kurang peduli terhadap pendidikan anak tentu menjadi salah satu
penyebab siswa kesulitan membaca permulaan, hal ini
menyebabkan siswa tidak merasa memiliki tanggung jawab
terhadap pembelajaran dan pendidikan yang di tempu. Namun jika
orang tua peduli akan pendidikan anaknya dan mendorong anak
untuk terbiasa membaca dan mengenal huruf maka hal ini akan
menurunkan tinggkat kesulitan membaca permulaan pada anak, hal
ini merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan pengaruh
terhadap kualitas membaca permulaan siswa adalah kepedulian dan
perhatian orang tua terhadap pendidikan anak.
b) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua yang di
dapatkan anak-anak, di sekolah mereka di didik dan belajar banyak
hal. Anak yang tidak tau menjadi tau dan tidak pandai menjadi
pandai begitulah kira-kira yang terjadi di sekolah.
d. Dampak Kesulitan Membaca Permulaan Terhadap Prestasi Belajar
Siswa
Menurut Rafika dkk (dalam Nurul 2022:130-131) kesulitan membaca
permulaan dapat berdampak terhadap tingkat akademik, psikologis siswa,
dan interaksi sosial siswa berikut penjelasannya:
1) Akademik siswa
Munculnya kesulitan membaca permulaan tentunya menjadi
penghambat bagi siswa dalam proses pembelajaran, sehingga
berdampak terhadap prestasi akademik dan hasil belajarnya. Kesulitan
membaca permulaan dapat berkaitan dengan aspek kognitif yang akan
memberikan dampak pada bidang akademik lainnya, terutama dalam
bidang akademik yang memberikan tuntutan kepada siswa untuk bisa
dan mampu membaca. Oleh karena itu, pentingnya kemampuan
membaca permulaan dapat memberikan pengaruh besar terhadap
tingkat akademik siswa yang bisa diketahui dari kemampuan dan hasil
belajar siswa.
2) Interaksi sosial siswa
Bagi siswa yang berkesulitan membaca permulaan, biasanya cenderung
lebih pendiam dan suka menyendiri dari teman-temannya. Selain itu,
berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa teman-teman di
kelasnya juga suka membanding-bandingkan dirinya dengan siswa yang
berkesulitan dalam membaca, sehingga siswa berkesulitan membaca
merasa canggung untuk berinteraksi dengan teman-temannya
(dikucilkan). Perlakuan teman-temannya di kelas yang membanding-
bandingkan atau membeda-bedakan siswa tersebut dengan teman-teman
lainnya membuat siswa merasa terbebani. Dengan demikian, siswa yang
berkesulitan membaca permulaan lebih cenderung diam dan menyendiri
di dalam lingkungannya, hal ini berdampak terhadap rendahnya
interaksi sosial siswa
3) Psikologis siswa
Kesulitan membaca permulaan sangat berpengaruh terhadap psikologis
siswa yang dapat berdampak buruk terhadap kesehatan mental siswa.
Dampak yang ditimbulkan terhadap interaksi sosial siswa memiliki efek
berkelanjutan dengan dampak psikologis siswa, siswa menjadi tidak
percaya diri lalu siswa akan merasa minder dan terbebani. Dengan
demikian, kesulitan membaca permulaan pada siswa sangat berdampak
dan mempengaruhi psikologis siswa.
Menurut Garnida (2018:14) dampak dari anak yang mengalami kesulitan
membaca permulaan akan mengalami kesulitan belajar berikut beberapa
dampaknya sebagai berikut:
1) Individu yang mengalami gangguan dalam suatu proses psikologis
dasar, disfungsi sistem syaraf pusat, atau gangguan neurologis yang
dimanifestasikan dalam kegagalan-kegagalan nyata dalam: pemahaman,
gangguan mendengarkan, berbicara, mengeja, berpikir, menulis,
berhitung, atau keterampilan sosial.
2) Kesulitan belajar dapat dialami oleh siapa saja, mulai dari siswa yang
berkecerdasan rata-rata sampai yang memiliki intelegensi tinggi.
3) Kesulitan belajar dapat berdampak negatif tidak saja dalam penguasaan
prestasi akademik, tetapi juga perkembangan kepribadiannya.
4) Kesulitan belajar yang dialaminya bukanlah sesuatu yang menetap,
sebab intervensi dini dan pendekatan profesional secara terpadu dapat
menangani kesulitan belajar yang mereka hadapi.
Dari penjelasan di atas kesulitan membaca permulaan menumbulkan
banyak sekali kerugian yang dialami anak mulai dari akademik siswa seperti
perstasi yang rendah, kegiatan sosial siswa contohnya dalam bergaul dengan
teman di kelas dan mental siswa, namun semua itu bukan merupakan
sesuatu yang menetap. Menurut Kurni (dalam Nurul 2023:126) Seorang
siswa diharapkan dapat memiliki pembimbing berupa guru dan orang tua
yang memiliki keterampilan serta strategi pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan siswa yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi. Maka,
kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian khusus
dari guru dan orang tua, maka dari itu peran guru dan orang tua sangatlah
penting untuk menangani masalah ini.
F. Kajian yang Relevan
Tinjauan hasil penelitian yang relevan dijadikan sebagai alat untuk melakukan
studi. Selain itu dapat berfungsi sebagai penguat argumen dengan membuat
perbandingan dengan penelitian sebelumnya, baik dari segi keuntungan
ataupun kerugian pada saat itu. Oleh karena itu penulis memilih beberapa
penelitian yang berkaitan dan yang akan mendukung sesuai dengan judul yang
dibahas, diantaranya sebagai berikut:
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Azkiya 2023 dengan judul “ Strategi
guru dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa kelas III SDN
Duri Kepa 03 Jakarta Barat”. Dari hasil penelitian ini dapat di simpulkan
bahwa ada masing-masing strategi yang di lakukan guru untuk setiap
karakteristik kesulitan membaca permulaan mulai dari memberi bimbingan
memberi motifasi, lalu metode mengeja, mengulang pengenalan huruf,
strategi dikte dan lain-lain.
Persamaan penelitian terdahulu dilihat dari strategi yang digunakan guru,
perbedaannya adalah penelitian terdahulu ditujukan pada guru disekolah,
sedangkan penulis meneliti bagaimana kemampuan membaca permulaan
siswa dan peran guru serta orang tua.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Mitra Rahma 2021 dengan judul “ Analisis
Kesulitan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar”. Dari hasil
penelitiannya kesimpulan yang di dapatkan adalah keterampilan membaca
permulaan siswa kelas 1A dapat di katakan belum baik di karenakan masih
banyaknya siswa yang mengalami kesulitan membaca permulaan.
Persamaan penelitian terdahulu dilihat dari adanya upaya yang di lakukan
guru dan orang tua serta membahas berbagai faktor yang menyebabkan
kesulitan membaca permulaan, perbedaannya adalah penelitian terdahulu
membahas mendalam berbagai kesulitan membaca sedangkan penulis
meneliti lebih dalam pearan guru dan orang tua serta dampak dari
kesulitan membaca permulaan
4. Penelitian yang dilakukan oleh Yoga Adi Pratama 2022 dengan judul
“Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca
Permulaan Di Sekolah Dasar” dari hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa peran orang tua sangat penting dalam kemampuan
membaca permulaan anak.
Persamaan penelitian terdahulu di lihat dari berbagai peran dan strategi
yang di lakukan orang tua mulai dari pengenalan anak dalam kegiatan
membaca, mengenal huruf dan bersuara nyaring. Perbedaan penelitiatian
terdahuli di lihat dari metode SAS (struktur Analitik Sintetik).
G. Kerangka Berfikir
Membaca permulaan merupakan kemampuan membaca yang ditekankan
pada siswa kelas permulaan yaitu siswa kelas 1 dan 2. Tujuan membaca
permulaan yaitu agar siswa mampu membaca kata dan kalimat sederhana
dengan baik dan benar. Tinggakat kemampuan membaca siswa kelas 2 sd 48
pekanbaru sudah cukup bagus ada 5 siswa dari 32 orang siswa yang mengalami
kesulitan membaca permulaan. Kesulitan yang di alami siswa ini disebabkan
masih adanya siswa yang tidak mengenal huruf, sulit membedakan huruf “P
dan R”, “O dan Q”, dan huruf “W dan M”, membaca terbata-bata, sulit
memahami huruf diftong, dan kesulitan dalam mengeja.Dengan kondisi seperti
ini, peneliti tertarik untuk mendeskripsikan Kesulitan membaca permulaan
siswa kelas 2A SD 48 Pekanbaru. Adapun alur kerangka berpikir dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Kesulitan membaca permulaan yang dialami
siswa kelas 2 A SD 48 Pekanbaru

Siswa tidak mengenal huruf, sulit dalam membedakan


huruf yang bentuknya hampir mirip seperti huruf “P dan
R”, “O dan Q”, dan huruf “W dan M”, membaca terbata-
bata, sulit memahami huruf diftong, dan sulit dalam
mengeja.

Tes membaca permulaan

Kesulitan membaca Dampak yang ditimbulkan


permulaan yang dialami kesulitan membaca
siswa. permulaan pada siswa

Mengetahui upaya guru dan strategi


orang tua yang tepat dalam mengatasi
kesulitan membaca permulaan siswa
kelas 2 A SD 48 Pekanbaru
H. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan &
Biklen (dalam Rahmat, 2019:2-3) penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian yang akan menghasilkan data yang bersifat deskriptif berupa
ucapan atau tulisan sesuai dengan pengamatan perilaku-perilaku orang.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan studi kasus.
Rahmat (2019:6) berpendapat studi kasus adalah permasalahan yang
memiliki batasan yang terperinci, pengambilan data yang mendalam dan
mencantumkan sumber informasi. Peneliti akan menggali data dari 3 siswa
kelas 2 yang mengalami kesulitan membaca permulaan untuk memperoleh
kesulitan-kesulitan apa saja yang dialami siswa kelas 2 SDN 48 Pekanbaru.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 48 Pekanbaru yang berada di Jl.
Teungku Bey, Simpang Tiga, Kec. Bukit Raya, Kota Pekanbaru Prov, Riau.
Penelitian ini dilakukan di semester 1 selama 2 minggu. Peneliti memilih
SDN 48 Pekanbaru sebagai tempat penelitian karena sebelumnya peneliti
telah melakukan wawancara pra riset pada guru kelas sebagai dasar adanya
pemasalahan guna diterapkannya SDN 48 Pekanbaru sebagai tempat untuk
peneliti melakukan penelitian.
3. Prosedur penelitian
Penelitian ini dimulai dari peneliti yang melakukan wawancara pra riset
mengenai kesulitan membaca permulaan siswa kelas 2 SDN 48 Pekanbaru.
Untuk melihat prosedur penelitian ini dapat di lihat pada gambar di bawah
ini:
Siswa kelas 2 A mengalami
kesulitan membaca

Perumusan masalah

Kesulitan Dampak Solusi

Instrumen
(alat pengumpulan data)

Test Obserfasi Wawancara Dokumentasi


a

Analisis data
(menggunakan model miles and huberman)

Reduksi Data Menyajikan Data Penarikan


Kesimpulan

Hasil penelitian

(mendeskripsikan kesulitan membaca permulaan siswa,


dampak, peran orang tua dan guru dalam mengatasi kesulitan
membaca permulaan yang dialami siswa)
5. Data dan Sumber Data
a. Data
Ada 2 jenis data dari penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder,
data primer dalam penelitian ini berasal dari wawancara yang di
lakukan peneliti dengan walikelas 2 SDN 48 Pekanbaru, mecatat hasil
wawancara guna menjadi sampel dalam penelitian, sedangkan data
sekunder diperoleh dengan membaca data yang sudah ada, melihat
maupun mendengar, ada pun data sekunder dari penelitian ini yaitu
cacatan guru tentang kemampuan membaca permulaan siswa, nilai
ulangan dan nilai ujian dan proses belajar.
b. Sumber Data
Informasi atau data yang di dapat berasal dari sumber data, ada pun
sumber data dari penelitian ini berasal dari guru kelas dan 3 siswa kelas
2 A SDN 48 Pekanbaru.
6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
yaitu menggunakan instrumen tes, wawancara, observasi dan dokumentasi.
Adapun uraian penjelasannya sebagai berikut:
a. Test
Test yang di lakukan bertujuan mengetahui hasil membaca siswa
setelah mengikuti proses belajar mengajar. Test yang diberikan berupa
test membaca huruf, membaca suku kata, membaca kata, membaca
kalimat sederhana dan membaca teks pendek. Setelah dilakukan test
membaca permulaan pada siswa maka nantinya peneliti dapat
kengetahui kemampuan membaca yang di miliki siswa yang
berpedoman pada instrumen penilaian test kemampuan membaca
permulaan.
b. Wawancara
Sebelumnya peneliti telah melakukan wawancara yang dilakukan oleh
guru walikelas 2 SDN 48 Pekanbaru dan itu berisikan keterangan yang
akan menjadi suatu alat yang dapat menjadi pembukti. Teknik
wawancara yang di lakukan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam, teknik ini dilakukan peneliti untuk memperoleh keterangan
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
(penanya) dengan narasumber (penjawab). Peneliti menggunakan
instrument berupa bedoman wawancara dengan tujuan untuk
mengetahui faktor penyebab dan cara mengatasi kesulitan membaca
permulaan siswa kelas 2 SDN 48 Pekanbaru. Adapun narasumbernya
yaitu guru kelas 2 SD 48 Pekanbaru dan 3 siswa kelas 2 dari SD 48
Pekanbaru.
c. Observasi
Observasi di lakukan agar peneliti mendapatkan gambaran nyata
perilaku atau kejadian, sebagai jawaban dari pertanyaan, dapat mengerti
perilaku-perilaku manusia, dan sebagai evaluasi dengan menjadikan
ukuran terhadap aspek tertentu untuk dapat dilakukan tindakan umpan
balik terhadap pengukuran tersebut. Dalam penelitian ini instrumentnya
yaitu pedoman observasi. Dimana peneliti nantinya akan mengamati
kesulitan membaca permulaan pada 3 siswa kelas 2 SDN 48 Pekanbaru
dan upaya yang dilakukan guru kelas dalam mengatasi kesulitan
membaca permulaan.
d. Dokumentasi
Dokumentasi menjadi penguat sebuah fakta dan data. Dalam penelitian
ini instrumentnya yaitu lembar test, foto kegiatan, catatan kemampuan
membaca siswa awal masuk sekolah, nilai ulangan tema (UT) mata
pelajaran Bahasa Indonesia, nilai UAS mata pelajaran Bahasa
Indonesia, hasil wawancara yang di lakukan dengan guru kelas dan
siswa kelas 2 SDN 48 Peknabaru.
7. Keabsahan Data
Ada empat macam tingkatan triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan kebasahan data yaitu Triangulasi sumber, triangulasi teknik,
triangulasi waktu, dan triangulasi teori, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber yaitu peneliti diarahkan mengumpulkan data
dari berbagai sumber. Dengan ini nantinya peneliti akan mengecek
data hasil test kemampuan membaca permulaan siswa, hasil
wawancara siswa, hasil observasi siswa dan hasil dokumentasi siswa,
kemudian membandingankannya guna melihat perbedaan kesulitan
membaca permulaan yang dialami siswa, kemudian peneliti melihat
hasil wawancara guru kelas sebagai penguat tentang kesulitan
membaca permulaan siswa kelas 2 SDN 48 Pekanbaru.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik yaitu cara membandingkan data dari cara yang
berbeda, dimana peneliti menggunakan 4 teknik yaitu test, observasi,
wawancara dan dokumentasi yang dilakukan pada siswa kelas 2 dan
guru kelas 2 SDN 48 Pekanbaru.
c. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu yaitu cara memperoleh data dari waktu ke
waktu. Dimana peneliti memperoleh data test, observasi, wawancara,
dan dokumentasi pada siswa dan guru kelas tidak hanya dalam 1
waktu tetapi dari beberapa waktu.
8. Teknik Analisi Data dan Interprestasi Data
Miles & Huberman (dalam Nugrahani, 2020: 173) ada tiga
komponen yang harus ada dalam penelitian kualitatif adanya hubungan
antara ketiga komponen tersebut harus di komperasikan untuk dapat
menentukan arah isi simulan guna hasil akhir penelitian. Adapun 3
komponen dalam Teknik analisis data model ini yaitu reduksi data, sajian
data, dan penarikan kesimpulan / verifikasi.
a. Reduksi Data
Pada reduksi data peneliti memilih atau menyeleksi, memusatkan
perhatian, menyederhanaan, dan pengabstraksian dari semua informasi
yang mendukung data penelitian yang didapatkan dan dicatat selama
proses penggalian data di lapangan dilakukan. Proses reduksi
dilakukan terus-meneres selama penelitian berlangsung dan
pelaksanaannya dimulai sejak penelitian memilih kasus yang diangkat.
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah kumpulan informasi yang dapat di gumakan
peneliti untuk menarik kesimpulan dan mengambil tindakan.
Penyajian data merupakan suatu rangkaian informasi dakam bentuk
reduksi data dan di sajikan menggunakan bahasa peneliti sendiri
sehingga mudah untuk di pahami.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan penafsiran dari hasil
analisis dan interpretasi data. Untuk menarik kesimpulan dan
permasalahan yang terjadi perlu dilakukan secara hati-hati.
Daftar Pustaka

Mabunga, A. S., Mabunga, M. E. M., &Yani, A (2019). Kesulitan Membaca


Permulaan Pada Anak Usia Dini Dalam Persktif Analisis Reading
Readiness. Mimbar pendidikan, 4(2), 113-126.
Rafika, N., & Lestari, K. M. & S. (2020). Analisis Kesulitan Membaca
Permulaan Pada Siswa Sekolah Dasar. Prosidig konfensi ilmiah dasar,2,
301-306.
Udhiyanasari, K. Y. (2019). Upaya Penanganan Kesulitan Membaca Permulaan
Pada Anak Berkesulitan Membaca Kelas II Di SDN Manahan
Surakarta. Speed Journal: Journal of Special Education, 3(1), 39-50.
Rahma, M. (2021). Analisis Kesulitan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1
Sekolah Dasar. Qalamuna-Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama, 13(2),
397-410.
Aprilia, U. I., Fathurohman, F., & Purbasari, P. (2021). Analisis Kesulitan
Membaca Permulaan Siswa Kelas I. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan
Pendidikan, 5(2), 227-233.
Ariyanti, N., Marleni, M., & Prasrihamni, M. (2022). Analisis Faktor
Penghambat Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas I Di SD Negeri 10
Palembang. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(4), 1450-1455.
Hoover-Dempsey, K. V., Walker, J. M., Sandler, H. M., Whetsel, D., Green, C. L.,
Wilkins, A. S., & Closson, K. (2005). Why Do Parents Become Involved?
Research Findings And Implications. The elementary school
journal, 106(2), 105-130.
Kawuryaningtyas, A. P., & Nugraha, A. W. (2023). Analisis Kesulitan Membaca
Permulaan Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tema 8
Keselamatan Di Rumah Dan Perjalanan. Arus Jurnal Psikologi dan
Pendidikan, 2(1), 7-14.
Saputra, J., & Noviyanti, S. (2022). Analisis Kesulitan Membaca Permulaan
Siswa Kelas I Sekolah Dasar. Jurnal Tonggak Pendidikan Dasar, 1(1), 11-
33.
Asmonah, S. (2019). Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan
Menggunakan Model Direct Instruction Berbantuan Media Kartu Kata
Bergambar. Jurnal pendidikan anak, 8(1), 29-37.
Ramadani, S. L., & Suratno, T. (2022). Program Layanan Bimbingan Belajar
Bagi Siswa Yang Berkesulitan Membaca di SD Kelas Rendah. Jurnal
Pendidikan Dasar
Pratama, Y. A., Wagiran, W., & Haryadi, H. (2022). Peran Orang Tua Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Di Sekolah
Dasar. Journal of Elementary School (JOES), 5(2), 348-360.
Wulandari, A. D. (2022). Peran Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca
Permulaan Siswa Kelas Ii A Di SDN 007 Tarakan. Jurnal Pendidikan.
Handayani, D. P. P. (2020). Analisis Penyebab dan Strategi Guru Kelas
Mengatasi Kesulitan Membaca Permulaan Siswa Kelas II SD Negeri
Kendal (Doctoral dissertation, STKIP PGRI PACITAN).
Herlina, E. S. (2019). Membaca permulaan untuk anak usia dini dalam era
pendidikan 4.0. Jurnal Pionir, 5(4).
Hasanah, C. W., Khairun, D. Y., & Nurmal, M. D. (2021). Kesulitan Belajar
Membaca (Dyslexia) dan Alternatif Penanganannya. Empati-Jurnal
Bimbingan dan Konseling, 8(1), 20-38.
Handayani, S. (2019). Pengaruh Kerjasama antara Orang Tua dengan Guru dan
Keaktifan Belajar terhadap Keberhasilan Belajar Siswa Kelas atas di SD
Negeri Kleco 1 Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Hasanah, A., & Lena, M. S. (2021). Analisis Kemampuan Membaca Permulaan
dan Kesulitan Yang Dihadapi Siswa Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 3(5), 3296-3307.
Yulianti, M. F. (2020). Implementasi Metode Multisensory Untuk Penanganan
Kesulitan Belajar Membaca Pada Peserta Didik Disleksia Di Sd Inklusi
Agape Wonosobo (Doctoral dissertation, UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA).
Pramesti, F. (2018). Analisis Faktor-Faktor Penghambat Membaca Permulaan
Pada Siswa Kelas 1 SD. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 2(3), 283-289.
Muhaiba, R., Aisy, R. R., Imaniyah, N., Sari, S. M., & Agustina, S. D. (2020).
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar dan Dampak Terhadap Perkembangan
Prestasi Siswa Kelas 1-6 Sdn Gili Timur 1. Prosiding Nasional Pendidikan:
LPPM IKIP PGRI Bojonegoro, 1(1).
Soleha, R. S., Enawar, E., Fadhillah, D., & Sumiyani, S. (2022). Analisis
Kesulitan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas Ii Sekolah
Dasar. Berajah Journal: Jurnal Ilmiah Pembelajaran dan Pengembangan
Diri, 2(1), 58-62.
Nurani, R. Z., Nugraha, F., & Mahendra, H. H. (2021). Analisis Kesulitan
Membaca Permulaan Pada Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 5(3), 1462-1470.
Azkiya, N., & Ridhuan, S. (2023). Strategi Guru Dalam Mengatasi Kesulitan
Membaca Permulaan Siswa Kelas Iii Sdn Duri Kepa 03 Jakarta
Barat. Lingua Rima: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, 12(1), 125-136.
Sakinah, R., Ramadhani, E., & Fakhrudin, A. (2022). Analisis Faktor
Penghambat Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Sekolah
Dasar. Journal on Teacher Education, 4(2), 594-602.
Yestiani, D., & Zahwa, N. (2020). Peran Guru dalam Pembelajaran pada Siswa
Sekolah Dasar. FONDATIA, 4(1), 41-47.
Walimah, S. (2021). Pengaruh Komunikasi Guru Dan Orang Tua Terhadap
Kemampuan Membaca Permulaan Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 5(3), 1532-1538.
Novrinda, N., Kurniah, N., & Yulidesni, Y. (2017). Peran Orangtua Dalam
Pendidikan Anak Usia Dini Ditinjau Dari Latar Belakang
Pendidikan. Jurnal Ilmiah Potensia, 2(1), 39–46.
Rafika, N., Kartikasari, M., & Lestari, S. (2020). Analisis Kesulitan Membaca
Permulaan Pada Siswa Sekolah Dasar. Prosiding Konferensi Ilmiah
Dasar, 2, 301-306.
Mansouri Kouhestani, F., Byrne, J., Johnson, D., Spencer, L., Hazendonk, P., &
Brown, B. (2019). Evaluating Solar Energy Technical And Economic
Potential On Rooftops In An Urban Setting: The City Of Lethbridge,
Canada. International Journal of Energy and Environmental
Engineering, 10, 13-32.
Udhiyanasari, K. Y. (2019). Upaya Penanganan Kesulitan Membaca Permulaan
Pada Anak Berkesulitan Membaca Kelas II Di SDN Manahan
Surakarta. Speed Journal: Journal of Special Education, 3(1), 39-50.
Setyastuti, C. S., Santoso, A. B., & Haryanti, U. (2022). Upaya Guru Dalam
Mengatasi Kesulitan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas I SDN 1
Munggung, Karangdowo, Klaten, Tahun Pelajaran 2021/2022. Jurnal
Mitra Swara Ganesha, 9(1), 32-42.
Ratna Ningrum, W. (2018). Pengaruh Peranan Dan Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Di
Kecamatan Bogor Barat. Jurnal Pendidikan, 17(2), 129–137.
Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana Preanada Media Group
Ahmadi, A. & Uhbiyati, N. (2007). Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Faizi, Mastur. (2012). Tiru Cara-Cara Ampuh Mendidik Anak Ala Pendidikan
Orang Hebat. Jogyakarta: Flashbooks.
Cahyadamayanti, L. P. (2019). ANALISIS FAKTOR PENGHAMBAT
KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA
PEMBELAJARANBAHASA INDONESIA (Penelitian pada Siswa Kelas 1
SD Negeri Girirejo Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang) (Doctoral
dissertation, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang).
Pratama, Y. A., Wagiran, W., & Haryadi, H. (2022). Peran Orang Tua dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan di Sekolah
Dasar. Journal of Elementary School (JOES), 5(2), 348-360.
Asmawati, L. (2015). Dimensi Pola Asuh Orangtua untuk Mengembangkan
Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini 4-5 Tahun. Jurnal
Teknodik, 069-077.
Asmonah, S. (2019). Meningkatkan kemampuan membaca permulaan
menggunakan model direct instruction berbantuan media kartu kata
bergambar. Jurnal pendidikan anak, 8(1), 29-37.
Harianto, E. (2020). Keterampilan membaca dalam pembelajaran
bahasa. Didaktika: Jurnal Kependidikan, 9(1), 1-8.
Elendiana, M. (2020). UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA
SEKOLAH DASAR. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 2(1), 54–
60.
Dini, J. P. A. U. (2022). Peran Orang Tua dalam Menyediakan Home Literacy
Environment (HLE) pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 1367-1381.
Fikriyah, F., Rohaeti, T., & Solihati, A. (2020). Peran orang tua dalam
meningkatkan literasi membaca peserta didik sekolah dasar. DWIJA
CENDEKIA: jurnal riset pedagogik, 4(1), 94-107.
Witanto, J. (2018). Minat baca yang sangat rendah. Publikasi. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Yetti, R. (2012). Pengaruh keterlibatan orang tua terhadap minat membaca anak
ditinjau dari pendekatan stres lingkungan. Pedagogi: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 9(1), 17-28.
Halimatus Sa’diyah, & Tyasmiarni Citrawati. (2023). Peran Orang Tua Dalam
Literasi Membaca Permulaan Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar Ana
Maritim. Bersatu: Jurnal Pendidikan Bhinneka Tunggal Ika, 1(5), 341-
354.
Lampiran 1. Pedoman Wawancara Pra Penelitian

Nama sekolah : SDN 48 Pekanbaru

Narasumber : Dewi, S.Pd

Tanggal wawancara :10 September 2023

Observer/pewawancara : Aprillia Putri Hendika

Npm/jurusan : 196910715/PGSD

1. Apakah ada kendala yang di alami guru kelas dalam proses belajar
mengajar?
2. Kendala seperti apa yang dialami guru kelas dalam mengajar siswa
dikelas?
3. Ada berapa siswa yang mengalami kendala tersebut?
4. Apa saja kendala yang di alami siswa tersebut?
5. Apa faktor yang menyebabkan siswa mengalami permasalahan tersebut?
6. Upaya apa yang dilakukan dalam menangani permasalahan tersebut?
7. Apa upaya kerjasama guru dan orang tua dalam menangani permasalah
tersebut?
Lampiran 2. Hasil Wawancara Pra Penelitian

Nama sekolah : SDN 48 Pekanbaru

Narasumber : Dewi, S.Pd

Tanggal wawancara :10 September 2023

Observer/pewawancara : Aprillia Putri Hendika

Npm/jurusan : 196910715/PGSD

Penulis : Assalamualaikum ibu, bagaimana kabarnya? Saya aprillia putri


hendika dari PGSD UIR, terimakasih sebelumnya ibu sudah
berkenan untuk meluangkan waktunya pada pagi hari ini untuk
bisa saya wawancara buk, langsung saja ya buk, April ingin
mewawancarai ibu mengenai permasalahan yang ada dikelas
ibu.
Guru Kelas : Waalaikum salam Aprill, alhamdulillah baik, boleh silahkan
Aprill apa yang ingin di tanyakan?
Penulis : Apalah ada kendala yang ibu alami pada saat proses belajar
mengajar di dalam kelas terutama saat kegiatan membaca?
Guru kelas : Iya tentunya ada Aprill, seperti yang april tau ibu mengajar di
kelas 2 jadi kendala yang sering terjadi yaitu kemampuan
membaca permulaan siswa.
Penulis : Ada berapa siswa buk yang kira kira mengalami kendala dalam
membaca dalam kelas ibu?
Guru kelas : Ada 5 siswa dari 30 siswa Pril.
Penulis : Karena ibu mengajar di kelas 2, berati permasalahnnya itu
masih membaca permulaan ya bukk, nah kira kira apa ni buk
kesulitan yang di alami siswa ibu saat membaca permulaan?
Guru kelas : Mereka itu kebanyakan membacanya masih terbata-bata, ada
yang sulit membedakan huruf yang hampir sama contohnya
huruf “P dan R” huruf “O dan Q” huruf “W dan M” dan ada
yang kesulitan mengeja Pril.
Penulis : Apakah ada faktor yang mempengaruhi siswa kesulitan dalam
membaca permulaan bu?
Guru kelas : Ada beberapa faktor ya, seperti kurang konsentrasi (fakus) dan
tidak konsisten atau kurang di latih kemampuan membacanya,
seharusnya membaca ini di ulang-ulang di rumah agar siswa
menjadi terbiasa.
Penulis : Bagaimana cara ibu menangani siswa yang kesulitan membaca
permulaan ini buk?
Guru kelas : Pastinya di bimbing dan juga ibu mempermudah siswa agar
mudah mengingay huruf-huruf menggunakan kartu huruf Aprill.
Penulis : Baik buk terimakasih sudah memberi waktu dan mengizinkan
saya untuk mewawancarai ibu, Assalamualaikum ibu.
Guru kelas : Iya Aprill sama sama waalaikumsalam.
Lampiran 3. Lembar Pedoman Wawancara Penelitian
Nama :
Hari/Tanggal :
Tempat :

Daftar pertanyaan:
1. Bagaimana pendapat ibu tentang kemampuan membaca?
2. Bagaimana kemampuan membaca permulaan siswa kelas II dalam
pembelajaran dikelas?
3. Apakah siswa-siswa ibu sudah memenuhi aspek-aspek membaca permulaan
dalam proses belajar?
4. Menurut ibu aspek membaca permulaan yang mana yang perlu di
tingkatkan? Mengapa aspek itu perlu ditingkatkan?
5. Apa strategi yang ibu gunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca
permulaan siswa tersebut?
6. Bagaimana sikap siswa ketika aspek kemampuan membaca permulaan ibu
terapkan saat proses pembelajaran?
7. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat ibu dalam
meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas II?
8. Upaya apa yang ibu lakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca
permulaan siswa kelas II diluar kelas?
9. Motivasi apa yang ibu berikan agar siswa mau berusaha dan terus semangat
untuk lebih baik dalam kegiatan pembelajaran sehingga kemampuan
membaca permulaan siswa dapat meningkat?
Lampiran 4. Kisi-Kisi Observasi

No
No Indikator Sub Indikator
Pengamatan
Ketepatan Malakukan apersepsi melalui Tanya 1
dalam jawab dengan siswa
mengenal huruf Menghubungkan apersepsi dengan
materi pembelajaran yang akan 2
dipelajari
1 Menjelaskan langkah-langkah 3
pembelajaran yang akan dilakukan
Menjelaskan unsur-unsur intrinsic
dalam cerita dan tata cara membaca 4
yang sesuai dengan aspek membaca
permulaan
Menentukan tema cerita sesuai 5
2 Ketepatan dengan materi pelajaran
membaca kata Membagi cerita yang telah 6
disiapkan
Membimbing siswa latihan
membaca di tempat duduk masing- 7
3 Intonasi suara masing
saat membaca Memberikan kesempatan pada
siswa untuk membaca di depan 8
kelas
Memberikan masukan atau
perbaikan tentang kegiatan 9
Kelancaran
4 membaca yang telah dilakukan oleh
membaca cerita
siswa
pendek
Mengadakan evaluasi berupa tes 10
membaca
Lampiran 5. Lembar Pedoman Observasi
Hari/Tanggal :
Tempat Observasi :

No Aspek yang diamati Keterangan


Malakukan apersepsi melalui Tanya jawab
1
dengan siswa
Menghubungkan apersepsi dengan materi
2
pembelajaran yang akan dipelajari
Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
3
yang akan dilakukan
Menjelaskan unsur-unsur intrinsic dalam cerita
4 dan tata cara membaca yang sesuai dengan
aspek membaca permulaan
Menentukan tema cerita sesuai dengan materi
5
pelajaran
6 Membagi cerita yang telah disiapkan
Membimbing siswa latihan membaca di
7
tempat duduk masing-masing
Memberikan kesempatan pada siswa untuk
8
membaca di depan kelas
Memberikan masukan atau perbaikan tentang
9 kegiatan membaca yang telah dilakukan oleh
siswa
10 Mengadakan evaluasi berupa tes membaca
Lampiran 8. Kisi-Kisi Tes

No
KD Indikator Sub indikator
Soal
Ketepatan dalam 1. Pengucapan huruf baik vokal dan
mengenal huruf konsonan secara benar.
2. Tidak terlihat terpengaruh dengan
adanya huruf yang mirip.
1. Membaca kata sederhana ataupun kata
Ketepatan rangkap konsosnan sudah tepat
membaca kata 2. Tidak terbata-bata
3. Pengulangan bacaan
1. Keras dan kecilnya suara saat 1
Intonasi suara membaca
saat membaca 2. Kejelasan saat pengucapan bacaan
3. Nada dalam membaca
1. Jelas dalam pemenggalan kata atau
Kelancaran jeda
membaca cerita 2. Kecepatan dalam membaca
pendek 3. Memahami apa yang di baca
4. Mengetahui maksud yang dibaca
Lampiran 7. Rubrik Penilaian Tes

No Aspek Indikator Skor Ket


1. Siswa sangat tepat
dalam mengenal 3 Baik
huruf baik saat
pengucapan.
2. Siswa terlihat
Kesalahan
terpengaruh saat 2 Cukup
1 mengenal
melihat huruf yang
huruf
mirip berdekatan.
3. Siswa kurang tepat
dalam pelafalan 1 Kurang
huruf dan salah saat
mengenali huuf
1. Siswa sangat tepat
saat membaca cerita 3 Baik
dan lancar
Ketepatan 2. Siswa menjeda
2 membaca bacaan saat ada kata 2 Cukup
kata rangkap konsonan
3. Siswa terbata-bata
dan salah saat 1 Kurang
membaca cerita
3 Intonasi 1. Siswa sangat jelas 3 Baik
suara saat dalam pemenggalan
membaca kata atau jeda.
2. Suara jelas dalam
pemenggalan bacaan 2 Cukup
kurang tepat terkesan
datar.
3. Suara kecil dalam
1 Kurang
membaca.
1. Siswa tidak 3
tersendak-sendat saat Baik
membaca
Kelancaran
2. Siswa memberi jeda
membaca
4 yang tidak terlalu 2 Cukup
cerita
lama saat membaca
pendek
3. Siswa tidak lancar
dan tidak tau apa 1 Kurang
yang di baca.
Skor Maksimum 12
Lampiran 8. Lembar Cerita Tes Siswa Kelas II
Sekolah :
Kelas :
Semester :
Ayo membaca
Lampiran 9. Lembar Penilan Tes Kemampuan Membaca Permulaan

Nama siswa :
Kelas :
Kelas :
No/Nis :

Perolehan Skor
No Aspek Ket
3 2 1
1 Kesalahan dalam mengenal huruf
2 Ketepatan membaca kata
3 Intonasi suara saat membaca
Kelancaran membaca cerita
4
pendek

Anda mungkin juga menyukai