Templet MK KDKK TUGAS - Perioperatif Dan Pasca Operatif
Templet MK KDKK TUGAS - Perioperatif Dan Pasca Operatif
Oleh :
Tingkat 1 Reguler 3
Nama Mahasiswa :
1. Yuyun dwi lestari (1815471101)
2. Annisa nurul hikmah (1815471102)
3. Tamia kusuma wardani (1815471103)
4. Ameliya (1815471104)
5. Dewi pertiwi ayu nengtias (1815471105)
6. Eka widi astuti (1815471106)
7. Sekar wangi (1815471107)
8. Febri damayanti (1815471108)
9. Rika nafahatul habibah (1815471109)
10. Eighteen renanda (1815471110)
11. Alfina anggraeni (1815471111)
12. Mifta Hul khasana (1815471112)
Modul 13 berisikan bahan kajian Asuhan pasien perioperatif (pembedahan) intraoperatif dan pasca operatif
merupakan bagian dari Mata kuliah Ketrampilan Dasar Klinik Kebidanan dengan beban sks 4 sks (T2; P2) dan
merupakan bagian dari bahan kajian inti kebidanan. Modul ini dari mata kuliah ini memberikan kemampuan
penguasaan tentang Asuhan pembedahan perioperatif intraoperatif dan pasca operatif pada mahasiswa
tingkat satu semester genap (dua). Mahasiswa untuk mencapai penguasaan bahan kajian lebih dalam dan
kompleks tentang Asuhan pembedahan perioperatif intraoperatif dan pasca operatif , maka disarankan
mahasiswa aktif membaca referensi-referensi lain yang relevan. Selain itu, mempelajari kembali bahan kajian
lain yang terkait atau prasyarat untuk menguasai Asuhan pembedahan perioperatif intraoperatif dan pasca
operatif .
Pembahasan dalam modul mata kuliah ini berfokus pada bahan kajian Asuhan pembedahan perioperatif
intraoperatif dan pasca operatif dengan sub bahan meliputi
Metode pembelajaran menggunakan pendekatan student center learning (SCL), mahasiswa aktif mencapai
outcome learning dengan melakukan proses pembelajaran mandiri, mengatur waktu dan tempat belajar sesuai
dengan kemampuan, gaya, dan kecepatan yang dimiliki, mengembangkan kemampuan menjadi Pembelajar
secara mandiri. Selain itu, Mahasiswa hendaknya secara mandiri melakukan evaluasi capaian pembelajaran
mandiri.
Setelah menyelesaikan pembelajaran modul ajar ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan atau
mengaplikasikan Asuhan pembedahan perioperatif intraoperatif dan pasca operatif . Untuk mencapai capaian
pembelajaran (learning outcome) tersebut, diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan menjelaskan atau
mengaplikasikan:
1. Prinsip kesehatan dan baju operasi
2. Prinsip asepsis perioperatif
3. Prinsip umum dikamar operatif
4. Jenis operatif dan tim operasi
5. Jenis anastesi dan pengruhnya terhadap sistem tubuh
6. Rencana perawatan tindakan intraoperatif
7. Pasca operatif:
1) Ruang pemulihan ( recovery room/RR) pasca anestesi
2) pengkajian pasca operatif segera dan rencana intervensi keperawatan di RR
3) Pengkajian pascaoperasi dan rencana intervensi keperawatan di ruang bangsal
4) komplikasi pasca operatif dan intervensi
Mahasiswa melakukan evaluasi capaian pembelajaran mandiri dengan mengerjakan soal-soal evaluasi pada
modul ini sampai mencapai learning outcome yang ditargetkan, minimal mencapai nilai B. Jika belum
mencapai, hendaknya Mahasiswa mempelajari kembali Modul ini dan melakukan evaluasi kembali sampai
mencapai nilai yang ditargetkan. Mahasiswa yang mengalami kesulitan mencapai learning outcome hendaknya
meminta bimbingan Fasilisator. Mahasiswa yang sudah mencapai learning outcome modul ini, dapat
meneruskan pembelajaran pada materi modul selanjutnya.
Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah sesuatu yang menakutkan dan
mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya
tindakan anastesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila apabila
tidak bia bangun lagi dari efek anastesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-
benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terumata jantung,paru,pernafasan. Untuk itu diperlukan
perawatan yang komprehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan tindakan oprasi sampai benar-benar
aman dan tidak merugikan klien maupun petugas.
Personel
1) Personel yang scrub tetap dalam area prosedur bedah, jika personel scrub meninggalkan ruang operasi,
status sterilnya hilang. Untuk kembali kepada pembedahan, orang ini harus mengikuti lagi prosedur scrub,
pemakaian gown dan sarung tangan.
2) Hanya sebagian kecil dari tubuh individu scrub dianggap steril: dari bagian depan pinggang sampai pada
daerah bahu, lengan bawah dan sarung tangan. Tangan yang mengenakan sarung tangan harus berada di
depan antara bahu dan garis pinggang.
3) Pada beberapa ruang operasi, suatu pelindung khusus yang menutupi gaun dipakai, yang memperluas
area steril.
4) Perawat instrumentasi dan semua personel yang tidak scrub tetap berada pada jarak aman untuk
menghindari kontaminasi di area steril. [4]
Penutup/draping
1) Selama menutup meja atau pasien, penutup steril dipegang dengan baik di atas permukaan yang akan
ditutup dan diposisikan dari depan ke belakang.
2) Hanya bagian atas dari pasien atau meja yang ditutupi dianggap steril; penutup yang menggantung
melewati pinggir meja adalah tidak steril.
3) Penutup steril tetap dijaga dalam posisinya dengan mengunakan penjepit atau perekat agar tidak berubah
selama prosedur bedah.
4) Robekan atau bolongan akan memberikan akses kepermukaan yang tidak steril dibawahnya, menjadikan
area ini tidak steril. Penutup yang demikian harus diganti. [4]
Antisepsi dan asepsi adalah suatu usaha agar dicapainya keadaan yang memungkinkan terdapatnya kuman –
kuman pathogen dapat dikurangi atau ditiadakan, baik secara kimiawi, tindakan mekanis atau tindakan fisik.
Termasuk dalam cakupan tindakan antisepsis adalah selain alat-alat bedah, seluruh sarana kamar operasi, alat-
alat yang dipakai personel operasi ( sandal, celana, baju, masker, topi dan lain-lainnya ) dan juga cara
membersihkan atau melakukan desinfeksi dari kulit atau tangan. [2]
Teknik persiapan personel sebelum operasi meliputi 3 tahap yaitu : scrubbing ( cuci tangan steril ), gowning (
teknik penggunaan gaun operasi ), dan gloving ( teknik pemakaian sarung tangan steril ). Semua anggota tim
operasi harus memahami konsep tersebut diatas untuk dapat memberikan penatalaksanaan operasi secara
asepsis dan antisepsis sehingga menhilangkan atau meminimalkan angka kuman. Hal ini diperlukan untuk
menghindarkan bahaya infeksi yang muncul akibat kontaminasi selama prosedur pembedahan ( infeksi
nosocomial ). [2]
Pasien yang akan menjalani pembedahan harus diasepsikan. Maksudnya adalah dengan melakukan berbagai
macam prosedur yang digunakan untuk membuat medan operasi steril.prosedur-prosedur itu antara lain
adalah kebersihan pasien,desinfeksi daerah/bagian tubuh pasien yang dioperasi. [2]
Instrumen bedah yang digunakan untuk pembedahan pasien harus benar-benar berada dalam keadaan steril,
tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah perawatan dan sterilisasi alat, mempertahankan ke sterilan
alat pada saat pembedahan dengan menggunakan teknik tanpa singgung dan menjaga agar tidak
bersinggungan dengan benda benda non steril. [2]
Dalam hal ini, peran bidan bervariasi bergantung pada peran apa yang akan dijalaninnya. Asuhan intraoperatif
bersifat sangat rinci, prinsip prinsip umumnya akan dijelaskan secara ringkas pada bab ini, dan pembaca
dianjurkan untuk membaca sumber literature lainnya. [1]
Prinsip umum yang harus diperhatikan di kamar operasi :
1) Orang yang paling penting saat ini adalah ibu. Martabatnya harus dijaga baik dalam kondisi sadar maupun
dibawah anastesi. [1]
2) Keamanannya merupakan hal yang penting, termasuk keamanannya internalnya :
a) Jaga saluran nafas dan pernafasannya dengan selang endrokaaenal ber-ewlf (ET) tekanan krikoid, dan
ventilasi mekanik. Protokol itu harus dibuat seandainya intubasi gagal : dokter anatesi dan asisten
bagian operasi akan mengusut hal ini.
b) Prooksigenasi (pemberian oksigen aja) dilakukan sebelum pemberian gas anestesi dengan tujuan
untuk meningkatkan kadar oksigen ibu dan janin.untuk mendeteksi adanya bipoksia dipasang monitor
oksimetri nadi.
Perawat sirkulasi :
1. Perawat sirkulasi berperan mengatur ruang operasi dan melindungi keselamatan dan kebutuhan pasien
dengan memantau aktifitas anggota tim bedah dan memriksa kondisi didalam ruang operasi.
2. Tanggung jawab utamanya meliputi memastikan kebersihan,suhu yang sesuai kelembaban , pencahayaan
,menjaga peralatan tetap berfungsi dan ketersediaan berbagai mterialyang dibutuhkan
sebelum,selama,dan sesudah operasi.
3. Perawat sirkuler juga memantau praktik asepsis untuk menghindari pelanggaran tekhnik asepsis sambil
mengkoordinasi perpindahan anggota tim yang berhubungan (tenaga medis,rontgen,dan petugas
laboratorium).
4. Perawat sirkuler juga memantau kondisi pasien selama prosedur operasi untuk menjamin keselamatan
pasien. [2]
Perawatan scrub:
1. Aktivitas perawatan sebagai scrub nurse termasuk melakukan desinfeksi lapangan pembedahan dan
drapping ,mengatur meja steril, menyiapkan alat jahit,diatermi,dan peralatan khusus yang dibutuhkan
untuk pembedahan. [2]
Asuhan intra operasi merupakan bagian dari tahapan asuhan perioperative. Aktivitas yang dilakukan pada
tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh tenaga paramedic di ruang operasi. Aktivitas
diruang operasi oleh paramedic difokuskan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk
perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah – masalah fisik yang mengganggu pasien. Perawatan intra
operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga
harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien.
Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan ada 3 kelompok besar, meliputi ahli anestesi dan
perawat anestesi yang bertugas memberikan agen analgetik dan membaringkan pasien dalam posisi yang tepat
Anestesia umum dilakukan untuk memblok pusat kesadaran otak dengan menghilangkan
kesadaran,menimbulkan relaksasi,dan hilangnya rasa. Pada umumnya, metode pemberiannya adalah dengan
inhalasi dan intravena.[5]
2. Anestesi Regional
Anestia regional merupakan anestesia yang dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar untuk
meniadakan proses konduksi pada ujung serabut saraf sensorif pada bagian tubuh tertentu, sehingga dapat
menyebabkan adanya hilang rasa pada daerah tubuh tersebut. Metode umum yang digunakan adalah
melakukan blok saraf, memblok regional intravena dengan torniquet blok daerah spinal, dan melalui epidural.
[5]
3. Anestesia Lokal
Anestesia lokal merupakan anestesia yang dilakukan untuk membloktransmisi implus saraf [ada daerah yang
akan dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar meotode yang digunakan adalah infiltrasi atau
topikal. [5]
4. Hipoanestesia
Hipoanestesia merupakan anestesia yang dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif secara
antivisial sehingga terjadi peninggakatan ketaantan pada saran atau perintah serta untuk mengurangi
kesadaran sehingga perhatian menjadi terbatas. Metode yang digunakan adalah hopnotis. [5]
5. Akupuntur
Akupuntur merupakan anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri dengan merangsang
keluarnya endrovin tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang digunakan adalah jarum atau penggunaan
elektrode pada permukaan kulit. [5]
Perawatan intra operasi adalah satu hal yang perlu dikaji dalam intra bedah adalah pengaturan posisi paisen.
Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek pemantauan sosiologis perubhan tanda
vital, system kardiovaskuler, keseimbangan cairan, dan pernapasan. Selain itu, lakukan pengkajain terhadap
tim, dan instrument pembedahan, serta anastesia yang diberikan. [6]
Rencana tindakan
1) Penggunaa Baju Seragam Bedah
Penggunaan baju sergam bedah didisain secara khusus dengan harapan dapat mencegah kontaminasi dari luar.
Hal itu dilakukan dengan berprinsip bahwa semua baju dari luar harus diganti dengan baju bedah yang streril;
atau baju harus dimasukan kedalam celana atau harus menutupi pingganguntuk mengurangi menyebarnya
bakteri;serta digunakan untuk menutup kepala,masker,sarung tangan,dan clemek steril. [6]
7) Pelaksaan Anastesia
Anastesia dapat digunakan berbagai macam,antara lain anesthesia umumnya,inhalasi atau intavena,anesthesia
regional,dan anatesia local. [6]
8) Pelaksanaan Pembedahan
Setelah dilakuakn anastesia tim bedah akan melaksanakan pembedahan sesuai dengan ketentuan
pembedahan. [6]
H. Pasca operatif
1. Ruang Pemulihan ( Recovery Room/RR) Pasca Anestesi
Pulih dari anestesi umum atau dari analgesia regional secara rutin dikelola di ruang pemulihan (Recovery
Room) atau disebut juga Post Anesthesia Care Unit(PACU). Idealnya adalah bangun dari anestesi secara
bertahap, tanpa keluhan dan mulus dengan pengawasan dan pengelolaan secara ketat sampai dengan keadaan
stabil. Prosedur pembedahan harus menjalani anestesi dan melaluit ahap pasca bedah, maka setiap pasien
yang selesai menjalani operasi dengan anestesi umum ataupun anestesi regional terlebih dahulu dirawat di
ruang pemulihan sebelum pindah keruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. [7]
Ruang pemulihan adalah ruangan yang berdekatan dengan kamar operasi untuk merawat pasien pasca operasi
yang masih dibawah pengaruh anestesi. Di ruang ini dokter bedah, anestesi dan perawat memantau keadaan
pasien setelah menjalani operasi. Penciptaan PACU telah secara signifikandapat mengurangi morbiditas dan
mortalitas yang terkait dengan anestesi dan pembedahan. [7]
Dalam penelitian selama 10 tahun terakhir,telah melihat peningkatan dalam jumlah prosedur, kompleksitas
prosedur, dan status ASA(American Society of Anesthesiology) pasien. Prosedur bedah yang lebih kompleks
yaitu dalam jangka waktu hingga 6 jam yang sekarang sedang dilakukan pada pasien sakit.Potensi komplikasi
yang mengancam jiwa biasanya terjadi dalam beberapa jam pertama setelah anestesi atau operasi.Ini didukung
oleh hasil analisis ASA. Mekanisme yang paling umum dari cedera ini adalah peristiwa pernapasan pada periode
pasca operasi. [7]
Selanjutnya, peristiwa ini dianggap dapat dicegah dengan melihat denyut nadi dalam periode pemulihan.
Oleh karena itu, yang mengenai semua pasien dari jenis anestesi setelah selesainya operasi harus dirawat
diruang pemulihan. Setelah efek anestesi mulai hilang, pasien kemudian dapat dipindahkan keluar dari ruang
pemulihan atau ke bangsal. Menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Medikdan Keperawatan Departemen
Kesehatan tahun 2002 bahwa ketergantungan pasien di ruang pemulihan adalah 60 menit. [7]
Setelah klien kembali kebagian perawatan,perawatan pascaoperatif dimulai. Perawat harus memeriksa kembali
informasi preoperatif yang relevan, mengkaji status terakhir klien,serta membuat dan mengimplementasikan
rencana asuhan keperawatan yang efektif. [3]
Pemeriksaan dan observasi fisik yang telah dilakukan diruang UPPA juga dilakukan dibagian pascaoperatif.
Perawat mengkaji klien secara rutin minimal setiap 15 menit pada 1 jam pertama, setiap 30 menit selama 1
sampai 2 jam berikutnya, setiap 1 jam selama 4 jam berikutnya, dan selanjutnya setiap 4 jam. Seringnya
pemeriksaan bergantung pada kondisi klien. Perawat tidak boleh menganggap bahwa pemantaun selanjutnya
tidak perlu dilakukan jika pada pemeriksaan awal kondisi klien terlihat normal. Kondisi klien pascaoperatif
dapat berubah dengan cepat. Perawat yang tidak mengikuti jadwal pengkajian tersebut di anggap lalai. [3]
Perawat mendokumentasikan seluruh pemeriksaan awal dan memasukkannya ke dalam catatan perawat.
Pengukuran tanda-tanda vital, asupan cairan melalui IV, dan haluaran urine dapat dimasukkan ke dalam lembar
pencatatan. Hasil pemeriksaan awal merupakan dasar untuk membandingkan perubahan yang terjadi
perubahan terjadi selama pascaoperatif. [3]
Setelah pemeriksaan awal lengkap dan segala kebutuhan klien terpenuhi, keluarga diizinkan mengunjungi klien.
Perawat dapat menjelaskan tujuan prosedur atau peralatan pascaoperatif dan menjelaskan tentang keadaan
klien. Perawat menjelaskan bahwa tanda-tanda vital klien stabil dan klien dapat sadar tanpa mengalami
kesulitan. Keluarga harus mengetahui bahwa klien akan mengantuk dan tertidur pada sisa waktu hari itu akibat
pengaruh anastesi umum. Apabila klien mendapat anastesi spinal,keluarga harus diingatkan bahwa klien akan
diperiksa secara rutin dan ia akan kehilangan sensasi dan pergerakan ekstermitas selama beberapa jam. [3]
Perencanaan
Pada tahap penyembuhan , perawat mempunyai banyak informasi untuk membuat rencana perawatan klien.
Adanya data pengkajian terbaru dan analisa keperawata preoperatif memungkinkan perawat membuat
rencana intervensi keperaatan yang spesifik. Instruksi pascaoperatif dari dokter bedah juga dapat menjadi
pedoman. Jenis instruksi pascaoperatif yang sering diberikan dokter bedah antaralain:
Perawat perlu memperhatkan pengaruh stress pembedahan dan keterbatasan akibat stress tersebut saat
menentukan hasil akhir dan tujuan perawatan klien. Hasil akhir yang dapat diukur akan membantu perawat
memastikan adanya pemulihan yang cepat dan tepat. Misalnya , klien yang beresiko mengalami hambatan
mobilitas fisik harus mempunyai hasil akhir yang secara spesifik menunjukan adanya kemajuan dalam
melakukan ambulasi,misalnya ,”mampu berjalan samapi keujung oromg pada hari kedua”. Setelahnya setiap
hasil akhir tercapai klien akan mencapai tujuan perawatan yaitu mobilitas mandiri yang samdengan atau
lebihbaik daripada keadaannya sebelum pembedahan. Perawat mempertimbangkan dengan hati hati seluruh
penetapan tujuan keperawatan yang dibuat. [3]
Setelah tindakan pembedahan(pasca bedah),beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya setatus kesadaran
kualitas jalan napas,siskulasi dan perubahan tanda vital yang lian,keseimbangan elektrolit, kardiovaskuler lokasi
daerah pembedahan dan sekitarnya,serta alat yang digunakan dalam pembedahan. [3]
Rencana tindakan
1) Peningkatan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan dengan cara merawat
luka, serta memperbaiki asupan makana tinggi protein dan vitamin C. protein dan vitamin C dapat
membantu pembentukan kolagen dan pempertahankan integritas dindin kapiler.
2) Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan nafas, tarik nafas yang dalam dengan mulut
terbuaka, lalu tahan nafas selama 3 detik dan hembuskan atau, dapat pula dilakukan dengan menarik
Modul Ajar MK Ketrampilan Dasar Klinik Kebidanan |9
nafas melalui hidung dan menggunakan diafragma kemudian nafa dikeluarkan perlahan lahan melalui
mulut yang dikuncupkan.
3) Mempertahankan sirkulasi, dengan stiking pada pasien yang berisiko tromoflebilitis atau pasien dilatih agar
tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna memperlancar vena balik.
4) Mempertahakna keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan cairan dengan sesuai kebutuhan
cairan; monitol input dan output;serta mempertakan nutrisi yang cukup.
5) Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output; serta mencegah terjadinya
retensi urine.
6) Memertahankan aktivitas dengan latiahan yang mempertahakan otot sebelum ambulatory.
7) Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasai secara teraupetik. [2]
Adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi
tubuh sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. [6]
1) Stratum komeum.
2) Stratum granulosum.
3) Stratum lusidum.
4) Stratum spinosum.
5) Stratum basale. [6]
Dermis terdiri dari lapisan fibrosa sebagai penyangga dan lapisan elastik yang memberikan daya lentur pada
kulit, elemen seluler dan folikel rambut. Lapisan dermis dibagi menjadi dua bagian :
1) Pars papilare.
2) Pars reticulare. [6]
Hipodermis (subkutis)
Merupakan jaringan ikat longgar. Terdiri dari sel-sel lemak yang berkelompok disebut “panikulus adikosus”.
Berfungsi sebagai pelindung terhadap trauma (lemak sebagai bantalan), penahan panas dan cadangan
makanan. Mengandung ujung-ujung saraf bebas, pembuluh darah dan limfe.
Luas kulit orang dewasa adalah 1,5m² dengan berat kira-kira 15% berat badan. [6]
Fungsi kulit :
1) Proteksi.
2) Absorpsi.
3) Ekskresi.
4) Persepsi.
5) Pengatur suhu.
6) Pembentuk pigmen.
7) Proses kratinisasi.
8) Pembentukan vitamin D.
Trauma
Trauma adalah istilah umum yang berarti cedera. Cedera pada jaringan dapat terjadi karena tekanan pada
tubuh atau kekerasan, suhu yang amat tinggi, zat-zat kimia, radiasi atau luka terbuka dan tertutup. [6]
Faktor umum
Umur : pada usia suplai darah lebih lambat, sehingga menghambat pertumbuhan.
Diet : semakin rendah kadar protein dalam tubuh, semakin lambat proses penyembuhan. [6]
Modul Ajar MK Ketrampilan Dasar Klinik Kebidanan | 10
3. Pengkajian Pascaoperasi dan Rencana Intervensi Keperawatan di Ruang Bangsal
Perawatan merupakan bagian rutin dari perawatan bedah yang terutama dilakukan dalam bangsal bedah,
tetapi dalam tingkatan tertentu di lakukan di bangsal lain. Walaupun perawat sudah bekerja dengan seksama
dan ahli sekalipun, tetapi prosedur ini tetap menyebabkan timbulnya kecemasan dan perasaan tidak enak yang
besar. Suatu luka berkemungkinan lebih besar untuk mengalami kontamimasi jika anak ketakutan, gelisah dan
berontak. Prosedur akan memakan waktu lebih lama, karena itu meningkatkan tingkat kecemasan dan
membuat balutan berikutnya menjadi lebih sukar untuk dilakukan. Sebelum membahas tekhniknya , karena itu
penting untuk mempertimbangkan beberapa faktor yang relevan.
1.Kepercayaan
Kepercayaan bukan merupakan sesuatu yang datang secara otomatis. Hal ini memerlukan usaha pdaa pihak
perawat untuk menegakkan kepercayaan antara dirinya dan anak. Jika nyeri memang sudah ada hal ini akan
meningkatkan ketakutan dan tambahan nyeri. Karena itu penting tidak memberikan gambaran yang salah akan
apa yang terjadi. Tidak beralasan untuk menyatakan bahwa sesuaru tidak akan menimbulkan rasa nyeri. Anak
kemungkinan tidak mau lagi menerima prosedur tersebut dengan mudah tetapi paling tidak ia akan
mengetahui bahwa ia diberikan informasi yang cukup tulus.
2. Pengalihan
Pendekatan untuk semua anak bervariasi.anak yang kecil harus dialihkan perhatiannya dengan suatu cerita
atau mainan. Hal ini akan membantu untuk memelihara suasana yang tenang. Anak yang lebih tua tertarik pada
tindakan dan suka mengamati dan bertanya, sementara yang lain lebih memilih untuk melihat sesedilit
mungkin.
Penting untuk meneliti apa yang nyeri untuk tidak nyaman pada anak dan berusaha untuk menemukan cara
untuk menghindari hal itu. Tekhnik yang digunakan harus sesuai dengan anak dan lukanya jika menyebabkan
nyeri berlebihan pada anak atau anak sangat terganggu, maka akan lebih bijaksana untuk memberikan sedasi
yang sesuai dan mengganti pembalut jika anak telah menjadi lebih tenang. Tekniknya sendiri harus mengikuti
prinsip teknik aseptik yang dapat dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan anak dan luka, misalnya
menggunakan forcep atau sarung tangan steril untuk membersihkan luka.
4. Observasi
Perawatan luka tidak saja berarti mengganti pembalut. Setiap saat prosedur ini dilakukan, luka dinilai dan
setiap adanya gambaran perubahan harus dicatat. Kemajuan dan keadaan memburuk dari luka harus
dilaporkan pada dokter bedah dan diambil tindakan yang perlu misalnya, apakah jahitan memenuhi fungsinya,
atau apakah luka sembuh lebih baik tanpa jahitan.
Atelektasis adalah kolapsnya alveolus dengan ditahannya sekresi mukus. Tanda dan gejalanya antara lain
peningkatan frekuensi pernapasan , dispnea , demam, dan auskultasi terdengar krakles pada lobus paru yang
mengalami kolaps , dan adanya batuk produktif. [3]
Penyebab atelektasis disebabkan oleh ekspansi paru yang tidak adekuat. Anastesi, analgesik, dan posisi yang
tidak dimobilisasi menyebabkan ekspansi paru tidak maksimal. Klien yang menjalani bedah abdomen bagian
atas,yang merasa nyeri saat melakukan inspirasi dan kurang melakukan napas dalam, beresiko tinggi
mengalami komplikasi ini. [3]
Komplikasi pneumonia adalah peradangan pada alveoli yang disebabkan oleh proses infeksi. Peradangan dapat
terjadi pada satu atau beberapa lobus paru. Pneumonia pada lobus paru bagian bawah yang tergantung sering
terjadi pada klien bedah yang tidak dapat melakukan mobilisasi. Tanda dan gejalanya antara lain
demam,kedinginan,menggigil, batukproduktif, nyeri dada, mukus purulen dan dispnea. [3]
Disebabkan oleh buruknya ekspansi paru yang disertai penumpukan sekresi. Bakteri residen yang umum
berada dalam saluran pernapasan adalah diplococcus pneumoniae, yang merupakan penyebab pneumonia
yang paling sering. [3]
Komplikasi hipoksia adalah konsentrasi oksigen didalam darah arteri yang tidak adekuat. Tanda dan gejalanya
antara lain gelisah, dispnea, tekanan darah tinggi, takikardia, diaforesis, dan sianosis. [3]
Hipoksia disebabkan oleh pernapasan ditekan oleh agen anastesi dan analgetik peningkatan retensi mukus dan
gangguan ventilasi terjadi karena nyeri atau kurangnya penggantian posisi. [3]
Komplikasi emboli pulmonal adalah embolus yang menyumbat arteri pulmonal dan mengganggua aliran darah
ke satu atau lebih lobus paru. Tanda da gejalanya antara lain dispnea, nyeri dada yang tiba tiba, sianosis,
takikardia, dan penurunan tekanan darah. [3]
Penyebab emboli sama dengan faktor yang menyebabkan terbentuknya trombus atau embolus. Klien yang
beresiko megalami komplikasi ini adalah klien bedah yang tidak boleh melakukan mobilisasi , yang sebelumnya
telat mengalami gangguan sirkulasi dan koagulasi. [3]
2. Sistem Sirkulasi
Perdarahan adalah hilangnya sejumlah darah secara eksternal maupun internal dalam jangka waktu yang
singkat. Tanda dan gejalanya sama dengan tanda dan gejala syok hipovolemik. [3]
Pendarahan disebabkan oleh lepasnya jahitan atau lepasnya beua darah pada tempat insisi klien dengan
gangguan koagulasi beresiko tinggi mengalami komplikasi ini. [3]
Syok hipovolemik adalah perfusi jaringan dan sel akibat hilangnya volume jaringan dalam sirkulasi. Tanda dan
gejalanya antaralain hipotensi, kelemahan dan nadi yang cepat, kulit yang dingin dan lembab, pernapasan
cepat , gelisah, dan menurunnya pengeluaran urine. [3]
Statis vena terjadi karena duduk atau immobilisasi yang terlalu lama. Trauma dinding pembuluh darah dan
hiperkoagulasi darah akan meningkatkan resiko peradangan pembuluh darah. [3]
Trombus adalah terbentuknya bekuan darah yang menempel kedinding bagian dalam vena atau arteri yang
dapat menyumbat lumen pembuluh darah. [3]
Trombus disebabkan oleh statis vena dan trauma pembuluh darah. Cedera vena pada kaki , abdomen, pelvis,
dan pembuluh darah besar sering terjadi pembedahan trombus juga terbentuk akibat meningkatnya koagulasi
pembuluh darah ,misalnya polisitemia, dan penggunaan pil KB yang mengandung estrogen. [3]
Embolus adalah potongan trombus yang terlepas dan tersirkulasi didalam pembuluh darah lain, biasanya
menempel pada pembuluh darah paru paru jantung atau otak. [3]
Komplikasi yang bisa terjadi pada masa pasca operasi dan penangannya:
2) Syok
Karena insufiensi akut dari sistem sirkulasi(kekurangan oksigen )dan dapat mengakibatkan kematian.
Gejala:
a. Nadi,cepat,lemah
b. Tekanan darah rendah/turun
c. Pernapasan cepat
d. Gelisah dan pucat
e. Ekstremitas dan muka dingin
f. Oliguria/ urine sedikit
g. Warna kulit keabu-abuan. [2]
3) Emboli paru:
Gejalanya :
a. Sakit dada tiba-tiba
b. Sesak napas,sianosis
c. Nadi cepat
d. Tekanan darah turun tiba-tiba
e. Pasien tidak sadar. [2]
Penangannya :
a. Pemberian oksigen
b. Rendahkan kepala
c. Bila ada cardiac arrest berikan pernapasan buatan. [2]
Ringkasan Materi
Peraturan Dasar Aspsis Bedah
Umum
1) Permukaan atau benda steril yang bersentuhan dengan permukaan atau benda lain yang steril menjadi
tetap steril;
2) Permukaan atau benda steril kontak dengan benda tidak steril pada beberapa titik membuat tidak steril.
3) Jika terdapat keraguan tentang sterilitas pada perlengkapan atau area, maka dianggap tidak steril atau
terkontaminasi.
4) Apapun yang steril untuk satu pasien (terbuka di baki steril atau meja dengan perlengkapan steril) dapat
digunakan hanya pada pasien ini.
5) Perlengkapan steril yang tidak dipakai harus dibuang atau disterilkan kembali jika akan digunakan kembali.
6) Setelah pembedahan, luka dilindungi dari kemungkinan kontaminasi dengan memasang balutan steril.
7) Luka dibersihkan dengan normal salin dan menggunakan antiseptic saat membersihkan dan mengganti
balutan luka.
8) Perawatan tertentu dilakukan untuk melindungi luka yang belum sembuh agar tidak kontak dengan segala
yang tidak steril. [4]
Penutup/draping
1) Selama menutup meja atau pasien, penutup steril dipegang dengan baik di atas permukaan yang akan
ditutup dan diposisikan dari depan ke belakang.
Modul Ajar MK Ketrampilan Dasar Klinik Kebidanan | 13
2) Hanya bagian atas dari pasien atau meja yang ditutupi dianggap steril; penutup yang menggantung
melewati pinggir meja adalah tidak steril.
3) Penutup steril tetap dijaga dalam posisinya dengan mengunakan penjepit atau perekat agar tidak berubah
selama prosedur bedah.
4) Robekan atau bolongan akan memberikan akses kepermukaan yang tidak steril dibawahnya, menjadikan
area ini tidak steril. Penutup yang demikian harus diganti. [4]
2. Asuhan Intraoperatif
Dalam hal ini, peran bidan bervariasi bergantung pada peran apa yang akan dijalaninnya. Asuhan intraoperatif
bersifat sangat rinci, prinsip prinsip umumnya akan dijelaskan secara ringkas pada bab ini, dan pembaca
dianjurkan untuk membaca sumber literature lainnya. [1]
Prinsip umum yang harus diperhatikan di kamar operasi :
1. Orang yang paling penting saat ini adalah ibu. Martabatnya harus dijaga baik dalam kondisi sadar maupun
dibawah anastesi. [1]
2. Keamanannya merupakan hal yang penting, termasuk keamanannya internalnya :
a) Jaga saluran nafas dan pernafasannya dengan selang endrokaaenal ber-ewlf (ET) tekanan krikoid, dan
ventilasi mekanik. Protokol itu harus dibuat seandainya intubasi gagal : dokter anatesi dan asisten
bagian operasi akan mengusut hal ini.
b) Prooksigenasi (pemberian oksigen aja) dilakukan sebelum pemberian gas anestesi dengan tujuan
untuk meningkatkan kadar oksigen ibu dan janin.untuk mendeteksi adanya bipoksia dipasang monitor
oksimetri nadi.
c) Untuk mencegah oklusi aeokorval , meja operasi dapat sedikit dipringkan secara dipasang biji tepat
dibawah panggul kanan ibu.
d) Selama prosedur,tekanan darah harus dipantau dan dijaga dengan cara menyesuaikan volume cairan ,
keseimbangan cairan merupakan hal yang sangat penting.
e) Asepsis selama operasi harus dipertahankan untuk menurunkan risiko infeksi. Antibiotik intravena
diberikan secara rutin untuk menurunkan infeksi pascabedah. [1]
3. Kasus kesamaan eksternal ibu : Asuhan terhadap ibu yang mengalami innobilitas atau tidak sadar , seperti
kesamaan di atas meja operasi,perawatan terhadap eksremitas yang berbaur, penggunaan alat untuk
memperbaiki alir balikan vena , pencegahan luka bakar akibat peralihan diespirmasi,perawatan infus dan
monitor. [1]
4. Untuk ibu yang menggunakan anestesi umum, setelah anatesi diberikan akan terjadi sensitivitas tinggi
terhadap suara. Ibu akan memerlukan pengulangan dan pemastian pada saat ia pulih. [1]
Perawat sirkulasi :
1) Perawat sirkulasi berperan mengatur ruang operasi dan melindungi keselamatan dan kebutuhan pasien
dengan memantau aktifitas anggota tim bedah dan memriksa kondisi didalam ruang operasi.
2) Tanggung jawab utamanya meliputi memastikan kebersihan,suhu yang sesuai kelembaban , pencahayaan
,menjaga peralatan tetap berfungsi dan ketersediaan berbagai mterialyang dibutuhkan
sebelum,selama,dan sesudah operasi.
3) Perawat sirkuler juga memantau praktik asepsis untuk menghindari pelanggaran tekhnik asepsis sambil
mengkoordinasi perpindahan anggota tim yang berhubungan (tenaga medis,rontgen,dan petugas
laboratorium).
4) Perawat sirkuler juga memantau kondisi pasien selama prosedur operasi untuk menjamin keselamatan
pasien. [2]
Perawatan scrub:
2. Aktivitas perawatan sebagai scrub nurse termasuk melakukan desinfeksi lapangan pembedahan dan
drapping ,mengatur meja steril, menyiapkan alat jahit,diatermi,dan peralatan khusus yang dibutuhkan
untuk pembedahan. [2]
Asuhan intra operasi merupakan bagian dari tahapan asuhan perioperative. Aktivitas yang dilakukan pada
tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh tenaga paramedic di ruang operasi. Aktivitas
diruang operasi oleh paramedic difokuskan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk
perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah – masalah fisik yang mengganggu pasien. Perawatan intra
operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga
harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien.
Anestesia umum dilakukan untuk memblok pusat kesadaran otak dengan menghilangkan
kesadaran,menimbulkan relaksasi,dan hilangnya rasa. Pada umumnya, metode pemberiannya adalah dengan
inhalasi dan intravena.[5]
2. Anestesi Regional
Anestia regional merupakan anestesia yang dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar untuk
meniadakan proses konduksi pada ujung serabut saraf sensorif pada bagian tubuh tertentu, sehingga dapat
menyebabkan adanya hilang rasa pada daerah tubuh tersebut. Metode umum yang digunakan adalah
melakukan blok saraf, memblok regional intravena dengan torniquet blok daerah spinal, dan melalui epidural.
[5]
Anestesia lokal merupakan anestesia yang dilakukan untuk membloktransmisi implus saraf [ada daerah yang
akan dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar meotode yang digunakan adalah infiltrasi atau
topikal. [5]
4. Hipoanestesia
Hipoanestesia merupakan anestesia yang dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif secara
antivisial sehingga terjadi peninggakatan ketaantan pada saran atau perintah serta untuk mengurangi
kesadaran sehingga perhatian menjadi terbatas. Metode yang digunakan adalah hopnotis. [5]
5. Akupuntur
Akupuntur merupakan anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri dengan merangsang
keluarnya endrovin tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang digunakan adalah jarum atau penggunaan
elektrode pada permukaan kulit. [5]
Perawatan intra operasi adalah satu hal yang perlu dikaji dalam intra bedah adalah pengaturan posisi paisen.
Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek pemantauan sosiologis perubhan tanda
vital, system kardiovaskuler, keseimbangan cairan, dan pernapasan. Selain itu, lakukan pengkajain terhadap
tim, dan instrument pembedahan, serta anastesia yang diberikan. [6]
Rencana tindakan
1. Mencuci Tangan Sebelum Pembedahan.
2. Menerima Pasien Didaerah Bedah
3. Pengiriman Dan Pengaturan Posisi Kekamar Bedah
4. Pembersihan dan Persiapan Kulit
5. Penutupan Daerah Steril
6. Pelaksaan Anastesia
7. Pelaksanaan Pembedahan
Pasca operatif
Ruang Pemulihan ( Recovery Room/RR) Pasca Anestesi
Pulih dari anestesi umum atau dari analgesia regional secara rutin dikelola di ruang pemulihan (Recovery
Room) atau disebut juga Post Anesthesia Care Unit(PACU). Idealnya adalah bangun dari anestesi secara
bertahap, tanpa keluhan dan mulus dengan pengawasan dan pengelolaan secara ketat sampai dengan keadaan
stabil.
Setelah klien kembali kebagian perawatan,perawatan pascaoperatif dimulai. Perawat harus memeriksa kembali
informasi preoperatif yang relevan, mengkaji status terakhir klien,serta membuat dan mengimplementasikan
rencana asuhan keperawatan yang efektif. [3]
Adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi
tubuh sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. [6]
Hipodermis (subkutis)
Merupakan jaringan ikat longgar. Terdiri dari sel-sel lemak yang berkelompok disebut “panikulus adikosus”.
Berfungsi sebagai pelindung terhadap trauma (lemak sebagai bantalan), penahan panas dan cadangan
makanan. Mengandung ujung-ujung saraf bebas, pembuluh darah dan limfe.
Luas kulit orang dewasa adalah 1,5m² dengan berat kira-kira 15% berat badan. [6]
Fungsi kulit :
1) Proteksi.
2) Absorpsi.
3) Ekskresi.
4) Persepsi.
5) Pengatur suhu.
6) Pembentuk pigmen.
7) Proses kratinisasi.
8) Pembentukan vitamin D.
Trauma
Trauma adalah istilah umum yang berarti cedera. Cedera pada jaringan dapat terjadi karena tekanan pada
tubuh atau kekerasan, suhu yang amat tinggi, zat-zat kimia, radiasi atau luka terbuka dan tertutup. [6]
Faktor umum
Umur : pada usia suplai darah lebih lambat, sehingga menghambat pertumbuhan.
Diet : semakin rendah kadar protein dalam tubuh, semakin lambat proses penyembuhan. [6]
Sebelum membahas tekhniknya , karena itu penting untuk mempertimbangkan beberapa faktor yang relevan.
1.Kepercayaan
2. Pengalihan
3. Teknik yang baik
4. Observasi
Atelektasis adalah kolapsnya alveolus dengan ditahannya sekresi mukus. Tanda dan gejalanya antara lain
peningkatan frekuensi pernapasan , dispnea , demam, dan auskultasi terdengar krakles pada lobus paru yang
mengalami kolaps , dan adanya batuk produktif. [3]
Penyebab atelektasis disebabkan oleh ekspansi paru yang tidak adekuat. Anastesi, analgesik, dan posisi yang
tidak dimobilisasi menyebabkan ekspansi paru tidak maksimal. Klien yang menjalani bedah abdomen bagian
atas,yang merasa nyeri saat melakukan inspirasi dan kurang melakukan napas dalam, beresiko tinggi
mengalami komplikasi ini. [3]
Penyebab pneumonia
Disebabkan oleh buruknya ekspansi paru yang disertai penumpukan sekresi. Bakteri residen yang umum
berada dalam saluran pernapasan adalah diplococcus pneumoniae, yang merupakan penyebab pneumonia
yang paling sering. [3]
Komplikasi hipoksia adalah konsentrasi oksigen didalam darah arteri yang tidak adekuat. Tanda dan gejalanya
antara lain gelisah, dispnea, tekanan darah tinggi, takikardia, diaforesis, dan sianosis. [3]
Hipoksia disebabkan oleh pernapasan ditekan oleh agen anastesi dan analgetik peningkatan retensi mukus dan
gangguan ventilasi terjadi karena nyeri atau kurangnya penggantian posisi. [3]
Komplikasi emboli pulmonal adalah embolus yang menyumbat arteri pulmonal dan mengganggua aliran darah
ke satu atau lebih lobus paru. Tanda da gejalanya antara lain dispnea, nyeri dada yang tiba tiba, sianosis,
takikardia, dan penurunan tekanan darah. [3]
Referensi
1. Johnson, R. and Tylor W (2004). Buku Ajar Praktik Kebidanan (Terj. Skill of Midwifery Practice Tahun 2001)
Edisi 2, Penerbit EGC, Jakarta
2. Maryunani, Anik, 2011, Ketrampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK), Penerbit Tran Info Media, Jakarta
3. Perry, Anne Grifin & Potter, Patricia A, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik Volume 1, 2 Edisi 4, Penerbit EGC, Jakarta
4. Huzaifah Zaqqyah,2016,Keperawatan Kritis Ruang Operasi . Online [ https://studylibid.com/doc/306590]
5. Uliyah, musrifatul, hidayat, A.Aziz Alimul,2009, Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan Edisi 2,
Jakarta;Salemba Medika
6. Rochimah,dkk,2011, keterampilan dasar praktik klinik, Jakarta;Trans Info Media
7. Apriliana Harvina Dwi,2013, Rerata Waktu Pasien Pasca Operasi Tinggal Diruang Pemulihan.Online
[ https://media.neliti.com/media/publications/110043]
8. Chair,Rachmat,2018,Asuhan Keperawatan Post Operatif. Online [https://www.academia.edu/9082523]