Anda di halaman 1dari 58

MODUL PEMBELAJARAN

D-IV Keperawatan Anastesiologi


ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI DALAM MANAJEMEN
NYERI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI


Jl. Tukad Balian No.180 Renon, Denpasar Sel., Denpasar, Bali
Jl. Tukad Pakerisan No. 90 Panjer, Denpasar, Bali

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, atas berkat dan
karuniaNya modul ajar ini diselesaikan dan diterbitkan.
Modul ini menjelaskan tentang proses pembelajaran dari mata kuliah
Asuhan Keperawatan Anastesiologi dalam Manajemen Nyeri yang ada pada
kurikulum Pendidikan D IV Keperawatan Anastesiologi tahun 2017, sebagai
pegangan bagi dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan proses pembelajaran
baik di kelas, laboratorium, maupun di klinik/lapangan, sesuai dengan capaian
pembelajaran yang dibahas selama proses belajar terstandar untuk semua dosen
pada pendidikan D IV Keperawatan Anastesiologi.
AIPKAnI memfasilitasi anggota dalam penyusunan modul ini dikarenakan
hasil evaluasi terhadap implementasi kurikulum, masih beragam dalam
pelaksanaannya, terutama dari segi kedalaman dan keluasan materi pembelajaran,
serta strategi pembelajaran belum sepenuhnya melaksanakan pendekatan “Student
Center Learning” (SCL).
Dengan diterbitkan modul ini diharapkan agar semua dosen dapat
melaksanakan pembelajaran dengan terarah, mudah, berorientasi pada pendekatan
SCL dan terutama mempunyai kesamaan dalam keluasan dan kedalaman materi
pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
dan mengantar mahasiswa untuk berhasil dengan baik pada ujian akhir ataupun uji
kompetensi.
Terimakasih kepada tim penyusun, editor, dan Tim Bidang Diklat
AIPKAnI, serta semua pihak yang telah berkontribusi sampai terbitnya modul ini.
Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi dosen maupun mahasiswa program D IV
Keperawatan Anastesiologi.

Denpasar, …………2017

ii
Daftar Isi

Halaman Judul ........................................................................................ i


Kata Pengantar ....................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................. iii
Visi Misi STIKES Bali ........................................................................... 1
Visi Misi Prodi D-IV Keperawatan Anestesiologi ................................. 2
Pendahuluan ........................................................................................... 3
Peta Kompetensi ..................................................................................... 5
Modul 1: Konsep nyeri........................................................................... 7
Modul 2: Manjemen nyeri...................................................................... 14
Modul 3: Trend dan issue dalam penanganan nyeri............................... 25
Modul 4: PCA ........................................................................................ 29
Modul 5: Manajemen nyeri di luar RS................................................... 40
Modul 6: Peran dan wewnang perawat anestesi dalam manajemen...... 47

iii
VISI DAN MISI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
(STIKES) BALI

VISI
Menjadi institusi pendidikan kesehatan yang unggul, sehat dan berdaya
saing internasional dengan berlandaskan budaya tahun 2035.
MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan berkualitas dan berkarakter berdasarkan
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta kearifan lokal
2. Melakukan dan mengembangkan penelitian yang berkualitas untuk
menghasilkan produk intelektual yang unggul
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
4. Mengembangkan kemitraan dengan lembaga pendidikan dan institusi lain di
dalam maupun luar negeri
5. Membangun sistem pengelolaan institusi dan penjaminan mutu yang
transparan dan akuntabel
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan di bidang
kesehatan

1
VISI DAN MISI
PRODI DIV KEPERAWATAN ANASTESIOLOGI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
(STIKES) BALI

VISI
Menghasilkan lulusan perawat anestesi yang handal, profesional dan berwawasan
global
MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan Keperawatan Anestesiologi yang berdasarkan
standar kompetensi
2. Mengembangkan program akademik dan non-akademik yang menunjang
pengembangan keunggulan kompetitif lulusan
3. Memanfaatkan dan mengembangkan kegiatan belajar-mengajar dengan
menggunakan teknologi mutakhir di bidang Keperawatan Anestesiologi
4. Melaksanakan penelitian di bidang Keperawatan Anestesiologi
5. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat berdasarkan hasil penelitian
6. Mengembangkan kerjasama dengan institusi lain baik lokal, nasional dan
internasional

2
PENDAHULUAN

Saat ini anda sedang memplajari modul mata kuliah asuhan keperawatan anestesi
dalam manajemen nyeri. Asuhan keperawatan anestesi dalam manajemen nyeri
merupakan salah satu mata kuliah yang diharapkan dapat menunjang pencapaian
kompetensi anda sebagai calon lulusan diploma IV Keperawatan anestesi yang
professional. Anda diharapkan mendapat pengalaman belajar yang memungkinkan
tercapainya tujuan pembelajaran secara utuh dan komprehensif, salah satunya
melalui mata kuliah asuhan keperawatan anestesi dalam manajemen nyeri

Mata kuliah asuhan keperawatan anestesi dalam manajemen nyeri memiliki beban
SKS sebesar 2 SKS yang terdiri dari 1 sks teori dan 1 sks praktik.Mata kuliah ini
berfokus pada pemahaman tentang keperawatan anastesi professional yang aman
dan efektif, dalam manajemen nyeri, dengan menerapkan berbagai teori, konsep
dan prinsip-prinsip keperawatan anastesiologi berdasarkan kaedah-kaedah dan
proses keperawatan secara komprehensif sebagai pendekatan dalam memberikan
asuhan keperawatan anastesiologi yang dapat dilaksanakan diberbagai tatanan
pelayanan kesehatan.

Cakupan mata kuliah ini adalah membahas tentang asuhan keperawatan


anastesiologi dalam manajemen nyeri yang meliputi : konsep nyeri, manajemen
nyeri, trend issue dalam penanganan nyeri, PCA, manajemen nyeri diluar RS dan
peran dan wewenang perawat anestesi dalam manajemen nyeri. Untuk dapat
mengaplikasikan mata kuliah tersebut diperlukan berbagai pengalaman belajar,
yang meliputi: pengalaman belajar di kelas, laboratorium dan klinik sehingga
dapat memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk dapat memperoleh
kesempatan melakukan asuhan keperawatan anastesiologi dengan penyakit
penyerta secara professional yang sesuai dengan kebutuhan di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan yang ada.
Secara terperinci mata kuliah ini diuraikan dalam 5 modul yaitu:
MODUL 1 : Konsep nyeri
MODUL 2 : manjemen nyeri
MODUL 3 : Trend dan issue dalam penanganan nyeri
MODUL 4 : PCA
3
MODUL 5 : Manajemen nyeri di luar RS
MODUL 6 : Peran dan wewnang perawat anestesi dalam manajemen
nyeri

4
PETA KOMPETENSI

Setelah mengikuti mata kuliah Asuhan Keperawatan Anastesiologi dalam manajemen nyeri,
mahasiswa diharapkan mampu melakukan asuhan keperawatan anastesi sepanjang rentang sehat
dan sakit dalam manajemen nyeri yang diderita pasien melalui pendekatan proses keperawatan
anastesi.

Konsep nyeri Manajemen Trend dan Issue PCA Manajemen nyeri Peran dan wewenang
nyeri dalam penanganan diluar RS perawat anestesi dalam
nyeri manajemen nyeri

Farmakologi Non Farmakologi

Dokumentasi Asuhan Keperawatan Anastesi

Pengkajian Rumusan
5 Perencanaan Implementasi Evaluasi
masalah
DESKRIPSI SINGKAT MATA AJAR

Mata kuliah ini membahasa tentang melakakuan asuhan keperawatan anestesi


pada pasien yang mengalami nyeri

CAPAIAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan Konsep nyeri


2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan manjemen nyeri
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Trend dan issue dalam penanganan
nyeri
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan PCA
5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan manajemen nyeri
diluar RS
6. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan Peran dan
wewnang perawat anestesi dalam manajemen nyeri

POKOK BAHASAN
MODUL 1 : Konsep nyeri
MODUL 2 : manjemen nyeri
MODUL 3 : Trend dan issue dalam penanganan nyeri
MODUL 4 : PCA
MODUL 5 : Manajemen nyeri di luar RS
MODUL 6 : Peran dan wewnang perawat anestesi dalam manajemen
nyeri

MODUL I: KONSEP NYERI

KEGIATAN BELAJAR : Konsep Nyeri

1. Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan Konsep nyeri

2. Uraian Materi

6
a. Definisi nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yan aktual dan potensial
(Judha, Sudarti, Fauziah, 2012). Nyeri adalah alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (Smelter &
Bare, 2002). Menurut Smelter & Bare (2002), International
Association for the Study of Pain (IASP) mendefenisikan nyeri
sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosi yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana
terjadi kerusakan (Judha, Sudarti, Fauziah, 2012).
b. Klasifikasi nyeri
1) Nyeri berdasarkan sifatnya
- Incidental Pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktuwaktu lalu
menghilang.
- Steady Pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta
dirasakan dalam waktu yang lama.
- Paroximal Pain, nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi
dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ± 10-15
menit lalu menghilang kemudian timbul lagi
2) Nyeri berdasarkan tempatnya
- Pheriperal Pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan
tubuh misalnya pada kulit, mukosa.
- Deep Pain, nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang
lebih dalam atau organ-organ tubuh viseral
- Refered Pain, nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian
tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
- Central Pain, nyeri yang terjadi karena perangsangan pada
sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus.
3) Nyeri berdasarkan durasainya
- Nyeri Akut bersifat terbatas atau akan sembuh dalam
beberapa hari atau minggu contoh: nyeri pasca trauma,
paska operasi dan nyeri obstetrik seperti halnya nyeri yang

7
diasosiasikan dengan kondisi medis kritis yang akut seperti
miokard infark, pancreatitis dan calculi renal.
- Nyeri Kronis menetap dialami lebih 3 bulan atau 6 bulan
dari akibat abnormal penyembuhannya atau karena
pengobatan yang tidak adekuat, contoh : kanker
4) Nyeri berdasarkan tipe
- Nyeri somatik Nyeri somatik dideskripsikan sebagai sakit,
menggerogoti, dan tajam dalam hal kualitas. Dapat
dilokalisasi dan diinisiasi oleh aktivasi nosiseptor di
jaringan kulit dan jaringan dalam. Contoh nyeri somatic
termasuk nyeri akut pasca operasi dan patah tulang.
- Nyeri visceral Nyeri visceral juga diasosiasikan dengan
kerusakan jaringan, khususnya infiltrasi, kompresi dan
distensi dari organ dalam. Nyeri yang tumpul dan sukar
dilokalisasi dan bisa menyebar ke tempat lain. Misalnya
nyeri perut yang disebabkan oleh konstipasi.
- Nyeri neuropatik Nyeri neuropati dihasilkan dari kerusakan
terhadap sistem saraf baik pusat maupun periferl.
Tertembak, sengatan listrik, ataupun luka bakar sering
bersamaan dengan latar belakang timbulnya sensasi nyeri
dan terbakar. Contohnya, neuropati diabetik dan neuralgia
post herpetic.
c. Fisiologi dan mekanisme nyeri
1) Stimulasi / Transduksi
Reseptor khusus nyeri – nociceptor – berhubungan dengan
saraf aferen berujung pada spinal cord.
Jika terdapat stimulus nyeri (noxious pain) misalnya panas,
tekanan, kimia – diubah menjadi impuls saraf – ditransmisikan
(potensial aksi) di sepanjang saraf aferen menuju ke spinal
cord – ke SSP.
2) Transmisi
Merupakan suatu proses penyaluran impuls melalui serabut
saraf aferen (serabut nociceptor). Serabut saraf aferen ada 2
macam yaitu serabut A-δ dan serabut C. Mediator inflamasi

8
(histamin, prostaglandin,leukotrien, serotonin) dapat
meningkatkan sensitivitas nociceptor – nyeri.
d. Persepsi nyeri
Setelah impuls saraf sampai ke otak – nyeri dirasakan – timbul
respon ‘nyeri’
e. Modulasi nyeri
Suatu proses interaksi antara analgesik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk (inhibition of nociceptive impuls). Contoh
analgesik endogen - Endogenous opiate system – opiat endogen
akan berikatan dengan reseptor opiat – modulasi perjalanan impuls
nyeri – nyeri itu subyektif. Contoh analgesik endogen lainnya :
serotonin, NE, GABA dan neurotensin
f. Pengukuran Derajat Nyeri

9
3. Latihan

Dalam memperdalam pemahaman anda mengenai materi, maka


selesaikanlah latihan berikut! Anda dianjurkan untuk mencari jurnal
dan mempelajari konsep nyeri di Rumah Sakit Khususnya di ruang
keperawatan

Petunjuk latihan
a. Lakukan observasi lapangan dan lakukan wawancara kepada
perawat di ruang keperawatan.
b. Mengumpulkan informasi terkait konsep nyeri untuk menyusun
questioner yang mengacu pada teori.
c. Kumpulkan data dan buat rangkuman hasil interview dan
observasi lapangan anda.
d. Bagaimana kesimpulan anda, tuangkan dalam bentuk laporan.
e. Selamat mengerjkan tugas.

4. Test formatif

10
1. Dibawah ini yang bukan termasuk kedalam klasifikasi nyeri
berdasarkan tempatnya…

a. Pheriperal Pain b. Deep Pain


c. Refered Pain d. Nyeri somatik
2. bersifat terbatas atau akan sembuh dalam beberapa hari atau
minggu contoh: nyeri pasca trauma, paska operasi dan nyeri
obstetrik seperti halnya nyeri yang diasosiasikan dengan kondisi
medis kritis yang akut seperti miokard infark, pancreatitis dan
calculi renal.
Dari pernyataan diatas merupakan klasifikasi nyeri
berdasarkan…..

a. Nyeri berdasarkan b. Nyeri berdasarkan


tempatnya tipenya
c. Nyeri berdasarkan d. Nyeri somatik
durasainya
3. Setelah impuls saraf sampai ke otak – nyeri dirasakan – timbul
respon ‘nyeriii...’
Pengertian diatas merupakan mekanisme yang disebutt….

a. Stimulasi b. Modulasi nyeri


c. Persepsi nyeri d. Nyeri somatik
4. yang merupakan rentan nyeri ringan adalah..

a. 3 b. 5
c. 4 d. 6
5. yaitu nyeri yang timbul sewaktuwaktu lalu menghilang merupakan
nyeri…

a. incidental pain b. Pheriperal Pain


c. Steady pain d. Refered Pain
6. Skala nyeri 10 merupakan persepsi tingkat..

a. Ringan b. Sedang

11
c. Berat d. Sangat berat
7. Skala nyeri 9 merupakan persepsi tingkat..

a. Ringan b. Sedang
c. Berat d. Sangat berat
8. Nyeri yang sampai 6 bulan disebut nyeri…

a. Kronis b. lama
c. Akut d. Sebentar
9. Nyeri yang sembuh dalam beberapa jam bahkan beberapa hari
disebut…

a. Kronis b. lama
c. Akut d. Sebentar
10.Merupakan suatu proses penyaluran impuls melalui serabut saraf
aferen (serabut nociceptor) disebut dengan…

a. Stimulasi b. Modulasi nyeri


c. Persepsi nyeri d. Nyeri somatik
5. Umpan balik dan tindak lanjut

Bagaimana hasil test formatif yang sudah anda kerjakan? Apakah hasil
anda sudah mencapai nilai diatas 70?
Bagus sekali, jika nilai anda sudah mencapai nilai diatas 70,
menunjukan bahwa anda sudah mempelajari materi tersebut dengan
baik. Jika belum mencari nilai tersebut, jangan putus asa coba baca
dan pelajari kembali materi diatas dan coba ulangi kembali untuk
mengisi test formatif diatas, sampai berhasil. Yakinlah bahwa anda
bisa!

6. Kunci jawaban

1. D 6. D
2. C 5. C

12
3. C 6. A
4. A 7. C
5. A 8. A

7. Daftar Pustaka

1. Anonim.2017 Buku Dasar Manajemen Nyeri. Penerbit Sagung


Seto. Jakarta.
2. Nyeri: Konsep Dan Penatalaksanaan Dalam Praktik Keperawatan
Berbasis Bukti. Penerbit Salemba Medika
3. Yvonne M. D’Arcy . 2007. Pain Manajemen ( Evidence Based
Tools and Techniques for Nursing Professionals). Penerbit : 2007
HCPro, Inc.
4. L.Tarau, M.Burst. Buku Nyeri Kronis. Penerbit Buku
kedokteran. EGC. Jakarta.

MODUL II: MANAJEMEN NYERI

KEGIATAN BELAJAR I : Manajemen nyeri non farmakologi


1. Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan Manajemen


nyeri non farmakologi

2. Uraian Materi

Non Famakologi
a. Dapat menurunkan nyeri tanpa penggunaan obat yang dapat
menimbulkan efek samping
b. Dapat meningkatkan Kontrol pasien terhadap rasa nyeri
c. Klien harus selalu di motivasi untuk menggunakan strategi
manajemen diri (self-management strategies)
Berikut ini beberapa penanganan nyeri Non Farmakologi:
1) Stimulasi dan masase kutaneus.
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum,
sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak
secara spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian

13
yang sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai
dampak melalui sistem kontrol desenden. Masase dapat
membuat pasien lebih nyaman karena menyebabkan relaksasi
otot (Smeltzer dan Bare, 2002).
2) Terapi es dan panas
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang
memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain
pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi.
Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatkan
aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut
menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.Baik
terapi es maupun terapi panas harus digunakan dengan hati-
hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cedera
kulit (Smeltzer dan Bare, 2002).

3) Trancutaneus electric nerve stimulation


Trancutaneus electric nerve stimulation (TENS)
menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan
elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan
sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada area
nyeri.TENS dapat digunakan baik untuk nyeri akut maupun
nyeri kronis (Smeltzer dan Bare, 2002).

4) Distraksi
Distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian pasien
pada sesuatu selain pada nyeri dapat menjadi strategi yang
berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang
bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya.
Seseorang yang kurang menyadari adanya nyeri atau
memberikan sedikit perhatian pada nyeri akan sedikit
terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri.
Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan

14
lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak
(Smeltzer dan Bare, 2002).
5) Teknik relaksasi
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri
dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang
nyeri.Hampir semua orang dengan nyeri kronis mendapatkan
manfaat dari metode relaksasi.Periode relaksasi yang teratur
dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan
otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan
nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002).
6) Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah mengggunakan imajinasi
seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus
untuk mencapai efek positif tertentu. Sebagai contoh,
imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri
dapat terdiri atas menggabungkan napas berirama lambat
dengan suatu bayangan mental relaksasi dan kenyamanan
(Smeltzer dan Bare, 2002).
7) Hipnosis
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan
jumlah analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan
kronis. Keefektifan hipnosis tergantung pada kemudahan
hipnotik individu

3. Latihan

Dalam memperdalam pemahaman anda mengenai materi, maka


selesaikanlah latihan berikut ! Anda dianjurkan untuk mencari jurnal
dan mempelajari Manajemen nyeri farmakologi di Rumah Sakit
Khususnya di ruang keperawatan!
Petunjuk latihan
a. Lakukan observasi lapangan dan lakukan wawancara kepada
perawat di ruang keperawatan.

15
b. Mengumpulkan informasi terkait Manajemen nyeri non
farmakologi dan untuk menyusun questioner yang mengacu pada
teori.
c. Kumpulkan data dan buat rangkuman hasil interview dan
observasi lapangan anda.
d. Bagaimana kesimpulan anda, tuangkan dalam bentuk laporan.
e. Selamat mengerjkan tugas.

4. Test formatif

1. Apa yang dimaksud dengan manajemen nyeri non


farmakologi kecuali

a. menurunkan nyeri tanpa penggunaan obat

b. meningkatkan Kontrol pasien terhadap rasa nyeri

c. Klien harus selalu di motivasi klien merupakan hal utama

d. menghilangkan nyeri dengan obat

2. seorang pasien mengeluh nyeri pada bagian


exstremitas karena fraktur. Perawat menyarankan pasien untuk
menarik nafas dari hidung dan mengeluarkan melalui mulut
secara teratur. Tehnik apa yang digunakan oleh perawat?

a. Distraksi

b. Relaksasi

c. Distraksi dan relaksasi

d. Imaginasi terbimbing

3. Seorang remaja dirawat di ruang UGD dengan


keluhan mual muntah hebat. Perawat akan melakukan injeksi
obat ke pasien, tetapi pasien menolak karena takut disuntik

16
karena sakit. Perawat menyiapkan obat dan akan melakukan
penyuntikan sambil bertanya hobby pasien, dan bertanya tentang
pelajaran yang disukai di sekolah pasien. Tehnik apa yang
digunakan oleh perawat?

a. Distraksi

b. Relaksasi

c. Distraksi dan relaksasi

d. Imaginasi terbimbing

4. cara mengalihkan pikiran pasien ke hal - hal yang


menyenangkan, misalnya menceritakan sesuatu keadaan yang
indah.

a. Distraksi

b. Cutaneous stimulation

c. Distraksi dan relaksasi

d. Imaginasi terbimbing

5. Seorang pemain sepak bola mengalami cedera pada


otot paha. Perawat melakukan compress air dingin di area yang
sakit. Tehnik manajemen nyeri apa yang digunakan perawat?

a. Distraksi

b. Cutaneous stimulation

c. Distraksi dan relaksasi

d. Imaginasi terbimbing

5. Umpan balik dan tindak lanjut

Bagaimana hasil test formatif yang sudah anda kerjakan? Apakah


hasil anda sudah mencapai nilai diatas 70?

17
Bagus sekali, jika nilai anda sudah mencapai nilai diatas 70,
menunjukan bahwa anda sudah mempelajari materi tersebut dengan
baik. Jika belum mencari nilai tersebut, jangan putus asa coba baca
dan pelajari kembali materi diatas dan coba ulangi kembali untuk
mengisi test formatif diatas, sampai berhasil. Yakinlah bahwa anda
bisa!

6. Kunci jawaban

1.D

2.B

3.A

4.D

5.B

7. Daftar Pustaka

1. Anonim.2017 Buku Dasar Manajemen Nyeri. Penerbit Sagung


Seto. Jakarta.
2. Nyeri: Konsep Dan Penatalaksanaan Dalam Praktik Keperawatan
Berbasis Bukti. Penerbit Salemba Medika
3. Yvonne M. D’Arcy . 2007. Pain Manajemen ( Evidence Based
Tools and Techniques for Nursing Professionals). Penerbit : 2007
HCPro, Inc.
4. L.Tarau, M.Burst. Buku Nyeri Kronis. Penerbit Buku kedokteran.
EGC. Jakarta.

18
KEGIATAN BELAJAR II : Manajemen nyeri farmakologi
1. Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan Manajemen


nyeri farmakologi

2. Uraian Materi

a. Manajemen dengan farmakologi


Pengobatan nyeri harus dimulai dari anlagesik yang paling ringan
sampai ke analgesik yang paling kuat. Penanganan nyeri dengan
obat sebagai berikut:
Step 1: Nyeri ringan- sedang.
Obat non opiat dan adjuvant, NSAID asetominofen.Terapi
adjuvan dpt digunakan sendiri atau kombinasi dg non
opiate.
Contoh: kortikosteroid, antidepresan trisiklik,
antikonvulsan, plester lidokain 5%, Capsaicin
Step 2: nyeri moderat sampai berat moderat
Agen opiat spt: kodein, hidrokodon, propoxiphen. Sering
dikombinasi dengan asetominofen atau NSAID Tramadol
agen atipikal baru yg metabolitnya (o-demetil tramadol)
dpt mengikat reseptor opiat mu dan memiliki karakteristik
non opiat. Yaitu sedikit menghambat reuptake NE dan
serotonin.
Step 3: Nyeri moderat sampai berat
Morfin, oksikodon, fentanil dan hidromorfin.
b. Penatalaksanaan nyeri neuropati
Hampir sebagian besar nyeri neuropati tidak berespon thd NSAID
dan analgesik opioid. Terapi utamanya adalah : antidepresan
trisiklik (TCA’s), antikonvulsan, dan anestetik sistemik lokal.
Contoh obat yang dapat digunakan : Pregabalin, Gabapentin,
Fenitoin, Carbamazepin
c. Analgesik Non-Opiat

19
Analgesik yang digunakan dimulai dari analgesik yang efektif
dengan efek samping yang ringan. Asetaminofen, Aspirin, dan
NSAID biasanya digunakan untuk treatment mild-moderate.

1. Parasetamol 6. Asam propionat :


2. Salisilat : a. Ibuprofen
a. Aspirin b. Ketoprofen
b. Diflunisal c. Naproksen
c. Salisilamid 7. Asam pirolizin karboksilat :
3. Fenamat :
Ketorolak
a. Meklofenamat
8. Inhibitor COX-2 :
b. Asam Mefenamat
a. Celecoxib
4. Na diklofenak
b. Valdecoxib
5. Antalgin

d. Analgesic opiat

1. Agonis seperti morfin : 3. Agonis seperti metadon :


a. Morfin a. Metadon
b. Kodein b. Propoksifen
c. Hidromorfin 4. Antagonis :
d. Oksikodon Nalokson
2. Agonis seperti meperidin 5. Analgesik sentral :
Tramadol
:
a. Meperidin
b. Fentanil

e. Mekanisme opiat.
Bekerja pada reseptor opiat di SSP. reseptor yang memodulasi
transmisi nyeri, menurunkan persepsi nyeri

20
a) Reseptor opiat ada 3 : Reseptor µ (mu) : berperan dalam
analgesia supraspinal, depresi respirasi, euforia, dan
ketergantungan
b) Reseptor к (kappa) : berperan dalam analgesia spinal,
miosis, sedasi
c) Reseptor δ (delta) : disforia, halusinasi, stimulasi pusat
vasomotor. Manajemen nyeri non farmakologi

3. Latihan

Dalam memperdalam pemahaman anda mengenai materi, maka


selesaikanlah latihan berikut ! Anda dianjurkan untuk mencari jurnal
dan mempelajari Manajemen nyeri farmakologi di Rumah Sakit
Khususnya di ruang keperawatan!
Petunjuk latihan
a. Lakukan observasi lapangan dan lakukan wawancara kepada
perawat di ruang keperawatan.
b. Mengumpulkan informasi terkait Manajemen nyeri non
farmakologi dan farmakologi untuk menyusun questioner yang
mengacu pada teori.
c. Kumpulkan data dan buat rangkuman hasil interview dan
observasi lapangan anda.
d. Bagaimana kesimpulan anda, tuangkan dalam bentuk laporan.
e. Selamat mengerjkan tugas.

4. Test formatif

1. Berikut ini yang temasuk kedalam analgesik opiat adalah…

a. Morfin b. Ibu profen


c. Paracetamol d. aspirin
2. berikut ini yang termasuk kedalam analgesik opiat agonis adalah…

a. Morfin b. Ibu profen


c. Paracetamol d. aspirin

21
3. berikut ini yang bukan termasuk kedalam analgesik non opiat
adalah…

a. Morfin b. Ibu profen


c. Paracetamol d. aspirin
1. berikut ini yang termasuk kedalam analgesic non opiat adalah…

a. Morfin b. Kodein
c. Fentanyl d. aspirin
1. berikut ini yang termasuk kedalam golongan salisilat adalah
KECUALI

a. salisilamid b. Kodein
c. diflunisal d. aspirin

5. Umpan balik dan tindak lanjut

Bagaimana hasil test formatif yang sudah anda kerjakan? Apakah hasil
anda sudah mencapai nilai diatas 70?
Bagus sekali, jika nilai anda sudah mencapai nilai diatas 70,
menunjukan bahwa anda sudah mempelajari materi tersebut dengan
baik. Jika belum mencari nilai tersebut, jangan putus asa coba baca
dan pelajari kembali materi diatas dan coba ulangi kembali untuk
mengisi test formatif diatas, sampai berhasil. Yakinlah bahwa anda
bisa!

6. Kunci jawaban

1. A
2. A
3. A
4. D
5. B

22
7. Daftar Pustaka

1. Anonim.2017 Buku Dasar Manajemen Nyeri. Penerbit Sagung


Seto. Jakarta.
2. Nyeri: Konsep Dan Penatalaksanaan Dalam Praktik Keperawatan
Berbasis Bukti. Penerbit Salemba Medika
3. Yvonne M. D’Arcy . 2007. Pain Manajemen ( Evidence Based
Tools and Techniques for Nursing Professionals). Penerbit : 2007
HCPro, Inc.
4. L.Tarau, M.Burst. Buku Nyeri Kronis. Penerbit Buku
kedokteran. EGC. Jakarta.

MODUL III: TREND DAN ISSUE PENANGANAN NYERI

KEGIATAN BELAJAR HIPNOBIRTHING

1. Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa mampu mengetahui trend dan issue dalam penangaan nyeri


melahirkan dengan hipnobirthing

2. Uraian Materi

a. Definisi Hipnobirthing

Hypnobirthing adalah metode yang menggunakan self-


hypnosis (hipnotis diri sendiri) dan teknik relaksasi untuk membantu
calon ibu merasa siap serta mengurangi persepsi akan ketakutan,
kecemasan atau tegang, dan rasa sakit saat melahirkan.

Berdasarkan penelitian kesehatan, penggunaan hipnosis selama


persalinan membantu wanita hamil mengatasi ketakutan. Ketika

23
takut, otot-otot menjadi tegang. Akibatnya, proses kontraksi dan
melahirkan alami pun menjadi terganggu, hingga akan
mengakibatkan rasa sakit berlebihan saat melahirkan.

b. Cara Kerja Hypnobirthing

Hypnobirthing didasarkan pada kekuatan sugesti. Prosesnya


dapat menggunakan musik, video, pemikiran dan kata-kata positif
guna memandu pikiran, membuat tubuh santai, dan mengendalikan
napas saat proses persalinan berlangsung. Misalnya diputarkan
musik suara alam, video berkembangnya sebuah bunga, atau
memikirkan kalimat-kalimat pernyataan seperti “saya ingin
melahirkan secara normal”, “saya relaks, bayi saya juga relaks”.

Hipnosis dalam hypnobirthing dapat dilakukan sendiri (self-


hypnosis) atau meminta bantuan dari hipnoterapis, tergantung pada
kebutuhan sang calon ibu. Sebelum melakukan hypnobirthing, calon
ibu (dan ayah) dapat mengikuti kelas kursus hypnobirthing pada saat
kandungan berusia sekitar 32 minggu. Pada kursus tersebut akan
diajarkan posisi tubuh saat persalinan dan kelahiran, relaksasi
dan self-hypnosis, dan teknik bernapas.

c. Manfaat Hypnobirthing

Potensi manfaat dari hypnobirthing antara lain dapat:

 Memberikan kenyamanan, relaksasi, dan bantuan selama


persalinan.
 Mengurangi stres dan ketakutan saat melahirkan.

 Memungkinkan calon ibu untuk tetap waspada dan terjaga selama


persalinan.

 Mengurangi kebutuhan akan obat untuk mempercepat proses


persalinan dan obat penghilang rasa sakit selama proses persalinan.

24
 Kala I persalinan menjadi lebih pendek.

 Sakit saat persalinan berkurang atau bahkan tidak ada.

 Memperpendek waktu tinggal di rumah sakit usai melahirkan

3. Latihan

1. Jelaskan apa itu hipnobirthing

2. Jelaskan bagaimana cara hipnobirthing

3. Jelaskan manfaat dari hipnobirthing

4. Tes formatif

1. Seorang ibu hamil dengan usia kandungan 9 bulan. Ibu mengatakan


takut dan gugup menghadapi persalinan. Perawat ingin mengurangi
kecemasan ibu dengan mencoba diputarkan musik suara alam, video
berkembangnya sebuah bunga, atau memikirkan kalimat-kalimat
pernyataan seperti “saya ingin melahirkan secara normal”, “saya relaks,
bayi saya juga relaks”

Sebutkan tehnik yang digunakan oleh perawat tersebut

a. Hipnotis

b. Hipnobreathing

c. Hipnobirthing

d. Hipnotherapi

e. Distraksi

2. Seorang Ibu datang ke puskesmas ingin konsultasi tentang


persalinannya. Perawat menyarankan ibu untuk mencoba hipnobirthing
tentang kegunaan dan manfaat yang didapatkan saat mengikuti
hipnobirthing.

25
Apa saja yang dijelaskan ke perawat tentang manfaat hipnobirthing
kecuali

a. Memberikan kenyamanan, relaksasi, dan bantuan selama


persalinan.
b. Mengurangi stres dan ketakutan saat melahirkan.

c. Memungkinkan calon ibu untuk tetap waspada dan terjaga selama


persalinan.

d. Mengurangi kebutuhan akan obat untuk mempercepat proses


persalinan dan obat penghilang rasa sakit selama proses persalinan.

e. Memperpanjang kala I saat melahirkan

5. Umpan balik dan tindak lanjut

Bagaimana hasil test formatif yang sudah anda kerjakan? Apakah hasil
jawaban anda sudah mencapai nilai di atas 70? Bagus sekali, jika nilai
anda sudah lebih dari 70, hal ini menunjukkan bahwa anda sudah
mempelajari materi tersebut dengan baik. Jika belum mencapai nilai
tersebut, jangan putus asa coba baca dan pelajari kembali materi di atas,
sampai berhasil. Yakin bahwa anda bisa!
Jika anda sudah melewati batas nilai lulus silahkan lanjut ke kegiatan
belajar berikutnya!

6. Kunci Jawaban

1. C

2. E

7. Daftar Pustaka

Tobah, Y. Mayo Clinic (2016). Labor and delivery, postpartum care.


Isidro-Claudas, T. Parents. All About HypnoBirthing.
Turner, J. Baby Centre (2016). Can hypnobirthing make labour easier and less

26
painful?
Abedin, S. WebMD (2010). Hypnobirthing: Calmer Natural Childbirth.

MODUL IV: PAINT CONTROLLED ANALGESIA

KEGIATAN BELAJAR 1 Definisi PCA

1. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan PCA
2. Uraian Materi
Patient Controlled Analgesia (PCA) merupakan suatu metode
interaktif dan mutakhir dalam penanganan nyeri, dimana pasien
diikutsertakan secara aktif dalam menentukan jumlah analgetik yang
diberikan yang sesuai untuk dirinya sendiri. Konsep PCA secara luas
adalah pasien segera mendapat analgetik sesuai nyeri yang
dirasakannya, baik melalui intravena, epidural, inhalasi, transkutan
maupun oral. Dalam konteks saat ini, penanganan nyeri dengan PCA
di rumah sakit menggunakan suatu mesin alat infus elektronik dengan
pompa dan dilengkapi dengan tombol kontrol untuk memasukkan

27
sejumlah dosis analgesia. Obat analgesia akan masuk bila pasien
menekan tombol dengan dosis analgesia yang telah terprogram
sebelumnya. Biasanya analgetik yang diberikan melalui mesin PCA
berupa golongan opioid, namun tidak jarang NSAID juga diberikan
melalui mesin PCA.
Patient-Controlled Analgesia (PCA) merupakan pemberian opioid
intravena, ondemand, intermitten di bawah kontrol pasien (dengan
atau tanpa bantuan infus kontinyu). Teknik berdasar pada pemakaian
infus canggih yang dikendalikan mikroprosesor yang memberikan
obat dengan dosis terprogram ketika pasien menekan tombol
permintaan. PCA merupakan konseptual kerangka kerja untuk
pemberian analgesik. Konsep luas dari PCA tidak untuk satu jenis
obat analgetik atau rute tunggal atau satu cara pemberian. Analgetik
melalui rute apapun (oral, subkutan, epidural, kateter saraf perifer,
atau transdermal) dapat dianggap sebagai PCA jika pemberiannya
segera sesuai permintaan pasien dan cukup kuantitas.
3. Latihan
a. Menjelaskan keuntungan dan kerugian PCA
b. Mendiskusikan keuntungan dan kerugian PCA
4. Test formatif
1) PCA singkatan dari…..
a. Patient-Controlled Analgesia
b. Patient controlled antibody
c. A salah
d. A dan b salah
2) Dibawah ini yang termasuk kedalam obat opiad adalah..
a. Benzodiazepine
b. Midazolam
c. Pentanyl
d. Ibu profen
5. Umpan balik dan tindak lanjut
Bagaimana hasil test formatif yang sudah anda kerjakan? Apakah hasil
jawaban anda sudah mencapai nilai di atas 70? Bagus sekali, jika nilai
anda sudah lebih dari 70, hal ini menunjukkan bahwa anda sudah
mempelajari materi tersebut dengan baik. Jika belum mencapai nilai
tersebut, jangan putus asa coba baca dan pelajari kembali materi di
atas, sampai berhasil. Yakin bahwa anda bisa!

28
Jika anda sudah melewati batas nilai lulus silahkan lanjut ke kegiatan
belajar berikutnya!
6. Kunci jawaban
1) A
2) C
7. Daftar Pustaka

a) Anonim.2017 Buku Dasar Manajemen Nyeri. Penerbit Sagung


Seto. Jakarta
b) Nyeri: Konsep Dan Penatalaksanaan Dalam Praktik Keperawatan
Berbasis Bukti. Penerbit Salemba Medika
c) Yvonne M. D’Arcy . 2007. Pain Manajemen ( Evidence Based
Tools and Techniques for Nursing Professionals). Penerbit : 2007
HCPro, Inc.
d) L.Tarau, M.Burst. Buku Nyeri Kronis. Penerbit Buku kedokteran.
EGC. Jakarta.

29
KEGIATAN BELAJAR 2 Model PCA dan variasi dosis
1. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan PCA dan Variasi dosis
2. Uraian Materi
PCA mempunyai beberapa metode administrasi. Yang paling
umum dipergunakan adalah demand dosing (dosis tetap sesuai
permintaan secara intermitten) dan infus kontinyu yang ditambah
demand dosing. Hampir seluruh alat PCA modern menawarkan kedua
metode ini.4,6,7 Beberapa variabel dasar pada PCA : initial loading
dose, demand dose, lockout interval, infus kontinyu, dan batas waktu
pemberian 1 jam dan 4 jam. Initial loading dose memungkinkan titrasi
dari obat ketika diaktivasi oleh petugas medis. Initial loading dose
dapat dipakai oleh perawat di PACU untuk mentitrasi obat agar
mencapai MEAC (minimum effective analgesic concentration) atau
untuk memberikan dosis breakthrough. Demand dose merupakan
kuantitas obat analgetik yang diberikan pada pasien saat tombol
permintaan ditekan. 7,8 Untuk mencegah overdosis, PCA
menggunakan lockout interval, yang merupakan jarak waktu dimana
mesin tidak akan mengeluarkan obat sesuai demand dose (bahkan jika
pasien memencet tombol permintaan) setelah permintaan yang sukses
sebelumnya. Infus kontinyu adalah infus dengan kecepatan konstan
yang diberikan secara terus-menerus.
3. Latihan
a. Menjelaskan keuntungan dan kerugian PCA
b. Mendiskusikan keuntungan dan kerugian PCA
4. Test formatif
1) Sebutkan metode administrasi PCA yang paling umum..
a. Deman dosing
b. Infus kontinyu
c. A salah
d. A dan b benar
2) Mesin tidak akan mengeluarkan obat walaupun mesin di
pencet oleh pasin itu sendiri.
Hal diatas disebut dengan metode…
a. Deman lose
b. Infus kontinyu

30
c. A salah
d. A dan b salah
5. Umpan balik dan tindak lanjut
Bagaimana hasil test formatif yang sudah anda kerjakan? Apakah hasil
jawaban anda sudah mencapai nilai di atas 70? Bagus sekali, jika nilai
anda sudah lebih dari 70, hal ini menunjukkan bahwa anda sudah
mempelajari materi tersebut dengan baik. Jika belum mencapai nilai
tersebut, jangan putus asa coba baca dan pelajari kembali materi di
atas, sampai berhasil. Yakin bahwa anda bisa!
anda sudah melewati batas nilai lulus silahkan lanjut ke kegiatan
belajar berikutnya!
6. Kunci jawaban
1) D
2) A
7. Daftar Pustaka

a) Anonim.2017 Buku Dasar Manajemen Nyeri. Penerbit Sagung


Seto. Jakarta
b) Nyeri: Konsep Dan Penatalaksanaan Dalam Praktik Keperawatan
Berbasis Bukti. Penerbit Salemba Medika
c) Yvonne M. D’Arcy . 2007. Pain Manajemen ( Evidence Based
Tools and Techniques for Nursing Professionals). Penerbit : 2007
HCPro, Inc.
d) L.Tarau, M.Burst. Buku Nyeri Kronis. Penerbit Buku kedokteran.
EGC. Jakarta.

KEGIATAN BELAJAR 3 Keuntungan dan kekurangan


penggunaan PCA
1. Tujuan Pembelajaran Keuntungan dan kekurangan penggunaan PCA
Mahasiswa mampu menguraikan keuntungan dan kekurangan
penggunaan PCA
2. Uraian Materi
Opioid merupakan obat utama dalam tatalaksana farmakologis.
Dimulai dengan PCA untuk kontrol dan titrasi nyeri secara cepat.
Hidromorfon merupakan pilihan jika dibandingkan dengan morfin,
khususnya pada pasien dengan gagal ginjal akut. Rasio dosis

31
ekuianalgesik dari morfin oral ke hidromorfon yaitu 30:1,5. Total
dosis oral morfin 280 mg ekuivalen dengan 14 mg hidromorfon IV.6
Keuntungan PCA: 6,7 1. Setiap pasien memiliki variabilitas respon
terhadap opioid, sehingga dengan menggunakan PCA dosis dan titrasi
dari obat lebih terindividualisasi. 2. Sistem kontrol umpan balik
negatif, dan menambah sistem keselamatan untuk menghindari depresi
pernafasan. Saat pasien tersedasi akibat pemberian opioid, pasien
tidak akan mampu menekan tombol untuk menerima dosis opioid
yang lebih banyak lagi. 3. Tingkat kepuasan pasien yang lebih tinggi
dalam mengontrol nyeri. 4. Efektifitas analgesia yang lebih baik
dibandingkan menggunakan sistem analgesia yang konvensional.
Kekurangan PCA: 6,7 1. Tidak semua pasien dapat mengerti instruksi
yang perlu diketahui untuk mempertahankan keamanan dan efektifitas
penggunaan mesin-mesin PCA. 2. Potensi terjadinya kesalahan dosis
opioid. Hal ini berhubungan dengan faktor alat, petugas medis yang
meresepkan atau memprogram. 3. Biaya yang lebih tinggi. Time
Plasma concentrations after IM injection of opioids PAIN Requests
analgesia Nurse response Pain relief given sedation comfort 23
Plasma concentrations after Patient Controlled Analgesia Pain asleep
Sedation comfort Obat yang paling sering digunakan pada PCA adalah
opioid, selain itu juga analgetik seperti tramadol, dan ketamine.
Ketamin digunakan bersama-bersama dengan berbagai obatobat
analgesik lainnya secara intravena, epidural, dan pada saat infiltrasi
luka melalui sistem patient controlled delivery.
3. Latihan
a. Menjelaskan keuntungan dan kerugian PCA
b. Mendiskusikan keuntungan dan kerugian PCA
4. Test formatif
1) Dibawah ini yang tidak termasuk kedalam obat golongan opiate
adalah
a. Ibu profen
b. Parasetamol
c. A benar
d. A dan b salah

32
2) Dibawah ini yang temasuk kedalam gololangan opiate adalah
a. Ibu profen
b. Parasetamol
c. Morfin
d. Midazolam
5. Umpan balik dan tindak lanjut
Bagaimana hasil test formatif yang sudah anda kerjakan? Apakah hasil
jawaban anda sudah mencapai nilai di atas 70? Bagus sekali, jika nilai
anda sudah lebih dari 70, hal ini menunjukkan bahwa anda sudah
mempelajari materi tersebut dengan baik. Jika belum mencapai nilai
tersebut, jangan putus asa coba baca dan pelajari kembali materi di
atas, sampai berhasil. Yakin bahwa anda bisa!
anda sudah melewati batas nilai lulus silahkan lanjut ke kegiatan
belajar berikutnya!
6. Kunci jawaban
1) D
2) C
7. Daftar Pustaka

a) Anonim.2017 Buku Dasar Manajemen Nyeri. Penerbit Sagung


Seto. Jakarta
b) Nyeri: Konsep Dan Penatalaksanaan Dalam Praktik Keperawatan
Berbasis Bukti. Penerbit Salemba Medika
c) Yvonne M. D’Arcy . 2007. Pain Manajemen ( Evidence Based
Tools and Techniques for Nursing Professionals). Penerbit : 2007
HCPro, Inc.
d) L.Tarau, M.Burst. Buku Nyeri Kronis. Penerbit Buku kedokteran.
EGC. Jakarta.

33
KEGIATAN BELAJAR 4 Faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaa PCA

1. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menguraikan factor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan PCA
2. Uraian Materi
A. Umur, Jenis Kelamin, Berat badan
Masing-masing karakteristik seperti umur, jenis kelamin, dan berat
badan sering dianggap faktor penting yang mempengaruhi setiap
terapi farmakologis. Umur mempengaruhi dosis opioid sedangkan
gender dan berat badan tidak. Burns et al. menegaskan pengaruh
usia pada kebutuhan IV-PCA. Seratus pasien yang menjalani
pembedahan perut bagian atas diterima IV-PCA diprogram untuk
memberikan dosis morfin incremental 0,02 mg / kg, dengan
interval penguncian 2 menit (tanpa infuse kontinu). Konsumsi
Morfin menurun dengan usia baik laki-laki dan perempuan (P <
0,00005): lebih dari 24 jam, dosis tipikal morfin adalah 75 mg pada
usia 20-30 tahun dibandingkan dengan 30 mg pada saat 60-70
tahun. Macintyre dan Jarvis menemukan kemiripan prediksi terbaik
untuk kebutuhan morfin PCA – IV adalah pada 24 jam pertama
setelah operasi ( jumlah setelah pemberian dosis awal) adalah umur
pasien.2,8 Pada 24 jam pertama didapatkan data bahwa
diperkirakan diperlukan morfin rata-rata 100 mg – umur (tahun)

34
untuk pasien dengan umur lebih dari atau sama dengan 20 tahun.
Walaupun secara signifikan lebih sedikit diperlukan opiate pada
pasien yang lebih tua, Aurbrun et al. (66)
Grafik diatas menunjukan konsentrasi plasma obat dan respon pada
penggunaan analgesia melalui jalur IM dan PCA. Daerah confort
merupakan target konsentrasi analgesik yang diinginkan. 24
menunjukkan pemberian loading titrasi morfin sama antara pasien
yang lebih tua dan lebih muda.5,8,11 Selain itu Burns et al.
menemukan tidak ada korelasi antara berat badan pasien (40-100
kg) dengan kebutuhan morfin. Secara umum orang percaya bahwa
tidak ada dasar yang tepat untuk menjelaskan ini. Penggunaan
morfin perjam menunjukkan bahwa kebutuhan meningkat pada
pukul 9 AM dan 8 PM.7,9,11 Burns et al. menemukan bahwa pada
laki-laki diperlukan dosis lebih besar dibandingkan dengan wanita.
Tetapi pada penelitian yang lain gagal menemukan perbedaan ini.
2.) Toleransi opiat dan nyeri kronis Toleransi opiat dan nyeri kronis
meningkatkan kebutuhan akan morfin melalui PCA - iv. Tetapi
pemberian secara regional analgesia dan terapi adjuvant
mengurangi kebutuhan ini. Perhatian lebih harus diberikan pada
pasien post operasi dengan pemakaian opiate secara kronis,
kemungkinan diperlukan penambahan kebutuhan analgesia. Pada
pasien post operasi dengan nyeri kronis secara umum akan
memberikan skor nyeri yang lebih tinggi dibandingkan yang yang
bukan nyeri kronis.8 3.) Faktor psikologis. Rasa takut dan bingung
pada pasien akan meningkatkan kebutuhan akan obat anti nyeri
pada PCA. Pasien yang memperoleh intervensi dari keluarga, dan
orang yang berpengaruh pada hidupnya akan memperolah nilai
nyeri yang lebih rendah. Selain itu faktor dari pelayanan dan
perhatan dari tenaga medis juga mempengaruhi nilai nyeri dari
pasien
3. Latihan
a. Menguraikan secara singkat PCA

35
b. Mendiskusikan keuntungan dan kerugian PCA
4. Test formatif
1) Dibawah ini yang merupakan factor memperngaruhi terapi
farmakologis adalah
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Berat badan
d. Semua benar
2) Jenis opiate yang kerjanya paling sempurna adalah…
a. Ketamine
b. Midazolam
c. Pentanyl
d. Sulfas atropin
5. Umpan balik dan tindak lanjut
Bagaimana hasil test formatif yang sudah anda kerjakan? Apakah hasil
jawaban anda sudah mencapai nilai di atas 70? Bagus sekali, jika nilai
anda sudah lebih dari 70, hal ini menunjukkan bahwa anda sudah
mempelajari materi tersebut dengan baik. Jika belum mencapai nilai
tersebut, jangan putus asa coba baca dan pelajari kembali materi di
atas, sampai berhasil. Yakin bahwa anda bisa!
anda sudah melewati batas nilai lulus silahkan lanjut ke kegiatan
belajar berikutnya!
6. Kunci jawaban
1) D
2) C
7. Daftar Pustaka

a) Anonim.2017 Buku Dasar Manajemen Nyeri. Penerbit Sagung


Seto. Jakarta
b) Nyeri: Konsep Dan Penatalaksanaan Dalam Praktik Keperawatan
Berbasis Bukti. Penerbit Salemba Medika
c) Yvonne M. D’Arcy . 2007. Pain Manajemen ( Evidence Based
Tools and Techniques for Nursing Professionals). Penerbit : 2007
HCPro, Inc.
d) L.Tarau, M.Burst. Buku Nyeri Kronis. Penerbit Buku kedokteran.
EGC. Jakarta.

36
MODUL V: MANAJEMEN NYERI DILUAR RS

KEGIATAN BELAJAR 1: Manajemen nyeri diluar RS


1. Tujuan Pembelajaran
Mampu menjelaskan dan mengaplikasikan manajemen nyeri diluar RS
2. Uraian Materi
a. Konsep penanganan nyeri di luar RS
Penanganan nyeri di luar Rumah Sakit dapat dilakukan pada nyeri
ringan. Pada Nyeri sedang dan berat disarankan untuk melakukan
pengobatan di luar RS
b. Nyeri Ringan
Sekala nyeri dapat dikaji menggunaka Numeric scale dan
worngbekerface.
Numeric scale Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif
terhadap dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada
VAS terutama untuk menilai nyeri akut. Namun, kekurangannya adalah
keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak
memungkinkan untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti dan
dianggap terdapat jarak yang sama antar kata yang menggambarkan efek
analgesik.

Wong Baker Pain Rating Scale Digunakan pada pasien dewasa


dan anak >3 tahun yang tidak dapat menggambarkan intensitas
nyerinya dengan angka

37
c. Penanganan nyeri Farmakologis
Dalam penatalaksanaan nyeri, WHO menganjurkan tiga
langkah bertahap dalam penggunaan analgesik.Pada penanganan
nyeri di luar RS dapat dilakukan hanya dengan langkah 1 yaitu
digunakan untuk nyeri ringan dan sedang seperti obat golongan
nonopioid seperti aspirin, asetaminofen, atau AINS, obat ini
diberikan tanpa obat tambahan lain. Jika nyeri masih menetap
atau meningkat.

1. Parasetamol 6. Asam propionat :


2. Salisilat : d. Ibuprofen
d. Aspirin e. Ketoprofen
e. Diflunisal f. Naproksen
f. Salisilamid 7. Asam pirolizin karboksilat :
3. Fenamat :
Ketorolak
c. Meklofenamat
8. Inhibitor COX-2 :
d. Asam Mefenamat
c. Celecoxib
4. Na diklofenak
d. Valdecoxib
5. Antalgin

d. Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologi


1) Stimulasi dan masase kutaneus.
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum,
sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak
secara spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian

38
yang sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai
dampak melalui sistem kontrol desenden. Masase dapat
membuat pasien lebih nyaman karena menyebabkan relaksasi
otot (Smeltzer dan Bare, 2002).
2) Terapi es dan panas
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang
memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada
tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi.
Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatkan
aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut
menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.Baik
terapi es maupun terapi panas harus digunakan dengan hati-
hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cedera
kulit (Smeltzer dan Bare, 2002).

3) Trancutaneus electric nerve stimulation


Trancutaneus electric nerve stimulation (TENS)
menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan
elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi
kesemutan, menggetar atau mendengung pada area
nyeri.TENS dapat digunakan baik untuk nyeri akut maupun
nyeri kronis (Smeltzer dan Bare, 2002).

4) Distraksi
Distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian pasien
pada sesuatu selain pada nyeri dapat menjadi strategi yang
berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang
bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya.
Seseorang yang kurang menyadari adanya nyeri atau
memberikan sedikit perhatian pada nyeri akan sedikit
terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri.
Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan

39
lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak
(Smeltzer dan Bare, 2002).
5) Teknik relaksasi
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri
dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang
nyeri.Hampir semua orang dengan nyeri kronis mendapatkan
manfaat dari metode relaksasi.Periode relaksasi yang teratur
dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot
yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri
(Smeltzer dan Bare, 2002).
6) Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah mengggunakan imajinasi
seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus
untuk mencapai efek positif tertentu. Sebagai contoh, imajinasi
terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri dapat terdiri
atas menggabungkan napas berirama lambat dengan suatu
bayangan mental relaksasi dan kenyamanan (Smeltzer dan
Bare, 2002).
7) Hipnosis
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan
jumlah analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis.
Keefektifan hipnosis tergantung pada kemudahan hipnotik
individu

3. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut! Anda dianjurkan untuk mencari dan
mempelajari bagaimana penerapan Peran dan wewenang perawat
anestesi dalam manajemen nyeri
Petunjuk latihan:
a. Lakukan observasi lapangan dan interview terhadap perawat
anastesi dalam manajemen nyeri

40
b. Sebelumnya anda susun kuesioner yang mengacu pada teori untuk
memudahkan mengumpulkan informasi terkait aplikasi peran dan
wewenang perawat anestesi dalam manajemen nyeri.
c. Kumpulkan data dan buat rangkuman hasil interview dan
observasi lapangan anda.
d. Bagaimana kesimpulan anda dan tuangkan dalam bentuk laporan.
e. Selamat mengerjakan tugas.
4. Test formatif
1. Seorang laki-laki mengalami keseleo saat setelah bermain futsal.
Tim medis datang memberikan penanganan pertama untuk
mengurangi nyeri yang dialami laki-laki tersebut
Tindakan apakah yang dilakukan pertama untuk menangani nyeri
klien?
a. Distraksi relaksasi
b. Kompres dingin
c. Pijat
d. Hipnosis
e. Paracetamol
2. Seorang anak perempuan mengalami mensturasi dan nyeri ringan
pada perut bagian bawah, anak perempuan tersebut ingin
mengurangi rasa nyeri yang dialaminya
Tehnik apa yang baik digunakan untuk menangani nyeri
mensturasi?
a. Distraksi relaksasi
b. Kompres dingin
c. Pijat
d. Hipnosis
e. A dan B benar
3. Seorang anak berumur 3 tahun mengatakan kakinya sakit.
Seorang perawat di puskesmas ingin mengkaji skala nyeri yang
dialami anak tersebut.
Tool skala nyeri apa yang digunakan untuk mengkaji nyeri anak
tersebut?
a. Numeric scale
b. Worng baker scale Pain Rating Scale
c. Wrong face scale
d. NIPS (Neonatal Infant Pain Scale)
e. B dan D benar
5. Umpan balik dan tindak lanjut

41
Bagaimana hasil test formatif yang sudah anda kerjakan? Apakah hasil
jawaban anda sudah mencapai nilai di atas 70? Bagus sekali, jika nilai
anda sudah lebih dari 70, hal ini menunjukkan bahwa anda sudah
mempelajari materi tersebut dengan baik. Jika belum mencapai nilai
tersebut, jangan putus asa coba baca dan pelajari kembali materi di
atas, sampai berhasil. Yakin bahwa anda bisa!
Jika anda sudah melewati batas nilai lulus silahkan lanjut ke kegiatan
belajar berikutnya!
6. Kunci jawaban
1.B
2.A
3.B
7. Daftar Pustaka
Anonim.2017 Buku Dasar Manajemen Nyeri. Penerbit Sagung Seto.
Jakarta
Nyeri: Konsep Dan Penatalaksanaan Dalam Praktik Keperawatan
Berbasis Bukti. Penerbit Salemba Medika
Yvonne M. D’Arcy . 2007. Pain Manajemen ( Evidence Based Tools
and Techniques for Nursing Professionals). Penerbit : 2007 HCPro,
Inc.
L.Tarau, M.Burst. Buku Nyeri Kronis. Penerbit Buku kedokteran.
EGC. Jakarta.

42
MODUL VI: PERAN DAN WEWENANG PERAWAT ANESTESI
DALAM MANAJEMEN NYERI

KEGIATAN BELAJAR 1: Peran dan wewenang perawat anestesi


dalam manajemen nyeri
1. Tujuan Pembelajaran
Mampu menguraikan Peran dan wewenang perawat anestesi dalam
manajemen nyeri
2. Uraian Materi
a Pain assessment
Penilaian nyeri merupakan hal yang penting untuk
mengetahui intensitas dan menentukan terapi yang efektif.
Pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan PQRST
(Provoking, Quality, Regio, Severe, Time)
1) Faktor pencetus (P: provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus nyeri pada klien,
dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian tubuh
yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri
psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien
dan menanyakan perasaan-perasaan apa saja yang mencetuskan
nyeri.
2) Kualitas (Q: quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan
oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-

43
kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti
tertindih, perih, tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-tiap klien
mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang
dirasakan. Perawat sebaiknya tidak memberikan kata-kata deskriptif
pada klien. Pengkajian akan lebih akurat apabila klien mampu
mendeskripsikan sensasi yang dirasakannya setelah 8 perawat
mengajukan pertanyaan terbuka. Misalnya, perawat dapat
mengatakan, “Coba jelaskan pada saya, seperti apa nyeri yang Anda
rasakan.” Perawat dapat memberikan klien daftar istilah untuk
mendeskripsikan nyeri hanya apabila klien tidak mampu
menggambarkan nyeri yang dirasakannya. Mc Caffery dan Beebe
(1989) melaporkan bahwa kualitas menusuk (pricking), terbakar, dan
sakit adalah bermanfaat mendeskripsi nyeri tahap awal. Pada
kesempatan selanjutnya klien dapat memilih istilah yang lebih
deskriptif.
3) Lokasi (R: region)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien
menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman
oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat
dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang
paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang
dirasakan bersifat difus (menyebar). Dalam mencatat lokasi nyeri,
perawat menggunakan titik-titik penandaan anatomic dan
peristilahan yang deskriptif. Pernyataan “Nyeri terdapat di kuadran
abdomen kanan atas,” adalah pernyataan yang lebih spesifik
dibanding “Klien mengatakan bahwa nyeri terasa di abdomen.”
Dengan mengetahui penyakit yang klien alami, membantu perawat
dalam melokalisasi nyeri dengan lebih mudah. Nyeri, di klasifikasi
menurut lokasi, mungkin superficial atau kutaneus, dalam atau
viseral, atau teralih atau meradiasi.
4) Keparahan (S: Severe) :
Tingkat keperahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik
yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk
menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, sedang,
berat. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan

44
nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal
Descriptor Scale, VDS) merupakan 9 sebuah garis yang terdiri dari
tiga samppai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang
sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa
nyeri” sampai”nyeri yang tidak tertahankan.”perawat menunjukkan
klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas
nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa
jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa
paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien
memilih sebuah kategori untuk mendeskripsi nyeri. Skala penilaian
numeric (Numerical Rating Scales, NRS) lebih digunakan sebagai
pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri
dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat
mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terepeutik.
Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasi
patokan 10 cm (AHCPR, 1992).

5) Durasi (T: Time)


perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan,
durasi, dan rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan: “Kapan
nyeri dirasakan?, apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu
yang sama setiap hari?, seberapa sering nyeri kambuh?, atau yang
lainnya dengan kata yang semakna. Pengkajian dengan pendekatan
PQRST dapat membantu perawat dalam menentukan rencana
intervensi yang sesuai (Muttaqin, 2011).

Variabel Deskripsi dan Pertanyaan


Faktor Pencetus (P: Provoking Incident) Pengkajian untuk mengindentifikasi faktor
yang menjadi predisposisi nyeri. -
Bagaimana peristiwa sehingga terjadi nyeri?
- Faktor apa saja yang bisa menurunkan
nyeri?
Kualitas (Q: Quality of Pain) Pengkajian untuk menilai bagaimana rasa
nyeri dirasakan secara subyektif. Karena

45
sebagian besar deskripsi sifat dari nyeri sulit
ditafsirkan. - Seperti apa rasa nyeri yang
dirasakan pasien? - Bagaimana sifat nyeri
yang digambarkan pasien?
Lokasi (R: Region) Pengkajian untuk mengindentifikasi letak
nyeri secara tepat, adanya radiasi dan
penyebabnya. - Dimana (dan tunjukan
dengan satu jari) rasa nyeri paling hebat
mulai dirasakan? - Apakah rasa nyeri
menyebar pada area sekitar nyeri?
Keparahan (S: Scale of Pain) Pengkajian untuk menentukan seberapa jauh

rasa nyeri yang dirasakan pasien.


Pengkajian ini dapat dilakukan berdasarkan
skal nyeri dan pasien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit memengaruhi kemampuan
fungsinya. Berat ringannya suatu keluhan
nyeri bersifat subyektif. - Seberapa berat
keluhan yang dirasakan. - Dengan
menggunakan rentang 0-9. Keterangan: 0 =
Tidak ada nyeri 1-2-3 = Nyeri ringan 4-5 =
Nyeri sedang 6-7 = Nyeri hebat 8-9 = Nyeri
sangat 10 = Nyeri paling hebat
Waktu (T: Time) Pengkajian untuk mendeteksi berapa lama
nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau
siang hari. - Kapan nyeri muncul? -
Tanyakan apakah gejala timbul mendadak,
perlahan-lahan atau seketika itu juga? -
Tanyakan apakah gejala-gejala timbul
secara terus-menerus atau hilang timbul. -
Tanyakan kapan terakhir kali pasien merasa
nyaman atau merasa sangat sehat.

46
b Tools pengkajian nyeri (Numeric scale, worngbekerface, nips
scale, )
 Numeric Rating Scale (NRS))
Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif
terhadap dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih
baik daripada VAS terutama untuk menilai nyeri akut.
Namun, kekurangannya adalah keterbatasan pilihan kata
untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak memungkinkan
untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti dan
dianggap terdapat jarak yang sama antar kata yang
menggambarkan efek analgesik.

 Wong Baker Pain Rating Scale

Digunakan pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang


tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya
dengan angka

47
NIPS (Neonatal Infant Pain Scale)

Assessment nyeri
Ekspresi wajah Wajah tenang, ekspresi netral
0 – Otot relaks Otot wajah tegang, alis berkerut (ekspresi wajah negatif)
1 – Meringis
Tangisan Tenang, tidak menangis
0 – Tidak menangis Mengerang lemah intermiten
1 – Merengek Menangis kencang, melengking terus menerus
2 – Menangis keras (catatan: menangis tanpa suara diberi skor bila bayi
diintubasi)
Pola napas Bernapas biasa
0 – Relaks Terikan ireguler, lebih cepat disbanding biasa, menahan
1 – Perubahan nafas napas, tersedak
Tungkai Tidak ada kekakuan otot, gerakan tungkai biasa
0 – Relaks Tegang kaku
1 – Fleksi / Ekstensi
Tingkat kesadaran Tenang tidur lelap atau bangun
0 – Tidur / bangun Sadar atau gelisah
1 - Gelisah

Interpretasi:
Skor 0 tidak perlu intervensi
Skor 1-3 intervensi non-
farmakologis Skor 4- 5 terapi

48
analgetik non-opioid Skor 6-7
terapi opioid

c Diagnose masalah nyeri


Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada
identifikasi kebutuhan klien. Diagnosa keperawatan
berfokus pada mendefinisikan kebutuhan dasar
keperawatan dari klien (Gordon, 1994). Untuk
mengidentifikasikan kebutuhan klien, perawat harus lebih
dulu menentukan apa masalah kesehatan klien dan apakah
masalah tersebut potensial atau aktual (Potter & Perry,
2005).

Terdapat dua diagnosa keperawatan utama yang


dapat digunakan untuk menggambarkan nyeri pada klien
yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Menurut North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2012), nyeri
akut didefenisikan sebagai suatu pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari
kerusakan jaringan yang bersifat aktual maupun potensial,
dengan onset tiba-tiba ataupun lambat, dan intensitas yang
ringan sampai berat, dapat diprediksi untuk berakhir dan
durasi kurang dari enam bulan. Nyeri kronis didefenisikan
sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan
yang bersifat aktual maupun potensial, dengan onset tiba-
tiba ataupun lambat, dari intensitas yang ringan sampai
berat, tidak dapat diprediksi berakhirnya dan durasi lebih
dari enam bulan (NANDA, 2012).
d Intervensi
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang

49
diperoleh, menurut Wilkinson dan Ahren (2012),
intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa
keperawatan nyeri akut dan nyeri kronis adalah:

1) Nyeri Akut
a) Kaji nyeri yang meliputi lokasi, awitan dan durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan
nyeri, dan faktor presipitasinya.
b) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan,
khususnya pada mereka yang tidak mampu
berkomunikasi efektif.
c) Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab
nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan
antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.
d) Ajarkan penggunaan tehnik nonfarmakologis
(misalnya, hipnosis, relaksasi, imajinasi
terbimbing, terapi musik, distraksi, terapi bermain,
terapi aktivitas, kompres hangat atau dingin, dan
masase sebelum, setelah dan jika memungkinkan
selama aktivitas yang menimbulkan nyeri.
e) Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas,
bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan
melakukan pengalihan melalui televisi, radio, tape
dan interaksi dengan pengunjung.
f) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
memengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (misalnya suhu ruangan,
pencahayaan, dan kegaduhan).
2) Nyeri Kronis
a) Pantau tingkat kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
b) Tentukan dampak pengalaman nyeri pada kualitas
hidup (misalnya, tidur, selera makan, aktivitas,
kognisi, alam perasaan, hubungan, kinerja, dan
tanggungjawab peran)

50
c) Tawarkan tindakan meredakan nyeri untuk
membantu pengobatan nyeri (misalnya, tehnik
relaksasi, dan masase punggung).
d) Bantu pasien mengidentifikasi tingkat nyeri
e) Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat untuk
peredaan nyeri

Menurut Brunner dan Suddarth (2001), intervensi


keperawatan dengan diagnosa nyeri adalah:

Tujuan/Kriteria hasil Intervensi Rasional

Tujuan: klien secara 1. Yakinkan pasien 1. Ketakutan bahwa nyeri


aktif akan bahwa anda akan tidak dapat diterima
berpartisipasi dalam mengetahui nyeri seperti peningkatan
rencana pelaksanaan yang dialami pasien ketegangan dan ansietas
nyeri nyata dan akan yang nyata dan
Kriteria hasil: klien membantunya dalam menurunkan toleransi
akan menghadapi nyeri nyeri.
- Melaporkan peredaan tersebut. 1. Berikan nilai dasar untuk
nyeri yang diterima 2. gunakan skala mengkaji perubahan dalam
secara nyata dan pengkajian nyeri tingkat nyeri dan
bahwa pasien akan untuk mengevaluasi intervensi
mendapat bantuan mengidentifikasi 2. Data membantu
dalam meredakan intensitas nyeri dan mengevaluasi nyeri dan
nyeri ketidaknyamanan. peredaan nyeri serta
- Melaporkan intensitas 3. Kaji dan catat nyeri mengidentifikasi sumber-
nyeri dan dan karakteristiknya : sumber multiple dan jenis
ketidaknyamanan lokasi, kualitas, nyeri.
nyeri menurun setelah frekuensi, dan durasi. 3. Analgesik, lebih
intervensi digunakan Berikan analgesik sesuai efektifbila diberikan pada
Melaporkan lebih yang diresepkan untuk awal siklus nyeri.
sedikit gangguan dan meningkatkan peredaan 5. Memungkinkan

51
ketidaknyamanan nyeri yang optimal. pengkajian terhadap
akibat nyeri setelah 5. Berikan kembali skala keefektifan analgesik dan
pengunaan intevensi pengkajian nyeri. mengidentifikasi
- Menerima medikasi 6. Catat keparahan nyeri kebutuhan terhadap tindak
nyeri sesuai yang pasien pada bagan. lanjut bila tidak efektif.
diresepkan 7. Identifikasi dan 5. Membantu dalam
- Menunjukkan tanda- dorong pasien untuk menunjukkan kebutuhan
tanda nyeri fisik dan menggunakan strategi analgesik tambahan atau
perilaku dalam nyeri yang menunjukkan pendekatan alternatif
akut (tidak merengut, keberhasilan pada terhadap peñatalaksanaan
menangis, waspada nyeri sebelumnya. nyeri.
terhadap lingkungan 8. Ajarkan pasien 6. Mendorong penggunaan
sekitar, ikut serta strategi tambahan strategi peredaan nyeri
dalam peristiwa dan untuk meredakan yang familiar dan dapat
aktivitas) nyeri dan diterima oleh pasien.
- Mengidentifikasi ketidaknyamanan : 7. Menggunakan strategi
keefektifan strategi distraksi, imajinasi ini sejalan dengan
peredaan nyeri terbimbing, relaksasi. analgesia dapat
- Memperagakan 9. Intruksikan pasien dan menghasilkan peredaan
pengunaan strategi keluarga tentang yang lebih efektif.
baru untuk meredakan potensial efek samping 8. Mengantisipasi dan
nyeri dan melaporkan analgesik dan mencegah efek samping
Keefektifannya pencegahan serta memampukan pasien
- Mengalami efek penatalaksanaan. untuk melanjutkan
samping minimal dari penggunaan analgesik
analgesic tanpa tanpa gangguan karena
gangguan untuk efek samping.
mengatasi efek
- Samping

e Implementasi

52
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,
1994, dalam Potter & Perry, 2011). Berikut contoh implementasi
masalah keperawatan:
Mengkaji TTV klien Mengkaji skala nyeri pada pasien,
mempertahankan tirah baring selama fase akutemberitahu cara
mengendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon klien terhadap ketidaknyamanan, mis : suhu ruangan dan
cahaya Mengilangkan atau meminimalkan aktivitas vasokontriksi
yang dapat meningkatkan sakit kepala, mis mengejan saat BAB,
batuk panjang dan membungkuk, mengajarkan tekinik relaksasi
Memberitahukan bagaimana posisi nyaman, memberikan tindakan
non farmakologis dengan melakukan kompres dingin pada dahi,
memijat punggung dan leher pasien
f Evaluasi
Tahapan ini perawat melakukan tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai.

3. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di
atas, kerjakanlah latihan berikut! Anda dianjurkan untuk mencari dan
mempelajari bagaimana penerapan Peran dan wewenang perawat
anestesi dalam manajemen nyeri
Petunjuk latihan:
a. Lakukan observasi lapangan dan interview terhadap perawat
anastesi dalam manajemen nyeri

53
b. Sebelumnya anda susun kuesioner yang mengacu pada teori untuk
memudahkan mengumpulkan informasi terkait aplikasi peran dan
wewenang perawat anestesi dalam manajemen nyeri.
c. Kumpulkan data dan buat rangkuman hasil interview dan
observasi lapangan anda.
d. Bagaimana kesimpulan anda dan tuangkan dalam bentuk laporan.
e. Selamat mengerjakan tugas.
4. Test formatif
1. Seorang pasien masuk RS akibat kecelakaan sepeda motor,
setelah di kaji nilai nyeri beliau menyatakan nilai 10, apa maksud
nilai tersebut?
a) Tidak sakit
b) Mengganggu aktivitas
c) Sangat menggangu
d) Tidak mengganggu
e) Tak tertahankan
2. Skala nyeri dengan mengukur gestur wajah disebut?
a) Wong Baker Pain Rating Scale
b) NIPS
c) NRS
d) VAS
e) VRS
3. Suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang
bersifat aktual maupun potensial, dengan onset tiba-tiba
ataupun lambat, dan intensitas yang ringan sampai berat, dapat
diprediksi untuk berakhir dan durasi kurang dari enam bulan
disebut
a) Nyeri Akut
b) Nyeri Kronis
c) Nyeri
d) Nyeri Jaringan
e) Nyeri Otot
4. Suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang
bersifat aktual maupun potensial, dengan onset tiba-tiba
ataupun lambat, dari intensitas yang ringan sampai berat, tidak
dapat diprediksi berakhirnya dan durasi lebih dari enam bulan,
merupakan definisi dari…

54
a) Nyeri Akut
b) Nyeri Kronis
c) Nyeri
d) Nyeri Jaringan
e) Nyeri Otot
5. Pengukuran sklala nyeri kepada klien berusia 0-1 tahun
menggunakan
a) NIPS
b) VAS
c) VRS
d) Face scale
e) NRS
5. Umpan balik dan tindak lanjut
Bagaimana hasil test formatif yang sudah anda kerjakan? Apakah hasil
jawaban anda sudah mencapai nilai di atas 70? Bagus sekali, jika nilai
anda sudah lebih dari 70, hal ini menunjukkan bahwa anda sudah
mempelajari materi tersebut dengan baik. Jika belum mencapai nilai
tersebut, jangan putus asa coba baca dan pelajari kembali materi di
atas, sampai berhasil. Yakin bahwa anda bisa!
Jika anda sudah melewati batas nilai lulus silahkan lanjut ke kegiatan
belajar berikutnya!
6. Kunci jawaban
a. E
b. A
c. A
d. B
e. A
7. Daftar Pustaka
Mardana, I Kadek Riyandi Pranadiva. 2017. “Penilaian Nyeri”
SMF/BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN TERAFI INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

55

Anda mungkin juga menyukai