Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pubertas
Pubertas merupakan suatu tahap dalam proses tumbuh kembang, yaitu masa peralihan
dari anak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan. Perubahan tersebut
meliputi perubahan hormon, perubahan fisik, perubahan psikologi dan sosial. Pubertas
merupakan proses perubahan ketidakmatangan fisik dan seksual menuju kematangan
fisik dan seksual.
Pada laki-laki manifestasinya dalam bentuk spermatogenesis, sedangkan pada wanita
berupa ovulasi. Perubahan fisik yang mencolok terjadi selama proses ini, diikuti
perkembangan ciri-ciri seksual sekunder, perubahan dalam komposisi tubuh dan
perubahan maturasi tulang yang cepat, diakhiri dengan penyatuan epifisis serta
terbentuknya perawakan akhir dewasa. Perubahan fisik selama pubertas terjadi
sekunder akibat perubahan endokrinologis yang berlangsung saat pubertas. Perubahan
endokrinologis merupakan suatu tahap dari proses yang berlangsung sejak fetus dan
berlanjut selama pubertas untuk pencapaian maturasi seksual yang lengkap dan
fertilitas.
Di Amerika Serikat pubertas normal pada sebagian besar kasus berlangsung pada
umur 8-13 tahun pada anak wanita, dan 9-14 tahun pada anak laki-laki. Usia saat
terjadinya pubertas sangatlah bervariasi.
Pada anak wanita masa pubertas ditandai dengan perubahan adrenarke telarke yang
berlangsung 1-2 tahun, lalu diikuti oleh menarke. Menarche adalah suatu keadaan
ketika seorang wanita mengalami menstruasi yang pertama kali. Di Indonesia usia
remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10 sampai 16 tahun dan rata-rata
menarche pada usia 12,5 tahun. Usia menarche lebih dini terjadi pada remaja yang
tinggal di daerah perkotaan daripada remaja yang tinggal di daerah pedesaan. Hasil
laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 diketahui bahwa 20,9% anak
perempuan di Indonesia telah mengalami menarche di umur kurang dari 12 tahun.
Pada anak laki-laki tanda pertama pubertas biasanya adalah pertumbuhan testis,
kemudian diikuti munculnya rambut pubis.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi awitan pubertas. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan pubertas antara lain etnik, sosial, psikologis, nutrisi,
fisik dan penyakit kronis. Semua faktor di atas dapat mempengaruhi kecepatan proses
tumbuh kembang pubertas.
Lebih kurang 2,5% dari seluruh populasi akan memulai pubertas di luar kisaran usia
pubertas yang normal, sehingga perlu evaluasi apakah hal tersebut menunjukkan
pubertas prekoks atau pubertas terlambat.

B. Perubahan Fisik Pada Pubertas


Selama masa kanak-kanak, estrogen hanya disekresikan dalam jumlah yang sedikit,
namun pada masa pubertas, jumlah yang disekresikan meningkat 20 kali lipat akibat
pengaruh hormon gonadotropik hipofisis. Dalam masa ini organ reproduksi wanita
akan mengalami perubahan. Ovarium, tuba falopi, uterus dan vagina mengalami
pembesaran hingga beberapa kali lipat. Selain itu juga terjadi perubahan pada organ
genitalia luar dan ciri-ciri seks sekunder.
Perubahan fisik pada pubertas di setiap individu dapat ditentukan menggunakan skala
Tanner. Salah satu ciri perubahan fisik yang dapat diukur dengan skala Tanner adalah
perkembangan payudara. Perkembangan payudara diatur oleh sekresi estrogen dari
ovarium. Pada awalnya perkembangan dapat terjadi secara unilateral pada beberapa
bulan pertama. Laju pertumbuhan puncak terjadi pada 6-9 bulan setelah
perkembangan payudara tahap 2.
Hormon estrogen dan progesteron memegang peranan penting dalam perkembangan
ciri-ciri kelamin sekunder, pertumbuhan organ genitalia, pertumbuhan fisik dan
perkembangan psikologi kewanitaan. Perkembangan ini dirangsang oleh peningkatan
FSH. Interaksi FSH dan estrogen akan memacu kepekaan reseptor LH sehingga
terjadi peningkatan LH yang mempercepat perkembangan folikel yang menghasilkan
estrogen.
Perubahan fisik anak perempuan pada masa pubertas
TAHAPAN PAYUDARA RAMBUT PUBIS
Tahap 1 Hanya pertumbuhan papilla saja Tidak ada rambut pubis
(prepubertas)
Tahap 2 Pertumbuhan payudara dan Jarang, panjang, pigmentasi
papilla; umur rata-rata 9,8 tahun terutama di sekitar labia mayora;
umur rata-rata 10,5 tahun
Tahap 3 Pembengkakan tanpa ada Lebat, kasar, ikal meluas di atas
hubungan antara payudara dan mons; umur rata-rata 11,4 tahun
areola; umur rata-rata 9,8 th
Tahap 4 Terbentuk tonjolan sekunder Bentuk rambut demon
dari areola dan papilla diatas jumlahnya banyak, tetapi
payudara; umur rata-rata 12,1 th berkurang di mons; umur rata-
rata 12,0 tahun
Tahap 5 Areola terbentuk kembali di tepi Bentuk dewasa, meluas dalam
payudara; umur rata-rata 12,1 jumlah dan penyebarannya;
tahun umur rata-rata 13,7 tahun

Gambar: Tahapan pubertas pada anak perempaun menurut Tanner

Perubahan fisik anak laki-laki pada masa pubertas


TAHAPAN GENITALIA RAMBUT PUBIS
Tahap 1 Prepubertas; panjang testis <2,5 Prepubertas; tidak ada rambut
cm pubis
Tahap 2 Testis >2,5 cm dalam diameter Jarang, sedikit pigmentasi agak
panjang, skrotum menipis dan ikal, terutama pada pangkal
kemerahan penis
Tahap 3 Pertumbuhan penis dalam, lebar Tebal, ikal, meluas hingga ke
dan panjang, serta pertumbuhan- mons pubis
nya yang lebih lanjut dari testis
Tahap 4 Penis makin membesar, testis Bentuk dewasa, tetapi belum
membesar dengan warna kulit meluas ke bagian tengah pubis
skrotum yang makin gelap
Tahap 5 Dewasa dalam bentuk dan ukuran Bentuk dewasa, meluas ke
bagian tengah pubis

Gambar: Tahapan pubertas pada anak laki-laki menurut Tanner

C. Perubahan Hormonal pada Pubertas


Pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi gonadotropin releasing hormone
(GnRH) dari hipotalamus, diikuti oleh sekuens perubahan sistem endokrin yang
kompleks yang melibatkan sistem umpan balik negatif dan positif. Selanjutnya,
sekuens ini akan diikuti dengan timbulnya tandatanda seks sekunder, pacu tumbuh,
dan kesiapan untuk reproduksi. Gonadotropin releasing hormone disekresikan dalam
jumlah cukup banyak pada saat janin berusia 10 minggu, mencapai kadar puncaknya
pada usia gestasi 20 minggu dan kemudian menurun pada saat akhir kehamilan. Hal
ini diperkirakan terjadi karena maturasi sistim umpan balik hipotalamus karena
peningkatan kadar estrogen perifer. Pada saat lahir GnRH meningkat lagi secara
periodik setelah pengaruh estrogen dari plasenta hilang. Keadaan ini berlangsung
sampai usia 4 tahun ketika susunan saraf pusat menghambat sekresi GnRH. Pubertas
normal diawali oleh terjadinya aktivasi aksis hipotalamus– hipofisis–gonad dengan
peningkatan GnRH secara menetap. Kontrol neuroendokrin untuk dimulainya
pubertas masih belum diketahui secara pasti. Terdapat berbagai faktor yang dianggap
berperan dalam awitan pubertas, antara lain faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan
lainnya.

Gambar: Skema mekanisme umpan balik hormonal dan faktor-faktor yang mengaturnya pada
masa pubertas

Pada anak perempuan, mula-mula akan terjadi peningkatan FSH pada usia sekitar 8
tahun kemudian diikuti oleh peningkatan LH pada periode berikutnya. Pada periode
selanjutnya, FSH akan merangsang sel granulosa untuk menghasilkan estrogen dan
inhibin. Estrogen akan merangsang timbulnya tanda-tanda seks sekunder sedangkan
inhibin berperan dalam kontrol mekanisme umpan balik pada aksis
hipotalamushipofisis- gonad. Hormon LH berperan pada proses menarke dan
merangsang timbulnya ovulasi. Hormon androgen adrenal, dalam hal ini
dehidroepiandrosteron (DHEA) mulai meningkat pada awal sebelum pubertas,
sebelum terjadi peningkatan gonadotropin. Hormon DHEA berperan pada proses
adrenarke.
Pada anak laki-laki, perubahan hormonal ini dimulai dengan peningkatan LH,
kemudian diikuti oleh peningkatan FSH. Luteinising hormon akan menstimulasi sel
Leydig testis untuk mengeluarkan testosteron yang selanjutnya akan merangsang
pertumbuhan seks sekunder, sedangkan FSH merangsang sel sertoli untuk
mengeluarkan inhibin sebagai umpan balik terhadap aksis hipotalamushipofisis-
gonad. Fungsi lain FSH menstimulasi perkembangan tubulus seminiferus
menyebabkan terjadinya pembesaran testis. Pada saat pubertas terjadi
spermatogenesis akibat pengaruh FSH dan testosterone yang dihasilkan oleh sel
Leydig.
Pada periode pubertas, selain terjadi perubahan pada aksis hipotalamus-hipofisis-
gonad, ternyata terdapat hormon lain yang juga memiliki peran yang cukup besar
selama pubertas yaitu hormone pertumbuhan (growth hormone/GH). Pada periode
pubertas, GH dikeluarkan dalam jumlah lebih besar dan berhubungan dengan proses
pacu tumbuh selama masa pubertas. Pacu tumbuh selama pubertas memberi
kontribusi sebesar 17% dari tinggi dewasa anak lakilaki dan 12% dari tinggi dewasa
anak perempuan. Hormon steroid seks meningkatkan sekresi GH pada anak laki-laki
dan perempuan. Pada anak perempuan terjadi peningkatan GH pada awal pubertas
sedangkan pada anak laki-laki peningkatan ini terjadi pada akhir pubertas. Perbedaan
waktu peningkatan GH pada anak laki-laki dan perempuan serta awitan pubertas dapat
menjelaskan perbedaan tinggi akhir anak laki-laki dan perempuan.

D. Pubertas Prekoks
Pubertas prekoks merupakan kondisi munculnya tanda fisik dan hormonal berupa
terjadinya perkembangan seksual sekunder sebelum usia 8 tahun pada anak
perempuan, dan 9 tahun pada anak lelaki. Seringkali pubertas prekoks menimbulkan
dampak buruk baik fisik maupun psikis bagi anak, serta tekanan psikis bagi keluarga
yang mengalaminya.
Secara praktis, pubertas prekoks dapat diklasifikasikan menjadi varian “normal”
(dianggap non patologis) dan patologis. Varian “normal” meliputi telarke dan
adrenarke/pubarke dini. Pada saat ini kedua kondisi tersebut dianggap tidak
memerlukan terapi dan dikatakan bersifat self limiting. Sedangkan pubertas prekoks
patologis dibedakan menjadi tergantung GnRH (Gonadotropin-Releasing Hormone)
atau tipe sentral, dan tidak tergantung GnRH atau tipe perifer (pseudopubertas).
Prevalensi pubertas prekoks diperkirakan 1 : 5000 hingga 1 : 10.000, dengan
kecenderungan wanita lebih banyak daripada lelaki. Namun akhir-akhir ini rujukan
pubertas prekoks di klinik endokrinologi anak dilaporkan semakin meningkat 1,5
hingga 2 kali lipat dibandingkan yang pernah dilaporkan 20 hingga 30 tahun yang
lalu, dengan variasi penyebab dan bentuk klinis yang memerlukan strategi manajemen
yang berbeda sesuai penyebab dan bentuk klinisnya.
Patofisiologi Pubertas Prekoks
Secara sederhana, gambaran perjalanan kasus Pubertas Prekoks diawali produksi
berlebihan GnRH yang menyebabkan kelenjar pituitary meningkatkan produksi
hormone luteinizing (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH). Peningkatan
jumlah LH menstimulasi produksi hormone seks steroid oleh sel Leydig testis atau sel
granul ovarium. Peningkatan kadar androgen atau esterogen menyebabkan fisik
berubah dan mengalami perkembangan dini meliputi pembesaran penis dan
tumbuhnya rambut pubis pada anak laki-laki dan pembesaran payudara pada anak
perempuan, serta mendorong pertumbuhan badan. Peningkatan kadar FSH
mengakibatkan pengaktifan kelenjar gonad dan akhirnya membantu pematangan
folikel pada ovarium dan spermatogenesis pada testis.

Gambar: Poros Hormon Pubertas

Sizonenko (1993) membagi pubertas prekoks menjadi 3 golongan, yaitu : pubertas


prekoks sejati (sentral), pseudopubertas prekoks dan pubertas prekoks parsial (tidak
lengkap). Patologi pubertas sejati dan pseudopubertas prekoks harus dibedakan dari
pubertas prekoks parsial.
1. Pubertas Prekok Sejati (Sentral)
Pada pubertas prekok sentral, pubertas terjadi terlalu cepat tetapi pola dan proses
pubertas normal. Mayoritas anak dengan kondisi ini, tidak ditemukan kelainan
medis dan tidak ditemukan penyebab terjadinya pubertas prekok sentral. Tumor,
cacat lahir (hydrocephalus atau tumor hamartoma), radiasi, trauma pada otak atau
susunan syaraf pusat, diduga dapat menyebabkan terjadinya pubertas prekok
sentral. Penyebab lainnya adalah McCune-Albright syndrome (penyakit genetik
yang mempengaruhi tulang dan warna kulit akibat gangguan hormonal),
Congenital adrenal hyperplasia (kelainan genetik yang disebabkan oleh produksi
hormon androgen yang tidak normal oleh kelenjar adrenal), hypothyroidism
(kelenjar tiroid tidak memproduksi cukup hormon)
Manisfestasi Klinis Pubertas Prekok Sejati (Sentral)
Gambaran klinis pubertas prekoks sangat bervariasi. Penderita dapat melengkapi
kematangan seksualnya dengan cepat atau lambat. Manifestasi klinis dapat
menetap atau mengalami regresi dan nantinya berlanjut kembali.
Pada anak laki-laki terjadi pembesaran penis dan testis, munculnya rambut pubis,
akne dan sering terjadi ereksi. Suara menjadi dalam dan pertumbuhan linier
dipercepat. Spermatogenesis dapat terjadi pada usia 5-6 tahun dan juga emisi
nokturnal. Biopsi menunjukkan adanya stimulasi seluruh elemen testis. Jika
prekoksitasnya lengkap dapat ditemukan berbagai derajat spermatogenesis.
Pada anak wanita tanda pertama adalah perkembangan payudara, rambut pubis
dapat timbul bersamaan tetapi lebih sering timbul kemudian. Siklus menstruasi
awal dapat irregular dibanding pubertas normal. Menarke dapat diatasi dalam
tahun pertama kehidupan. Siklus awal biasanya anovulasi, tetapi kehamilan telah
dilaporkan pada usia 5,5 tahun.
Pada anak wanita dan laki-laki, tinggi dan berat badan serta maturasi tulang
berlanjut. Peningkatan laju osifikasi menimbulkan penutupan awal epifisis,
sehingga perawakan akhir menjadi kurang dari semestinya. Perkembangan mental
biasanya sesuai dengan umur kronologinya.
2. Psedopubertas Prekoks (Pubertas Prekoks tak Sejati)
Pseudopubertas prekoks disebabkan penyakit pada gonad atau kelenjar adrenal
atau yang lebih jarang adalah adanya jaringan lain yang memproduksi.
Pseudopubertas prekoks pada anak wanita dapat terjadi akibat sekresi estrogen
ovarium atau adrenal, atau karena minum estrogen. Kista folikuler dapat
mensekresi estrogen dan menyebabkan perkembangan payudara. Tumor yang
mensekresi estrogen antara lain ialah tumor sel granulosa, gonadolastoma, tumor
liposis dan karsinoma ovarium.
Paparan dengan estrogen dapat terjadi melalui diet, minum obat-obatan yang
mengandung estrogen atau bahkan melalui kontak dengan kosmetik yang
mengandung estrogen.
Pada anak laki-laki pseudopubertas prekoks dapat terjadi akibat sekresi autonom
seks steroid atau melalui produksi HCG. Tumor yang mensekresi HCG antara
lain ialah hepatoma atau hepatoblastoma; teratoma atau korioepitelioma gonad,
mediastinum, retroperitoma atau glandula pinealis dan germinoma glandula
pinealis.
Manifestasi Klinis Psedopubertas Prekoks (Pubertas Prekoks tak Sejati)
Hiperplasia Adrenal Kongenital
Pada anak laki-laki gejala klinis utama adalah perkembangan isoseksual dini.
Dapat dijumpai pembesaran penis, skrotum, prostat, rambut pubis dan perubahan
suara. Testis berukuran normal, sehingga tampak relatif lebih kecil dibanding
penis yang membesar; Spermatogenesis tidak terjadi.
Pada anak wanita, hyperplasia adrenal kongenital menyebabkan maskulinisasi.
Gejala klinis berupa pembesaran klitoris sehingga dapat menyerupai penis.
Vagina dan uretra mempunyai muara bersama. Rambut pubis dan aksila tumbuh
dini, timbul akne dan suara menyerupai laki-laki. Tidak terjadi perkembangan
payudara dan menstruasi.
Tumor Adrenal
Pada anak laki-laki dengan tumor adrenal dapat terjadi feminisasi akibat produksi
estrogen yang berlebihan. Ginekomastia merupakan manifestasi awal yang
muncul. Pertumbuhan dan perkembangan normal. Kadang-kadang disertai pula
virilisasi berupa akne, pembesaran penis dan suara yang dalam. Testis tidak
membesar. Ginekomastia dapat mengalami regresi setelah pengangkatan tumor
dan setelah kadar hormon seks kembali normal.
Pada anak wanita tumor korteks adrenal yang mensekresi estrogen adalah
adenoma, beberapa diantaranya juga menghasilkan androgen sehingga dapat
timbul virilisasi. Di samping peningkatan kadar estrogen plasma dan urine
biasanya terdapat peningkatan kadar 17 ketosteroid urine dan DHEAS plasma.
Tumor Testis
Tumor sel Leydig lebih banyak terdapat pada orang dewasa, dan biasanya jinak.
Gejal klinis berupa munculnya ciri-ciri seks sekunder pada umur sekitar 4-6
tahun. Tumor testis biasanya unilateral dan dapat diraba dengan mudah. Kadar 17
ketosteroid urine sedikit meningkat atau meningkat sedang, dan kadar testosteron
meningkat. Kadar FSH dan LH mengalami supresi.
Tumor Ovarium
Tumor ovarium sebagian besar mensintesis estrogen, namun adapula yang
mensintesis androgen. Tumor sel granulosa thea dapat memberikan gejala klinis
berupa pembesaran payudara, genitalia eksterna dan uterus. Menstruasi dapat
terjadi namun tidak terdapat ovulasi. Biasanya rambut pubis tidak muncul kecuali
yang mengalami virilisasi ringan. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan masa
pada bagian bawah abdomen. Tumor ovarium yang mensekresi androgen jarang
ditemukan, gejala klinisnya berupa virilisasi.
3. Pubertas Prekoks Parsial (Tidak Lengkap)
Pubertas prekoks parsial meliputi perkembangan rambut pubis dan atau aksila
yang prematur dan tersendiri disebut prematur pubbarke (adrenarke)
perkembangan payudara prematur dan tersendiri disebut prematur menarke dan
kasus perkembangan pubertas yang normal pada anak laki-laki yaitu
gynekomastia.
Pubarke prematur (adrenarke)
Pubarke prematur secara klinis didefinisikan sebagai munculnya rambut pubis
sebelum usia 8 tahun pada anak perempuan dan 9 tahun pada anak laki-laki tanpa
disertai tanda-tanda seks sekunder lainnya. Munculnya rambut pubis tersendiri
atau bersamaan dengan rambut aksila terutama pada anak perempuan dan dapat
terjadi pada usia sedini 5 tahun. Keadaan ini 3 kali lebih sering dijumpai pada
anak perempuan ketimbang anak laki-laki.
Mekanisme yang mendasari terjadinya pubarke prematur adalah terjadinya
maturasi dini dari zona retikularis adrenal korteks yang menyebabkan
peningkatan produksi androgen.
Umur saat dijumpainya pubarke prematur sangatlah penting. Jika dijumpai pada
masa bayi, selalu merupakan kelainan endokrin yang harus segera ditindak lanjuti
yang sebaiknya langsung dirujuk ke spesialis anak konsultan endokrin. Kasus
yang tanpa disertai tanda-tanda virilisasi ataupun gambaran cushingoid, hasil
DHEAS sesuai kisaran nilai pubertas dan umur tulang tidak lebih dari 1 tahun
dari umur kronologis bisa dianggap sebagai pubarke prematur idiopatik. Kasus
seperti ini tidak diberikan pengobatan, namun harus dimonitor pertumbuhan,
status pubertas, virilisasi dan gambaran cushingoid setiap 3-4 bulan.
E. Pengobatan/Terapi
Manajemen utama pubertas prekoks adalah menghentikan laju perkembangan
pubertas dengan memberikan agonis GnRH. Agonis GnRH akan mengakibatkan
terjadinya supresi jaras hipotalamus-hipofisisgonad dengan cara memberikan
stimulasi konstan kepada sel-sel gonadotrof hipofisis. Stimulasi konstan ini akan
mengakibatkan terjadinya desensitisasi sel-sel gonadotrof dan supresi produksi
gonadotropin (LH dan FSH) yang pada akhirnya akan mengurangi produksi hormon
seks dari gonad (ovarium atau testis).
Agonis GnRH dapat diberikan pada penderita pubertas prekoks sentral idiopatik dan
neurogenik, serta pubertas prekoks sekunder yang terjadi sebagai komplikasi dari
pubertas prekoks perifer. Pada pubertas prekoks sentral dengan penyebab neurogenik,
tata laksana juga harus meliputi penyebabnya dan sangat tergantung pada etiologi dan
gejala sistem saraf pusat yang menyertai. Hamartoma hipotalamus yang tidak disertai
gejala neurologis tidak memerlukan tindakan bedah. Bila hamartoma atau tumor
hipofisis lainnya membesar, mungkin dengan disertai gejala klinis peningkatan
tekanan intrakranial, epilepsi atau gejala neurologis lainnya, penderita harus segera
dirujuk ke ahli bedah syaraf. Perlu diingat, lesi intrakranial yang terus membesar pada
akhirnya dapat mengakibatkan defisiensi gonadotropin dan hipogonadism.
Secara umum, pemberian agonis GnRH tampaknya tidak mempunyai efek jangka
panjang terhadap jaras hipotalamus-hipofisis-gonad. Pada pemantauan jangka
panjang, anak perempuan yang mendapatkan agonis GnRH kemungkinannya untuk
mengalami menstruasi reguler dan mempunyai fertilitas normal tidak berbeda dengan
wanita pada umumnya.
Beberapa efek samping jangka panjang yang diduga bisa terjadi, seperti sindroma
polikistik ovarii dan obesitas ternyata tidak terbukti. Pada anak lelaki, bukti ilmiah
tidak mendukung adanya gangguan fungsi gonad setelah penggunaan agonis GnRH.
Penggunaan agonis GnRH bisa mengakibatkan penurunan densitas mineral tulang,
namun hal ini bersifat sementara. Akan terjadi peningkatan densitas mineral tulang
pasca penghentian pengobatan sehingga puncak massa tulang akan kembali seperti
semula, hal tersebut disebabkan oleh kembalinya aktifitas jaras hipotalamus-hipofisis-
gonad setelah penghentian pengobatan.
F. Kesimpulan
Pubertas merupakan suatu tahap dalam proses tumbuh kembang, yaitu masa peralihan
dari anak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan. Perubahan tersebut
meliputi perubahan hormon, perubahan fisik, perubahan psikologi dan sosial. Pubertas
merupakan proses perubahan ketidakmatangan fisik dan seksual menuju kematangan
fisik dan seksual.
Pubertas prekoks merupakan kondisi munculnya tanda fisik dan hormonal berupa
terjadinya perkembangan seksual sekunder sebelum usia 8 tahun pada anak
perempuan, dan 9 tahun pada anak lelaki. pubertas prekoks dibagi menjadi 3
golongan, yaitu : pubertas prekoks sejati (sentral), pseudopubertas prekoks dan
pubertas prekoks parsial (tidak lengkap).
DAFTAR PUSTAKA

1. Tanner JM. 2004. A History of study of human growth. Cambridge: University Press
2. Batubara Jose RL. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari
Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2017. Diagnosis dan Tata Laksana Pubertas Prekoks
Sentral. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
4. Lilis Suryani, Syahniar, Zikra. 2013. Penyesuaian Diri Pada Masa Pubertas. Jurnal
Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 Hlm. 136 – 140
5. Agres Vivi Susanti, Sunarto. 2012. Faktor Risiko Kejadian Menarche Dini Pada
Remaja Di Smp N 30 Semarang. Journal OF Nutrition College, Volume 1, Nomor 1,
Tahun 2012, Halaman 115-126
6. Endang Triyanto. 2010. Pengalaman Masa Pubertas Remaja Studi Fenomenologi Di
Purwokerto (The Puberty Experience Of Adolescent Fenomenology Study In
Purwokerto). Jurnal Ners Vol. 5 No. 2 Oktober 2010: 147–153
7. Buku Pegangan Pembimbing. Diunduh dari
http://pediatricfkuns.ac.id/data/ebook/150_Pubertas%20Prekoks.pdf tanggal 29 Juli
2019
TUGAS ENDOKRIN

PUBERTAS PREKOKS

OLEH :

ARIE ARDIANSYAH NUGRAHA


183112620120106

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019

Anda mungkin juga menyukai