A. Pubertas
Pubertas merupakan suatu tahap dalam proses tumbuh kembang, yaitu masa peralihan
dari anak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan. Perubahan tersebut
meliputi perubahan hormon, perubahan fisik, perubahan psikologi dan sosial. Pubertas
merupakan proses perubahan ketidakmatangan fisik dan seksual menuju kematangan
fisik dan seksual.
Pada laki-laki manifestasinya dalam bentuk spermatogenesis, sedangkan pada wanita
berupa ovulasi. Perubahan fisik yang mencolok terjadi selama proses ini, diikuti
perkembangan ciri-ciri seksual sekunder, perubahan dalam komposisi tubuh dan
perubahan maturasi tulang yang cepat, diakhiri dengan penyatuan epifisis serta
terbentuknya perawakan akhir dewasa. Perubahan fisik selama pubertas terjadi
sekunder akibat perubahan endokrinologis yang berlangsung saat pubertas. Perubahan
endokrinologis merupakan suatu tahap dari proses yang berlangsung sejak fetus dan
berlanjut selama pubertas untuk pencapaian maturasi seksual yang lengkap dan
fertilitas.
Di Amerika Serikat pubertas normal pada sebagian besar kasus berlangsung pada
umur 8-13 tahun pada anak wanita, dan 9-14 tahun pada anak laki-laki. Usia saat
terjadinya pubertas sangatlah bervariasi.
Pada anak wanita masa pubertas ditandai dengan perubahan adrenarke telarke yang
berlangsung 1-2 tahun, lalu diikuti oleh menarke. Menarche adalah suatu keadaan
ketika seorang wanita mengalami menstruasi yang pertama kali. Di Indonesia usia
remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10 sampai 16 tahun dan rata-rata
menarche pada usia 12,5 tahun. Usia menarche lebih dini terjadi pada remaja yang
tinggal di daerah perkotaan daripada remaja yang tinggal di daerah pedesaan. Hasil
laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 diketahui bahwa 20,9% anak
perempuan di Indonesia telah mengalami menarche di umur kurang dari 12 tahun.
Pada anak laki-laki tanda pertama pubertas biasanya adalah pertumbuhan testis,
kemudian diikuti munculnya rambut pubis.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi awitan pubertas. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan pubertas antara lain etnik, sosial, psikologis, nutrisi,
fisik dan penyakit kronis. Semua faktor di atas dapat mempengaruhi kecepatan proses
tumbuh kembang pubertas.
Lebih kurang 2,5% dari seluruh populasi akan memulai pubertas di luar kisaran usia
pubertas yang normal, sehingga perlu evaluasi apakah hal tersebut menunjukkan
pubertas prekoks atau pubertas terlambat.
Gambar: Skema mekanisme umpan balik hormonal dan faktor-faktor yang mengaturnya pada
masa pubertas
Pada anak perempuan, mula-mula akan terjadi peningkatan FSH pada usia sekitar 8
tahun kemudian diikuti oleh peningkatan LH pada periode berikutnya. Pada periode
selanjutnya, FSH akan merangsang sel granulosa untuk menghasilkan estrogen dan
inhibin. Estrogen akan merangsang timbulnya tanda-tanda seks sekunder sedangkan
inhibin berperan dalam kontrol mekanisme umpan balik pada aksis
hipotalamushipofisis- gonad. Hormon LH berperan pada proses menarke dan
merangsang timbulnya ovulasi. Hormon androgen adrenal, dalam hal ini
dehidroepiandrosteron (DHEA) mulai meningkat pada awal sebelum pubertas,
sebelum terjadi peningkatan gonadotropin. Hormon DHEA berperan pada proses
adrenarke.
Pada anak laki-laki, perubahan hormonal ini dimulai dengan peningkatan LH,
kemudian diikuti oleh peningkatan FSH. Luteinising hormon akan menstimulasi sel
Leydig testis untuk mengeluarkan testosteron yang selanjutnya akan merangsang
pertumbuhan seks sekunder, sedangkan FSH merangsang sel sertoli untuk
mengeluarkan inhibin sebagai umpan balik terhadap aksis hipotalamushipofisis-
gonad. Fungsi lain FSH menstimulasi perkembangan tubulus seminiferus
menyebabkan terjadinya pembesaran testis. Pada saat pubertas terjadi
spermatogenesis akibat pengaruh FSH dan testosterone yang dihasilkan oleh sel
Leydig.
Pada periode pubertas, selain terjadi perubahan pada aksis hipotalamus-hipofisis-
gonad, ternyata terdapat hormon lain yang juga memiliki peran yang cukup besar
selama pubertas yaitu hormone pertumbuhan (growth hormone/GH). Pada periode
pubertas, GH dikeluarkan dalam jumlah lebih besar dan berhubungan dengan proses
pacu tumbuh selama masa pubertas. Pacu tumbuh selama pubertas memberi
kontribusi sebesar 17% dari tinggi dewasa anak lakilaki dan 12% dari tinggi dewasa
anak perempuan. Hormon steroid seks meningkatkan sekresi GH pada anak laki-laki
dan perempuan. Pada anak perempuan terjadi peningkatan GH pada awal pubertas
sedangkan pada anak laki-laki peningkatan ini terjadi pada akhir pubertas. Perbedaan
waktu peningkatan GH pada anak laki-laki dan perempuan serta awitan pubertas dapat
menjelaskan perbedaan tinggi akhir anak laki-laki dan perempuan.
D. Pubertas Prekoks
Pubertas prekoks merupakan kondisi munculnya tanda fisik dan hormonal berupa
terjadinya perkembangan seksual sekunder sebelum usia 8 tahun pada anak
perempuan, dan 9 tahun pada anak lelaki. Seringkali pubertas prekoks menimbulkan
dampak buruk baik fisik maupun psikis bagi anak, serta tekanan psikis bagi keluarga
yang mengalaminya.
Secara praktis, pubertas prekoks dapat diklasifikasikan menjadi varian “normal”
(dianggap non patologis) dan patologis. Varian “normal” meliputi telarke dan
adrenarke/pubarke dini. Pada saat ini kedua kondisi tersebut dianggap tidak
memerlukan terapi dan dikatakan bersifat self limiting. Sedangkan pubertas prekoks
patologis dibedakan menjadi tergantung GnRH (Gonadotropin-Releasing Hormone)
atau tipe sentral, dan tidak tergantung GnRH atau tipe perifer (pseudopubertas).
Prevalensi pubertas prekoks diperkirakan 1 : 5000 hingga 1 : 10.000, dengan
kecenderungan wanita lebih banyak daripada lelaki. Namun akhir-akhir ini rujukan
pubertas prekoks di klinik endokrinologi anak dilaporkan semakin meningkat 1,5
hingga 2 kali lipat dibandingkan yang pernah dilaporkan 20 hingga 30 tahun yang
lalu, dengan variasi penyebab dan bentuk klinis yang memerlukan strategi manajemen
yang berbeda sesuai penyebab dan bentuk klinisnya.
Patofisiologi Pubertas Prekoks
Secara sederhana, gambaran perjalanan kasus Pubertas Prekoks diawali produksi
berlebihan GnRH yang menyebabkan kelenjar pituitary meningkatkan produksi
hormone luteinizing (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH). Peningkatan
jumlah LH menstimulasi produksi hormone seks steroid oleh sel Leydig testis atau sel
granul ovarium. Peningkatan kadar androgen atau esterogen menyebabkan fisik
berubah dan mengalami perkembangan dini meliputi pembesaran penis dan
tumbuhnya rambut pubis pada anak laki-laki dan pembesaran payudara pada anak
perempuan, serta mendorong pertumbuhan badan. Peningkatan kadar FSH
mengakibatkan pengaktifan kelenjar gonad dan akhirnya membantu pematangan
folikel pada ovarium dan spermatogenesis pada testis.
1. Tanner JM. 2004. A History of study of human growth. Cambridge: University Press
2. Batubara Jose RL. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari
Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2017. Diagnosis dan Tata Laksana Pubertas Prekoks
Sentral. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
4. Lilis Suryani, Syahniar, Zikra. 2013. Penyesuaian Diri Pada Masa Pubertas. Jurnal
Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 Hlm. 136 – 140
5. Agres Vivi Susanti, Sunarto. 2012. Faktor Risiko Kejadian Menarche Dini Pada
Remaja Di Smp N 30 Semarang. Journal OF Nutrition College, Volume 1, Nomor 1,
Tahun 2012, Halaman 115-126
6. Endang Triyanto. 2010. Pengalaman Masa Pubertas Remaja Studi Fenomenologi Di
Purwokerto (The Puberty Experience Of Adolescent Fenomenology Study In
Purwokerto). Jurnal Ners Vol. 5 No. 2 Oktober 2010: 147–153
7. Buku Pegangan Pembimbing. Diunduh dari
http://pediatricfkuns.ac.id/data/ebook/150_Pubertas%20Prekoks.pdf tanggal 29 Juli
2019
TUGAS ENDOKRIN
PUBERTAS PREKOKS
OLEH :
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019