Anda di halaman 1dari 3

PERANAN KEBUN BINATANG SURABAYA (KBS) SEBAGAI KAWASAN

KONSERVASI EX-SITU DALAM KONSERVASI ALAM


Oleh:
1. Ariski Fajarido (183112620120061)
2. Arie Ardiansyah Nugraha (183112620120106)
3. Candra Satahi Ridwanto Simangunsong (183112620120059)
4. Wahyu Al Ayubi (183112620120100)
5. Yoga Aprian Pratama (183112620120099)
6. Paulus Tonapa (183112620120037)

I. Permasalahan Kebun Binatang Surabaya (KBS)


Upaya konservasi satwa liar pada prinsipnya dapat dilakukan baik di habitat alaminya (in-
situ) maupun di luar habitat alaminya (ex-situ). Salah satu bentuk konservasi satwa liar di
luar habitat alaminya adalah kebun binatang. Fungsi utama kebun binatang yaitu sebagai
lembaga konservasi (ex-situ) juga memiliki fungsi lain yakni sebagai tempat pendidikan,
peragaan, penitipan sementara, sumber indukan dan cadangan genetik untuk mendukung
populasi in situ, sarana rekreasi yang sehat serta penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan
Kebun Binatang Surabaya atau yang biasa disingkat KBS merupakan kebun binatang yang
pernah menyandang sebagai kebun binatang terlengkap se-Asia Tenggara, di dalamnya
terdapat lebih dari 351 spesies satwa yang berbeda yang terdiri lebih dari 2.806 binatang.
Namun beberapa tahun terakhir ini KBS menjadi sorotan media dalam dan luar negeri
karena kondisinya sangat memprihatinkan, banyak hewan yang mati secara berturut-turut
dan kondisi lingkungan sekitar tidak terawat. Hal ini menyebabkan jumlah pengunjung
Kebun Binatang Surabaya per tahun yang mengalami penurunan diatas 10%. Puncaknya
pada tahun 2014 dimana satu ekor koleksi binatang KBS yaitu Singa Afrika ditemukan
tergantung tewas di kandangnya pada tahun 2014, dan seekor jerapah ditemukan mati
dengan sekitar 18 kg sampah plastik di perutnya, yang dibuang pengunjung kebun binatang
ke dalam kandang. Akibatnya Kebun Binatang Surabaya sempat dijuluki Zoo of the Death
atau kebun binatang paling kejam di dunia.
Almazan et al. (2005) menyatakan bahwa pengelolaan kebun binatang di negara
berkembang kebanyakan masih berada di bawah standar pengelolaan dengan lebih
berfokus pada kepentingan dan keuntungan manusia khususnya terkait dengan kegiatan
rekreasi sehingga mengesampingkan fungsi utama kebun binatang sebagai lembaga
konservasi.
Selain itu beberapa permasalaha di KBS diantaranya:
1. KBS memiliki masalah yang hampir sama dengan kebun binatang di kota lain terutama
dalam hal pendanaan sehingga fasilitas dalam pemeliharaan satwa dan fasilitas bagi
pengunjung terbatas.
2. KBS tidak memperlakukan koleksi satwa sebagai spesimen hidup yang bernilai. KBS
cenderung mengeksploitasi satwa untuk hiburan bagi pengunjung.
3. KBS memiliki masalah over populasi seperti Jalak Bali, Komodo, Babi Rusa dan
Bekantan.
4. KBS kurang memperhatikan kesejahteraan satwa.

II. Upaya penanggulangan permasalahan Kebun Binatang Surabaya (KBS)


Sejak pengelolaan KBS sepenuhnya diserahkan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya
melalui surat keputusan Menteri Kehutanan bernomor S.387/Menhut-IV/2013 pada 3 Juli
2013, jumlah pengunjung terus mengalami peningkatan hingga mencapai 1.360.000 pada
tahun 2017, kemudian di tahun berikutnya mengalami peningkatan menjadi 1.571.000
pengunjung.
Peningkatan pengunjung ini menandai bahwa manajemen KBS telah melakukan upaya
perbaikan. Pemkot Surabaya telah melakukan revitalisasi dari segala lini. Revitalisasi yang
dimaksud mulai dari peningkatan dan penataan satwa, pemberian pakan nutrisi,
pembersihan kandang secara rutin, pemberian vaksinasi terhadap semua satwa, serta
pembenahan sekaligus pembangunan infrastruktur.
Untuk mengatasi masalah kelebihan populasi di KBS, menejemen telah melakukan
pertukaran satwa, namun langkah ini belum bisa mengatasi masalah over populasi
sepenuhnya. Sebagai langkah lain, untuk mengatasi kelebihan jumlah satwa menejemen
KBS memperluas kandang agar satwa yang ada dapat lebih leluasa bergerak.
III. Kesimpulan Diskusi
Kematian hewan langka di KBS tidak boleh terulang lagi. Tidak ad acara lain selain
perbaikan pengelolaan menejemen KBS untuk mengutamakan kesejahteraan hewan.
Kesejahteraan satwa tidak hanya terhindar dari perlukaan secara fisik, tapi juga secara
mental serta dapat terpenuhinya segala kebutuhan alami satwa. Untuk memenuhi
kesejahteraan satwa diantaranya:
1. Kandang harus didesain sesuai dengan kebutuhan biologis dan perilaku satwa.
2. Kondisi lingkungan seperti temperatur dan kelembaban disesuaikan dengan kebutuhan
3. Variasi makanan disesuaikan dengan kebutuhan satwa adalah faktor yang penting
dalam program pengkayaan makanan bagi kesejahteraannya.
4. Air Minum di detiap kandang harus dilengkapi dengan suplai air minum yang segar
setiap waktu.
5. Perlindungan dan Keselamatan, fasilitas kebun binatang harus dioperasikan dengan
cara yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan satwa

Untuk memperlakukan satwa sebagai spesimen hidup yang bernilai, KBS harus
menghentikan pertunjukan satwa langka di kebun binatang, karena merupakan bentuk
eksploitasi satwa dan melanggar hak asasi satwa.

DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Erlyta Dwi Agustina. Persepsi Pengunjung Tentang Keberadaan Kebun Binatang
Surabaya Tahun 2012. 2015. Diunduh Dari Http://Etd.Repository.Ugm.Ac.Id/ Tanggal 26 Juni
2019
Puspitasari A, Burhanuddin Masy’ud Dan Tutut Sunarminto. 2016. Nilai Kontribusi Kebun
Binatang Terhadap Konservasi Satwa, Sosial Ekonomi Dan Lingkungan Fisik: Studi Kasus Kebun
Binatang Bandung (Contribution Value Of Zoo To The Wild Animal Conservation, Socio-
Economic And Physical Environment: Case Study In Bandung Zoo). Media Konservasi Vol. 21
No. 2 Agustus 2016: 116-124
Susanto D. 2014. Evaluasi Nilai Ekonomi Objek Wisata Kebun Binatang Surabaya Di Kota
Surabaya (Land Development Analysis Dan Discounted Cash Flow). Diunduh Dari
Http://Etd.Repository.Ugm.Ac.Id/ Tanggal 25 Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai