Jurnal D11113025 PDF
Jurnal D11113025 PDF
DISUSUN OLEH :
ASNI TANDILINO
D 111 13 025
JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG SISTEM RANGKA
DENGAN VARIASI JARAK SPASI
Asni Tandilino
D111 13 025
Mahasiswa S1 Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km. 6
Bontomarannu, Gowa 92172, Sulawesi Selatan
Email: asnitandilino@gmail.com
Prof. Dr. Eng. Rudy Djamaluddin, S.T., M.Eng. Dr.Eng. Hj. Rita Irmawaty, S.T., M.T.
Pembimbing I Pembimbing II
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km. 6 Jl. Poros Malino Km. 6
Bontomarannu Bontomarannu
Gowa 92172, Sulawesi Selatan Gowa 92172, Sulawesi Selatan
ABSTRAK
Reinforced concrete beam commonly use longitudinal rebars which are mounted
horizontally and shear rebars which are mounted vertically to the axis of the
beam. The geometrical changes of vertical stirrups into a diagonal stirrup have
been developed to increase the bending capacity. The utilization of diagonal
stirrups or reinforcement truss system can increase the bending capacity of beam
as it is able to keep the moment arm due to the deflection during the loading test.
One of the factor that affects the increasing bending capacity on the beam with
truss system reinforcement is spacing of truss system reinforcement. The
specimens used are reinforced concrete beam with dimensions of 15 cm x 20 cm x
330 cm. There are four variations of the specimens. Normal beam as a control
beam, BTR25 is beam with truss system reinforcement with spacing of 0.25d,
BTR50 is beam with truss system reinforcement with spacing of 0.50d, and
BTR75 is beam with truss system reinforcement with spacing of 0.75d, where d
is the effective depth of the beam. The observed data were load, deflection,
reinforcement and concrete strain, as well the crack patterns. If compared with
normal beam, variant of the truss system reinforcement affects the increasing of
bending capacity, where the beam with spacing of 0.25d (BTR25) increased by
11.20%, beam with spacing of 0.50d (BTR50) increased by 6.76%, and the beam
with spacing of 0.75d (BTR75) increased by 6.02%. Observations of crack
patterns showed that reinforced concrete beam failed in flexural. BTR25 and
BTR50 failed similar with beam failed in balance condition, while BTR75 and
BN failed similar with beam failed in under-reinforced.
c. Balok BTR
d. Balok BSC
e. Balok BSCTR
maupun yang disebabkan susut dan pertama kali (Δy). Hal tesebut
suhu, mengakibatkan lentur dan dinyatakan secara matematis dalam
deformasi elemen-eleman struktural persamaan berikut ini (Kim, 2007).
penyusunnya. Lentur elemen balok μ=
adalah akibat dari regangan
deformasi yang disebabkan oleh dimana : μ = daktilitas
tegangan-tegangan lentur akibat struktur
beban eksternal. Seiring peningkatan Δ80 = perpindahan
beban, balok tersebut menahan saat 0,80 Pmaks
regangan dan defleksi tambahan, Δy = perpindahan
mengakibatkan pembentukan retak- saat leleh pertama kali
retak lentur sepanjang bentang dari Hubungan antara beban dan
balok tersebut. Penambahan- lendutan pada beton bertulang
penambahan terus menerus terhadap sampai melampaui beban maksimum
tingkat beban mengakibatkan untuk balok daktail dan getas tampak
kegagalan elemen struktural ketika pada Gambar 2.3.
beban eksternal mencapai kapasitas Beban
elemen tersebut (Nawy, 1998). Pu
Kuat lentur beton adalah 20%
kemampuan balok beton untuk drop in
menahan gaya dengan arah tegak Pu
lurus sumbu yang diberikan padanya
sampai balok beton patah dan Displacement
dinyatakan dalam Mega Pascal ducility indeks, μ =
𝑑𝑢
(MPa). Kuat tarik dalam lentur 𝑑𝑦
dikenal sebagai modulus runtuh y u Lendutan
(Moduluss of Rupture). Untuk batang Gambar 2.3. Hubungan Pendekatan
yang mengalami lentur yang dipakai Beban-Lendutan
dalam desain adalah besarnya (Tahwil dan Deierlein, 1999)
modulus runtuh (fr).
2.2.2. Retak Pada Balok
2.2.1. Daktilitas Retak terjadi pada umumnya
Daktilitas menyatakan menunjukkan bahwa lebar celah
kemampuan struktur untuk retak sebanding dengan besarnya
berdeformasi secara signifikan tanpa tegangan yang terjadi pada batang
mengalami penurunan kekuatan yang tulangan baja tarik dan beton pada
berarti. Daktilitas merupakan salah ketebalan tertentu yang menyelimuti
satu aspek penting dalam batang baja tersebut. Meskipun retak
perencanaan suatu elemen struktur tidak dapat dicegah, namun
disamping aspek kekuatan dan ukurannya dapat dibatasi dengan
kekakuan. Besarnya daktilitas cara menyebar atau mendistribusikan
didapatkan dari grafik hubungan tulangan.
beban dan perpindahan. Daktilitas Pada dasarnya ada tiga jenis
suatu struktur didefenisikan sebagai keretakan pada balok (Gilbert, 1990):
perbandingan antara perpindahan 1. Retak lentur (flexural crack),
saat terjadi penurunan beban sebesar terjadi akibat kegagalan balok
20% dari beban maksimum (Δ20) dalam menahan beban lentur,
dengan perpindahan saat leleh sehingga biasanya terjadi pada
5
(a) (b)
Gambar 3.3. Alat Ukur Regangan
Beton. (a) Strain
gauge beton tipe PL
60-11-5L. (b) CN-E
Gambar 3.1. LVDT. Adhesive.
4. Alat uji pembebanan
2. Alat ukur regangan baja Balok uji yang akan dibebani
tulangan diletakkan pada loading frame.
Pada tulangan longitudinal Di atas balok uji di tengah
bawah dipasang strain gauge bentang diletakkan seperangkat
tipe FLK-6-11-5L (gauge alat pembebanan balok, yaitu :
factor 2,12±1%), ditempatkan a. Actuator, untuk memberi
pada tengah bentang (momen beban dengan kapasitas
maksimum). Perekat yang 1500 kN.
digunakan untuk merekatkan b. Load cell, kapasitas 200 kN
strain gauge pada permukaan untuk mengetahui besar
tulangan adalah CN Adhesive. beban yang diberikan
Actuator.
c. Data logger, untuk
merekam secara serempak
dan otomatis data yang
diukur oleh strain gauge,
(a) (b) LVDT, dan load cell.
11 2
berikut: 20 12.60
ØD8–0.25d
= 4.2
12.6
=
2. BTR25 (Balok Beton Tulangan Jarak spasi : 0.50d = 0.50 x 17.5
Rangka dengan Jarak Spasi = 8.75 cm
0,25d)
Jumlah sampel : 4 buah
BTR25 merupakan balok dengan
tulangan geser menggunakan
sistem rangka atau diagonal,
dimana jarak spasi antara
12
Unit : cm
mengetahui kemampuan balok dalam
20
0,75d) 20
20
3.6. Kerangka Prosedur
15 120
LVDT (0.01 mm)
30 30 120 15
Penelitian
: Strain Gauge Baja Tulangan
330
Adapun kerangka prosedur
: Strain Gauge Beton
15
penelitian ini adalah sebagai
2 11 2
berikut:
2Ø6
Ø8–0.75d
20 12.60 = 12.50 12.6
13.13 13.13
3ØD12
Mulai
Tabel 4.1. Karakteristik beton umur
Kaiian Pustaka 28 hari
Teori Dasar dan Jurnal serta pengembangan model Kuat Modulus
balok beton dengan spasi tulangan sistem rangka Beban
Sampel Tekan Elastis
kN Mpa Mpa
Persiapan
Desain, Bahan dan Alat Pengujian 1 139.89 17.81 18470.74
2 146.24 18.62 19080.39
Beton 3 140.27 17.87 20097.52
Uji karakteristik Baja Tulangan
material, Mix design / Menentukan : fy, Es 4 155.99 19.86 19318.13
buat sampel
5 144.60 18.41 18811.20
Rata-
145.40 18.51 19155.60
Uji kuat tekan benda uji rata
silinder
Standar Deviasi (S) 0.83
Mutu Beton (f'c) 17.40
Desain / Pembuatan Balok Beton dengan
tulangan sistem rangka dan Perawatan
4.1.2. Hasil Pengujian Kuat Tarik
Baja
Pengujian Lentur Balok Tabel 4.2 menyajikan
· Setup Benda Uji
· Pengukuran Lendutan, Retak dan Regangan rekapitulasi hasil pengujian kuat
tarik tulangan baja yang dilakukan di
Hasil Tes dan
Pengolahan Data
Laboratorium Stuktur dan Bahan
Jurusan Sipil FT-UH. Berdasarkan
Pembahasan dan
Kesimpulan
Tabel 4.2 kuat tarik leleh rata-rata
baja tulangan polos diameter 8 mm
Selesai
(∅8) sebesar 384,82 MPa dan baja
tulangan ulir diameter 12 mm (D12)
sebesar 469 MPa.
Gambar 3.6. Kerangka Prosedur Tabel 4.2. Hasil Pengujian Kuat
Penelitian Tarik Baja
kondisi retak awal Pcrack tejadi pada 26.57 kN dengan Multimate sebesar
beban 5.81kN dengan Mcrack sebesar 16.75 kNm. Pada balok BTR75-02,
4.29 kNm, kemudian kondisi kondisi retak awal Pcrack tejadi pada
tulangan leleh pada Pyield sebesar beban 4.80 kN dengan Mcrack sebesar
27.51 kN dengan Myield sebesar 17.31 3.69 kNm, kemudian kondisi
kNm, dan beban maksimum balok tulangan leleh pada Pyield sebesar
(Pultimate) sebesar 29.57 kN dengan 27.91 kN dengan Myield sebesar 17.55
Multimate sebesar 18.55 kNm. Dari kNm, dan beban maksimum balok
keempat benda uji BTR50 diperoleh (Pultimate) sebesar 29.17 kN dengan
nilai rata-rata pada kondisi retak Multimate sebesar 18.31 kNm. Pada
awal Pcrack sebesar 5.54 kN dengan balok BTR75-03, kondisi retak awal
Mcrack sebesar 4.13 kNm, kemudian Pcrack tejadi pada beban 4.20 kN
kondisi tulangan leleh pada Pyield dengan Mcrack sebesar 3.33 kNm,
sebesar 26.65 kN dengan Myield kemudian kondisi tulangan leleh
sebesar 16.80 kNm, dan beban pada Pyield sebesar 26.97 kN dengan
maksimum balok (Pultimate) sebesar Myield sebesar 16.99 kNm, dan beban
28.89 kN dengan Multimate sebesar maksimum balok (Pultimate) sebesar
18.14 kNm. 30.24 kN dengan Multimate sebesar
18.95 kNm. Pada balok BTR75-04,
Tabel 4.5. Kapasitas Beban dan kondisi retak awal Pcrack tejadi pada
Momen BTR50 beban 4.28 kN dengan Mcrack sebesar
Berdasarkan Hasil 3.38 kNm, kemudian kondisi
Pengujian tulangan leleh pada Pyield sebesar
27.04 kN dengan Myield sebesar 17.03
Tipe
Urai Satu
Rat kNm, dan beban maksimum balok
BTR BTR BTR BTR a-
an an
50- 50- 50- 50- rata (Pultimate) sebesar 28.77 kN dengan
01 02 03 04 Multimate sebesar 18.07 kNm. Dari
Pcrack kN 5.67 5.34 5.34 5.81
5.5 keempat benda uji BTR75 diperoleh
4
nilai rata-rata pada kondisi retak
Mcrac kN 4.1
k m
4.22 4.01 4.01 4.29
3 awal Pcrack sebesar 4.12 kN dengan
26.
Mcrack sebesar 3.28 kNm, kemudian
Pyield kN 26.17 26.04 26.90 27.51
65 kondisi tulangan leleh pada Pyield
Myiel kN
16.51 16.43 16.95 17.31
16. sebesar 26.64 kN dengan Myield
d m 80 sebesar 16.79 kNm, dan beban
Pultim 28. maksimum balok (Pultimate) sebesar
kN 28.44 28.24 29.31 29.57
ate 89
28.69 kN dengan Multimate sebesar
Multi kN 18.
mate m
17.87 17.75 18.39 18.55
14 18.02 kNm.
Tabel 4.6. Kapasitas Beban dan Pcrack sebesar 4.48 kN dan Mcrack
Momen BTR75 Berdasarkan Hasil sebesar 3.50 kNm, sedangkan rata-
Pengujian rata hasil pengujian menunjukkan
Pcrack sebesar 6.95 kN dan Mcrack
Tipe
Rat
sebesar 4.98 kNm. Kemudian hasil
Urai Satu
an an BTR BTR BTR BTR a- analisis pada kondisi tulangan leleh
rata
75- 75- 75- 75- Pyield sebesar 37.02 kN dengan Myield
01 02 03 04
sebesar 23.02 kNm sedangkan rata-
4.1
Pcrack kN 3.20 4.80 4.20 4.28 rata hasil pengujian menunjukkan
2
Mcrac kN 3.2
Pyield sebesar 28.53 kN dengan Myield
2.73 3.69 3.33 3.38
k m 8 sebesar 17.93 kNm. Selanjutnya
26. pada saat beban maksimum, hasil
Pyield kN 24.63 27.91 26.97 27.04
64 analisis menujukkan Pultimate sebesar
Myiel kN 16. 41.81 kN dengan Multimate sebesar
15.59 17.55 16.99 17.03
d m 79 25.89 kNm, sedangkan rata-rata hasil
Pultim
kN 26.57 29.17 30.24 28.77
28. pengujian menunjukkan Pultimate
ate 69 sebesar 29.86 kN dengan Multimate
Multi kN
16.75 18.31 18.95 18.07
18. sebesar 18.73 kNm.
m 02
mate
Pada balok BTR50, hasil
analisis saat kondisi retak awal
4.2.5. Perbandingan Analisa dan menunjukkan Pcrack sebesar 4.48 kN
Hasil Pengujian dan Mcrack sebesar 3.50 kNm,
Tabel 4.7 menyajikan sedangkan rata-rata hasil pengujian
rekapitulasi hasil pengujian dan menunjukkan Pcrack sebesar 5.54 kN
analisis. Detail perhitungan analisis dan Mcrack sebesar 4.13 kNm.
diperlihatkan pada lampiran. Hasil Kemudian hasil analisis pada kondisi
analisa balok BN menunjukkan pada tulangan leleh Pyield sebesar 37.02 kN
kondisi retak awal Pcrack sebesar 4.48 dengan Myield sebesar 23.02 kNm
kN dan Mcrack sebesar 3.50 kNm, sedangkan rata-rata hasil pengujian
sedangkan rata-rata hasil pengujian menunjukkan Pyield sebesar 26.65 kN
menunjukkan Pcrack sebesar 5.21 kN dengan Myield sebesar 16.80 kNm.
dan Mcrack sebesar 3.93 kNm. Selanjutnya pada saat beban
Kemudian hasil analisis pada kondisi maksimum, hasil analisis
tulangan leleh Pyield sebesar 37.02 kN menujukkan Pultimate sebesar 41.20
dengan Myield sebesar 23.02 kNm kN dengan Multimate sebesar 25.53
sedangkan rata-rata hasil pengujian kNm, sedangkan rata-rata hasil
menunjukkan Pyield sebesar 25.46 kN pengujian menunjukkan Pultimate
dengan Myield sebesar 16.08 kNm. sebesar 28.89 kN dengan Multimate
Selanjutnya pada saat beban sebesar 18.14 kNm.
maksimum, hasil analisis Pada balok BTR75, hasil
menujukkan Pultimate sebesar 37.38 analisis saat kondisi retak awal
kN dengan Multimate sebesar 23.24 menunjukkan Pcrack sebesar 4.48 kN
kNm sedangkan rata-rata hasil dan Mcrack sebesar 3.50 kNm,
pengujian menunjukkan Pultimate sedangkan rata-rata hasil pengujian
sebesar 27.06 kN dengan Multimate menunjukkan Pcrack sebesar 4.43 kN
sebesar 17.05 kNm. dan Mcrack sebesar 3.47 kNm.
Pada balok BTR25, hasil analisis Kemudian hasil analisis pada kondisi
saat kondisi retak awal menunjukkan tulangan leleh Pyield sebesar 37.02 kN
18
dengan Myield sebesar 17.19 kNm. Pcrack kN 3.60 3.60 3.60 3.60
Selanjutnya pada saat beban Mcrack kNm
maksimum, hasil analisis 2.97 2.97 2.97 2.97
Beban (kN)
Table 4.8. Persentase Peningkatan
𝑃 𝑃
Kapasitas Beban BTR terhadap BN 15
10 Pcrack
Persentase
Beban (kN) 5
Peningkatan (%) LV
Sampel
0
Pcr Py Pu Pcr Py Pu 0 10 20 30 40 50
Lendutan (mm)
BN 5.21 25.46 27.06 - - - BN BTR25 BTR50 BTR75
20
15
35
10
30
5 Strain
Gauge 25
0
0 2000 4000 6000
20 𝑃 𝑃
Beban (kN)
15
Regangan (x10-6)
10 C
BN BTR25 BTR50 BTR75
5
Gambar 4.2. Grafik Hubungan 0
Beban-Regangan Baja 0 1000 2000 3000
Regangan ()
Pada Gambar 4.2 BN BTR25 BTR50 BTR75
menunjukkan hubungan beban-
Gambar 4.3. Grafik Hubungan
regangan baja antara benda uji BN,
Beban-Ragangan Beton
BTR25, BTR50, dan BTR75. Balok
BN mengalami kondisi leleh pada
Pada Gambar 4.3
beban sebesar 27.91 kN dengan
menunjukkan grafik hubungan
regangan sebesar 2051 µε.
beban-regangan beton pada balok
Sedangkan pada balok BTR25
BN, BTR25, BTR50, dan BTR75.
mengalami kondisi leleh pada beban
Pada balok BN beban ultimit sebesar
sebesar 29.24 kN dengan regangan
28.84 kN dengan regangan sebesar
sebesar 1948 µε. Pada balok BTR50
2655 µε. Pada balok BTR25 beban
mengalami kondisi leleh pada beban
21