Studi Pemetaan Persebaran Suhu Permukaan Laut Berdasarkan Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Perairan Selat Lombok)
Studi Pemetaan Persebaran Suhu Permukaan Laut Berdasarkan Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Perairan Selat Lombok)
Oleh:
Fetika Rachmania Wahyudi
26010315140068
Selat Lombok termasuk dalam WPP-RI 573 karena merupakan bagian dari
Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. WPP-RI 573 meliputi perairan
Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara,
Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat. Perairan Selat Lombok merupakan
perairan yang menarik karena memiliki (Arlindo) Arus Lintas Indonesia Arus
Lintas Indonesia atau Indonesian Throughflow (ITF) yaitu suatu sistem arus di
perairan Indonesia yang menghubungkan Samudera Pasifik dengan Samudera
Hindia yang melewati Perairan Indonesia bagian Timur. Gaya penggerak Arlindo
karena bertiupnya angin pasat tenggara di bagian Selatan Pasifik dari wilayah
Indonesia. Hasil tangkapan yang didapat pada umumnya terdiri dari ikan pelagis,
demersal, dan biota laut lainnya yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Hasil
tangkapan utama Perairan Selat Lombok yaitu Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis). Pengetahuan nelayan mengenai lokasi daerah penangkapan ikan masih
menggunakan cara-cara tradisional sehingga penangkapan ikan cenderung kurang
optimal, diharapkan dengan penerapan teknologi penginderaan jauh dan sistem
informasi geografis dapat menjadi salah satu solusi dari permasalahan tersebut..
Tujuan penelitian ini yaitu, mengetahui proses pengolahan data suhu permukaan
laut (SPL) dengan ekstraksi gelombang thermal dan membuat peta persebaran
suhu permukaan laut melalui proses ekstraksi gelombang thermal sebagai
indikator pendugaan daerah penangkapan ikan. Hasil analisis persebaran suhu
permukaan laut menggunakan citra satelit Landsat-8, didapatkan nilai interval
suhu sebesar 260C – 320C.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan
dengan judul “Studi Pemetaan Persebaran Suhu Permukaan Laut Menggunakan
Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Perairan Selat Lombok)”.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan pada tanggal 12 Februari –
02 Maret 2018 di Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) Yogyakarta,
yaitu dengan melaksanakan proses pembuatan peta persebaran suhu permukaan
laut dengan memanfaatkan citra satelit Landsat-8 sebagai indikator daerah
penangkapan ikan.
Atas bantuan yang diberikan dari berbagai pihak, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ir. Imam Triarso, MS, selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja Lapangan;
2. Farid Ibrahim, S.Si, selaku Pembimbing Lapangan selama di Parangtritis
Geomaritime Science Park (PGSP);
3. Dr. Aristi Dian Purnama Fitri, S.Pi., M.Si, selaku Ketua Departemen
Perikanan Tangkap; dan
4. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis berharap kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam
memperbaiki karya tulis ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
ABSTRAK ................................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1.1.Latar Belakang ................................................................................................1
1.2.Tujuan Praktek Kerja Lapangan ......................................................................4
1.3.Manfaat Praktek Kerja Lapangan ....................................................................4
1.4.Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan ..................................................4
v
Halaman
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................14
4.1. Profil Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) ................................14
4.4.1. Kondisi Umum Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) ......14
4.4.2. Sejarah Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) ...................14
4.4.3. Visi dan Misi Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) .........15
4.4.4. Fasilitas Geomaritime Science Park (PGSP) .....................................16
4.2. Keadaan Umum Perairan Selat Lombok ......................................................16
4.3. Potensi Perikanan Laut di Selat Lombok .....................................................18
4.4. Proses Pembuatan Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut .........................22
4.4.1. Tahapan Pengolahan Citra Satelit ......................................................22
4.4.2. Proses Pengunduhan Data ..................................................................23
4.4.3. Koreksi Radiometrik Menggunakan Aplikasi ENVI 5.1 ...................26
4.5. Pembahasan ..................................................................................................37
4.5.1. Informasi Suhu Permukaan Laut .......................................................37
4.6. Hubungan Suhu Permukaan Laut dengan Arus Lintas Indonesia
(Arlindo) ......................................................................................................39
LAMPIRAN ..............................................................................................................45
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
Halaman
Gambar 30. Ekstrak Data ............................................................................................ 51
Gambar 31. Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Perairan Selat Lombok ............. 52
Gambar 32. Presentasi Proposal Rencana PKL .......................................................... 53
Gambar 33. Diskusi Bersama Pembimbing ................................................................ 53
Gambar 34. Memandu Kunjungan Museum Gumuk Pasir ......................................... 53
Gambar 35. MGMP Geografi di Klaten ...................................................................... 54
Gambar 36. Tim Profiling Gumuk Pasir ..................................................................... 54
Gambar 37. Pengukuran Kemiringan Lereng ............................................................. 54
Gambar 38. Ruang Pendidikan dan Pelatihan ............................................................. 55
Gambar 39. Presentasi Hasil PKL............................................................................... 55
Gambar 40. Foto Bersama Staff PGSP ....................................................................... 55
viii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Komposisi Jenis (%) Ikan Pelagis Kecil Dominan Tertangkap di WPP-RI
573 ................................................................................................................ 18
Grafik 2. Komposisi Jenis (%) Ikan Pelagis Besar Dominan Tertangkap di WPP-RI
573 ................................................................................................................ 19
Grafik 3. Komposisi Jenis (%) Ikan Demersal Dominan Tertangkap di WPP-RI 573 20
Grafik 4. Grafik Hubungan SPL dengan Hasil Tangkapan Ikan Cakalang ................ 21
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
x
1
I. PENDAHULUAN
920 sampai 1420 BT, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil. Indonesia sebagai
negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki potensi sumber daya pesisir dan
lautan yang sangat besar. Besarnya potensi sumber daya kelautan Indonesia
baik ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar, ikan demersal, dan lain-lain. Secara
biologi, kawasan pesisir dan laut Indonesia juga mempunyai nilai global, karena
migratory species) seperti tuna, lumba-lumba dan berbagai jenis ikan paus serta
pesisir dan laut yang cukup tinggi, yaitu luas perairan lautnya sekitar 29.159,04
km2 dengan panjang pantai 2.333 km dan perairan karang sekitar 3.601 km2.
Wilayah Nusa Tenggara Barat di utara berbatasan dengan Laut Jawa, di selatan
dengan Samudera Hindia, di timur dengan Selat Sepadan, dan di barat dengan
mempunyai potensi yang besar dalam bidang perikanan dan wisata pantai, salah
ini termasuk dalam daerah yang dilalui Arus Lintas Indonesia (Arlindo). Arlindo
Samudera Hindia. Jalur Arlindo dimulai dari perairan antara Mindanao dan
Halmahera, mengalir masuk melalui selat Makassar sebagai jalur utamanya lalu
lainnya berbelok melalui Laut Flores, Laut Banda dan memasuki Samudera
besar. Banyak jenis karang yang menjadi ciri khas Samudera Pasifik atau
salah satu jalur ruaya (migrasi) ikan pelagis besar yang bernilai ekonomis penting.
Ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil kita merupakan daerah pemijahan dan
Daerah penangkapan ikan merupakan suatu perairan dimana ikan yang menjadi
daerah penangkapan ikan yang baik yaitu, daerah tersebut terdapat ikan yang
3
melimpah secara berkala, alat tangkap dioperasikan dengan mudah dan sempurna,
lokasinya tidak jauh dari pelabuhan sehingga dapat dijangkau oleh kapal ikan, dan
ikan yang hidup di perairan laut mempunyai kisaran suhu dan klorofil-a yang
klorofil-a dapat dilakukan secara langsung (insitu) dan tidak langsung yaitu
mengetahui sebaran suhu permukaan laut maupun sebaran klorofil-a. Data dari
satelit sangat membantu dalam penentuan suhu optimum yang disenangi ikan.
kurang sehingga penangkapan ikan cenderung kurang optimal dan boros bahan
terjadi melalui analisis data satelit, mencakup wilayah yang luas, kontinu dan
1.2. Tujuan
berikut:
1.3. Manfaat
berikut:
2.1.1. Suhu
Suhu permukaan laut dapat diperoleh dengan pengukuran langsung (in situ)
untuk melihat fenomena sebaran SPL. Radiasi yang dipancarkan umumnya berupa
radiasi infra merah jauh (biasa disebut juga sebagai infra merah thermal) dengan
panjang gelombang antara 8 – 15 µm. Radiasi infra merah thermal ini dapat
melewati atmosfer tanpa diserap oleh gas dan molekul air yang berada di
terjadi di atmosfer cukup rendah, maka panjang gelombang infra merah thermal
dengan peningkatan suhu secara global. Nilai suhu dapat meningkat pada musim
peralihan, hal ini disebabkan oleh hujan dimusim barat, sehingga air hujan
menurukan suhu. Perubahan angin dan suhu permukaan air laut dapat dipengaruhi
oleh kondisi hujan yang cukup tinggi (Wisha dan Aida, 2016).
6
2.1.2. Arus
Arus laut adalah pergerakan massa air laut secara horizontal maupun
vertikal dari suatu lokasi ke lokasi lain untuk mencapai kesetimbangan dan terjadi
secara kontinu. Arus Lintas Indonesia (Arlindo) adalah aliran massa air yang
menghubungkan dua massa air yang memiliki karakteristik berbeda, yaitu massa
air dari Samudera Pasifik Tropis Barat ke Samudera Hindia. Massa air dari
Samudera Pasifik memiliki suhu lebih tinggi dan salinitas rendah. Sebaliknya
massa air di Samudera Hindia memiliki suhu lebih rendah dan salinitas tinggi.
Selat Lombok merupakan salah satu dari sekian jalur yang dilalui oleh Arlindo,
selain Arlindo keadaan pasang surut serta internal wave turut mempengaruhi pola
yaitu, arus menuju utara (arus utara) dan arus menuju selatan (arus selatan).
Persentase massa air yang melalui Selat Lombok pada tiap musim cenderung
didominasi oleh massa air dari Samudera Pasifik. Hal ini disebabkan karena
sepanjang tahun pergerakan massa air di Selat Lombok pada lapisan permukaan
sampai kedalaman 200 m tetap menuju selatan. Pergerakan arus selatan yaitu
masuknya massa air dari Samudera Pasifik ke Selat Lombok dapat diketahui
melalui distribusi lapisan termohalin dan lapisan isotermal. Kecepatan massa air
yang melalui Selat Lombok cenderung berubah tiap musim, sebuah penelitian
membuktikan bahwa Musim Timur kecepatan arus lebih kuat dibandingkan pada
2.1.3. Kedalaman
mengenai suatu area laut. Selain untuk navigasi pelayaran, kedalaman laut juga
melalui satelit. Warna permukaan laut apabila dilihat pada gambar satelit memiliki
gradasi warna sebagai akibat dari pantulan cahaya pada kedalaman laut yang
warna permukaan pada posisi tersebut dapat dibuat sebuah sistem yang bisa
mengidentifikasi kedalaman laut pada posisi tertentu dari warna pada permukaan
yang merupakan data dari citra satelit dan lapangan digambarkan secara mendatar,
peran penting dalam analisis distribusi dan kelimpahan sumberdaya ikan. Faktor
pola migrasi, pencemaran, faktor teknis yang berhubungan alat tangkap yang tidak
menjadi bagian penelitian memungkinkan prediksi hasil tangkapan lebih teliti dan
2.1.4. Klorofil
pada spektrum kasat mata (visible). Klorofil dapat menampung energi cahaya
yang diserap oleh pigmen cahaya atau pigmen lainnya melalui fotosintesis,
panjang gelombang antara 400-700 nm. Cahaya matahari yang sampai kebumi,
sekitar 23% digunakan untuk daur hidrologi, 46% untuk pemanasan atmosfir,
permukaan bumi serta lautan, dan sekitar 30% dipantulkan kembali ke luar
adanya mekanisme upwelling yang makin intensif. Kenaikan massa air tersebut
menurunkan suhu, menaikan nilai salinitas, oksigen dan juga berbagai unsur hara
tersendiri, karena dibutuhkan waktu yang tidak singkat dan tenaga yang tidak
sedikit untuk mengetahui dan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada di
yang terdapat pada suatu lokasi di permukaan bumi diambil dengan menggunakan
9
sensor satelit, kemudian sesuai dengan tujuan kegiatan yang akan dilakukan,
disajikan dalam bentuk informasi spasial dan peta tematik tata ruang dengan
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah alat dengan sistem komputer yang
digunakan untuk memetakan kondisi dan peristiwa yang terjadi di muka bumi.
merupakan satelit sumber daya milik Amerika Serikat yang diluncurkan pada 11
Februari 2013. Satelit ini membawa dua sensor yaitu Deteksi Parameter
Geobiofisik dan sensor Thermal Infrared Sensor (TIRS). Sensor OLI mempunyai
tujuh band dengan resolusi spasial yang sama dengan Landsat-7 yaitu seluas 30
meter. Band 8 berbeda nilai resolusi spasialnya yaitu 15 meter. Sensor OLI
dilengkapi dengan dua band baru, yaitu band 1 dengan panjang gelombang 0.43 -
0.45 m untuk deteksi aerosol garis pantai dan band-9 dengan panjang gelombang
1.36 - 1.38 m untuk deteksi Awan Cirrus. Sedangkan untuk sensor TIRS
10
dilengkapi dengan dua band dengan resolusi spasial sebesar 100 m untuk
yang mencapai sensor dengan satuan W/(m2. sr. µm). Nilai yang terekam dengan
satuan tersbeut kemudian tersimpan pada saluran band dan dikonversi menjadi
temperatur yang terekam pada citra satelit Landsat berupa digital number. Proses
radial sehingga dapat menunjukkan gradasi suhu permukaan. Spektral radial yang
dihasilkan mampu dirubah kedalam satuan suhu sesuai dengan kebutuhan, contoh
Operasi penangkapan ikan akan lebih efisien dan efektif apabila daerah
penangkapan ikan (DPI) dapat diduga terlebih dahulu, sebelum kapal berangkat
dari fishing base. Sumberdaya ikan yang bersifat multispecies dan keberadaan
ikan, jumlah, dan jenis ikan yang tertangkap. Oleh karena itu, diperlukan penetuan
suatu perairan, maka kita dapat menduga keberadaan kelompok ikan dan dapat
laut dan klorofil-a dapat dilakukan secara langsung (insitu) dan tidak langsung
Teknik penginderaan jauh melalui satelit merupakan metode yang efisien untuk
Yogyakarta, Indonesia.
3.2. Materi
3.2.1.Alat
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL), berupa data
citra satelit Landsat-8 perekaman bulan Agustus 2015 yang diunduh dari situs
resmi USGS. Kanal yang digunakan adalah band 10 dan band 11. Scene Landsat
yang digunakan yaitu Path 116 dan Row 66 meliputi wilayah Perairan Selat
Lombok yang berada di antara Pulau Bali dan Pulau Nusa Tenggara Barat (NTB).
13
3.3.Metode
digunakan yaitu metode survei deskriptif meliputi diskusi, studi pustaka, dan kerja
mandiri. Jenis data yang diperoleh yaitu data primer berupa data citra satelit
Landsat-8.
3. Menganalisis peta suhu permukaan laut pada aplikasi ENVI 5.1; dan
Gumuk Pasir. Lantai kedua, berisikan alat-alat pembuatan peta terdahulu hingga
Park dibentuk sesuai dengan visi dari Badan Informasi Geospasial untuk menjadi
15
Science Park juga akan berfungsi sebagai pusat restorasi dan konservasi gumuk
pasir serta pengembangan museum gumuk pasir sebagai sarana pendidikan dan
penelitian.
a. Visi
Indonesia.
b. Misi
dan kepesisiran;
khususnya;
16
1. Gedung Kantor
3. Ruang Studio
4. Ruang Diklat
5. Ruang Simulator
6. Ruang Galeri
8. Rumah singgah
9. Rusunawa
10. Mushala
12. MCK
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak pada posisi 115o 47' 50" -
119o 19' 26" BT dan 8o 04' 05" - 9o 07' 50" LS serta terdiri dari dua pulau besar
yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai
salah satu daerah yang memiliki perairan sangat dinamis. Wilayah NTB di
sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah selatan dengan Samudera
17
Hindia, di sebelah timur dengan Selat Sepadan dan di sebelah barat dengan Selat
Lombok.
Selat Lombok yang terletak di sebelah barat Pulau Lombok dan menjadi
pembatas antara Pulau Lombok dan Pulau Bali. Selat Lombok adalah perairan
yang dinamis, dari utara mengalir Arus Lintas Indonesia (Arlindo) yang
membawa massa air hangat dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia
sepanjang tahun dan mengalir pula Arus Munson Indonesia (Armundo) yang
membawa massa air dari Laut Cina Selatan (Harvianto et al., 2015).
Arlindo adalah aliran massa air yang menghubungkan dua massa air yang
memiliki karakteristik berbeda, yaitu massa air dari Samudera Pasifik Tropis
Barat ke Samudera Hindia. Massa air dari Samudera Pasifik memiliki suhu lebih
tinggi dan salinitas rendah. Sebaliknya massa air di Samudera Hindia memiliki
perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan, dan zona
Selat Lombok termasuk dalam WPP-RI 573 karena merupakan bagian dari
Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. WPP-RI 573 meliputi perairan
Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara,
Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat. Hasil tangkapan yang didapat pada
umumnya terdiri dari ikan pelagis, demersal, dan biota laut lainnya yang memiliki
Grafik 1. Komposisi Jenis (%) Ikan Pelagis Kecil Dominan Tertangkap di WPP-
RI 573.
(Sumber: Balai Penelitian Perikanan Laut, 2014)
19
menunjukkan bahwa dominan hasil tangkapan ikan pelagis kecil di WPP-RI 573
didominasi oleh tiga kelompok yaitu Ikan Lemuru (Sardinella sp) sebesar 59,1%,
Ikan Kembung (Rastrelliger sp) sebesar 14,1%, dan Ikan Selar (Selaroides
leptolepis) sebesar 7,8%. Sedangkan untuk 2 (dua) kelompok ikan lain sebesar
1,3%.
Grafik 2. Komposisi Jenis (%) Ikan Pelagis Besar Dominan Tertangkap di WPP-
RI 573.
(Sumber: Balai Penelitian Perikanan Laut, 2014)
menunjukkan bahwa dominan hasil tangkapan ikan pelagis besar di WPP-RI 573
didominasi oleh tiga kelompok yaitu Ikan Tenggiri (Scomberomorini sp) sebesar
28,6%, Ikan Pedang (Xiphophorus hellerii), dan Ikan Setuhuk Hitam (Istiompax
didominasi oleh tiga kelompok yaitu Ikan Layur (Trichiurus lepturus) sebesar
23,2%, Ikan Kakap Merah (Lutjanus campechanus) sebesar 16%, Ikan Peperek
sebesar 48,1%.
Salah satu komoditas hasil tangkapan tertinggi di Selat Lombok yaitu ikan
Cakalang (Katsuwonus pelamis). Ikan ini memiliki nilai komersial yang cukup
tinggi khususnya untuk dikonsumsi. Nilai komersial yang dimiliki pun cukup
meliputi Samudera Hindia (sepanjang pantai Utara dan Timur Aceh, perairan
Barat Sumatera, Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara), Perairan Indonesia bagian
Timur (Laut Sulawesi, Maluku, Arafuru,Banda, Flores dan Selat Makassar) dan
setiap bulannya memiliki suhu rata-rata berkisar 27-29 0C. Sebaran suhu secara
berkisar 26-300C. Maka jika dilihat profil suhu di Selat Lombok baik secara
horizontal dan spasial, ikan cakalang sangat cocok hidup dan dapat ditangkap di
bahwa ikan cakalang hidup antara suhu 16-300C dimana suhu optimumnya yaitu
280C. Selat Lombok merupakan daerah distribusi, penyebaran dan juga migrasi
ikan cakalang dari Samudera Hindia, sehingga daerah ini sesuai sebagai daerah
dan Thermal Infrared Sensor (TIRS) dengan jumlah band sebanyak 11 buah.
Diantara band-band tersebut, 9 band (band 1-9) berada pada OLI dan 2 lainnya
(band 10 dan 11) pada TIRS. Pendeteksian perbedaan suhu permukaan bumi
Proses analisis SPL pada penelitian ini menggunakan band 10, 11, dan 1.
koreksi data citra dengan cara mengubah nilai digital number (DN) menjadi nilai
radian spektral. Bertujuan untuk memperbaiki nilai piksel agar nilai yang
kelvin, sedangkan satuan suhu pada umumnya yaitu celcius, maka tahapan
selanjutnya yaitu mengkonversi lagi dari satuan kelvin menjadi satuan celcius
Terakhir, pendugaan persebaran suhu permukaan laut ini dapat dianalisis melalui
Awal proses dari pembuatan peta persebaran suhu permukaan laut adalah
mengunduh data yang akan diproses sebagai bahan utama dalam pembuatan peta.
3. Setelah Login, akan muncul tampilan seperti di bawah. Isi Path dan Row
Kemudian, isi tanggal, bulan, dan tahun sesuai data yang akan diteliti, lalu
4. Selanjutnya, pilih citra satelit Landsat seperti tampak pada gambar di bawah
ini.
2. Buka File, lalu Open Image File, kemudian cari foto citra satelit yang telah
3. Proses Layer Stacking, dengan memasukkan band suhu yaitu band 10, 11,
dan 1.
5. Gambar tampilan hasil unduhan data citra satelit dengan natural color
6. Gambar tampilan hasil unduhan data citra satelit dengan false color setelah
8. Hasil tampilan setelah proses layer stacking dengan memasukkan band 10,
11 , dan 1.
.
Gambar 17. Tampilan Lembar Kerja.
31
11. Langkah untuk menampilkan hasil citra yang telah dilakukan layer stacking.
satelit.
14. Proses merubah nilai DN menjadi nilai radiance dilakukan 2x sesuai dengan
15. Hasil gambar citra satelit setelah dilakukan perubahan nilai DN ke nilai
Radiance.
16. Proses merubah nilai DN menjadi nilai radiance akan menghasilkan nilai
suhu, namun masih dalam satuan Kelvin. Maka dari itu, dilakukan proses
Klik Raster Color Slices, lalu klik hasil dari rumus bandmath Kelvin ke
17. Data pada slice min dan slice max merupakan data acak hasil dari
histogram. Maka dari itu dapat diubah dengan menyesuaikan titik sesuai
dengan histogram.
Klik tanda x (silang) untuk menghilangkan warna, kemudian atur titik sesuai
histogram, lalu klik tanda (+) (positif) untuk memunculkan kembali warna
dan data nilai slice min dan slice max yang telah disesuaikan dengan
histogram.
Gambar 25. Tampilan Proses Merubah Data Nilai Slice Min dan Slice Max.
35
19. Klik tanda (+) (positif) untuk mengatur Num Slices. Num Slices berfungsi
Nilai yang didapatkan berawal dari 0 (nol) sebagai nilai minimal sampai 31
(tiga puluh satu) sebagai nilai maksimal. Langkah terakhir, yaitu membuat
peta.
Gambar 28. Tampilan Hasil Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Perairan Selat Lombok.
37
4.5. Pembahasan
menentukan kualitas air serta kehidupan biota perairan. Suhu permukaan laut juga
salah satu parameter yang dapat diekstraksi dari citra satelit. Sensor satelit
permukaan laut untuk melihat fenomena sebaran SPL. Informasi yang diperoleh
agar lebih akurat, pengambilan data tidak hanya dilakukan dalam satu kali, karena
jika satu kali hanya menggambarkan suhu pada saat perekamannya citra saja.
Lombok. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan didapatkan hasil nilai interval
SPL sebesar 260C – 320 C. Nilai suhu ini tergolong dalam kategori suhu panas.
Suhu panas atau suhu dingin disebabkan oleh adanya pengaruh angin dan arus
sehingga menyebabkan terjadinya pencampuran massa air. Faktor arus dan angin
yang kuat pada Musim Timur menjadikan perairan ini memiliki suhu yang hangat.
Selain hal tersebut, adanya fenomena ENSO (El Ninõ Southern Oscillation) dan
IOD (Indian Ocean Dipole) mempengaruhi sebaran SPL menjadi lebih hangat.
Hal ini diperkuat oleh Padmaningrat et al. (2017), yang menyatakan bahwa selain
pengaruh angin dan arus, adanya fenomena ENSO (El Ninõ Southern Oscillation)
dan IOD (Indian Ocean Dipole). Fenomena IOD positif terjadi menyebabkan
38
suhu permukaan laut di Samudera Hindia bagian barat menjadi lebih hangat dan
suhu permukaan laut di Samudera Hindia bagian timur menjadi lebih dingin,
kondisi perairan di sekelilingnya yakni senang hidup pada perairan yang bersuhu
panas dan kadar garam yang relatif tinggi. Berdasarkan hasil analisis pengolahan
data dengan kisaran suhu yang relatif tinggi sebesar 260C – 320C menjadikan
perairan ini disenangi oleh Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis), sehingga wajar
apabila perairan Selat Lombok memiliki hasil tangkapan utama Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis). Sebaran SPL pada setiap waktu operasi penangkapan yang
diperoleh dari citra disajikan dapat berbeda. Pengambilan data dilakukan pada
bulan Agustus, dimana bulan ini merupakan Musim Timur dan terjadi fenomena
Arlindo dan Angin Munson Tenggara yang cukup kuat. Fenomena ini
produktivitas nutrien perairan. Kondisi perairan seperti ini telah terjadi pada
Musim Timur tahun 2006 dimana fenomena IOD fase positif terjadi bersamaan
memperkuat bahwa suhu pada perairan tersebut cocok bagi tempat tumbuh
Padmaningrat et al. (2017), yang menyatakan bahwa musim Timur tahun 2006,
dengan fenomena El Ninõ, menyebabkan durasi upwelling yang lebih lama dan
tinggi.
39
perairan Indonesia berkisar antara 280C - 290C, walaupun suhu optimum tersebut
terkadang bervariasi sesuai perubahan temporal dan spasial. Hal ini menunjukkan
bahwa suhu perairan berpengaruh terhadap sebaran ikan, dan tentu saja akan
sangat tergantung pada variabilitas suhu itu sendiri. Jika sebaran suhu perairan
masih berada pada kisaran nilai yang dapat ditoleransi ikan, maka suhu perairan
tangkapan cakalang tidak hanya dipengaruhi oleh suhu perairan tetapi juga
(Arlindo)
Pasifik dari wilayah Indonesia. Angin mendorong massa air laut sehingga
adalah Selat Lombok. Arus di Selat Lombok merupakan bagian dari Arlindo yang
mengalir dari Pasifik menuju Samudra Hindia, serta pola pergerakan arus di Selat
terjadinya perbedaan elevasi air laut di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia yang
melalui perairan Indonesia, sehingga dapat disimpulkan arus pada Selat Lombok
yang lebih kuat daripada perairan pada umumnya. Kedua parameter fisik
(fishing ground). Hal ini diperkuat oleh Kunarso et al. (2011), yang menyatakan
sebagai dasar untuk menduga dan menentukan perairan yang potensial untuk
fishing ground.
musim barat dan musim timur. Pergerakan Angin Muson menyebabkan variasi
suhu permukaan pada saat periode Muson Tenggara (Musim Timur). Angin dan
arus bergerak membawa massa air hangat dari Samudera Hindia mengalir melalui
Selat Makassar, Selat Lombok, Laut Timor dan Selat Ombai. Hal tersebut juga
tangkapan.
41
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diberikan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini
2. Nilai interval suhu permukaan laut perairan Selat Lombok pada tanggal 5
Agustus 2015 sebesar 260C – 320C. Nilai suhu yang baik berkisar antara
pada 240C - 32oC. Nilai ini dapat dikatakan sesuai dengan habitat ikan
5.2. Saran
sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Audina, N., Usman., dan Syaifuddin. 2014. The Prediction Potential Areas of
Catching Cakalang (Katsuwonus pelamis) Based on Chlorophyll-A
Distribution Using Staellite Image NPP VIIRS In West Sumatera Waters.
Universitas Riau, Riau.
Setiawan, A. N., Y. Dahiyat., dan N. P. Purba. 2013. Variasi Sebaran Suhu Dan
Klorofil-A Akibat Pengaruh Arlindo Terhadap Distribusi Ikan Cakalang di
Selat Lombok. Depik. II (2): 56-69. Universitas Padjajaran, Bandung.
Shalihati, S.F. 2014. Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografi dalam Pembangunan Sektor Kelautan Serta Pengembangan Sistem
Pertahanan Negara Maritim. J. Geoedukasi. III (2): 116.
Utami, I. N. 2006. Studi Karakteristik dan Aliran Massa Air Pada Musim Barat
dan Musim Timur di Perairan Selat Lombok. Program Studi Ilmu Dan
Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. [SKRIPSI].
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wisha, U. J., & Aida, H. 2016. Analysis of Tidal Range and Its Effect on
Distribution of Total Suspended Solid (TSS) in the Pare Bay Waters. Jurnal
Kelautan dan Teknologi. IX (1): 23-31.
GROUP = L1_METADATA_FILE
GROUP = METADATA_FILE_INFO
ORIGIN = "Image courtesy of the U.S. Geological Survey"
REQUEST_ID = "0501704067773_00021"
LANDSAT_SCENE_ID = "LC81160662015217LGN01"
LANDSAT_PRODUCT_ID = "LC08_L1TP_116066_20150805_20170406_01_T1"
COLLECTION_NUMBER = 01
FILE_DATE = 2017-04-06T09:31:27Z
STATION_ID = "LGN"
PROCESSING_SOFTWARE_VERSION = "LPGS_2.7.0"
END_GROUP = METADATA_FILE_INFO
GROUP = PRODUCT_METADATA
DATA_TYPE = "L1TP"
COLLECTION_CATEGORY = "T1"
ELEVATION_SOURCE = "GLS2000"
OUTPUT_FORMAT = "GEOTIFF"
SPACECRAFT_ID = "LANDSAT_8"
SENSOR_ID = "OLI_TIRS"
WRS_PATH = 116
WRS_ROW = 66
NADIR_OFFNADIR = "NADIR"
TARGET_WRS_PATH = 116
TARGET_WRS_ROW = 66
DATE_ACQUIRED = 2015-08-05
SCENE_CENTER_TIME = "02:23:25.5322450Z"
CORNER_UL_LAT_PRODUCT = -7.62661
CORNER_UL_LON_PRODUCT = 114.86896
CORNER_UR_LAT_PRODUCT = -7.63186
CORNER_UR_LON_PRODUCT = 116.93291
CORNER_LL_LAT_PRODUCT = -9.72273
CORNER_LL_LON_PRODUCT = 114.85711
CORNER_LR_LAT_PRODUCT = -9.72945
CORNER_LR_LON_PRODUCT = 116.93253
CORNER_UL_PROJECTION_X_PRODUCT = 264900.000
CORNER_UL_PROJECTION_Y_PRODUCT = -843600.000
CORNER_UR_PROJECTION_X_PRODUCT = 492600.000
CORNER_UR_PROJECTION_Y_PRODUCT = -843600.000
CORNER_LL_PROJECTION_X_PRODUCT = 264900.000
CORNER_LL_PROJECTION_Y_PRODUCT = -1075500.000
CORNER_LR_PROJECTION_X_PRODUCT = 492600.000
CORNER_LR_PROJECTION_Y_PRODUCT = -1075500.000
PANCHROMATIC_LINES = 15461
PANCHROMATIC_SAMPLES = 15181
REFLECTIVE_LINES = 7731
REFLECTIVE_SAMPLES = 7591
THERMAL_LINES = 7731
THERMAL_SAMPLES = 7591
FILE_NAME_BAND_1 =
"LC08_L1TP_116066_20150805_20170406_01_T1_B1.TIF"
47
FILE_NAME_BAND_2 =
"LC08_L1TP_116066_20150805_20170406_01_T1_B2.TIF"
FILE_NAME_BAND_3 =
"LC08_L1TP_116066_20150805_20170406_01_T1_B3.TIF"
FILE_NAME_BAND_4 =
"LC08_L1TP_116066_20150805_20170406_01_T1_B4.TIF"
FILE_NAME_BAND_5 =
"LC08_L1TP_116066_20150805_20170406_01_T1_B5.TIF"
FILE_NAME_BAND_6 =
"LC08_L1TP_116066_20150805_20170406_01_T1_B6.TIF"
FILE_NAME_BAND_7 =
"LC08_L1TP_116066_20150805_20170406_01_T1_B7.TIF"
FILE_NAME_BAND_8 =
"LC08_L1TP_116066_20150805_20170406_01_T1_B8.TIF"
FILE_NAME_BAND_9 =
"LC08_L1TP_116066_20150805_20170406_01_T1_B9.TIF"
FILE_NAME_BAND_10 =
"LC08_L1TP_116066_20150805_20170406_01_T1_B10.TIF"
FILE_NAME_BAND_11 =
"LC08_L1TP_116066_20150805_20170406_01_T1_B11.TIF"
FILE_NAME_BAND_QUALITY =
"LC08_L1TP_116066_20150805_20170406_01_T1_BQA.TIF"
ANGLE_COEFFICIENT_FILE_NAME =
"LC08_L1TP_116066_20150805_20170406_01_T1_ANG.txt"
METADATA_FILE_NAME =
"LC08_L1TP_116066_20150805_20170406_01_T1_MTL.txt"
CPF_NAME = "LC08CPF_20150701_20150930_01.01"
BPF_NAME_OLI = "LO8BPF20150805015941_20150805030506.01"
BPF_NAME_TIRS = "LT8BPF20150805015547_20150805023145.01"
RLUT_FILE_NAME = "LC08RLUT_20150303_20431231_01_12.h5"
END_GROUP = PRODUCT_METADATA
GROUP = IMAGE_ATTRIBUTES
CLOUD_COVER = 3.67
CLOUD_COVER_LAND = 6.44
IMAGE_QUALITY_OLI = 9
IMAGE_QUALITY_TIRS = 9
TIRS_SSM_MODEL = "ACTUAL"
TIRS_SSM_POSITION_STATUS = "NOMINAL"
TIRS_STRAY_LIGHT_CORRECTION_SOURCE = "TIRS"
ROLL_ANGLE = -0.001
SUN_AZIMUTH = 48.78052299
SUN_ELEVATION = 50.89539391
EARTH_SUN_DISTANCE = 1.0144985
SATURATION_BAND_1 = "N"
SATURATION_BAND_2 = "N"
SATURATION_BAND_3 = "N"
SATURATION_BAND_4 = "N"
SATURATION_BAND_5 = "N"
SATURATION_BAND_6 = "Y"
SATURATION_BAND_7 = "Y"
48
SATURATION_BAND_9 = "N"
GROUND_CONTROL_POINTS_VERSION = 4
GROUND_CONTROL_POINTS_MODEL = 174
GEOMETRIC_RMSE_MODEL = 6.937
GEOMETRIC_RMSE_MODEL_Y = 5.075
GEOMETRIC_RMSE_MODEL_X = 4.729
TRUNCATION_OLI = "UPPER"
END_GROUP = IMAGE_ATTRIBUTES
GROUP = MIN_MAX_RADIANCE
RADIANCE_MAXIMUM_BAND_1 = 738.49329
RADIANCE_MINIMUM_BAND_1 = -60.98502
RADIANCE_MAXIMUM_BAND_2 = 756.22614
RADIANCE_MINIMUM_BAND_2 = -62.44940
RADIANCE_MAXIMUM_BAND_3 = 696.85596
RADIANCE_MINIMUM_BAND_3 = -57.54659
RADIANCE_MAXIMUM_BAND_4 = 587.62817
RADIANCE_MINIMUM_BAND_4 = -48.52653
RADIANCE_MAXIMUM_BAND_5 = 359.59915
RADIANCE_MINIMUM_BAND_5 = -29.69581
RADIANCE_MAXIMUM_BAND_6 = 89.42904
RADIANCE_MINIMUM_BAND_6 = -7.38508
RADIANCE_MAXIMUM_BAND_7 = 30.14237
RADIANCE_MINIMUM_BAND_7 = -2.48917
RADIANCE_MAXIMUM_BAND_8 = 665.03339
RADIANCE_MINIMUM_BAND_8 = -54.91867
RADIANCE_MAXIMUM_BAND_9 = 140.53949
RADIANCE_MINIMUM_BAND_9 = -11.60580
RADIANCE_MAXIMUM_BAND_10 = 22.00180
RADIANCE_MINIMUM_BAND_10 = 0.10033
RADIANCE_MAXIMUM_BAND_11 = 22.00180
RADIANCE_MINIMUM_BAND_11 = 0.10033
END_GROUP = MIN_MAX_RADIANCE
GROUP = MIN_MAX_REFLECTANCE
REFLECTANCE_MAXIMUM_BAND_1 = 1.210700
REFLECTANCE_MINIMUM_BAND_1 = -0.099980
REFLECTANCE_MAXIMUM_BAND_2 = 1.210700
REFLECTANCE_MINIMUM_BAND_2 = -0.099980
REFLECTANCE_MAXIMUM_BAND_3 = 1.210700
REFLECTANCE_MINIMUM_BAND_3 = -0.099980
REFLECTANCE_MAXIMUM_BAND_4 = 1.210700
REFLECTANCE_MINIMUM_BAND_4 = -0.099980
REFLECTANCE_MAXIMUM_BAND_5 = 1.210700
REFLECTANCE_MINIMUM_BAND_5 = -0.099980
REFLECTANCE_MAXIMUM_BAND_6 = 1.210700
REFLECTANCE_MINIMUM_BAND_6 = -0.099980
REFLECTANCE_MAXIMUM_BAND_7 = 1.210700
REFLECTANCE_MINIMUM_BAND_7 = -0.099980
REFLECTANCE_MAXIMUM_BAND_8 = 1.210700
REFLECTANCE_MINIMUM_BAND_8 = -0.099980
REFLECTANCE_MAXIMUM_BAND_9 = 1.210700
49
END_GROUP = MIN_MAX_REFLECTANCE
GROUP = MIN_MAX_PIXEL_VALUE
QUANTIZE_CAL_MAX_BAND_1 = 65535
QUANTIZE_CAL_MIN_BAND_1 = 1
QUANTIZE_CAL_MAX_BAND_2 = 65535
QUANTIZE_CAL_MIN_BAND_2 = 1
QUANTIZE_CAL_MAX_BAND_3 = 65535
QUANTIZE_CAL_MIN_BAND_3 = 1
QUANTIZE_CAL_MAX_BAND_4 = 65535
QUANTIZE_CAL_MIN_BAND_4 = 1
QUANTIZE_CAL_MAX_BAND_5 = 65535
QUANTIZE_CAL_MIN_BAND_5 = 1
QUANTIZE_CAL_MAX_BAND_6 = 65535
QUANTIZE_CAL_MIN_BAND_6 = 1
QUANTIZE_CAL_MAX_BAND_7 = 65535
QUANTIZE_CAL_MIN_BAND_7 = 1
QUANTIZE_CAL_MAX_BAND_8 = 65535
QUANTIZE_CAL_MIN_BAND_8 = 1
QUANTIZE_CAL_MAX_BAND_9 = 65535
QUANTIZE_CAL_MIN_BAND_9 = 1
QUANTIZE_CAL_MAX_BAND_10 = 65535
QUANTIZE_CAL_MIN_BAND_10 = 1
QUANTIZE_CAL_MAX_BAND_11 = 65535
QUANTIZE_CAL_MIN_BAND_11 = 1
END_GROUP = MIN_MAX_PIXEL_VALUE
GROUP = RADIOMETRIC_RESCALING
RADIANCE_MULT_BAND_1 = 1.2199E-02
RADIANCE_MULT_BAND_2 = 1.2492E-02
RADIANCE_MULT_BAND_3 = 1.1512E-02
RADIANCE_MULT_BAND_4 = 9.7072E-03
RADIANCE_MULT_BAND_5 = 5.9404E-03
RADIANCE_MULT_BAND_6 = 1.4773E-03
RADIANCE_MULT_BAND_7 = 4.9793E-04
RADIANCE_MULT_BAND_8 = 1.0986E-02
RADIANCE_MULT_BAND_9 = 2.3216E-03
RADIANCE_MULT_BAND_10 = 3.3420E-04
RADIANCE_MULT_BAND_11 = 3.3420E-04
RADIANCE_ADD_BAND_1 = -60.99722
RADIANCE_ADD_BAND_2 = -62.46189
RADIANCE_ADD_BAND_3 = -57.55810
RADIANCE_ADD_BAND_4 = -48.53623
RADIANCE_ADD_BAND_5 = -29.70175
RADIANCE_ADD_BAND_6 = -7.38656
RADIANCE_ADD_BAND_7 = -2.48966
RADIANCE_ADD_BAND_8 = -54.92966
RADIANCE_ADD_BAND_9 = -11.60812
RADIANCE_ADD_BAND_10 = 0.10000
RADIANCE_ADD_BAND_11 = 0.10000
REFLECTANCE_MULT_BAND_1 = 2.0000E-05
REFLECTANCE_MULT_BAND_2 = 2.0000E-05
50
REFLECTANCE_MULT_BAND_4 = 2.0000E-05
REFLECTANCE_MULT_BAND_5 = 2.0000E-05
REFLECTANCE_MULT_BAND_6 = 2.0000E-05
REFLECTANCE_MULT_BAND_7 = 2.0000E-05
REFLECTANCE_MULT_BAND_8 = 2.0000E-05
REFLECTANCE_MULT_BAND_9 = 2.0000E-05
REFLECTANCE_ADD_BAND_1 = -0.100000
REFLECTANCE_ADD_BAND_2 = -0.100000
REFLECTANCE_ADD_BAND_3 = -0.100000
REFLECTANCE_ADD_BAND_4 = -0.100000
REFLECTANCE_ADD_BAND_5 = -0.100000
REFLECTANCE_ADD_BAND_6 = -0.100000
REFLECTANCE_ADD_BAND_7 = -0.100000
REFLECTANCE_ADD_BAND_8 = -0.100000
REFLECTANCE_ADD_BAND_9 = -0.100000
END_GROUP = RADIOMETRIC_RESCALING
GROUP = TIRS_THERMAL_CONSTANTS
K1_CONSTANT_BAND_10 = 774.8853
K2_CONSTANT_BAND_10 = 1321.0789
K1_CONSTANT_BAND_11 = 480.8883
K2_CONSTANT_BAND_11 = 1201.1442
END_GROUP = TIRS_THERMAL_CONSTANTS
GROUP = PROJECTION_PARAMETERS
MAP_PROJECTION = "UTM"
DATUM = "WGS84"
ELLIPSOID = "WGS84"
UTM_ZONE = 50
GRID_CELL_SIZE_PANCHROMATIC = 15.00
GRID_CELL_SIZE_REFLECTIVE = 30.00
GRID_CELL_SIZE_THERMAL = 30.00
ORIENTATION = "NORTH_UP"
RESAMPLING_OPTION = "CUBIC_CONVOLUTION"
END_GROUP = PROJECTION_PARAMETERS
END_GROUP = L1_METADATA_FILE
END
51
Gambar 31. Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Perairan Selat Lombok.
53