Anda di halaman 1dari 35

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen sendiri berasal dari bahasa latin Manui, berarti

tangan yang pegang kendali kuda agar sang kuda dapat diarahkan

mencapai tujuan yang baik. Banyak ahli yang memberikan defenisi

tentang manajemen, diantaranya : Mary Parker Tollet (dikutip dari

Hellriegel dan Scolum,1992: Koontz dan Weirich, 1992: Winardi,1990)

Manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui

orang lain. Ahli lain menyatakan yang pada dasarnya menyatakan bahwa

manajemen terdiri dari planing, organizing, actuating dan controlling

(POACH).

Kadarman dan Udaya (1993) menyampaikan bahwa manajemen

adalah suatu rentanan langkah terpadu yang mengembangkan suatu

organisasi sebagai suatu sistem yang bersifat sosio-ekonomis-teknis. Sosio

berarti menunjukkan peran penting manusia dalam menggerakkan seluruh

sitem organisasi. Sementara itu, Siagian (1992) menyebut ada sedikitnya

empat sudut pandang dalam yang dapat dikupas dari defenisi manajemen.

Pertama, penerapan teori manajemen harus tetap bersifat situasional, di

mana “seni” menggerakkkan orang lain lain berperan disini. Kedua,

manajemen selalu berkaitan dengan organisasi di mana ada yang


memimpin / mengatur dan ada yang harus menjalankan kegiatan

operasional. Ketiga, keberhasilan organisasi merupakan gabungan antara

kemahiran manajerial pimpinan dan keterampilan teknis pelaksana.

Keempat, kelompok manajerial dan kelompok pelaksana, secara

operasional, harus menyatu dalam berbagai tindakan nyata dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengertian manjemen menurut para ahli diatas, maka

penulis menyimpulkan manjemen adalah sekumpulan orang yang

melakukan organisasi untuk mencapai tujuan – tujuan yang telah

disepakati untuk kedepannya nanti.

2. Tujuan dan Fungsi Manajemen

Keberhasilan suatu kegiatan atau pekerjaan tergantung dari

manjemennya. Pekerjaan itu akan berhasil apabila manajemenya baik dan

teratur, dimana manajemen itu sendiri merupakan suatu perangkat dengn

melakukan proses tertentu dalam fungsi yang terkait. Maksudnya adalah

serangkaian tahap kegiatan mulai awal melakukan kegiatan atau pekerjaan

sampai akhir tercapainya tujuan kegiatan atau pekerjaan.

Manajemen mempunyai tujuan tertentu dan tidak dapat diraba. Ia

berusaha untuk mencapai hasil – hasil tertentu yang biasanya diungkapkan

dengan istilah “objectives” atau hal – hal yang nyata. Usaha – usaha

kelompok itu memberi sumbangannya kepada pencapaian khusus itu.

Mungkin manajemen dapat digambarkan sebagai tidak nyata, karena ia


tidak dapat dilihat, tetapi hanya terbukti oleh hasil – hasil yang

ditimbulkan “output” atau hasil kerja yang memadai, kepuasan manusiawi

dan hasil – hasil produksi serta jasa yang lebih baik.

Fungsi – fungsi manajemen menurut George R. Terry yaitu:

1. Perencanaan

Perencanaan adalah proses memutuskan tujuan-tujuan

apa yang akan dikejar selama suatu jangka waktu yang akan

datang dan apa yang dilakukan agar tujuan-tujuan itu dapat

tercapai. Perencanan efektif didasarkan fakta-fakta dan

informasi dan tidak atas emosi dan keinginan. Fakta-fakta yang

bersangkutan langsung dengan situasi yang dalam pembahasan

dikaitkan dengan pengalam dan pengetahuan manajer.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah proses pengelompokkan

kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan dan penugasan setiap

kelompok kepada seorang manajer, yang mempunyai

kekuasaan yang perlu untuk mengawasi anggota-anggota

kelompok. Pengorganisassian dilakukan untuk menghimpun

dan mengatur semua sumber-sumber yang diperlukan termasuk

manusia, sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat

dilaksanakan dengan berhasil.


3. Pengarahan

Pengarahan adalah mengintegrasikan usaha anggota

suatu kelompok sedemikian, sehingga dengan selesainya tugas-

tugas yang diserahkan kepada mereka, mereka memenuhi

tujuan-tujuan individual dan kelompok. Cara pengarahan yang

efektif dilakukan oleh seorang perorangan untuk satu kelompok

yaitu manajernya karena manajer mengenal orang-orang

bawahanya, manajer sudah biasa dengan kecakapan dan

kemampuan mereka, manajer mengerti akan kapasitas dan

perhatian mereka, manajer mengetahui apa yang mereka

hasilkan dan manajer susah mengamati perilaku mereka

masing-masing.

4. Pengawasan

Keberhasilan atau kegagalan dihasilkan dari

pertimbangan dalam segi tujuan yang sudah ditentukn.

Pengawasan yaitu mengevaluasi pelaksanaan kerja,

memperbaiki apa yang sedang dikerjakan untuk menjamin

tercapainya hasil-hasil menurut rencana.

B. Limbah

1. Pengertian Limbah
Dalam upaya menigkatkan derajat kesehatan masyarakat,

khususnya di kota-kota besar semakin meningkat pendirian rumah sakit

(RS). Sebagai akibat kualitas efluen limbah rumah sakit tidak memenuhi

syarat. Limbah rumah sakit dapat mencemari lingkungan penduduk di

sekitar rumah sakit dan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini

dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat mengandung berbagai jasad

renik penyebab penyakit pada manusia termasuk demam typoid, kholera,

disentri dan hepatitis sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke

lingkungan (BAPEDAL, 1999).

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah

yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.

Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok

besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun

cair.

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi

baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai

sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam yang kehadirannya pada

suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak

memiliki nilai ekonomis.

Menurut Philip Kristanto, menyatakan :“Limbah adalah buangan

yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki

lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi.” Bila ditinjau secara


kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik.

Limbah yang mengandung bahan polutan yang memliki sifat racun dan

berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan yang

dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan

hidup dan sumber daya. Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan oleh

limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah, baik dalam jangka

pendek maupun jangka panjang.

Kwalitas limbah menunjukan sepesifikasi limbah yang diukur dari

jumlah kandungan bahan pencemar dalam limbah. Kandungan pencemar

di dalam limbah terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah

parameter dan semakin kecil konsentrasinya, hal itu menunjukan semakin

kecilnya peluang untuk terjadinya pencemaran lingkungan.

Menurut Philip Kristanto, menyatakan :

1. Beberapa kemungkinan yang akan terjadi akibat masuknya

limbah ke dalam lingkungan : Lingkungan tidak mendapat

pengaruh yang berarti. Hal ini disebabkan karena volume

limbah kecil, parameter pencemar yang terdapat dalam limbah

sedikit dengan konsentrasi yang kecil.

2. Ada pengaruh perubahan, tetapi tidak mengakibatkan

pencemaran.

3. Memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran.


Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah

akan dihasilkan. Ada sampah ada air kakus (black water), dan ada air

buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Ada beberapa Karakteristik Limbah yaitu :

a. Berukuran Mikro

b. Dinamis

c. Berdampak Luas (Penyebarannya)

d. Berdampak jangka panjang (antar generasi)

Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi

yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki

sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat

memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik,

perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau

bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan

dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.

Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi

oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan

beracun atau radio aktif.


2. Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:

Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan

isolasi penyakit menular (perawatan intensif). Limbah

laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan

mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi

penyakit menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ,

anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan

pada saat pembedahan atau otopsi.

3. Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau

mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama

peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi

sitotoksik.Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat

kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang

tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang

terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau

dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi

diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah yang

dihasilkan selama produksi obat- obatan.

4. Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari

penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari,

laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.


5. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi

dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis

atau riset radio nukleida. (Arifin. M, 2008 ; (online).

Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga

menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non

medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor / administrasi kertas,

unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien,

sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa

makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain).

Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik

tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa

mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis

rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan

jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu saja dari jenis-jenis

mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit

seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan

anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air

kotor pada umumnya seperti BOD, COD, pH, mikrobiologik, dan lain-

lain. (Arifin. M, 2008 ; (online).

Pelayanan kesehatan dikembangkan dengan terus mendorong peran

serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha. Usaha perbaikan kesehatan

masyarakat terus dikembangkan antara lain melalui pencegahan dan


pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,

penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu

dan anak. Perlindungan terhadap bahaya pencemaran dari manapun juga

perlu diberikan perhatian khusus. Sehubungan dengan hal tersebut,

pengelolaan limbah rumah sakit yang merupakan bagian dari penyehatan

lingkungan dirumah sakit juga mempunyai tujuan untuk melindungi

masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari

limbah rumah sakit infeksi nosoknominal dilingkungan rumah sakit, perlu

di upayakan bersama oleh unsur-unsur yang terkait dengan

penyelenggaraan kegiatan pelayanan rumah sakit.

Unsur-unsur tersebut meliputi antara lain sebagai berikut :

1. Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit

2. Penanggung jasa pelayanan rumah sakit

3. Para ahli pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-

saran

4. Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana

fasilitas yang diperlukan. (Depkes RI, 2002)

Pengelolaan limbah rumah sakit yang sudah lama diupayakan

dengan menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan,

pedoman-pedoman dan kebijakan-kebijakan yng mengatur pengelolaan

dan peningkatan kesehatan dilingkungan rumah sakit. Disamping

peraturan-peraturan tersebut secara bertahap dan berkesinambungan


Departemen Kesehatan terus mengupayakan dan menyediakan dan untuk

pembangunan insilasi pengelolaan limbah rumah sakit melalui anggaran

pembangunan maupun dari sumber bantuan dana lainnya. Dengan

demikian sampai saat ini sebagai rumah sakit pemerintah telah dilengkapi

dengan fasilitas pengelolaan limabah, meskipun perlu untuk

disempurnakan. Namun disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit

masih perlu ditingkatkan permasyarakatan terutama dilingkungan

masyarakat rumah sakit. (Depkes RI, 1992).

Dalam profil kesehatan Indonesia, Departement Kesehatan, 1997

diungkapkan seluruh rumah sakit di Indonesia berjumlah 1090 dengan

121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 Rumah Sakit di Jawa dan

Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg

pertempat tidur perhari. Analisa lebih jauh menunjukkan produksi sampah

(Limbah Padat) berupa limbah domestic sebesar 76,8 persen dan berupa

limbah infeksius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara nasional

produksi sampah (Limbah Padat) Rumah Sakit sebesar 376.089 ton per

hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari

gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi Rumah Sakit

untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan menimbulkan kecelakaan

serta penularan penyakit.

Rumah Sakit menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar,

beberapa diantaranya membahayakan kesehatan dilingkungannya. Di


negara maju, jumlahnya diperkirakan 0,5-0,6 kg per tempat tidur rumah

sakit perhari. Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling

baik jika dilakukan dengan memilah-milah limbah kedalam kategori untuk

masing-masing jenis kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang

berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh

mungkin menghindari resiko kontaminasi antrauma (Injuri) (KLMNH,

1995).

Limbah Rumah Sakit mengandung bahan beracun berbahaya

Rumah Sakit tidak hanya menghasilkan limbah organik dan anorganik,

tetapi juga limbah infeksius yang mengandung bahan beracun berbahaya

(B3). Biasanya orang mengaitkan limbah B3 dengan industri. Siapa yang

menyangka ternyata dirumah sakitpun menghasilkan limbah berbahaya

dari limbah infeksius. Limbah infeksius berupa alat-alat kedokteran seperti

perban, salep, serta suntikan bekas (tidak termasuk tabung infus), darah,

dan sebagainya. Dalam penelitian itu, hampir di setiap tempat sampah

ditemukan bekas dan sisa makanan (limbah organik), limbah infeksius,

dan limbah organik berupa botol bekas infus. (Anonimous, 2009).

Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius,

belum dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius

disamakan dengan limbah medis non infeksius. Selain itu, kerap

bercampur limbah medis dan non medis, Percampuran tersebut justru

memperbesar permasalahan limbah medis.


Kepala Pusat Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Universitas

Indonesia Dr Setyo Sarwanto DEA mengutarakan hal itu kepada

Pembaruan, Kamis pekan lalu, di Jakarta. Ia mengatakan, rata-rata

pengelolaan limbah medis di rumah sakit belum dilakukan dengan benar.

Limbah medis memerlukan pengelolaan khusus yang berbeda dengan

limbah non medis. Yang termasuk limbah medis adalah limbah infeksius,

limbah radiologi, limbah sitotoksis, dan limbah laboratorium.

Limbah infeksius misalnya jaringan tubuh yang terinfeksi kuman.

Limbah jenis itu seharusnya dibakar, bukan dikubur, apalagi dibuang ke

septic tank. Pasalnya, tangki pembuangan seperti itu di Indonesia sebagian

besar tidak memenuhi syarat sebagai tempat pembuangan limbah.

Ironisnya, malah sebagian besar limbah rumah sakit dibuang ke tangki

pembuangan seperti itu.

Kenyataannya, banyak tangki pembuangan sebagai tempat

pembuangan limbah yang tidak memenuhi syarat. Hal itu akan

menyebabkan pencemaran, khususnya pada air tanah yang banyak

dipergunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Setyo

menyebutkan, buruknya pengelolaan limbah rumah sakit karena

pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi rumah sakit.

Sedangkan peraturan proses pembungkusan limbah padat yang diterbitkan

Departemen Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan

dengan benar.
C. Pencemaran Lingkungan

1. Pengertian Pencemaran

Pencemaran lingkungan merupakan masuknya zat, makhluk hidup

atau energi lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa diartikan

sebagai adanya perubahan komposisi pada media yang dicemari misalnya

saja tanah atau air atau udara yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti

oleh manusia, proses alam, dan lainnya yang mengakibatkan adanya

penurunan kualitas media yang dicemari tersebut sehingga tidak dapat

berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.

Menurut Munadjat Danusaputro, menyatakan : “Pencemaran

adalah suatu keadaan, dimana suatu zat dan atau energi diintroduksikan ke

dalam suatu lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam

sendiri dalam konsentrasi sedemikian rupa, hingga terjadinya perubahan

dalam keadaan termaksud yang mengakibatkan lingkungan itu tidak

berfungsi seperti semula dalam arti kesehatan, kesejahteraan, dan

keselamatan hayati.”

Menurut Pipih Sopiah, menyatakan terdapat 3 (tiga) unsur dalam

pencemaran, yaitu :

a. Sumber perubahan oleh kegiatan manusia atau proses alam

b. Bentuk perubahannya adalah berubahnya konsentrasi suatu

bahan (hidup/mati) pada lingkungan


c. Dan merosotnya fungsi lingkungan dalam menunjang

kehidupan.

Masalah pencemaran lingkungan hidup merupakan masalah yang

terus menerus yang akan berproses dan berkembang seiring kemajuan

teknologi. Bagi sebagian Negara berkembang masalah pencemaran

lingkungan hidup merupakan beban baru yang harus di tanggulangi demi

kepentingan lingkungan sekitar dan pembangunan yang sedang

dilaksanakan.

2. Klasifikasi Pencemaran Lingkungan

Klasifikasi lingkungan berdasarkan jenisnya :

a. Pencemaran Tanah

Tanah merupakan sumberdaya alam yang mengandung

benda organik dan anorganik yang mampu mendukung

pertumbuhan tanaman.1) Tanah menjadi suatu faktor yang

penting bagi kehidupan manusia dan mahluk lainnya.

Dalam kelangsungan hidup kita tidak bisa terlepas dari

masalah tanah.

a) Pencemaran tanah dapat terjadi karena hal-hal yang

diantaranya adalah : Pencemaran tanah secara

langsung, misalnya karena menggunakan pupuk

secara berlebihan.

1
b) Pemberian pestisida atau insektisida dan

pembuangan limbah yang tidak dapat dicemarkan

seperti plastik. Pencemaran tanah juga dapat berasal

melalui air. Air yang mengandung bahan

pencemaran (polutan) akan mengubah susunan

kimia tanah sehingga mengganggu jasad yang hidup

di dalam atau di permukaan tanah.

b. Pencemaran Udara

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-

bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan

perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan

normalnya. Kehadiran bahan dan atau zat asing di dalam

udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam

waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu

kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.

Udara merupakan campuran beberapa macam gas

yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan

suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya.

Udara juga adalah atmosfir yang berada di sekeliling bumi

yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia

ini.Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas,

karbondioksidan untuk proses fotosintesis oleh klorofil

daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet.


Pembangunan yang sangat pesat di dalam era saat

ini, khususnya dalam perkembangan perindustrian dan

teknologi yang sedang gencargencarnya dilakukan

mengakibatkan udara yang tiap hari kita hirup tercemar

oleh adanya aktivitas tersebut.

Menurut Wisnu Arya Wardhana, menyatakan :

Penyebab pencemaran udara terdapat 2 (dua) macam,

yaitu :

a. Karena faktor internal (secara alamiah), contoh :

a) Debu yang berterbangan akibat tiupan angin

b) Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan

gunung berapi berikut gas-gas vulkanik

c) Proses pembusukan sampah organik, dll.

b. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia),

contoh :

a) Hasil pembakaran bahan bakar fosil

b) Debu/serbuk dari kegiatan industri

c) Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan

ke udara

Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat

merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar,

baik berupa padatan, cairan, atau gas yang masuk


terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan

sekitarnya.

Udara bersih yang kita hidup merupakan gas yang

tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa.

Akan tetapi udara yang benar-benar bersih sudah sulit

diperoleh dalam lingkungan sekarang ini terutama di kota

-kota besar yang telah banyak industrinya dan juga padat

lalulintasnya.

Udara yang tercemar dapat merusak lingkungan dan

kehidupan manusia. Terjadinya perusakan dan/atau

pencemaran lingkungan hidup berarti berkurang (rusaknya)

daya dukung alam yang selanjutnya akan mengurangi

kualitas hidup manusia.

c. Pencemaran Air

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan

manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air

dipakai sebagaiair minum, air untuk mandi dan mencuci, air

untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air

untuk sanitasi dan air untuk transportasi, baik di sungai

maupun di laut.

Air juga diperuntukan untuk meningkatkan kualitas

hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industri

dan teknologi. Kegiatan industri dan teknologi tidak dapat


terlepas dari kebutuhan akan air. Dalam hal ini air sangat

diperlukan agar industri dan terknologi dapat berjalan

dengan baik.

Kegiatan industri dan teknologi dalam

pelaksanaanya tidak jarang membuang air yang sisa

produksi ke dalam sungai secara langsung, seharusnya

dalam pembuangan air sisa produksi (air limbah) harus

diolah sedemikian rupa menggunakan Instalasi Pengelolaan

Air Limbah (IPAL) sehingga pada saat di buang ke sungai

tidak menyebabkan pencemaran karena telah sesuai dengan

standar baku muku yang ada.

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air

dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Pada

prakteknya pencemaran air ini terjadi di dalam sungai

hingga masuk ke sumur, sehingga masyarakat sulit untuk

mendapatkan air bersih yang digunakan untuk kehiduapan

sehari-hari.

Menurut Wisnu Arya Wardhana, menyatakan :

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan terlah tercemar

adalah adannya perubahan atau tanda yang diamati

melalui :

1) Adanya perubahan suhu air

2) Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen


3) Adanya perubahan warna, bau dan rasa air

4) Timbulnya endapan, kloidal, bahan terlarut

5) Adanya mikroorganisme

6) Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.

d. Pencemaran daratan

Daratan mengalami pencemaran apabila ada bahan-

bahan asing, baik yang bersifat organik maupun bersifat an-

organik, berada di permukaan tanah yang menyebabkan

daratan menjadi rusak. Dalam keadaan normal daratan

harus dapat memberikan daya dukung bagi kehidupan

manusia, baik untuk pertanian maupun untuk pemukiman.

Apabila bahan-bahan asing tersebut berada di

daratan dalam waktu yang lama dan menimbulkan

gangguan terhadap kehidupan manusia, hewan maupun

tanaman, maka dapat dikatakan bahwa didaratan telah

mengalami perusakan dan/atau pencemaran. Keadaan

daratan sebelum mengalami perusakan dan/atau

pencemaran tergantung pada letak daratan itu sendiri.

Pencemaran daratan pada umumnnya berasal dari

limbah berbentuk padat yang dikumpulkan pada satu

tempat penampungan yang sering disebut dengan TPA

(Tempat Pembuangan Akhir) atau Dump Station. Bahan


buangan padat terdiri dari berbagai macam komponen baik

yang bersifat organik maupun yang anorganik.

3. Dampak Limbah Pada Kesehatan Masyarakat

Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai

resiko untuk mendapat gangguan karena buangan rumah sakit.

1. Pasien yang datang ke Rumah Sakit untuk memperoleh

pertolongan pengobatan dan perawatan Rumah Sakit.

Kelompok ini merupakan kelompok yang paling rentan.


2. Karyawan Rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehari-

harinya selalu kontak dengan orang sakit yang merupakan

sumber agen penyakit.


3. Pengunjung / pengantar orang sakit yang berkunjung ke rumah

sakit, resiko terkena gangguan kesehatan akan semakin besar.


4. Masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah Sakit, lebih-

lebih lagi bila Rumah sakit membuang hasil buangan Rumah

Sakit tidak sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya.

Akibatnya adalah mutu lingkungan menjadi turun kualitasnya,

dengan akibat lanjutannya adalah menurunnya derajat

kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut. Oleh karena itu,

rumah sakit wajib melaksanakan pengelolaan buangan rumah

sakit yang baik dan benar dengan melaksanakan kegiatan

Sanitasi Rumah Sakit (Kusnoputranto.H, 1993).


4. Menurut Prasojo. D, 2008 Jenis-jenis limbah Rumah Sakit

Sebagai Berikut ini :

1) Limbah klinik

Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara

rutin pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini

mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi

infeksi kuman dan populasi umum dan staf Rumah Sakit.

Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko

tinggi. Contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau

pembungkusyang kotor, cairan badan, anggota badan yang

diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urine

dan produk darah.

2) Limbah patologi

Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan

sebaiknya diautoclaf sebelum keluar dari unit patologi,

Limbah tersebut harus diberi label biohazard.

3) Limbah bukan klinik


Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau

kantong dan plastik yang tidak berkontak dengan cairan

badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah

tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat

yang besar untuk mengangkut dan menbuangnya.

4) Limbah dapur

Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air

kotor. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu dan hewan

pengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staf

maupun pasien di Rumah Sakit.

5) Limbah radioaktif

Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan

pengendalian infeksi di rumah sakit, pembuangan secara

aman perlu diatur dengan baik. Pemberian kode warna yang

berbeda untuk masing-masing sangat membantu

pengelolaan limbah tersebut.

Berikut adalah tabel yang menyajikan contoh sistem kondisifikasi

limbah rumah sakit dengan menggunakan warna :

JENIS LIMBAH WARNA


Bangsal/Unit
Klinik Kuning
Bukan klinik Hitam
Kamar Cuci Rumah Sakit
Kotor/Terinfeksi Merah
Habis dipakai Putih
Dari kamar operasi Hijau/Biru
Dapur Sarung tangan dengan warna yang

berbeda untuk memasak dan

membersihkan badan.

Agar kebijakan kodifikasikan menggunakan warna dapat

dilaksanakan dengan baik, tempat limbah diseluruh rumh sakit harus

memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan

ditempat sumbernya.

1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna,

satu untuk limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik

2. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis dianggap

sebagai limbah klinik

3. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai

limbah klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang (Depkes RI,

1992).

D. Sistem Pengelolaan limbah

Pengolahan limbah RS Pengelolaan limbah RS dilakukan dengan

berbagai cara. Yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa

pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan


sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment)

(Slamet Riyadi, 2000).

Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam

merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal

berikut :

1. Pemisahan Limbah

a. Limbah harus dipisahkan dari sumbernya

b. Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas

c. Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang

berbeda yang menunjukkan kemana kantong plastik harus

diangkut untuk insinerasi aau dibuang (Koesno Putranto. H,

1995).

2. Penyimpanan Limbah

Dibeberapa Negara kantung plastik cukup mahal

sehingga sebagai gantinya dapat digunkanan kantung kertas

yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat diperloleh

dengan mudah) kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip

berwarna, kemudian ditempatkan ditong dengan kode warna

dibangsal dan unit-unit lain.

3. Penanganan Limbah

a. Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah

terisi 2/3 bagian. Kemudian diikiat bagian atasnya dan

diberik label yang jelas


b. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya,

sehingga jika dibawa mengayun menjauhi badan, dan

diletakkan ditempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan

c. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-

kantung dengan warna yang sama telah dijadikan satu dan

dikirimkan ketempat yang sesuai

d. Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap

terhadap kutu dan hewan perusak sebelum diangkut

ketempat pembuangan.

4. Pengangkutan limbah

Kantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan

menurut kode warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya

dibawa kekompaktor, limbah bagian Klinik dibawa

keinsenerator. Pengangkutan dengan kendaraan khusus

(mungkin ada kerjasama dengan dinas pekerja umum)

kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut

sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan setiap hari, jika perlu

(misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan

dengan menggunakan larutan klorin.

5. Pembuangan limbah

Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah bukan

klinik dapat dibuang ditempat penimbunan sampah (Land-fill

site), limbah klinik harus dibakar (insenerasi), jika tidak


mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah

dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak

sampai membusuk. (Bambang Heruhadi, 2000). Rumah sakit

yang besar mungkin mampu membeli inserator sendiri,

insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar

pada suhu 1300-1500 ºC atau lebih tinggi dan mungkin dapat

mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk

kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula

mempertoleh penghasilan tambahan dengan melayani

insinerasi limbah rumah sakit yang berasal dari rumah sakit

yang lain. Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki

beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung

limbah klinik maupun limbah bukan klinik, termasuk benda

tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai lagi.

Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat

ditimbun dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah

pengapuran (Liming) tersebut meliputi sebagai berikut :

1. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter

2. Tebarkan limbah klinik didasar lubang samapi setinggi 75

cm

3. Tambahkan lapisan kapur


4. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa

ditanamkan samapai ketinggian 0,5 meter dibawah

permukaan tanah

5. Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah

(Setyo Sarwanto, 2003).

Perlu diingat, bahan yang tidak dapat dicerna secara biologi

(nonbiodegradable), misalnya kantung plastik tidak perlu ikut ditimbun.

Oleh karenanya limbah yang ditimbun dengan kapur ini dibungkus kertas.

Limbah-limbah tajam harus ditanam.

Limbah bukan klinik tidak usah ditimbun dengan kapur dan

mungkin ditangani oleh DPU atau kontraktor swasta dan dibuang ditempat

tersendiri atau tempat pembuangan sampah umum. Limbah klinik, jarum,

semprit tidak boleh dibuang pada tempat pembuangan samapah umum.

Semua petugas yang menangani limbah klinik perlu dilatih secara

memadai dan mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika

mengalami inokulasi atau kontaminasi badan. Semua petugas harus

menggunakan pakaian pelindung yang memadai, imunisasi terhadap

hepatitis B sangat dianjurkan dan catatan mengenai imunisasi tersebut

sebaiknya tersimpan dibagian kesehatan kerja (Moersidik. S.S, 1995).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian dan Tipe Penelitian


Penelitian mengenai manajemen IPAL ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan tipe pendekatan deskriptif.

Penelitian deskritif adalah penelitian penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau

lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan dengan variabel yang lain. Penelitian

kualitatif, data kaulitatif adalah data yang berbentuk kata,

skema, dan gambar.


Dengan kata lain, pendekatan kualitatif deskriptif yaitu tipe

penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan,

meringkaskan berbgai kondisi, situasi maupun variabel

tertentu, kemudian menarik kepermukaan sebagai ciri tau

gambaran tentng kondisi, situasi ataupun varibel tertentu.

B. Defenisi Konseptual

a. Kualitas limbah padat mengacu pada Baku Mutu Emisi

Udara Insinerator menurut Keputusan KABAPEDALDA

No: Kep-03/BAPEDAL/09/1995.

b. Kualitas air limbah mengacu pada peraturan Gubernur no. 6

Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Air Limbah Cair

bagi Kegiatan Rumah Sakit di Provinsi Sumatera Barat dan

undang-undang yang berlaku.


c. Kualitas limbah padat / sampah adalah banyaknya limbah

padat / sampah yang ada di RSUD Pariaman.

d. Kualitas limbah gas adalah banyaknya limbah gas di

RSUD Pariaman.

C. Defenisi Operasional

Kualitas air limbah adalah pemeriksaan air limbah di

laboratorium dengan berbagai metoda analisis baku dan

kemudian hasil pemeriksaannya dibandingkan dengan

peraturan Gubernur no. 6 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku

Mutu Air Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit di Provinsi

Sumatera Barat dan kuesioner yang disebarkan.

D. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di RSUD Pariaman.

E. Sumber Informasi Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis mengumpulkan

data dari beberapa informan. Teknik pengambilan informan

penulis gunakan adalah purposive artinya pengambiln informan

berdasarkan pertimbangan - pertimbangan tertentu. Akan tetapi

dipilih dengan berbagai jenis pertimbangan–pertimbangan

tertentu yang dibutuhkan. Jadi informan yang akan penulis

pilih adalah orang yang benar–benar memiliki pengetahuan

atau informasi yang penulis butuhkan.

F. Instrumen Penelitian Dan Unit Analisis


Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipergunakan

dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis,

sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto:2002:136).

Instrumen penelitian yang digunakan adalah daftar pertanyaan

dan lembar observasi. Sedangkan alat bantu pada saat

penelitian, digunakan recorder dan kamera digital untuk

merekam dan mendokumentasikan proses penelitian.

G. Informan Triangulasi

Di dalam penelitin ini yang menjadi sumber informsi di

pilah menggunakan teknik nonprobability purposive sampling

atas petugas bagian sanitasi RSUD Pariaman. Biasanya orang

yang dipilih adalah orang yang dinilai memiliki kompetisi di

dalam pengelolaan limbah rumah skit dan obyek yang akan

diteliti.

H. Sumber Data

1. Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung

dari sumber data pertama dilokasi penelitian atau objek

penelitian. Data diperoleh secara langsung melalui

wawancara langsung ke lapangan.

2. Sumber Data Sekunder


Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari

sumber kedua atau sumber data sekunder dari data yang

dibutuhkan. Data sekunder bisa diperoleh dari literatur

majalah, buku – buku lporan, dan data yang diolah oleh

peneliti atau sumber laporan instansi tertentu.

I. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara secara mendalam yaitu proses tanya jawab

langsung antara dua orang atau lebih untuk mengumpulkan

data dan keterangan yang dibutuhkan. Wawancara

penelitian penulis menanyakan mengenai bagaimana

penerapan teori manajemen yang berjalan langsung di

lapangan.

2. Observasi adalah peninjauan atau pengamatan langsung ke

lapangan.

3. Pengamatan yang penulis lakukan adalah mencocokan

jawaban informan dengan data yang ada.

4. Penulis juga berperan penting dalam proses pengumpulan

data.

5. Analisa dokumen adalah usaha untuk memperoleh sejumlah

data melalui dokumen atau laporan dan arsip yang tersedia

pada tempat penelitian.

J. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah

pengumpulan data. Pada penelitian kualittif ini pengolahan data

dilakukan dengan tiga tahap yaitu :

1. Pencatatan yaitu data yang diperoleh kemudian diproses

diambil yang relevan dengan penelitian dan dicatat agar

mudah diingat dalam penelitian.

2. Pengklasifikasian yaitu data yang diperoleh kemudian

dipilih dan dikelompokkan sesuai dengan fenomena yang

diteliti.

3. Editing yaitu proses meneliti kembali data dan informasi

yang diperoleh sehingga kesalahan penelitian dapat

dihindari. Hal ini untuk mendapatkan kesempurnaan dalam

kevaliditasan data.

K. Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan

pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar,

sehingga akan ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Maleong,

2002:103).

Penulis menggunakan model analisis interaktif (interaktif

model of analisis), yaitu data yang dikumpulkan akan dianalisa

melalui tiga tahap, yaitu mereduksi data, menyajikan data dan

menarik kesimpulan. Dalam model ini dilakukan suatu proses


siklus antar tahap-tahap, sehingga data yang terkumpul akan

berhubungan dengan satu sama lain dan benar-benar data yang

mendukung penyusunan laporan penelitian (HB. Sutopo,

2002:35). Tiga tahap tersebut adalah:

1. Reduksi Data

Kegiatan ini merupakan proses pemilihan,

pemusatan perhatian yang bertujuan untuk

mempertegas, memperpendek, membuat fokus,

membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul

dari catatan dan pengumpulan data. Proses ini

berlangsung terus-terus menerus sampai laporan

akhir penelitian selesai.

2. Display atau Penyajian Data

Merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinkan adanya penarikan simpulan

dan pengambilan tindakan.

3. Menarik Kesimpulan

Setelah memahami arti dari berbagai hal yang

meliputi berbagai hal yang ditemui dengan

melakukan pencatatan-pencatatan peraturan,

pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi

yang mungkin, alur sebab akibat, akhirnya peneliti

menarik kesimpulan (HB. Sutopo, 2002:37).


L. Skema Permikiran

Sumber Limbah Rumah Sakit


1. Ekskresi
2. Tindakan pelayanan
3. Penunjang Pelayanan
(siregar,2005)

Air Limbah

Sifat fisik
Berupa zat padat terlarut dan partikel
tersuspensi baik organik maupun
anorganik.
Identifikasi
 Kekeruhan
 Warna
 Bau
 Suhu

Anda mungkin juga menyukai