Anda di halaman 1dari 5

Aku Belum Kalah Bu

Cerpen Karangan: Gany Fitriani


Kategori: Cerpen Inspiratif, Cerpen Keluarga, Cerpen Perjuangan
Lolos moderasi pada: 7 April 2018

Siang itu selepas pengumuman kelulusan SMP, Marina hanya dapat terduduk diam di depan
ruang kelasnya. Para orangtua kelas IX dan anak-anaknya baru saja mengambil pengumuman
kelulusan dan segera menuju rumahnya masing-masing. Mereka semua sangat bahagia atas
kelulusannya dan para orangtua bangga dengan hasil yang diraih anak-anaknya, mereka juga
mulai membicarakan SMA mana yang akan menjadi tempat belajar selanjutnya. Marina masih
menunggu ibunya yang sedang pergi ke toilet.

“selamat ya, kau menduduki peringkat 1 paralel, rencananya kau mau lanjut ke SMA mana,
Rin?” begitu teman-temannya bertanya. Marina hanya tersenyum menjawab pertanyaan mereka.
bukannya ia tidak ingin menjawabnya dengan jelas, namun ada kebimbangan di hatinya.

Marina, atau yang biasa disapa dengan Rina adalah anak dari seorang petani yang
penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, bahkan mereka
kadang harus menghemat bahan makanan untuk dimakan keesokan harinya. Ia tinggal bersama
ayah-ibunya serta kedua adiknya yang masih kecil. Marina tidak tega melihat kondisi
keluarganya, ia sendiri memiliki keinginan untuk melanjutkan sekolah, namun hal itu akan
semakin menekan kondisi keluarga mereka yang kekurangan apalagi adik-adiknya yang masih
dan selalu memiliki banyak kebutuhan. Mereka tinggal di sebuah desa terpencil yang jauh dari
hiruk pikuk kehidupan kota.

“Rin, kau harus melanjutkan ke SMA favorit di kota, ibu dan ayah akan usahakan untuk biaya
hidup kau di sana” ujar ibunya dengan wajah berbinar pada Marina. Dengan hati-hati Marina
menjawab tawaran ibunya tersebut.
“bu, Rina ingin bekerja dulu, baru setelah itu Rina akan melanjutkan. Tidak apa-apa ya bu?”
“kau ini bagaimana, tidak. Ibu tidak mengizinkanmu, kau harus tetap melanjutkan tahun ini juga.
Kau ini lulusan terbaik, kau juga harus mendapatkan pendidikan yang tinggi, jangan seperti ayah
dan ibu yang hanya sebagai petani, kau harus sekolah sampai perguruan tinggi bahkan sampai ke
luar negeri. Kau jangan kalah hanya karena kita miskin”
“aku tidak kalah bu, hanya saja aku ingin mencari penghasilan sendiri supaya tidak terlalu
memberatkan ibu dan ayah. Apalagi adik-adik masih memiliki banyak kebutuhan, mereka
sebentar lagi akan masuk sekolah bu, pasti perlu biaya yang banyak. Ibu, pokoknya Rina janji
sama ibu, kalau Rina tidak akan mengecewakan ibu dan Rina akan melanjutkan pendidikan
tahun depan” ucap Rina memohon pada ibunya, menatap wajah sang ibu, memohon izin darinya.
Setelah cukup lama berfikir, ibunya pun mengizinkan Rina. Rina menjadi senang dengan
keputusan ibunya tersebut, dalam hati ia berjanji untuk tidak mengecewakan ibunya.

Keesokan harinya Rina sudah bersiap. Hari ini ia akan pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.
Setelah berpamitan ia segera pergi dengan menumpang pada mobil pick up pengangkut barang-
barang dari desa.

Lima bulan sudah semenjak kedatangannya ke kota, Rina sudah bekerja di sebuah toko
kelontong. Ia sangat gigih dan ulet sehingga ia sangat dipercaya oleh bosnya. Selain sibuk
bekerja, Rina juga menyibukkan diri dengan belajar. Setiap minggu ia datang ke perpustakaan
guna meminjam buku-buku yang akan menambah wawasannya. Selain itu, setiap ba’da maghrib
Rina mengajar anak-anak mengaji di mushola dekat kostnya.
Rina tidak pernah sekalipun mengeluh dengan keadaannya itu, ia sangat senang menjalani
kehidupannya. Dan selama lima bulan itu pula ia harus menahan kerinduan pada orangtua dan
adiknya, karena selama lima bulan itu ia tak pulang ke desa. Rina hanya mengabari mereka
melalui surat yang ia titipkan pada orang-orang yang mengangkut barang dari desanya ke kota
ataupun yang akan kembali ke desa.

Sudah lama pula Marina mengumpulkan uang hasilnya bekerja. Kini sudah tiba penerimaan
peserta didik baru. Tanpa ragu, Marina segera mendaftarkan dirinya di sebuah SMA favorit di
kota.
Kira-kira dua minggu setelah pendaftaran, pengumuman penerimaan siswa baru di SMA tersebut
di umumkan. Dan Marina bersyukur, namanya termasuk sebagai salah satu siswa yang diterima.
Ia langsung sujud syukur. Keesokaannya ia langsung pulang ke desa untuk mengabari
orangtuanya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama dan masih menumpang, Marina segera pulang
ke rumahnya. Begitu sampai di halaman rumah, Marina terhenti karena kini rumahnya sudah
mulai diperbaiki, ia semakin bersyukur dalam hatinya.
Begitu sampai di dalam rumah ia segera menyalami orangtuanya dan juga memeluk adik-
adiknya. Dengan gembira ia beritahu kepada mereka kalau ia sudah diterima di sebuah SMA
favorit di kota dan hanya tinggal mendaftar ulang dan menunggu sampai hari pertama masuk
sekolah tiba.

“namun tetap saja, kau sudah tertinggal satu tahun dengan teman-temanmu” begitu ibunya
berkomentar, terlihat diraut wajah ibunya kalau ia tidak senang dengan apa yang Marina raih saat
ini.
“Rina janji, akan buat ibu bangga” ujar Rina seraya menatap ibunya.
“bagi ibu kau sudah kalah, kau menyerah pada keadaan waktu itu. Maaf bukannya ibu ingin
mengungkit masa lalu. Sekarang, coba saja tunjukkan pada ibu apa yang akan ibu banggakan
darimu” ucap ibunya tegas. Hati Rina sakit mendengar ibunya berkata seperti itu. Namun ia
tegarkan kembali dirinya.
“baiklah bu, aku akan berusaha untuk membuat ibu bangga dan merasa kalau aku ini belum
kalah. Aku belum kalah bu” ucap Rina.

Seminggu setelah pulang ke desa, Rina sudah mulai berangkat sekolah. walaupun sudah
memasuki sekolah ia masih tetap bekerja, tetapi bukan di toko kelontong lagi, kini ia bekerja di
sebuah rumah makan. Rina bekerja paruh waktu, pada sore sampai malam hari ia bekerja,
sedangkan pagi dan siang ia harus sekolah.

Terkadang Rina merasa sangat sulit menghadapi semua ini, karena ia tidak punya waktu banyak
untuk belajar, apalagi ibunya selalu menekannya untuk menjadi lulusan terbaik lagi. Dulu
dengan mudah ia menyanggupi kemauan ibunya itu karena ia masih memiliki banyak waktu
untuk belajar, namun sekarang ia harus membagi waktu untuk belajar dan bekerja.

Semenjak kedatangannya ke kota, Rina sudah bertekad pada diri sendiri bahwa ia tidak akan lagi
meminta uang pada orang tuanya. Selama ini, semua biaya hidupnya selalu ditanggung sendiri
bahkan biaya sekolah pun ia yang tanggung. Ia pun semakin gigih bekerja dan giat belajar.

Bersekolah di sekolah favorit di kota memang sulit. Bukan sulit mengenai pelajaran yang
diberikan, melainkan dari lingkungan sekitar. Rina menyadari bahwa teman-temannya berasal
dari keluarga berada sehingga ia jarang bergaul dengan mereka. Rina merasa minder dengan hal
itu. Terkadang ia juga diejek teman-temannya mengenai dirinya yang berasal dari desa dan
menyebut Rina sebagai anak kampungan. Rina hanya diam menghadapi ocehan mereka, ia
menganggapnya sebagai angin yang berlalu. Walaupun selalu diejek teman-temannya, Rina
banyak disayang guru. Hampir semua guru mengenal Rina, karena selain bekerja paruh waktu di
sebuah rumah makan, Rina juga menjual aksesoris kerudung yang ia buat sendiri. Karena banyak
guru yang tertarik dan menyukai aksesoris buatan Rina, jadi mereka sangat mengenal Rina.
Sudah tiga tahun berlalu. Rina sudah menyelesaikan pendidikannya di SMA. Kini ia hanya
tinggal menunggu pengumuman. Selama tiga tahun itu, dari kelas X sampai kelas XII Rina selalu
menduduki peringkat 1, maka guru-guru pun yakin kalau Rina yang akan menjadi lulusan
terbaik.

Hari pelepasan siswa kelas XII tiba hari ini. orangtua Rina masih belum datang. Rina menjadi
resah, ia takut orangtuanya tidak mengetahui alamat sekolahnya, karena mereka memang belum
pernah pergi ke sekolah Rina. Sambutan demi sambutan telah diberikan. Kini tinggal pembacaan
anak-anak yang berprestasi. Dan apa yang selama ini Rina perjuangkan membuahkan hasil. Ia
dipanggil sebagai lulusan terbaik tahun ini, ia maju ke atas panggung, semua orang bertepuk
tangan untuknya namun orangtuanya belum terlihat juga, ia masih merasa resah. Begitu ia di atas
panggung, barulah ia melihat orangtuanya yang baru saja hadir. Ia menjadi tenang dan ingin
segera memberitahu ibunya kalau ia menjadi lulusan terbaik.

“selamat untuk Marina sebagai lulusan terbaik dan mendapatkan beasiswa pendidikan di sebuah
universitas terbaik di luar negeri” ucap kepala sekolah. Rina yang tidak mengetahui hal itu
merasa tidak percaya dengan semua ini. ia masih berdiri terpaku ditempatnya, begitu mendengar
riuh tepuk tangan ia tersadar, kepala sekolah pun tersenyum bangga padanya. Rina langsung
sujud syukur. Ia segera pergi ke ibunya dengan senyum penuh kebahagiaan, ibunya pun
tersenyum bangga dengan apa yang sudah dicapai Rina.

“bu, aku belum kalah bu.” Ucap Rina. Ibunya menangis haru seraya mendekap Rina dalam
pelukannya.
“ibu tau kau tidak akan kalah dengan keadaan. Kau hanya mundur satu langkah untuk bisa maju
tiga langkah. Semangat nak, banyak yang harus kamu perjuangkan lagi, selamanya ibu akan
mendukungmu” ucap ibunya
“selamat nak, kau memang anak yang hebat” ucap ayahnya
“terimakasih yah”. Mereka langsung berpelukan.

THE END

Cerpen Karangan: Gany Fitriani


Facebook: Gany Fitriani

Cerpen Aku Belum Kalah Bu merupakan cerita pendek karangan Gany Fitriani, kamu dapat
mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
Mimpi
Cerpen Karangan: Sebtiana Putri Rahayu
Kategori: Cerpen Kehidupan, Cerpen Lucu (Humor)
Lolos moderasi pada: 26 May 2018

Andre adalah seorang pengacara terkenal di kota metropolitan, dia memiliki paras yang rupawan
bak aktor bollywod syahru khan, mulai dari wajahnya yang putih bersinar, hidung yang mancung
seperti paruh burung beo, dan dagu yang ditumbuhi rambut halus menambah ketampanannya.
Andre dikenal sebagai sosok yang ramah, cepat beradaptasi dan kaya raya. tapi entah ada angin
dari mana semua sifat baiknya itu berubah 360 derajat.

Waktu itu arloji menunjukkan pukul 18.30, andre akan bertemu dengan kekasihnya mira, mereka
berjanji untuk bertemu di salah satu cafe tempat dimana mereka bertemu pertama kali, mira
sudah menyiapkan makan malam yang super romantis, hanya ada 2 orang yang berada di sana,
mira dan seorang pemain biola. Kedatangan andre pun disambut hangat oleh mira.

“Ada apa ini?” Ucap andre bingung melihat keadaan di cafe tersebut.
“Ayo duduk dulu, aku sudah menyiapkan ini semua untukmu” jawab mira
“Untuk apa kamu mempersiapkan ini semua? Ini bukan hari ulang tahunku, bukan pula hari
aniversarry kita kan?”

Pemain biola pergi meninggalkan mereka berdua. Tanpa ada sepatah kata pun terlontar dari kata
mira membuat andre semakin penasaran tentang apa yang sebenarnya akan dikatakan mira.
Selang beberapa menit mereka saling bertatap muka dan terdiam, tiba tiba mirna menangis, hal
tersebut tambah membuat andre bingung bukan kepayang.

“An.. An..dre.. A.. Aku.. Aku..” ucap mira dengan nada terbata bata
“Kamu kenapa mira? Ceritalah padaku” andre memeluk mira untuk menenangkannya
“Aku..” Mira tetap tidak berkata apapun kecuuali hanya aku..
“Mira.. Ceritakan padaku apa masalahmu”
“Aku hamil” jawab mira dengan bibir gemetar

Seketika keadaan di cafe tersebut menjadi hening, hanya suara tangisan mira yang tertahan dan
andre melepas pelukannya terhadap mira.

‘Apalagi ini.. Mengapa hal sial selalu menghampiriku.. mulai dari perceraian orangtuaku hingga
sekarang kekasihku hamil karenaku.. Apa salahku?’ Gerutu andre dalam hati, andre menjambak
rambutnya sendiri

“Sebelum ada banyak orang yang tau.. Aku ingin kita segera menikah andre” ucap mira
mencairkan suasana
“Tidak..” Jawab andre dengan lantangnya
“Mengapa?? Mengapa andre..? Yang ada di kandunganku sekarang ini anakmu andre”
“Tidak.. Aku tidak akan menikahimu.. Tidak” andre tetap menolak menikah dengan mira dan
memberikan segepok uang kepada mira
“Untuk apa uang ini? Aku tidak butuh uang ini andre.. Aku butuh kamu” mira berdiri dan
membuang uang pemberian andre
“Aku tidak bisa” ucap andre meneteskan airmatanya
“Mengapa? Kamu meragukan janin yang ada di kandunganku?”
“Aku.. Aku.. Tetap tidak bisa. Aku takut nanti jika kita menikah, kita akan seperti clien clienku..
Menikah dan akhirnya bercerai.. Aku tidak ingin hal itu terjadi pada kita” jawab andre
menjelaskan semuanya kepada mira
“Oke kalau kamu tidak mau bertanggung jawab.. Akan aku adukan kelakuanmu kepada ayahmu”
mira mengusap air matanya
“Jangan mira.. Jangan lakukan apapun”
“Mengapa? Kau tidak mau bertanggung jawab”
“Iya.. Aku mau bertanggung jawab”
“Benarkah andre?” Mira sangat bahagia mendengan ucapan andre

Selang beberapa minggu menggelar pernikahan mewah.


“Mba.. Mas.. Apakah bisa dimulai sekarang?” Tanya penghulu kepada andre dan mira.
Andre menganggukkan kepala pertanda dia menyetujuinya
“Saya nikahkan saudara andre hermawan bin agus hermawan dengan mira rahayu binti abdullah
dengan mas kawin seperangkat alat solat dibayar tunai” ucap penghulu tersebut sembari
memegang tangan andre
“Saya terima..” tiba tiba andre mengingat kejadian dimana orangtua dan cliennya saat bercerai
“Tidaaaak”. Andre melepaskan tangan nya dari penghulu

“Gubrakk” suara andre terjatuh dari tempat tidurnya, dan semua kejadian yang menimpanya
tersebut hanyalah mimpi belaka..

“Amakkk.. Bapakkkk” suara jeritan andre


Ibu andre membuka pintu dan menghampiri putra semata wayangya yang berada di bawah
tempat tidur.
“Kenapa kau andre?”
“Amak.. Bapak mana mak?”
“Bapak kau sedang berkebun, memangnya kau kenapa?”
“Aku tidak ingin menjadi pengacara mak”
“Memang kenapa andre.? Jadi kau tak ingin kuliah?”
“Iya mak, aku ingin berkebun macam bapak saja mak”
“Alhamdulillah.. Do’a amak terkabulkan”

Cerpen Karangan: Sebtiana Putri Rahayu


Facebook: Sebtiana Sebti

Cerpen Mimpi merupakan cerita pendek karangan Sebtiana Putri Rahayu, kamu dapat
mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

Anda mungkin juga menyukai