Anda di halaman 1dari 2

SENJA

Perkenalkan seorang gadis bernama Kirana yang masih bergelut dengan pendidikannya dikarenakan
tuntutan dari orangtuanya. Terlahir di keluarga yang serba berkecukupan bahkan lebih tidak
membuatnya bahagia. Karina memilki sebuah kakak perempuan yang bernama Larisa, ia sangat
menyayangi kakaknya walaupun sering menjadi teman bertengkar, tetapi ketika kakaknya
mengharuskan pergi ke Negara Kincir Angin untuk menempuh pendidikannya membuat Karina sangat
kehilangan walaupun kakanya berjanji setiap akhir semester akan pulang unutk menemuinya.

Sudah 3 bulan semenjak kepergian kakaknya untuk menempuh pendidikannya dan keadaan rumah tidak
berubah juga. Sejak kecil ia selalu dipaksa belajar agar mendapat peringkat pertama, ketika dia
mendapat B pada salah satu mata pelajaran saja, ayahnya selalu akan memarahinya dan berakhir
sebuah hukuman entah dipotong uang jajan ataupun sampai tidak boleh makan. Ayahnya adalah
seorang Profesor hukum dan sangat diktator terhadap pendidikan sementara sang Ibu adalah mahasiswi
S2 di salah satu Universitas di Jakarta yang tidak melanjutkan pendidikan dikarenakan fokus untuk
memberikan perhatian kepada anak-anaknya. Ibunya selalu ingin memberitahu ayahnya bahwa jangan
terlalu keras kepada anak-anaknya tapi apa daya beliau terlalu takut terhadap ayahnya.

Suatu hari Karina bolos kursus bahasa Inggris, dia selalu pulang diatas jam 8 malam dan alhasil tidak bisa
menikmati indahnya kota Jakarta ini. Akhirnya ada kesempatan dia membolos dan merasakan kembali
kehidupannya sebelum ayahnya mengharuskan dia unutk mengikuti berbagai macam kursus.
Keinginannya hanya satu ingin melihat SENJA. Karina sudah muak dengan kehidupan mewah yang
diberikan oleh orangtuanya tetapi tidak pernah membuatnya bahagia hingga suatu saat dia melihat
media sosial dan banyak postingan tentang alam dan senja dia sangat ingin melihatnya.

“Tumben neng pulang jam segini, biasa pulangnya kan malem?” Tanya Bang Ahmad pada Kirana.

“Iya bang, aku mau bolos sesekali udah lama juga terakir kan sebulan yang lalu hehehe.”

“Neng jangan patah semangat ya, inget diluar sana banyak yang mau kaya eneng buat bersekolah, Bang
Ahmad tau berat emnag jadi eneng tapi jangan patah semangat ya, karena eneng hari ini bolos nih
abang tadi kebetulan beli telur gulung kesukaan eneng, buat eneng aja Bang Ahmat mah udah kenyang.”

“Wahhh…. Makasih ya bang, udah lama banget gak makan ini.”

Sesederhana itu kebahagiaan Karina mangkanya tak banyak temannya yang bisa mengertinya.
Kesenangannya tak berhenti sampai itu saat pulang inilah hal yang sangat dia tunggu-tunggu yaitu
melihat senja walaupun hanya dari jendela mobil saja, dia sangat senang.

Seyum lebar terukir diwajahnya bahkan dia rela membuka kaca jendela untuk menghirup udara segar
dan dapat melihat senja yang selalu dia sukai. Karina sanagat suka senja karena ketika dia melihat waktu
senja tersebut artinya terang akan bertemu dengan malam dan aktivitas yang melelahkan ini akan
segera berakir walaupun esok hari dia akan kembali bergelut dengan keadaan, biarlah itu menjadi hari
esok.
Perjalanan 1 jam pun terasa sangat cepat dan Karina bersiap menerima omelan sang ayah yang mungkin
tiada habisnya nanti. Kabar gembira menyambut Karina karena ternyata Sang Ayah ada keperluan yang
mengharuskannya untuk pergi ke luar kota dan ternyata Sang Ibu lah yang mendapat kabar bahwa dia
bolos , tentu saja dia terima dengan hal itu akan tetapi Sang Ibu tetap menasihati Karina untuk jangan
melakukannya lagi.

“Nak, mama tadi dengar dari guru les kamu dan dari Pak Budi kamu bolos lagi?”

Karina hanya menampilkan senyuman kikuknya karena tidak ada lagi pembelaan yang harus dia katakan.

“Sini duduk dulu sama mama, ada yang mau mama katakan.”

Karinapun menuruti perintah Ibunya.

“Nak, kamu emang sudah tidak mau ikut kursus lagi?”

“Iya ma, aku udah capek sama papa yang selalu nuntut aku untuk selalu bisa padahal aku pun tidak bisa
memenuhi semua kemauan ayah yang selalu nuntut aku mendapat peringkat pertama.”

“Kamu tau kan konsekuensinya kalau kamu seperti ini terus bisa-bisa ayahmu akan mengusir kamu kalau
seperti ini. Mama mohon sama kamu bertahanlah untuk satu tahun lagi ini ya nak.”

“Terserah mama aja lah, aku udah capek berdebat sama mama.”

Karina meninggalkan mamanya dalam keadaan marah dan kesal karena selalu obrolan seperti ini keluar
setiap dia bolos kursus rasa-rasanya seperti dia melakukan hal yang sangat besar saja dan berakhir dia
menangis seharian

Anda mungkin juga menyukai