Makalah Struktur Modal PDF
Makalah Struktur Modal PDF
MANAJEMEN KEUANGAN
1|Page
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi Rabbi’Aalamiin, Puji dan syukur kami panjatkan atas kekhadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah Manajemen Keuangan ini sebagai salah satu syarat tugas dalam
menempuh semester ini.
Dalam menyusun dan menyelesaikan tugas ini, kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah yang berjudul ”Struktur
Modal (Capital Structure)” hingga dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa hasil tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang disampaikan kepada kami sangat berarti sebagai dorongan semangat
dan pembelajaran yang membangun kami untuk lebih baik lagi di masa depan. Semoga tugas
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang
membutuhkannya. Terima Kasih.
Tim Penyusun,
Kelompok 8
2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dan modal sendiri yang digunakan untuk
membiayai aktiva perusahaan. Struktur modal yang efektif mampu menciptakan perusahaan
dengan keuangan yang kuat dan stabil. Bersamaan dengan meningkatnya pengetahuan
masyarakat di bidang pasar modal dan tersedianya dana dari para calon investor yang berminat
menginvestasikan modalnya, struktur modal telah menjadi salah satu faktor pertimbangan yang
cukup penting. Hal ini terkait dengan resiko dan pendapatan yang akan diterima.
Dalam melihat struktur modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari informasi
perusahaan berupa laporan keuangan yang dikeluarkan setiap tahunnya. Para investor akan
melakukan berbagai analisis terkait dengan keputusan untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan melalui informasi yang salah satunya berasal dari laporan keuangan perusahaan.
Gabungan hutang dan ekuitas untuk pendanaa perusahaan merupakan bahasan utama dari
keptusan struktur modal (capital structure decision). Gabungan modal yang efisien dapat
menekan biaya modal (cost of capital), yang dapat meningkatkan kembalinya ekonomi neto dan
meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang hanya menggunakan ekuitas disebut
"unlevered firm", sedangkan yang menggunakan gabungan ekuitas dan berbagai macam hutang
disebut "levered firm".
3|Page
BAB II
PEMBAHASAN
4|Page
diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Sruktur modal yang optimal adalah struktur
modal yang mengoptimalkan kesimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga
memaksimumkan harga saham (Brigham dan Houston, 2001).
5|Page
• Leasing merupakan suatu alat atau cara mendapatkan service dari suatu aktiva tetap yang
pada dasarnya adalah sama seperti halnya kalau kita menjual obligasi untuk mendapatkan
service dan hak milik atas aktiva tersebut, bedanya pada leasing disertai hak milik.
c. Utang jangka panjang (Long-term Debt)
Utang jangka panjang merupakan utang yang jangka waktunya adalah panjang, pada
umumnya lebih dari 10 tahun. Adapun jenis atau bentuk-bentuk utama dari utang jangka
panjang antara lain:
• Pinjaman obligasi merupakan pinjaman untuk jangka waktu yang panjang, untuk debitur
mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu.
• Pinjaman hipotik merupakan pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang (kreditur)
diberi hak hipotik pada suatu barang tidak bergerak, agar bila pihak debitur tidak
memenuhi kewajibannya, barang itu dapat dijual dari hasil penjualan tersebut dapat
digunakan untuk menutupi tagihannya.
2. Modal Sendiri
Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik
perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan
untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman memiliki jatuh tempo.
Modal sendiri menurut Bambang Riyanto (2008:228) modal yang berasal dari pemilik
perusahaan dan yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak tentu lamanya. Jadi
modal sendiri merupakan modal yang digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan operasionalnya
yang berasal dari pemilik perusahaan tersebut. Modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang
berbentuk Perseroan terdiri dari:
a. Modal saham, adalah tanda bukti pengembalian bagian atau peserta dalam suatu perseroan.
b. Cadangan, dimaksukan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh
oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun berjalan. Cadangan
yang termasuk modal sendiri adalah:
• Cadangan ekspansi
• Cadangan modal kerja
• Cadangan selisih kurs
6|Page
• Cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga
sebelumnya
c. Laba ditahan, keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan
sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Apabila penahanan keuntungan
tersebut sudah dengan tujuan tertentu, maka dibentukah cadangan sebgaimana yang terlah
diuraian. Apabila perushaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan
keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan “keuntungan yang ditahan”.
Struktur modal (capital structure) sangat penting dalam membiayai aktifitas operasional
perusahaan. Besarnya struktur modal sangat tergantung dari komposisi sumber daya yang
diperoleh dari pihak eksternal maupun internal perusahaan, yang berupa hutang dan modal
sendiri. Makin besar modal yang disetorkan oleh pemegang saham, makin leluasa bagi
manajemen untuk kebutuhan operasionalnya, sebab tidak ada kewajiban kepada kreditor.
Komponen modal sendiri atau equity pada perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
antara lain berupa modal disetor, agio saham, laba ditahan dan laba tahun berjalan. Struktur
modal merupakan perbandingan hutang dan ekuitas (Husnan, 1998). Keinginan untuk
mewujudkan struktur modal yang optimal sudah menjadi perhatian para praktisi dan akademisi.
Rasio antara sumber dana dari pihak ketiga terhadap ekuitas disebut debt to equity ratio
(DER). Rasio ini dapat menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan dimana semakin tinggi
DER, maka semakin tinggi risiko perusahaan, karena pendanaan (financing) dari hutang semakin
besar.
Menurut Brigham (1983) investor cenderung lebih tertarik pada tingkat DER tertentu yang
besarnya kurang dari satu, karena jika lebih besar dari satu menunjukkan risiko perusahaan yang
lebih tinggi. Menurut Van Horne (1998), perusahaan dalam melakukan financing yang berkaitan
dengan modal sendiri (equity) harus memperhatikan dua hal, (1) Apabila perusahan ingin
mempertahankan posisi solvabilitas dan likuiditas diperlukan modal sendiri yang memadai, (2)
pertumbuhan modal sendiri yang berlebihan dapat menurunkan rentabilitas modal sendiri dan
juga akan meningkatkan biaya modal sendiri. Kenaikan DER sampai tingkat tertentu akan
meminimumkan biaya modal, tapi bila pertambahan terlalu berlebihan justru akan berakibat
meningkatnya biaya modal yang berupa biaya bunga.
7|Page
Sejalan dengan aktifitas sehari-harinya, perusahaan memerlukan modal tambahan yang tidak
sedikit. Adanya kekurangan dana ini dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan perusahaan
seperti pembelian bahan, produksi distribusi dan lain-lain, sehinga tambahan dana sangat
diperlukan. Menurut sifatnya ada dua macam tipe pendanaan yaitu pendanaan dari luar berupa
pinjaman dan dapat juga dengan menjual surat berharga melalui pasar modal dan pendanaan dari
dalam yang berasal dari laba ditahan. (Ang, 1997) Dalam menetapkan sumber dana manakah
yang akan dipilih, perusahaan harus menghitungnya dengan matang agar diperoleh kombinasi
struktur modal yang optimal yang berarti meminimalkan risiko dan memaksimalkan keuntungan
perusahan.
Perusahaan yang memiliki srtuktur modal optimal akan menghasilkan tingkat pengembalian
yang optimal pula sehingga bukan perusahaan yang memperoleh keuntungan, tapi para
pemegang saham pun akan memperoleh keuntungan tersebut. Dalam menentukan perimbangan
antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, perusahaan harus memperhatikan faktor-
faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat diharapkan mendapat struktur modal yang
optimal, hal ini disebabkan struktur modal yang optimal dapat meminimalkan biaya modal dan
memaksimalkan nilai perusahaan (Brigham dan Gapenski,1996)
Aydin Oskan (2001) menyatakan bahwa struktur modal berkembang secara dinamis dan
berubah dari waktu ke waktu, akibatnya selalu terjadi perubahan struktur modal dan juga faktor-
faktor yang mempengaruhinya, hal ini disebabkan karena dalam operasional perusahaan selalu
terjadi berbagai kepentingan berkenaan pendanaan yang berakibat pada dinamika DER. Dengan
demikian maka perlu diteliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.
alam keputusan manajemen untuk mendapatkan hutang dari kreditur ada beberapa variabel
yang diduga mempengaruhi kreditur untuk mengucurkan hutang terhadap debitur yaitu variabel
pertumbuhan penjualan diduga mempengaruhi kreditur dalam memberikan pinjaman dimana
perusahaan yang mengalami pertumbuhan penjualan dinilai mempunyai prospek baik dalam
perkembangannya dan ini mengurangi resiko (Sofiati, 2001). Selanjutnya variabel struktur aktiva
dimana semakin besar nilainya maka semakin mencukupi aset yang dapat digunakan sebagai
jaminan hutang (Weston dan Copeland, 1997).
Variabel profitabilitas dimana kreditur bisa menilai apakah perusahaan (debitur) mampu
membayar hutang yang dilihat dari keuntungan perusahaan (Titmen dan Wessel, 1998). Dan
yang terakhir variabel firm size dimana semakin meningkatnya perhatian kreditor terhadap
8|Page
perusahaan maka sangat dimungkinkan jumlah hutang akan semakin meningkat. Peningkatan
jumlah hutang yang relatif lebih besar daripada modal sendiri akan meningkatkan debt to equity
ratio (Ang, 1997).
9|Page
saham tersebut sesuai atau lebih tinggi dari nilai pasar. Hal ini berdampak pada kecenderungan
investor untuk bereaksi negatif terhadap penerbitan saham dan manajemen akan menolak untuk
menerbitkan saham.
3. Agency Theory
Sedangkan teori keagenan menyatakan bahwa pemilihan komposisi struktur modal
tergantung pada keberadaan biaya keagenan yang dihadapi perusahaan. Teori ini mengasumsikan
bahwa keberadaan utang dengan kewajiban tetapnya yang harus dipenuhi perusahaan berupa
cicilan pokok dan bunga, akan membuat aliran cash flow perusahaan digunakan untuk memenuhi
kewajiban tersebut. Penggunaan cash flow perusahaan tersebut akan mencegah manajer untuk
menggunakan sumber daya perusahaan secara serampangan (Jensen & Meckling, 1976).
Penggunaan utang akan mengurangi konflik keagenan antara pemegang saham dan manajer,
namun dengan penerbitan utang ini juga akan memungkinkan timbulnya konflik antara
pemegang saham dan pemegang obligasi. Teori keagenan untuk struktur modal menyatakan
bahwa struktur modal yang optimal ditentukan dengan meminimalkan biaya konflik yang
mungkin terjadi antar pihak yang terlibat. Jensen dan Meckling (1976) berargumen bahwa biaya
keagenan memainkan peran penting dalam dalam keputusan pendanaan karena konflik yang
10 | P a g e
mungkin terjadi antara pemegang saham dan pemegang obligasi atau utang. Bila perusahaan
mengalami kesulitan keuangan, pemegang saham dapat mendorong manajemen untuk
mengambil tindakan, yang mungkin dapat berdampak pada perpindahan dana atau expropriasi
dari pemegang obligasi atau utang ke pemegang saham. Pemegang obligasi atau utang yang
menyadari hal tersebut akan menuntut tingkat hasil yang lebih tinggi apabila terlihat adanya
potensi transfer kekayaan tersebut.
Namun utang dan pembayaran bunga dapat mengurangi konflik keagenan antara pemegang
saham dan manajer. Pemegang obligasi atau utang memiliki hak legal untuk meminta ganti rugi
bila manajemen gagal dalam membayar bunga ketika jatuh tempo, sehingga manajemen akan
menghadapi kemungkinan kehilangan pekerjaan bila mereka gagal menjalankan perusahaan
secara efisien. Hal ini akan mendorong konvergensi antara tujuan pemegang saham dan manajer
untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham (Buferna et al., 2005).
Menurut Hanafi (2012) teroti mengenai struktur modal terdiri dari :
1. Pendekatan tradisional
2. Pendekatan modigiliani dan Miller (MM)
3. Teori Trade off
4. Model Miller dengan Pajak dan Personal
5. Pecking Order Theory
6. Teori Asimentri: Informasi dan Signaling
Dari teori yang dikemukakan oleh Hanafi, selanjutnya dijelaskan hanya pada teori
pendekatan tradisional dan teori asimetri informasi dan signaling, yaitu :
7. Pndekatan Tradisional
Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Dengan
kata lain struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Struktur modal
bisa diubah-ubah agat bisa diperoleh nlai perusahaan yang optimal.
8. Teori Asimetri Informasi dan Signaling
Konsep signaling dan asimetri informasi berkaitan erat. Teori asimentri mengatakan
bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai inforamsi yang
sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang
leboh baik dibandingkan pihak lainnya. Manajer biasanya mempunyai informasi yang
11 | P a g e
lebih dibandingkan dengan pihak luar (investor). Karena itu bisa dikatakan terjadi
asimetri informasi antara mangemen dan investor. Teori signaling adalah model dimana
struktur modal (pengguna utang) merupakan signal yang disampaikan oleh manajer
kepasar. Perusahaan yang meningkatkan utang bisa dipandang sebagai perusahaan yang
yakin dengan prospek perusahaan dimasa mendatang. Karena cukup yakin, maka manajer
perusahaan tersebut berani menggunakan utang yang lebih besar. Investor diharapkan
akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang
baik. Dengan demian utang merupakan atau signal positif.
D. Teori-teori kapitalisasi
Teori kapitalisasi terbagi ke dalam dua golongan, yaitu :
1. Berdasarkan pendapatan atau earning nilai suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan
pendapatan yang didapatka setiap tahunya dikalikan dengan multiplayer tertentu.
2. Berdasarkan pengeluaran atau cost kapitalisasi perusahaan didasarkan pada cost dari fixed
capital yang digunakan dalam suatu perusahaan.
12 | P a g e
E. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
1. Tingkat Penjualan
Perusahaan dengan penjualan stabil, cashflow relatif stabil, shg dpt menggunakan hutang
relatif besar.
2. Struktur Aktiva
Perusahaan dengan aktiva tetap besar (sebagai kolateral) dpt menggunakan hutang relatif
besar.
3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi.
4. Profitabilitas
Pecking order theory menyatakan, bahwa urutan pembiayaan; laba ditahan → hutang → jual
saham baru (untuk menghindari pengawasan eksternal).
5. Variabel Laba dan Perlindungan Pajak (Tax Shield)
Jika variabilitas laba kecil, besar kemampuan menanggung beban tetap dari hutang.
Penggunaan hutang memberi manfaat perlindungan pajak.
6. Skala Perusahaan
Perusahaan besar memiliki akses besar masuk pasar modal, sehingga ada korelasi positif
antara skala perusahaan dengan debt to book value of equity ratio.
7. Kondisi Intern Perusahaan dan Ekonomi Makro
Saat yang tepat menjual saham atau obligasi; tingkat bunga pasar rendah dan pasar bursa
sedang bullish (lawan dari bearish)
13 | P a g e
2. Teori pendekatan laba operasi bersih (operating net income approach) NOI
Teori ini diasumsikan biaya modal rata-rata tertimbang (Ke) konstan, berapapun jumlah
utang perusahaan tetap. Dalam teori ini para investor mempunyai sudut pandang yang
berbeda-beda.
a. Biaya utang konstan sama seperti pendekatan laba bersih.
b. Utang perusahaan meningkat, resiko perusahaan ikut meningkat.
Oleh karena itu manajemen menuntut agar keuntungan perusahaan juga harus meningkat,
konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang konstan dan keputusan struktur modal
menjadi tidak penting.
Indifference point memberikan masukan penting bagi manajemen dalam memilih alternatif
pembelanjaan, Jika expected EBIT lebih besar dari indifference point, perusahaan sebaiknya
menggunakan hutang. Jika sebaliknya, menggunakan saham akan lebih menguntungkan. Perlu
dicatat bahwa keputussan ini bisa salah jika actual EBIT tidak besar yang diharapkan. Oleh
karena itu, didalam mengambil keputusan, manajemen harus memperhatikan juga deviasi
standard (tingkat variabilitas) EBIT perusahaan. Expected dan deviasi standard EBIT dapat dicari
dengan mengembangkan sejumlah skenario tentang EBIT dimasa mendatang beserta dengan
probabilita terjadinya. Jika deviasi standard EBIT relatif besar, manajemen harus lebih hati-hati
karena expected EBIT menjadi kurang dapat dipercaya. Sebaiknya manajemen memutuskan
menggunakan hutang hanya bila ecpected EBIT cukup jauh di atas indifference point.
14 | P a g e
EAT (saham) EAT (hutang)
= Jumlah saham Jumlah saham
(EBIT* - C1) (1 – T) (EBIT* - C2) (1 – T)
= S1 S2
Dimana:
EBIT * = Indifferent point
C1 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 1
C2 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 2
S1 = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 1
S2 = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 2
T = Tingkat pajak
15 | P a g e
• Debt service coverage = EBIT / [biaya bunga + (pembayaran pokok pinjman/1 – pajak)]
16 | P a g e
Rumus berikut mendifinisikan CBr, saldo kas yang diharapkan perusahaan pada akhir
periode resesi.
CBr = Co + NCFr – FC
Dimana:
17 | P a g e
d. Struktur aktiva
Perusahaan yang memiliki aktiva yang digunakan sebagai agunan hutang cenderung
menggunakan hutang yang relatif lebih besar. Misalnya, perusahaan real estate cenderung
menggunakan hutang yang lebih besar dari pada perusahaan yang bergerak pada bidang riset
teknologi.
e. Risiko bisnis
Perusahaan yang memiliki risiko bisnis (variabilitas keuntungannya tinggi cenderung kurang
dapat menggunakan hutang yang besar (karena kreditor akan meminta biaya hutang yang
tinggi). Tinggi rendahnya risiko bisnis ini dapat dilihat antara lain dari stabilitas harga dan
unit penjualan, stabilitas biaya, tinggi rendahnya operating leverage, dan lain-lain.
f. Tingkat pertumbuhan
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi membutuhkan modal yang besar.
Karena biaya penjualan (flotation cost) untuk hutang pada umumnya lebih rendah dari
fenation cost untuk jaminan, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung
menggunakan lebih banyak hutang disbanding dengan perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan rendah.
g. Pajak
Biaya bunga adalah biaya yang dapat mengurangi pembayaran pajak, sedangkan
pembayaran dividen tidak mengurangi pembayaran pajak. Oleh karena itu, semakin tinggi
tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak.
h. Cadangan kapasitas peminjaman
Penggunaan hutang akan meningkatkan risiko, sehingga biaya modal akan meningkat.
Perusahaan harus mempertimbangkan suatu tingkat penggunaan hutang yang masih
memberikan kemungkinan menambah hutang di masa mendatang dengan biaya yang relatif
rendah.
18 | P a g e
itu, kebanyakan perusahaan hanya memperhatikan apakah perusahaan terlalu banyak
menggunakan hutang atau tidak.
b) Ada kenyataan bahwa walaupun struktur modal perusahaan dianggap jauh dari optimal,
tapi dampaknya pada nilai perusahaan tidak terlalu besar. Dengan kata lain keputusan
tentang struktur modal tidaklah sepenting keputusan investasi, yang memiliki dampak
yang lebih besar terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hal-hal di atas, sebaiknya perusahaan lebih memfokuskan diri pada suatu
tingkat hutang yang hati-hati (prudent) dari pada berusaha mencari tingkat hutang yang
optimal. Tingkat hutang yang “prudent“ harus dapat memanfaatkan keuntungan dari
penggunaan hutang dan tetap menuju:
a) Mempertahankan risiko finansial pada tingkat yang masih terkendali.
b) Menjamin fleksibilitas pembelanjaan perusahaan.
c) Mempertahankan “credit rating“ perusahaan.
Keputusan tentang struktur modal melibatkan analisis “trade-off“ antara risiko dan
keuntungan. Penggunaan hutang meningkatkan risiko perusahaan, tapi juga meningkatkan
keuntungan perusahaan oleh karena itu, struktur modal yang optimal akan menyeimbangkan
risiko dan keuntungan perusahaan.
19 | P a g e
O Laba bersih operasi Rp 10.000.000
F Bunga 5% x Rp 30.000.000 Rp 1.500.000(-)
E Laba tersedia untuk Rp 8.500.000
pemegang saham
ke Tingkat kapitalisasi MS 0,11 (:)
S Nilai pasar Saham Rp 77.727.700
B Nilai pasar obligasi Rp 30.000.000(+)
V Nilai keseluruhan Perusahaan Rp107.277.000
Bila perusahaan mempunyai 850 lembar saham, maka harga per lembar saham
= Rp 77.277.000 = Rp 90.910,-
850
2. Sekarang bila perusahaan ingin mengganti obligasi dengan saham. Nilai obligasi pada soal
nomor 1 Rp30.000.000, sedang harga saham Rp 90.910/lembar, maka diperlukan:
Rp 30.000.000 : Rp 90.910 = 330 lembar.
Sehingga sekarang obligasi dibelanjai dengan modal sendiri semuanya, maka tingkat
keuntungan yang disyaratkan menjadi lebih rendah yaitu 10%. Maka besarnya ko (tingkat
kapitalisasi keseluruhan) dapat dihitung sebagai berikut:
20 | P a g e
Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau
ko = O = Rp10.000.000 x 100% = 10%
V Rp100.000.000
Kesimpulan:
Dari hasil perhitungan dengan pendekatan tradisional diatas bahwa struktur modal yang optimal
pada contoh nomor 1 yaitu Rp 107.277.000,- memberikan biaya modal yang terendah 9,32% dan
memberikan harga saham yang tertinggi Rp 90.910,-
21 | P a g e
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian yang telah di tulis maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa Struktur Aktiva (Tangibility), Growth Opportunity, Ukuran Perusahaan (Firm Size),
Profitabiltas dan Risiko Bisnis baik secara simultan maupun parsial mempunyai pengaruh
pada Keputusan Struktur Modal Suatu Perusahaan.
2. Dari faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh satu dengan yang lainnya. Sehingga
dengan demikian Para Investor, Kreditor maupun Manajemen Perusahaan hendaknya
memberikan perhatian yang lebih kepada informasi atas faktor-faktor yang mempengaruhi
tersebut.
22 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. Weston, J Fred and Thomas E. Copeland, 1986, Manajemen Keuangan, Terjemahan, Edisi
kedelapan, Jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta (terjemahan). Hlm. 68.
2. Eugene F. Brigam dan Joel F. Houston, 2006, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Salemba
Empat, Jakarta (terjemahan). Hlm.33.
3. Eugene F. Brigam dan Joel F. Houston, Op. Cit.,6-7.
4. George Foster, 1996, Financial Statemen Analysis, Prentice Hall Internasional. Hlm. 65.
23 | P a g e