Anda di halaman 1dari 4

Peran Ahli Gizi di Bidang Masyarakat

Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagai
dietisien, sebagai konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi (Nasihah, 2010)
1. Dietisien
adalah seseorang yang memiliki pendidikan gizi, khususnya dietetik, yang bekerja
untuk menerapkan prinsip-prinsip gizi dalam pemberian makan kepada individu atau
kelompok, merencanakan menu, dan diet khusus, serta mengawasi penyelenggaraan
dan penyajian makanan (Kamus Gizi, 2010)
2. Konselor gizi
adalah ahli gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien) mengenali mengatasi
masalah gizi yang dihadapi, dan mendorong klien untuk mencari dan memilih cara
pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapat dilaksanakan oleh klien secara
efektif dan efisien. Konseling biasanya dilakukan lebih privat, berupa komunikasi dua
arah antara konselor dan klien yang bertujuan untuk memberikan terapi diet yang
sesuai dengan kondisi pasien dalam upaya perubahan sikap dan perilaku terhadap
makanan (Magdalena, 2010).

3. Penyuluh gizi
yakni seseorang yang memberikan penyuluhan gizi yang merupakan suatu upaya
menjelaskan, menggunakan, memilih, dan mengolah bahan makanan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku perorangan atau masyarakat dalam
mengonsumsi makanan sehingga meningkatkan kesehatan dan gizinya (Kamus Gizi,
2010). Penyuluhan gizi sebagian besarnya dilakukan dengan metode ceramah
(komunikasi satu arah), walaupun sebenarnya masih ada beberapa metode lainnya
yang dapat digunakan. Berbeda dengan konseling yang komunikasinya dilakukan
lebih pribadi, penyuluhan gizi disampaikan lebih umum dan biasanya dapat
menjangkau sasaran yang lebih banyak.

Ketiga peran itu hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli gizi atau seseorang
yang sudah mendapat pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh profesi kesehatan
manapun, karena ketiga peran itu saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat
dipisahkan
Kemudian, dari mana masyarakat umum dapat memeroleh informasi dan
pengetahuan-
pengetahuan tentang gizi guna memperbaiki pola hidup mereka? Di sinilah peran
seorang ahli gizi sebagai penyuluh dan konselor gizi sangat diperlukan. Seorang ahli
gizi yang tentu saja harus memiliki kompetensi sebagai seorang dietisien ini juga harus
mau „membagi ilmu‟ yang dimilikinya kepada masyarakat umum melalui konseling
dan penyuluhan. Dengan ilmu yang menjadi keahliannya, ahli gizi dapat membantu
masyarakat mengatasi masalah kesehatan mereka dan keluarga terutama yang
berkaitan dengan gizi dengan menggunakan bahasa yang umum dan sederhana yang
mudah dimengerti oleh masyarakat awam.
Dengan adanya peran ahli gizi di dalam masyarakat, diharapkan dapat
membantu memperbaiki status kesehatan masyarakat, khususnya melalui berbagai
upaya preventif (pencegahan). Mudahnya begini, jika kita tahu apa saja dan
bagaimana makanan yang aman, sehat, dan bergizi untuk dikonsumsi, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari niscaya kita akan terhindar dari berbagi
penyakit mengerikan yang sudah disebutkan di atas. Bayangkan jika tidak, dan
kemudian kita harus mengobati penyakit-penyakit itu, tentunya akan terasa sangat
menyakitkan dan pastinya akan mengabiskan biaya yang tidak sedikit untuk
mengobatinya. Kita semua tahu, bahwa mencegah itu lebih baik (dan lebih murah)
daripada mengobati. Jika kita bisa menerapkan kebiasaan itu,kita menjadi tidak mudah
sakit, dan tidak terlalu tergantung kepada jasa dokter dan perawat, serta tidak perlu
mengonsumsi obat-obatan yang umumnya selalu memiliki efek samping terhadap
kesehatan.
Melalui ahli gizilah salah satu caranya masyarakat dapat mengetahui berbagai
informasi-informasi dan isu-isu kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan gizi.
Jika dilakukan tatap muka, masyarakat pun dapat langsung berinteraksi dengan ahli
gizi dan berkonsultasi langsung dengan mudah mengenai permasalahan gizi yang
mereka hadapi. Ahli gizi yang memberikan penyuluhan dan konseling pun hendaknya
memiliki bekal pengetahuan dan wawasan yang cukup yang harus terus ditambah dan
diperbaharui setiap waktu. Selain memberikan informasi mengenai makanan dan gizi
yang dikandungnya, ahli gizi juga wajib menguasai tentang penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan gizi, seperti penyakit-penyakit degeneratif, penyakit-penyakit akibat
malnutrisi, dan penyakit-penyakit infeksi untuk kemudian disebarluaskan kepada
masyarakat. Hal-hal yang dapat diinformasikan antara lain dimulai dari pengertian dan
penjelasan singkat mengenai penyakit tersebut, kemudian apa saja tanda dan
gejalanya, apa penyebabnya, bagaimana cara mengatasi, mengobati, dan
mencegahnya, serta apa saja makanan dan minuman yang dianjurkan dan yang tidak
dianjurkan.
Sebagai seorang penyuluh, ahli gizi dapat menyampaikan informasi-informasi
kesehatan yang khususnya berkaitan dengan gizi serentak kepada audiens yang
jumlahnya relatif lebih banyak. Hal ini menguntungkan karena informasi penting
tersebut dapat langsung tersebar kepada sasaran yang lebih luas dalam waktu yang
relatif lebih singkat. Namun, informasi yang disampaikan biasanya bersifat umum,
kurang detail, dan respon dari audiens yang dapat ditanggapi pun terbatas.
Sedangkan dalam melakukan kegiatan konseling gizi, biasanya terjadi
komunikasi langsung dua arah antara konselor dan klien. Hal ini lebih efektif, karena
informasi yang disampaikan pun dapat lebih detail dan lengkap. Komunikasi yang
dibangun pun dapat lebih intens dan mendalam sehingga dapat benar-benar dipahami
apa keinginan dan ke butuhan klien. Hanya saja, penyampaian informasi yang
dilakukan melalui metode konseling ini akan memerlukan waktu yang lebih lama jika
sasaran yang dicapai lebih banyak.
Mengingat betapa pentingnya peran ahli gizi dalam membantu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Indonesia, mari kita dukung mereka dalam menjalankan
program-program gizi dan kesehatan guna menuju Indonesia yang lebih sehat. Selain
ketiga peran yang telah dijelaskan diatas, peran ahli gizi juga dapat dikaji pada rincian
di bawah ini :

1.Ahli Gizi
a. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik
b. Pengelola pelayanan gizi di masyarakat
c. Pengelola tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi di RS
d. Pengelola sistem penyelenggaraan makanan institusi/masal
e. Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi
f. Pelaksana penelitian gizi
g. Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha
h. Berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral
i. Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis

2.Ahli Madya Gizi


a.Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik
b.Pelaksana pelayanan gizi masyarakat
c.Penyelia sistem penyelenggaraan makanan Institusi/massal
d.Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi
e.Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha
f. Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis (Persagi, 2010)

Namun, bila dibandingkan dengan kondisi di lahan, peran Ahli gizi belum
berjalan secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh :
1. Kurangnya jumlah tenaga ahli gizi di rumah sakit sehingga belum dapat
mencakup semua ruang rawat inap dan masih merangkap tugas yang lain.
2. Belum terbentuknya tim asuhan gizi yang solid, sehingga praktek kolaborasi
antara ahli gizi dan profesi yang lain belum berjalan secara maksimal.

Sumber:
Maygita, Sari dkk. 2012. Peran Dan Kompetensi Ahli Gizi Dalam Masyarakat:
Makalah Etika Profesi Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta
II. Jakarta. Melalui
https://kupdf.com/download/makalah-tugas-etika-
profesi_59b46498dc0d60ba32f30a3d_pdf Diakses Pada 3 November 2017
Pukul 11.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai