Chapter II PDF
Chapter II PDF
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Konsistensi gingiva normal adalah kaku dan lenting. Konsistensi gingiva cekat
yang kaku adalah disebabkan oleh lamina proprianya yang banyak mengandung serat
kolagen dan melekat ke mukoperiosteum tulang alveolar. Gingiva bebas meskipun
tidak melekat ke tulang alveolar berkonsistensi kaku karena mengandung serat-serat
gingiva.16,17
Tekstur permukaan gingiva bervariasi pada setiap individu, ada yang tebal
(Gambar 2A) dan ada yang tipis (Gambar 2B).17 Pada gingiva yang tebal tekstur
permukaannya seperti kulit jeruk atau stippling, sedangkan pada gingiva yang tipis
tekstur permukaannya halus,licin dan hampir tidak terdapat stippling. Tekstur
permukaan gingiva yang tebal merupakan kondisi yang baik dalam proses perawatan
dan penyembuhan luka.17
A B
Gambar 2. A. Gingiva tebal; B. Gingiva tipis.17
Gingiva yang mengalami resesi sering dalam keadaan terinflamasi, tetapi bisa
juga resesi di temukan pada gingiva yang sehat. Dengan demikian resesi gingiva
dapat di bedakan menjadi resesi akibat penyakit periodontal dan resesi akibat iritasi
mekanis pada periodonsium yang sehat.23Oleh karena itu, pencegahan dan
pengendalian resesi gingiva didasarkan pada pengamatan yang akurat mengenai
prevalensi resesi gingiva yang dihubungkan dengan faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap perkembangannya. Resesi bisa saja terdapat pada kondisi yang normal atau
mungkin terjadi sebagai bagian dari patogenesis penyakit periodontal dimana tulang
alveolarnya hilang.21
hilang. Klasifikasi Miller terdiri dari empat kelas, dimana klasifikasi tersebut
merupakan klasifikasi yang signifikan dalam menentukan kemungkinan dan batas-
batas modalitas terapi bedah.26
A. Kelas I Miller
Resesi pada tepi gingiva yang meluas ke batas mukosa-gingiva dan belum ada
kehilangan tulang atau jaringan lunak pada daerah interdental. Resesi bisa sempit atau
lebar (Gambar 8).8,26
B. Kelas II Miller
Resesi tepi gingiva yang telah meluas ke atau melewati batas mukosa-gingiva,
namun belum ada kehilangan tulang maupun kehilangan jaringan lunak pada daerah
interdental. Resesinya bisa sempit atau lebar (Gambar 9).8,17
D. Kelas IV Miller
Resesi tepi gingiva yang telah meluas ke atau melewati batas mukosa-gingiva
disertai oleh kehilangan tulang dan jaringan lunak yang parah pada daerah
interdental, atau malposisi gigi yang berat (Gambar 11).8,17
terlalu dekat ke tepi gingiva menyebabkan tarikan-tarikan pada tepi gingiva setiap
kali berbicara, mengunyah maupun menyikat gigi.27
3. Friksi sikat gigi : friksi dari sikat gigi, terutama pada teknik penyikatan gigi dalam
arah horizontal dengan bulu sikat yang keras disertai dengan tekanan yang agak kuat
menyebabkan resesi gingiva. Resesi gingiva akibat kesalahan penyikatan gigi, disebut
juga sebagai abrasi gingiva, lebih sering dijumpai dan lebih parah pada individu
dengan gingiva yang relatif sehat, sedikit penumpukan plak dan higiene oral yang
baik.27,28
4. Inflamasi gingiva : proses inflamasi lokal menyebabkan kehancuran jaringan ikat
dan proliferasi epitel ke sisi-sisi yang mengalami perusakan jaringan ikat
menyebabkan penyusutan permukaan epitel, yang secara klinis terlihat berupa
resesi.29
5. Periodontitis : peridontitis dengan resesi gingiva terjadi akibat hilangnya tulang
alveolar yang mendukung gingiva. Tulang alveolar tersebut hilang sehingga jaringan
gingiva mengalami resesi karena tidak ada jaringan pendukungnya.29
6. Pergerakan gigi oleh pesawat ortodonti : pergerakan gigi seperti gigi insisivus
yang mengalami proklinasi dan perluasan ekspansi lengkung rahang berhubungan
dengan resiko resesi gingiva yang besar.27
7. Desain gigi tiruan sebagian yang salah : desain gigi tiruan sebagian yang salah
akan menyebabkan trauma gingiva dan menyediakan ruang untuk retensi plak
memiliki resiko untuk menyebabkan resesi gingiva.27
Berdasarkan suatu penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada desain sikat gigi
yang dapat menghilangkan semua plak mikroba. Efektivitas dan potensi cedera dari
berbagai jenis sikat gigi tergantung pada besarnya ukuran sikat dan cara penggunaan
sikat gigi tersebut. Namun, penggunaan sikat gigi yang keras, menyikat secara
horzontal dan penggunaan pasta gigi yang abrasif dapat menyebabkan lesi pada
bagian servikal gigi dan resesi gingiva.30
Desain bulu sikat gigi dikelompokkan dalam rumpun yang biasanya diatur
dalam tiga atau empat baris. Bulu sikat yang membulat menyebabkan lebih sedikit
goresan pada gingiva dibanding bulu sikat yang datar dengan ujung yang tajam.
Terdapat dua jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan bulu sikat gigi, yaitu
bulu sikat alami dari bulu babi dan bulu sikat dari bahan nilon. Kedua bahan tersebut
dapat menghilangkan plak mikroba, tetapi bulu sikat yang terbuat dari bahan nilon
jauh lebih mendominasi di pasaran. Secara umum diameter bulu sikat berkisar 0,2
mm untuk bulu sikat yang lembut, 0,3 mm untuk bulu sikat yang medium dan 0,4 mm
untuk bulu sikat yang keras.16
Seiring berjalannya waktu, desain dari kepala sikat telah berkembang dan
beberapa rumpun bulu sikat kadang-kadang miring di berbagai arah sudah digunakan
(Gambar 14). Saat ini, masyarakat sudah mudah dalam menemukan sikat gigi dengan
ukuran pegangan yang tepat untuk ukuran tangan, dan banyak penekanan yang di
tempatkan pada desain ergonomi yang baru. Produsen sikat gigi harus berupaya
dalam mempertimbangkan berbagai aspek ketika merancang model sikat gigi yang
baru untuk meningkatkan kemampuan dalam menghilangkan plak.30
Bulu sikat yang lembut memiliki sifat yang lebih fleksibel dan dapat
membersihkan bagian bawah margin gingiva ketika disikat dengan teknil sulculardan
dapat menjangkau permukaan proksimal. Penggunaan sikat gigi berbulu keras sering
dikaitkan dengan terjadinya ressi gingiva karena penggunaan bulu sikat yang keras
memiliki resiko yang lebih besar terhadap terjadinya resesi dibandingkan dengan
penggunaan sikat gigi berbulu halus. Namun, cara penggunaan sikat gigi dan pasta
gigi yang abrasif memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap resesi gingiva
daripada kekerasan bulu sikat itu sendiri.30
Besarnya tekanan yang digunakan dalam menyikat gigi tidak begitu efektif
dalam menghilangkan plak. Menyikat dengan kuat tidak perlu dilakukan karena dapat
menyebabkan resesi gingiva, lesi berbentuk baji pada bagian servikal gigi dan
menyebabkan ulserasi gingiva. Sikat gigi juga harus diganti secara berkala, American
Dental Assosiation (ADA) merekomendasikan bahwa sikat gigi diganti setiap tiga
sampai empat bulan sekali.16
Resesi gingiva lebih sering terjadi pada populasi orang dewasa, karena
prevalensi resesi gingiva meningkat seiring bertambahnya usia, tetapi resesi gingiva
tidak selalu disebabkan oleh proses penuaan. Adanya resesi gingiva pada rongga
mulut yang sehat menunjukkan bahwa etiologi resesi gingiva disebabkan oleh banyak
faktor, salah satunya adalah cara menyikat gigi yang tidak tepat atau trauma akibat
sikat gigi yang telah dipercaya selama bertahun-tahun.32
Peran menyikat gigi dan bertambahnya usia sebagai faktor penyebab resesi
cenderung lebih melibatkan peran menyikat gigi sebagai faktor yang signifikan
sebagai penyebab resesi, karena peran menyikat gigi itu sendiri dikaitkan dengan
sejumlah variabel yang berpotensi terjadinya resesi. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh P.Sunethra, peran menyikat gigi adalah faktor penyebab
terjadinya resesi gingiva, hal ini didukung oleh hasil penelitian Mahmet bahwa
terdapat sejumlah faktor menyikat gigi terhadap terjadinya resesi gingiva seperti
tekanan yang diberikan saat menyikat gigi, durasi menyikat gigi, teknik menyikat
gigi, frekuensi menyikat gigi dalam satu hari dan jenis bulu sikat serta pasta gigi yang
digunakan.31,33
Resesi gingiva
Kelas I Miller
Kelas II Miller
Kelas III Miller
Kelas IV Miller