pahlawan kesiangan. Mereka menawarkan proposal bantuan untuk mengusir Portugis dari tanah Maluku. Rakyat yang
Dalam buku Kapitan Pattimura, I.O. Nanulaitta menyebut jika rakyat Maluku mau tidak mau harus menuruti segudang
permintaan Belanda yang sebenarnya sangat merugikan mereka. Belanda meminta rakyat Maluku tidak menjual rempah-
rempahnya kepada bangsa lain. Seluruh perdagangan diatur dengan menempatkan Belanda sebagai prioritas. Selain itu,
“Karena Portugis sudah dalam keadaan lemah, maka dengan mudah Belanda melenyapkan kekuasaan mereka dari
Belanda menepati janjinya. Pemerintahan Portugis berakhir untuk selama-lamanya dari tanah Maluku. Rakyat menyambut
dengan suka cita. Namun kemenangan itu tidak serta merta mengantarkan rakyat Maluku kepada kemerdekaan yang
mereka nantikan. “Kompeni Wolanda”, sebutan rakyat untuk orang-orang Belanda, baru saja memulai perjalanannya
menguasai Maluku.
Jan Russell dalam bukunya The Banda Islands: Hidden Histories and Miracles of Nature menerangkan setelah Belanda
berhasil mengusir Portugis, kekuasaan atas wilayah Maluku tinggal menyisakan dua pesaing, yakni Inggris dan Belanda.
Inggris berkuasa atas Banda, sementara Belanda menancapkan pengaruhnya di Ambon, Saparua, dan sebagian Maluku
Tengah.
“Orang Banda itu cukup cerdik. Mereka lebih suka berbisnis dengan orang Inggris dibandingkan dengan orang Belanda,”
Perlahan Belanda memperkuat pertahanan dan armadanya di Maluku Tengah. Benteng-benteng baru didirikan untuk
menghalau serangan dari bangsa lain, dan pasukan bersenjata lengkap terus disiagakan. Para penguasa pun diikat oleh
“Kekuasaan raja-raja, sultan-sultan, kepala adat, dan lemba pemerintahan rakyat dipersempit, dikurangi, dan akhirnya
dilenyapkan. Kompeni Wolanda turut campur dalam segala bentuk pemerintahan,” tulis Nanulaitta.
1
Rakyat Maluku tidak bisa bebas menanam cengkih dan pala jika tidak ada izin dari Belanda. Bahkan jika peredaran
rempah-rempah itu terlampau banyak di pasaran, para penguasa tanah harus membakar tanaman-tanaman miliknya.
Sebagai gantinya, mereka akan diberi sejumlah uang. Namun hal itu tidak dirasakan rakyat biasa. Hingga akhirnya rakyat
Maluku sadar jika “Orang Belanda ternyata tidak lebih baik dari orang Portugis.”
Api kebencian terhadap orang-orang Belanda mulai membara di dalam diri rakyat Maluku. Perlakukan yang semena-
mena, ditambah sistem tanam paksa yang menyengsarakan membuat rakyat semakin menutup hatinya untuk para
Kompeni Walanda.
Tahun 1796 terjadi keributan di Ambon. Penduduk dikagetkan dengan kehadiran kapal-kapal berbendera Inggris di sekitar
pelabuhan. Bendera Belanda yang semula berkibar di benteng Victoria pun telah berganti menjadi ‘Union Jack’ milik
Rupanya telah terjadi pergantian kekuasaan antara Belanda dan Inggris atas wilayah Maluku. Perang yang berkecamuk di
Eropa antara Inggris dan Prancis memaksa kerajaan Belanda menyerahkan seluruh wilayah jajahannya di Afrika dan Asia
kepada Inggris.
“Banyak di antara mereka yang tidak dapat mengerti keterangan itu. Pengetahuan mereka tentang Eropa yang begitu jauh
letaknya tidak seberapa. Apalagi mau mengerti pergolakan apa yang sedang terjadi di sana,” ucap Nanulaitta.
Kepanikan seketika melanda Maluku. Rakyat bertanya-tanya tentang nasib mereka di bawah pemerintahan yang baru
datang hari itu. Kekhawatiran terbesar mereka adalah apakah pemerintah baru ini akan lebih baik dari Kompeni Wolanda?
Akibat kurangnya informasi tentang Inggris, rakyat Maluku di bawah pimpinan Ulupaha Tua dari kerajaan Seith, Leihitu,
Maluku Tengah, mencoba peruntungannya dengan menyerang benteng Victoria yang hanya dijaga oleh sedikit pasukan
Inggris. Usaha penyerangan hampir berhasil jika saja bantuan dari wilayah Banda ke Ambon tidak datang dengan cepat.
Sebagai konsekuensi atas tindakannya, Ulupaha Tua berserta pasukannya menerima hukuman gantung. Mengetahui salah
satu pemimpinnya dieksekusi, rakyat Maluku mulai meyakini bahwa pemerintahan baru di negerinya tidak jauh berbeda
2
Sedikit demi sedikit Inggris mulai membangun pemerintahannya di Maluku. Peraturan semasa Belanda yang merugikan
dirasa mulai berubah. Rakyat melihat secerca harapan dari pemerintah baru ini. Mereka yang awalnya mengira Inggris
Beberapa peraturan monopoli yang sebelumnya sangat memberatkan mulai diperlunak. Kerja rodi tetap dipertahankan
namun diperingan. Selain itu rakyat juga diberi lebih banyak kebebasan untuk melakukan aktifitas perdagangan. Bahkan
hak ekstirpasi (hak menghancurkan pohon pala dan cengkeh masa VOC) dihentikan.
“Harapan baru akan hidup yang lebih baik timbul lagi. Kebun-kebun cengkih dan pala memberi harapan besar. Perniagaan
menjadi ramai. Hanya terhadap penyelundupan Inggris bertindak keras juga,” ucap Nanulaitta.
Namun pil pahit kembali harus ditelan oleh rakyat Maluku. Tujuh tahun kebebasan mereka sirna begitu saja saat
mengetahui Kompeni Wolanda kembali menerima hak atas tanah Maluku dari tangan Inggris. Keresahan melanda seluruh
negeri.
Kepergian Inggris diratapi oleh rakyat Maluku. Harapan untuk membangun negeri kembali hilang. “Dalam tujuh tahun itu
rakyat belajar menghargai dan mengerti apa kebebasan itu sebenarnya,” tulis Nanulaitta.
Tahun-tahun berikutnya konflik antara Inggris dan Belanda atas Maluku terus berlangsung. Keduanya bergantian
memberi pengaruh di tanah kelahiran Pattimura tersebut. Sampai pada kondisi di mana Inggris tidak dapat lagi
menginjakkan kakinya di sana karena terikat oleh sebuah perjanjian, Traktat London, tahun 1816.
PULAU kecil di bawah Maluku ini memang tidak semewah Batavia. Tapi ketenarannya mampu memikat orang-orang
dari belahan bumi lain untuk datang dan menguasai kekayaan alamnya yang begitu melimpah.
Dalam The Banda Islands: Hidden Histories & Miracles of Nature, disebutkan sebelum VOC datang menguasai
kepulauan Banda, Inggris telah lebih dahulu melakukan kontak dengan masyarakat di sana. Mengetahui adanya ladang
rempah yang sangat melimpah di Banda, Belanda pun merangsak masuk. Kedua negara penjelajah itu akhirnya
bersinggungan, dan melakukan cukup lama perang untuk menentukan kekuasaan pulau.
3
Belanda sendiri baru memasuki Kepulauan Maluku pada 1607 saat membantu penguasa Ternate mengusir pasukan
Spanyol dari negerinya. Setelah itu, pada 26 Juni 1607, Belanda melakukan perjanjian dengan Kesultanan Ternate untuk
Dalam perang tersebut, masyarakat Banda yang dimotori oleh orang-orang kaya sebagai penguasa pribumi, lebih berpihak
kepada Inggris.
“Orang Banda itu cukup cerdik. Mereka lebih suka berbisnis dengan orang Inggris dibandingkan dengan orang Belanda,”
kata Meta Sekar Puji Astuti, saat mengisi seminar “Peran Samurai dalam Pembantaian Banda (1621) dan Maluku (1623):
400 Tahun Keterlibatan Orang Jepang di Maluku”, yang diadakan oleh Program Studi Jepang FIB UI.
Lama kelamaan, baik Belanda maupun Inggris lelah dengan perang yang mereka lakukan. Keduanya pun sepakat untuk
mengakhiri konflik dalam perundingan. Hasilnya, Belanda rela memberikan New Amsterdam, Manhattan (sekarang New
York), kepada Inggris demi mendapatkan pulau penghasil pala satu-satunya di dunia tersebut.
4
Berawal dari Dendam
Setelah mendapat hak atas kepulauan Banda, Belanda segera melakukan kontak dengan masyarakat Banda. Admiral
Pieterszoon Verhoeven, pemimpin Belanda, tiba di Banda pada 1608 untuk bernegosiasi. Mereka mencoba mendekati
“Ketika mencoba bernegosiasi, orang-orang Banda ini malas bertemu dengan orang Belanda,” kata Meta
Orang-orang Banda menaruh curiga kepada Belanda saat mereka datang dengan membawa pasukan, serta persenjataan
lengkap. Akhirnya orang-orang Banda ini mengelabui Belanda, dengan mengarahkan mereka ke satu tempat yang sudah
Tanpa menaruh curiga, Verhoeven pun menyutujui pertemuan tersebut, karena merasa perlu mendapat kepercayaan dari
orang-orang Banda seperti yang Inggris terima. Verhoeven pun ditemani oleh beberapa bawahannya.
Namun setelah sampai di tempat pertemuan, Verhoeven tidak menemukan siapapun. Ia lalu menyuruh penerjemahnya,
Adriaan Ilsevier, untuk mencari penduduk Banda. Bukannya sambutan yang terima, Ilsevier malah dihadang oleh banyak
orang bersenjata.
Penerjemah itu lalu menjelaskan bahwa kedatangan mereka dimaksudkan untuk melakukan negosiasi seperti yang telah
dijanjikan. Ia bahkan menyebut bahwa Verhoeven datang dengan damai, sebagai buktinya mereka tidak membawa
satupun tentara. Namun orang-orang Banda itu tidak mempercayai perkataan Ilsevier.
Setelah mendengar laporan dari penerjemahnya, Verhoeven sangat kecewa dan marah. Namun saat hendak pergi, orang-
orang Banda itu menyerang. Sang admiral dan beberapa orang bawahannya tewas dalam serangan mendadak itu.
“Verhoeven tewas seketika dan kepalanya ditancapkan di atas tombak oleh orang-orang Banda,” tulis Willard A. Hanna,
5
Penyerangan orang-orang Banda tidak berhenti sampai disitu. Mereka segera menyerbu tentara Belanda yang tidak siap
bertempur. Hanya beberapa orang yang selamat dari penyerangan itu, salah satunya adalah juru tulis Verhoeven, Jan
Pieterszoon Coen.
Jan Coen sangat marah, dan diliputi rasa ingin balas dendam yang sangat besar kepada orang-orang Banda. Ia lalu
kembali ke negeri Belanda. Karirnya yang baik membuat Jan Coen dengan cepat meraih posisi gubernur jenderal Hindia
Belanda.
Sebagai permulaan, Jan Coen membangun kekuatan tempurnya di Batavia. Ia menghimpun armada kapal besar sebelum
bertolak ke Banda.
Samurai Dilibatkan
Bergabungnya para samurai dengan tentara VOC bermula dari kemelut yang terjadi, sekitar tahun 1600, di negerinya.
Perang penentu kekuasaan Jepang, yang dikenal sebagai Perang Sekigahara, telah memecah dua kekuatan para samurai di
negara tersebut.
Sebagai pihak yang menang, Tokugawa Ieyasu dan para samurai pengikutnya berhak memegang kekuasaan. Sementara
mereka yang kalah menjadi ronin –samurai tak bertuan. Jumlahnya tidak main-main, ada lebih dari 100.000 samurai yang
kehilangan tuannya.
Oleh karena tidak mendapat tempat di negerinya, para ronin itu mulai bekerja sebagai tentara sewaan. Lalu bagaimana
para samurai itu dapat berhubungan dengan Belanda? Mengingat sebelum Restorasi Meiji, Jepang merupakan negara yang
Meta menjelaskan bahwa pada 1600, Jepang belum menerapkan politik isolasi di negaranya. Namun walau begitu, tidak
“Pada waktu itu negara Eropa satu-satunya yang boleh melakukan kontak dengan Jepang adalah Belanda. Sebelumnya
Portugis, tetapi mereka bermain agama sehingga orang Jepang mengusirnya keluar,” kata Meta.
6
Belanda, yang berjanji hanya melakukan misi perdagangan, masuk ke Jepang melalui sebuah pelabuhan kecil di Hirado.
Tetapi tidak lama setelah melakukan kontak di sana, Belanda memutuskan pindah ke Dejima, Nagasaki, karena merasa
“Satu tempat administrasi khusus untuk Belanda ada di Hirado dan Dejima,” lanjut Meta.
Pemerintah Belanda yang mengetahui keberadaan para ronin itu akhirnya menyewa mereka untuk kepentingan-
kepentingan penaklukan mereka. Para ronin itu ditempatkan pada satu kesatuan khusus.
Dalam De archieven van de Verenigde Oosteindische Compagnie, yang disimpan oleh arsip nasional Belanda di Den
Haag, pada 23 Januari 1613 Hendrik Brouwer mengirim surat resmi dari pemerintah Belanda kepada Pieter Both untuk
Awalnya pemerintah Belanda berencana membawa sekitar 300 samurai, tetapi karena pengeluaran selama pendudukan
terlampau besar, akhirnya mereka hanya dapat menyewa 68 orang samurai saja, termasuk 9 tukang kayu, 3 pandai besi,
Para samurai yang terpilih kemudian menandatangani sebuah kontrak dengan pemerintah Belanda. Mereka juga harus
mematuhi seluruh peraturan yang dibuat. Salah satunya adalah larangan untuk bermain perempuan.
“Mereka tidak boleh berkelahi sesama mereka, tidak boleh melakukan gambling (judi), tidak boleh bermabuk-mabukan.
Mereka juga harus mengikuti perintah atasannya. Kemudian tidak boleh membuat kekacauan,” terang Meta.
Awal Pembantaian
Setelah seluruh persiapan dirasa matang, pada 1621, Jan Coen akhirnya berangkat menuju Banda. Kali ini mereka sama
sekali tidak berniat untuk berunding, apalagi berbaik hati kepada orang-orang Banda. Jan Coen segera memerintahkan
Jan Coen lalu mengumpulkan seluruh rakyat Banda di sebuah lapangan besar untuk menyaksikan eksekusi orang-orang
kaya, yang dahulu hampir membunuh dirinya. Di sinilah peran para samurai itu dimulai.
7
Mereka dilibatkan dalam pasukan VOC sebagai eksekutor karena pemerintah Belanda tahu kemampuan berpedang para
samurai itu, ditambah senjata yang mereka gunakan dapat dengan mudah memotong tulang.
Meta menjelaskan bahwa para Samurai Jepang ini mengeksekusi 8 orang kaya, dan beberapa penduduk lainnya, yang
sebelumnya ditempatkan di sebuah kurungan yang sangat kecil. Orang-orang kaya itu dipenggal, dan tubuhnya dibagi
Tujuan dari VOC melakukan eksekusi publik itu adalah untuk memperingatkan penduduk lain yang berani berbuat
Menjadi Korban
Berbeda dengan di Banda, para samurai Jepang yang ada di Maluku justru menjadi korban tentara VOC. Pada 1623, para
samurai yang ada di Maluku ini merupakan tentara yang disewa oleh pemerintah Inggris.
Pembantaian terhadap para samurai dan beberapa orang yang terlibat dengan pemerintah Inggris dilakukan karena
Belanda curiga Inggris menyewa para samurai itu untuk memata-matai mereka.
Suatu ketika ada seorang samurai yang sedang berkeliling di dekat benteng milik pemerintah Belanda. Ia kemudian
berhenti dan bertanya kepada tentara Belanda mengenai cara menjaga benteng tersebut.
Merasa curiga, tentara Belanda lalu menangkap samurai tersebut. Sejak saat itu, Belanda mulai melakukan penangkapan
terhadap tentara Inggris dan samurai Jepang. Hingga akhirnya mereka dieksekusi.
8
Menurut data yang diperoleh dari catatan pemerintah Inggris, dalam amboyna.org, ada 10 orang Inggris dan 9 samurai
“Meskipun orang Jepang itu jumlahnya sedikit yang terlibat dalam pembantaian Banda dan Maluku, tetapi sejarah ini
menjadi sejarah yang sangat signifikan dalam sejarah dunia khusunya di kolonialisme,” kata Meta