Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

Struktur Beton II

Modul 1:
Jenis-Jenis, Konsep kekuatan
dan Kestabilan Kolom.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

01
TEKNIK TEKNIK SIPIL W111700023 Zel Citra, MT

Abstract Kompetensi
Modul ini membahas tentang dasar- Memahami jenis-jenis kolom serta
dasar beton bertulang, pengertian konsep kekuatan dan kestabilannya
kolom, anggapan dasar perencanaan,
jenis-jenis kolom beton bertulang, dan
kolom pendek versus kolom langsing.
Dasar-Dasar Beton Bertulang
SNI 2847:2013 menjelaskan definisi beton (concrete) yaitu campuran semen portland atau
semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan
campuran tambahan (admixture). Beton adalah material konstruksi yang diperoleh dari
pencampuran pasir, kerikil/batu pecah, semen serta air dengan perbandingan tertentu.
Terkadang beberapa macam bahan tambahan dicampurkan untuk memperbaiki sifat-sifat
beton yakni antara lain untuk meningkatkan workability, durability, serta waktu pengerasan
beton. Sedangkan beton bertulang merupakan gabungan material beton dengan baja
tulangan yang bertujuan untuk mengatasi kelemahan material beton dalam menahan tarik.

Peraturan terkait beton bertulang :


1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia, PBI 1971
2. Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 2847 - 2013
3. American Concrete Institue, ACI 318
4. Standar dari Jepang, JIS.
5. Standar dari Inggris, British Standard (BS).
6. Standar dari Eropa, Eurocode.
7. Standad dari Australia, Australian Standard (AS).

Keuntungan beton bertulang :


1. Memiliki kuat tekan tinggi
2. Memiliki ketahan api yang lebih baik dibanding baja
3. Membentuk struktur yang sangat kaku
4. Memiliki umur layan yang panjang dan biaya perawatan yang rendah
5. Lebih ekonomis untuk tipe struktur tertentu seperti bendungan, pilar jembatan dsb
6. Beton dapat dicetak menjadi beragam bentuk penampang
7. Tidak terlalu dibutuhkan tenaga kerja keterampilan tinggi dibanding dengan struktur
baja

Kerugian / kekurangn beton bertulang :


1. Memiliki kuat tarik yang rendah, sekitar sepersepuluh dari kuat tekannya.
2. Agar dapat menjadi elemen struktur maka material beton perlu dicampur, dicetak dan
setelah itu dilakukan perawatan untuk mencapai kuat tekannya.
3. Struktur lebih berat dikarenakan dimensi penampang yang lebih besar.
4. Adanya retakan pada beton akibat susut beton atau beban hidup yang bekerja.
5. Mutu beton sangat bergantung pada proses campuran material dan pencetakan
beton sendiri.

‘15 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Zel Citra, MT http://www.mercubuana.ac.id
Struktur Balok Beton Bertulang:
Pada struktur balok beton tanpa tulangan, momen yang timbul akibat beban luar pada
dasarnya ditahan oleh kopel gaya-gaya dalam tarik dan tekan.

Gambar 1. Distribusi tegangan pada beton tanpa tulangan

Pada balok beton bertulang, tulangan baja ditanam di dalam beton sedemikian rupa
sehingga mampu menahan gaya tarik serta menahan momen yang terjadi pada penampang
beton.

Gambar 2. Distribusi tegangan pada penampang beton bertulang

Tipe keruntukan beton bertulang:


 Tulangan Kuat (Overreinvorced). Keruntuhan type ini terjadi akibat tulangan terlalu
banyak, sehingga beton yang tertekan hancur terlebih dahulu (beton mencapai
kekuatan batasnya terlebih dahulu). Keruntuhan ini terjadi secara tiba-tiba (brittle
failure).

‘15 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Zel Citra, MT http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 3 Tulangan Kuat (Overreinvorced)
(Sumber: Muin, 2008)

 Tulangan Lemah (Underreinvorced). Pada kasus ini tulangan mencapai tegangan


lelehnya (fy) terlebih dahulu, setelah itu baru beton mencapai regangan batasnya,
dan selanjutnya struktur runtuh. Pada kasus ini terlihat ada tanda-tanda berupa
defleksi yang besar sebelum terjadi keruntuhan.

Gambar 4. Tulangan Lemah (Underreinvorced)

 Kondisi Seimbang (Balanced Reinvorced). Pada type keruntuhan ini, saat terjadi
keruntuhan (beton mencapai regangan batasnya), tulangan juga pas mencapai
tegangan lelehnya (fy) . Keruntuhan ini juga terjadi secara tiba-tiba.

Gambar 5. Balanced Reinvorced

‘15 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Zel Citra, MT http://www.mercubuana.ac.id
Istilah dalam Beton Bertulang
• Tegangan : Gaya persatuan luas (kg/cm2)
• f’c : Tegangan beton yang ditetapkan pada perencanaan
• fy : Tegangan tarik leleh minimum yang disyaratkan tulangan
 Kuat nominal (Momen, Tekan, Geser): kemampuan elemen/ penampang struktur
dalam menerima beban yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi.
 Beban terfaktor : beban kerja yang telah dikalikan dengan faktor beban
 Kuat Perlu : kekuatan suatu komponen struktur / penampang yang diperlukan untuk
menahan beban terfaktor dalam suatu kombinasi beban.
 Kuat rencana : kuat nominal x faktor reduksi kekuatan komponen struktur (ɸ).

Desain struktur harus memenuhi tiga kriteria dasar:


• Kekuatan untuk menahan tegangan yang terjadi akibat adanya beban yang bekerja
pada berbagain elemen-elemen struktur.
• Struktur tidak mengalami lendutan yang berlebihan, lebar retak dan getaran masih
dalam batas yang dapat diterima.
• Stabilitas terhadap guling, pergerakan horisontal (sliding) dan tekuk pada struktur
atau bagian dari struktur selama beban bekerja.

Perencanaan komponen beton bertulang dapat dilakukan dengan cara :


• Beban Batas / Beban Terfaktor. Cara ini lebih disarankan Peraturan Beton Bertulang
Indonesia untuk digunakan pada perencanaan. Pada perencanaan komponen beton
bertulang dengan cara beban terfaktor, maka beban yang digunakan adalah beban
yang sudah dikalikan dengan suatu faktor. Kekuatan beton yang digunakan adalah
kekuatan batasnya (fc) x faktor reduksi (ɸ) .
• Beban Kerja. Cara ini merupakan cara alternatif dalam perencanaan. Pada cara ini
tegangan yang terjadi dibatasi oleh tegangan izin.

‘15 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Zel Citra, MT http://www.mercubuana.ac.id
Pengertian kolom
Kolom adalah salah satu komponen struktur vertikal yang secara khusus difungsikan untuk
memikul beban aksial tekan (dengan atau tanpa adanya momen lentur) dan memiliki rasio
tinggi/panjang terhadap dimensi terkecilnya sebesar 3 atau lebih. Kolom memikul beban
vertikal yang berasal dari pelat lantai atau atap dan menyalurkannya ke pondasi.

Gambar 6. Struktur konstruksi Kolom

Klasifikasi kolom
1. Berdasarkan beban yang bekerja
a. Kolom dengan beban aksial yaitu beban yang bekerja pada kolom melalui pusat
penampang kolom.

Gambar 7. Kolom Dengan Beban Aksial Sentris

b. Kolom dengan beban eksentris yaitu beban yang bekerja sejarak e dari pusat
penampang kolom. Jarak e dapat diukur terhadap sumbu x atau y, yang
menimnulkan momen terhadap sumbu x maupun y.

‘15 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Zel Citra, MT http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 8. Kolom Dengan Beban Eksentris

c. Kolom dengan beban biaksial yaitu beban bekerja pada sembarangan titik
penampang kolom sehingga menimbulkan momen terhadap sumbu x dan y secara
simultan.

Gambar 9. Kolom Dengan Beban Biaksial

2. Berdasarkan panjangnya
a. Kolom pendek yaitu jenis kolom yang keruntuhannya diakibatkan oleh hancurnya
beton atau luluhnya tulangan baja di bawah kapasitas ultimit kolom tersebut.
b. Kolom panjang yaitu jenis kolom yang dalam perencanaanya harus
memperhitungkan rasio kelangsingan dan efek tekuk, sehingga kapasitasnya
berkurang dibandingkan dengan kolom pendek.

3. Berdasarkan bentuk penampang dan jenis tulangan


a. Kolom persegi/bujur sangkar/persegi panjang dsb

Gambar 10. Kolom persegi

‘15 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Zel Citra, MT http://www.mercubuana.ac.id
b. Kolom spiral/bulat

Gambar 11. Kolom spiral

4. Berdasarkan kekekangan
a. Kolom bergoyang (portal bergoyang)
b. Kolom tak bergoyang (portal tak bergoyang)

5. Berdasarkan jenis materialnya


a. Kolom beton bertulang yaitu kolom dengan material beton dan baja tulangan.
b. Kolom baja yaitu kolom dari profil baja
c. Kolom komposit yaitu kolom dari kombinasi beton dengan baja.

Gambar 12. Jenis kolom beton, (a) kolom persegi dengan sengkang persegi, (b) kolom
bundar dengan sengkang spiral, (c) kolom komposit

‘15 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Zel Citra, MT http://www.mercubuana.ac.id
Persyaratan Peraturan SNI 2847 : 2013

Peraturan SNI 2847:2013 memberikan banyak batasan untuk dimensi, tulangan, kekangan
lateral dan beberapa hal lain yang berhubungan dengan kolom beton. Beberapa persyaratan
tersebut dapat dirangkum sebagai berikut :
1. Pasal 9.3.2.2, memberikan batasan untuk faktor reduksi kekuatan, φ, yaitu sebesar 0,65
untuk sengkang persegi dan φ = 0,75 untuk sengkang spiral.
2. Pasal 10.9.1, mensyaratkan bahwa persentase minimum tulangan memanjang adalah
1%, dengan nilai maksimum 8%, terhadap luas total penampang kolom. Biasanya
dalam perencanaan aktual, sangat jarang tulangan kolom diambil melebihi 4% dari luas
penampang.
3. Pasal 10.9.2, menyatakan bahwa minimal harus dipasang empat buah tulangan
memanjang untuk kolom dengan sengkang persegi atau lingkaran, minimal tiga buah
untuk kolom berbentuk segitiga, serta minimal enam buah untuk kolom dengan
sengkang spiral. Jarak antar tulangan memanjang kekangan lateral maksimum 150mm,
apabila ;ebih maka harus diberikan sengkat ikat (tie).
4. Pasal 7.10.4, sengkang spiral harus memiliki diameter minimum 10mm dan jarak
bersihnya tidak lebih dari 75mm, namun tidak kurang dari 25 mm.
5. Pasal 7.10.5.1, tulangan sengkang harus memiliki diameter minimum 10 mm untuk
mengikat tulangan memanjang dengan diameter 32 mm atau kurang, sedangkan untuk
tulangan memanjang dengan diameter di atas 32 mm harus diikat dengan sengkang
berdiameter minimum 13 mm.
6. Pasal 7.10.5.2, jarak vertikal sengkang atau sengkang ikat tidak boleh melebihi 16 kali
diameter tulangan memanjang, 48 kali diameter sengkang/sengkang ikat, atau dimensi
terkecil dari penampang kolom.

Persamaan Desain Kolom Pendek dengan Beban Aksial

Kuat nominal untuk suatu kolom yang dibebani dengan beban tekan aksial dapat dituliskan
dengan persamaan:
P0 = 0,85 f’c Ag + Ast (fy – 0,85 f’c)
Namun pada actualnya beban yang terjadi pada kolom tidaklah vertikal sempurna,
sehingga perlu diasumsikan terjadinya beban eksentrisitas. Oleh karena itu P0 harus
direduksi untuk desain kolom dengan sengkang spiral maupun sengkang persegi. Sehingga
untuk kolom sengkang persegi kuat aksial desainnya adalah:

Pn =  (0,80) {0,85 f’c Ag + Ast (fy – 0,85 f’c)}

‘15 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Zel Citra, MT http://www.mercubuana.ac.id
Dan untuk kolom sengkang spiral kuat aksial desainnya adalah :

Pn =  (0,85) {0,85 f’c Ag + Ast (fy – 0,85 f’c)}

Dimana :
Pn ➔ Kuat tekan rencana
 ➔ Faktor reduksi 0,65 untuk sengkang persegi
Faktor reduksi 0,75 untuk sengkang spiral
f’c ➔ Kuat tekan mutu beton
fy ➔ Tegangan leleh mutu baja
Ag ➔ Luas total penampang kolom
Ast ➔ Luas total tulangan memanjang

Secara praktis di lapangan dapat digunakan rasio tulangan memanjang g yaitu sebesar 1%

hingga maksimum 8% terhadap luas penampang kolom beton.

Contoh soal:
Tentukan kuat aksial tekan rencana ( Pu ) dari sebuah penampang kolom bujur sangkar
dengan lebar sisi 300mm, yang memiliki luas tulangan memanjang 4D29 serta sengkang
persegi D10 – 300mm. Gunakan f’c = 27,5 Mpa dan fy = 400 Mpa.

Penyelesaian:
1. Hitung :
Ast = 4 (660) = 2.640mm2 dan Ag = 300 x 300 = 90.000m2
Pn =  (0,80) {0,85 f’c Ag + Ast (fy – 0,85 f’c)}
= 0,65 (0,80) {0,85 (27,5) (90.000) + 2.640 (400 – 0,85 (27,5) }
= 1.610.981 N = 1.610 kN

2. Periksa persentase tulangan memanjang, g = 2.640 / 90.000 = 2,93%. Nilai ini berada
pada batasan rasio 1% dan 8%.
3. Periksa jarak tulangan sengkang. Sengkang yang digunakan memiliki diameter 10mm,
jarak maksimum sengkang diambil nilai terkecil dari :
a. 48 kali diameter sengkang = 48 (10) = 480mm
b. 16 kali diameter tulangan memanjang = 16 (29) = 464mm
c. Dimensi terkecil penampang kolom = 300mm
Jadi jarak maksimum sengkang adalah 300mm (sudah terpenuhi).

‘15 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Zel Citra, MT http://www.mercubuana.ac.id
Latihan :
Hitung dimensi dan penulangan kolom pendek bujur sangkar yang menerima beban Pu =

2.800 kN, jika f’c = 28 Mpa, fy = 350 Mpa, jika g = 2%.

Daftar Pustaka

• SNI 2847:2013. (2013). Persyaratan Beton Struktural Bangunan Gedung. Jakarta :


Badan Standardisasi Nasional
• Setiawan, Agus. (2016). Perancangan Struktur Beton Bertulang. Jakarta : Erlangga

‘15 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Zel Citra, MT http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai