Nuri Septika W.
NIM I14140059
ABSTRAK
NURI SEPTIKA WITDYAWATI. Formulasi Cookies Berbahan Dasar Pangan
Lokal sebagai Alternatif Snack bagi Ibu Hamil. Dibimbing oleh LILIK
KUSTIYAH.
ABSTRACT
NURI SEPTIKA WITDYAWATI. Formulation of Cookies Made from Local
Food as an Alternative Snack for Pregnant Woman. Supervised by LILIK
KUSTIYAH.
The aim of this study was to develop cookies formula made from local
food, i.e tempeh flour and sago flour with rice flour, white sweet potato flour, and
mung bean flour addition as an alternative snack for pregnant woman. The
complete randomized design was applied by adding rice flour, white sweet potato
flour, and mung bean flour with several concentration levels. Cookies making
process include flour mixing, mixing butter, yolk, sugar flour, milk powder, cocoa
powder, and calcium with mixer, casting, and baking using oven. Organoleptic
test (hedonic and hedonic quality test) involved 35 panelists. Based on hedonic
test, selected cookies formula was contained 45 g tempeh flour, 45 g sago flour,
30 g rice flour, 20 g white sweet potato flour, and 30 g mung bean flour. The
characteristic of selected cookies formula were medium-brown color, medium
beany flavor, less sweet, less crispy, light oily in mouth, and light bitter. The
nutrient content of 100 g selected cookies were water 5.24% (w/w), ash 3.01%
(w/w), protein 11.18% (w/w), fat 27.18% (w/w), carbohydrat 53.39% (w/w),
calcium 686.34 mg (w/w), iron 1.52 mg (w/w), zinc 2.32 mg (w/w) and dietary
fiber 12.76% (w/w). Cookies with serving size 80 g contributed 15.76% of energy,
13.23% of protein, 25.52% of fat, 12.23% of carbohydrat, 21.96% of calcium,
2.70% of iron, 4.65% of zinc, and 35.55% of dietary fiber to pregnant woman
requirement.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan cinta-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Formulasi Cookies
Berbahan Dasar Pangan Lokal sebagai Alternatif Snack bagi Ibu Hamil” dapat
diselesaikan. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Terima kasih penulis sampaikan
kepada:
1. Dr Ir Lilik Kustiyah, MSi selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus
pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, saran, dan arahan
selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini,
2. Prof Dr Ir Evy Damayanthi, MS selaku moderator seminar dan penguji
skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran, dan arahan sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik,
3. Dr Ir Sri Anna Marliyati, MSi selaku Ketua Departemen Gizi Masyarakat
IPB,
4. Keluarga tercinta, Bapak (Suwito), Ibu (Suparmi), Adikku termanis Sanela
Martyas Widyawati, serta seluruh keluarga besar atas doa, kasih sayang,
motivasi, dukungan, dan bantuan baik moril maupun materiil,
5. Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) yang telah
memberikan bantuan biaya pendidikan selama kuliah 8 semester melalui
beasiswa Bidikmisi,
6. Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) yang telah
yang telah memberikan bantuan biaya penelitian proyek penelitian mengenai
pengembangan produk berbahan dasar tempe,
7. Bu Zuraidah, Bu Rizqi, Bu Titi, dan Mbak Ine, selaku laboran di Lab.
Departemen Gizi Masyarakat IPB yang telah membantu dalam proses
pengerjaan penelitian,
8. Keluarga Tempe Rini Anggraini dan Megia Anjarini atas kebersamaan dalam
suka dan duka selama penelitian berlangsung,
9. Teman-teman PPM Al-Iffah yang membantu serangkaian trial and error dan
bersedia melakukan uji hedonik untuk penelitian pendahuluan,
10. Sahabat-sahabat Gizi Masyarakat 51 (Creavastha), adik-adik tingkat, dan
semua yang senantiasa membantu secara langsung maupun melalui doa-doa
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis
Nuri Septika Witdyawati
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan 3
Tujuan 3
Manfaat 3
METODE 4
Desain, Waktu, dan Tempat 4
Bahan dan Alat 4
Tahapan Penelitian 5
Rancangan Percobaan 9
Prosedur Analisis Data 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Penentuan Proporsi Tepung Tempe dan Flavor Cookies 10
Cookies Berbahan Dasar Pangan Lokal 12
Kontribusi Cookies terhadap Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Ibu Hamil 24
SIMPULAN DAN SARAN 25
Simpulan 25
Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 32
RIWAYAT HIDUP 43
v
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Ethical Clearance 33
2 Formulir uji hedonik cookies 35
3 Formulir uji mutu hedonik cookies 38
4 Prosedur analisis kandungan zat gizi 39
5 Prosedur analisis kadar serat pangan 41
6 Perhitungan jumlah kalsium bubuk yang ditambahkan pada formula 42
7 Perhitungan kontribusi energi dan zat gizi kebutuhan ibu hamil 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehamilan merupakan tahap yang sangat penting bagi kehidupan ibu dan
bayi. Status gizi ibu hamil perlu diperhatikan karena akan berdampak terhadap
kesehatan ibu dan anak. Meningkatnya risiko kelahiran prematur, berat badan
lahir rendah, pertumbuhan kurang optimal dan perkembangan anak-anak dapat
terjadi jika status gizi ibu rendah pada saat kehamilan (Young et al. 2015). Hasil
Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK)
pada wanita hamil usia 15-49 tahun sebesar 13.6%. Tahun 2013 prevalensinya
meningkat menjadi 24%. Terjadi peningkatan yang cukup tinggi yakni sebesar
10.6% dalam kurun waktu enam tahun. Ibu hamil yang mengalami defisiensi
masalah gizi merupakan penyebab utama kematian ibu hamil maupun bayi yang
dilahirkannya (Madanijah et al. 2013).
Selain kekurangan energi dan zat gizi makro, ibu hamil juga rentan
mengalami kekurangan zat gizi mikro antara lain besi (Fe), seng (Zn), asam folat,
vitamin B6, dan B12. Kekurangan Fe menyebabkan anemia. Prevalensi anemia
pada ibu hamil sebesar 37.1%. Proporsi anemia ibu hamil di perkotaan sebesar
36.4% dan hampir sama dengan proporsi ibu hamil di perdesaan yang sebesar
37.8% (Kemenkes 2013).
Stunting juga masih menjadi masalah yang berkaitan dengan masa
kehamilan. Presentase bayi dengan panjang badan lahir pendek (<48 cm) masih
cukup tinggi yakni sebesar 20.2% (Kemenkes 2013). Stunting yang terjadi pada
usia dini akan meningkatkan risiko stunting yang persisten pada usia selanjutnya
serta menghambat kemampuan kognitif anak (Mendez et al. 1999). Stunting juga
menurunkan intelligence quotient (IQ) atau tingkat kecerdasaan seseorang sebesar
5 - 11 poin (World Bank 2006).
Kebutuhan gizi ibu meningkat saat kehamilan. Ibu yang sedang hamil
membutuhkan energi tambahan sebesar 180-300 kkal, 20 g protein, 300-350 g
vitamin A, 200 μg folat, 200 mg kalsium, 9-13 mg zat besi, dan 70 g yodium.
Selain itu, diperlukan juga tambahan lemak sebesar 10 g/hari dan karbohidrat 40
g/hari selama kehamilan untuk membantu proses pertumbuhan janin di dalam
kandungan (Kemenkes 2012). Pertambahan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk
kesehatan ibu hamil, perkembangan janin yang dikandung, serta zat gizi cadangan
untuk menyusui dan tumbuh kembang bayi (Kemenkes 2011). Kurangnya asupan
zat gizi makronutrien pada saat kehamilan memiliki risiko melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah (Syari et al. 2015).
Kebutuhan ibu hamil terhadap unsur-unsur zat gizi mikro seperti zat besi,
vitamin C, dan asam folat juga semakin banyak. Jika kebutuhan tersebut tidak
tercukupi, maka ibu akan mengalami anemia (Kurnia 2009). Penyebab sering
terjadi anemia adalah kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan
hemoglobin. Hal ini dapat disebabkan karena kekurangan konsumsi atau karena
gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah protein, besi, piridoksin
(vitamin B6), vitamin B12, vitamin C, asam folat dan vitamin E. Vitamin B12
dibutuhkan untuk mengaktifkan asam folat dan metabolisme semua sel, terutama
sel-sel saluran cerna, sumsum tulang dan jaringan syaraf. Asam folat berperan
2
dalam metabolisme asam amino yang diperlukan dalam pembentukan sel darah
merah, sel darah putih dan pematangannya (Mahenaz dan Ismail 2011).
Salah satu upaya untuk mencukupi kebutuhan gizi dan meningkatkan
status gizi ibu hamil adalah dengan pemberian makanan tambahan (PMT). PMT
ibu hamil dapat berupa makanan selingan atau snack yang menyumbang sekitar
10-20% dari kebutuhan sehari. Makanan tambahan ibu hamil dapat dibuat dari
bahan pangan lokal yang tersedia dan mudah diperoleh di setiap daerah
(Kemenkes 2009). Indonesia kaya akan pangan lokal yang memiliki kandungan
gizi yang baik. Namun sayangnya, pola konsumsi masyarakat Indonesia belum
beragam dan lebih banyak bergantung pada beras dan gandum. Sejak tahun 2002,
terjadi pergeseran konsumsi dari umbi-umbian menjadi tepung terigu. Seiring
meningkatnya ketergantungan terhadap tepung terigu, menjadikan pangan lokal
semakin tidak diminati dan jumlah produksinya semakin menurun (Kemendag
2013).
Pangan lokal yang mudah diperoleh dan dapat digunakan sebagai bahan
makanan tambahan bagi ibu hamil antara lain tepung sagu, tepung beras, tepung
ubi jalar putih, tepung tempe, dan tepung kacang hijau. Tepung sagu memiliki
kandungan energi yang hampir sama dengan terigu yakni sebesar 353 kkal.
Tepung sagu dapat dijadikan bahan utama pengganti tepung terigu dalam
pembuatan cookies (Nugraha 2018). Tepung beras memiliki kandungan energi
yang lebih tinggi dibanding tepung terigu. Tepung ubi jalar putih mengandung
serat pangan yang cukup tinggi yakni sebesar 14.20% (Septieni 2016). Selain itu
Lutfika (2006) menyebutkan bahwa cookies yang terbuat dari tepung ubi jalar
dapat diterima baik oleh panelis uji organoleptik.
Tempe merupakan produk fermentasi kedelai yang kaya asam amino,
asam lemak, nilai cerna, nilai efisiensi protein (NEP), dan skor kimia yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kedelai. Tempe juga mengandung enzim-enzim
pencernaan seperti amilase, lipase, dan protease yang dihasilkan dari ragi
sehingga membuat karbohidrat, lemak, dan protein dalam tempe lebih mudah
dicerna. Beberapa mineral yang terkandung dalam tempe antara lain kalsium, zat
besi, magnesium, dan seng. Selain itu tempe juga mengandung vitamin larut air
(A, D, E, dan K) dan vitamin tidak larut air (B kompleks), serta B12 yang
biasanya hanya terdapat dalam pangan hewani (Astawan 2009).
Kacang hijau memiliki kandungan karbohidrat, protein, dan serat yang
baik. Komposisi karbohidrat merupakan bagian terbesar yang terdapat pada
kacang hijau yaitu sebesar 62-63% (Tan et al. 2006). Kandungan serat kacang
hijau yaitu sekitar 16.3 g/100 g (USDA 2016). Kacang hijau mengandung protein
sebesar 23.86 g/100 g (USDA 2016). Kacang hijau sangat mudah ditemukan di
pasaran namun pemanfaatannya masih terbatas pada makanan-makanan
tradisional.
Menurut SNI (2011), cookies merupakan salah satu bentuk biskuit dimana
terbuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan makanan lain, dengan proses
pencetakan dan pemanggangan. Cookies banyak disukai oleh masyarakat karena
rasanya yang enak dan cenderung manis, teksturnya renyah namun lembut di
mulut serta proses pembuatanannya relatif mudah. Cookies juga dapat disimpan
dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga lebih praktis, dapat dikonsumsi
berulang-ulang dan kapan saja.
3
Rumusan
Adanya potensi berbagai pangan lokal sebagai makanan tambahan bagi ibu
hamil, mendorong penulis untuk mengembangkan produk cookies. Rumusan
masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana formula cookies berbahan dasar pangan lokal (tepung sagu,
tepung ubi jalar, tepung beras, tepung tempe, dan tepung kacang hijau)?
2. Bagaimana flavor cookies yang lebih diterima panelis?
3. Bagaimana daya terima produk melalui uji hedonik dan mutu hedonik?
4. Berapa kandungan gizi (protein, lemak, karbohidrat, kalsium, besi, seng) dan
serat pangan formula terpilih?
5. Bagaimana kontribusi cookies per takaran saji produk terpilih terhadap
kebutuhan energi, zat gizi, dan serat pangan ibu hamil?
Tujuan
Tujuan umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk membuat formula cookies
berbahan dasar pangan lokal sebagai alternatif snack bagi ibu hamil.
Tujuan khusus
1. Mengembangkan formula cookies berbahan dasar pangan lokal (tepung sagu,
tepung ubi jalar, tepung beras, tepung tempe, dan tepung kacang hijau).
2. Menentukan flavor cookies yang lebih diterima panelis.
3. Menganalisis daya terima produk dengan uji hedonik dan mutu hedonik.
4. Menganalisis kandungan gizi (protein, lemak, karbohidrat, kalsium, besi,
seng) dan serat pangan cookies formula terpilih.
5. Menganalisis kontribusi cookies per takaran saji produk terpilih terhadap
kebutuhan energi, zat gizi, dan serat pangan ibu hamil.
Manfaat
METODE
Bahan
Bahan yang digunakan terdiri atas bahan utama dan bahan pendukung.
Bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan formula cookies ini adalah
tepung terigu, tepung sagu, tepung beras, tepung ubi jalar putih, tepung tempe,
dan tepung kacang hijau. Tepung tempe, tepung ubi jalar, dan tepung kacang hijau
diperoleh dari produsen tepung Kusuka Ubiku di Bantul, Yogyakarta. Tepung-
tepung lainnya diperoleh dari toko-toko bahan makanan di daerah Dramaga.
Selain itu, digunakan bahan-bahan lain seperti tepung maizena, margarin, kuning
telur, gula halus, susu bubuk, cokelat bubuk, dan tablet kalsium merk Max Vita
yang dihaluskan.
Bahan-bahan yang digunakan untuk menganalisis kandungan gizi dari
cookies ini, diantaranya selenium mix, H2SO4 98%, H2SO4 1.25%, NaOH 1.25%,
aquades, HCl 0.1 N, NaOH 40%, indikator mm:mb, asam borat 2%, kertas timble,
heksan, 0.1 M natrium fosfat, enzim termamyl, enzim pepsin, enzim pankreatin,
etanol 95%, etanol 78%, dan aseton.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu alat untuk membuat cookies, alat untuk uji organoleptik, dan alat untuk
analisis kandungan gizi dan serat pangan. Alat untuk membuat cookies adalah
mixer, baskom, mangkuk, cetakan kue, loyang, dan oven. Alat untuk uji
organoleptik adalah piring, pulpen, dan formulir organoleptik. Alat-alat untuk
analisis kandungan zat gizi dan serat pangan adalah cawan porselen, cawan
alumunium, kaca arloji, tabung reaksi, erlenmeyer, labu Kjeldahl, soxhlet, tanur,
oven, pipet, kapas, kertas saring, bulb, tungku pemanas, gelas ukur, timbangan
5
analitik, desikator, kertas Whatman 42, labu destilasi, labu lemak, sentrifuge,
spektrofotometer, pH meter, dan inkubator. Pengujian mineral dilakukan
menggunakan hot plate, erlenmeyer, labu takar 100 mL, glass wool, alat AAS
(Atomic Absorption Spectrophotometer) merk Shimadzu tipe AA 7000, dan
spektrofotometer UV-200-RS.
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan
dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan meliputi penetapan jumlah tepung
tempe dan flavor yang digunakan untuk pembuatan cookies serta penetapan
formula cookies yang akan digunakan pada penelitian utama. Penelitian utama
mencakup pembuatan cookies berbahan dasar pangan lokal, uji daya terima untuk
menentukan formula cookies terpilih, analisis kandungan gizi dan serat pangan
cookies terpilih, dan perhitungan kontribusi kandungan cookies terhadap
kebutuhan gizi ibu hamil yang direkomendasikan oleh IOM dan Kemenkes.
Berikut ini merupakan tahapan penelitian secara keseluruhan.
Penelitian
pendahuluan Penetapan formula cookies
1. Pembuatan Cookies
Proses pembuatan cookies terdiri dari beberapa tahap. Metode pembuatan
cookies mengacu pada metode yang digunakan Nugraha (2018) namun dengan
beberapa modifikasi. Modifikasi metode terdapat pada bagian ketebalan adonan
sebelum dicetak dan proses pemanggangan. Hal ini didasarkan pada hasil trial
and error yang telah beberapa kali dilakukan.
Tahap pertama pembuatan cookies diawali dengan pencampuran tepung
terigu, tepung beras, tepung sagu, tepung ubi jalar, tepung tempe, tepung kacang
hijau, dan tepung maizena. Tahap kedua adalah pengocokan margarin dan kuning
telur hingga terbentuk krim homogen dengan menggunakan mixer selama sekitar
10 menit. Tahap ketiga yaitu penambahan gula halus yang selanjutnya dikocok
dengan mixer kembali dengan kecepatan rendah hingga berbentuk krim dan
tercampur rata. Selanjutnya ditambahkan susu bubuk, cokelat bubuk, dan kalsium
yang sudah dihaluskan. Tahap keempat adalah penambahan berbagai tepung
hingga adonan menjadi kalis. Tahap akhir dilakukan pencetakan adonan dan ditata
pada loyang yang telah dilapisi kertas kue. Selanjutnya dipanggang menggunakan
oven pada suhu 135°C selama ± 30-40 menit. Diagram alir proses pembuatan
cookies dapat dilihat pada Gambar 2.
8
Pencetakkan; diameter 3
cm
Rancangan Percobaan
Yij = μ + τi +εij
Keterangan:
Yij = nilai pengamatan respon karena pengaruh penambahan tepung beras,
tepung ubi jalar putih, dan tepung kacang hijau taraf ke-i ulangan ke-j
μ = nilai rata-rata umum
τi = pengaruh penambahan tepung beras, tepung ubi jalar putih, dan tepung
kacang hijau pada taraf ke-i
εij = kesalahan penelitian karena pengaruh penambahan tepung beras,
tepung ubi jalar putih, dan tepung kacang hijau taraf ke-i ulangan ke-j
i = taraf penambahan tepung beras, tepung ubi jalar putih, dan tepung
kacang hijau
j = jumlah ulangan (j= 1,2)
10
Tabel 3 Hasil analisis pengaruh substitusi tepung tempe pada tepung terigu
terhadap penerimaan cookies
Atribut
Formula
Warna Aroma Rasa Tekstur Mouthfeel Aftertaste Overall
R1 4.030c 3.885c 3.865c 4.160c 3.865d 3.770c 3.985d
bc c bc b c b
R2 3.682 3.595 3.570 3.540 3.470 3.300 3.615c
R3 3.510ab 3.225b 3.275b 3.330b 3.045b 3.090b 3.265b
a a a a a a
R4 3.304 2.430 2.420 2.460 2.545 2.462 2.525a
Keterangan:
Nilai rata-rata pada kolom yang sama dengan huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil
yang berbeda nyata (p<0.05)
R1= Formula dengan subtitusi tepung tempe terhadap total tepung sebesar 7.5%
R2= Formula dengan subtitusi tepung tempe terhadap total tepung sebesar 15%
R3= Formula dengan subtitusi tepung tempe terhadap total tepung sebesar 22.5%
R4= Formula dengan subtitusi tepung tempe terhadap total tepung sebesar 30%
11
memberikan tekstur yang lebih padat namun renyah, serta menjadikan cookies
memiliki rasa manis yang merata.
Penambahan tepung ubi jalar putih bertujuan meningkatkan kandungan
serat pangan pada cookies. Tepung ubi jalar putih mengandung serat pangan yang
cukup tinggi yakni sebesar 14.20% (Septieni 2016). Selain itu, hasil penelitian
Lutfika (2006) menyebutkan bahwa, cookies yang terbuat dari tepung ubi jalar
dapat diterima baik oleh panelis uji organoleptik. Berdasarkan hasil uji coba,
cookies yang ditambahkan tepung ubi jalar putih memiliki tekstur yang kurang
renyah serta aftertaste rasa pahit yang cukup kuat. Tekstur cookies juga menjadi
keras setelah beberapa hari penyimpanan. Hal ini yang menjadi dasar penambahan
tepung ubi jalar putih sebagai salah satu taraf perlakuan pada cookies.
Penambahan tepung beras bertujuan meningkatkan tekstur renyah pada
cookies. Penambahan tepung beras dan tepung kacang hijau mengacu pada
penelitian Belinda (2009). Kombinasi tepung beras dan tepung kacang hijau dapat
meningkatkan skor asam amino keduanya. Kandungan lisin yang rendah pada
tepung beras dapat dilengkapi oleh tepung kacang hijau. Sementara tepung kacang
hijau kandungan metionin dan sistinnya lebih rendah dan dapat dilengkapi oleh
tepung beras (USDA 2008). Selain itu tepung beras memiliki kadar amilosa yang
tinggi sehingga dapat meningkatkan kerenyahan cookies.
Tepung kacang hijau juga ditambahkan dengan harapan dapat menutupi
aroma langu dari tepung tempe. Tepung kacang hijau memiliki aroma yang khas
dan harum. Hasil penelitian Belinda (2009) menyatakan bahwa cookies dengan
kombinasi tepung beras dan tepung kacang hijau memiliki tekstur yang renyah
dan aroma yang harum. Tepung kacang hijau juga digunakan pada penelitian
Nugraha (2018) untuk menutupi aroma jamu dari galohgor yang ditambahkan.
Berdasarkan karakteristik berbagai tepung pangan lokal dan hasil dari uji
coba cookies, bahan pangan lokal yang digunakan dalam pembuatan cookies ibu
hamil ini adalah tepung tempe, tepung sagu, tepung beras, tepung ubi jalar putih,
dan tepung kacang hijau. Tepung tempe dan tepung sagu memiliki proporsi yang
sama yakni sebesar 22.5% (45 g) dari total tepung yang digunakan (200 g).
Sementara tepung beras, tepung ubi jalar putih, dan tepung kacang hijau
digunakan sebagai taraf perlakuan yang diamati pada cookies. Tepung beras
diduga berpengaruh terhadap tekstur, tepung ubi jalar putih diduga berpengaruh
terhadap mouthfeel dan aftertaste, sedangkan tepung kacang hijau diduga
berpengaruh terhadap aroma cookies yang dihasilkan.
atau selingan. Kecukupan zat gizi yang diperoleh dari makanan selingan berada
pada kisaran 10-20% dari kebutuhan sehari (Almatsier 2009).
Formulasi cookies dilakukan secara trial and error. Tujuan dilakukan trial
and error untuk menentukan formula tepung tempe dan kombinasi tepung beras,
tepung sagu, tepung ubi jalar, dan tepung kacang hijau yang dapat diterima
panelis. Tahapan proses pembuatan cookies secara garis besar adalah pembuatan
adonan, pencetakan adonan, dan pemanggangan cookies menggunakan oven.
Substitusi tepung tempe terhadap tepung terigu bertujuan untuk meningkatkan
kandungan protein pada produk.
Pembuatan cookies menggunakan beberapa bahan seperti bahan pengikat,
bahan pelembut, bahan pengembang, dan bahan penambah cita rasa. Bahan
pengikat yang digunakan adalah tepung sagu, tepung beras, tepung ubi jalar putih,
tepung tempe, tepung kacang hijau, dan tepung maizena. Bahan pelembut yang
digunakan adalah gula tepung dan margarin. Bahan pengembang yang digunakan
berupa kuning telur, dan bahan penambah cita rasa berupa coklat bubuk. Proses
pembuatan cookies secara lengkap tersaji pada Gambar 2.
Tahap pertama pembuatan cookies adalah pencampuran tepung terigu,
tepung beras, tepung sagu, tepung ubi jalar, tepung tempe, tepung kacang hijau,
dan tepung maizena. Pencampuran semua tepung ini bertujuan untuk membuat
tepung menjadi homogen saat dimasukkan ke dalam adonan. Tahap kedua adalah
pengocokan margarin dan kuning telur dengan menggunakan mixer. Kecepatan
mixer yang digunakan adalah yang paling rendah. Hal ini dilakukan agar kuning
telur dapat mengembang dengan baik. Pengocokan dilakukan selama sekitar 10
menit hingga terbentuk krim yang homogen dengan warna kuning pucat. Tahap
ketiga yaitu penambahan gula halus yang selanjutnya dikocok kembali
menggunakan mixer dengan kecepatan rendah. Pengocokan dilakukan selama
sekitar 5-7 menit hingga berbentuk krim yang tercampur rata.
Tahap selanjutnya adalah menambahkan susu bubuk, cokelat bubuk, dan
kalsium yang sudah dihaluskan. Ketiga bahan ini sebelumnya sudah dicampur
hingga merata terlebih dahulu sebelum ditambahkan. Tujuannya adalah agar tidak
terjadi penumpukan kalsium pada bagian tertentu adonan. Adonan kembali
dikocok dengan menggunakan mixer selama kurang lebih 3 menit. Setelah
terbentuk krim yang tercampur rata, selanjutnya adalah penambahan berbagai
tepung hingga adonan menjadi kalis. Pencampuran dilakukan dengan
menggunakan tangan karena adonan mulai padat. Tahap selanjutnya adalah
penipisan adonan dengan menggunakan rolling pin hingga ketebalannya kurang
lebih 1 cm kemudian dicetak dengan cetakan kue berbentuk bunga berdiameter
sekitar 3 cm. Selanjutnya ditata pada loyang yang telah dilapisi kertas kue.
Loyang tidak dilapisi dengan margarin karena dikhawatirkan dapat meningkatkan
kadar lemak dan natrium pada cookies yang dihasilkan. Tahap akhir dari
pembuatan cookies adalah tahap pemanggangan menggunakan oven pada suhu
135°C selama ± 30-40 menit.
Pemilihan tepung sagu dalam pembuatan cookies ini karena tepung sagu
menghasilkan tekstur cookies yang renyah dan mengandung 3.69-5.96% serat
pangan. Nugraha (2018) telah melakukan modifikasi bahan penyusun cookies
yakni tepung terigu diganti dengan tepung sagu. Hasilnya tekstur dari cookies
cukup baik dan semua formula dapat diterima oleh panelis. Tepung sagu yang
digunakan merupakan tepung sagu yang umum dijual di pasaran.
14
panelis dapat menerima aroma semua formula. Hasil uji ANOVA terhadap tingkat
kesukaan pada atribut aroma produk menunjukkan bahwa perbedaan formula
tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap tingkat kesukaan panelis. Hal ini
menunjukkan bahwa penambahan tepung tempe dan perbedaan proporsi tepung
beras, tepung ubi jalar, dan tepung kacang hijau yang digunakan tidak
menyebabkan perbedaan terhadap penerimaan aroma cookies.
Tekstur. Mutu suatu bahan pangan salah satunya dipengaruhi oleh tekstur.
Tekstur yang tedapat pada cookies meliputi kekerasan, konsistensi, dan
kemudahan dipatahkan atau kerenyahannya (Fellows 2000). Tekstur juga
berkaitan dengan kadar air yang terdapat dalam cookies. Hasil uji hedonik
terhadap tekstur formula F0 adalah 3.7 yang berarti panelis cenderung suka.
Namun nilai rata-rata formula F1, F2, F3 yakni antara 2.3-2.9 yang artinya panelis
cenderung kurang suka dengan tekstur cookies. Hasil uji ANOVA menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) pada semua formula. Hal ini
menandakan bahwa substitusi tepung terigu, proporsi tepung beras, tepung ubi
jalar, dan tepung kacang hijau mempengaruhi tekstur dari cookies yang
dihasilkan. Perbedaan kandungan air dan karakteristik masing-masing tepung
diduga mempengaruhi tekstur cookies. Selain itu lamanya pemanggangan juga
dapat mempengaruhi kadar air dan tingkat kerenyahan cookies.
Warna
4
3
Overall Aroma
2
1 F0
F1
0
F2
Aftertaste Rasa F3
Mouthfeel Tekstur
Keterangan:
1=Sangat tidak suka, 2=Tidak suka, 3=Biasa, 4=Suka, 5=Sangat suka
F0= Formula tanpa subtitusi tepung tempe, tepung beras 30 g, tepung ubi jalar putih 30 g, tepung
kacang hijau 30 g
F1= Formula dengan subtitusi tepung tempe, tepung beras 20 g, tepung ubi jalar putih 30 g, tepung
kacang hijau 30 g
F2= Formula dengan subtitusi tepung tempe, tepung beras 30 g, tepung ubi jalar putih 20 g, tepung
kacang hijau 30 g
F3= Formula dengan subtitusi tepung tempe, tepung beras 30 g, tepung ubi jalar putih 30 g, tepung
kacang hijau 20 g
Penentuan produk terpilih didasarkan pada hasil uji hedonik F1, F2, dan
F3. F0 tidak diikutsertakan karena berperan sebagai formula kontrol yang akan
dibandingkan karakteristik fisiknya dengan formula terpilih. Berdasarkan hasil uji
hedonik terhadap semua atribut, F2 yang mengandung tepung ubi jalar yang
paling sedikit, dipilih sebagai formula terbaik dikarenakan pada atribut warna,
rasa, tekstur, dan aftertaste mendapatkan penilaian tertinggi dari panelis
dibandingkan formula yang lainnya. F2 kemudian dibandingkan dengan formula
kontrol (F0) mengenai karakteristik fisiknya dengan menggunakan uji mutu
hedonik.
Uji mutu hedonik dilakukan panelis untuk menilai mutu suatu produk
(Setyaningsih et al. 2010). Atribut uji mutu hedonik meliputi warna (derajat
kecokelatan cookies), aroma langu, rasa (derajat kemanisan), tekstur atau
kerenyahan, mouthfeel berupa ada tidaknya tekstur berserat, berpasir, seperti
tepung, lengket, dan berminyak di mulut, serta atribut aftertaste berupa rasa pahit
setelah semua cookies tertelan. Skala mutu hedonik yang digunakan adalah 1-5
yang mewakili tanggapan panelis terhadap mutu produk. Hasil uji mutu hedonik
disajikan dalam Tabel 5 berikut ini.
19
Warna
4
3
Rasa Pahit 2 Aroma Langu
1
F0
0
F2
Tekstur Renyah
Keterangan:
Warna : 1. Cokelat kekuningan, 2. Cokelat pucat, 3. Cokelat, 4. Cokelat tua,
5. Cokelat pekat
Aroma langu : 1. Sangat langu, 2. Langu, 3. Biasa, 4. Harum, 5. Sangat harum
Rasa manis : 1. Tidak manis, 2. Kurang manis, 3. Biasa, 4. Manis, 5. Sangat manis
Tekstur renyah : 1. Sangat keras, 2. Keras, 3. Biasa, 4. Renyah, 5. Sangat renyah
Mouthfeel* : 1. Sangat terasa, 2. Terasa, 3. Biasa, 4. Kurang terasa, 5. Tidak terasa
Rasa pahit : 1. Sangat kuat, 2. Kuat, 3. Biasa, 4. Lemah, 5. Sangat lemah
*mouthfeel adalah kesan pengunyahan dalam mulut mencakup kelompok berserat, berpasir, seperti
tepung, lengket, dan/atau berminyak
Gambar 4 Hasil analisis uji mutu hedonik cookies kontrol dan terpilih
Hasil uji mutu hedonik menunjukkan pada atribut warna, aroma langu,
mouthfeel, dan aftertaste rasa pahit tidak jauh berbeda antara formula kontrol dan
terpilih. Sementara pada atribut rasa dan tekstur menunjukkan mutu yang cukup
berbeda. Penilaian pada atribut warna menunjukkan bahwa cookies memiliki
warna cokelat yang mendekati cokelat tua. Aroma langu pada formula terpilih
dinilai tercium cukup kuat dibanding formula kontrol. Aini et al. (2011)
menyebutkan bahwa tepung tempe memiliki kelarutan rendah yang menyebabkan
aroma langu pada tempe tercium dengan tajam.
Produk terpilih memiliki rasa yang kurang manis serta aftertaste rasa pahit
yang agak kuat. Hal ini kemungkinan berasal dari tepung tempe dan tepung ubi
20
jalar. Kedelai sebagai bahan baku tempe mengandung glikosida yaitu saponin dan
sapogenol yang menyebabkan rasa pahit, sehingga semakin banyak proporsi
tempe yang disubstitusikan maka aftertaste (bitter) akan semakin terasa (Aini et
al. 2011). Substitusi tepung ubi jalar juga dapat meningkatkan aftertaste karena
adanya beberapa senyawa kimia seperti fenolik dan alkaloid yang juga dapat
menyebabkan rasa pahit pada makanan (Dwiyani 2013).
Tekstur cookies terpilih dinilai kurang renyah atau cenderung keras
dibanding cookies kontrol. Hal ini dikarenakan kadar tepung terigu pada formula
terpilih lebih sedikit dibanding kontrol, dimana tepung terigu mengandung gluten
yang berperan dalam memberikan tekstur renyah pada cookies. Selain itu
dipengaruhi juga oleh keberadaan tepung ubi jalar. Penambahan tepung ubi jalar
pada biskuit menyebabkan teksturnya menjadi keras dan aromanya langu.
Sementara mouthfeel yang cukup terasa pada cookies terpilih adalah lengket di
langit-langit dan meninggalkan kesan berminyak di lidah. Penelitian lebih lanjut
dilakukan analisis kandungan zat gizi dan serat pangan untuk mengetahui kualitas
gizi cookies terpilih.
Tabel 6 Hasil analisis kandungan zat gizi makro, mineral (kalsium, besi, seng),
dan serat pangan
Zat Gizi Cookies Ibu Cookies Ibu Biskuit Makanan
Hamil Hamil Pangan Tambahan Ibu
Kontrol Lokal Hamil*
Air (%b/b) 5.26a 5.24a Maks 5.0
Abu (%b/b) 2.96a 3.01b -
Protein (%b/b) 7.64a 11.18b Min. 15
a b
Lemak (%b/b) 22.87 27.18 Min. 25
Karbohidrat (%b/b) 61.27a 53.39b -
a b
Kalsium (mg) 595.34 686.34 Min. 250
Besi (mg) 1.97a 1.52b Maks. 15
a b
Seng (mg) 2.21 2.32 Maks. 7.5
Serat pangan (%b/b) 7.77a 12.76b Min. 5
Keterangan: b/b (berat basah), * = Kemenkes (2009). Nilai rataan yang diikuti huruf berbeda pada
baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05)
Air. Kadar air dalam makanan menjadi salah satu faktor yang penting
dalam menentukan kualitas, keawetan dan daya tahan terhadap kerusakan
makanan (Nielsen 2010). Penampakan, tekstur dan cita rasa suatu makanan akan
dipengaruhi oleh kadar airnya (Winarno 2008). Proses pemanggangan dengan
metode oven juga dapat mempengaruhi kadar air pada cookies (Fellows 2000).
21
Abu. Abu merupakan zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu
bahan yang dapat mempresentasikan kadar mineral dalam suatu produk pangan
(Sudarmadji et al. 2007). Kandungan abu di dalam suatu bahan pangan dapat
dipengaruhi dari besarnya kandungan mineral dari bahan tersebut (Nielsen 2010).
Hasil analisis kadar abu (%b/b) pada cookies terpilih adalah sebesar 3.01% dan
signifikan lebih tinggi (p<0.05) daripada formula kontrol (Tabel 6). Berdasarkan
SNI 2973-2011, kadar abu maksimal yang terkandung pada cookies sebesar 2%.
Tingginya kadar abu pada kedua formula cookies ini kemungkinan berasal dari
penambahan bubuk kalsium sebesar 6 g per formula. Hasil uji beda menunjukkan
bahwa penggantian tepung terigu dengan tepung tempe pada cookies berpengaruh
meningkatkan kandungan abu secara signifikan (p<0.05). Tepung tempe juga
mengandung mineral seperti Ca, Fe, Mg, dan Zn sehingga diduga turut
menyumbang kandungan mineral pada cookies yang dihasilkan (Astawan 2009).
Lemak. Lemak merupakan salah satu komponen zat gizi makro yang juga
menentukan mutu dari suatu produk pangan kaitannya dengan kandungan energi
(Winarno 2008). Lemak memberikan nilai energi sebesar 9 kkal per gram dan
lebih besar dibandingkan karbohidrat dan protein (Mahan dan Stump 2008).
Lemak dapat meningkatkan citarasa makanan dan palatabilitas di dalam mulut
(Mann dan Truswell 2012). Belitz et al. (2009), menyatakan bahwa lemak dapat
juga mempengaruhi tekstur, mouthfeel, dan aroma yang khas suatu makanan.
Kandungan lemak pada formula kontrol sebesar 22.87% dan pada formula
terplih sebesar 27.18%. Hasil uji beda menunjukkan bahwa penambahan tepung
tempe memberikan pengaruh yang signifikan (p<0.05) terhadap kadar lemak
cookies formula terpilih. Selain itu, lemak pada cookies juga bersumber dari
bahan-bahan penyusun cookies itu sendiri yang memiliki kandungan lemak yang
cukup tinggi seperti margarin, kuning telur, dan susu bubuk. Kandungan lemak
pada formula terpilih telah memenuhi standar makanan tambahan ibu hamil yaitu
minimal sebesar 25% (Kemenkes 2009).
Besi. Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di tubuh
manusia dan hewan (Almatsier 2009). Zat gizi besi (Fe) merupakan mineral yang
diperlukan sebagai inti dari hemoglobin dan merupakan unsur utama sel darah
merah. Fungsi sel darah merah sebagai sarana transportasi zat gizi terutama
oksigen yang diperlukan pada proses fisiologis dan biokimia dalam setiap jaringan
tubuh (Wirakusumah 1998).
Kandungan besi formula kontrol sebesar 1.97 mg dan formula terpilih
sebesar 1.52 mg. Kandungan besi baik pada formula kontrol maupun formula
terpilih masih jauh dibanding standar mutu biskuit makanan tambahan ibu hamil
yaitu maksimal 15 mg. Hal ini diduga karena bahan-bahan penyusun cookies tidak
ada yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan besi pada cookies
terpilih justru secara signifikan (p<0.05) lebih rendah dibandingkan dengan
cookies kontrol. Hal ini kemungkinan disebabkan kandugan protein dan serat pada
cookies terpilih yang lebih tinggi dibanding cookies kontrol. Penelitian Marina et
al. (2015) menyebutkan bahwa asam fitat dan faktor lain di dalam serat serealia
dapat mengikat besi sehingga menghambat penyerapannya. Protein kedelai
memiliki kandungan fitat yang tinggi sehingga dapat menghambat penyerapan
besi. Hal ini kemungkinan yang mempengaruhi kandungan besi pada cookies
terpilih menjadi lebih rendah.
Seng. Seng merupakan salah satu kofaktor enzim yang membantu sintesis
dan degradasi karbohidrat, protein, lipid, dan asam nukleat, serta memiliki peran
dalam meningkatkan imun tubuh. Kekurangan seng dapat menyebabkan gangguan
fungsi tiroid, memperlambat metabolisme tubuh, dan menyebabkan fetus pada ibu
hamil menjadi kecil (Almatsier 2009). Kandungan seng pada formula terpilih
maupun formula kontrol tidak jauh berbeda. Kadungan seng pada formula terpilih
sebesar 2.32 mg dan formula kontrol sebesar 2.21 mg. Hasil uji beda
menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara kadar seng pada cookies
formula kontrol dengan formula terpilih. Kandungan seng sudah baik karena tidak
melebihi standar maksimum biskuit makanan tambahan bagi ibu hamil. Kelebihan
seng dalam makanan dapat meningkatkan rasa mual, muntah, pusing, kehilangan
nafsu makan, kram perut, dan diare.
Serat pangan. Serat pangan atau dietary fiber adalah komponen dari
jaringan tumbuhan yang tahan terhadap proses hidrolisis enzimatis ketika berada
di saluran pencernaan (Winarno 2008). Pery dan Ying (2016) menyatakan bahwa,
serat pangan dibagi dua kelompok berdasarkan kemampuannya dalam mengikat
air, yaitu serat pangan larut dan serat pangan tidak larut. Serat pangan larut air
berperan memperlambat kecepatan pencernaan bahan pangan dalam usus,
24
Kontribusi Cookies terhadap Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Ibu Hamil
Tabel 6 Kontribusi cookies terhadap kebutuhan energi dan zat gizi ibu hamil
Parameter Takaran saji cookies Kebutuhan %Kontribusi
pangan lokal ibu hamil terhadap kebutuhan
(80 g/hari) ibu hamil
*
Energi (Kal) 402 2 550 15.76
Protein (g) 9.4 71** 13.23
*
Lemak (g) 21.7 85 25.52
Karbohidrat (g) 42.7 349* 12.23
Kalsium (mg) 549.07 2 500** 21.96
**
Besi (mg) 1.22 45 2.70
Seng (mg) 1.86 40** 4.65
**
Serat Pangan (g) 12.8 28 45.71
Keterangan: *KEMENKES (2013), **IOM (2002)
Simpulan
penilaian paling tinggi. Formula terpilih adalah F2 dengan proporsi tepung ubi
jalar putih yang paling sedikit. Cookies yang dihasilkan memiliki karakteristik
fisik warna cokelat, aroma langu, rasa sedikit kurang manis, tekstur agak keras,
agak berminyak dan lengket di mulut, serta memberikan aftertaste agak pahit.
Cookies ibu hamil berbahan pangan lokal memiliki kandungan air sebesar 5.24%
(b/b), abu 3.01% (b/b), protein 11.18% (b/b), lemak 27.18% (b/b), karbohidrat
53.39% (b/b), kalsium 686.34 mg (b/b), besi 1.52 mg (b/b), seng 2.32 mg (b/b),
dan serat pangan 12.76% (b/b). Takaran saji yang dianjurkan untuk ibu hamil
adalah 80 g/hari (10 keping) yang memberi kontribusi energi sebesar 15.76%,
protein 13.23%, lemak 25.52%, karbohidrat 12.23%, kalsium 21.96%, besi
2.70%, seng 4.65%, dan serat pangan 45.71%.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nurly Q, Yekti W. 2013. Kontribusi MP- ASI Biskuit Subsitusi Tepung
Garut, Kedelai, dan Ubi Jalar Kuning terhadap Kecukupan Protein,
Vitamin A, Kalsium, dan Zink pada Bayi. Jurnal of Nutrition College.
2(4): 458-46.
Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama.
Astawan M. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Aritonang E. 2010. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. Jakarta (ID): IPB Press.
Belinda. 2009. Evaluasi mutu cookies campuran tepung kacang hijau (Phaseolus
radiates, Linn) dan beras (Oryza sativa) sebagai pangan tambahan bagi
ibu hamil [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Belitz HD, Grosch W, Schieberle P. 2009. Food Chemistry. Leipzig (DE):
Springer.
Berdanier CD dan Zempleni J. 2009. Advanced Nutrition Macronutrients,
Micronutrients, and Metabolism. London (UK): CRC Press Taylor and
Francis Group.
[BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2016. Peraturan Kepala Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 13 Tahun 2016 tentang
Pengawasan Klaim pada Label dan Iklan Pangan Olahan. Jakarta (ID):
BPOM RI.
Chambers DH dan Koppel K. 2012. Flavor comparison of natural cheeses
manufactured in different countries. J Food Science. 77: 177-187.
Dwiyani H. 2013. Formulasi biskuit substitusi tepung ubi kayu dan ubi jalar
dengan penambahan isolate protein kedelai serta mineral Fe dan Zn
untuk balita gizi kurang [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Eckel RH. 2003. A new look at dietary protein in diabetes. Am J. Clin Nutr. 78:
671-672.
Faridah A. 2008. Patiseri Jilid 1. Jakarta (ID): Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.
Fellows P. 2000. Food Processing Technology Principle and Practice. New York
(US): CRC Press.
Fitriyani. 2013. Konsumsi pangan dan serat makanan, serta status gizi dan status
kesehatan wanita hamil di kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Lutfika E. 2006. Evaluasi mutu gizi dan index glikemik produk olahan pangggang
berbahan dasar tepung ubi jalar (Ipomoea batatas L.) klon unggul
BB00105.10 [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
28
Marina, Indriasari R, Jafar n. 2015. Konsumsi tannin dan fitat sebagai determinasi
penyebab anemia pada remaja putri di SMA Negeri 10 Makassar. Jurnal
MKMI. 1(2): 50-58.
Meilgaard MC. Carr BT, Civille GV. 2006. Sensory Evaluation Technique, 4ed.
Texas (US): CRC Press.
Mendez MA et al. 1999. Severity and Timing of Stunting in the First Two Years
of Life Affect Performance on Cognitive Tests in Late Childhood.
Journal of Nutrition. 129(8) :1555-1562.
Murni TN, Herawati, Rahmayuni. 2014. Evaluasi mutu kukis yang disubstitusi
tepung sukun (Artocarpus communis) berbasis minyak sawit merah,
tepung tempe, dan tepung udang rebon (Acetes erythraeus). JOM. 1(1).
Nielsen SS. 2010. Food Analysis Fourth Edition. New York (US): Springer.
Nnamani CV, Oselebe HO, Agbatutu A. 2009. Assessment of nutritional values of
three underutilized indigenous leafy vegetables of Eboni State, Nigeria.
African Journal of Biotechnology. 8(9): 2321-2324.
Nugraha AP. 2018. Formulasi, daya terima, kandungan gizi dan antioksidan
cookies galohgor [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia IPB.
Omotoso OT. 2005. Nutritional quality, functional properties, and anti-nutrient
composition of the larvw of Cirina forda (Westwood) (Lepidoptera:
Saturniidae). Journal of Zhejiang University of Science. 7(1): 51-55.
Pery JR dan Ying W. 2016. Physiological Effects of Soluble and Insoluble
Dietary Fibers. Journal of Nutrition & Food Science. 6(2): 1-6.
Ratna D dan Anelia T. 2009. Penapisan fitokimia, uji BSLT, dan uji antioksidan
ekstrak methanol beberapa spesies Papilionaceae. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia. 7(2): 1-7.
Rasyid NP. 2015. Aplikasi Microwave untuk disinfestasi Tribolium castaneum
(Herbst.) serta pengaruhnya terhadap warna dan karakteristik amilografi
tepung terigu [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Saputro, A. Fikri, A. Adrian, M. Yasa, I. 2014. “Canned Egg White” Pangan
Darurat Tinggi Protein dengan Fortifikasi Vitamin C untuk
Meningkatkan Imunitas Pengungsi Akibat Bencana Alam. Bogor (ID):
IPB.
Shandua KS dan Lim ST. 2008. Digestibility of legume starches as influenced by
their physical and structural properties. Carbohidrat Polym. 71(2): 245-
252.
Septieni D. 2016. Mempelajari pembuatan cookies kaya serat dengan bahan dasar
tepug asia ubi jalar [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian
IPB.
Setyaningsih D, Apriyantono A, Sari MP. 2010. Analisis Sensori untuk Industri
Pangan dan Agro. Bogor (ID): IPB Press.
30
Sitohang KA, Lubis Z, Lubis LM. 2015. Pengaruh perbandingan jumlah tepung
terigu dan tepung sukun dengan jenis penstabil terhadap mutu cookies
sukun. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian. 3(3): 308-315.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2011. Mutu dan Cara Uji Biskuit SNI 2973-
2011. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.
Soegiharto IS. 1995. Mempelajari pembuatan cookies dengan substitusi tepung
tempe [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta (ID): Liberty.
Suharjo AR. 2016. Formulasi, kandungan gizi, dan daya terima cookies ganyong
galohgor untuk penderita diabetes melitus tipe II [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Syari M, Serudji J, dan Mariati U. 2015. Peran asupan zat gizi makronutrien ibu
hamil terhadap berat badan lahir bayi di kota padang. Jurnal Kesehatan
Andalas. 4(3).
Tan HZ, Tan B, Gao H, Gu WY. 2006. Rheological behaviour of mung bean
starch dough. Food Sci and Technol Res. 13(2): 103-110.
[USDA] United States Department of Agriculture. 2016. National Nutrient
Database for Standard Reference. [Internet]. Diunduh (10 Februari
2018): https://plants.usda.gov com.
[USDA] United States Department of Agriculture. 2008. Nutrition Facts of Mung
Bean, Mature Seeds, Raw. [Internet]. Diunduh (10 Februari 2018):
http://www.nutritiondata.com.
[USDA] United States Department of Agriculture. 2008. Nutrition Facts of Rice
Flour, White. [Internet]. Diunduh (10 Februari 2018):
http://www.nutritiondata.com.
Velisek J. 2014. The Chemistry of Food. Oxford (UK): John Wiley and Sons, Ltd.
Wahyuni. 2006. Pengetahuan dalam Pangan dan Gizi. Yogyakarta (ID): Mulia
Medika.
Wibisono H dan Dewi ABFK. 2009. Solusi Sehat Seputar Kehamilan. Jakarta
(ID): Agro Media Pustaka.
Winarno. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor (ID): M-Brio Press.
Wirakusumah ES. 1998. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta (ID):
Trubus Agriwidya.
[WNPG] Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2012. Angka Kecukupan Gizi
yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. Jakarta (ID): Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
World Bank. 2006. Repositioning Nutrition as Central to Development. A
Strategy for Large-Scale Action. Washington DC (USA): World Bank.
31
LAMPIRAN
33
Nama : No. Hp :
Jenis Kelamin : L / P Tanggal Pengujian :
Nama Produk : Cookies Tempe
Instruksi Umum
Warna
Aroma
Rasa
Tekstur
Mouthfeel*
Aftertaste**
Keseluruhan
Warna
Aroma
Rasa
Tekstur
Mouthfeel*
Aftertaste**
x 1 944 x 7
= 5 896 mg
= 5 896 mg ~ 6 g
Lampiran 7 Perhitungan kontribusi energi dan zat gizi kebutuhan ibu hamil
RIWAYAT HIDUP