Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA DASAR 1

“ REGULASI DIODE ZENER PADA CATU DAYA “

Disusun Oleh :

NAMA : ALIFA FARADILA


NIM : 170210102001
KELAS :A

LABORATORIUM ELEKTONIKA DASAR


PENDIDIKAN FISIKA-PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Hampir semua peralatan elektronika memerlukan sumber arus searah. Penyearah digunakan untuk
mendapatkan arus searah dari suatu arus bolak-balik. Arus atau tegangan tersebut harus benar-benar
rata tidak boleh berdenyut-denyut agar tidak menimbulkan gangguan bagi peralatan yang dicatu.
Dioda sebagai salah satu komponen aktif sangat popular digunakan dalam rangkaian elektronika,
karena bentuknya sederhana dan penggunaannya sangat luas. Ada beberapa macam rangkaian dioda,
diantaranya yaitu penyearah setengah gelombang (Half-Wave Rectifier), penyearah gelombang penuh
(Full-Wave Rectifier), rangkaian pemotong (Clipper), rangkaian penjepit (Clamper) maupun
pengganda tegangan (Voltage Multiplier).
Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja. Struktur
dioda tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi adalah semikonduktor dengan
tipe P dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. Dengan struktur demikian arus hanya akan dapat
mengalir dari sisi P menuju sisi N. Dioda Zener (Zener Diode) adalah Komponen Elektronika yang
terbuat dari Semikonduktor dan merupakan jenis Dioda yang dirancang khusus untuk dapat beroperasi
di rangkaian Reverse Bias (Bias Balik). Pada saat dipasangkan pada Rangkaian Forward Bias (Bias
Maju), Dioda Zener akan memiliki karakteristik dan fungsi sebagaimana Dioda Normal pada
umumnya. Efek Dioda jenis ini ditemukan oleh seorang Fisikawan Amerika yang bernama Clarence
Melvin Zener pada tahun 1934 sehingga nama Diodanya juga diambil dari nama penemunya yaitu
Dioda Zener.
Oleh karena itu pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dioda Zener sebagai
regulator tegangan, memahami operasi dioda Zener pada beban yang bervariasi serta macammacam
kegagalan dalam rangkaian pada dioda Zener.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana memahami fungsi diode Zener sebagai regulator tegangan ?
1.2.2 Bagaimana memahami operasi diode Zener pada saat beban berbeda-beda ?
1.2.3 Bagaimana memahami kegagalan dalam rangkaian pada diode Zener ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Memahami fungsi diode Zener sebagai regulator tegangan
1.3.2 Memahami operasi diode Zener pada saat beban berbeda-beda
1.3.3 Memahami kegagalan dalam rangkaian pada diode Zener
BAB 2 DASAR TEORI

Dioda pada umumnya merupakan komponen elektronika yang berfungsi sebagai penyearah
(Rectifier) untuk mengubah tegangan bolak-balik (AC) menjadi tegangan searah (DC). Dioda
menjadi sangat penting karena hampir semua peralatan elektronika memerlukan sumber arys
searah (DC). Dioda merupakan komponen semikonduktor yang hanya dapat melewatkan arus /
tegangan satu arah saja. Kata dioda berasal dari pendekatan kata yaitu dua elektroda yang mana
(di berarti dua) mempunyai dua buah elektroda yaitu Anoda dan Katoda (Ratnasari, 2014:1).

Dalam percobaan kali ini kita akan mrlakukan percobaan dioda zener. Dimana pada
percobaan kali ini bertujuan unutk dapat mengobservasi dan pengukuran karakteristik dioda zener
dan dapat mengaplikasikan dioda zener sebagai regulator tegangan sederhana, dari tujuan
tersebut maka percobaan ini perlu dilakukan. Dioda zener merupakan alah satu komponen
pelindung surja sekunder yang digunakan untuk menjepit tegangan surja secara akurat. Dioda
zener mampu menyalurkan arus dalam suatu rangkaian ke arah yang berlawanan apabila terdapat
tegangan yang malampaui batas tegangan zener (Ratnasari, 2014:1).

Zener memiliki karakter yang unik karena bekerja pada Reverse Bias, berbeda dengan
dioda biasa. Perbedaan lain antara zener dan dioda lainnya adalah doping yang lebih banyak pada
sambungan P dan N. Ternyata dengan perlakuan ini tegangan breakdown dioda bisa makin cepat
tercapai. Jika pada dioda biasa baru terjadi breakdown pada tegangan ratusan Volt, pada zener
breakdown bisa terjadi pada angka puluhan dan satuan volt. Di datasheet ada zener yang
memiliki tegangan sebesar 1,5 volt, 3,5 volt dan sebagainya. Zener memiliki rangkaian
pengganti tersendiri yang terdiri dari dioda, resistor, dan sumber tegangan yang tersusun seri
(Widodo Budiharto, 2005: 58).

Struktur dioda zener tidaklah jauh berbeda dengan dioda biasa, hanya tingkat dopingnya
saja yang sangat berbed. Kurva karakteristik dioda zener juga sama seperti dioda biasa, namun
perlu dipertegas adanya daerah breakdown dimana pada saat bias mundur mencapai tegangan
breakdown maka arus dioda naik dengan cepat. Daerah breakdown inilah titik fokus penerapan
dari dioda zeener. Sedangkan pada dioda biasa tidak diperbolehkan pemberian tegangan mundur
sampai pada daerah breakdown karena bisa merusak dioda (Surjono, 2007:41).
Titik breakdown dari suatu dioda zener dapat dikontrol dengan menvariasi tingkat
dopingnya. Tingkat doping yang tinggi akan meningkatkan jumlah pengotoran sehingga tegangan
zenernya akan kecil. Demikian juga sebaliknya, dengan tingkat doping yang rendah diperoleh
yang tinggi. Pada umumnya dioda zener dipasaran tersedia mulai dari = 1,8 V sampai 200 V,
dengan kemampuan daya dari 1 / 4 hingga 50 W. Karena temperatur dan kemampuan arusnya
yang tinggi, maka jenis silikon sering dipakai pada dioda zener. Penerapan dioda zener yang
paling penting adalah sebagai penyetabil tegangan (voltage regulator). Rangkaian dasar
penyetabil pada gambar dibawah. Agar rangkaian ini dapat berfungsi sebagai penyetabil
tegangan, maka dioda zener harus bekerja pada daerah breakdown. Dengan kata lain, apabila
dilihat pada gambar dibawah, maka tegangan sumber yang diberikan pada rangkaian harus lebih
besar dari atau arus pada dioda zener harus lebih besar minimum (Surjono, 2007: 43).

Oleh karena itu persyaratan yang harus dipenuhi agar rangkaian berfungsi sebagai
penyetabil tegangan adalah berkenaan dengan nilai dan . Pertama, harus lebih besar dari
minimum. ini berhubungan dengan , karena bila nilai minimum, maka menjadi maksimum,
sehingga menjadi minimum. Kedua, harus lebih besar dari minimum, minimum ini akan
menjamin bahwa dioda mendapatkan tegangan breakdown (Surjono, 2007: 43).

Parameter dioda zener adalah sebagai berikut:

1. Tegangan dadal,
2. Koefisien suhu (perubahan tegangan zener terhdap suhu),
3. Kemampuan daya (lesapan daya maksimum),
4. Hambata isyarat kecil , yaitu hambatan zener terhadap perubahan tegangan kecil, atau
untuk isyarat AC kecil

(Sutrisno, 1986:111).
BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Jembatan diode
3.1.2 Diode Zener, 9,1 volt, tipe 1N5239B
3.1.3 Multimeter digital
3.1.4 Protoboard
3.1.5 Osiloskop
3.1.6 Resistor: 330 Ω, 470 Ω, 560 Ω, 1,2 kΩ

3.2 Langkah Kerja


3.2.1 Susunlah rangkaian Gambar 1

3.2.2 Ukurlah tegangan riak (ripple) puncak ke puncak (Vrip) menggunakan osiloskop
Vrip = ………………………………………volt
3.2.3 Matikan catu daya dan tambahkan diode Zener. (Ingatlah bahwa diode Zener
pada kondisi panjar mundur atau reverse bias). Pasanglah ampere meter secara
seri dengan Zener dan monitor arus yang mengalir pada diode Zener tersebut.
3.2.4 Nyalakan kembali catu daya dan ukurlah lagi tegangan riak puncak ke puncak,
dan catatlah arus pada Zener
Vrip = ……………………………………………………
IZ = ………………………………………………...
3.2.5 Matikan catu daya kembali, dan putus rangkaian amper meter pengukur arus
Zener. Nyalakan kembali catu daya. Gunakan voltmeter DC untuk mengukur
tegangan keluaran DC Vout
Vout =………………………………………………………………
3.2.6 Matikan catu daya dang anti beban (RL) 1,2 kΩ dengan sebuah resistor 560 Ω
3.2.7 Nyalakan kembali catu daya dan ukur tegangan riak puncak ke puncak, dan arus
Zener, dan tegangan keluaran DC
Vrip = ………………………………………………………..
IZ = …………………………………………………………..
Vout =…………………………………………………………
3.2.8 Matikan caty daya dan gantilah beban 560 Ω dengan 470 Ω
3.2.9 Nyalakan kembali catu daya dan ukurlah tegangan riak puncak ke puncak, arus
Zener dan tegangan keluaran DC
Vrip = ………………………………………………………..
IZ = …………………………………………………………..
Vout =…………………………………………………………
3.2.10 Troubleshooting
a. Kegagalan 1 – Diode D1 terbuka
Dengan rangkaian catu daya dalam keadaan mati, putuskan kaki diode D1 pada
Gambar 1. Ukurlah tegangan riak puncak ke puncak, arus Zener dan tegangan
keluaran DC
Vrip = ………………………………………………………..
IZ = …………………………………………………………..
Vout =…………………………………………………………
3.2.11 Gambarkan sketsa bentuk gelombang keluaran pada Grafik 1, dan tuliskan
catatan nilai puncak ke puncak yang diperoleh grafik
b. Kegagalan 2 – Kapasitor C1 terbuka
Matikan catu daya, sambungkan kembali diode D1. Putuskan sambungan kaki
kapasitor C1 pada Gambar 1, ukurlah tegangan riak puncak ke puncak, arus
Zener, dan tegangan keluaran DC
Vrip = ………………………………………………………..
IZ = …………………………………………………………..
Vout =…………………………………………………………
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Rangkaian
4.1.1.1 Rangkaian 1

XSC1
V: 12.0 V
V(p-p): 104 mV
V(rms): 12.0 V Ext Trig
V(dc): 12.0 V
+
_
I: -12.0 pA A B
I(p-p): 0 A + _ + _
I(rms): 12.0 pA
I(dc): -12.0 pA
Freq.: 120 Hz Rs
Probe1
330Ω
D1 D3
V1
1N4001 1N4001 D5 RL
C2
12Vrms 1N5239B 1.2kΩ
60Hz 470µF
D2 D4

1N4001 1N4001

4.1.1.2 Rangkaian 2

XSC1

Ext Trig V: 9.08 V


+
_
V(p-p): 1.79 mV
A B V(rms): 9.08 V
+ _ + _ V(dc): 9.08 V
I: -9.08 pA
I(p-p): 0 A
Rs I(rms): 9.08 pA
Probe1
I(dc): -9.08 pA
330Ω Freq.: 120 Hz
D1 D3
V1
1N4001 1N4001 D5 RL
C2
12Vrms 1N5239B 1.2kΩ
60Hz 470µF
D2 D4

1N4001 1N4001

XMM1
4.1.1.3 Rangkaian 3

V: 9.02 V
V(p-p): 8.52 mV
XSC1 V(rms): 9.03 V
V(dc): 9.03 V
I: -9.02 pA
I(p-p): 0 A
Ext Trig
+
I(rms): 9.03 pA
_ I(dc): -9.03 pA
A B Freq.: 120 Hz
+ _ + _

Rs1
Probe1
330Ω
D1 D3
V1
1N4001 1N4001 D5 RL1
C1
12Vrms 1N5239B 560Ω
60Hz 470µF
D2 D4

1N4001 1N4001

XMM1

4.1.1.4 Rangkaian 4

V: 8.92 V
XSC1 V(p-p): 118 mV
V(rms): 8.87 V
V(dc): 8.87 V
I: -8.92 pA
Ext Trig I(p-p): 0 A
+
I(rms): 8.87 pA
_
A B I(dc): -8.87 pA
+ _ + _ Freq.: 120 Hz

Rs1
Probe1
330Ω
D1 D3
V1
1N4001 1N4001 D5 RL1
C1
12Vrms 1N5239B 470Ω
60Hz 470µF
D2 D4

1N4001 1N4001
XMM1
4.1.1.5 Rangkaian 5 (Kegagalan 1)

XSC1
V: 9.08 V
V(p-p): 4.67 mV
V(rms): 9.08 V Ext Trig
V(dc): 9.08 V
+
_
I: -9.08 pA A B
I(p-p): 0 A + _ + _
I(rms): 9.08 pA
I(dc): -9.08 pA
Freq.: 60.0 Hz Rs
Probe1
330Ω
D3
V1
1N4001 D5 RL
C2
12Vrms 1N5239B 1.2kΩ
60Hz 470µF
D2 D4

1N4001 1N4001
XMM1

4.1.1.6 Rangkaian 6 (Kegagalan 2)

XSC1
V: 3.85 V
V(p-p): 9.48 V
V(rms): 7.27 V Ext Trig
V(dc): 6.49 V
+
_
I: -3.85 pA A B
I(p-p): 9.48 pA + _ + _
I(rms): 7.27 pA
I(dc): -6.49 pA
Freq.: 120 Hz Rs
Probe1
330Ω
D1 D3
V1
1N4001 1N4001 D5 RL
C2
12Vrms 1N5239B 1.2kΩ
60Hz 470µF
D2 D4

1N4001 1N4001
XMM1
4.1.2 Tabel Hasil Praktikum

R.1 R.2 R.3 R.4 R.5 R.6


Vrip 104 mV 1.79 Mv 8.52 mV 4.67 4.67 9.48
Iz 10.587 Ma 1.794 mA 12.77 μA 10.248 mA 3.597 mA
Vout 12.0 V 9.08 V 9.03 V 8.87 V 9.08 V 6.49 V

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dengan judul “Dioda Zener”. Dapat diketahui Dioda Zener
merupakan dioda yang berbeda dari dioda biasanya, yang mana dioda biasa hanya bisa
mengalirkan arus satu arah saja sedangkan dioda zener juga bisa mengalirkan arus pada arah
sebaliknya. Hal ini disebabkan karena dioda zener memiliki Voltase Break Through pada
Voltase tertentu. Voltase Break Through disebut sebagai Voltase zener. Dioda zener biasa
dipakai pada arah balik sehingga voltase diodanya konstan sebesar voltase zener. Dioda zener
berfungsi sebagai penstabil tegangan (regulator). Dioda zener sendiri didefinisikan sebagai
komponen elektronika yang terbuat dari bahan semikonduktor dan merupakan jenis dioda
yang dirancang khusus untuk dapat beroperasi dirangkaian reverse bias (bias balik). Pada saat
dipasang pada rangkaian Fordward bias maju, dioda zener memiliki karakteristik dan fungsi
sebagai dioda normal pada umumnya.
Pada percobaan kali ini kami melakukan beberapa percobaan, diantaranya yaitu dengan
mengubah-ubah resistor(memberi beban dan tanpa memberi beban), melepas 1 dioda,
melepas dan memasang 5 dioda, dan kapasitor 470 uF. Pada rangkaian Resistor (Rs)
dihubungkan secara seri dengan dioda zener untuk membatasi aliran arus melalui dioda
dengan sumber tegangan, Vs dihubungkan ke kombinasi. Tegangan output stabil Vout
diambil dari seluruh dioda zener. Dengan tidak adanya beban yang terhubung ke rangkaian,
arus beban akan menjadi nol, ( IL = 0 ), dan semua arus rangkaian melewati dioda zener yang
pada gilirannya akan menghilangkan daya maksimumnya.
Tegangan dari puncak ke puncak sesaat sebelum dan sesudah diode Zener terpasang
secara signifikan lebih kecil dari pada tegangan Zener, hal ini disebabkan karena diode Zener
fungsinya untuk mempertahankan tegangan Zener dan menstabilkan tegangan puncak dengan
perbedaan yang tidak terlalu berbeda jauh. Sehingga nilai tegangan pada puncak gelombang
yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan tegangan Zener itu sendiri sebab diode Zener
mentransferkan tegangan yang disimpan untuk dialirkan dalam rangkaian.
Menggagalkan 1 diode pada rangkaian yang memiliki 4 buah diode tidak membawa
pengaruh yang signifikan terhadap perubahan nilai arus ataupun nilai tegangan pada
rangkaian tersebut sebab, masih ada 3 buah diode yang berfungsi dengan baik untuk
mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC. Memang terdapat perubahan nilai tegangan
dan arus yang awalnya menggunkan 4 buah diode menjadi 3 buah diode tapi hal itu tidak
terlalu signifikan penurunannya.
Dalam kegagalan ke 2 yakni menggagalkan kapasitor, hal ini membawa dampak yang
signifikan terhadap nilai tegangan dan nilai arus yang mengalami penurunan drastic sebab
kapasitor yang memiliki fungsi untuk menyimpan energi dan menyalurkan energi dalam
rangkaian tidak ada. Sehingga diode Zener bekerja lebih ekstra untuk tetap mempertahankan
nilai tegangan Zener pada rangkaian elektronika untuk tetap stabil dan tidak hilang.
Gelombang yang dibentuk dari rangkaian yang menggagalkan kapasitor juga terlihat lebih
rapat dibandingkan hasil gelombang dari rangkaian-rangkaian yang memiliki komponen utuh.
Dioda Zener juga memiliki karakteristik maju mundur, artinya dalam suatu rangkaian diode
Zener ini terkadang bekerja ekstra (maju), terkadang hanya befungsi sdikit saja dengan tidak
mengekstrakan nilai tegangan pada rangkaian (mundur).
Aplikasi/penggunaan zener dioda pada sistem kelistrikan sepeda motor bisa ditemukan
dalam rangkaian sistem pengisian yang menggunakan generator AC (alternator) dengan
pengatur tegangan (voltage regulator) secara elektronik. Zener diode bekerja untuk
mengaktifkan basis transistor T2 ketika tegangan yang berada diantara R4 dan R5 telah
mencapai tegangan tembus zener diode tersebut. Dengan bekerjanya zener diode
tersebut, menyebabkan arus yang mengalir pada R1 akan cenderung mengalir ke massa lewat
T2 dan suplai arus listrik ke basis T1 terhenti. Dengan demikian rotor saat ini tidak mendapat
suplai arus listrik karena T1 tidak hidup (OFF). Rotor alternator akan kehilangan kemagnetan,
dan proses pengisian baterai akan terhenti.
BAB 5 KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Dioda zener dapat digunakan untuk menghasilkan kestabilan tegangan dari suatu sumber
yang tidak stabil dan akan berada pada posisi Break Down ketika ada tegangan yang
melebihi tegangan dioda zener. Dioda zener akan menyesuaikan tegangan yang
dibutuhkan oleh dioda tersebut sekalipun tegangan sumber memiliki tegangan yang jauh
lebih besar. Besar nilai tegangan VZ terhadap VS selalu tegak lurus. Hal ini sesuai dengan
fungsi dari dioda zener. Dioda zener berfungsi sebagai pengatur atau regulasi tegangan
sedangkan arusnya tetap.
5.1.2 Diode zener akan menjaga tegangan output pada RL mendekati konstan, sepanjang arus
zener lebih besar dari IZK dan lebih kecil dari IZM. Ketika terminal output pada regulator
zener adalah open (RL = ∝), maka arus bebannya adalah nol, sehingga semua arus
melalui zener. Keadaan seperti ini disebut dengan tanpa beban (no load). Apabila terminal
output pada regulator zener dihubungkan dengan RL, maka sebagian arus akan melewati
zener, dan sebagian lain akan melewati beban RL. Apabila nilai RL dikurangi, maka arus
beban IL akan bertambah dan arus zener IZ akan berkurang. Apabila nilai IZ minimum,
atau sama dengan IZK maka arus beban menjadi maksimum. Pada keadaan ini disebut
dengan beban maksimum (full load).
5.1.3 Kegagalan dalam rangkaian pada dioda zener sama seperti komponen semikonduktor
lainnya, dioda zener sensitif terhadap suhu. Temperatur yang berlebihan dapat merusak
dioda zener karena dioda zener memiliki tegangan dan arus, maka dioda zener memiliki
dissipasi daya yaitu sebesar P = VI. Oleh karena itu, pada saat mendisain rangkaian yang
menggunakan dioda zener, kita harus memastikan bahwa dissipasi daya dioda zener
tersebut tidak melebihi ambang batasnya. Ada hal yang unik, dioda zener yang mengalami
kerusakan akibat dissipasi daya yang berlebihan akan menjadi short circuit, bukan
menjadi open circuit. Dioda zener yang mengalami kerusakan seperti ini, tegangan
biasnya sama dengan nol volt baik itu pada saat bias maju maupun bias terbalik.
DAFTAR PUSTAKA

Surjono. 2007. Elektronika: teori dan penerapan. Jawa timur: Cerdas Ulet Kreatif
Publisher.
Sutrisno. 1986. Elektronika Teori dan penerapan. Bandung: ITB.
Ratnasari, Resi. 2014. Koordinasi proteksi arester PCB dan Dioda Zener dengan elemen
dekopling pada peralatan listrik. Malang: Universitas Brawijaya.
Widodo. 2005. Teknik reparasi PC dan Monitor. Jakarta: PT Elec Media Komputindo.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai