377 Pdfslide - Net Konjungtivitis-Flikten-56424f2ebdc29
377 Pdfslide - Net Konjungtivitis-Flikten-56424f2ebdc29
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Konjungtivitis flikten adalah suatu peradangan konjungtiva karena reaksi alergi yang
dapatterjadi bilateral ataupun unilateral, biasanya terdapat pada anak-anak dan kadang-
kadang pada orang dewasa.Penyakit ini merupakan manifestasi alergi endogen, tidak hanya
disebabkan protein bakterituberkulosis tetapi juga oleh antigen bakteri lain seperti
stafilokokus. Dapat juga ditemukan pada kandidiasis, askariasis, helmintiasis. Pada binatang
bahan yang berasal dari stafilokokus,serum kuda dan bahan kimia pada sakus
KONJUNGTIVITIS FLIKTEN
2.1.Definisi
Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar
juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah
dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet
yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang
memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea.
2.3.Epidemiologi
Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan
dengan penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak pada anak-anak dengan gizi
kurang atau sering mendapat radang saluran napas, serta dengan kondisi lingkungan yang
tidak higiene. Pada orang dewasa juga dapat dijumpai tetapi lebih jarang.
Meskipun sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru, tapi tidak jarang penyakit
paru tersebut tidak dijumpai pada penderita dengan konjungtivitis flikten. Penyakit lain yang
dihubungkan dengan konjungtivitis flikten adalah helmintiasis. Di Indonesia umumnya,
terutama anak-anak menderita helmintiasis, sehingga hubungannya dengan konjungtivitis
flikten menjadi tidak jelas.
2.4.Patogenesis
Mekanisme pasti atau mekanisme bagaimana terbentuknya flikten masih belum jelas.
Secara histologis fliktenulosa mengandung limfosit, histiosit, dan sel plasma. Leukosit PMN
ditemukan pada lesi nekrotik.. Bentuk tersebut kelihatannya adalah hasil dari reaksi
hipersensitivitas tipe lambat terhadap protein tuberkulin, Staphylococcuc aureus,
Coccidioides immitis, Chlamydia, acne rosacea, beberapa jenis parasit interstisial dan fungus
Candida albicans. Jarang kasusnya idiopatik.
Keratitis flikten dapat berkembang secara primer dari kornea meskipun seringkali
biasanya menyebar ke kornea dari konjungtiva. Epitel yang ditempati oleh flikten rusak,
membentuk ulkus dangkal yang mungkin hilang tanpa pembentukan jaringan parut.
Flikten khas biasanya unilateral pada atau di dekat limbus, pada konjungtiva bulbar atau
kornea, dapat satu atau lebih, bulat, meninggi, abu-abu atau kuning, hiperemis, terdapat nodul
inflamasi dengan dikelilingi zona hiperemik pembuluh darah. Flikten konjungtiva tidak
menimbulkan jaringan parut. Jaringan parut fibrovaskuler kornea bilateral limbus cenderung
membesar ke bawah daripada ke atas mungkin mengindikasikan flikten sebelumnya. Flikten
yang melibatkan kornea sering rekuren, dan migrasi sentripetal lesi inflamasi mungkin
berkembang. Kadangkala, beberapa inflamasi menimbulkan penipisan kornea dan jarang
menimbulkan perforasi.
2.5.Diagnosis
Gambaran Klinik:
Gejala Subyektif:
Konjungtivitis flikten biasanya hanya menyebabkan iritasi dengan rasa sakit dengan
mata merah dan lakrimasi. Khasnya pada konjungtivitis flikten apabila kornea ikut terlibat
akan terdapat fotofobia dan gangguan penglihatan. Keluhan lain dapat berupa rasa berpasir.
Konjungtivitis flikten biasanya dicetuskan oleh blefaritis akut dan konjungtivitis bakterial
akut.
Gejala Obyektif:
Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna kuning
atau kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh
darah konjungtiva (hiperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua mata.
Laboratorium:
Dapat dilakukan pemeriksaan tinja, kemungkinan kuman dan adanya tuberkulosa paru
dan pemeriksaan kultur konjungtiva. Pemeriksaan dengan pewarnaan gram pada sekret untuk
mengidentifikasi organisme penyebab maupun adanya infeksi sekunder.
2.6.Diagnosis Banding
2.7.Penatalaksanaan
1. http://www.alhamsyah.com/blog/artikel/konjungtivitis-flikten.html
2. http://sanirachman.blogspot.com/2010/09/konjungtivitis-flikten.html
3. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah., Buku Pedoman Kesehatan Mata Telinga dan
Jiwa,2001
4. Wijana, N., Konjungtiva, dalam Ilmu Penyakit Mata, 1993, hal: 41-69
5. Vaughan, D.G, Asbury, T., Eva, P.R., General Ophthalmology, Original English
Languageedition, EGC, 1995
6. Al-Ghozie, M., Handbook of Ophthalmology : A Guide to Medical Examination, FK
UMY,Yogyakarta, 2002
7. Ilyas, S., Konjungtivitis Flikten dalam Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I,
FakultasKedokteran UI, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 2004.