Anda di halaman 1dari 10

Thalasemia dan Gen Goblin

Primus Etgal Putra


102011103
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna no. 6
Tanjung Duren Jakarta 11510

I. PENDAHULUAN
Thalassemia adalah penyakit keturunan dengan gejala utama pucat, perut tampak membesar
karena pembengkakakan limpa dan hati, dan apabila tidak diobati dengan baik akan terjadi
perubahan bentuk tulang muka dan warna kulit menjadi menghitam. Penyebab penyakit ini
adalah kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga produksi hemoglobin
berkurang. Thalassemia adalah kelainan pada produksi hemoglobin yg diwariskan. Produksi
protein (globin) pada Hb menurun dan bentuknya abnormal. Sehingga sel darah merah menjadi
lebih kecil (microcytic) dan lebih pucat (hypochromic).Thalassemia berasal dari Yunani
‘Thalasso’ yang berarti laut dan ‘hemia’ yang berarti darah.Pada penderita thalassemia, gen-gen
yangmengkode hemoglobin berubah (mutasi) atau delesi.Thalassemia adalah penyakit genetik
yang diturunkan secara autosomal resesif menurut hukum Mendel dari orang tua kepada anak-
anaknya. Penyakit thalassemia meliputi suatu keadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling
ringan (bentuk heterozigot) yang disebut thalassemia minor atau thalassemia trait (carrier =
pengemban sifat) hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang disebut thalassemia mayor.
Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia,
sedangkan bentuk homozigot diturunkan oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit
thalassemia.
Makalah ini dibuat dengan tujuan membahas secara tuntas mengenai thalasemia dan gen goblin
yang mempunyai keterkaitan satu dan dan lainnya.

II. PEMBAHASAN
2.1 Gen Globin
Rantai globin yang terapat pada semua varian hemoglobin memiliki sekuens asam amino yang
mirip satu sama lain tetapi dikode oleh gen-gen α like dan β like yang masing-masing
membentuk suatu gugus gen yang terletak pada kromosom yang terpisah. Gugus gen globin α
like terletak pada kromosom 16 yang membentang sepanjang lebih dari 25 kb dan mengandung
satu gen globin zeta (ζ), dua salinan gen globin alpha (α1, α2), satu gen globin theta (θ) yang
belum diketahui fungsinya serta tiga pseudogenes (ψζ, ψα1, ψα2). Sedangkan gugus gen globin β
like yang terletak pada kromosom 11 membentang sepanjang lebih dari 50 kb, mengandung lima
gen globin fungsional, yaitu epsilon (ε), dua gamma (Gγ,Aγ), delta (δ) dan beta (β) serta satu
pseudogene (ψβ).
Gen-gen globin tersebut di atas berekspresi secara spesifik sesuai dengan tingkat perkembangan,
gen-gen globin tersebut “dihidupkan” dan “dimatikan” untuk menghasilkan bentuk hemoglobin
yang sesuai pada tingkat perkembangan yang berbeda (haemoglobin switching). Dengan
terjadinya switching, pada masa dewasa ditemukan HbA (α2β2). Rantai α dan β yang membentuk
HbA panjangnya hampir sama. Rantai α terdiri dari 141 asam amino sedangkan rantai b terdiri
dari 146.3
Setiap gen berfungsi untuk mengontrol sifat dan fungsi tubuh manusia dan telah bekerja selama
manusia masih dalam masa embrio. Gen terdapat di setiap sel tubuh manusia dan setiap gen
selalu berpasangan. Dan diantara sejumlah besar gen dalam tubuh manusia, gen globin adalah
salah satu gen yang memiliki fungsi untuk mengontrol pembentukan hemoglobin pada setiap sel
darah merah, apabila gen ini hilang atau terjadi perubahan struktur/bentuk maka akan
menyebabkan kelainan salah satu contohnya adalah Talasemia β yang terjadi karena tidak
terbentuknya rantai globin β dalam tubuhnya.4
2.2 Sintesis Gen Globin
Semua gen globin mempunyai tiga ekson (region pengode) dan dua intron (region yang tidak
mengode, yang DNA-nya tidak terwakili pada protein yang sudah jadi). RNA awal ditranskripsi
dari ekson dan intron, dan dari hasil transkripsi ini RNA yang berasal dari intron dibuang melalui
suatu proses yang disebut splicing. Intron selalu dimulai dengan suatu dinukleotida GT dan
berakhir dengan dinukleotida AG. Mesin splicing mengenali urutan tersebut dan juga sekuens
dinukleotida didekatnya yang dipertahankan. RNA dalam nucleus juga ditutupi dengan
penambahan suatu struktur pada ujung 5’ yang mengandung gugus tujuh metil guanosin.
Struktur ini penting untuk pelekatan mRNA pada ribosom, setelah itu mRNA yang baru
terbentuk tersebut juga mengalami poliadenilasi pada ujung 3’.2,3
Sejumlah sekuens lain yang dipertahankan penting dalam sintesis globin. Sekuens ini
mempengaruhi transkripsi gen, memastikan kebenarannya dan menetapkan tempat untuk
mengawali dan mengakhiri translasi dan memastikan stabilitas mRNA yang di sintesis. Promotor
ditemukan pada posisi 5’ pada gen, dekat dengan lokasi inisiasi atau lebih distal. Promotor ini
adalah lokasi tempat RNA polimerase berikatan dan mengakatalis transkripsi gen.1
Setelah itu penguat (enhancer) ditemukan pada posisi 5’ atau 3’ terhadap gen. Penguat penting
dalam regulasi ekspresi gen globin yang spesifik jaringan dan dalam regulasi sintesis berbagai
rantai globin selama kehidupan janin dan setelah kelahiran. Regio pengatur lokus (locus control
region, LCR) adalah unsur pengatur genetic yang terletak jauh di hulu kelompok globin β yang
mengatur aktivitas genetik tiap domain, kemungkinan dengan cara berinteraksi secara fisik
dengan region promoter dan menguraikan kromatin agar faktor transkripsi dapat berikatan.
Kelompok gen globin α juga mengandung region yang mirip dengan LCR, disebut HS40. Faktor
transkripsi GATA-1, FoG, dan NF-E2 yang diekspresikan terutama pada precursor eritroid,
penting untuk menentukan ekspresi gen globin dalam sel eritroid.
Setelah itu mRNA globin memasuki sitoplasma dan melekat pada ribosom (translasi) tempat
terjadinya sintesis rantai globin. proses ini terjadi melalui pelekatan RNA transfer, masing-
masing dengan asam aminonya sendiri, melalui berpasangannya kodon/antikodon pada suatu
posisi yang sesuai dengan cetakan (template) mRNA.2
2.3 Fungsi Gen
Fungsi gen yaitu membawa sifat kepada keturunan berikutnya agar mewarisi sifat atau trait
induknya. Fungsi gen dan proses pewarisan sifat antara lain adalah:

2.3.1 Transkripsi
Transkripsi DNA merupakan proses pembentukan RNA dari DNA sebagai cetakan. Proses
transkripsi menghasilkan mRNA, rRNA dan tRNA. Pembentukan RNA dilakukan oleh enzim
RNA polymerase. Proses transkripsi terdiri dari 3 tahap yaitu :

A. Inisiasi
enzim RNA polymerase menyalin gen, sehingga pengikatan RNA polymerase terjadi pada
tempat tertentu yaitu tepat didepan gen yang akan ditranskripsi. Tempat pertemuan antara gen
(DNA) dengan RNA polymerase disebut promoter. Kemudian RNA polymerase membuka
double heliks DNA. Salah satu utas DNA berfungsi sebagai cetakan.
Nukleotida promoter pada eukariot adalah 5′-GNNCAATCT-3′ dan 5′- TATAAAT-3′. Simbul
N menunjukkan nukleotida (bisa berupa A, T, G, C). Pada prokariot, urutan promotornya
adalah 5′-TTGACA-3′ dan 5′-TATAAT-3′.

B. Elongasi
Enzim RNA polymerase bergerak sepanjang molekul DNA, membuka double heliks dan
merangkai ribonukleotida ke ujung 3′ dari RNA yang sedang tumbuh.

C. Terminasi
Terjadi pada tempat tertentu. Proses terminasi transkripsi ditandai dengan terdisosiasinya enzim
RNA polymerase dari DNA dan RNA dilepaskan. mRNA pada eukariota mengalami modifikasi
sebelum ditranslasi, sedangkan pada prokariota misalnya pada bakteri, mRNA merupakan
transkripsi akhir gen. mRNA yang baru ditranskrip ujung 5′nya adalah pppNpN, dimana N
adalah komponen basa-gula nukleotida, p adalah fosfat. mRNA yang masak memiliki struktur
7mGpppNpN, dimana 7mG adalah nukleotida yang membawa 7 metil guanine yang
ditambahkan setelah transkripsi. Pada ujung 3′ terdapat pNpNpA(pA)npA. Ekor poli A ini
ditambahkan berkat bantuan polymerase poli (A). tetapi mRNA yang menyandikan histon, tidak
memiliki poli A.
Hasil transkripsi merupakan hasil yang memiliki intron (segmen DNA yang tidak menyandikan
informasi biologi) dan harus dihilangkan, serta memiliki ekson yaitu ruas yang membawa
informasi biologis. Intron dihilangkan melalui proses yang disebut splicing. Proses splicing
terjadi di nukleus.

Splicing dimulai dengan terjadinya pemutusan pada ujung 5′, selanjutnya ujung 5′ yang bebas
menempelkan diri pada suatu tempat pada intron dan membentuk struktur seperti laso yang
terjadi karena ikatan 5′-2′fosfodiester. Selanjutnya tempat pemotongan pada ujung 3 terputus
sehingga dua buah ekson menjadi bersatu. rRNA dan tRNA merupakan hasil akhir dari proses
transkrips, sedangkan mRNA akan mengalami translasi. tRNA adalah molekul adaptor yang
membaca urutan nukleotida pada mRNA dan mengubahnya menjadi asam amino.
2.3.2 Translasi

Pada prokariota yang terdiri dari satu ruang, proses transkripsi dan translasi terjadi bersama-
sama. Translasi merupakan proses penerjemahan kodon-kodon pada mRNA menjadi polipeptida.
Dalam proses translasi, kode genetic merupakan aturan yang penting. Dalam kode genetic,
urutan nukleotida mRNA dibawa dalam gugus tiga - tiga. Setiap gugus tiga disebut
kodon. Dalam translasi, kodon dikenali oleh lengan antikodon yang terdapat pada tRNA.
Mekanisme translasi adalah:

A. Inisiasi
Proses ini dimulai dari menempelnya ribosom sub unit kecil ke mRNA. Penempelan terjadi
pada tempat tertentu yaitu pada 5′-AGGAGGU-3′, sedang pada eukariot terjadi pada struktur
tudung (7mGpppNpN). Selanjutnya ribosom bergeser ke arah 3′ sampai bertemu dengan kodon
AUG. Kodon ini menjadi kodon awal. Asam amino yang dibawa oleh tRNA awal adalah
metionin. Metionin adalah asam amino yang disandi oleh AUG. pada bakteri, metionin diubah
menjadi Nformil metionin. Struktur gabungan antara mRNA, ribosom sub unit kecil dan tRNA-
Nformil metionin disebut kompleks inisiasi. Pada eukariot, kompleks inisiasi terbentuk dengan
cara yang lebih rumit yang melibatkan banyak protein initiation factor.

B. Elongasi
Tahap selanjutnya adalah penempelan sub unit besar pada sub unit kecil menghasilkan dua
tempat yang terpisah . Tempat pertama adalah tempat P (peptidil) yang ditempati oleh tRNA-
Nformil metionin. Tempat kedua adalah tempat A (aminoasil) yang terletak pada kodon ke dua
dan kosong. Proses elongasi terjadi saat tRNA dengan antikodon dan asam amino yang tepat
masuk ke tempat A. Akibatnya kedua tempat di ribosom terisi, lalu terjadi ikatan peptide antara
kedua asam amino. Ikatan tRNA dengan Nformil metionin lalu lepas, sehingga kedua asam
amino yang berangkai berada pada tempat A. Ribosom kemudian bergeser sehingga asam
amino-asam amino-tRNA berada pada tempat P dan tempat A menjadi kosong. Selanjutnya
tRNA dengan antikodon yang tepat dengan kodon ketiga akan masuk ke tempat A, dan proses
berlanjut seperti sebelumnya.

C. Terminasi
Proses translasi akan berhenti bila tempat A bertemu kodon akhir yaitu UAA, UAG,
UGA. Kodon-kodon ini tidak memiliki tRNA yang membawa antikodon yang
sesuai. Selanjutnya masuklah release factor (RF) ke tempat A dan melepaska rantai polipeptida
yang terbentuk dari tRNA yang terakhir. Kemudian ribosom berubah menjadi sub unit kecil dan
besar.7

2.4 Kelainan dalam pewarisan Gen


Ribuan kelainan genetic diketahui diwarisi sebagai sifat resesif sederhana. Kelainan-kelainan ini
mempunyai tingkat keparahan yang berbeda-beda mulai dari sifat yang relative tak berbahaya,
seperti albinisme (ketiadaan pigmen kulit), hingga keadaan yang mengancam kehidupan, seperti
fibrosis sistik (cystic fibrosis). Gen mengkode protein yang memiliki fungsi khusus. Alel yang
menyebabkan kelainan genetic mengkode protein yang malfungsional atau tidak mengkode
protein sama sekali. Dalam kasus kelainan yang diklasifikasikan sebagai resesif, heterozigot
dikatakan normal dalam fenotipe karena satu salinan alel yang “normal” tersebut menghasilkan
jumlah protein khusus yang cukup banyak. Dengan demikian suatu, penyakit yang diwarisi
secara resesif muncul hanya dalam individu homozigot yang mewarisi satu alel resesif dari setiap
orangtua. Kita dapat melambangkan genotype orang seperti itu sebagai aa, dan individu yang
tidak memiliki kelainan tersebut dengan AA atau Aa. Heterozigot (Aa), yang secara fenotipe
normal, disebut karrier (carrier) dari kelainan ini karena orang-orang seperti ini dapat saja
menurunkan alel resesif tersebut kepada keturunan mereka.

2.4.1 Penyakit yang Diwarisi Secara Dominan


Walaupun sebagian besar alel yang berbahaya bersifat resesif, banyak penyakit pada manusia
diakibatkan oleh alel dominan. Alel dominan yang mematikan jauh lebih sedikit ditemukan
daripada alel resesif mematikan. Suatu alasan untuk perbedaan ini ialah bahwa pengaruh alel
dominan mematikan tidak tertutupi dalam heterozigot. Banyak alel dominan mematikan
merupakan hasil terjadinya mutasi (perubahan) baru dalam gen sperma atau telur yang
selanjutnya membunuh keturunan yang sedang berkembang. Individu yang tidak dapat bertahan
hidup hingga mencapai kematangan reproduktif tidak akan mewariskan bentuk baru gen ini. Ini
berlawanan sekali dengan mutasi resesif mematikan, yang akan kekal dari generasi ke generasi
melalui reproduksi karrier heterozigot yang memiliki fenotipe normal. Alel dominan mematikan
dapat menyelamatkan diri dari kematian (tetap bertahan) jika alel ini bertindak terlambat,
menyebabkan kematian pada umur yang relative lanjut. Pada saat gejalanya terlihat nyata,
individu ini mungkin saja telah memindahkan alel mematikan itu ke anak-anaknya.
2.4.1.1 Mutasi
Mutasi Gen yaitu perubahan gen dalam kromosom (letak dan sifat) yang menyebabkan
perubahan sifat individu tanpa perubahan jumlah dan susunan kromosomnya lazim disebut
mutasi saja.
2.4.1.1.1 Mutasi Gen
Macam-macam mutasi gen antara lain:
A. Mutasi salah arti (missens mutation)
perubahan suatu kode genetic (umumnya pada posisi 1 dan 2 pada kodon) sehingga
menyebabkan asam amino terkait (pada polipeptida) berubah. Perubahan pada asam amino dapat
menghasilkan fenotip mutan apabila asam amino yang berubah merupakan asam amino esensial
bagi protein tersebut. Jenis mutasi ini dapat disebabkan oleh peristiwa transisi dan transversi.
B. Mutasi diam (silent mutation)
Perubahan suatu pasangan basa dalam gen (pada posisi 3 kodon) yang menimbulkan perubahan
satu kode genetik tetapi tidak mengakibatkan perubahan atau pergantian asam amino yang
dikode. Mutasi diam biasanya disebabkan karena terjadinya mutasi transisi dan transversi.

C. Mutasi tanpa arti (nonsense mutation)


Perubahan kodon asam amino tertentu menjadi kodon stop. Hampir semua mutasi tanpa arti
mengarah pada inaktifnya suatu protein sehingga menghasilkan fenotip mutan. Mutasi ini dapat
terjadi baik oleh tranversi, transisi, delesi, maupun insersi.

D. Mutasi perubahan rangka baca (frameshift mutation)


Mutasi yang terjadi karena delesi atau insersi satu atau lebih pasang basa dalam satu gen
sehingga ribosom membaca kodon tidak lengkap. Akibatnya akan menghasilkan fenotip mutan.6

2.5 Mutasi Kromosom


Istilah mutasi pada umumnya digunakan untuk perubahan gen, sedangkan perubahan kromosom
yang dapat diamati dikenal sebagai variasi kromosom atau aberasi.

A. Mutasi kromosom tejadi karena peruhahan jumlah kromosom:

Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom (ploid)


melibatkan kehilangan atau penambahan perangkat kromosom (genom) disebut
euploid, sedang yang hanva terjadi pada salah satu kromosom dari genorn disebut aneuploid.
a) Euploid
eu = benar; ploid = unit) yang terjadi dari perkembangbiakan secara kawin , pada
umumnya
bersifat diploid, memiliki 2 perangkat kromosom atau 2 genom pada sel somatisnya
(2nkromosom).Organisme yang kehilangan I set kromosomnya disebut monoploid. Organisme
monoploid memiliki satu genom atau satu perangkat kromosom (n kromosom) dalam sel
somatisnya.sel kelamin (gamet), yaitu sel telur (ovum) dan spermatozoon, masing – masing
memilikisatu perangkat kromosom.
Satu genom (n kromosom) yang disebut haploid. Sedang organisme yang memiliki lebih dari dua
genom disebut poliploid, misalnya: triploid (3n
kromosom): tetraploid (4n kromosom); heksaploid( 6n kromosom). Poliploid yang terjadi
pada tumbuhan misalnya pada apel, dan tebu. poliploid pada hewan misalnya pada
Daphnia, Rana esculenta, dan Ascaris.
Macam poliploid ada dua, yaitu otopoliploid, terjadi pada krornosom homolog, misalnya
semangka tak berbiji; dan alopoIiploid, terjadi pada kromosom non homolog, misalnya
Rhaphanobrassica (akar seperti
kol, daun mirip lobak).
b) Aneuploid
(an = tidak; eu = benar; Ploid = Unit)
Mutasi kromosom ini tidak melibatkan seluruh genom yang berubah,rnelainkan hanya
terjadi pada salah satu kromosom dari genom. Disebut juga dengan istilah aneusomik.

B. Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan struktur kromosom


 Delesi  Hilangnya sebagian gen dari kromosom homolog
 Duplikasi  penambahan sebagian gen pada kromosom homolog dari kromosom
pasangannya
 Inversi  Sekelompok gen yang berputar 360 0 di dalam kromosom
 Translokasi  tertukarnya gen dari suatu kromosom ke kromosom lain yang bukan
homolognya
 Katenasi  Ujung kromosom homolog saling berdekatan sehingga membentuk lingkaran
2.6 Thalasemia
Thalassemia adalah penyakit keturunan dengan gejala utama pucat, perut tampak membesar
karena pembengkakakan limpa dan hati, dan apabila tidak diobati dengan baik akan terjadi
perubahan bentuk tulang muka dan warna kulit menjadi menghitam. Penyebab penyakit ini
adalah kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga produksi hemoglobin
berkurang. Thalassemia adalah kelainan pada produksi hemoglobin yg diwariskan. Produksi
protein (globin) pada Hb menurun dan bentuknya abnormal. Sehingga sel darah merah menjadi
lebih kecil (microcytic) dan lebih pucat (hypochromic).Thalassemia berasal dari Yunani
‘Thalasso’ yang berarti laut dan ‘hemia’ yang berarti darah.Pada penderita thalassemia, gen-gen
yangmengkode hemoglobin berubah (mutasi) atau delesi.Thalassemia adalah penyakit genetik
yang diturunkan secara autosomal resesif menurut hukum Mendel dari orang tua kepada anak-
anaknya. Penyakit thalassemia meliputi suatu keadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling
ringan (bentuk heterozigot) yang disebut thalassemia minor atau thalassemia trait (carrier =
pengemban sifat) hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang disebut thalassemia mayor.
Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia,
sedangkan bentuk homozigot diturunkan oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit
thalassemia.7
2.6.1 Penyebab Thalassemia
Penyakti thalassemia disebabkan oleh adanya kelainan / perubahan / mutasi pada gen globin
alpha atau gen globin beta sehingga produksi rantai globin tersebut berkurang dan sel darah
merah mudah sekali rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Bila
kelainan pada gen globin alpha maka penyakitnya disebut thalassemia alpha, sedangkan kelainan
pada gen globin beta akan menyebabkan penyakit thalassemia beta. Karena di Indonesia
thalassemia beta lebih sering didapat, maka selanjutnya kami hanya akan menjelaskan mengenai
thalassemia beta.8

2.6.2 Klasifikasi Thalasemia


Secara molekuler thalassemia dibedakan atas thalasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis
dibedakan atas thalasemia mayor dan minor .8Hemoglobin terdiri dari dua jenis rantai protein
rantai alfa globin dan rantai beta globin. Jika masalah ada pada alfa globin dari hemoglobin, hal
ini disebut thalassemia alfa. Jika masalah ada pada beta globin hal ini disebut thalassemia beta.
kedua bentuk alfa dan beta mempunyai bentuk dari ringan atau berat. Bentuk berat dari Beta
thalassemia sering disebut anemia Cooley’S.
A. Thalassemia alfa
Thalassemia alpha terjadi bila 1 atau lebih gen penyusun rantai alpha-globin dari
hemoglobin berubah atau hilang. Bila ada lebih dari 2 gen yang terpengaruh, maka akan terjadi
anemia sedang hingga berat. Alpha thalassemia major dapat menyebabkan terjadinya
keguguran. penurunan produksi rantai alpha globin yg disebabkan delesi atau mutasi 1 atau lebih
gen alpha globin pada kromosom 16.
Empat gen dilibatkan di dalam membuat globin alfa yang merupakan bagian dari hemoglobin,
Dua dari masing-masing orangtua.Thalassemia alfa terjadi dimana satu atau lebih varian gen ini
hilang.
 Orang dengan hanya satu gen mempengaruhi disebut silent carriers dan tidak punya tanda
penyakit.
 Orang dengan dua gen mempengaruhi disebut thalassemia trait atau thalassemia alfa akan
menderita anemia ringan dan kemungkinan menjadi carrier
 Orang dengan tiga gen yang yang dipengaruhi akan menderita anemia sedang sampai anemia
berat atau disebut penyakit hemoglobin H.
 Bayi dengan empat gen dipengaruhi disebut thalassemia alfa mayor atau hydrops fetalis. Pada
umumnya mati sebelum atau tidak lama sesudah kelahiran.
Jika kedua orang menderita alfa thalassemia trait ( carriers) memiliki seorang anak, bayi bisa
mempunyai suatu bentuk alfa thalassemia atau bisa sehat.
B. Thalassemia Beta
Melibatkan dua gen didalam membuat beta globin yang merupakan bagian dari
hemoglobin, masing-masing satu dari setiap orangtua. Beta thalassemia terjadi ketika satu atau
kedua gen mengalmi variasi.4
Jika salah satu gen dipengaruhi, seseorang akan menjadi carrier dan menderita anemia
ringan. Kondisi ini disebut thallasemia trait/beta thalassemia minor,Jika kedua gen dipengaruhi,
seseorang akan menderita anemia sedang (thalassemia beta intermedia atau anemia Cooley’s
yang ringan) atau anemia yang berat ( beta thalassemia utama, atau anemia Cooley’s).
Anemia Cooley’s, atau beta thalassemia mayor jarang terjadi. Suatu survei tahun 1993
ditemukan 518 pasien anemia Cooley’s di Amerika Serikat. Kebanyakan dari mereka
mempunyai bentuk berat dari penyakit, tetapi mungkin kebanyakan dari mereka tidak
terdiagnosis .
Jika dua orangn tua dengan beta thalassemia trait (carriers) mempunyai seorang bayi, salah
satu dari tiga hal dapat terjadi: 9
Bayi bisa menerima dua gen normal ( satu dari masing-masing orangtua) dan mempunyai darah
normal ( 25 %).
Bayi bisa menerima satu gen normal dan satu varian gen dari orangtua yang thalassemia trait
( 50 %).
Bayi bisa menerima dua gen thalassemia ( satu dari masing-masing orangtua) dan menderita
penyakit bentuk sedang sampai berat (25 %).
2.6.3 Cara penurunannya
Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada
kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang
mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen
globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia beta. Seorang pembawa
sifat thalassemia tampak normal / sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan
normal (dapat berfungsi dengan baik). Seorang pembawa sifat thalassemia jarang memerlukan
pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita
thalassemia (homosigot / Mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang
tua yang masing-masing membawa sifat thalassemia.
Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah
lagi dari ayahnya. Bila kedua orang tuanya masing-masing pembawa sifat thalassemia maka
pada setiap pembuahan akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak
mendapat gen globin yang berubah (gen thalassemia) dari bapak dan ibunya, maka anak akan
menderita thalassemia. Sedangkan bila anak hanya mendapat sebelah gen thalassemia dari ibu
atau ayah, maka anak hanya membawa penyakit ini. Kemungkinan lalin adalah anak
mendapatkan gen globin normal dari kedua orang tuanya.
Thalassemia bukan penyakit menular melainkan penyakit yang diturunkan secara genetik dan
resesif. Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak
pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini
yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah
gen globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia-beta. Seorang
pembawa sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam
keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik). Seorang pembawa sifat thalassemia jarang
memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua kromosom, dinamakan
penderita thalassemia (Homozigot/Mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari
kedua orang tua yang masing-masing membawa sifat thalassemia. Pada proses pembuahan, anak
hanya mendapat sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua
orang tuanya masing-masing pembawa sifat thalassemia maka pada setiap pembuahan akan
terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak mendapatkan gen globin beta
yang berubah (gen thalassemia) dari bapak dan ibunya maka anak akan menderita thalassemia.
Sedangkan bila anak hanya mendapat sebelah gen thalassemia dari ibu atau ayah maka anak
hanya membawa penyakit ini. Kemungkinan lain adalah anak mendapatkan gen globin beta
normal dari kedua orang tuanya.10
2.6.4 Mekanisme Penurunan Penyakit Thalassemia :

 Jika kedua orang tua tidak menderita Thalassemia trait/bawaan, maka tidak mungkin
mereka menurunkan Thalassemia trait/bawaan atau Thalassemia mayor kepada anak-
anak meraka. Semua anak-anak mereka akan mempunyai darah yang normal.
 Apabila salah seorang dari orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, sedangkan
yang lainnya tidak maka satu dibanding dua (50%) kemungkinannya bahwa setiap
anak-anak mereka akan menderita Thalassemia trait/bawaan, tetapi tidak seseorang
diantara anak-anak mereka Thalassemia mayor.

Apabila kedua orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, maka anak-anak mereka
mungkin akan menderita thalassemia trait/bawaan atau mungkin juga memiliki darah
yang normal, atau mereka mungkin menderita Thalassemia mayor.
Dari skema diatas dapat dilihat bahwa kemungkinan anak dari pasangan pembawa sifat
thalassemia beta adalah 25% normal, 50% pembawa sifat thalassemia beta, dan 25% thalassemia
beta mayor (anemia berat).
2.6.5 Ciri-Ciri Thalasemia
 pucat (dikarenakan kekurangan hemoglobin yang menyebabkan kurangnya eritrosit),
 perut buncit karena hepatomegali dan splenomegali (keduanya akibat terjadinya penumpukan Fe
karena bekerja terlalu keras dalam membersihkan sel darah yang rusak),
 deformitas tulang muka,
 jantung berdebar-debar (bekerja terlalu keras),
 urin keruh,
 anemia,
 kehitaman pada kulit (akibat dari meningkatnya produksi Fe),
 ikhterus (akibat dari produksi bilirubin yang meningkat),
 retardasi pertumbuhan dan penuaan dini,
 gagal jantung (disebabkan penumpukan Fe di otot jantung), dan penyakit kuning.
 Gizi buruk
 Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba
 Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati yang besar ini mudah ruptur karena
trauma ringan saja
 Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua mata
lebar dan tulang dahi juga lebar.
 Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya menjadi kelabu karena
penimbunan besi
 mulut tongos (rodent like mouth).1,4

III. KESIMPULAN
Thalasemia merupakan penyakit yang dapat diturunkan dari induk kepada generasi seterusnya
melalui informan genetik yaitu DNA yang berada didalam gen. Apabila kedua orang tua
menderita Thalassemia trait/bawaan, maka anak-anak mereka mungkin akan menderita
thalassemia trait/bawaan atau mungkin juga memiliki darah yang normal, atau mereka mungkin
menderita Thalassemia mayor.
Dari skema diatas dapat dilihat bahwa kemungkinan anak dari pasangan pembawa sifat
thalassemia beta adalah 25% normal, 50% pembawa sifat thalassemia beta, dan 25% thalassemia
beta mayor (anemia berat).
IV. DAFTAR PUSTAKA
1. Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Hematologi. Edisi ke-4. Jakarta: EGC; 2005.h.64-9.
2. Nainggolan IM. Analisis haplotide β pada mutasi Thalassemia β IVS1-nt5: asal dan penyebaran
mutasi. Jakarta: Universitas Indonesia; 2001.h.4-13
3. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Biologi. Jakarta: Erlangga; 2002.h.271.
4. Hoffbrand A.V. and Pettit J.E. (2001). Genetic Diorders of Haemoglobin. In: Hoffbrand AV and
Pettit JE (eds) Color Atlas of Clinical Hematology. 3th ed. 5: 85-98. London: Mosby
5. Yaish HM. Thalassemia. July 29, 2009 (cited 26 Januari, 2011). Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/958850-followup
6. Hemoglobin: Structure & Function. 2007. http–www_med-ed_virginia_edu-courses-path-innes-
images-nhgifs-hemoglobin1_gif.htm ( diunduh 20 November 2007 ).
7. Ananta Yovita. Terapi Kelasi Pada Thalassemia. Sari Pustaka. 2006
Olivieri NF. The β Thalasemias. N Engl J Med 2000;341:99-109

Anda mungkin juga menyukai