I. PENDAHULUAN
Thalassemia adalah penyakit keturunan dengan gejala utama pucat, perut tampak membesar
karena pembengkakakan limpa dan hati, dan apabila tidak diobati dengan baik akan terjadi
perubahan bentuk tulang muka dan warna kulit menjadi menghitam. Penyebab penyakit ini
adalah kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga produksi hemoglobin
berkurang. Thalassemia adalah kelainan pada produksi hemoglobin yg diwariskan. Produksi
protein (globin) pada Hb menurun dan bentuknya abnormal. Sehingga sel darah merah menjadi
lebih kecil (microcytic) dan lebih pucat (hypochromic).Thalassemia berasal dari Yunani
‘Thalasso’ yang berarti laut dan ‘hemia’ yang berarti darah.Pada penderita thalassemia, gen-gen
yangmengkode hemoglobin berubah (mutasi) atau delesi.Thalassemia adalah penyakit genetik
yang diturunkan secara autosomal resesif menurut hukum Mendel dari orang tua kepada anak-
anaknya. Penyakit thalassemia meliputi suatu keadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling
ringan (bentuk heterozigot) yang disebut thalassemia minor atau thalassemia trait (carrier =
pengemban sifat) hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang disebut thalassemia mayor.
Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia,
sedangkan bentuk homozigot diturunkan oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit
thalassemia.
Makalah ini dibuat dengan tujuan membahas secara tuntas mengenai thalasemia dan gen goblin
yang mempunyai keterkaitan satu dan dan lainnya.
II. PEMBAHASAN
2.1 Gen Globin
Rantai globin yang terapat pada semua varian hemoglobin memiliki sekuens asam amino yang
mirip satu sama lain tetapi dikode oleh gen-gen α like dan β like yang masing-masing
membentuk suatu gugus gen yang terletak pada kromosom yang terpisah. Gugus gen globin α
like terletak pada kromosom 16 yang membentang sepanjang lebih dari 25 kb dan mengandung
satu gen globin zeta (ζ), dua salinan gen globin alpha (α1, α2), satu gen globin theta (θ) yang
belum diketahui fungsinya serta tiga pseudogenes (ψζ, ψα1, ψα2). Sedangkan gugus gen globin β
like yang terletak pada kromosom 11 membentang sepanjang lebih dari 50 kb, mengandung lima
gen globin fungsional, yaitu epsilon (ε), dua gamma (Gγ,Aγ), delta (δ) dan beta (β) serta satu
pseudogene (ψβ).
Gen-gen globin tersebut di atas berekspresi secara spesifik sesuai dengan tingkat perkembangan,
gen-gen globin tersebut “dihidupkan” dan “dimatikan” untuk menghasilkan bentuk hemoglobin
yang sesuai pada tingkat perkembangan yang berbeda (haemoglobin switching). Dengan
terjadinya switching, pada masa dewasa ditemukan HbA (α2β2). Rantai α dan β yang membentuk
HbA panjangnya hampir sama. Rantai α terdiri dari 141 asam amino sedangkan rantai b terdiri
dari 146.3
Setiap gen berfungsi untuk mengontrol sifat dan fungsi tubuh manusia dan telah bekerja selama
manusia masih dalam masa embrio. Gen terdapat di setiap sel tubuh manusia dan setiap gen
selalu berpasangan. Dan diantara sejumlah besar gen dalam tubuh manusia, gen globin adalah
salah satu gen yang memiliki fungsi untuk mengontrol pembentukan hemoglobin pada setiap sel
darah merah, apabila gen ini hilang atau terjadi perubahan struktur/bentuk maka akan
menyebabkan kelainan salah satu contohnya adalah Talasemia β yang terjadi karena tidak
terbentuknya rantai globin β dalam tubuhnya.4
2.2 Sintesis Gen Globin
Semua gen globin mempunyai tiga ekson (region pengode) dan dua intron (region yang tidak
mengode, yang DNA-nya tidak terwakili pada protein yang sudah jadi). RNA awal ditranskripsi
dari ekson dan intron, dan dari hasil transkripsi ini RNA yang berasal dari intron dibuang melalui
suatu proses yang disebut splicing. Intron selalu dimulai dengan suatu dinukleotida GT dan
berakhir dengan dinukleotida AG. Mesin splicing mengenali urutan tersebut dan juga sekuens
dinukleotida didekatnya yang dipertahankan. RNA dalam nucleus juga ditutupi dengan
penambahan suatu struktur pada ujung 5’ yang mengandung gugus tujuh metil guanosin.
Struktur ini penting untuk pelekatan mRNA pada ribosom, setelah itu mRNA yang baru
terbentuk tersebut juga mengalami poliadenilasi pada ujung 3’.2,3
Sejumlah sekuens lain yang dipertahankan penting dalam sintesis globin. Sekuens ini
mempengaruhi transkripsi gen, memastikan kebenarannya dan menetapkan tempat untuk
mengawali dan mengakhiri translasi dan memastikan stabilitas mRNA yang di sintesis. Promotor
ditemukan pada posisi 5’ pada gen, dekat dengan lokasi inisiasi atau lebih distal. Promotor ini
adalah lokasi tempat RNA polimerase berikatan dan mengakatalis transkripsi gen.1
Setelah itu penguat (enhancer) ditemukan pada posisi 5’ atau 3’ terhadap gen. Penguat penting
dalam regulasi ekspresi gen globin yang spesifik jaringan dan dalam regulasi sintesis berbagai
rantai globin selama kehidupan janin dan setelah kelahiran. Regio pengatur lokus (locus control
region, LCR) adalah unsur pengatur genetic yang terletak jauh di hulu kelompok globin β yang
mengatur aktivitas genetik tiap domain, kemungkinan dengan cara berinteraksi secara fisik
dengan region promoter dan menguraikan kromatin agar faktor transkripsi dapat berikatan.
Kelompok gen globin α juga mengandung region yang mirip dengan LCR, disebut HS40. Faktor
transkripsi GATA-1, FoG, dan NF-E2 yang diekspresikan terutama pada precursor eritroid,
penting untuk menentukan ekspresi gen globin dalam sel eritroid.
Setelah itu mRNA globin memasuki sitoplasma dan melekat pada ribosom (translasi) tempat
terjadinya sintesis rantai globin. proses ini terjadi melalui pelekatan RNA transfer, masing-
masing dengan asam aminonya sendiri, melalui berpasangannya kodon/antikodon pada suatu
posisi yang sesuai dengan cetakan (template) mRNA.2
2.3 Fungsi Gen
Fungsi gen yaitu membawa sifat kepada keturunan berikutnya agar mewarisi sifat atau trait
induknya. Fungsi gen dan proses pewarisan sifat antara lain adalah:
2.3.1 Transkripsi
Transkripsi DNA merupakan proses pembentukan RNA dari DNA sebagai cetakan. Proses
transkripsi menghasilkan mRNA, rRNA dan tRNA. Pembentukan RNA dilakukan oleh enzim
RNA polymerase. Proses transkripsi terdiri dari 3 tahap yaitu :
A. Inisiasi
enzim RNA polymerase menyalin gen, sehingga pengikatan RNA polymerase terjadi pada
tempat tertentu yaitu tepat didepan gen yang akan ditranskripsi. Tempat pertemuan antara gen
(DNA) dengan RNA polymerase disebut promoter. Kemudian RNA polymerase membuka
double heliks DNA. Salah satu utas DNA berfungsi sebagai cetakan.
Nukleotida promoter pada eukariot adalah 5′-GNNCAATCT-3′ dan 5′- TATAAAT-3′. Simbul
N menunjukkan nukleotida (bisa berupa A, T, G, C). Pada prokariot, urutan promotornya
adalah 5′-TTGACA-3′ dan 5′-TATAAT-3′.
B. Elongasi
Enzim RNA polymerase bergerak sepanjang molekul DNA, membuka double heliks dan
merangkai ribonukleotida ke ujung 3′ dari RNA yang sedang tumbuh.
C. Terminasi
Terjadi pada tempat tertentu. Proses terminasi transkripsi ditandai dengan terdisosiasinya enzim
RNA polymerase dari DNA dan RNA dilepaskan. mRNA pada eukariota mengalami modifikasi
sebelum ditranslasi, sedangkan pada prokariota misalnya pada bakteri, mRNA merupakan
transkripsi akhir gen. mRNA yang baru ditranskrip ujung 5′nya adalah pppNpN, dimana N
adalah komponen basa-gula nukleotida, p adalah fosfat. mRNA yang masak memiliki struktur
7mGpppNpN, dimana 7mG adalah nukleotida yang membawa 7 metil guanine yang
ditambahkan setelah transkripsi. Pada ujung 3′ terdapat pNpNpA(pA)npA. Ekor poli A ini
ditambahkan berkat bantuan polymerase poli (A). tetapi mRNA yang menyandikan histon, tidak
memiliki poli A.
Hasil transkripsi merupakan hasil yang memiliki intron (segmen DNA yang tidak menyandikan
informasi biologi) dan harus dihilangkan, serta memiliki ekson yaitu ruas yang membawa
informasi biologis. Intron dihilangkan melalui proses yang disebut splicing. Proses splicing
terjadi di nukleus.
Splicing dimulai dengan terjadinya pemutusan pada ujung 5′, selanjutnya ujung 5′ yang bebas
menempelkan diri pada suatu tempat pada intron dan membentuk struktur seperti laso yang
terjadi karena ikatan 5′-2′fosfodiester. Selanjutnya tempat pemotongan pada ujung 3 terputus
sehingga dua buah ekson menjadi bersatu. rRNA dan tRNA merupakan hasil akhir dari proses
transkrips, sedangkan mRNA akan mengalami translasi. tRNA adalah molekul adaptor yang
membaca urutan nukleotida pada mRNA dan mengubahnya menjadi asam amino.
2.3.2 Translasi
Pada prokariota yang terdiri dari satu ruang, proses transkripsi dan translasi terjadi bersama-
sama. Translasi merupakan proses penerjemahan kodon-kodon pada mRNA menjadi polipeptida.
Dalam proses translasi, kode genetic merupakan aturan yang penting. Dalam kode genetic,
urutan nukleotida mRNA dibawa dalam gugus tiga - tiga. Setiap gugus tiga disebut
kodon. Dalam translasi, kodon dikenali oleh lengan antikodon yang terdapat pada tRNA.
Mekanisme translasi adalah:
A. Inisiasi
Proses ini dimulai dari menempelnya ribosom sub unit kecil ke mRNA. Penempelan terjadi
pada tempat tertentu yaitu pada 5′-AGGAGGU-3′, sedang pada eukariot terjadi pada struktur
tudung (7mGpppNpN). Selanjutnya ribosom bergeser ke arah 3′ sampai bertemu dengan kodon
AUG. Kodon ini menjadi kodon awal. Asam amino yang dibawa oleh tRNA awal adalah
metionin. Metionin adalah asam amino yang disandi oleh AUG. pada bakteri, metionin diubah
menjadi Nformil metionin. Struktur gabungan antara mRNA, ribosom sub unit kecil dan tRNA-
Nformil metionin disebut kompleks inisiasi. Pada eukariot, kompleks inisiasi terbentuk dengan
cara yang lebih rumit yang melibatkan banyak protein initiation factor.
B. Elongasi
Tahap selanjutnya adalah penempelan sub unit besar pada sub unit kecil menghasilkan dua
tempat yang terpisah . Tempat pertama adalah tempat P (peptidil) yang ditempati oleh tRNA-
Nformil metionin. Tempat kedua adalah tempat A (aminoasil) yang terletak pada kodon ke dua
dan kosong. Proses elongasi terjadi saat tRNA dengan antikodon dan asam amino yang tepat
masuk ke tempat A. Akibatnya kedua tempat di ribosom terisi, lalu terjadi ikatan peptide antara
kedua asam amino. Ikatan tRNA dengan Nformil metionin lalu lepas, sehingga kedua asam
amino yang berangkai berada pada tempat A. Ribosom kemudian bergeser sehingga asam
amino-asam amino-tRNA berada pada tempat P dan tempat A menjadi kosong. Selanjutnya
tRNA dengan antikodon yang tepat dengan kodon ketiga akan masuk ke tempat A, dan proses
berlanjut seperti sebelumnya.
C. Terminasi
Proses translasi akan berhenti bila tempat A bertemu kodon akhir yaitu UAA, UAG,
UGA. Kodon-kodon ini tidak memiliki tRNA yang membawa antikodon yang
sesuai. Selanjutnya masuklah release factor (RF) ke tempat A dan melepaska rantai polipeptida
yang terbentuk dari tRNA yang terakhir. Kemudian ribosom berubah menjadi sub unit kecil dan
besar.7
Jika kedua orang tua tidak menderita Thalassemia trait/bawaan, maka tidak mungkin
mereka menurunkan Thalassemia trait/bawaan atau Thalassemia mayor kepada anak-
anak meraka. Semua anak-anak mereka akan mempunyai darah yang normal.
Apabila salah seorang dari orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, sedangkan
yang lainnya tidak maka satu dibanding dua (50%) kemungkinannya bahwa setiap
anak-anak mereka akan menderita Thalassemia trait/bawaan, tetapi tidak seseorang
diantara anak-anak mereka Thalassemia mayor.
Apabila kedua orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, maka anak-anak mereka
mungkin akan menderita thalassemia trait/bawaan atau mungkin juga memiliki darah
yang normal, atau mereka mungkin menderita Thalassemia mayor.
Dari skema diatas dapat dilihat bahwa kemungkinan anak dari pasangan pembawa sifat
thalassemia beta adalah 25% normal, 50% pembawa sifat thalassemia beta, dan 25% thalassemia
beta mayor (anemia berat).
2.6.5 Ciri-Ciri Thalasemia
pucat (dikarenakan kekurangan hemoglobin yang menyebabkan kurangnya eritrosit),
perut buncit karena hepatomegali dan splenomegali (keduanya akibat terjadinya penumpukan Fe
karena bekerja terlalu keras dalam membersihkan sel darah yang rusak),
deformitas tulang muka,
jantung berdebar-debar (bekerja terlalu keras),
urin keruh,
anemia,
kehitaman pada kulit (akibat dari meningkatnya produksi Fe),
ikhterus (akibat dari produksi bilirubin yang meningkat),
retardasi pertumbuhan dan penuaan dini,
gagal jantung (disebabkan penumpukan Fe di otot jantung), dan penyakit kuning.
Gizi buruk
Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba
Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati yang besar ini mudah ruptur karena
trauma ringan saja
Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua mata
lebar dan tulang dahi juga lebar.
Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya menjadi kelabu karena
penimbunan besi
mulut tongos (rodent like mouth).1,4
III. KESIMPULAN
Thalasemia merupakan penyakit yang dapat diturunkan dari induk kepada generasi seterusnya
melalui informan genetik yaitu DNA yang berada didalam gen. Apabila kedua orang tua
menderita Thalassemia trait/bawaan, maka anak-anak mereka mungkin akan menderita
thalassemia trait/bawaan atau mungkin juga memiliki darah yang normal, atau mereka mungkin
menderita Thalassemia mayor.
Dari skema diatas dapat dilihat bahwa kemungkinan anak dari pasangan pembawa sifat
thalassemia beta adalah 25% normal, 50% pembawa sifat thalassemia beta, dan 25% thalassemia
beta mayor (anemia berat).
IV. DAFTAR PUSTAKA
1. Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Hematologi. Edisi ke-4. Jakarta: EGC; 2005.h.64-9.
2. Nainggolan IM. Analisis haplotide β pada mutasi Thalassemia β IVS1-nt5: asal dan penyebaran
mutasi. Jakarta: Universitas Indonesia; 2001.h.4-13
3. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Biologi. Jakarta: Erlangga; 2002.h.271.
4. Hoffbrand A.V. and Pettit J.E. (2001). Genetic Diorders of Haemoglobin. In: Hoffbrand AV and
Pettit JE (eds) Color Atlas of Clinical Hematology. 3th ed. 5: 85-98. London: Mosby
5. Yaish HM. Thalassemia. July 29, 2009 (cited 26 Januari, 2011). Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/958850-followup
6. Hemoglobin: Structure & Function. 2007. http–www_med-ed_virginia_edu-courses-path-innes-
images-nhgifs-hemoglobin1_gif.htm ( diunduh 20 November 2007 ).
7. Ananta Yovita. Terapi Kelasi Pada Thalassemia. Sari Pustaka. 2006
Olivieri NF. The β Thalasemias. N Engl J Med 2000;341:99-109