Anda di halaman 1dari 9

KONVERGENSI MEDIA DALAM SERIAL ANTOLOGI BLACK MIRROR

STUDI KASUS : WHITE BEAR, DAN AN ENTIRE STORY OF YOU

Fadjar Noer Shiddiq

Fakultas Budaya dan Media Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

E-mail : fadjarnoershiddiq@gmail.com

Abstrak

Munculnya media baru tentunya tidak terlepas dari adanya media lama yang hadir lebih dulu.
Penyatuan keduanya disebut dengan Konvergensi Media. Penulis melakukan observasi dengan
pendekatan kualitatif terhadap dua episode Black Mirror yang memuat isu tentang konvergensi
media sebagai sample penelitian. Dengan menggunakan teori Konvergensi Media dari Henry
Jenkins, penulis akan menganalisis kehadiran Konvergensi Media dalam serial Black Mirror.

Kata Kunci : Media, Konvergensi Media, Black Mirror.

Abstract

The emergence of new media is certainly not detached from the existence of old media present
first. Relations can both be called the Media convergence. The author performs observations with
a qualitative approach to the two episodes of Black Mirror which contains the issue of media
convergence as a sample of research. Using the Media convergence theory from Henry Jenkins,
the author analyzes the presence of Media convergence in the Black Mirror series.

Key Word : Media, Media Convergence, Black Mirror.

PENDAHULUAN khalayak masyarakat. Saat ini masyarakat


sangat mudah untuk menonton film dan
Film adalah sebuah audio visual yang
mendapatkan informasi dari film itu sendiri
dapat menyampaikan suatu pesan kepada
karena kemajuan teknologi. Teknologi itu
sendiri banyak digambarkan dalam isi film Tomorrow. Struktur program pada film ini
yang akan saya kaji, banyak kemajuan- setiap episode mempunyai pemeran, latar,
kemajuan teknologi yang diluar akal manusia dan dunia yang berbeda-beda, durasi pada
tapi kemungkinan akan terjadi didunia nyata film ini rata-rata 41-89 menit tiap episode
yang akan mendatang. berbeda, Black Mirror season 1 ada 3 episode
tayang pada 4 desember 2011 – 18 desember
2011, season 2 ada 3 episode tayang pada 11
februari 2013 – 25 februari 2013, dan episode
spesial pada 16 desember 2014 semuanya
tayang di televisi channel 4, season 3 ada 6
episode tayang pada 21 oktober 2016, season
4 ada 6 episode tayang pada 29 desember
2017 semuanya tayang di Netflix.

Dalam serial Black Mirror, semua


episode nya membahas tentang kemajuan
teknologi. Lebih spesifik lagi Black Mirror
membahas mengenai isu Perkembangan
Teknologi Media. Munculnya media baru
Gambar 1. Poster film Black Mirror yang mendominasi di masa depan dan
dampaknya bagi kehidupan, itulah yang
Black Mirror merupakan film seri
Black Mirrror kuatkan.
antologi televisi yang menceritakan kisah
fiksi spekulatif yang dan kemudia menjadi Munculnya media baru tentunya tidak
film seri di Netflix disutradarai oleh Charlie terlepas dari adanya media lama yang hadir
Brooker, film ini menceritakan kisah lebih dulu. Hubungan keduanya dapat disebut
masyarakat moderen dan dampak buruk dengan Konvergensi Media. Agak sulit
kemajuan tekonolgi. Film ini sudah pernah di sebenarnya dalam mendefinisikan
produksi oleh dua rumah produksi yang ‘konvergensi media’. Seperti yang dituliskan
berbeda, pada tahun 2011-2013 diproduksi oleh Cinzia Dal Zotto dan Artur Lugmayr
oleh Zeppotron dan pada tahun 2014- dalam buku Media Convergence Handbook –
sekarang diproduksi oleh House of Vol.1, bahwa studi tentang konvergensi
media masih terbilang baru dan belum terlalu apa dampak dari konfergensi media yang di
berkembang sehingga maknanya masih tuangkan dalam setiap episode Black Mirror
sangat beragam. Maka dari itu, sebelum ?.
memulai pembahasan, saya akan
menyempitkan pemaknaan ‘konvergensi PEMBAHASAN
media’ dengan menggunakan pengertian dari A. White Bear
Henry Jenkins. 1. Sinopsis
“Welcome to convergence culture, White Bear bercerita tentang seorang
where old and new media collide, where perempuan bernama Victoria yang tiba-tiba
grassroots and corporate media intersect, terbangun di sebuah tempat asing dan di
where the power of the media producer and depan sebuah televisi yang menampilkan
the power of the media consumer interact in logo yang aneh. Dengan penuh
unpredictable ways.” kebingungan, ia keluar dan mendapati
Demikian tulis Henry Jenkins dalam dirinya diburu oleh orang-orang bertopeng.
bukunya, Convergence Culture: Where Old Sementara itu, penduduk sekitar hanya
Media and New Media Collide. Sehingga merekamnya lewat ponsel, tertawa-tawa,
setidaknya kita sepakat bahwa ‘konvergensi dan tidak sekalipun menolongnya.
media’ yang dibahas dalam tulisan ini adalah
tentang penyatuan media lama dan baru
bersatu.
Penulis melakukan observasi terhadap
dua episode Black Mirror yang memuat isu
tentang konfergensi media sebagai sample
penelitian. Dengan menggunakan teori Gambar 1.1. ruangan pertunjukan white
Konfergensi Media dari Henry Jenkins, bear
penulis akan menganalisis kehadiran
Konfergensi Media dalam serial Black Hal yang selanjutnya terjadi adalah ia
Mirror untuk mengetahui sejauh mana isu ditolong oleh Jem, seorang perempuan muda
Konfergensi Media ditampilkan dalam serial yang menjelaskan bahwa logo dalam televisi
Black Mirror ?, apa contoh konfergensi yang dilihat Victoria datang dari menara
media yang hadir dalam tiap episodenya ? pemancar White Bear. Sinyal tersebut telah
mengubah hampir seluruh populasi menjadi di kursi yang sama seperti tadi pagi, dan terus
masyarakat yang tidak dapat berbicara dan dan terus dan terus setiap hari.
hanya merekam dan menonton melalui
ponsel. Apa yang direkam oleh orang-orang
tersebut akan membantu para pemburu untuk
mencari orang-orang yang tidak terpengaruh
seperti Jem dan Victoria untuk kemudian
dibunuhnya. Jelas sudah, tugas mereka
adalah menghancurkan pemancar White
Bear. Apakah mereka berhasil
menghancurkan White Bear? Gambar 1.1. Victoria lari ketakutan, orang
orang terus mendokumentasikannya
yang sebenarnya terjadi?
Dan semua itu terjadi di sebuah taman

Ini yang sebenarnya terjadi: Victoria dan rekreasi bernama White Bear.

pacarnya dulu pernah menculik seorang anak,


Pengunjung menjadi para pengguna
membunuhnya dan merekamnya dalam
ponsel yang tidak boleh berbicara. Ponsel
sebuah video, namun ia tertangkap. Sang
pengunjung menjadi kamera untuk
pacar bunuh diri dan Victoria dihukum.
penyelenggara. Pengunjung menjadi poin
Hukumannya? Menjalani prosesi White
penambahn ketakutan bagi Victoria. Taman
Bear. Setiap hari Victoria terbangun di
tersebut, adalah taman penghakiman.
tempat asing, dikejar pemburu, dikelilingi
oleh orang-orang berponsel, menuju 2. Analisis
pemancar, hendak menghancurkan, lalu
dinding terbuka dan dibacakan kesalahan- Dalam era konvergensi seperti ini,

kesalahannya di depan umum, lalu diarak dikotomi produsen dan konsumen hampir

dengan sebuah mobil berkeliling jalanan. melebur dalam ranah dunia maya. Pertukaran

Lalu ingatannya dihapuskan, lalu diletakkan informasi yang berlangsung cepat menuntut
keduanya untuk dapat memahami satu sama iPhone. Sebuah ponsel pintar pertama yang
lain. bekerja dengan sangat baik.
Hal ini yang membuat konsumen dapat
menjadi produsen, dan produsen harus Meski keduanya adalah inovasi yang
mengikutsertakan konsumen. Karena itu, dilakukan oleh orang yang sama, namun apa
istilah consumer dewasa ini sudah dapat yang diberikan keduanya sangatlah berbeda.
digantikan dengan kata user yang lebih dapat Apple II memberikan keleluasaan bagi para
berperan aktif di dalamnya. Meski demikian, penggunanya. Sementara iPhone tidak. Saat
hal ini menjadi paradoks saat di satu sisi diciptakan, iPhone sudah memiliki fitur yang
pengguna diberi kebebasan dalam mengutak- tidak bisa diubah ataupun diutak-atik.
atik konten, namun di sisi lain pengguna Hasilnya? Kedua inovasi tersebut laku keras.
harus dibatasi dalam hal konten.
Melihat partisipasi aktif pengguna dan Yang menjadi pertanyaan Zittrain

paradoks konvergensi ini, saya merasa dapat selanjutnya adalah: di era konvergensi

membahas kedua hal tersebut dalam sebuah sekarang, apa yang lebih dibutuhkan?

episode Black Mirror yang berjudul “White Pengawasan ekstra ketat dan steril seperti

Bear”. iPhone? Atau keleluasaan berkreasi seperti


Apple II? Hal tersebut akhirnya nampak
Paradoks Supervisi di Era Konvergensi melebur dan jadilah kita hidup di sebuah
Dalam bukunya yang berjudul “The dunia yang memberi keleluasaan berkreasi
Future of the Internet and How to Stop It”, sekaligus tempat yang paling diawasi.
Zittrain menceritakan tentang dua inovasi Hal ini paralel dengan apa yang terjadi
besar dalam sejarah teknologi yang dalam episode White Bear. Victoria di satu
diperkenalkan oleh Steve Jobs. Yang pertama sisi diberi keleluasaan untuk melakukan
adalah Apple II. Sebuah komputer yang apapun dalam perjalanannya, meski
berupa blank slate, sebuah tempat kosong demikian, setiap hari hal yang sama selalu
yang di sana para pembeli bebas menentukan terulang dan hal itu terjadi dengan
apa yang ingin mereka lakukan dengan pengawasan. Entah mengapa, namun
komputer tersebut. Inovasi kedua adalah kebebasan yang saya katakan tadi merupakan
ilusi semata. Mungkin hal tersebut juga yang active intervention in the public
ditekankan oleh episode ini. Lagipula, para debates shaping cultural policy,
pengunjung yang dibebaskan dalam often working closely with
merekam di dalam Taman Rekreasi White governmental bodies to pursue
Bear pun menjadi alat pengawasan bagi their interests even where they did
Victoria. Dua hal tersebut terus not fully agree with the other
bersinggungan di era ini. Hal yang participants or totally endorse the
mengantarkan kita kepada ciri lain dari era outcomes achieved.”
konvergensi: partisipasi pengguna.
Apa yang terjadi sekarang adalah,
dikotomi antara pengguna dan pembuat
konten sudah menjadi bias. Dalam beberapa
kesempatan bahkan para akademisi
kebudayaan ikut campur dalam pembuatan
aturan pemerintah. Lebih lanjut, tulis Jenkins,
kebijakan budaya kini seringkali diatur bukan
oleh badan pemerintahan, namun oleh
perusahaan media. Kita sebagai rakyat
Gambar 1.3. stage pertunjukan white bear
kehilangan kemampuan untuk benar-benar
justice park
memiliki pengaruh dalam menentukan arah

Partisipasi Aktif Pengguna budaya kita jika tidak tahu bagaimana terlibat
dalam industri media.

Henry Jenkins dalam sebuah jurnal berjudul


The cultural logic of media convergence, Hal ini menjadi paradoks. Di saat

menuliskan apa yang terjadi dengan kebijakan kultural dilepaskan ke badan

hubungan pengguna dan pembuat konten. swasta, kebijakan menjadi sesuatu yang
liberal dan kapitalis, namun di sisi lain tidak

“In many parts of the world, dapat dimiliki oleh seluruh warga.

cultural scholars have engaged in


Liam mencurigai Istrinya Ffion kembali
Melihatnya dalam episode White Bear,
menjalin hubungan dengan Jonas, seorang
para pengunjung sebagai rakyat merasa
pria yang ia temui saat pesta di rumah teman
memiliki peran aktif dalam pembuatan
lama keduanya. Ffion terlihat sering
konten. Namun yang sebenarnya terjadi
terpergok sedang berbincang berdua sebelum
adalah, mereka hanya menjadi kaki tangan
akhirnya Ffion sadar Liam melihat apa yang
institusi tersebut untuk melancarkan mereka lakukan.
kontennya. Di satu sisi dapat dilihat bahwa Ketika Liam dan Ffion telah sampai
pelibatan masyarakat nampak seperti rumah, Liam menanyakan tentang Jonas
kebebasan dan keleluasaan untuk kepada Ffion. Hal ini berujung dengan
berpartisipasi, namun di sisi lain pengunjung bertengkarnya mereka. Liam mencoba
tak ubahnya sebagai kaki tangan pemilik mencari bukti dari grain dan memutarnya di
modal yang diberikan ilusi akan kebebasan. TV yang menunjukan bahwa gerak-gerik
Ffion dan Jonas mencurigakan. Ffion pun
B. An Entire Story OF You
mengakui bahwa ia pernah berhubungan
1. Synopsis
dengan Jonas. Namun hanya dalam waktu
Di masa depan, setiap orang memiliki akses
yang sebentar.
ke implan memori yang mencatat segala
Liam tetap tidak percaya, semalaman
sesuatu yang mereka lakukan, melihat dan
suntuk sampai pagi ia terus me re-dos
mendengar semacam Sky Plus (Digital Video
kegiatannya di pesta semalam. Ia terus
Recorder) untuk otak. Teknologi itu disebut
mencari bukti perselingkuhan istrinya.
Grain.
Karena geram akhirnya Liam mendatangi
rumah Jonas, ia mengancamnya untuk
melihat semua video yang berkaitan dengan
istrinya dalam grain Jonas. Ternyata benar,
ada rekaman Jonas berhubungan seksual
dengan Ffion. Liam pun marah besar dan
mengancamnya untuk membunuh Jonas jika
dia tidak menghapus semua isi grain yang
Gambar 2.1. mata seseorang ketika
berkaitan dengan istrinya.
mengakses grain, re – dos.
akan lebih membawakan dampak buruk dari
konvergensi tersebut. Seiring cerita berjalan,
diperlihatkan bahwa konvergensi tersebut
seringkali merusak esensi suatu hal.
Misalnya, melakukan re-do saat hubungan
seksual agar lebih bergairah, atau saat Ffion
memutar re-do saat Liam berkata kasar
Gambar 2.2. proses re-dos pada layar kepadanya. Semua hal ini memuncak saat
televisi Liam curiga Ffion berselingkuh dengan
Jonas. Dengan segala usaha, Liam berusaha
Sesampainya dirumah kembali, terjadi
membuktikan hal tersebut dengan memutar
pertengkaran hebat antara Liam dan Ffion.
re-do miliknya, hingga memaksa Jonas
Liam ingin Ffion jujur dan memperlihatkan
semua memory grainnya. memutar re-do miliknya dengan kekerasan.

2. Analisis

Sebuah Obsesi terhadap Konvergensi


Bagaimana hal ini dapat menjadi
contoh konvergensi media?
Saat berkumpul bersama teman, kita
bercerita dengan lisan. Saat ingin mencatat
sesuatu yang penting, kita menulisnya.
Gambar 2.3. Liam & Ffion me re-dos saat
Dengan digitalisasi ingatan tersebut, lisan
mereka behubungan seksual
dan tulisan yang merupakan media lama,
dibantu dengan hadirnya tayangan ingatan
Semua obsesi ini pada akhirnya
audio-visual sebagai media baru. Seperti
berujung kepada kerusakan, berpisahnya
yang saya katakan sebelumnya, konvergensi
Liam dan Ffion, dan kesedihan yang
media di tingkat ekstrem.
mengakar dari Liam. Obsesi ini,
Hal yang membuatnya dapat menjadi
bagaimanapun, dapat dilihat sebagai sebuah
contoh yang menarik adalah, fokus cerita
obsesi terhadap konvergensi media, sebuah
konsep yang bahkan masih dikembangkan.
Maksud saya adalah, konsep ‘konvergensi
media’ masih dapat dikatakan
underdeveloped.
Dengan konsep underdeveloped ini,
namun obsesi yang sudah terlampau tinggi,
mungkinkah konvergensi media berakhir
sebagai sebuah gairah sementara?.

DAFTAR PUSTAKA

Cinzia Dal Zotto dan Artur Lugmayr, Media


Convergence Handbook – Vol.1, (London:
Springer, 2016), 3

Henry Jenkins, Convergence Culture: Where


Old Media and New Media Collide, (New
York: New York University Press, 2006), 2

Henry Jenkins, ‘The cultural logic of media


convergence’ dalam International Journal of
Cultural Studies, (2004), Volume 7(1): 33–
43, hlm. 42

Jonathan Zittrain, The Future of the Internet


and How to Stop It, 2008, London: Yale
University Press.

Anda mungkin juga menyukai