Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KEGIATAN MINI PROJECT

PENINGKATAN KEGIATAN POSBINDU


MELALUI INOVASI KEGIATAN DALAM MEMPENGARUHI
KUALITAS HIDUP PENDERITA HIPERTENSI

Pendamping:
dr. Dwi Retno Sestiningtyas

Disusun oleh:
dr. Dwi Lestari
dr. Ayu Kurnia Priyantiningrum

DINAS KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG


UPTD PUSKESMAS AMBARAWA
KABUPATEN SEMARANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN MINI PROJECT

Diajukan untuk Memenuhi Tugas


Pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia
di UPTD Puskesmas Ambarawa
Kabupaten Semarang

Telah Disetujui dan Dipresentasikan


pada Tanggal:

Disusun oleh:
dr. Dwi Lestari
dr. Ayu Kurnia Priyantiningrum

Mengetahui

Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten Semarang Pembimbing

dr. Ani Rahardjo dr. Dwi Retno Sestiningtyas

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................. 1


Lembar Pengesahan ........................................................................................... 2
Daftar Isi ........................................................................................................... 3
Daftar Tabel ....................................................................................................... 4
Daftar Gambar ................................................................................................... 5
Daftar Grafik ..................................................................................................... 6
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ..................................................................................... 7
B. Tujuan ................................................................................................... 8
C. Manfaat ................................................................................................. 9
Bab II Tinjauan Pustaka
A. Hipertensi .............................................................................................. 10
B. Posbindu................................................................................................. 13
Bab III Hasil dan Pembahasan
A. Data Karakteristik Dasar Puskesmas Ambarawa ............................. 24
B. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah ................................. 33
C. Penentuan Alternatif Terpilih........................................................ 33
D. Bentuk dan Materi Kegiatan ......................................................... 35
E. Sasaran .......................................................................................... 35
F. Personil Pelaksana......................................................................... 35
G. Rencana Evaluasi .......................................................................... 35
H. Pelaksanaan Kegiatan ................................................................... 36
I. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan ........................... 37
Bab IV Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan ......................................................................................... 40
B. Saran ................................................................................................... 40
Daftar Pustaka ....................................................................................... 41
Lampiran ....................................................................................... ……… 42

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 8 Tahun 2013


Tabel 2.Materi pelatihan kader/pelaksana Posbindu PTM
Tabel 3. Standar Sarana Posbindu PTM
Tabel 4. Pembagian peran kader
Tabel 5.Frekuensi dan Jangka Waktu Pemantauan Faktor RisikoPTM
Tabel 6. Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Ambarawa tahun 2016
Tabel 7. Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Ambarawa tahun 2016
Tabel 8. Data Kunjungan Kasus Hipertensi Kelurahan Baran di Puskesmas Ambarawa
Tabel 9. Daftar Peserta Posbindu Kelurahan Baran
Tabel 10. Jumlah Penduduk Kelurahan Baran Tahun 2017
Tabel 11. Jumlah Penduduk Beresiko dan perkiraan jumlah penderita hipertensi
Tabel 12. Kriteria dan Skoring Efektivitas Jalan Keluar
Tabel 13. Prioritas Pemecahan Masalah Metode Reinke

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Kegiatan Posbindu PTM

Gambar 2.Alur Tindak Lanjut dan Rujukan Hasil Deteksi Dini diPosbindu PTM

5
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Angka kejadian hipertensi pada orang dewasa ≥20 tahun berdasarkan umur dan
jenis kelamin
Grafik 2. Angka Kejadian Hipertensi pada Posbindu Kelurahan Baran dalam 1 Bulan
Grafik 3. Jumlah Orang dengan Stroke Berdasarkan Kelompok Umur di Puskesmas di
Indonesia tahun 2016
Grafik 4. Jumlah Orang dengan Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Kelompok Umur di
Puskesmas Indonesia Tahun 2016
Grafik 5. Perkiraan Peningkatan Jumlah Penderita Hipertensi pada Tahun 2017-2021
Wilayah Kelurahan Baran
Grafik 6. Distribusi Pekerjaan Masyarakat Kelurahan Baran Tahun 2017

6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang meningkat diatas
tekanan darah yang disepakati normal dan terjadi secara kronis (Kabo, 2011).Hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia diikuti dengan merokok dan dislipidemia
(Yugiantoro, 2014). Data epidemiologis menunjukkan, bahwa dengan semakin meningkatnya
populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan juga akan
bertambah (Djarwoto, 2015). Pada tahun 2025 mendatang, diprediksi sekitar 29% warga
dunia menderita hipertensi (WHO, Data Global Status Report on Communicable Diseases,
2010). Berdasarkan Survei Indikator Kesehatan Nasional tahun 2016 menunjukkan prevalensi
hipertensi ini meningkat jadi 32,4 persen.
Berdasarkan profil penyakit tidak menular di Indonesia tahun 2016, terdapat 45,8 %
penderita hipertensi dari 511.783 orang yang melakukan pemeriksaan tekanan darah. Di Jawa
Tengah, prevalensi penderita hipertensi mencapai 61,6 %. Di Kabupaten Semarang,
prevalensi penderita hipertensi yang berusia di atas 18 tahun mencapai 10,76 % (Profil
Kesehatan Jateng, 2016). Sementara itu berdasarkan profil kesehatan Puskesmas Ambarawa,
jumlah penderita hipertensi di Ambarawa pada tahun 2016 sebanyak 2.292 orang. Jumlah
tersebut meningkat pada tahun 2017 menjadi sebanyak 3.933 orang. Angka tersebut
menjadikan hipertensi sebagai masalah kesehatan nomor dua terbanyak dari 10 penyakit yang
paling sering terjadi di UPTD Puskesmas Ambarawa. Masyarakat yang berusia di atas 15
tahun yang berisiko terkena hipertensi di Ambarawa mencapai 48.392 orang.
Hipertensi merupakan penyakit kronis yang akan diderita seumur hidup dan berisiko
mengalami komplikasi. Beberapa komplikasi yang dapat diakibatkan oleh hipertensi antara
lain stroke, gagal jantung, gagal ginjal, diabetes mellitus, dan infark miokard (Martin, 2008).
Usaha untuk mencegah dan mendeteksi dini hipertensi perlu ditingkatkan, mengingat
beratnya komplikasi yang dapat ditimbulkan. Hipertensi merupakan penyakit tidak menular
yang dapat dicegah dengan cara mengendalikan faktor risiko hipertensi yang sebagian besar
berasal dari perilaku dan kebiasaan hidup (Anam & Saputra, 2016). Selain perilaku dan
kebiasaan hidup, faktor risiko hipertensi yang lain adalah faktor genetik, terutama bagi
penderita hipertensi yang berusia di bawah 15 tahun. Usia 15-54 tahun merupakan usia

7
produktif yang rawan terkena hipertensi. Sedangkan usia di atas 60 tahun merupakan usia
degeneratif yang dapat menyebabkan hipertensi.
Salah satu usaha pemerintah untuk mencegah penyakit tidak menular seperti
hipertensi yaitu dengan membentuk program Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular). Program Posbindu mulai dibentuk pada tahun 2011 yang
merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan
pematauan faktor risiko PTM (Penyakit Tidak Menular) yang dilaksanakan secara terpadu,
rutin, dan periodik (Kemenkes, 2013).

Posbindu PTM di wilayah Kabupaten Semarang mulai dilaksanakan pada tahun 2014.
Di wilayah UPTD Puskesmas Ambarawa, Posbindu PTM mulai dilaksanakan pada tahun
2015 sebanyak satu Posbindu yaitu di Kelurahan Ngampin. Pada tahun 2016, terdapat
penambahan jumlah Posbindu sebanyak empat Posbindu yaitu di Kelurahan Panjang,
Kupang, Baran, dan Tambakboyo. Pada tahun 2017, dilakukan penambahan satu Posbindu
lagi di Kelurahan Pojoksari. Sehingga, total Posbindu yang berada di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Ambarawa dari tahun 2015 sampai tahun 2017 sebanyak 6 Posbindu (Profil
Kesehatan Puskesmas Ambarawa, 2017).
Masyarakat kelurahan Baran yang berisiko menderita hipertensi sebanyak 4.265
orangdari total penduduk seluruh wilayah Ambararawa 48.392 orang dengan rentang usia 15-
54 tahun. Masyarakat yang memeriksakan diri ke puskesmas sebanyak 2.695 orang (63%)
dan yang bergabung dalam posbindu sebanyak 26 orang ( 1%). Sisanya masyarakat yang
beresiko tapi tidak memeriksakan dirinya ke fasilitas kesehatan di puskesmas dan
jejaringannya ada sebanyak 1.544 orang (36%).
Adapun data Posbindu Baranbulan Maret 2018 terdapat 9 penderita hipertensi dari 26
peserta posbindu wilayah Kelurahan Baranatau 35%. Dengan perkiraan risiko menderita
hipertensi di Kelurahan Baran pada 5 tahun kedepan semakin meningkat pertahunnya
sebanyak 0,20% dari jumlah penduduk Kelurahan Baran yang berisiko berupa ditemukan 8
penderita baru hipertensi pada tahun 2018 dan akan meningkat sebanyak 32 penderita
hipertensi tahun 2021.
Sebagai upaya untuk meningkatkan jumlah masyarakat yang datang ke Posbindu,
kami selaku dokter internsip UPTD Puskesmas Ambarawa periode bulan Maret-Juli 2018
tertarik untuk melakukan inovasi pada berbagai kegiatan yang terdapat dalam program-
program UPTD Puskesmas Ambarawa. Langkah ini merupakan kelanjutan dari mini project
yang telah dilaksanakan oleh dokter internsip UPTD Puskesmas Ambarawa periode

8
sebelumnya dengan tema meningkatkan kualitas hidup dengan deteksi dini penderita
hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ambarawa. Diharapkan dengan meningkatnya
jumlah masyarakat yang datang ke Posbindu, upaya pencegahan dan deteksi dini penderita
hipertensi dapat dilakukan sedini mungkin dan secara efektif sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup penderita hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ambarawa.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan deteksi dini penderita hipertensi
melalui inovasi yang diberikan pada berbagai kegiatan masing-masing kelurahan baik
yang berada di bawah binaan Puskesmas maupun yang tidak.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan inovasi pada berbagai kegiatan masing-masing kelurahan baik yang
berada di bawah binaan Puskesmas maupun yang tidak untuk meningkatkan
jumlah masyarakat yang hadir di Posbindu.
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara memberikan sosialisasi
mengenai program Posbindu PTM, khususnya yang berhubungan dengan
hipertensi.
c. Meningkatkan kerja sama antar lintas sektoral dengan pemangku kepentingan
maupun penanggung jawab program di luar pemerintah.

C. Manfaat
Dengan adanya inovasi yang dilakukan pada kegiatan progam-program UPTD
Puskesmas Ambarawa, diharapkan dapat meningkatkan jumlah masyarakat yang datang
ke Posbindu sehingga pencegahan dan deteksi dini penyakit hipertensi dapat dilakukan
secara efektif. Hal ini akan meningkatkan kualitas hidup penderita hipertensi di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Ambarawa.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. HIPERTENSI
Prevalensi penderita hipertensi terus meningkat dari tahun ketahun dikarenakan
meningkaynya usia harapan hidup, jumlah populasi obesitas dan meningkatnya kesadaran
masyarakat akan penyakit ini. Salah satu faktor risiko terbesar untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler adalah hipertensi. Komplikasi dan penykait penyerta yang disebabkan oleh
hipertensi akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas, sehingga keadaan ini akan
menjadikan masalah di bidang kesehatan (Mohadi, 2014).
1. Definisi dan Klasifikasi
Semua definisi hipertensi adalah angka kesepakatan berdasarkan buktiklinis
(evidence based) atau berdasarkan konsensus atau epidemiologistudi meta analisis.
Sebab bila tekanan darah lebih tinggi dari angkanormal yang disepakati, maka risiko
morbiditas dan mortalitas kejadiankardiovaskuler akan meningkat. Yang paling penting
ialah tekanan darahharus persisten di atas atau sama dengan 140/90 mmHg. JNC 8
(EighthReport of the Joint National Committee on Prevention, Detection,Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure) membuat klasifikasihipertensi seperti yang ada
pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 8 Tahun 2013
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah
darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertesni stage 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi stage 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

2. Prevalensi
Di Indonesia, angka kejadian hipertensi berkisar 6-15% dan masih banyak
penderitayang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Data NHANES (National Health
and Nutrition Examination Survey) AS memperlihatkan bahwa risiko hipertensi meningkat
sesuai dengan peningkatan usia. Data NHANES 2005-2008 memperlihatkan kurang lebih
76,4 juta orang berusia ≥20 tahun adalah penderita hipertensi, berarti 1dari 3 orang dewasa
menderita hipertensi.

10
Grafik 1. Angka kejadian hipertensi pada orang dewasa ≥20 tahun berdasarkan umur
dan jenis kelamin (Data NHANES2005-2008)
3. Etiologi
Hipertensi disebut primer bila penyebabnya tidak diketahui (90%) dan bila ditemukan
penyebabnya disebut sekunder (10%) penyebabnya antara lain:
a. Penyakit : penyakit ginjal kronik, sindroma cushing, koarktasi aorta, obstructive, sleep
apnue, penyakit paratiroid, feokromositoma, aldosteronism primer, penyakit
renovaskuler, penyakit tiroid.
b. Obat-obatan : prednison, fludokortison, triamsinolon, amfetamin (phendimetrazine,
phentermine, sibutramine).
c. Makanan : sodium, etanol, licorice.
d. Obat jalan yang mengandung bahan-bahan: cocain, cocaine withdrawal,
ephedraalkaloids,herbalecstasy,phencyclidine,phenylpropanolamine analog, nicotine
withdrawal,methylphenidate,anabolic steroids, narcotic withdrawal, ketamin, ergot-
containingherbal products (Yugiantoro, 2014).
4. Diagnosis
Pada umumnya penderita hipertens tidak mempunyai keluhan. Hipertensi adalah the
silent killer. Penderita baru mempunyai keluhan setelah mengalami komplikasi di target
organ damage (TOD). Secara sistemik diagnosis dapat dilaksanakan dengan :
a. Anamnesis, meliputi:
1. Lamanya menderita hipertensi.
2. Derajat tekanan darah
3. Indikasi hipertensi sekunder

11
4. Faktor-faktor risiko: riwayt hipertensi, riwayat hiperlipidemia, riwayat DM,
kebiasaan merokok, pola makan, kegemukan, dan kepribadian.
5. Gejala kerusakan organ.
6. Riwayat pengobatan anti hipertensi.
7. Faktor-faktor dari pribadi, keluarga, dan lingkungan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan
sphygmomanometer, penderita yang dalam keadaan nyaman dan relaks,
dan dengan tidak tertutup atau tertekan pakaian (Yugiantoro, 2014).
5. Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditangai dengan tepat dapat menimbulkan komplikasi, antara
lain :
a. Stroke
Dapat timbul dikarenakan embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi atau perdarahan yang dikarenakan tekanan tinggi di otak.
b. Infark Miokardium
Apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui arteri koroner atau
apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai oksigen yang cukup
ke miokardium.
c. Gagal ginjal
Kerusakan progresif pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus yang disebabkan oleh
adanya tekanan yang tinggi.
d. Enselopati (Keruskan otak)
Peningkatan kapiler dan dorongan cairan ke dalam ruangan interstisium di seluruh
susunan saraf pusat yang disebabkan tekanan yang sangat tinggi (Shadine, 2010).
6. Pencegahan
Sebagaimana diketahui pre hipertensi bukanlah suatu penyakit, juga bukan sakit
hipertensi, tidak diindikasikan untuk diobati dengan obat farmasi, dan bukan target
pengobatan hipertensi, tetapi populasi pre hipertensi adalah kleompok yang berisiko tinggi
untuk menuju kejadian penyakit kardiovaskuler. Di populasi USA, menurut NHANES
1999-2000, insiden pre hipertensi sekitar 31%.
Populasi pre hipertensi ini diprediksi pada akhirnya akan menjadi hipertensi
permanen, sehingga pada populasi ini harus segera dianjurkan untuk merubah gaya hidup
agar tidak menjadi progresif ke TOD (Yugiantoro, 2014).

12
B. POSBINDU
1. Pengertian

PosPembinaanTerpaduPenyakitTidakMenular(PosbinduPTM)adalah salahsatu
upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang berorientasi kepada upaya promotif dan
preventif dalam pengendalian penyakit tidak menular dengan melibatkan masyarakat
mulaidariperencanaan, pelaksanaan dan monitoring-evaluasi. Masyarakat diperankan
sebagai sasaran
kegiatan,targetperubahan,agenpengubahsekaligussebagaisumberdaya.Dalampelaksanaa
n selanjutnya kegiatan posbindu menjadi Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM), dimana kegiatan ini diselenggarakan oleh masyarakat sesuai
dengan sumber daya, kemampuan, dan kebutuhan masyarakat (Kemenkes,2012).

2. Tujuan dan Sasaran Kegiatan


Tujuannya adalah meningkatkan peran serta masyarakat sehat, berisiko dan
penyandang penyakit tidak menular berusia 15 tahun ke atas. Sasaran utama adalah
kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang penyakit tidak menular berusia
15 tahun ke atas (Rahajeng, 2012).
3. Wadah dan Pelaku Kegiatan
Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan
bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau klinik di perusahaan, di
lembaga pendidikan, tempat lain dimana masyarakat dalam jumlah tertentu
berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di tempat ibadah, klub olahraga,
pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan (Pudiastuti, 2010).
Pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM)
dilakukan oleh kader kesehatan yang telah adadilatih secara khusus, dibina atau
difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular di
masing-masing kelompok atau organisasinya. Kriteriakaderposbindu antara lain,
berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan dengan
posbindu (Pudiastuti, 2011).

4. Bentuk Kegiatan
Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan (Maryam, 2010)yaitu :
a. Kegiatanpenggalianinformasifaktorrisikodenganwawancarasederhanatentangriwayat
penyakit tidak menular pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok,

13
kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan rumah
tangga,serta informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasI masalah kesehatan
berkaitan dengan terjadinya penyakit tidak menular.Aktifitas ini dilakukan saat
pertama kali kunjungan dan berkala sebulansekali.
b. Kegiatan pengukuran berat badan,tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar
perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan
sekali.
c. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali bagi
yang sehat, sementara yang beresiko 3 bulan sekali dan penderita gangguan paru
dianjurkan 1 bulan sekali.
d. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit diselenggarakan
3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko penyakit tidak menular
atau penyandang diabetes melitus paling sedikit 1 tahun sekali. Untuk pemeriksaan
glukosa darah dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/ bidan/analis
laboratorium dan lainnya).
e. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat disarankan
5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko penyakit tidak menular 6
bulan sekali dan penderita dislipedemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3
bulan sekali.
f. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan
sebaiknyaminimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA positif,
dilakukan tindakan pengobbatan krioterapi, diulangi setelah 6 bulan, jika hasil IVA
negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan
tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh
bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih
di puskesmas.
g. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin bagi
kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
h. Kegiatankonselingdanpenyuluhan,harusdilakukansetiappelaksanaanposbindu.Halini
penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila
masyarakat tidak tahu caramengendalikannya.
i. Kegiatan aktifitas fisik atau olahraga bersama, sebaiknya tidak hanya dilakukan
jika ada penyelenggaraan posbindu namun perlu dilakukan rutin setiapminggu.
j. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan

14
pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana dalam
penanganan pra rujukan.

5. Kemitraan
Dalam penyelenggaraan Posbindu tatanan desa/kelurahan perlu dilakukan kemitraan
dengan forum desa/kelurahan Siaga, industry, dan klinik swasta untuk mendukung
implementasi dan pengembangan kegiatan. Kemitraan dengan forum desa/kelurahan
siaga aktif, pos kesehatan desa/kelurahan sertaklinik swasta bermanfaat bagi posbindu
untuk komunikasi dan koordinasi dalam mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah
(Kemenkes,2014).

6. Langkah-Langkah Penyelenggaraan PosbinduPTM


a. Persiapan
1) Kabupaten/Kota berperan untuk melakukan inisiasi dengan berbagai rangkaian
kegiatan (Simbolon,2016).
a) LangkahpersiapandiawalidenganpengumpulandatadaninformasibesaranmasalahP
TM, sarana-prasarana pendukung dan sumber daya manusia.
b) Selanjutnya dilakukan identifikasi kelompok potensial, baik ditingkat
kabupaten/kota maupun lingkup puskesmas. Klompok potensial antara lain
kelompok/organisasi masyarakat, tempat kerja, sekolah, koperasi, klub olahraga,
karang taruna dan kelompok lainnya.
c) Tindak lanjut yang dilakukan pengelola program di kabupaten/kota adalah
melakukan pertemuan koordinasi dengan kelompok potensial yang bersedia
menyelenggarakan posbindu. Pertemuan ini diharapkan mengahasilkan
kesepakatan bersama berupa kegiatan penyelenggaraan posbindu.
2) Peran Puskesmas
Dalam pelaksanaan posbindu, Puskesmas berperan untuk (Simbolon, 2016):
a) Memberikan informasi dan sosialisasi tentang PTM (termasuk DM), upaya
pengendalian serta manfaat bagi masyarakat, kepada pimpinan wilayah misalnya
camat, kepala desa/lurah.
b) Mempersiapkan sarana dan tenaga di puskesmas dalam menerima rujukan
dariposbindu.
c) Memastikanketersediaansarana,bukupencatatanhasilkegiatandanlainnyauntukkegi
atan posbindu di kelompok potensial yang telah bersedia

15
menyelenggarkanposbindu.
d) Mempersiapkan pelatihan tenaga pelaksanaposbindu.
e) Menyelenggarkan pelatihan bersama pengelola program dikabupaten/kota.
f) Mempersiapkan mekanismepembinaan.
g) Mengidentifikasi kelompok potensial untuk menyelenggarkan posbindu serta
kelompok yang mendukung terselenggaranya posbindu, misalnya swasta/dunia
usaha, PKK, LPM, koperasi desa, yayasan kanker, yayasan Jantung Indonesia,
organisasi profesi sepertiPPNI, PPPKMI, PGRI, serta lembaga pendidikan
misalnya Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Psikologi, Fakultas Keperawatan danlainnya.
b. Pelatihan PTM Tenaga Pelaksana/Kader PosbinduPTM
1) Tujuan pelatihan penyakit tidak menular pada posbindu (Maryam,2010):
a) Memberikan pengetahuan tentang penyakit tidak menular, faktor risiko,
dampak, dan pengendalian penyakit tidakmenular.
b) Memberikan pengetahuan tentangposbindu.
c) Memberikan kemampuan dan keterampilan dalam memantau faktor risiko
penyakit tidak menular.
c. Materi Pelatihan Kader
Tabel 2.Materi pelatihan kader/pelaksana Posbindu PTM
NO MATERI PELATIHAN
1 PTM dan faktor resiko
2 Posbindu PTM dan pelaksanaannya
3 Tahapan kegiatan posbindu PTM :
a. Meja 1 : pendaftaran,pencatatan
b. Meja 2 : tehnik wawancaraterarah
c. Meja3:pengukuranTB,BB,IMT,lingkarperutdananalisalemak
tubuh, tekanandarah
d. Meja 4 : pengukuran tekanan darah gula, kolestrol total dan
trigliserida darah, pemeriksaan klinis payudara, uji fungsi
paru sederhana, IVA, kadar alkohol pernafasan, dan tes
amfetaminurin
e. Meja 5 : konseling, edukasi, dan tindak lanjutlainnya

16
4 Cara pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, IMT,
analisa
lemak tubuh, tekanan darah
5 Pengukuran kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin
6 Pemeriksaan glukosa darah
7 Pemeriksaan kolestrol dan trigliserida darah
8 Pemeriksaan uji fungsi paru sederhana
9 Pemeriksaan klinis payudara dan IVA (khusus dokter/ bidan)
10 Pencatatan
11 Rujukan dan respon cepat sederhana
Sumber: Kemenkes RI, 2014

d. Peserta pelatihan : Jumlah peserta maksimal 30 orang agar pelatihan


berlangsungefektif.
e. Waktu pelaksanaan pelatihan : selama 3 hari atau disesuaikan dengan kondisi
setempat dengan modul yang telah dipersiapkan.
f. Standar Sarana pos pelayanan terpadu penyakit tidakmenular
Tabel 3. Standar Sarana Posbindu PTM

Tipe Posbindu PTM Peralatan Deteksi Dini dan Media KIE dan

Monitoring Penunjang
Posbindu PTM Dasar Alat Ukur Lingkar Perut : 1 buah Lembar balik : 1 buah
Alat Ukur Tinggi Badan : 1 buah Leaflet/brosur : 1 buah
Alat Analisa Lemak Tubuh : 1 buah Buku panduan : 1 buah
Tensimeter digital : 1 buah Buku Pencatatan : 1 buah
Peakflowmeter : 1 buah Formulir Rujukan : 1
Buah
Posbindu PTM Alat Ukur Gula darah, : 1 buah KMS FR-PTM : Sesuai
Utama Kolesterol Total dan Trigliserida kebutuhan
Peralatan Posbindu PTM Plus : 1 Kursi dan Meja : Sesuai
Paket Kebutuhan

17
Alat Ukur Kadar Alkohol Kamar Khusus : 1 ( untuk
Pernafasan : 1 buah pemeriksaan IVA)
Tes Amfetamin Urin : 1 buah Alat Tulis Kantor : 1
Bahan IVA, alat kesehatan : 1 set Paket
dan penunjang lainnya
Sumber : Kemenkes RI, 2014

7. Kegiatan Kader/Pelaksana Posbindu PTM


a. Melaporkan kepada pimpinan organisasi/ lembaga atau pimpinanwilayah.
b. Mempersiapkan dan melengkapi saran yang dibutuhkan.
c. Menyusun rencana kerja.
d. Memberikan informasi kepadasasaran.
e. Melaksanakan wawancara, pemeriksaan, pencatatan dan rujukan bila diperlukan
setiap bulan.
f. Melaksanakankonseling.
g. Melaksanakan penyuluhanberkala.
h. Melaksanakan kegiatan aktifitas fisikbersama.
i. Membangun jejaringkerja.
j. Melakukan konsultasi dengan petugas biladiperlukan.

8. Pelaksanaan Posbindu
a. Waktu dan Tempat

Posbindu PTM dapat diselenggarkan dalam sebulan sekali, bila diperlukan dapat
lebih dari 1 kali dalam sebulan untuk kegiatan pengendalian faktor risiko PTM lainnya,
misalnya olahraga bersama, sarasehan dan lainnya. Hari dan waktu yang dipilih sesuai
dengankesepakatan serta dapat saja disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat
(Pudiastuti, 2011).

Tempat pelaksanaan sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau dan
nyaman bagi peserta. Posbindu PTM dapat dilaksanakan pada salah satu rumah warga,
balai desa/ kelurahan, salah satu kios di pasar, salah satu ruang perkantoran/klinik
perusahaan, ruangan
khususdisekolah,salahsaturuangandidalamlingkungantempatibadah,atautempattertentu
yang disediakan oleh masyarakat secara swadaya (Pudiastuti,2011).

18
9. Pelaksanaan Kegiatan

Pos pelayanan terpadu penyakit penyakit menular dilaksanakan dengan 5 tahapan


layanan yang disebut sistem 5 meja, namun dalam situasi kondisi tertentu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama (Kemenkes, 2013).

Gambar 1. Proses Kegiatan Posbindu PTM

Pembagianperankaderposbinduidealnyasebagaiberikut,namunsebaiknyasetiapkader
setiap kader memahami semua peranan tersebut, pelaksanaannya dapat disesuaikan
dengan kesepakatan.
Tabel 4. Pembagian peran kader
No Peran Kriteria dan Tugas
1 Koordinator Ketua dari perkumpulandan penanggungjawab
kegiatan serta berkoordinai terhadap
Puskesmasdan para pembina terkait di
wilayahnya.

2 Kader Penggerak Anggota perkumpulan yang


aktif,berpengaruhdan komunikatif bertugas
menggerakkan masyarakat,sekaligus
melakukanwawancaradalam penggalian
informasi

3 Kader Pemantau Anggota perkumpulanyangaktifdankomunikatif


bertugas melakukan pengukuran faktor risiko
PTM

19
4 Kader Konselor/ Anggota perkumpulan yang aktif,
Edukator komunikatifdantelah menjadi panutan dalam
penerapan gaya hidup sehat, bertugas melakukan
konseling, edukasi, motivasi serta menindak
lanjuti rujukan dari Puskesmas.

5 Kader Pencatat Anggota perkumpulan yang aktif


dankomunikatifbertugas melakukan pencatatan
hasil kegiatan Posbindu PTMdan melaporkan
kepada koordinatorPosbindu PTM
Sumber: Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posbindu PTM, 2013.

10. PetugasPuskesmas
Puskesmas memiliki tanggung jawab pembinaan posbindu. di wilayah kerjanya
sehingga kehadiran petugas puskesmas dalam kegiatan posbindu sangat diperlukan
dalam wujud peran:
a. Memberikan bimbingan teknis kepada para kader posbindu
dalampenyelenggaraannya.
b. Memberikan materi kesehatan terkait dengan permasalahan faktor risiko PTM dalam
penyuluhan maupun kegiatanlainnya.
c. Mengambil dan menganalisa hasil kegiatanposbindu.
d. Menerima, menangani dan memberi umpan balik kasus rujukan dariposbindu.
e. Melakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan lainterkait.
11. Para Pemangku Kepentingan (Para PembinaTerkait)
a. Camat
Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut posbindu di wilayah kerjanya
selaku penanggung jawab wilayah kecamatan serta melakukan pembinaan dalam
mendukung kelestarian kegiatan posbindu.
b. Lurah/kepala desa atau sebutanlainnya
Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut posbindu di wilayah
kerjanya selaku penanggung jawab wilayah kecamatan serta melakukan pembinaan
dalam mendukung kelestarian kegiatan posbindu.
c. Para pimpinan kelompok/lembaga/instansi/organisasi
Mendukung dan berperan aktif dalam kegiatan posbindu sesuai dengan minat
dan misi kelompok/lembaga/instansi/ organisasi tersebut.

20
d. Tokoh/penggerak masyarakat
Menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dan mendukung
dengan sumber daya yang dimiliki terhadap penyelenggaraan posbindu.
e. DuniaUsaha
Mendukung penyelenggaraan posbindu dalam bentuk sarana dan pembiayaan
termasuk berperan aktif sebagai sukarelawan sosial.
12. Pembiayaan
Dalam mendukung terselengggaranya posbindu, diperlukan pembiayaan yang
memadai baik dana mandiri dari perusahaan, kelompok masyarakat/lembaga atau
dukungan dari pihak lain yang peduli terhadap persoalan penyakit tidak menular di
wilayah masing-masing. Puskesmas juga dapat memanfaatkan sumber-sumber
pembiayaan yang potensial.Pembiayaan ini untuk mendukung dan memfasilitasi
Posbindu PTM, salah satunya melalui pemanfaatan Bantuan Operasional Kesehatan.
Pembiayaan bersumber daya dari masyarakat dapat melalui Dana Sehat atau mekanisme
pendanaan lainnya. Dana juga bisa didapat dari lembaga donor yang umumnya didapat
dengan mengajukan proposal/usulan kegiatan (Rahajeng,2012).
13. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatanhasilkegiatanposbindudilakukanolehkader.PetugasPuskesmasmengamb
il data hasil kegiatan posbindu yang digunakan untuk pembinaan, dan melaporkan ke
instansi terkait secara berjenjang. Untuk pencatatan digunakan (Pudiastuti,2011):
a. Kartu Menuju Sehat (KMS)FR-PTM
Pada pelaksanaan pemantauan, kondisi faktor risiko PTM harus diketahui oleh
yang diperiksa maupun yang memeriksa. Masing-masing peserta harus mempunyai
alat pantau individu berupa Kartu Menuju Sehat (KMS) FR-PTM. Untuk mencatat
kondisi faktor risiko PTM. Kartu ini disimpan oleh masing-masing peserta, dan
harus selalu dibawa ketika berkunjung ke tempat pelaksanaan posbindu.Tujuannya
agar setiap individu dapat melakukan mawas diri dan melakukan tindak lanjut, sesuai
saran Kader/Petugas.
b. Buku Pencatatan Hasil Kegiatan PosbinduPTM
Buku pencatatan diperlukan untuk mencatat identitas dan keterangan lain
mencakup nomor, No KTP/ kartu identitas lainnya, nama, umur, dan jenis kelamin.
Buku ini merupakan dokumen/file data pribadi peserta yang berguna untuk
konfirmasi lebih lanjut jika suatu saat diperlukan. Melalui buku ini, dapat diketahui
karakteristik peserta secara umum. Buku Pencatatan Faktor Risiko PTM diperlukan
21
untuk mencatat semua kondisi faktor risiko PTM dari setiap anggota/peserta. Buku
ini merupakan alat bantu mawas diri bagi koordinator dan seluruh petugas Posbindu
dalam mengevaluasi kondisi faktor risiko PTM seluruh peserta.

14. Tindak Lanjut Hasil PosbinduPTM

Padatahapdini,kondisifaktorrisikoPTMdapatdicegahdandikendalikanmelaluidiet
yang sehat, aktifitas fisik yang cukup dan gaya hidup yang sehat seperti berhenti
merokok, pengelolaan stres dan lain-lain. Melalui konseling dan/atau edukasi dengan
kader konselor/edukator, pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk mencegah dan
mengendalikan faktor risiko PTM dapat ditingkatkan. Dengan proses pembelajaran di
atas secara bertahap, maka setiap individu yang mempunyai faktor risiko akan
menerapkan gaya hidup yang lebih sehat secara mandiri (Maryam,2010).
Tabel 5. Frekuensi dan Jangka Waktu Pemantauan Faktor RisikoPTM
Faktor Risiko Orang sakit Faktor Penderita
Risiko PTM
Glukosa darah puasa 3 tahun sekali 1 tahun sekali 1 bulan sekali
Glukosa darah 2 jam 3 tahun sekali 1 tahun sekali 1 bulan sekali
Glukosa darah sewaktu 3 tahun sekali 1 tahun sekali 1 bulan sekali
Kolesterol darah total 5 tahun sekali 6 bulan sekali 3 bulan sekali
Trigliserida 5 tahun sekali 6 bulan sekali 3 bulan sekali
Tekanan darah 1 bulan sekali 1 bulan sekali 1 bulan sekali
Indeks Masa Tubuh (IMT) 1 bulan sekali 1 bulan sekali 1 bulan sekali
Lingkar Perut 1 bulan sekali 1 bulan sekali 1 bulan sekali
Arus Puncak Ekspirasi 1 bulan sekali 3 bulan sekali 1 bulan sekali
IVA 1 tahun sekali

Cedera dan Kekerasan dalam rumah 6 bulan sekali 3 bulan sekali 3 bulan sekali
tangga
Kadar Alkohol Pernafasan dan tes 1 tahun sekali 6 bulan sekali 1 bulan sekali
amfetamin urin
Sumber: Kemenkes RI, 2014

22
15. Rujukan Posbindu PTM
Apabila pada kunjungan berikutnya (setelah 3 bulan) kondisi faktor risiko tidak
mengalami perubahan (tetap pada kondisi buruk), atau sesuai dengan kriteria rujukan,
maka
untukmendapatkanpenangananyanglebihbaikharusdirujukkepuskesmasatauklinikswasta
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan yang bersangkutan. Meskipun telah
mendapatkan pengobatan yang diperlukan, kasus yang telah dirujuk tetap dianjurkan
untuk melakukan pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular di posbindu
(Kemenkes,2014).

Gambar 2.Alur Tindak Lanjut dan Rujukan Hasil Deteksi Dini diPosbindu PTM

Pelaksanaan pospandu dimulai dengan layanan pendaftaran dilanjutkan dengan


wawancara dan pengukuran faktor risiko penyakit tidak menular. Kader posbindu akan
melakukan konseling dan edukasi terhadap permasalahan kesehatan yang dijumpai pada
peserta posbindu termasuk melaksanakan sistem rujukan puskesmas bila diperlukan sesuai
dengankriteria.Hasilpelaksanaanposbindutercatatsecaratertibdandiberikankepadapetugas
puskesmasatauunsurpembinalainnyayangmemerlukansebagaibahaninformasi (Kemenkes,
2013).

23
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Karakteristik Dasar Puskesmas Ambarawa


Berikut adalah data sepuluh besar penyakit Puskesmas Ambarawa tahun 2016.

Tabel 6. Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Ambarawa Tahun 2016

NO ICDX PENYAKIT JUMLAH

1 J00-J06 ISPA 9.422

2 I10-I15 HYPERTENSI 2.292

3 L20-30 DERMATITIS DAN EXZEMA 2.169

4 K30 DYSPEPSIA 1.876

5 G44 CEPHALGIA 1.694

6 A 03-04 DIARHEA DAN INF.BACTERI USUS LAIN 1.664

7 K 02 KARIES GIGI 1.542

8 K05 GINGGIVITIS 1.420

9 M 60- M 79 PENY.OTOT, TENDON & JAR.IKAT 1.368

10 A 01 – 02 TYPOID 1.139

Sumber: Data Hasil Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Ambarawa, 2016.

24
Tabel 7. Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Ambarawa Tahun 2017

NO ICDX PENYAKIT JUMLAH

1 J00-J06 ISPA 12.788

2 I10-I15 HYPERTENSI 3.933

3 K30 DYSPEPSIA 3.102

4 L20-30 DERMATITIS DAN EXZEMA 2.986

5 G44 CEPHALGIA 2.899

6 K 02 KARIES GIGI 2.375

7 K05 GINGGIVITIS 2.370


DIARHEA DAN INF.BACTERI USUS
8 A 03-04 2.345
LAIN
9 M 60- M 79 PENY.OTOT, TENDON & JAR.IKAT 1.941

10 E 10-E14 DIABETUS MILITUS 1.257

Sumber: Data Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Ambarawa, 2017.

Berdasarkan data diatas menunjukan hipertensi termasuk masalah kesehatan nomor


dua dari sepuluh penyakit tersering di puskesmas ambarawa. Ditunjukkan dengan
penemuan 2.292 penderita hipertensi pada tahun 2016 dan terdapat peningkatan penderita
hipertensi sebanyak 3.933 penderita hipertensi pada tahun 2017.
Menurut data cakupan pengukuran tekanan darah berdasar jenis kelamin tahun
2017, jumlah penduduk Kelurahan Baran usia ≥ 15 tahun laki-laki dan perempuan
sebanyak 4.790. Kemudian warga yang melakukan pengukuran tekanan darah sebanyak
2.695 penduduk terdiri dari laki-laki, perempuan usia ≥ 15 tahun dan ditemukan sebanyak
240 penduduk yang terdeteksi mengalami peningkatan tekanan darah atau hipertensi.

25
Tabel 8. Data Kunjungan Kasus Hipertensi Kelurahan Baran di Puskesmas Ambarawa
KASUS HIPERTENSI
BULAN JUMLAH
BARU LAMA
Januari 3 2 5
Februari 0 15 15
Maret 3 2 5
April 3 2 5
Mei 9 2 11
Juni 3 2 5
Juli 3 0 3
Agustus 9 11 20
September 3 2 5
Oktober 3 2 5
November 3 2 5
Desember 3 2 5

Total 45 44 89
Sumber : Data Kunjungan Pasien Hipertensi Puskesmas Ambarawa, 2017.

Berdasarkan data kunjungan pasien dari Kelurahan Baran tahun 2017 terdapat 89
penderita hipertensi terdiri dari 44 (49%) kasus lama penderita hipertensi dan 45 (50%)
kasus baru penderita hipertensi yang berkunjung ke puskesmas. Data ini menunjukan bahwa
penderita hipertensi di ambarawa khususnya kelurahan Baran meningkat.Ditunjukan juga
dengan penemuan kasus baru hipertensi terbanyak pada bulan Mei 9 penderita dan Agustus 9
penderita.

26
Tabel 9.Daftar Peserta Posbindu Kelurahan Baran Usi 15-55 Tahun
NO NAMA JENIS KELAMIN UMUR TEKANAN DARAH
1 Ny. N P 41 150/101
2 Ny. I P 37 140/94
3 Ny. S. M. P 42 180/100
4 Ny. A.F. P 40 152/92
5 Ny. S. M. P 44 202/119
6 Ny. N. E. P 47 145/84
7 Ny. R. P 44 145/88
8 Ny. S. R. P 50 147/85
9 Ny. I. P 46 148/98
10 Ny. M. P 41 128/94
11 Ny. L. P 33 108/67
12 Ny. T. P 41 128/77
13 Ny. M. P 31 121/79
14 Ny. R. P 40 115/71
15 Ny. A.S. P 41 128/83
16 Ny. D. P 42 126/69
17 Ny. R. P 40 107/66
18 Ny. F. P 33 103/74
19 Ny. R. P 46 116/82
20 Ny. A. P 30 105/72
21 Ny. E.D. P 32 100/70
22 Ny. Y.K. P 45 130/80
23 Ny. S. P 40 139/97
24 Ny. S. L. P 43 122/83
25 Ny. E.M. P 36 129/94
26 Ny. S. K. P 48 113/86
Sumber : Data Posbindu Baran, 2017-2018

27
Grafik 2. Angka Kejadian Hipertensi pada Posbindu Kelurahan Baran dalam 1 Bulan

Angka Kejadian Hipertensi pada Posbindu


Kelurahan Baran dalam 1 Bulan
7
6
5
4
3
2
1
0
20-34 35-44 45-54

Sumber: Data Posbindu Baran 2017-2018

Data peserta posbindu di Kelurahan Baran terdapat 26 peserta. Berdasarkan grafik


ditunjukan bahwa terdapat 9 peserta atau 35% yang mengalami hipertensi, pada usia 35-44
tahun terdapat 6 penderita hipertensi, usia 45-54 tahun sebanyak 3 penderita. Data tersebut
menunjukkan bahwa angka kejadian penderita hipertensi di wilayah kelurahan baran terjadi
pada rentang usia 35-44 tahun yaitu usia dewasa produktif. Oleh karena itu, hipertensi harus
terdeteksi sejak awal dan dikelola dengan baik agar kedepannya tidak timbul komplikasi.

Tabel 10. Jumlah Penduduk Kelurahan Baran Tahun 2017


UMUR
RW TOTAL
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54
RW 1 82 70 79 75 101 92 88 65 652
RW 2 69 73 53 59 70 66 52 59 501
RW 3 57 72 52 79 76 55 75 64 530
RW 4 61 63 49 53 71 65 63 50 475
RW 5 63 65 53 68 76 72 70 47 514
RW 6 66 65 72 62 77 84 84 57 567
RW 7 131 110 127 153 153 144 115 93 1.026
TOTAL 529 518 485 549 624 578 547 435 4.265
Sumber : Rekapitulasi Jumlah Penduduk Bedasarkan Umur Kelurahan Baran, 2017

28
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa jumlah total penduduk kelurahan baran
usia 15-54 tahun sebanyak 4.265 yang mana jumlah tersebut adalah penduduk yang beresiko
menderita hipertensi. Jumlah penduduk yang beresiko tinggi terdapat pada RW 7 dan yang
beresiko rendah adalah RW 4 berdasarkan jumlah penduduk.
Data profil puskesmas ambarawa tahun 2017 terdapat 48.392 orang yang beresiko
terkena hipertensi. Di Kelurahan Baran jumlah yang beresiko ada 4.265 orang. Dari jumlah
tersebut masyarakat yang telah terdeteksi hipertensi 9 penderita dari posbindu dan 89
penderita dari kunjungan di Puskesmas Ambarawa, sehingga masyarakat yang terdeteksi
menderita hipertensi presentasenya adalah jumlah hipertensi posbindu + hipertensi di
puskesmas baru dan lama di bagi jumlah penduduk yang beresiko ((9 + 89) : 48.392) x 100 =
0,20%.

Tabel 11. Jumlah Penduduk Beresiko dan perkiraan jumlah penderita hipertensi
Jumlah Penduduk
Perkiraan Jumlah Penderita
RW beresiko
Hipertensi
Menderita Hipertensi
1
RW 1 652
1
RW 2 501
1
RW 3 530
1
RW 4 475
1
RW 5 514
1
RW 6 567
2
RW 7 1.026
8
TOTAL 4.265

Berdasarkan Perhitungan dalam satu posbindu yang beranggotakan 26 peserta


kemudian 9 diantaranya terdeteksi hipertensi dan dapat diperkirakan bahwa terdapat 2%
orang yang mengalami hipertensi.Perkiraan jumlah penderita hipertensi berdasarkan jumlah
penduduk beresiko menderita hipertensi terbesar di RW 7 sebanyak 2 dan jumlah total
perkiraan penduduk beresiko menderita hipertensi sebesar 8 di wilayah kelurahan baran.

29
Grafik 3. Jumlah Orang dengan Stroke Berdasarkan Kelompok Umur di Puskesmas di
Indonesia tahun 2016

Sumber : Profil Penyakit Tidak Menular Indonesia, 2016

Grafik diatas menunjukkan bahwa penderita stroke tertinggi berada pada kelompok usia
≥ 60 tahun sebanyak 1.677 penderita dan terendah pada kelompok usia < 15 tahun dengan
jumlah 4 penderita.

Grafik 4. Jumlah Orang dengan Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Kelompok


Umur di Puskesmas Indonesia Tahun 2016

Sumber : Profil Penyakit Tidak Menular Indonesia, 2016.

Berdasarkan grafik diatas jumlah orang dengan penyakit jantung koroner berdasarkan
kelompok umur di puskesmas indonesia tertinggi pada usia ≥ 60 tahun sebanyak 2.228 dan
terendah pada kelompok usia 15-35 yaitu 168 yang mengalami penyakit jantung koroner.

30
Grafik 5. Perkiraan Peningkatan Jumlah Penderita Hipertensi pada Tahun 2017-2021
Wilayah Kelurahan Baran

Perkiraan Peningkatan Jumlah Penderita


Hipertensi Pada Tahun 2017 - 2021 Wilayah
Kelurahan Baran
35
32
30

25 24
20

15 16

10
8
5

0
2017 2018 2019 2020 2021

Grafik tersebut menunjukkan bahwa, perkiraan resiko menderita hipertensi


dikelurahan baran pada 5 tahun kedepan semakin meningkat pertahunnya. Yaitu dengan
perkiraan pada tahun 2018 ditemukan 8 penderita baru hipertensi dan akan meningkat
sebanyak 32 penderita hipertensi tahun 2021. Dimana 8 ini merupakan hasil prediksi 0,20%
dari jumlah penduduk Baran yang beresiko menderita hipertensi. Oleh karena itu
pendeteksian lebih awal akan mengurangi dan mencegah kejadian Hipertensi dan
komplikasinya untuk kedepannya.

31
Grafik 6. Distribusi Pekerjaan Masyarakat Kelurahan Baran Tahun 2017

Distribusi Pekerjaan Masyarakat Kelurahan Baran


Tahun 2017
1800
1603
1600
1353
1400
1200
1000
800
570
600
400 284
200 58 79 20 10 34 100
5 3 3 43 1 1 2 1 53 2 4 6 12
0

Wiraswasta
Petani/Pekebunan
Perdagangan

Karyawan Honorer
Buruh Harian Lepas
PNS

Sopir
Pensiunan

Karyawan BUMN

Dosen

Bidan
Perawat
Tentara Nasional Indonesia

Karyawan Swasta

Karyawan BUMD

Guru
Dokter
Kepolisian RI

Pedangan
Tukang Jahit
Penata Rambut
Seniman
Buruh Tani/Perkebunan

Sumber : Rekapitulasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Kelurahan Baran,


2017.

Grafik tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan buruh harian lepas menduduki peringkat
teratas sebanyak 1.603, kedua adalah karyawan swasta dan peringkat ketiga wiraswasta pada
wilayah kelurahan baran. Karena tuntutan ekonomi memaksa mereka untuk bekerja
sepanjang waktu sehingga waktu untuk mengikuti program Posbindu PTM menjadi terbatas
atau bahkan tidak ada waktu sama sekali, dengan pekerjaan tersebut mempengaruhi
kesadaran untuk makan makanan yang tidak sehat. Hal ini juga berperan terhadap kejadian
hipertensi dilihat dari pola hidup mereka, yaitu tingkat stress yang tinggi, kurangnya
istirahat/sering begadang, makanan sembarangan dan yang banyak mengandung kolesterol
dan kurangnya olahraga.Sehingga mempengaruhi kualitas kesehatan mereka masayarakat
yang beresiko terkena hipertensi.

32
B. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan data dari hasil kejadian penyakit Hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Ambarawa khususnya di Kelurahan Baran, maka dapat diketahui faktor
risiko yang berperan dalam terjadinya penyakit hipertensi adalah gaya hidup masyarakat
yang kurang sehat meliputi tingkat stres yang tinggi, kurang istirahat (sering begadang),
sering mengkonsumsi kopi dan rokok dengan alasan untuk menghilangkan rasa kantuk,
sering mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol yang tinggi, dan kurangnya
olahraga. Dan dengan didukung oleh data pekerjaan masyarakat Kelurahan Baran yang
sebagian besar karwayan swasta sehingga masih terdapat masyarakat kelurahan Baran
yang beresiko menderita hipertensi belum melakukan pemeriksaan kesehatan ke
Puskesmas dan jejaringnya terutama ke Posbindu PTM. Kunjungan masyarakat ke
Posbindu PTM yang masih relatif sedikit menyebabkan kurang efektinya peran Posbindu
PTM dalam upaya deteksi dini penderita hipertensi. Jumlah kunjungan masyarakat yang
masih sedikit disebabkan kurangnya sosialisasi Posbindu PTM dan upaya promosi
kesehatan tentang hipertensi.
Berdasarkan pembahasan tentang penyebab masalah maka dibuat beberapa
alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan sebagai pilihan untuk membantu
mengatasi permasalahan penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ambarawa
antara lain :
A. Penyuluhan mengenai penyakit Hipertensi dan Posbindu PTM di berbagai kegiatan
program UPTD Puskesmas Ambarawa yang dilaksanakan di Kelurahan Baran.
B. Pembagian leaflet mengenai penyakit Hipertensi dan Posbindu PTM.
C. Pemasangan standing banner atau poster penyakit Hipertensi dan Posbindu PTM di
fasilitas pemerintah seperti kantor Kelurahan Baran.

C. Penentuan Alternatif Terpilih


Penentuan prioritas pemecahan masalah harus memperhitungkan beberapa
aspek, karena tidak semua alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan. Aspek-aspek
tersebut meliputi sarana, tenaga, dana, serta waktu. Prioritas masalah dapat dipilih
dengan menggunakan suatu metode yaitu metode Reinke. Metode ini menggunakan dua
kriteria, yaitu efektivitas dan efisiensi jalan keluar.
Efektifitas jalan keluar meliputi besarnya masalah yang dapat diatasi,
pentingnya jalan keluar, sedangkan efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan biaya yang
diperlukan untuk melakukan jalan keluar. Kriteria efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan

33
biaya yang dikeluarkan dalam menyelesaikan masalah. Pembagian skoring-nya adalah
dari sangat murah (1), hingga sangat mahal (5).

Tabel 12. Kriteria dan Skoring Efektivitas Jalan Keluar

Skor M I V C
(besarnya (kelanggengan (kecepatan (biaya yang
masalah yang selesainya penyelesaian dikeluarkan)
dapat diatasi) masalah) masalah)
1 sangat kecil sangat tidak sangat lambat Sangat mahal
langgeng
2 kecil tidak langgeng lambat Mahal

3 cukup besar cukup langgeng cukup cepat Cukup mahal

4 besar langgeng cepat Murah

5 sangat besar sangat langgeng sangat cepat Sangat murah

Prioritas pemecahan masalah pada kasus Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas


Ambarawa dengan menggunakan metode Reinke adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Prioritas Pemecahan Masalah Metode Reinke

Efektivitas Efisiensi MxIxV Urutan


Daftar Alternatif Jalan
No Prioritas
Keluar M I V C C Masalah

Penyuluhan penyakit
1 Hipertensi dan Posbindu 4 4 4 5 12,8 1

2 Pembagian leaflet 4 3 4 4 12 2

3. Pemasangan Standing 2 2 2 4 2 3
Banner

34
Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pemecahan masalah dengan
menggunakan metode Reinke, maka diperoleh prioritas pemecahan masalah yaitu
Penyuluhan mengenai penyakit Hipertensi dan Posbindu PTM di berbagai kegiatan
program UPTD Puskesmas Ambarawa di Kelurahan Baran.

D. Bentuk dan Materi Kegiatan


Kegiatan akan dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan interaktif. Materi yang
digunakkan dalam bentuk flip chart yang akan dijelaskan pelaksana kepada para peserta
tiap kegiatan program UPTD Puskesmas Ambarawa yang dilaksanakan di wilayah
Kelurahan Baran.

E. Sasaran
Masyarakat usia 15 – 54 tahun di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ambarawa
khususnya Kelurahan Baran.

F. Personil Pelaksanaan
Penanggung jawab : drg. Djuwinarti (Kepala UPTD Puskesmas Ambarawa)
Pembimbing : dr. Dwi Retno Sestiningtyas
Pelaksana : 1. Laila Rahmawati, AMK.
2. dr Ayu Kurnia Priyantiningrum
G. Rencana Evaluasi
1. Input
a. Man
Pembawa materi pada kegiatan penyuluhan interaktif berjumlah satu orang yaitu
pelaksana kegiatan.
b. Money
Rencana anggaran pada kegiatan ini berjumlah lima ratus ribu rupiah.
c. Material
Fasilitas yang akan digunakan dalam kegiatan penyuluhan berupa flip chart
Penyakit Hipertensi dan Posbindu PTM.
d. Method

35
Peserta dikumpulkan di suatu ruangan dan diberikan penjelasan mengenai
Penyakit Hipertensi dan Posbindu PTM dan diakhiri dengan sesi tanya jawab
mengenai penjelasan terkait penyakit Hipertensi dan Posbindu.
e. Minute
Estimasi waktu pelaksanaan kurang lebih 30-45 menit.
f. Market
Cakupan target kegiatan penyuluhan mengenai penyakit Hipertensi dan Posbindu
PTM adalah seluruh masyarakat di kelurahan Baran yang berusia 15-54 tahun.
2. Proses
Dalam pelaksanaan kegiatan ini diharapkan semua masyarakat Kelurahan
Baran berusia 15-54 tahun datang dan ikut serta dalam kegiatan ini dan memiliki
antusiasme yang tinggi sehingga kegiatan berjalan dengan lancar.
3. Outcome
Dapat terdeteksinya penyakit hipertensi secara dini dan bagi penderita
hipertensi tekanan darah dapat terkontrol dengan melakukan pemeriksaan tekanan
darah serta analisis lemak tubuh atau body fat analysis melalui peningkatan angka
kunjungan ke Posbindu PTM di wilayah Kelurahan Baran.
4. Output
Dampak program yang diharapkan adalah dapat mencegah dan mendeteksi
dini Penyakit Hipertensi secara dini sehingga jumlah morbiditas dan mortalitas
Hipertensi menurunmelalui kegiatan Posbindu PTM.

H. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan melalui 3 tahap yaitu :
1. Perizinan
Perizinan dibuatkan oleh pihak dokter internsip yang ditujukan kepada Kepala
UPTD Puskesmas Ambarawa dan dokter pembimbing untuk melaksanakan intervensi
penyuluhan interaktif Penyakit Hipertensi dan Posbindu PTM di berbagai kegiatan
baik yang berada di bawah binaan UPTD Puskesmas Ambarawa maupun yang tidak
yang dilaksanakan di Kelurahan Baran.
2. Persiapan Materi
Materi yang disiapkan adalah materi penyuluhan mengenai pengertian
hipertensi, faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, tanda dan
gejala hipertensi, komplikasi hipertensi dan penatalaksanaan hipertensi, serta

36
Pengertian Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular), faktor risiko
penyebab penyakit tidak menular yang harus diperbaiki contohnya penyakit
Hipertensi tersebut, kebijakan pemerintah terkait Posbindu, manfaat Posbindu, tujuan
Posbindu, kegiatan Posbindu, dan bagaimana alur rujukan Posbindu apabila ditemui
Penyakit Tidak Menular. Bentuk kegiatan Posbindu yang diadakan di Kelurahan
Baran diadakan rutin setiap bulan yang mencakup pendataan peserta dengan
pencatatan pemantauan faktor risiko PTM di buku pencatatan; wawancara dengan
petugas pelaksana Posbindu; pengukuran tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT),
lingkar perut, analisa lemak tubuh ataubody fat analysis, pengukuran tajam
penglihatan pendengaran; pengukuran tekanan darah serta kolesterol total dan gula
darah sesuai dengan frekuensi jangka waktu pemantauan faktor risiko PTM; dan
identifikasi faktor risiko PTM serta konseling atau edukasi mengenai perlu atau
tidaknya tindak lanjut ke fasilitas kesehatan terdekat.
3. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan mengikuti jadwal kegiatan program UPTD Puskesmas
Ambarawa dalam lingkup wilayah Kelurahan Baran. Adapun kegiatan tersebut berupa
kegiatan di aula Puskesmas Ambarawa seperti pada penyuluhan kader-kader
posyandu ataupun penyuluhan calon pengantin, dalam kelurahan Baran yang meliputi
posyandu yang berjalan rutin di berbagai sub wilayah Kelurahan Baran,verifikasi
sanitasi total berbasis masyarakat di aula Kelurahan Baran, kunjungan ke rumah-
rumah dalam penentuan jamban sehat yang dimiliki warga sekitar 140 rumah,
pertemuan kader seluruh posyandu di Kelurahan Baran yang rutin diadakan setiap
bulan, dan pertemuan ibu-ibu PKK Kelurahan Baran.
Posyandu yang diadakan di Kelurahan Baran berjumlah 5 posyandu balita dan 2
posyandu lanjut usia. Adapun posyandu yang dapat dijangkau hanya 4 dari setiap
posyandu yang dijalankan untuk memperkenalkan Posbindu PTM. Pada verifikasi
sanitasi total berbasis masyarakat di aula Kelurahan Baran meliputi lintas sektoral
baik dari petugas puskesmas, satuan militer, polisi, kader posyandu ataupun
perwakilan tiap wilayah di Kelurahan Baran.

I. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan


Tahap evaluasi adalah melakukan evaluasi mengenai 3 hal, yaitu evaluasi sumber
daya, evaluasi proses, evaluasi hasil. Berikut ini akan dijelaskan mengenai hasil evaluasi
masing-masing aspek.

37
Input
1) Man
Secara keseluruhan sumber daya dalam pelaksanaan penyuluhan sudah cukup baik
karena narasumber memiliki pengetahuan yang cukup mengenai materi yang disampaikan
dan para pesertanya cukup antusias. Saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang hadir
kurang lebih 75-100% dari cakupan kegiatan yang ada.
2) Money
Anggaran dana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan mini project ini
digunakan untuk mencetak dua buah flip chart Posbindu PTM dan satu buah flip chart
Hipertensi sebagai media penyuluhan sebesar lima ratus ribu rupiah.
3) Material
Pada kegiatan penyuluhan materi telah dipersiapkan dengan baik, materi penyuluhan
didapatkan dari program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dan Pengendalian
Penyakit Hipertensi sesuai dengan JNC VIII.
4) Metode
Metode penyuluhan yang digunakan adalah melalui pemberian materi secara lisan dan
tulisan dengan menggunakan sarana flow chart serta dilakukan diskusi. Evaluasi pada
metode ini termasuk cukup baik dan sasaran penyuluhan tertarik untuk mengikuti dan
mendengarkan penjelasan narasumber.
5) Minute
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program sesuai dengan perencanaan, dimana
dilakukan sekitar 45-60 menit setiap program kegiatan UPTD Puskesmas Ambarawa
untuk memaparkan Penyakit Hipertensi dan Posbindu PTM
6) Market
Sasaran kepada masyarakat di kelurahan Baran yang berusia 15 – 54 tahun pada
kegiatan ini khususnya dalam pengetahuan penyakit hipertensi dan Posbindu PTM di
wilayah Baran.
Proses
Evaluasi terhadap proses disini adalah terhadap proses pelaksanaan penyuluhan.
Penyuluhan yang didadakan tiap program kegiatan UPTD Puskesmas Ambarawa dalam
Wilayah Baran sesuai dengan waktu yang sudah dijadwalkan. Proses penyuluhan
berlangsung kurang lebih 30-45 menit dalam 2 materi meliputi penjelasan mengenai
penyakit Hipertensi dan Posbindu PTM. Evaluasi dilakukan dengan melakukan sesi tanya
jawab selama 10-15 menit sehingga beberapa pasien yang pengetahuannya rendah dapat

38
memahami lebih baik tentang penyakit Hipertensi dan dapat mengetahui faktor risiko
terkait penyakit Hipertensi dalam kegiatan Posbindu PTM di Wilayah Baran yang
diadakan tiap tanggal 7 setiap bulannya.
Output
Seluruh masyarakat di kelurahan Baran yang berusia 15-54 tahun yang sudah
diberikan penyuluhan Penyakit Hipertensi dan Posbindu PTM cukup termotivasi untuk
mendatangi kegiatan Posbindu secara rutin. Hal ini didukung dari pihak puskesmas, bidan
desa dan para kader posyandu dalam hal mempublikasikan kegiatan tersebut.
Effect
Dapat menarik minat masyarakat khususnya kelompok usia produktif (15-54
tahun) untuk rajin datang ke Posbindu PTM wilayah Kelurahan Baran dan melakukan
pemeriksaan tekanan darah dan analisis lemak tubuh atau body fat analysis secara rutin
guna dapat meningkatkan pola hidup yang sehat dan memantau faktor risiko penyakit
tidak menulat seperti Penyakit Hipertensi.

Outcome
Dampak program yang diharapkan adalah menurunnya angka penyakit tidak
menular yang terdeteksi dari kegiatan posbindu iini di berbagai fasilitas kesehatan dalam
ruang lingkup UPTD Puskesmas Ambarawa seperti PenyakitHipertensi.

39
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pada tahun 2017 terdapat 48.392 orang yang beresiko terkena hipertensi di
Ambarawa, 14.638 orang melakukan pemeriksaan diri ke Puskesmas Ambarawa, 133
orang melakukan pemeriksaan diri ke posbindu, 33.621 orang (69,47%) tidak melakukan
pemeriksaan diri ke puskesmas atau jejaringnya.
2. Analisis pemecahan masalah menggunakan metode reinke, dimana prioritas
pemecahan masalah yaitu Penyuluhan mengenai penyakit Hipertensi dan Posbindu PTM
pada berbagai kegiatan masing-masing kelurahan baik yang berada di bawah binaan
Puskesmas maupun yang tidak.
3. Metode penyuluhan menggunakan cara diskusi interaktif dengan media flip chart
(lembar balik). Materi lembar balik berisi tentang penyakit Hipertensi dan Posbindu
PTM.

B. Saran
1. Kegiatan penyuluhan ini sebaiknya diperkenalkan kepada kader kesehatan di wilayah
Kelurahan Baran menggunakan lembar balik (filp chart) menjadi menggiatkan ajakan
masyarakat secara rutin dan mandiri berkunjung ke Posbindu setiap bulan.
2. Menyebarkan informasi pentingnya Posbindu PTM pada lintas sektoral dengan stake
holder dan perangkat kelurahan sehingga dapat memotivasi masyarakat dalam melakukan
pemeriksaan ke Posbindu PTM sehingga dapat memberikan tindak lanjut terhadap
penyakit tidak menular yang ditemui untuk memeriksakan dan melakukan tindakan
pengobatan di fasilitas kesehatan terdekat seperti PKD dan Puskesmas Ambarawa.

40
DAFTAR PUSTAKA

BadanPenelitiandanPengembanganKesehatanKementrianKesehatan RI, 2013,


RisetKesehatanDasar 2013, KementrianKesehatan RI, Jakarta.

Buku Penyelenggaraan Posbindu PTM. Kementrian Kesehatan RI, 2013

Buku Penyelenggaraan Posbindu PTM. Kementrian Kesehatan RI, 2012

Data Posbindu Baran., 2017. Penderita Hipertensi Pada Posbindu Baran Ambarawa.
Kementrian Kesehatan RI., 2012. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular (POSBINDU PTM). Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. Dijten PTM.
Mohadi C.I., 2014. Hipertensi Primer. In Setiati dkk (ed). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: FKUI, pp: 2284-93.

Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posbindu PTM, 2013. Dikutip dari


www.p2tm.kemenkes.go.id/dokumen-p2ptm/petunjuk-teknis-pos-pembinaan-terpadu-
penyakit-tidak-menular-posbindu-ptm-2013. Diakses tanggal 20 April 2018.

Profil Kesehatan Puskesmas Ambarawa., 2016. Prevalensi Hipertensi Puskesmas Ambarawa.


Profil Kesehatan Puskesmas Ambarawa., 2017. Prevalensi Hipertensi Puskesmas Ambarawa.
Pudiastuti, Ratna D. 2011. Penyqkit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahajeng, E.,2012. Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Indonesia. Jurnal
Informasi KEsehatan Vol 2. Direktorat PPTM. P2PI. Kementrian Kesehatan Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar., 2015. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Indonesia.
Shadine M., 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke. PT.
Gramedia, Jakarta.

World Health Organization. 2013. World Health Day. A Global Brief On


Hypertension. Geneva, pp: 1-40.

Yugiantoro M., 2014. Pendekatan Klinis Hipertensi. In: Setiati dkk (ed). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: FKUI, pp: 2259-83.

41
DOKUMENTASI KEGIATAN
Flip chart

42
Posyandu Balita dan Lansia

43
Verifikasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Kunjungan Rumah Jamban Sehat

44
Pertemuan Kader

45
Kelas Ibu Hamil Pertemuan Kedua

46
Pertemuan Ibu-Ibu PKK

47
Kegiatan Posbindu PTM Kelurahan Baran

48

Anda mungkin juga menyukai