Anda di halaman 1dari 65

TUGAS AKHIR

2019

RANCANG BANGUN MESIN PERONTOK PADI


MESIN PERONTOK PADI PORTABLE (THRESHER)

PORTABLE (THRESHER)

Disusun oleh :

ANIL FA’I
(216017)
BAYU SETYAWAN
(216024)

KURNIANTO
(216049)

NURAISYAH
(216071)

AKADEMI TEKNIK SOROAKO


TAHUN 2019
HALAMAN SAMPUL

TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN MESIN PERONTOK PADI PORTABLE


(THRESHER)
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Teknik

Disusun Oleh :

ANIL FA’I
(216017)

BAYU SETYAWAN
(216024)

KURNIANTO
(216049)

NURAISYAH
(216071)

AKADEMI TEKNIK SOROAKO

TAHUN 2019
HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN MESIN PERONTOK PADI PORTABLE (THRESHER)

Disusun Oleh :
Anil Fa’I NIM : 21601

Bayu Setyawan NIM : 216024

Kurnianto NIM : 216049

Nuraisyah NIM : 216071

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi
Perawatan dan Perbaikan Mesin, Akademi Teknik Soroako.
Ditetapkan :
Tanggal :

DEWAN PENGUJI
Pembimbing I Pembimbing II

Harman, S.T., M.T. Burhanuddin, S.E


NIDN : 928087502 NIDN : 911057602

Penguji I Penguji II

Simon Parekke, S.T., M.T. Muhammad Naim, S.T., M.T


NIDN : 903066802 NIDN : 904017507

Menyetujui,
Ketua Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin

Ichsan Ristiawan, S.T., M.Eng.


NIDN : 904118502

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatkan bahwa karya tugas ini adalah hasil
karya kami sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah
dinyatakan dengan benar dalam daftar pustaka.

Sorowako, …………..

ANIL FA’I ( )
216017

BAYU SETYAWAN ( )
216024

KURNIANTO ( )
216049

NURAISYAH ( )
216071
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Sebagai sivitasi akademika Akademi Teknik Soroako, kami yang bertanda


tangan dibawah ini menyatakan bahwa demi pengembangan ilmu pengetahuan,
menyetujui untuk memberikan kepada Akademi Teknik Soroako Hak Bebas
Royalti Non-ekslusif (Non-exclusif Royalty Free Right) atas karya ilmiah kami
yang berjudul :

RANCANG BANGUN MESIN PERONTOK PADI PORTABLE


(THRESHER)

Beserta perangkat yang ada. Dengan Hak Bebas Royalti Non-ekslusif ini,
Akademika Teknik Soroako berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola
dalam bentuk pengkalan data (database), merawat dan memublikasikan tugas akhir ini
tanpa perlu meminta ijin dari kami selama tetap mencantumkan nama kami sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta, dengan menerapkan prinsip-prinsip,
etika dan aturan hukum yang berlaku tentang penggunaan informasi.

Dibuat di : Sorowako
Pada tanggal : …………

Yang menyatakan

ANIL FA’I ( )
216017

BAYU SETYAWAN ( )
216024

KURNIANTO ( )
216049

NURAISYAH ( )
216071

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan tugas akhir dapat diselesaikan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tugas akhir ini merupakan persyaratan
untuk menyelesaikan program Diploma-3, program studi perawatan dan perbaikan
mesin Akademi Teknik Soroako. Tugas akhir ini disusun dengan segala kemampuan
dan konsentrasi yang ada untuk menyelesaikannya. Adapun judul Tugas Akhir yang
diangkat dalam Tugas Akhir ini yaitu :

“RANCANG BANGUN MESIN PERONTOK PADI PORTABLE


(THRESHER)”
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan saran, bimbingan,
dan petunjuk, terutama kepada :

1. Bapak Harjuma, S.ST., M.T selaku Direktur Akademi Teknik Soroako.


2. Bapak Harman, S.T., M.T., Ir. dan Bapak Burhanuddin, S.E selaku pembimbing
atas segala waktu dan bimbingannya selama tugas akhir.
3. Seluruh staf dan pegawai Akademi Teknik Soroako yang telah memberikan
bantuan, masukan dan bersedia berbagi pengalaman.
4. Rekan-rekan dan adik-adik mahasiswa Akademi Teknik Soroako.
5. Kedua orang tua dan saudara yang selalu memberikan dukungan moril dan doa.
6. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu baik
pada pembuatan produk maupun dalam penulisan laporan tugas akhir.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua, oleh karena itu masukan dan
kritikan yang sifatnya membangun sangat membantu dalam pengembangan penelitian
ini selanjutnya.

Sorowako, 11 juli 2019

Tim Penulis

iii
ABSTRAK

Luwu Timur (Kecamatan Nuha, Wasuponda dan Towuti) merupakan salah satu
kabupaten penghasil beras di Sulawesi Selatan yang sebagian besar masyarakatnya
bekerja disektor pertanian. Teknologi pada saat ini sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, guna membantu manusia dalam melakukan aktifitasnya. Salah satu kegiatan
yang masih kurang tersentuh oleh teknologi yaitu proses kegiatan perontokan padi.

Metode penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap perancangan,
tahap manufaktur, tahap perakitan, hingga tahap pengujian. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode studi pustaka yaitu mengumpulkan data dari buku, literature,
jurnal, membuka website di internet yang berhubungan dengan rancangan yang dibuat
dan metode diskusi dengan melakukan diskusi dengan melakukan diskusi kepada dosen
pembimbing. Tahap perancangan terdiri dari indentifikasi masalah, membuat konsep
rancangan seperti desain rancangan, perhitungan elemen mesin yang dianggap kritis.
Hasil dari alternatif konsep yang terpilih adalah bentuk konstruksi menggunakan 2
system penggerak, penggerak utama mesin menggunakan motor bakar dan pedal
(manual), transmisi yang digunakan yaitu pulley-belt yang berfungsi sebagai
meneruskan/menggerakkan putaran pada pisau perontok (thresher) sehingga dapat
melakukan proses pemisahan bulir-bulir padi dari batang jerami.

Berdasarkan hasil pengujian, mesin perontok padi dapat menghasilkan padi seberat
837 gram selama 47,82’’c dan jika beroperasi selama 1 jam maka akan menghasilkan
padi seberat 62,6 Kg jika menggunakan penggerak motor bakar. Sedangkan jika
dioperasikan menggunakan pedal manual maka akan menghasilkan padi 373 gram yang
beroperasi selama 92,8’’ dan jikan beroperasi selama 1 jam maka akan menghasilkan
padi seberat 14,5 Kg.

Kata Kunci: Pisau perontok (thresher), padi, motor bakar

iv
ABSTARCT

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................................... iv
ABSTARCT ....................................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

1.3 Batasan Masalah ................................................................................................ 2

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 2

1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4


2.1 Padi .................................................................................................................... 4

2.2 Pemanenan Padi ................................................................................................. 4

2.2.1 Penentuan Waktu Panen ............................................................................. 5

2.3 Thresher ............................................................................................................. 5

2.4 Macam Jenis Mesin Perontok Padi (Thresher) .................................................. 6

2.4.1 Pedal Thresher Lipat .................................................................................. 6

2.4.2 Thresher dengan Tipe Drum (Silinder) Tertutup ....................................... 7

2.4.3 Thresher Bergerak (mobil) Tipe Aksial...................................................... 8

2.4.4 Perontok Padi Portable Berbiaya Rendah Untuk Petani Kecil ................. 10

2.5 Mesin Perontok Padi Portable (Thresher) ....................................................... 11

2.6 Metode Perontokan Padi .................................................................................. 11

vi
2.6.1 Cara merontokkan padi ............................................................................. 11

2.7 Elemen Mesin .................................................................................................. 12

2.7.1 Motor Bakar .............................................................................................. 12

2.7.2 Puli (Pulley) dan Sabuk (Belt) .................................................................. 13

2.7.3 Bantalan Gelinding (Bearing) ................................................................... 15

2.7.4 Poros (Shaft) ............................................................................................. 16

2.7.5 Pasak ......................................................................................................... 18

2.7.6 Baut........................................................................................................... 19

2.8 Konsep Perancangan Mesin Perontok Padi Portable (Thresher) ..................... 20

2.8.1 Merancang ................................................................................................ 21

2.8.2 Rancangan Final ....................................................................................... 21

BAB III METODOLOGI PENelitian ......................................................................... 23


3.1 Tahapan Penelitian ........................................................................................... 23

3.1.1 Tahapan Perancangan ............................................................................... 23

3.1.2 Tahap Manufaktur .................................................................................... 23

3.1.3 Tahap Perakitan ........................................................................................ 23

3.1.4 Tahap Pengujian ....................................................................................... 23

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................... 25

3.3 Teknik Pengumpulan Data............................................................................... 25

3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................................... 25

3.5 Perancangan Konsep ........................................................................................ 26

3.5.1 Tuntutan Umum Konstruksi Mesin .......................................................... 26

3.5.2 Penepatan Fungsi ...................................................................................... 27

3.6 Penilaian Alternatif Rancangan ....................................................................... 28

3.6.1 Konsep Bentuk Konstruksi Mesin ............................................................ 29

3.6.2 Alternatif Sumber Daya (Penggerak) ....................................................... 30

vii
3.6.3 Alternatif Sistem Transmisi ...................................................................... 31

3.6.4 Alternatif Pisau Perontok (Thresher) ....................................................... 32

3.7 Penentuan Alternatif Rancangan...................................................................... 33

3.8 Proses Permesinan ........................................................................................... 34

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN..................................... 35


4.1 Hasil Perancangan ............................................................................................ 35

4.2 Prinsip Kerja .................................................................................................... 35

4.3 Perhitungan Elemen Mesin .............................................................................. 36

4.3.1 Perhitungan poros ..................................................................................... 36

4.3.2 Perhitungan Puli dan Sabuk...................................................................... 39

4.4 Uji Coba .......................................................................................................... 40

BAB V KESIMPULAN ............................................................................................ 43


5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 43

5.2 Saran ................................................................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 45

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Padi ............................................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. 2 Pedal Thresher Lipat .................................................................................... 6
Gambar 2. 3 Thresher Dengan Tipe Drum Tertutup ........................................................ 7
Gambar 2. 4 Thresher Bergerak (mobil) Tipe Aksial....................................................... 8
Gambar 2. 5 Mesin Perontok Padi Portable (Thresher) ................................................. 11
Gambar 3. 2 Motor Bakar (Sumber: Dokumentasi Pribadi).......................................... 12
Gambar 2. 7 Pulley dan Belt .......................................................................................... 14
Gambar 2. 8 Bearing ....................................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. 9 Momen Bengkok ........................................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. 3 Tahapan Penilitian ..................................................................................... 24
Gambar 4. 1 Mesin Perontok Padi Portable (Thresher) ................................................. 35

ix
DAFTAR TABEL
Table 2. 1 Spesifikasi Mesin........................................................................................... 13
Table 2. 2 Tekanan Geser & Tekanan Lubang Izin ........................................................ 20
Table 3. 1 Tuntutan Umum Konstruksi Mesin ............................................................... 26
Table 3. 2 Fungsi Mekanisme Komponen ...................................................................... 27
Table 3. 3 Seleksi Konsep Bentuk Mesin ...................................................................... 29
Table 3. 1 Tuntutan Umum Konstruksi Mesin ............................................................... 26
Table 3. 4 Penilaian Sumber Daya (Penggerak) ............................................................. 30
Table 3. 5 Penilaian Sistem Transmisi ........................................................................... 31
Table 3. 6 Penilaian Pisau Perontok (Thresher) ............................................................. 32
Table 3. 7 Penentuan Alternatif Rancangan ................................................................... 33

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instruksi Kerja Mesin Perontok Padi Portable (Thresher) ......................... 47


Lampiran 2 Total Biaya Material Pembuatan Mesin..................................................... 50
Lampiran 3 Gambar Kerja Mesin Perontok Padi Portable (Thresher) .......................... 51

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan pesatnya perkembangan teknologi pada saat ini, peningkatan efisiensi
dan efektifitas dalam kegiatan sehari-hari menjadi semakin mendesak. Efisiensi,
efektifitas dan kenyamanan menjadi titik berat penerapan teknologi, salah satunya
pada sektor kegiatan pertanian yang masih sederhana adalah pada proses
merontokkan/memisahkan padi dari batangnya.

Untuk merontokkan padi, umumnya para petani menggunakan alat perontok


padi yang biasa dikenal dengan nama thresher (mesin perontok padi). Dalam
pelaksanaanya, proses perontokan padi yang terjadi dilapangan menimbulkan
masalah yang berbeda-beda yakni seperti cara tradisional merontokkan padi dengan
menggunakan mesin perontok manual dengan daya penggerak berupa penggunaan
perontok yang berputar dengan cara di kayuh (pedal), kemudian juga dengan
merontokkan padi dengan mesin perontok padi mekanik yang memiliki bobot
cukup berat sehingga memerlukan tenaga yang cukup besar untuk memindahkan ke
tempat yang jauh di tengah persawahan.

Saat ini perontok padi dengan bahan bakar menggunakan mesin motor listrik
maupun motor bakar, banyak ditemui dipasaran dengan harga yang bervariasi
namun dengan menggunakan mesin pun masih memiliki banyak keterbatasan
seperti, penyalaan bahan bakar yang akhir-akhir ini sering mengalami kelangkaan
khususnya di daerah terpencil, sumber listrik dan lain-lan.

Dari adanya beberapa fakta tersebut maka penulis menemukan ide untuk
membuat mesin perontok padi yang lebih ringan bobotnya serta mudah untuk
dipindah ke tempat lain (portable) agar dapat menjangkau area yang sempit dan
ketengah persawahan yang kontur tanahnya tidak rata ataupun berbentuk terasering,
dimana pada penggerak utamanya motor bakar, namun juga dapat digerakkan
secara manual (pedal).

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 1


1.2 Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah dari rancangan Tugas Akhir adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana membuat mesin perontok padi dengan menggunakan system
penggerak motor dan pedal manual ?
2. Bagaimana membuat mesin dengan desain sederhana dan dengan dimensi yang
tidak terlalu besar agar ringan dan mudah di pindahkan ?

1.3 Batasan Masalah


Berikut batasan masalah dari rancangan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut:

1. Perancangan dibatasi pada perencanaan system penggerak mesin (motor bakar


dan pedal manual).
2. Perancangan dibatasi pada beberapa bagian mesin yang terbuat dari material
yang lebih ringan seperti penggunaan material hollow pada rangka mesin.
3. Perhitungan hanya pada bagian poros, perhitungan sabuk dan pulley.
4. Pengujian dilakukan untuk mengetahui kapasitas mesin.

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian tugas akhir ini bertujuan untuk:
1. Untuk merancang bangun mesin perontok padi dengan system penggerak
motor dan pedal manual.
2. Untuk merancang bangun mesin perontok padi dengan dimensi yang lebih
kecil (900x500x600) dan menggunakan material yang lebih ringan pada
rangkanya (hollow).

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 2


1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini berdasarkan pada pedoman
teknis penulisan Tugas Akhir 2019 yang diterbitkan oleh Akademi Teknik Soroako,
Sistematika laporan ini dibagi menjadi tiga bagian utama, masing-masing bagian
dapat dirinci sebagai berikut :
a. Bagian Awal
Bagian awal berisi halaman sampul (cover), halaman judul, halaman
pengesahan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman pernyataan persetujuan
publikasi karya ilmiah, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar gambar, daftar
table, dan daftar lampiran.
b. Bagian Isi
Bagian isi dibagi dalam 5 bab yaitu :
1) BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitiaan, dan sistematika penulisan, laporan Tugas Akhir.
2) BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi teori-teori pendukung yang membahas tentang pembuatan mesin perontok
padi padi portable (thresher).
3) BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi mengenai perencanaan dan sistematika rancangan mesin perontok
padi portable (Thrseher).
4) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi mengenai hasil perhitungan dan pengolahan data.
5) BAB V KESIMPULAN
Bab ini mengenai kesimpulan dari pembahasan sebeumnya serta saran-saran
yang diperlukan untuk Tugas Akhir selanjutnya.
c. Bagian Akhir
Bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Padi
Padi (bahasa latin: Oryza sativa) merupakan salah satu tanaman budidaya
terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman
budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga yang
sama, yang bisa disebut sebagai “Padi Liar”. Padi diduga berasal dari India atau
Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari
daratan Asia sekitar 1500 SM.

Gambar 2. 1 Padi
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah
Jagung dan Gandum. Namun demikian, Padi merupakan sumber karbohidrat utama
bagi mayoritas penduduk dunia. Hasil dari pengolahan padi dinamakan “beras”.

2.2 Pemanenan Padi


Pemanen padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat
dan mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan
ergonomis, serta menerapkan system panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam
melakukan pemanen padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 4


mutu hasil yang rendah. Pada tahap ini kehilangan hasil dapat mencapai 9,25%
apabila pemanen padi dilakukan secara tidak tepat.

2.2.1 Penentuan Waktu Panen


Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan
pasca pane padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan
kehilangan hasil yang tinggi dan mutu gabah/ beras yang rendah. Penentuan saat
panen dapat dilakukan berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis.

1) Pengamatan Visual
Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada
hamparan sawah. Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi
dicapai apabila 90 sampai 95% butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning
atau kuning keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan
gabah berkualitas baik sehingga menghasilkan rendemen giling yang tinggi.
2) Pengamatan Teoritis
Pengamatan teoritis dilakukan degan melihat deskripsi varietas padi dan
mengukur kadar air dengan moisture tester. Berdasarkan deskripsi varietas padi,
umur panen padi yang tepat adalah 30 sampai 35 hari setelah berbunga merata atau
antara 135 sampai 145 hari setelah tanam. Berdasarkan kadar air, umur panen
optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22-23% pada musim kemarau,
dan antara 24-26% pada musim penghujan.

2.3 Thresher
Di Indonesia Thresher mulai populer di masyarakat pada tahun 70-an saat
dimulainya Revolusi hijau yaitu mulai di perkenalkannya jenis varietas baru padi
oleh IRRI (International Rice Research Institue). Melalui kebijaksanan program
“Insus” dan selanjutnya “Supra Insus”sehingga hanya dalam waktu 5 tahun,
Indonesia yang pada tahun 1979 dikenal dengan negara pengimpor beras terbesar di
dunia. (2,3 juta ton).

Di Pulau Jawa (sebagai sentra tenaga tani yang padat dan melimpah) pengaruh
proyek-proyek tersebut telah memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan dari
segi aspek sosial/budaya dan tercatat sejumlah 98.084 unit mesin perontok pada
tahun 1990 beredar di Pulau Jawa, sehingga alasan bahwa mesin thresher

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 5


menggeser tenaga buruh tani yang ada adalah kurang mengena. Jumlah thresher
terbanyak berada di provinsi Jawa Timur, diusul Jawa Tengah. Provinsi Jawa Barat
memiliki jumlah thresher yang relatif sedikit, terutama di jalur Pantai Utara
(Pantura) yang dulu disebut sebagai lumbung beras nasional.

Pada decade 1960-1970, mesin pertanian yang diintroduksikan di Indonesia


adalah mesin mini buatan Jepang suku cadangnya masih diimpor oleh dealer-dealer
pemegang merk swasta (Yanmar, Kubota, Iseki, Satoh, Mutoh, dsb). Namun
thresher yang sekarang cukup popular di Indonesia mayoritas merupakan hasil
karya pengrajin lokal yaitu hasil modifikasi thresher yang telah dikembangkan oleh
proyek IRRI di Indonesia.

2.4 Macam Jenis Mesin Perontok Padi (Thresher)


Berikut ini adalah macam-macam dari alat mesin perontok padi yang telah
diciptakan oleh para teknisi sekarang ini antara lain seperti:

2.4.1 Pedal Thresher Lipat


Pedal Thresher Lipat mempunyai Prinsip kerja yang sama dengan pedal
thresher stationary, berbeda hanya pada komponen kerangka yang dapat dilipat
sehingga mudah dibawa ke tengah sawah. Pedal thresher lipat ini diciptakan pada
tahun 1984, dimaksudkan mengatasi besarnya sust tercecer akibat perontokan padi
menggunakan cara gebot, kemampuan kerjanya dapat mencapai antara 90 sampai
120 kg/jam hanya dengan satu orang operator.

Gambar 2. 2 Pedal Thresher Lipat


Sumber: (Sulistiaji, 2007)

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 6


Bentuknya sederhana, bahan terdiri dari pipa, kayu, kawat, dan plastic tenda,
dan dapat bebas fabrikasi menggunakan bahan bekas atau bahan baru, dengan
memanfaatkan gir roda belakang sepeda
beserta rantainya yang bersifat “Free
Wheel”, sekali pedal ditekan, drum perontok akan terus berputar karena dilengkapi
dengan pemberat “eksentrik”. Mekanisme kerangkanya mirip dengan kursi lipat,
sedangkan mekanisme pdealnya mirip dengan pedal pada mesin jahit (tipe kaki
menggunakan pegas ban karet bekas).

2.4.2 Thresher dengan Tipe Drum (Silinder) Tertutup


Dirancang dengan konstruksi yang sederhana dan terbuat dari bahan logam
besi yang ringan sehingga mudah di jinjing ke tengah lapangan oleh dua orang.
Pada umunya menggunakan sumber tenaga penggerak engine 5 HP. Thresher jenis
ini hanya cocok untuk merontok padi. Konstruksi Drum (silinder) tipe tertutup
dimaksudkan agar dalam pengoperasiannya apabila jerami dipotong pendek, maka
cara pengumpunannya boleh secara “masuk penuh” (Throw in), sedangkan apabila
jerami dipotong panjang perontokan dilakukan secara “ditahan” (Hold on) yakni
jerami tetap dipegang tangan saat perontokan, sehingga jerami sisa menjadi utuh
dan dapat disusun secara rapi untuk dimanfaatkan untuk keperluan lain. Kapasitas
kerja thresher ini 500kg per jam dan dioperasikan oleh 2 sampai 3 operator.
Kualitas hasil perontokkannya masih sangat kotor sehingga perlu dibersihkan lebih
lanjut.

Gambar 2. 3 Thresher Dengan Tipe Drum Tertutup


Sumber: (Sulistiaji, 2007)

Desain Orisinil Thresher jenis ini dikeluarkan oleh IRRI, dengan nama
thresher TH 6, pengrajin lokal Indonesia melakukan banyak modifikasi terhadap
thresher TH 6 ini, antara lain dez ngan menambahkan roda di sisi kiri dan kanan

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 7


mesin untuk memudahkan saat dibawa kelapangan sehingga hanya membutuhkan
satu orang operator saja. Kelebihan mesin thresher ini adalah hasil samping berupa
jerami yang utuh (metode oanen potong panjang), sedangkan kekurangannya adalah
: kapasitas kerja rendah, hasilnya kinerja perontokkan masih kotor.

2.4.3 Thresher Bergerak (mobil) Tipe Aksial


Thrseher tipe aksial ini mempunyai kapasitas kerja sangta besar 800 sampai
1000 kg/jam dengan bobot keseluruhan mesin 465 kg. Keunggulan thresher ini
antara lain.
1) Sangat mobil, dapat ditarik oleh, traktor, truk atau hewan.
2) Mempunyai kapastitas kerja yang cukup besar hingga 1 ton per jam.
3) Sumber daya gerak engine 10 HP.
4) Kebutuhan tenaga operator 3 sampai 4orang untuk mengumpan, merontok, dan
pengepakan.
5) Mudah dioperasikan.
6) Hasil perontokkan sudah bersih.

Mekanisme kerja perontokan semakin sempurna dengan mengubah proses


gerak bahan yang dirontokkan dapat mengalir secara aksial akibat hembusan angin
saat drum (silinder) perontok berputar, sehingga tidak terjadi “over loaded” atau
aliran balik bahan yang dirontok. Mengikuti metode panen potong panjang drum
(silinder) perontok cukup lebar dan besar, relatif terhadap bahan jerami yang akan
dirontok. Dua buah pengayak yang bergerak berlawanan arah dan dibantu dengan
kipas hembus (satu poros, sayap kembar) dibagian sisi-sisinya, akan menghasilkan
biji-bijian yang cukup bersih yang langsung dapat dimasukkan ke dalam karung
melalui pintu pengeluaran (poros berulir).

Gambar 2. 4 Thresher Bergerak (mobil) Tipe Aksial

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 8


Sumber: (Sulistiaji, 2007)

Bagaimanapun juga besar nilai kapasitas kerja akan sangat tergantung dengan
kecepatan pengumpanan bahan oleh operator. Sehingga sebelum mengoperasikan
mesin thresher jenis ini, bahan harus sudah siap disusun/ditumpuk sedemikian rupa
hingga perontokan tidak akan terganggu. Hal ini tidak merupakan kesulitan karena
thresher jenis ini sangat mobil dan mudah mendatangi tumpukan bahan yang
menunggu untuk dirontok di pinggir lahan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian thresher mobil tipe


aksial ini adalah:

1) Diperlukan perhatian yang serius saat menarik/menggandeng thresher aksial ini


menuju lapangan karena bobot dan volumenya yang cukupbesar.
2) Masil diperlukan lembaran kanvas, platik atau terpal untuk mengurangi susut
tercecer akibat permindahan tumpukan bahan ke neja pengumpan.
3) Perhatikan arah angin saat merontok agar operator terhindar dari arah balik debu
halus hasil perontokan yang dapat menerpa wajahnya.
4) Posisi mesin harus benar-benar datar, agar bijian tidak hanya mengumpul di sisi
pinggir pengayak sehingga proses pengayakan tidak berjalan sempurna.
5) Getaran mesin akan berakibat posisi mesin dapat bergeser, ganjal roda saat
merontok dan gunakan balok kayu, atau material keras untuk alas penopangnya.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 9


2.4.4 Perontok Padi Portable Berbiaya Rendah Untuk Petani Kecil

Gambar 2. 5 Perontok Padi Portable Menggunakan Motor Listrik


Sumber: (Dr. P. Dhananchezhiyan, 2013)

Perontok Padi Portable ini dilengkapi dengan permukaan silinder serak besi cor
diatur untuk berjalan pada kecepatan tetap. Mesin perontok padi portable dijalankan
oleh motor listrik untuk melakukan uji coba. Sebuah kuantitas 3,4 Kg malai padi
dengan kadar air 19,50 persen di umpankan secara seragam di ke perontok selama
periode 60detik sehingga mendapatkan tingkat umpan 2000 Kg. Biji-bijian
dikumpulkan di outlet yang berbeda ditimbang dan pembacaan dicatat. Kecepatan
silinder bervariasi dari 11,7 hingga 16,5 dengan bantuan motor kecepatan variabel.

Hal ini dilakukan untuk memperoleh analisis yang diperlukan dari ragam efek
utama dan interaksi variabel pada kapasitas output, efisiensi perontokan, kerusakan
butir dan kapasitas keluaran, yang memberikan efisiensi perontokkan yang baik
dengan kerusakan biji-bijian paling sedikit dan hasil maksimal kapasitas, terpilih
sebagai yang terbaik.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 10


2.5 Mesin Perontok Padi Portable (Thresher)

Gambar 2. 6 Mesin Perontok Padi Portable (Thresher)


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pada rancangan mesin perontok padi portable (thresher) ini, dibuat dengan
konstruksi yang lebih ringan bobotnya serta mudah untuk dipindah ke tempat lain
(portable) agar dapat menjangkau area yang sempit dan ketengah persawahan yang
kontur tanahnya tidak rata ataupun berbentuk terasering.

2.6 Metode Perontokan Padi


2.6.1 Cara merontokkan padi
1) Pertama, padi dipanen dari sawah dengan menggunakan sabit atau alat lain.
2) Setelah padi dipanen, maka padi dikumpulkan ditempat tersendiri atau
dimasukkan dalam karung.
3) Siapkan mesin perontok padi, dan nyalakan motor penggeraknya (motor bakar),
dan pastikan motor bakar telah di isi dengan bahan bakar.
4) Saat motor bakar telah ON, maka putaran dari motor akan diteruskan oleh pulley
dan belt yang akan memutar pisau perontok (thresher).
5) Masukkan padi pada pisau perontok (thresher) melalui jalur yang disediakan.
6) Setelah padi dimasukkan dakam thresher maka bulir padi yang telah terpisah
dengan tangkai akan keluar melalui saluran keluaran yang ada pada mesin.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 11


2.7 Elemen Mesin
Elemen mesin adalah bagian-bagian suatu konstruksi mesin yang mempunyai
bentuk serta fungsi tersendiri, seperti dibawah ini:

2.7.1 Motor Bakar


Motor bakar adalah motor penggerak mula yang pada prinsipnya adalah
sebuah alat yang mengubah energy kimia menjadi energy panas dan diubah ke
energy mekanis. Saat ini motor bakar masih menjadi pilihan utama untuk dijadikan
sebagai penggerak mula. Karena itu, usaha untuk menciptakan motor bakar yang
menghasilkan kemampuan tinggi terus diusahakan oleh manusia.

a) Keuntungan
1. Daya lebih besar
2. Biaya bahan bakar relatif lebih murah dibanding biaya listrik
3. Mudah untuk dipindah-pindahkan.
b) Kekurangan
1. Dimensi motor yang besar.
2. Suara dan getaran motor yang berisik.
3. Menimbulkan polusi.

Gambar 3. 1 Motor Bakar


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 12


Table 2. 1 Spesifikasi Mesin
Merek Vitara
Jenis Produk Engine CX-160
Fungsi Untuk menggerakkan alat/mesin yang
dibutuhkan
Sumber daya 5.5 Hp
Dimensi Produk 40 x 33 x 38 cm
Sumber Daya 5.5 HP
Dimensi Produk 40 x 33 x 38 cm
Berat 16 Kg
Tenaga Maksimum 3600 RPM
Torsi Maksimum 2500 Rpm

2.7.2 Puli (Pulley) dan Sabuk (Belt)


Belt terbuat dari bahan yang fleksibel yaitu karet sintetis yang dilapisi dengan
beberapa lapisan serta mempunyai penampang trapesium. Bahan dari V belt terdiri
dari beberaa lapisan yang terdiri dari:
a. Bagian yang mampu tarik
b. Bagian yang mampu menerima beban
c. Bagian mampu tekan
d. Bagian pelindung
Struktur pada tiap bagian ditahan oleh komposisi bahan yang sesuai yaitu: yang
belt sangat banyak digunakan di dunia industry, otomotif, pertanian, dan mesin-
mesin lainnya.
Kemampuan kecepatan linearnya sampai 1500-6000 rpm dengan kemampuan
rasio 7:1 dan efesiensi sekitar 98%-99%, sedangkan usia pakai sekitar 3-5 tahun.
Bagian sabuk yang membelit pada puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar
bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena
pengaruh bentuk baji, yang berkisar antara 32○ sampai 38○. Dengan bentuk baji
yang demikian maka menghasilkan bidang gesek yang lebih banyak sehingga akan
menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 13


Hal ini merupakan salah satu keunggulan V Belt dibandingkan belt rata.
Diameter nominal pulley V dinyatakan sebagai diameter dp (mm) dari suatu
lingkaran dimana lebar alurnya. Transmisi pada V belt hanya dapat menguhungkan
poros-poros yang sejajar dengan arah putaran yang sama dengan proses kerja yang
lebih halus dan tidak bersuara dibandingkan dengan tranmisi roda gigi atau rantai.
Dalam hal ini pemilihan sabuk dilakukan dengan cara perhitungan, namun untuk
mendapatkan sabuk yang panjangnya sama dengan hasil perhitungan umumnya
sulit. Rumus untuk menentukan panjang keliling belt serta kecepatan linear V belt
adalah:

Gambar 2. 7 Pulley dan Belt


( Sumber: Jurnal Purwono Heri, Husein Achmad, Dimas Albertus, (2013)

a. Perbandingan antara yang digerakkan dan menggerakkan (putaran dan diameter


pulley)

𝒏𝟏 𝒅𝟐
= ..........................(2.4)
𝒏𝟐 𝒅𝟏

Dimana: n1 = Putaran Pulley penggerak (rpm)


n2 = Putaran pulley yang digerakkan (rpm)
d2 = Diameter pulley yang digerakkan (mm)
d1 = Diamter pulley penggerak (mm)

b. Panjang Keliling belt


𝒏 𝟑
L = 2C + 𝟐 (D1 + D2) + 𝟖.𝒄 (D2-D3) ..........................(2.5)

Dimana: L = Panjang keliling sabuk (mm)


C = Jarak sumbu antara poros pulley (mm)

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 14


(1,5) s/d 2) DP
DP = Diameter pulley besar (mm)
DP = Diameter pulley kecil (mm)

c. Kecepatan linear belt

𝝅 𝐱 𝐝𝐩 𝐱 𝐧𝟏
V= ..........................(2.6)
𝟔𝟎 𝐱 𝟏𝟎𝟎𝟎

Dimana: V = Kecepatan keliling belt (m/s)


DP = Diamter puli kecil (mm)
N1 = Putaran puli penggerak (Rpm)

2.7.3 Bantalan Gelinding (Bearing)


Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban sehingga
putaran dapat berlangsung secara halus, aman, dan tahan lebih lama. Bantalan harus
kokoh untuk memungkinkan poros dan elemen mesin lainnya dapat bekerja dengan
baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh system akan
menurun dan tidak dapat bekerja dengan semestinya.

Gambar 2. 8 Bearing
Sumber: (G. Niemann, 1982)

Bantalan yang digunakan dalam perancangan mesin perontok padi ini adalah
bantalan bola dan rol. Bantalan bola dan rol disebut juga sebagai bantalan anti
gesek (antifriction bearing), karena koefisien gesek statis dan kinetisnya yang kecil.
Bantalan ini terdiri dari cincin luar dengan alur lintasan bola dan rol, dan cincin
dalam yang juga memiliki alur lintasan yang sama seperti yang ada pada cincin
luar. Bola atau rol ditempatkan diantara kedua cincin di dalam alur lintasan
tersebut. Untuk menjaga agar bola dan rol tidak saling bersentuhan satu dengan

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 15


yang lainnya maka bola dibuat bersarang. Sarang ini juga berfungsi untuk menjaga
bola terlepas dari alurnya sewaktu berputar. Ukuran bantalan ini biasanya
menyatakan diameter dalam bantalan (diameter poros yang akan masuk).

2.7.4 Poros (Shaft)


Hampir pada semua konstruksi pemesinan, elemen poros selalu selalu
diperlukan. Hal ini karena konstruksi poros yang memang banyak mendukung
fungsi kerja beberapa komponen/bagian tertentu dari sebuah konstruksi.

Pemakaian poros pada umumnya didasarkan pada pembebanannya diantaranya:

1. Poros beban aksial


2. Poros beban puntir

a. Momen Bengkok
Momen bengkok terbesar Mbmax tergantung dari besar dan letak F juga jarak
tumpuan L.

𝑴𝒃𝒎𝒂𝒙 = F x 𝑙 ..........................(2.7)

Sumber : Modul Perhitungan Elemen Mesin hal. 11-2

Dimana: 𝑴𝒃𝒎𝒂𝒙 = Momen bengkok maksimal (N.mm)

F = Gaya yang bekerja (N)

𝑙 = Jarak titik gaya yang bekerja terhadap sumbu tumpuan (mm)

b. Momen Puntir
Pada prinsipnya momen puntir adalah gaya dikali panjang lengan atau radius.
Akan tetapi kebanyakan poros/as digerakkan dengan motor penggerak mempunyai
daya dan putaran.

𝐏.𝐂𝐛
𝑴𝒑𝒏𝒐𝒎 = 9550 ..........................(2.8)
𝒏

Sumber: Modul Perhitungan Elemen Mesin hal. 11-2

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 16


Dimana: MP = Momen puntir nominal (N.mm)

P = Daya motor (Nm/s=Watt)

Cb = Faktor pemakaian

𝑛 = Jumlah putaran per menit (rpm atau r/min)

c. Tegangan Puntir
𝑴𝒑
𝜏𝑝 = 𝑾𝒑 ..........................(2.9)

Sumber: Modul perhitungan Elemen Mesin hal. 11-12

Dimana: 𝝉𝒑 = Tegangan puntir (N/mm2)

MP = Momen Puntir (N/mm)

WP = Momen tahanan polar (Nmm)

d. Momen Gabungan

MR = √𝑴𝒃𝒎𝒂𝒌𝒔+𝟎.𝟕𝟓.(∝𝟎.𝑴𝒑) 2 ..........................(2.10)

Sumber: Modul Perhitungan Elemen Mesin hal.11-14

Dimana: MR = Momen gabungan (N/mm2)

Mb = Momen bengkok (N/mm2)

Mp = Momen puntir (N/mm)


𝜶𝟎 = Perbandingan tegangan pada pembebanan dinamis

Pembebanan tegangan 𝜶𝟎 , diperoleh dari:

𝛔𝒃
𝜶𝟎 = 𝟏,𝟕𝟑 .𝝉𝒑 𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈

Untuk pembebana bengkok berganti dan puntir berulang, maka 𝜶𝟎 = 0,7

Untuk pembebanan bengkok dan puntir yang bekerja pada pembebanan yang sama
yaitu pembebanan dinamis berganti, maka 𝜶𝟎 = 1

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 17


e. Tegangan Bengkok Izin
𝜎𝑏
𝜎𝑏𝑖𝑗𝑖 ..........................(2.11)
𝛽𝑘

Sumber: Modul Perhitungan Elemen Mesin hal 11-14

Dimana: 𝒃𝝈 = Tegangan Bengkok (N/mm2)

𝜷𝒌 = Faktor Penurunan Tegangan

𝝈𝒃𝒊𝒋 = Tegangan bengkok (N/mm2)

f. Diameter poros

Untuk poros pejal menggunakan:

3 𝑀𝑅
d = √0.1.𝜎𝑏𝑖𝑗 ..........................(2.12)

Sumber: Modul Perhitungan Elemen Mesin hal. 11-14

Dimana: d = Diameter poros (mm)

MR = Momen gabungan (N/mm)

𝝈𝒃𝒊𝒋 = Tegangan bengkok (N/mm2)

2.7.5 Pasak
Pasak merupakan elemen mesin penghubung yang sifatnya semi permanen
yang dibuat khusus berdasarkan kebutuhan. Adapun fungsi dari pasak adalah:
a. Sebagai penerus putaran dari poros ke lubang atau sebaliknya
b. Sebagai pengaman penghubung poros dengan elemen transmisi putar
c. Sebagai dudukan pengarah pada konstruksi gerakan
Pasak memanjang dipasangkan ke dalam alur memanjang dengan posisi sejajar
terhadap sumbu poros dan dihubungkan ke alur memanjang lainnya pada lubang.
Pada yang rata, sisi sampingnya harus pas dengan alur pasak agar pasak tidak
mudah rusak. Pasak umunya dibuat dari bahan yang lebih lemah dari pada
porosnya, sehingga pasak akan lebih dahulu dibuat dari bahan yang lebih lemah
dari pada porosnya, sehingga pasak akan lebih dahulu rusak dari pada porosnya.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 18


Pasak yang dipasang antara puli dan poros harus berada ditempat yang benar agar
berperan sebagaimana mestinya.
Jenis pasak yang paling umum untuk poros berdiameter sampai dengan 612 inchi
adalah pasak bujur sangkar. Pasak empat persegi panjang, disarankan untuk poros
yang lebih kecil bila ketinggian yang lebih rendah dapat diterima. Kedua jenis
pasak itu termasuk pasak paralel karena sisi atas dan bawah dan samping.
a. Menghitung Tegangan Geser (𝜏s) pada pasak.
𝑭 𝟐𝑴𝒕
(𝝉s) = 𝑨 = 𝑾.𝐋.𝐝𝐬 (N/mm2) ..........................(2.13)

Sumber: Elemen Mesin 1, hal.128

Dimana: A = Luasan bidang geser (in2)


W = Lebar Pasak (in)
L = Panjang Pasak (in)
Ds = Diameter Poros (in)
Mt = Momen torsi (lb.in)
H = Tinggi pasak (in)

2.7.6 Baut
Baut adalah elemen mesin yang digunakan untuk mengikat 2 komponen
atau lebih dengan kuat. Baut merupakan salah satu sambungan pengikat yang dapat
dilepas dan paling sering dijumpai dalam suatu konstruksi mesin.

1. Klasifikasi baut
Pada dasarnya baut dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama:
a. Baut pengikat
b. Baut penggerak (spindel)
Perhitungan baut pengikat
Kekuatan bahan baut dinyatakan dalam rangka yang disebut juga kualitas baut,
umumnya tertulis pada kepala baut missal 5.6, 6.9, 8.8 dan sebagainya.
Artinya angka pertama kali 100 menyatakan kekuatan patah B dalam N/mm2.
Angka kedua kali angka pertama kali 10 adalah batas mulur M dalam N/mm2.
Contoh; 5.6 artinya bahan baut mempunyai

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 19


Kekuatan patah (B) = 500 N/mm2
Batas mulur (M) = 300 N/mm2

2. Baut Beban Melintang Tanpa Gaya Jepit


a. Tegangan geser yang terjadi

𝐅
𝝉𝒈 = 𝑨𝒔.𝒏.𝒎N/mm2 ..........................(2.14)

Sumber: Modul Perhitungan Elemen Mesin hal.08-11


Dimana: n = Jumlah baut
m = Jumlah Patahan
3. Tegangan Geser & tekanan lubang izin
Table 2. 2 Tekanan Geser & Tekanan Lubang Izin

[Sumber: Modul Perhitungan Elemen Mesin hal. 08-11]

Teg,geser izin Tek.badan.lub izin


Kasus Pembebanan
𝜏𝑔 izin N/mm2 𝜎L izin N/mm2

Statis/tetap I 0,6 𝜎M 0,75 𝜏g

Dinamis berulang II 0,5 𝜎M 0,60 𝜏g

Dinamis berganti III 0,4 𝜎M 0,60 𝜏g

2.8 Konsep Perancangan Mesin Perontok Padi Portable (Thresher)


Rancangan mesin perontok padi portable ini didasarkan pada kebutuhan untuk
meningkatkan produktivitas pengolahan padi dikalangan masyarakat, khususnya
petani padi.

Perontok padi ini dirancang sebagai alat untuk memudahkan proses para petani
dan meminimalkan penggunaan tenaga manusia. Sistem kerja pada rancangan
dibuat sederhana dan mudah untuk dibawa kemana-mana (portable).

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 20


2.8.1 Merancang
Setelah menganalisa dan membuat konsep selanjutnya adalah merancang
alatnya dengan acuan pemecahan konsep. Langkah-langkah perancangan yaitu :

1. Membuat rancangan dengan skala


Rancangan yang dibuat dalam bentuk skala dimaksdukan untuk mempermudah
analisa rancangan, baik dimensi maaupun bentuk geometri dari rancangan yang
akan dibuat.

2. Menilai rancangan dengan skala


Bentuk rancangan yang telah dibuat dinilai berdasarkan aspek tuntutan
terhadap spesifikasi produk baik tuntutan utama maupun tambahan. Kelebihan dan
kekuranagn tiap rancangan dikaji untuk proses pengembangan lebih lanjut.

3. Perbaikan Rancangan
Dalam perancangan cukup sulit untuk mendapatkan hasil rancangan yang
langsung sesuai dengan tuntutan. Untuk itu, perlu perbaikan yang berkelanjutan.
Perbaikan dalam proses perancangan seringkali dibatasi oleh tuntutan pasar
produksi maupun industri.

4. Optimalisasi rancangan
Pada tahap akhir perbaikan, beberapa solusi rancangan yang dimunculkan
harus dioptimalkan hingga menjadi bebrapa rancangan yang terbaik. Optimalisasi
ini dapat dilakukan dengan mengombinasikan rancangan.

5. Menetukan Rancangan
Rancangan dapat ditentukan dan dipilih sesuai dengan tuntutan dan rumusan
masalah.

2.8.2 Rancangan Final


Setelah menentukan rancangan yang ideal, maka realisasi dari hal tersebut
dapat ditampilkan dalam bentuk gambar.

1. Gambar Susunan

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 21


Gambar susunan merupakan bentuk rancangan yang menjelaskan fungsi, posisi
bagian dari urutan perakitan. Gambar susunan merupakan dasar pertimbangan
dalam penentuan dimensi tiap bagian.

2. Gambar bagian atau detail


Gambar bagian memberikan data lengkap dalam proses permesinan yang
meliputi dan bentuk geometri tiap-tiap bagian.

3. Daftar bagian
Daftar bagian berisi data struktur perakitan rancangan secara umum. Pada daftar
bagian terdapat nama, nomor, dan jumlah bagian.

4. Daftar material
Daftar material mengacu pada daftar bagian. Daftar material ini sangat
membantu proses pengadaan material. Daftar ini berisi data mengenai nama
material, dimensi, dan bentuk awal bagian.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 22


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahapan Penelitian

3.1.1 Tahapan Perancangan


Dalam perancangan mesin perontok padi portable (Thresher) dibuat
menggunakan software inventor dan autocad. Software inventor digunakan untuk
mendesain mesin perontok padi, kemudian untuk gambar detailnya dikerjakan pada
autocad.

3.1.2 Tahap Manufaktur


Desain dan gambar yang telah dibuat akan menjadi paduan bagi operator
dalam proses manufaktur. Pemilihan mesin dan alat untuk mengerjakan bagian-
bagian dari mesin perontok padi disesuaikan dengan bentuk dan tingkat kepresisian
benda yang ingin dicapai. Proses permesinan meliputi pembuatan poros dan
elemen-elemen mesin lainnya. Untuk proses fabrikasi meliputi pembuatan rangka
mesin, pemotongan plat, dan lain-lain. Penggunaan alat ukur dengan tingkat
ketelitian tinggi serta metode pengukuran yang tepat juga menentukan kualitas part
atau mesin yang dibuat.

3.1.3 Tahap Perakitan


Pada tahap ini part-part yang telah melalui proses manufaktur kemudian
dirakit menurut urutan gambarnya (proses assembly). Pada proses assembly ini
yang terpenting adalah antarpart dengan part yang lainnya harus alignment.

3.1.4 Tahap Pengujian


Pada tahap ini mesin yang telah melalui proses perakitan kemudian diuji
apakah mesin dapat berfungsi dengan baik dengan yang diharapkan.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 23


Mulai

Pengumpulan Data

Perancangan Konsep

Tidak

Pemilihan
Alternatif

ya

Gambar Kerja

Validasi

ya

Persiapan Material

Proses Manufaktur

Permesinan Fabrikasi

Tidak
QC

Tidak ya
Assembly

Uji Coba

Analisa Data

Berhasil

ya

Kesimpulan & Saran

Selesai

Gambar 3. 2 Tahapan Penilitian

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 24


3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi area Kampus Akademi Teknik Soroako,
kecamatan Nuha kabupaten Luwu Timur. Waktu pelaksanaan sekitar ± 4 bulan
dari bulan April 2019 – Juli 2019.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Sebelum melakukan proses desain dan perancangan dilakukan terlebih dahulu
proses pengumpulan data. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang
digunakan yaitu :

a. Studi Pustaka
Yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan membaca beberapa buku,
jurnal, membuka website di internet yang berhubungan dengan proses
perancangan mesin perontok portable.
b. Diskusi
Metode ini dilakukan melakukan diskusi baik itu bertanya dan meminta saran
kepada dosen pembimbing.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Sebelum melakukan proses desain dan perancangan terlebih dahulu proses
pengambilan data. Dalam Mesin Perontok Padi Portable (Thresher), metode
pengumpulan data yang digunakan yaitu :

1. Metode Observasi (Peninjauan atau Pengamatan langsung)


penulis melakukan metode observasi pada Desa Pekaloa Kecamatan Towuti
Kabupaten Luwu Timur, saat melakukan pengumpulan data untuk Perontokkan
Padi yang telah ada pada daerah tersebut, penulis juga menemukan kekurangan
(padi dan jerami tidak terpisah) maka dari kegiatan ini penulis mencoba untuk
mengembangkan alat yang sudah ada dan dijadikan sebagai referensi.

2. Studi Pustaka
Mengumpulkan data dan informasi mengenai perontok padi mulai dari jenis-
jenisnya hingga metode yang baik dilakukan dari buku maupun internet serta
melakukan diskusi dengan pembimbing dan rekan kelompok.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 25


3. Interview Personal
Mengumpulkan data dan informasi tentang waktu maksimal peerontok padi
secara manual dan jumlah pekerja yang dibutuhkan melalui tanya jawab secara
langsung pada pusat data statistic perontok padi untuk luwu timur juga pada
petani padi yang ada.

3.5 Perancangan Konsep


Perancangan Konsep bertujuan untuk menganalisis, menilai, memperbaiki, dan
menyusun suatu system, baik system fisik maupun nonfisik yang optimum untuk
waktu yang akan datang dengan memanfaatkan informasi yang ada.

3.5.1 Tuntutan Umum Konstruksi Mesin


Daftar tuntutan suatu rancangan bertujuan untuk membatasi dan
memperjelas tuntutan permintaan. Pada bagian ini, data-data teknis rancangan akan
dijelaskan. Batasan suatu rancangan untuk memenuhi tuntutan semakin jelas bila
data dibuat secara rinci. Daftar tuntutan dari “Mesin Perontok Padi Portable
(Thresher)” dapat dilihat pada table berikut ini.

Table 3. 1 Tuntutan Umum Konstruksi Mesin

No. Tuntutan Penjelasan Tuntutan


1. Material mudah diperoleh.
1 Desain 2. Bentuk konstruski tidak rumit.
3. Dimensi konstruksi disesuaikan dengan
kebutuhan pengguna.
1. Semua bagian yang akan dibuat harus
disesuaikan dengan mesin yang tersedia di
2 Proses Manufaktur Akademi Teknik Soroako.
2. Dapat mengoptimalkan penggunaan
material.
3. Assembly mudah.
1. Mudah dioperasikan.
3 Pengoperasian 2. Tidak membutuhkan banyak operator untuk
pengoperasiannya (1 operator cukup).
3. Penyettingan tidak rumit.
1. Tidak memerlukan peralatan khusus dalam
4 Proses Perawatan proses perawatannya dan untuk proses
perawatannya dan untuk proses peralatan
yang ada di Akademi Teknik Soroako.
2. Tidak membutuhkan teknisi perawatan

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 26


khusus.
5 Biaya dan Waktu 1. Biaya pembuatan relatif murah
2. Mengoptimalkan waktu pembuatan.
1. Mengutamakan keselamatan pengguna
mesin.
7 Keselamatan
2. Tidak melibatkan zat-zat berbahaya pada
bahan bakar.
3. Tidak memerlukan pelumasan yang rutin.

3.5.2 Penepatan Fungsi


a. Fungsi Perancangan
Fungsi dari mesin perontok padi portable (Thrseher) adalah dimana padi yang
sudah layakdipanen dirontokkan untuk memisahkan bulir-bulir pada jeraminya.
b. Fungsi Mekanisme Komponen
Untuk mengetahui secara rinci komponen-komponen dan fungsi dari rancangan,
maka perlu dibuatkan daftar tabel seperti dibawah ini:

Table 3. 2 Fungsi Mekanisme Komponen

NO KOMPONEN FUNGSI KOMPONEN

1 Rangka Sebagai dudukan dari semua komponen mesin.

Pisau Perontok Sebagai alat untuk perontok bulir padi dari


2 (Thresher) batang jerami.

Sebagai penerus putaran dari motor ke pisau


3 Pulley & Belt perontok (Thresher).

Bearing/pillow Untuk mengurangi gesekan antara benda yang


4 block berputar.

5 Motor Bakar Sebagai sumber energi untuk menjalankan mesin.

Sebagai pemisah antara jerami dengan benih


6 Pengayak/Penyaring padi.

7 Poros Sebagai peneruskan putaran.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 27


Sebagai pemisah benih padi yang tidak berisi
8 Kipas dengan padi yang berisi.

9 Cover Sebagai penutup mesin.

Pada tabel 3.2 diatas dijelaskan mengenai mekanisme komponen-komponen


yang ada pada mesin perontok padi dengan bahan bakar motor bakar yang
merupakan komponen utama pada mesin perontok padi tersebut. Komponen utama
ini sangat penting dan sangat berpengaruh jika misalnya saja motor bakarnya rusak
sehingga komponen yang lain tidak akan berfungsi juga dengan baik.

3.6 Penilaian Alternatif Rancangan


Dalam suatu perancangan konstruksi, dilakukan alternatif rancangan untuk
memperoleh hasil konstruksi yang maksimal. Kelebihan dan kekurangan dari setiap
alternatif memudahkan untuk mendapatkan bentuk konstruksi yang baik.

Penilaian terhadap konsep rancangan diberikan berdasarkan aspek-aspek teknis


yang sesuai dengan komponen. Konsep yang dipilih yaitu konsep yang memiliki
jumlah penilaian tertinggi.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 28


3.6.1 Konsep Bentuk Konstruksi Mesin
Table 3. 3 Seleksi Konsep Bentuk Mesin

Alternatif 1 : Alternatif 2 : Alternatif 3 :


Penggerak Motor Mesin Perontok Padi penggerak motor dan pedal Mesin Perontok Padi penggerak Motor

Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3


No Aspek yang dinilai Bobot
Nilai Bobot Nilai Nilai Bobot Nilai Nilai Bobot Nilai
1 Kumadahan untuk dirakit 2 4 8 3 6 4 8
2 Pemakaian Bahan 2 3 6 3 6 4 8
3 Kemudahan pengguna mesin 3 3 9 3 9 4 12
4 Maintenance 3 3 9 3 9 5 14
Rangking Penilaian 10 32 30 42

Tabel 3.3 diatas memperlihatkan hasil dari penilaian ketiga alternatif yang
digunakan untuk seleksi konsep bentuk mesin. Dalam tabel ini terdapat aspek
penilaian yang dilengkapi dengan bobot nilainya. Kolom yang berisi angka 42
berarti alternatif tersebut lebih baik dari alternatif yang sehingga diberi angka 30
yang berarti kurang baik dan angka 32 yang berarti baik dalam penggunaannya
yang didasarkan pada kebutuhan mesin. Dari bobot nilai tersebut didapatkan total
nilai yang menjadi penentuan terpilihnya alternatif tersebut. Dari alternatif inilah
didapatkan alternatif mana yang akan dipilih yang dimana menggunakan 2
kombinasi system penggerak yaitu motor bakar dan manul (pedal). Alternatif ini
dipilih dikarenakan, bentuk konstruksi mesinya lebih ringan dan sesuai dengan
konsep mesin yang akan dirancang. Thresher dengan 2 system penggerak pada
daerah tempat penulis saat melakukan tahap metode observasi (Kecamatan Towuti)
belum terdapat mesin yang menggunakan system penggerak seperti konsep yang
terpilih.

Keterangan Nilai :
1. : Sangat Buruk
2. : Buruk
3. : Sedang

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 29


4. : Baik
5. : Sangat Baik

3.6.2 Alternatif Sumber Daya (Penggerak)


Table 3. 4 Penilaian Sumber Daya (Penggerak)

Alternatif 1 : Alternatif 2 : Alternatif 3 :


Motor Listrik Engkol Motor Bakar

Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3


No Aspek yang dinilai Bobot
Nilai Bobot Nilai Nilai Bobot Nilai Nilai Bobot Nilai
1 Kemudahan penggunaan 2 3 6 4 8 4 8
2 Ketersediaan energi 2 3 6 3 6 4 8
3 Keterbatasan jangkauan area kerja 3 4 12 4 12 4 12
4 Biaya operasional 3 2 6 3 9 3 9
Rangking Penilaian 10 30 35 37

Tabel 3.4 di atas merupakan penilaian alternatif sumber daya penggerak mesin
perontok padi. Dalam tabel memperlihatkan hasil penilaian alternatif yang
digunakan untuk sumber daya penggerak mesin perontok padi. Ada 4 jenis aspek
penilaian yang digunakan untuk menilai ketiga alternatif. Dari hasil penilaian
didapatkan rangking penilaian. Dimana nilai yang lebih tinggi yaitu pada alternatif
3 (motor bakar), alternatif ini dipilih dikarenakan motor bakar adalah sumber
penggerak yang paling cocok untuk digunakan di area persawahan.

Keterangan Nilai :
1. : Sangat Buruk
2. : Buruk
3. : Sedang
4. : Baik
5. : Sangat Baik

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 30


3.6.3 Alternatif Sistem Transmisi
Table 3. 5 Penilaian Sistem Transmisi

Alternatif 1 : Alternatif 2 : Alternatif 3 :


Roda Gigi Chain-Sprocket Pulley-Belt

Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3


No Aspek yang dinilai Bobot
Nilai Bobot Nilai Nilai Bobot Nilai Nilai Bobot Nilai
1 Efisiensi transfer putaran 2 3 6 3 6 2 3
2 Jangkauan transfer putaran 2,5 2 5 3 7,5 5 10
3 Maintenance 1,5 3 4,5 3 4,5 4 8
4 Alighment proses 2 3 6 3 6 5 10
5 Biaya 2 2 4 3 6 5 5
Ranking Penilaian 10 25,5 30 36

Tabel 3.5 di atas memperlihatkan hasil dari penialian alternatif yang digunakan
untuk system transmisi mesin perontok padi. Terdapat 5 jenis aspek penilaian, yang
digunakan untuk menilai alternatif. Setiap aspek memiliki bobot tersendiri, untuk
itu nilai yang diberikan untuk tiap alternatif akan dikalikan dengan jumlah bobot
dari aspek penilaian. Dimana alternatif 3 tersebut baik untuk digunakan dan untuk
alternatif 1 dan alternatif 2 berarti tidak lebih baik dari alternatif yang lainnya.
Sehingga, dari hasil penilaian didapatkan total nilai yang paling besar yaitu pada
alternatif 3 (pulley&belt) yang merupakan alternatif terpilih dan akan digunakan
pada mesin perontok padi. Alternatif ini dipilih dikarenakan pulley&belt cocok
untuk beban ringan dan jangkauan penerus putarannya dapat lebih jauh (jarak antar
poros penggerak dan digerakkan) seperti mesin perotok padi ini.

Keterangan Nilai :
1. : Sangat Buruk
2. : Buruk
3. : Sedang

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 31


4. : Baik
5. : Sangat Baik

3.6.4 Alternatif Pisau Perontok (Thresher)


Table 3. 6 Penilaian Pisau Perontok (Thresher)

Alternatif 1 : Alternatif 2 : Alternatif 3 :


Thresher dengan Rebar Thresher dengan baut Thresher dengan round bar 12mm

Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3


No Aspek yang dinilai Bobot
Nilai Bobot Nilai Nilai Bobot Nilai Nilai Bobot Nilai
1 Proses permesinan/fabrikasi 2 3 6 4 8 4 8
2 Desain Konstruksi 2 3 6 3 6 4 8
3 Maintenance 3 4 12 4 12 4 12
Rangking Penilaian 7 24 26 28

Tabel 3.6 di atas memperlihatkan hasil dari penilaian dari penilaian alternatif
yang digunakan pada pisau perontok (Thresher). Terdapat 3 aspek penilaian yang
digunakan untuk menilai alternatif. Dari tabel diatas konsep 3 mendapatkan nilai
yang tertinggi. Alternatif ini dipilih dikarenakan konsep 3 proses pembuatannya
lebih cepat dibandingkan konsep lainnya, serta bahan dari konsep 3 mudah
didapatkan di toko-toko.

Keterangan Nilai:

1. : Sangat Buruk
2. : Buruk
3. : Sedang
4. : Baik
5. : Sangat Baik

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 32


3.7 Penentuan Alternatif Rancangan
Berdasarkan dari beberapa penilaian alternatif, dapat ditentukan alternative
rancangan pada table dibawah yang lebih sesuai dan data dipilih sebagai draft
rancangan.

Table 3. 7 Penentuan Alternatif Rancangan


Bentuk Konstruksi Mesin

Bentuk Konstruksi Mesin


Perontok Padi
Sumber Daya
(Penggerak)

Motor Bakar
Sistem Transmisi

Pulley Belt
Pisau Perontok

Thresher

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 33


3.8 Proses Permesinan
Dalam perencanaan ini diharapkan menghasilkan rancangan yang optimal
ditinjau dari segi Teknik dan fungsi maupun segi ekonomisnya. Mesin yang
digunakan untuk proses manufaktur dari Rancang Bangun Mesin Perontok Padi
Portbale (Thresher) yaitu:

a. Mesin bubut
Digunakan untuk membuat poros thresher, poros eksentrik, poros roda, dan
poros untuk dudukan roda gigi.
b. Mesin Frais
Digunakan untuk membuat alur pasak pada poros
c. Mesin Bor
Digunakan untuk membuat lubang baut atau keling pada rangka dan cover.
d. Mesin gergaji potong
Digunakan untuk memotong material yang digunakan pada pembuatan mesin.
e. Mesin Las
Digunakan pada saat proses assembly untuk menyambungkan bagian mesin
seperti rangka.
f. Mesin gerinda tangan
Digunakan untuk membersihkan atau merapikan hasil las dan sisi tajam hasil
pemotongan.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 34


BAB IV
HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perancangan


Hasil Rancang Bangun Tugas Akhr ini adalah Mesin Perontok Padi Portable
(Thresher) seperti pada gambar 4.1 berikut:

Gambar 4. 1 Mesin Perontok Padi Portable (Thresher)


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sistem transmisi putaran mesin perontok padi terdiri dari poros, pulley-belt,
pillow block, pasak, dan motor bakar. Pembuatan poros dilakukan dengan mesin
bubut dan pasak dilakukan dengan mesin milling. Pembuatan rangka dilakukan
dengan mesin gerinda potong dan mesin las.

4.2 Prinsip Kerja


Berikut ini prinsip kerja mesin perontok padi dengan menggunakan dua system
penggerak yaitu, Motor bakar dan Pedal manual.

1. System Penggerak Motor Bakar


Setelah motor bakar di ON-kan, maka putaran dari motor akan diteruskan oleh
system transmisi ke pisau perontok (thresher), setelah thresher berputar maka padi
dimasukkan melalui jalur input yang tersedia pada mesin, kemudian thresher akan
memisahkan padi dengan batang jerami yang kemudian batang jerami beserta
benih padi akan jatuh pada pengayak yang di bagian bawah mesin, selanjutnya

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 35


pengayak ini akan memisahkan benih padi dengan batang jerami, benih padi akan
terus keluar melalui pengayak sedangkan batang jerami akan tinggal dibagian
pengayak.

2. System Penggerak Pedal Manual


Saat pedal di injak, maka gerak naik turun pedal akan diteruskan oleh rangkaian
penghubung dan di rubah menjadi gerak putar oleh roda gigi yang terhubung
dengan batang rangkaian penghubung, saat roda gigi berputar maka roda gigi akan
memutar pisau perontok (thresher) pada mesin perontok padi. Pedal ini digunakan
ketika pada saat motor bakar kehabisan bahan bakar ditempat kerja (persawahan),
agar proses tidak terhenti dapat digunakan pedal sebagai alat penggerak dan
alternatif lainnya.

4.3 Perhitungan Elemen Mesin

4.3.1 Perhitungan poros


Data Mesin

Dik: P = 5,5 PK ; 1 PK = 735,499 W

= 5,5 x 735,499

W = 4045,24

n = 3460 rpm (data pengukuran dengan tachometer)

CB mesin diesel (motor bakar) = 1,2 .. 1,5 (modul elemen mesin)

Dit: d = …?

Ʈp = …?

Ʈg = …?

Penyelesaian:
4045,24.1,5
Mp1 = 9550 ..........................(2.8)
3460

= 16.747,99 Nmm

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 36


d = C1 3√𝑀𝑝

= 0,69. 3√16747,99

= 17,65 mm (diameter min)

Mp2 = F.r
𝑀𝑝2
F =
𝑟2

16747,99 𝑁𝑚𝑚
=
10

F = 1674,79 N

Mp2 = F.r

= 1674,79.100 mm

Mp2 = 1.674,79 Nmmn

𝑀𝑝2
F2 =
𝑟2

167479
=
150

F2 = 1116,52 N (besar gaya pada ujung thrasher saat berputar )

𝜏𝑝 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠

𝑀𝑝2
𝜏𝑝 =
𝑊𝑝

167,479
𝜏𝑝 = 𝑑3
5

16,479
= 203
5

𝜏𝑝𝑖𝑧 = 140 N/mm (Tabel modul elemen mesin 3)

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 37


𝜏𝑝 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 (pipa)

𝑀𝑃2
τp =
𝑊𝑝

167,479
=
2507,89

= 66,78 Nmm2
𝜋 𝐷4 −𝑑 4
Wp = .
32 𝐷

𝜋 33,64 −25,44
= .
32 33,6

= 2507,89 mm3

𝐹1 5
𝜏𝑔1 = =
𝐴 𝜋𝑟 2

5
=
𝜋.102

= 0,01 N/mm2 ≤ 𝜏𝑔𝑖𝑧

𝐹2 10
𝜏𝑔2 = = 𝜋.102
𝐴

= 0,03 N/mm2

𝐹3 30
𝜏𝑔2 = = 2 (𝜋.102 )
𝐴
= 0,04 N/mm2 ≤ 𝜏𝑔𝑖𝑧

𝜎𝑀
𝜏𝑔𝑖𝑧 =
𝑆𝐹

240
=
1,2

=200 N/mm2 ≤ 𝜏𝑔𝑖𝑧

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 38


4.3.2 Perhitungan Puli dan Sabuk
Dik: Motor bakar = 5,5 pk
ø P1 = 75 mm
ø P2 = 200 mm
n1 = 3428 mm
ø Poros mesin = 20 mm
ø Thresher = 350 mm
Tinggi thresher = 395 mm
Jarak antara sumbu poros (c) = 600 mm
Dit: n2 = …?
L (Panjang sabuk) = …?
C (Jaral sumbu poros) = …?
V (Kel. Linear sabuk) = …?
Penyelesaian:
𝑛1 øp2
a. = ..........................(2.4)
𝑛2 øp1
3428 200
=
𝑛2 75

𝑛2. 200 = 3428.75

3428.75
𝑛2 =
200

= 1285,5 Rpm

Rasio = 1 : 2,6

b. Panjang Sabuk
𝜋 1
L = 2c + ( øp1+ øp2) + 4𝑐 (øp2 – øp1)2 ..........................(2.5)
2
𝜋 1
= 2.600 + (75+200) + (200-75)2
2 4.600
𝜋 1
= 1200 + (275) + 2400 (125)2
2

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 39


= 1638,47 mm
= 64,50” = (A-64)
c. Jarak sumbu poros (Teoritis)
Jika b = 2L – 3,14 (øp1 + øp2)
= 2.1638,47 – 3,14 (75+200)
b = 2413,44 mm
𝑏+√𝑏2 −8 (𝑑2−𝑑1)2
Sehingga c =
8

2413,44√2413,44 2 −8 (200−75)2
=
8

= 600,10 mm
d. V (Kel.linear sabuk)

𝜋.øp1 .𝑛1
V= ..........................(2.6)
60 𝑥 1000
𝜋.75.3428
=
60 𝑥 1000

= 13,46 m/s

4.4 Uji Coba


Uji coba (running tets) pada alat yang telah dibuat bertujuan untuk mengetahui
apakah alat yang dibuat berfungsi dengan baik atau masih membutuhkan perbaikan.
Dalam proses uji coba dilakukan Analisa data untuk mengetahui variable mana
yang akan diperbaiki. Apabila setelah dilakukan uji coba dan menganalisa hasil
percobaan tersebut didapatkan masalah, maka untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan maka masalah tersebut akan diselesaikan dengan melakukan proses
perbaikan. Proses uji ciba ini dilakukan secara terus menerus hingga tujuan yang
diinginkan tercapai.

Pada penilitian ini dilakukan beberapa perbaikan, di mana perbaikan tersebut


memerlukan pengmatan. Pengamatan tersebut dilakukan karena adanya
ketidaksesuaian yang didapatkan dengan yang diinginkan. Sehingga dilakukan
beberapa perbaikan untuk menunjang mesin.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 40


Adapun proses pengujian yang dilakukan, yaitu pada tanggal 20 Agustus 2019
tepatnya di kampus Akademi Teknik Soroako, bengkel D mesin diuji coba dengan
merontokan padi dari batang jeraminya menggunakan 2 system penggerak yaitu
motor bakar dan manual (pedal).

Table 4. 1 Hasil pengujian Dengan Motor Bakar

sample time Massa

1 10,98”

2 10,92”

3 6,47”

4 6,83”

5 8,78”

Jumlah waktu dan 831 gram


47,82”
timbangan 0,831 Kg

Dari data diatas dapat diketahui kapasitas mesin jika beroperasi selama 1 jam
yaitu :
𝑚
𝑄=
𝑡
0,831
47,82
𝑄 = 1
3600

Q = 62,6 Kg/jam

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 41


Table 4. 2 Hasil Pengujian Dengan Manual (pedal)

sample time Massa

1 24,35”

2 15,88”

3 13,87”

4 24,35”

5 19,35”

Jumlah waktu dan 373 gram


92,80”
timbangan 0,373 Kg

Dari data diatas dapat diketahui kapasitas mesin jika beroperasi selama 1 jam
yaitu :
𝑚
𝑄=
𝑡
0,373
92,80
𝑄 =
1
3600
Q = 14,5 Kg/jam

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 42


BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan proses pembuatan dan pengujian pada mesin perontok padi,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Telah dilakukan proses merancang bangun dan pembuatan mesin perontok padi
dengan system pengerak motor dan pedal manual sesuai rancangan yang telah
dibuat sebelumnya dengan proses Sheet Metal, Machining dan Fabrication
serta mengoperasikan mesin perontok padi dengan menggunakan penggerak
motor dan pedal manual. Dimana dari hasil pengujian (running test) di
dapatkan bahwa pengujian menggunakan motor baakar yang dilakukan selama
47’’82 sec menghasilkan padi seberat 837 gram, dan jika beroperasi selama 1
jam maka akan menghasilkan padi seberat 62,6 Kg. Sedangkan pengujian
menggunakan pedal manual yang beroperasi selama 92’’8 sec menghasilkan
padi seberat 373 gram, dan jika beroperasi selama 1 jam maka akan
menghasilkan padi seberat 14,5 Kg.
2. Telah dilakukan proses pembuatan mesin perontok padi dengan dimensi (900
mm x 500 mm x 600 mm) menggunakan plat galvanis sebagai cover mesin
dengan tebal (1mm), metode sambungan plat menggunakan keling dan material
rangkanya menggunakan hollow dengan dimensi 30 mm x 300 mm
menggunakan metode sambungan dengan proses pengelasan. Serta dilakukan
proses pembuatan part lainnya dan proses assembly seperti gambar yang
terlampir.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 43


5.2 Saran
Dari hasil pengujian yang dilakukan di lapangan, maka penulis menyarankan:

1. Pemanfaatan Tugas Akhir (TA) yang telah berhasil dirancang hingga dibuat
dengan baik dan berfungsi secara optimal lebih di tingkatkan baik pada lingkup
Institusi ataupun lingkup masyarakat secara luas melalui LPPM.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 44


DAFTAR PUSTAKA
A. Jannifar, M. (2016). Desain mesin pertanian serbaguna berdasarkan model mesin
perontok padi konvensional . Polimesin (ISSN: 1693-5462), 1-6.

A. Muh. Rezki Ramadhan, A. M. (2018). Mesin Pengering Padi Dengan Bahan


Bakar Sekam. Soroako: Akademi Teknik Soroako.

Agus Ruswandi, T. S. (2010). Mesin perontok gabah (Thresher) dan mesin


pengering gabah (Dryer) padi sawah . Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian, 93-106.

Agus Suharmanto, S. S. (2016). Pemberdayaan masyarakat melalui penerapan


mesin perontok padi (Power Thresher) bagi petani di desa kenteng,
kecamatan bandungan . Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan
Mesin Perontok Padi.

Ahmadi, A. A. (2006). Mesin Perontok Padi Penggerak Motor Bakar. Soroako:


Akademi Teknik Soroako .

Aryati, V. (2013). Panen dan pasca panen padi . Badan Litbang Pertanian, 6-16.

ATS. (1992). Elemen Mesin 3. Akademi Teknik Soroako : ISTC.

Dr. P. Dhananchezhiyan, D. S. (2013). Pengembangan Dan Evaluasi Kinerja Padi


Portabel Berbiaya Rendah. International Journal of Engineering Research
& Technology (IJERT).

Eko Despryanto, M. A. (2018). Rancang Bangun Mesin Penanam Padi Dengan


Penggerak Manual dan Motor Bakar. Soroako : Akademi Teknik Soroako

G. Niemann, A. B. (1982). Elemen Mesin Jilid 1. Ciracas, Jakarta 13740: Penerbit


Erlangga.

Harun Banturino, H. H. (2009). Mesin Perontok Padi Skala Besar . Soroako:


Akademi Teknik Soroako .

ISTC-ATS. (1992). Modul Elemen Mesin 3. Akademi Teknik Soroako.

ISTC-ATS. (1992). Modul Elemen Mesin 4. Akademi Teknik Soroako.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 45


ISTC-ATS. (1992). Modul Teori Bearing . Akademi Teknik Soroako .

Rozalina, S. M. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi respon petani terhadap


penggunaan mesin perontok padi (Power Thresher) Padi (Oryza sativa, L).
Jurnal Penelitian, 30-40.

Sulistiaji, K. (2007). Buku Alat dan Mesin (alsin) Panen dan Perontokkan Padi di
Indonesia. Serpong: Verawati Sumadi .

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 46


Lampiran 1 Instruksi Kerja Mesin Perontok Padi Portable (Thresher)

Instruksi Kerja (IK) Mesin Perontok Padi Portable (Thresher)

PERHATIAN !!!

Ikuti setiap langkah dan perhatikan hal-hal yang perlu, sehingga tercapai efisiensi
maksimum serta dapat dihindari kecelakaan dan kerugian lainnya !!!

A. TUJUAN
1. Agar pengguna dapat memahami intruksi kerja dalam mengoperasikan
2. Agar pengguna dapat terhindar dari potensi bahaya.

B. ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI


1. Safety Glasses
2. Safety Shoes
3. Pakaian Kerja Standar

C. LANGKAH KERJA HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Memeriksa Area Kerja 1. Harus dalam kondisi aman dan bersih.


2. Terdapat penerangan yang cukup.
3. Tidak ada genangan air dan oli di lantai.

2. Memeriksa kondisi mesin dan 1. Periksa kondisi komponen-komponen mesin


alat
perontok padi seperti motor bakar, pulley&belt
Pisau perontok (Thresher), pedal,
pengayak/penyaring, dan periksa bahan bakar
motor.
2. Pastikan tangki bahan bakar mesin dalam
keadaan terisi.
3. Pastikan mesin dalam keadaan off pada saat
akan dioperasikan.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 47


1. Gunakan alat pelindung diri dengan baik dan
benar.
2. Lapisi mesin dengan terpal atau plastik agar
3. Persiapan Sebelum bulir-bulir padi hasil perontokkan tidak
Mengoperasikan Mesin berhamburan.
3. Yakinkan kondisi mesin dalam keadaan siap
pakai sebelum dioperasikan (kencangkan
bagian-bagian yang kendor atau longgar).

1. Bersihkan bagian atas mesin dan bagian dalam


mesin.
2. Setelah semua kondisi diyakinkan aman,
aktifkan motor penggerak.
3. Pasang karung pada bagian tempat keluaran
padi untuk menadah butiran padi yang telah
dirontok.
4. Masukkan padi secara teratur dan bertahap.
5. Pastikan tidak ada benda lain yang ikut masuk
4. Langkah Kerja ke dalam pisau perontok (thrseher) misalnya:
paku, kawat, kayu, dll.
6. Setelah proses perontokan selesai, bersihkan
mesin dan area perontokan dari jerami.
7. Menggunakan manual (Pedal)
• Lepas belt dari pulley.
• Pasang poros engkol pada poros penggerak.
• Menginjak pedal agar dapat memutar pisau
perontok (thresher).
8. Beres-beres.
• Angkat mesin dan tempatkan pada daerah yang
kering.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 48


• Berikan pelumasan pada daerah yang mudah
berkarat.
• Simpan di area yang bebas genangan air dan
lembab.

1. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.


2. Tidak mengoperasikan mesin ketika kondisi
fisik yang buruk atau mengantuk.
3. Jangan menyentuh bagian yang berputar.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan
4. Jangan mencoba menjalankan / mengoperasikan
mesin, jika belum memahami prosedur
pengoperasian mesin.
5. Utamakan keselamatan kerja.

D. POTENSI BAHAYA
1. Tersayat pisau perontok (Thresher).
2. Tangan Terjepit.
3. Tangan Terkena panas motor.
4. Terbakar.
5. Mesin rusak.

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 49


Lampiran 2 Total Biaya Material Pembuatan Mesin

Total biaya material yang dibutuhkan untuk pembuatan mesin perontok padi
portable (Thersher) adalah sebagai berikut:

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 50


Lampiran 3 Gambar Kerja Mesin Perontok Padi Portable (Thresher)

AKADEMI TEKNIK SOROAKO 51

Anda mungkin juga menyukai