Anda di halaman 1dari 59

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Puji syukur Alhamdulillahirabbil Alamin saya haturkan ke hadirat Allah
SWT atas berkah, rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas perencanaan elemen
mesin ini dapat terselesaikan.
Dalam penulisan tugas perencanaan elemen mesin ini banyak bantuan, ide
dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya
ingin mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Jatmoko Awali, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing tugas
perencanaan elemen mesin ini yang telah banyak membantu dan membimbing
dalam pengerjaan tugas perencanaan elemen mesin ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan tugas perencanaan elemen mesin
ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu segala saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk perbaikan ke depan. Saya
berharap semoga tugas perencanaan elemen mesin ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Balikpapan, 25 Mei 2016
Penulis

DAFTAR ISI

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1.

Latar Belakang.............................................................................................................

1.2. Prinsip Kerja Mesin.........................................................................................................


1.3. Tujuan..............................................................................................................................
1.4. Batasan Masalah..............................................................................................................
1.5 Sistematika Laporan.........................................................................................................
BAB II DASAR TEORI..........................................................................................4
2.1 Kapasitas Mesin...............................................................................................................
2.2 Pengertian Pasak..............................................................................................................
2.2.1 Macam-Macam Pasak............................................................................5
2.2.2 Rumus-rumus yang digunakan pada perhitungan pasak.......................6
2.2.3 Diagram Alir Perancangan Pasak............................................................8
2.3 Pengertian Poros..............................................................................................................
2.3.1 Rumus-rumus yang digunkan dalam perhitungan poros........................9
2.3.2 Diagram Alir Perancangan Poros...........................................................11
2.4 Bantalan.........................................................................................................................
2.4.1 Diagram Alir Perancangan Bantalan.....................................................14
2.5 Belt dan Pulley..............................................................................................................
2.5.1 Diagram Alir Perancangan Belt dan Pulley...........................................18
BAB III PERHITUNGAN DAYA DAN GAYA....................................................20
3.1 Kapasitas Mesin.............................................................................................................
3.2 Geometri Thresher Drum...............................................................................................
3.3 Desain Daya Mesin........................................................................................................
3.4 Gaya yang dihasilkan....................................................................................................
BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN ELEMEN MESIN..............................25
4.1 Desain Belt dan Pulley..................................................................................................
4.1.1 Desain Belt dan Pulley pada Poros 1.....................................................25
4.1.2 Berat Pulley 1 dan 2...............................................................................28
4.2 Desain Poros...................................................................................................................
4.2.1 Desain Poros 1.......................................................................................30
2
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
4.2.2 Desain Poros 2......................................................................................36
4.3 Desain Pasak...................................................................................................................
4.3.1 Desain pasak pada poros 1.....................................................................40
4.3.2 Desain pasak pada poros 2.....................................................................42
4.4 Desain Bearing...............................................................................................................
4.4.1 Desain bearing pada poros 1..................................................................43
4.4.2 Desain bearing pada poros 2..................................................................45
4.5 Gambar...........................................................................................................................
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................49
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................iv
LAMPIRAN.............................................................................................................v

3
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang semakin maju, tentu memaksa kita untuk
selalu menciptakan peralatan yang bertujuan untuk mempermudah dan
meringankan kegiatan manusia. Indonesia yang merupakan negara agraris
membutuhkan alat yang dapat menunjang pertanian yang akan memberikan
banyak manfaat dan kemudahan bagi industri pertanian di pelosok Indonesia.
Dengan demikian kami mahasiswa berasaskan tri dharma perguruan tinggi, harus
mampu untuk memanfaatkan, mengembangkan, dan mengaplikasikan ilmu yang
kami peroleh untuk merecanakan suatu alat.
Peralatan yang direncanakan berupa alat bantu yang meringankan
kegiatan manusia. Peralatan tersebut biasanya menggunakan daya penggerak dan
sistem untuk mentransmisikan daya tersebut. Dalam laporan ini penulis
merencanakan dan merancang mesin perontok padi beserta sistem transmisi mesin
tersebut. Dalam perencanaan pembuatan alat tersebut dibutuhkan pengetahuan
mengenai elemen-elemen mesin, kegagalan suatu elemen mesin, gaya-gaya yang
terjadi dan pengaruhnya pada elemen mesin, dan pengetahuan mengenai standarstandar pada elemen mesin.
Agar suatu alat atau mesin dapat bekerja secara maksimal, artinya dapat
mengerjakan fungsinya baik pada kondisi pembebanan yang ringan hingga yang
berat dengan daya yang sama, maka diperlukan suatu sistem transmisi daya dan
perancangan elemen mesin yang baik.
.
1.2. Prinsip Kerja Mesin
Salah satu peralatan yang digunakan adala mesin perontok gabah. Mesin
Pedal Thresher merupakan alat yang untuk merontokan gabah (bijih padi) dari
batang tanaman padi. Tanaman padi pada bagian ujungnya (memiliki bijih padi)
dimasukan kedalam mesin, kemudian bagian mesin yang dinamakan drum akan
4
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
memukul batang padi dan merontokan gabah yang meggantung pada tanaman
padi. Setelah gabah rontok, gabah harus melalui sebuah penyaring (concave) yang
memisahkan antara batang padi dengan gabah sehingga didapatkan hasil
perontokan yang sempurna. Jarak antar ujung gigi perontok terhadap concave
(saringan bawah gigi perontok) tidak boleh lebih atau kurang dari sayu inchi atau
2.54 cm. apabila jarak clearance ini lebih besar dari satu inchi proses perontokan
tidak sempurna, sedang apabila kurang dari satu inchi banyak butir gabah yang
retak.[4] Tidak hanya itu, batang padi yang menjadi sampah juga akan didorong
oleh kipas agar dapat keluar dari jalur yang berbeda dari gabah. Mesin perontok
padi dalam industri beras penggunaannya digabungkan dengan pengolah gabah
pada tahap selanjutnya dengan berbagai manfaat mesin perontok sebagai berikut :
1. Proses pemindahan padi akan lebih mudah apabila padi diolah terlebih
dahulu menjadi gabah, selain jumlah gabah yang diangkut lebih banyak,
memindahkan gabah relatif lebih mudah.
2. Proses pengeringan bulir padi (gabah) menjadi lebih mudah karena gabah
telah terpisah dari batang padi (jerami).
1.3. Tujuan
Tujuan dari tugas proyek perencanaan elemen mesin ini antara lain :
1. Merencanakan ALAT PERONTOK PADI dan sistem transmisi daya.
2. Membentuk kemampuan mahasiswa dalam proses pemakaian komponen komponen dasar mesin didalam suatu sistem pemesinan dengan
menerapkan ilmu dan pengetahuan tentang elemen mesin dan standarstandar yang berlaku.
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam merencanakan sistem
transmisi sederhana dan rancangan alat sederhana.
4. Membentuk dan menerapkan kemampuan dalam melakukan sebuah
analisa gaya pada konstruksi mesin dan elemen-elemen penunjangnya.
1.4. Batasan Masalah
Untuk mendapatkan hasil perencanaan yang baik dibutuhkan ketelitian dan
waktu kerja dalam proses perencanaan. Maka perencanaan dibatasi pada
perhitungan yang ada pada bagianbagian yang sangat mempengaruhi fungsi kerja
5
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
dari alat atau mesin yang akan direncanakan, terutama dititikberatkan pada sistem
transmisi daya. Agar perencanaan baik dan terarah, maka perencanaan hanya pada
hal-hal tertentu saja antara lain :

Perencanaan V-Belt dan Pulley


Perencanaan Poros
Perencanaan Pasak
Perencanaan Bantalan

1.5 Sistematika Laporan


Bab I pendahuluan, berisi tentang latar belakang, prinsip kerja mesin,
tujuan perencanaan elemen mesin, batasan masalah, dan sistematika laporan. Bab
II dasar teori, berisi tentang dasar teori dan rumus-rumus yang digunakan untuk
perhitungan dari komponen elemen mesin seperti poros, pasak, bantalan, belt dan
pulley. Bab III perhitungan daya dan gaya. Bab IV perhitungan dan pembahasan
komponen elemen mesin Alat Perontok Padi Bab V Kesimpulan dan Saran.

6
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Kapasitas Mesin
Kapasitas mesin merupakan kemampuan suatu mesin untuk mengolah,
memproduksi, dan memproses suatu barang dari barang mentah menjadi setengah
jadi atau barang setengah jadi menjadi barang jadi per satuan waktu. Dimana
barang yang memiliki nilai ekonomis yang rendah di olah menjadi sesuatu yang
memiliki daya jual yang lebih tinggi dan lebih bermanfaat.
Berdasarkan studi dan data dari biro statistik pertanian menyatakan bahwa
konversi dari padi dengan varietas menjadi gabah adalah sebesar 52 %, itu berarti
dari 100 kg padi yang dikonversi dengan sebuah mesin perontok padi hanya
menghasilkan 52 kg gabah.
Dengan mengetahui perbandingan konversi padi menjadi gabah. Kapasitas mesin
yang diinginkan dapat di hitung dengan menggunakan rumus.
q=K p R

(2.1)

Dimana :
q = Kapasitas Mesin (Kg.gabah/jam)
K p = Kapasitas Produksi yang diinginkan (Kg.padi/jam)
= Rasio konversi padi menjadi gabah (padi/gabah)
(Jurnal Kepner et al 1978 dan Reskinov 1991)
2.2 Pengertian Pasak
Pasak adalah bagian dari elemen mesin yang berada pada ujung poros
digunakan untuk menyambung, juga digunakan untuk menjaga hubungan putaran
relatif antara poros dari mesin dengan peralatan mesin yang lain seperti roda gigi,
pulley, sprocket, cam, lever, flywheel, impeller dan sebagainya, yang
disambungkan dengan poros mesin tersebut.
7
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
Karena distribusi tegangan secara actual untuk sambungan pasak ini tidak
dapat diketahui secara lengkap, maka dalam perhitungan tegangan disarankan
menggunakan factor keamanan:
1. Untuk torsi yang tetap dan konstan, N = 1,5
2. Untuk beban yang mengalami kejutyang rendah/kecil, N = 3
3. Untuk beban kejut yang besar, terutama beban bolak-balik, N = 4,5

2.2.1 Macam-Macam Pasak


1. Pasak Datar Segi Empat ( Standart Square Key)
Tipe pasak ini adalah suatu tipe yang umumnya mempunyai dimensi lebar
dan tinggi yang sama, yang kira-kira sama dengan 0,25 dari diameter
poros.
2. Datar Standart ( Standart Flat Key)
Pasak ini adalah jenis pasak yang sama dengan diatas, hanya disini tinggi
pasak tidak sama dengan lebar pasak, tetapi tingginya mempunyai dimensi
yang tersendiri.
3. Pasak Tirus (Tapered Keys)
Pasak jenis ini pemakainya tergantung dari kontak gesekan antara hub
dengan porosnya untuk mentransmisikan torsi. Artinya torsi yang medium
level dan pasak ini terkunci pada tempatnya secara radial dan aksial
diantara hub dan porosnya oleh gaya dari luar yang harus menekan pasak
tersebut kearah aksial dari poros.
4. Pasak Bidang Lingakran (Woodruff Keys)
5. Pasak ini adalah salah satu pasak yang dibatasi oleh satu buidang datar
pada bagian atas dan bidang bawah merupakan busur lingkaran hampir
berupa setengah lingkaran.
6. Pasak Bintang Lurus (Sraight Splines)
Pasak ini adalah pasak bintang yang tertua dibuat.
2.2.2 Rumus-rumus yang digunakan pada perhitungan pasak
-

Tegangan Geser
F
2T
Ssyp
= =

(2.2)
As WLD
N
dimana: Ssyp

= 0,58 Syp
8

Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
W
L
T
D
-

= Lebar Pasak (in.)


= Panjang Pasak (in.)
= Torsi
= Diameter poros

Tegangan kompresi
F
4 T Ssyp
= =

(2.3)
Ac HLD
N
dimana: Ssyp

Syp

Pada perencanaan ini menggunakan bahan poros dan pasak yang sama,
sehingga pasak dan poros mendapatkan beban yang sama. Maka perhitungan
panjang pasak adalah:
- Tinjauan geser
e D2
L=
inch(2.2 a)
8W
atau,
L=
-

2T
inch(2.2 b)
WD

Tinjauan kompresi
0,58 e D2
L=
inch(2.3 a)
4W
atau,
L=

4T
inch(2.3 b)
WD

dimana: e= relative strength factor


e=10,2.1,1 h
=

0,58. Syp
N

Syp
N

dimana: = perbandingan lebar pasak dengan diameter poros

( wD )
9

Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
h=

perbandingan dalamnya pasak masuk kedalam poros

dengan diameter
poros

( 2wD )
(Deutchman, Aaron D, Machine Design, 1975)

2.2.3 Diagram Alir Perancangan Pasak


Mulai

-Tipe pasak
-Diameter poros 1
-Diameter poros 2
-Torsi
Teknik Mesin
-Bahan Pasak
Instituk Teknologi Kalimantan

10

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

Menentukan tinggi dan lebar


pasak dari tabel
Menentukan panjang pasak
dengan tegangan kompresi
Menentukan panjang pasak
dengan tegangan geser
Mencari Syp pasak secara
perhitungan

Tidak

Syp p < Syp

Ya
Selesai

11
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
2.3 Pengertian Poros
Poros adalah salah satu bagian elemen mesin yang berputar, biasanya
berbentuk circular cross section dengan kombinasi beberapa elemen pentransmisi
daya lain seperti gear, pulley, flywheel, sprocket gear dan lain-lain. Desain pada
poros secara umumnya adalah menentukan diameter dan material untuk
memastikan kekeuatan poros ketika sedang mentransmisikan daya di berbagai
kondisi pengeoperasian dan kondisi pembebanan. Poros digolongkan atas
penggunaannya, diantaranya adalah:
1. Shaft

: Poros yang ikut berputar untuk memindahkan daya dari

mesin ke mekanisme yang digerakkan.


2. Axle
: Poros yang tetap dan mekanismenya yang berputar pada
poros tersebut
3. Spindle
: Poros yang pendek terdapat pada mesin perkakas dan
mampu terhadap momen Bending
4. Line Shaft
: Poros yang langsung berhubungan dengan sebuah
mekanisme yang digerakkan dan berfungsi memindahkan daya dari motor
penggerak mekanisme tersebut.
5. Jack Shaft
: Poros yang pendek, biasanya dipakai pada dongkrak
mobil
6. Flexible Shaft : Poros yang juga berfungsi memindahkan daya dari dua
mekanisme
(antar motor dan mekanisme) dimana perputaran poros
membentuk sudut dengan poros yang lainnya. Daya yang
dipindahkan relative rendah.
2.3.1 Rumus-rumus yang digunkan dalam perhitungan poros
Perhitungan diameter berdasarkan teori kegagalan MSST + Soderberg. [1]
0,5

dimana: d

Syp 16
= 3
N
d

2
S yp
M r +T 2m (2.4)
Se

= diameter luar poros (inch)


M r = momen bending rata-rata
12

Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
T m = momen torsi
Se

= endurance limit

'
= Cr C s C f C w 1/ K f S n

Cr

= faktor kepercayaan

= 1-0,08 (DMF)
Cs

= faktor ukuran

Cf

= faktor akhir permukaan

C w = faktor koreksi akibat las-lasan


Kf

= konsentrasi tegangan bending

Sn = tegangan batas geser material tes = 0,5.Su


(Deutchman, Aaron D, Machine Design, 1975)

13
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

2.3.2 Diagram Alir Perancangan Poros


Mulai

-Panjang poros 1
-Panjang poros 2
-Jarak tumpuan gaya
-Bahan poros
-Angka Keamanan

-Gaya Pulley 1 dan 2


-Gaya Belt
-Gaya Drum

Menghitung gaya-gaya pada


bidang vertikal
Menghitung momen bending
resultan vertikal
Menghitung gaya-gaya pada
bidang horizontal
Menghitung momen bending
resultan horizontal
Menghitung diameter poros

Selesai

14
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
2.4 Bantalan
Bantalan yang digunakan untuk perencanaan ini adalah bantalan
gelinding (rolling bearing), sering juga disebut sebagai bantalan anti gesek,
karena bantalan ini dalam beroperasinya mendukung beban sehingga tidak
terjadi gesekan ataupun kalau terjadi gesekan akan kecil sekali.
Dalam perencaan bantalan gelinding hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah beban, putaran, kondisi operasinya, viskositas dari pelumas, dimana hal
itu akan memberikan efek dalam gesekan.
Beban ekuivalen dari bantalan dapat dihitung dengan rumus [1] :
P= X V F r +Y F a (2.5)
atau jika hanya ada beban radial
P=V F r ( 2.6)
dimana: P = beban ekuivalen

(lb)

Fr = beban radial

(lb)

Fa = beban aksial

(lb)

X = konstanta radial
V = faktor putaran
= 1 untuk ring dalam berputar
Y = konstanta aksial
Umur bantalan dapat dihitung dengan rumus :

[ ]

L10=

C
106 (2.7)
P

atau
b

C
106
L10h =

(2.8)
P 60 n

[ ]

15
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
dimana :

L10

= umur bantalan dalam jumlah putaran

L10h

= umur bantalan dalam jam kerja

= beban dinamis (lb)

= beban ekuivalen (lb)

= konstanta tergantung tipe bantalan


= 3, untuk bantalan ball bearing
= 10/3, untuk bantalan roller bearing

= putaran poros
(Deutchman, Aaron D, Machine Design, 1975)

2.4.1 Diagram Alir Perancangan Bantalan


Mulai
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

16

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

-Tipe Bantalan
-Diameter poros 1
-Diameter poros 2
-Putaran poros 1
-Putaran poros 2

-Gaya pada tumpuan


- Umur operasi

Menghitung resultan gaya pada


tumpuan
Menghitung beban ekivalen

Menghitung basic dynamic load


rating (C)
Mencari nilai C1 yang sesuai
pada katalog
C1 > C
Tidak

Ya
Selesai

17
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
2.5 Belt dan Pulley
Jarak yang cukup jauh yang memisahkan antara dua buah poros
mengakibatkan tidak memungkinkannya menggunakan transmisi langsung dengan
roda gigi. Belt merupakan sebuah solusi yang dapat digunakan. Pada desain mesin
ini digunakan V-belt dengan berbagai pertimbangan sesuai dengan kondisi
pengoperasian. V-belt adalah salah satu transmisi penghubung yang terbuat dari
karet dan mempunyai penampang trapezium. Dalam penggunaannya V-belt
dibelitkan mengelilingi alur pulley yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang
membelit pada pulley akan mengalami lengkungan sehingga lebar bagian
dalamnya akan bertambah besar (Sularso, 1991:163).
a. Daya Rencana
Pd=P N (2.9)
dimana : P = daya
(Kw)
Pd = daya rencana (Kw)
N = faktor keamanan
b. Tipe V-belt
Memilih tipe V-belt yang sesuai dengan kondisi pengoperasian berdasarkan
grafik pada manual handbook design belt. [2]
c. Pitch diameter pulley penggerak
Memilih pitch diameter pulley penggerak yang direkomendasikan
berdasarkan tabel pada manual handbook design. [2]
d.

Perbandingan kecepatan
Rs=

n1
(2.10)
n2

dimana : n1 = Kecepatan pulley penggerak

(rpm)

n2 = Kecepatan pulley yang digerakkan(rpm)

e. Pitch diameter pulley yang digerakkan


18
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
Dp=Rs dp(2.11)
dimana :

Dp= Pitch diameter pulley yang digerakkan


dp= Pitch diameter pulley penggeraak

f. Center Distance
C=3 Rp+ rp(2.12)
dimana ;

Rp= Pitch jari-jari pulley yang digerakkan


rp= Pitch jari-jari pulley penggerak

g. Effective Pitch Length


Lp=2 C+ 1.57 ( Dp+dp ) +

( Dpdp )2
( 2.13)
4C

h. Sudut Kontak
=180

60 ( Dpdp )
(2.14 )
C

i. Gaya Inersia Belt [1]


2 2
w' r p
Fc=
(2.15)
g
dimana :

'

w = berat belt [3]


= kecepatan angular
r p= pitch radius pulley penggerak
g= percepatan gravitasi

j. Gaya pada Pulley [1]


=e f /sin (2.16)

( 1
) r (2.17)

f 1 =Fc+

f 2=f 1

(2.18)
rp

dimana : f = gaya friksi (0,2 untuk V-belt)


19
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
= sudut

berkisar 17 sampai 18 untuk V-belt

= sudut kontak

Torsi pada Pulley


T=

63025 Hp
(2.19)
n

atau,
T =( f 1f 2) r p (2.20)

Jumlah Belt [2]


z=

dimana :

Pd c 2
(2.21)
Pr c1 c2

z= jumlah belt yang dibutuhkan


Pd = daya rencana
Pr= daya dasar + daya tambahan (dalam manual handbook)

[2]

c 1 c2= faktor pengali (dari manual handbook) [2]


(Deutchman, Aaron D, Machine Design, 19

2.5.1 Diagram Alir Perancangan Belt dan Pulley


Mulai
- Daya (P)
- Daya rencana (Pd)
Teknik Mesin
Faktor keamanan (N)
Instituk Teknologi- Kalimantan
- Kecepatan pulley 1 (n1)
- Kecepatan pulley 2 (n2)

20

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

n1
n2

Memilih jenis belt

Menentukan diameter pulley


penggerak (dp)
Menentukan diameter pulley
yang digerakan (Dp)
Menentukan center of distance
(C)
Menentukan cpanjang belt (Lp)

Menentukan sudut kontak ( )

Menentukan gaya-gaya pada belt


dan pulley (F)
A

21
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

Menentukan torsi pada pulley (T)

Menentukan jumlah belt (z)

Tidak

T =( f 1f 2) r p
Ya
Desain belt dan pulley

Selesai

22
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

BAB III
PERHITUNGAN DAYA DAN GAYA
3.1 Kapasitas Mesin

Kapasitas Mesin
Dengan menggunakan persamaan (2.1) maka untuk mengolah 150kg
padi per 1 jam, dibutuhkan kapasitas mesin sebesar :
q=K p R
150 52
78

Kg. gabah
jam

Kg . gabah
jam
0,216

Kg . gabah
s

3.2 Geometri Thresher Drum

Panjang Thresher Drum


Berdasarkan kapasitas mesin maka panjang dari thresher drum yang
dibutuhkan untuk merontokkan padi untuk kapasitas yang telah
ditentukan, didapatkan dengan persamaan:
q
L=
qo M

0.216
0.055 6

0.66 m
dimana : L = panjang thresher drum
(m)
q = kapasitas mesin
(kg/s)
qo= kapasitas pemasukan yang dizinkan
(kg/s)
M= banyaknya jumlah baris beater bersdasarkan desain

Massa Thresher Drum


Dengan didapatkannya dimensi panjang dari thresher drum (0,66 m),
diameter thresher drum ( 0,15 m), tebal drum (3mm) dan material
(alumunium = 2700 /3) maka massa drum dapat dicari
Massa drum
23

Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
md . plat lingkaran = v
( r 22 L r 21 L )
2700 ( 0.0752 0.66 0.0722 0.66 )
2.46 kg
Massa beater ( bahan mild steal = 7850/3)
mb= v
( r 2 h )
7850 ( 0.004 2 .0 .05 )
0.02 kg
Massa beater total
mb .total =mb 8 beater 8 baris
0.02 8 8
1.28 kg

Massa thresher drum


m=massa drum+massa beater total
2.46+1.28

3.74 k g

3.3 Desain Daya Mesin


Untuk melakukan perhitungan daya mesin dibutuhkan satu parameter
yang berfungsi sebagai dependent variable yaitu kecepatan angular, dimana
24
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
kecepatan angular didapatkan dari asumsi putaran mesin rata-rata yaitu
sebesar 600 rpm.

Kecepatan Angular
=

2 n
60

2 600
60

62.8

dimana :

rad
s

= kecepatan angular

n = kecepatan shaft

(rad/s)

(rpm)

Gaya tarik pada baut perontok


Besarnya gaya traik yang diperlukan untuk merontokkan padi dari
batangnya yang diukur menggunakan timbangan tarik dengan perolehan
data sesuai pada tabel dibawah.
Tabel 1. Data percoban uji tarik bulir padi
Nama
Bulir padi 1
Bulir padi 2
Bulir padi 3

Beban Tarik Padi (kg)


0.2
0.2
0.1

Bulir padi 4

0.2

Bulir padi 5
Bulir padi 6
Bulir padi 7
Bulir padi 8

0.2
0.1
0.05
0.1
Jumlah
0.75
Rata-rata
0.09375
Sumber: data skripsi rancang bangun mesin perontok padi, UNS
P adalah tekanan atau kekuatan tarikan yang harus diberikan:
beban tarik bulir padi ratarata
Pgabah =
luas penampangbulir padi

25
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

0.09375 kg
0.000032 m 2
2929.687

kg
m2

A adalah luas alas penampang beater


1
2
A 1= D
4
1
0.008 2
4
0.00005024 m2
Maka luasan untuk 64 beater pada silinder perontok adalah:
A 54= A 1 64
0.00005024 m2 64
2

0.0032 m

Gaya pada 64 beater adalah


F54 =P A
2929.687

kg
2
0.0032 m
2
m

9.41 kg
94.1 N

Torsi (T) yang bekerja pada beater:


T =F r
94.1 N 0.15 m

14.11 Nm

Daya Mesin
Kebutuhan daya adalah besarnya daya yang diperlukan untuk
merontokkan padi. Material, dimensi silinder dan jumlah baut perontok
26
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
disesuaikan dengan daya motor untuk menggerakkan silinder perontok
yang dibuat dari strip plat berukuran diameter 300 mm, mempunyai 8
raspbar dengan panjang 660 mm dan beater dengan diameter 8 mm dan
jumlah beater sebanyak 64 buah..

Jadi daya yang dibutuhkan adalah:


P=T
14.11 62.8

886.1 watt
1.18 HP

3.4 Gaya yang dihasilkan


Thresher drum dan beater yang ditambahkan pada poros 1, berotasi dan
memberikan gaya sentripetal.
Fc=m 2 r
3,74 62.82 0.15
2212.49 N
dimana : Fc = gaya sentripetal

(N)

m = berat drum

(kg)

r = jari-jari drum

(m)

= kecepatan angular (rad/s)

27
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

BAB IV
PERHITUNGAN KOMPONEN ELEMEN MESIN
4.1 Desain Belt dan Pulley
Data kondisi operasi :
Tenaga Manusia 1HP
Asumsi putaran input 200 rpm
4.1.1 Desain Belt dan Pulley pada Poros 1
Kalkulasi Daya rencana berdasarkan persamaan (2.9)
Pd =P N
886.1 1.1

0.974 Kw

Memilih tipe V-belt yang tepat


Berdasarkan grafik 1 maka V-belt yang tepat untuk kondisi
pengoperasian dengan desain power 0.974 Kw dan putaran 200 rpm
adalah V-belt tipe A

Memilih pitch diameter pulley penggerak


Berdasarkan tabel 5 maka rekomendasi diameter pulley minimum
untuk V-Belt tipe A adalah 75 mm. Dipilih pulley dengan diameter
300 mm

Perbandingan kecepatan berdasarkan persamaan (2.10)


n 200
Rs= 1 =
=0.33
n2 600

Pitch diameter pulley yang digerakkan berdasarkan persamaan (2.11)


Dp=Rs dp
0.33 300mm
100 mm

Center Distance berdasarkan persamaan (2.12)


C=3 Rp+ rp
3 (50 )+ 300
450 mm
28

Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

Effective Pitch Length berdasarkan persamaan (2.13)


( Dpdp )2
Lp=2 C+ 1.57 ( Dp+dp ) +
4C

( 100300 )2
2 ( 450 ) +1.57 ( 100+300 ) +
4 450
1550.2mm

61.03.
Dari nilai panjang belt efektif sebesar 61.03in. dapat menggunakan

belt tipe A
Sudut kontak berdasarkan persamaan (2.14)
60(Dpdp)
=180
C
180

60 (100300)
450

167
2.94 rad

Gaya inersia belt berdasarkan persamaan (2.15)


Pulley 1
w' 2 R2p
Fc=
g

0.09 62.82 0.00502


9.81

0.089 N

Torsi pada pulley berdasarkan persamaan (2.19)


63025 Hp
T=
n

63025 1
900

70.02lb .
7.93 N . m

Gaya pada pulley berdasarkan persamaan (2.16), (2.17) dan (2.18)


=e f /sin
29
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
e 0.22.94 /sin 18
6.7

T
( 1
)r

f 1 =Fc +

6.7
7.93
( 6.71
) 0.150

0.089+

248.64 N
f 2=f 1

T
rp
495.96

7.93
0.150

37.1 N

T =( f 1f 2) r p
( 248.6437.1 ) 0.150
7.93 N . m(valid )

Jumlah belt berdasarkan persamaan (2.21)


- Daya dasar
Berdasarkan tabel 7 maka basic HP untuk kondisi pengoperasian
dengan kecepatan putaran poros 2 yaitu 200 rpm dan pitch diameter 300 mm
adalah 1.96
- Daya tambahan
Berdasarkan tabel 8 maka additional HP untuk kondisi pengoperasian
dengan kecepatan putaran poros 1 600 rpm dan pitch diameter pulley 100
mm adalah 0.321
Daya per Belt
30

Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
Pr=Base HP ratings+ speed ratio adder
1.+ 0.321

1.321
Jadi jumlah belt yang dibutuhkan untuk kondisi pengoperasian adalah:
z=

Pd
Pr c1 c2

1.09
1.31 0.85 0.94

0.8

1belt
dimana : c1 = koefisien panjang belt (tabel 4)
c2 = koefisien sudut kontak (tabel 3)
4.1.2 Berat Pulley 1 dan 2

Data pulley 1 dan 2 sebagai berikut:


Bahan Pulley
: Alumunium
3
Massa jenis : =2700 kg/m

Diameter Pulley 1:

D out ,2 =300 mm

Diameter Pulley 2:

D out ,2 =100 mm

Berat Pulley 1 dan 2


Untuk Belt tipe A
12.5 mm

t=16 mm

=40

C=3.5 mm
S=10 mm

H=9 mm

31
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
Lebar Pulley (b):
Lebar pulley penggerak =lebar pulley yang digerakkan
Maka: b1=b2=( Z1 ) t +2 S
( 11 ) 16+2 (10 )
20 mm
Volume Pulley 1 (V1):

( 14 D B )HA =( 14 ( 0.100) 0.02) ( 0.009 ) ( 0.0009 )

V 1=

V 1=1.715 104 m3
Volume Pulley 2 (V2):
V 2=

( 14 D B )HA =( 14 ( 0.300 ) 0.02 ) ( 0.009) ( 0.0009 )


2

V 2=5.145 104 m3
Berat Pulley1: w p= V 1 g
4

2700 1.715 10 9.81m/ s =12.3 N

Berat Pulley 2:

w p= V 3 g

2700 5.145 104 9.81m/ s2=36.9 N

32
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
4.2 Desain Poros
4.2.1 Desain Poros 1

Fc

40
f1,2

f1,1
FW,2
Rb

0.04 m
0.33 m
0.33 m

Ra

Gambar 4.1 Gaya-gaya yang bekerja pada poros 1


Fw,1 = Gaya Berat Pulley 2= 36.9 N
Fc = Gaya Sentripetal Thresher Drum = 6258.87 N
Fr = Gaya Resultan Belt 1 = 368.72 N

33
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
a. Pada Bidang Vertikal
Pada analisa gaya bidang vertical yang bekerja pada poros 1 dapat dilihat
bahwa gaya-gaya yang terjadi diakibatkan oleh gaya berat dari thresher drum,
gaya berat dari pulley 1 dan gaya resultan belt.

Gambar 4.2 Diagram tegangan, geser, dan momen poros 1 vertikal

Perhitungan Gaya Reaksi vertikal


34

Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
+ M A=0

P1 0,7 m+ P2 0,33 m+ F w 0.7=R b 0.66 m

( f 1+ f 2 ) sin 40 0.7 m+ F c 0.33 m+ F w 0.7=Rb 0.66 m


( ( 316.09+52.63 ) 0.64 ) 0.7 m+6258.87 0.33 m+13.17 0.7 m=R b 0.66 m
Rb , y =2239.83/0.66
Rb , y =3393.68 N

+ F y =0

Ra , y +R b , y =P 1+P2 + F W
Ra , y + R b , y = ( f 1 + f 2 ) + F c + F W
Ra , y +3548.43=( 368.72 ) +6258.87+36.9
Ra , y =3114.34 N

Momen bending resultan vertikal

M rv= ( 1.03 . 106 ) + (99662 )

1,030,048.2 N . mm

35
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

Gambar 4.3 Diagram tegangan, geser, dan momen poros 1 horizontal

Gaya reaksi horizontal


Ra , x =17.12 N
36
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
Rb , y =299.57 N

Momen bending resultan horizontal


M rh=11,298 N . mm

Perhitungan Torsi di Shaft


T=

63025 HP
n

63025 1
600

105.04 lbf .
11867.9 N .mm

Data Bahan Poros AISI 1050 CD


2
Syp=104 ksi=717 N /mm
Su=114 ksi=786 N /mm

C R=10.08 ( 1.64 ) =0.87


C S=0.7
CW =1
C F =0.75
N=2(intermittent shock )

Kf ( bending )=1 .6
S ' n=0.5 Su=0.5 786=393 Mpa

37
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
Kf
1/ S ' n
Se=C R C S C F CW
0.87 0.7 0.75 1(1/1.6) 393

179.5 N /mm2

Perhitungan Diameter berdasarkan teori kegagalan MSST + Soderberg


Syp 16
0.5

N d3

0.5

2
S yp
2
M r +T m
Se

717 N
16

2
2 mm d 3

2
717
1,030,048.2 N 2 mm2+ 11,867.92 N 2 mm2
179.5

179.25

N
16

1.6617 1013 +563,390,575.2 N 2 mm2


2
3
mm d

179.25

N
16

4,076,479.8 N . mm
2
mm d 3

562.84 d 3
3

N
65,223,677.9 N .mm
2
mm

65,223,677.9 N . mm
562.84
N /mm2
d 24.7 mm

d 0.97 inch

38
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

4.2.2 Desain Poros 2


f3
40
Rbx
40

Fc
B
f1,2

Rax
A

f2,2

Rby
0.04 m
0.05 m
0.33 m

Ray

0.33 m
Gambar 4.3 Gaya-gaya yang bekerja pada poros 2

Fw,2 = Gaya Pedal= 15 N


Fw,3 = Gaya Berat Pulley 1= 12.3 N
Fc = Gaya Sentripetal Pedal = 2664.75 N
Fr,1 = Gaya Resultan Belt 1 = 368.72

Perhitungan Gaya Reaksi Vertikal


39

Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

Gambar 4.4 Diagram tegangan, geser, dan momen poros 2 vertikal


Dengan menggunakan software MDSolids didapatkan gaya tumpuan pada sumbu
verikal sebesar:
Ra , y =1279,24 N
Rb , y =1897,53 N

Momen bending resultan Vertikal


M rv= ( 422,147.75 )2+ (35,0722 )
423,602.13 N .mm

40
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

Perhitungan Gaya Reaksi Horizontal

Gambar 4.4 Diagram tegangan, geser, dan momen poros 2 horizontal


Dengan menggunakan software MDSolids didapatkan gaya tumpuan pada sumbu
verikal sebesar:
Ra , x =55.99 N
Rb , x =569.06 N

Momen bending resultan Vertikal


M rv=36,951.50 N . mm

Perhitungan Torsi di Shaft


63025 HP
T=
n

63025 1
900
41

Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
70.025lbf .
7,911.76 N . mm

Desain Diameter Poros 2


Data Bahan Poros AISI 1050 CD
2
Syp=104 ksi=717 N /mm
Su=114 ksi=786 N /mm 2
C R=10.08 ( 1.64 ) =0.87
C S=0.7
CW =1
C F =0.75
N=2(intermittent shock )

Kf ( bending )=1 .6
'

S n=0.5 Su=0.5 786=393 Mpa


Kf
1/ S ' n
Se=C R C S C F CW
0.87 0.7 0.75 1(1/1.6) 393
2

179.5 N /mm

Perhitungan Diameter berdasarkan teori kegagalan MSST + Soderberg


42
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
Syp 16
0.5

N d3
0.5

2
S yp
M r +T m2
Se

717 N
16

2
2 mm d 3

2
717
423,602.13 N 2 mm2 +7,911.76 N 2 mm2
179.5

179.25

N
16

2.86 10 12+250,383,785.2 N 2 mm 2
2
3
mm d

179.25

N
16

1,691,227.47 N .mm
2
mm d 3

562.84 d 3
3

N
27,059,639.65 N .mm
2
mm

27,059,639.65 N . mm
562.84
N /mm2
d=36.3 mm
d=1.4 inch

4.3 Desain Pasak


4.3.1 Desain pasak pada poros 1
Data kondisi operasi
- Tipe squere key
- Material AISI 1020 HR : Syp = 43000 Psi
- Diameter poros 0.9 inch
- Torsi pada pulley di poros 210.08 lbf .
- Berdasarkan tabel 7-7 deutchman untuk diameter poros 0.9 inch
maka lebar dan tinggi pasak adalah 1/4 x 1/4

Panjang Pasak Minimum


Berdasarkan kriteria tegangan geser
0.58 Syp
Ss=
N

0.58 43000
2
43

Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
8313.34 Psi
L=

2T
S s WD

2 210.08
1
8313.34 0.9
4

0.26 inch

Berdasarkan kriteria tegangan kompresi


L=

4T
WD
4T
Syp
WD
N

4 210.08
43000 1
0.9
2
4
0. 21 inch

Perhitungan Syp
Syp

Syp

2 T N
L W d
2 210.08 2
1
0.26 0.9
4

Syp 14,358. 9

Kesimpulannya pasak memenuhi syaat karena ukuran Syp yang


direncanakan lebih besar dari pada Syp perhitungan.

44
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
4.3.2 Desain pasak pada poros 2
Data kondisi operasi
- Tipe squere key
- Material AISI 1020 HR : Syp = 43000 Psi
- Diameter poros 1.4 inch
- Torsi pada pulley di poros 140.05lbf .
- Berdasarkan tabel 7-7 deutchman untuk diameter poros 1.4 inch
maka lebar dan tinggi pasak adalah 5/16 x 5/16

Panjang Pasak Minimum


Berdasarkan kriteria tegangan geser
0.58 Syp
Ss=
N

0.58 43000
2
8313.34 Psi

L=

2T
S s WD

2 140.05
5
8313.34 1.4
16

0.34 inch

Berdasarkan kriteria tegangan kompresi


L=

4T
WD
4T
Syp
WD
N

4 140.05
43000 5
1.4
2
16

45
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
0.38 inch
Perhitungan Syp
2 T N
L W d

Syp

Syp

2 140 . 05 2
5
0.38 1.4
14

Syp 1 3 ,800 . 9

Kesimpulannya pasak memenuhi syaat karena ukuran Syp yang


direncanakan lebih besar dari pada Syp perhitungan.

4.4 Desain Bearing


4.4.1 Desain bearing pada poros 1
Data kondisi operasi
- Tipe bearing yang dipilih adalah single row ball bearing, karena harganya
murah dan mudah didapatkan.
b=3
-

Gaya radial dan aksial pada tumpuan A


Fr , A = F 2AH + F2AV
17.122 +3114.34 2
3114.38 N
700.14 lbf

Fa , A =0
-

Gaya radial dan aksial pada tumpuan B


Fr ,B = F2BH +F 2BV
299.572+ 3393.682
3406.87 N

765.9lbf
Fa , A =0

46
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
-

Rekomendasi umur bearing untuk peralatan agrikultural adalah


L10 H =40008000 h

Putaran poros
n=600 rpm
-

Faktor rotasi untuk ball bearing (ring dalam berotasi)


V =1

Diameter Poros
D 1=24.7 mm

Menghitung Beban Ekivalen (P)


- Bearing pada tumpuan A
P=V F r
1 700.14

700.14 lbf
-

Bearing pada tumpuan B


P=V F r

1 765.9

765.9lbf

Menentukan tipe bearing yang akan dipakai dengan asumsi mengharapkan


umur bearing selama 4000 h.
- Bearing pada tumpuan A
C b 106
L10 H =
P 60 n

( )

L10 H =

C b 10 6
Pb 60 n

4000 700.14 3 60 600


C =
106
3

C=3669.77 lbf
-

Bearing pada tumpuan B


b
6
C
10
L10 H =
P 60 n

( )

47
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

L10 H =
C3 =

C b 10 6
Pb 60 n

4000 765.93 60 600


106

C=4014.5 lbf

Kesimpulannya agar bearing dapat bertahan selama 4000 h dengan diameter


poros 1 sebesar 24.7 mm maka diperlukan bearing dengan nilai basic dynamic
(C) lebih besar dari 4014.5 lbf. Untuk itu ]dipilih bearing No 6205 Single
Row Ball Bearing dengan spesifikasi diameter dalam 25 mm, diameter luar 52
mm

4.4.2 Desain bearing pada poros 2


Data kondisi operasi
- Tipe bearing yang dipilih adalah single row ball bearing karena harganya
murah dan mudah didapatkan.
b=3 [1]
-

Gaya radial dan aksial bearing pada tumpuan A


Fr , A = F 2AH +F2AV
55.99 2+1279,24 2
1280.46 N

287.85lbf
Fa , A =0
-

Gaya radial dan aksial pada tumpuan B


Fr ,B = F2BH + F 2BV
569.06 2+1897.53 2
1981.02 N
445.35 lbf

Fa , A =0
-

Rekomendasi umur bearing untuk peralatan agrikulrural adalah


L10 H =40008000 h
48

Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
Putaran poros
n=200 rpm
-

Faktor rotasi untuk ball bearing (ring dalam berotasi)


V =1

Diameter Poros
D1=36.3 mm

Dengan mengasumsikan bahwa bearing A sama dengan bearing B

Menghitung Beban Ekivalen (P)


P=V F r
1 445.35

445.35 lbf

Menentukan tipe bearing yang akan dipakai dengan asumsi mengharapkan


umur bearing selama 4000 h.
C b 106
L10 H =
P 60 n

( )

C b 10 6
L10 H = b
P 60 n
3

4000 445.35 60 200


C =
6
10
3

C=2672.1lbf

Kesimpulannya agar bearing dapat bertahan selama 4000 h dengan diameter


poros 2 sebesar 36 mm maka diperlukan bearing dengan nilai basic dynamic
(C) lebih besar dari 2672.1 lbf. Untuk itu dipilih bearing dengan No 6207
Single Row Ball Bearing dengan spesifikasi diameter dalam 35 mm, diameter
luar 72 mm.

49
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
4.5 Gambar

-Pulley penggerak (B)

-Pedal (H)

-Pulley digerakan (A)

-Beater (G)

-Poros 1 (D)

-Vbelt (C)

-Poros 2 (E)

-Drum (F)

45mm

800mm

E
H

70mm
50mm

G
450mm
800mm
50
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari perencanaan sebuah mesin perontok padi didapat hasil sebagai berikut:
1.

Drum
Bahan : Alumunium
Panjang : 660 mm
Lebar : 150 mm
Tebal
: 3 mm
Berat
: 2.46 kg
Berat total drum dan beater : 3.74 kg
2. Beater
Bahan: Mild Steel
Panjang : 50 mm
Diameter : 8 mm
Berat : 0.02 kg
Berat total beater : 1.28 kg
3. Transmisi daya belt dan pulley
Untuk menggerakkan thresher drum, putaran awal 200 rpm dinaikan
menjadi 600 rpm dengan spesifikasi desain:
Pulley 1 (Pulley penggerak poros 2)
-Diameter: 300 mm
-Lebar
: 20 mm
-Berat
: 1.25 kg
-Bahan
: Alumunium
Pulley 2 (Pulley poros 1)
-Diameter: 100 mm
-Lebar
: 20 mm
-Berat
: 3.76 kg
-Bahan
: Alumunium
Belt
-Tipe
: V belt A
-Lebar belt
: 12.5 mm
-Tebal belt
: 9 mm
-Panjang belt : 1550.2mm
-Jumlah belt : 1 belt
4. Poros
Poros 1 memiliki panjang 700 mm dengan diameter 0.9 in atau 24.7
mm menggunakan bahan AISI 1050 CD.
51
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
Syp=104 ksi=717 N /mm2
Su=114 ksi=786 N /mm

Poros 2 memiliki panjang 750 mm dengan diameter sebesar 1.4 in.


atau 36.3 mm menggunakan bahan AISI 1050 CD.
Syp=104 ksi=717 N /mm2
Su=114 ksi=786 N /mm 2

5. Pasak
Pasak pada poros 1 menggunakan tipe squere key yang memiliki
dimensi panjang lebar tinggi berturut-turut (0.41 x 1/4 x 1/4)

inch dengan menggunakan bahan AISI 1020 HR.


Pasak pada poros 2 menggunakan tipe squere key yang memiliki
dimensi panjang lebar tinggi berturut-turut (0.35 x 5/16 x
5/16)inch dengan menggunakan bahan AISI 1020 HR.

6. Bantalan
Bantalan pada poros 1 dipilih batalan tipe single row ball bearing
No.2205 dengan spesifikasi
-d (25mm)
-D (52mm)
-B (15mm)
-nmaks (13,000rpm)
-Co (7.8 kN)
-C (14 kN)
-Berat (0.128 kg)
Bantalan pada poros 2 dipilih batalan tipe single row ball bearing
No.2207 dengan spesifikasi
-d (35mm)
-D (72mm)
-B (17mm)
-nmaks (9800rpm)
-Co (15.3 kN)
52
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
-C (25.7 kN)
-Berat (0.288 kg)

DAFTAR PUSTAKA

1. Deutchman, Aaron D, Machine Design: Theory And Practice, Macmillan


Publishing Co Inc., New York, 1975
2. I Wayan Berata, Diktat Elemen Mesin
53
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI
3. Kepner Et Al, Jurnal 1978
4. Reskinov, Jurnal 1991
5. Bagus Hendy Setiawan, Rancang Bangun Mesin Perontok Padi, UNS, 2013

LAMPIRAN
Tabel 1. Power typical service factor

54
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

Tabel 2. Belt selection chart

Tabel 3. Koefisien sudut kontak belt

55
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

Tabel 4. Koefisien Panjang Belt

Tabel 5. Minimum pitch diameter pulley

Tabel 6. Geometri V-belt

Tabel 7. HP ratings per belt for small sheave datum diameter (in) V-belt tipe A
56
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

Tabel 8. Speed Ratio Adder V-belt tipe A

57
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

Tabel 9. Bantalan

58
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


ALAT PERONTOK PADI

59
Teknik Mesin
Instituk Teknologi Kalimantan

Anda mungkin juga menyukai