Anda di halaman 1dari 5

TITRASI IODOMETRI

I. TUJUAN PERCOBAAN

Dapat menerapkan titrasi iodometri untuk menentukan kadar Cu dalam larutan


CuSO4.

II. LATAR BELAKANG

Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan
pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika
dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena
perbandingan stoikometri yang sederhana pelaksanannya praktis dan tidak benyak
masalah dan mudah.

Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan
tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar zat-zat oksidator
secara langsung, seperti yang kadar terdapat dalam serbuk vitamin C.

Titrasi tidak langsung iodometri dilakukan terhadap zat-zat oksidator berupa


garam-garam besi (III) dan tembaga sulfat dimana zat-zat oksidator ini direduksi
dahulu dengan KI dan iodin dalam jumlah yang setara dan ditentukan kembali
dengan larutan natrium tiosulfat baku.

Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-zat yang
mengandung oksidator misalnya Cl2, Fe (III), Cu (II) dan sebagainya, sehingga
mengetahui kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya.

III. PROSEDUR KERJA

A. Standarisasi Na2S2O3
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu mengisi buret dengan
larutan Na2S2O3. Ditimbang KIO3 0,5 gram lalu dilarutkan dalam gelas kimia,
setelah itu diencerkan kedalam Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan aquades 15 ml,
goyangkan sampai KIO3 larut. Tambahkan 15 ml larutan KI 15% dan 3 ml H2SO4
2M. Titrasi dengan Na2S2O3 sampai larutan berwarna agak pucat, kemudian
tambahkan 3 tetes indikator kanji. Titrasi kembali dengan Na2S2O3 sampai larutan
menjadi bening.

B. Penentuan Kadar Cu
Menigisi buret dengan larutan Na2S2O3. Ditimbang KIO3 0,125 gram lalu
dilarutkan dalam gelas kimia, setelah itu diencerkan kedalam Erlenmeyer 250 ml.
Tambahkan aquades 15 mL, goyangkan sampai KIO3 larut. Tambahkan 15 ml
CuSO4 , 15 ml larutan KI 15% dan 3 ml H2SO4 2M. Titrasi dengan Na2S2O3
sampai larutan berwarna agak pucat, kemudian tambahkan 3 tetes indikator kanji.
Titrasi kembali dengan Na2S2O3 sampai larutan menjadi bening. Lakukan secara
triplo.

IV. PERHITUNGAN

 Standarisasi Na2S2O3
 Berat KIO3 = 0.5037 gram
 Molaritas KIO3

Berat KIO3 0,5037 gram


214,0064 gram/mol
Molaritas KIO3  Berat Molekul KIO3   0,15 mol/liter
Volume KIO3 103 L
15 mL x
1 mL

 Volume titrasi Na2S2O3 = 13.9 mL


 Molaritas Na2S2O3
MNa2S2O3 x VNa2S2O3  MKIO3 x VKIO3
MNa2S2O3 x 13.9 mL  0.15 mol/liter x 15 mL
0.15 mol/liter x 15 mL
MNa2S2O3 
13.5 mL
MNa2S2O3  0.166 mol/liter

 Penentuan Kadar Cu
1. Volume titrasi Na2S2O3 rata-rata

Volume Na2S2O3 (rata - rata)


Volume Na2S2O3 I  Volume Na2S2O3 II  Volume Na2S2O3 III

2
3.6mL  3.9mL  2.6mL
  3.37mL
3

2. Molaritas CuSO4 3. W CuSO4

MCuSO4 x VCuSO4  MNa2S2O3 x VNa2S2O3 (rata - rata) M x Bst CuSO4 x VCuSO4


W CuSO4 
MCuSO4 x 25 mL  0.166 mol/liter x 3.37 mL 1000
159.609
0.166 mol/liter x 3.37 mL 0.022 mol/liter x g/mol x 25 mL.1L
MNa2S2O3  W CuSO4  2
25 mL 1000 mL
MNa2S2O3  0.022 mol/liter W CuSO4  0.044 gram
4. W Cu2+ 5. Kadar Cu2+

W Cu2  
V.M (Na2S2O3) WCu2 
xBm kadar Cu  x100%
VCuSO4 WCuSO 4
3.37 mL x 0.166 M 0.00142 gram
W Cu2   x63,5 g / mol kadar Cu  x100%
25 mL
0.044 gram
W Cu2   1.42mg
kadar Cu  3.23 %
W Cu2   0.00142 gram

V. PEMBAHASAN

Standarisasi Na2S2O3

Langkah pertama yang dilakukan adalah standarisasi larutan Na2S2O3 dengan


kaliumiodat (KIO3) sebagai larutan standar primer. Standarisasi Na2S2O3 dilakukan
untuk mendapatkan konsentrasi pasti/akurat dari larutan tersebut yang mungkin saja
telah berubah karena beberapa faktor. Indikator yang digunakan pada standarisasi
adalah indikator kanji. Pemilihan indikator kanji ini karena kanji dapat membentuk
senyawa adsorbs dengan iodium yang dititrasi dengan natrium tiosulfat. Penambahan
asam sulfat pada standarisasi bertujuan untuk memberikan suasana asam. Sedangkan
fungsi dari penambahan KI adalah garam pengoksida iodide secara kuantitatif
menjadi iodium dalam larutan berasam.

Setelah KI bereaksi dengan larutan asam, larutan tidak dibiarkan dalam waktu
yang cukup lama untuk berhubungan dengan udara, KI ini harus bebas dari iodat
karena zat ini akan bereaksi dengan larutan berasam untuk membebaskan iodium.
Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Setelah
dititrasi sampai larutan berwarna pudar, larutan ditambahkan indikator kanji sebanyak
3 tetes, maka larutan akan menghitam, dilanjutkan titrasi hingga larutan berubah
menjadi bening.

Titrasi Iodometri

Titrasi iodometri/titrasi tidak langsung harus melalui beberapa tahap, yakni


pembebasan iodium (ion iodida sebagai agen pereduksi, mereduksi tembaga sulfat
sehingga membebaskan iodium), selanjutnya melalui tahapan seperti pada titrasi
iodimetri (iodium yang dibebaskan berperan sebagai agen pengoksidasi, mengoksidasi
natrium tiosulfat menjadi natrium tetrationat).

Pada titrasi iodometri ini, ke dalam erlenmeyer dimasukkan larutan tembaga


sulfat, asam sulfat dan padatan kalium iodida. Kalium iodida mengandung ion iodida
yang berperan sebagai agen pereduksi, mereduksi ion tembaga (II) menjadi tembaga
(I), sedangkan ion tembaga (II) berperan sebagai agen pengoksidasi, mengoksidasi ion
iodida, menjadi iodium, I2.

I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62-

Reaksi ini harus berlangsung dalam suasana asam, oleh sebab itu pada titrasi
ini ditambahkan asam sulfat. Hal ini karena, reaksi akan berlangsung cepat apabila
dalam suasana asam dan tidak terjadi hidrolisis dari ion tembaga (II). Tembaga iodida
dan iodium hasil reaksi tersebut kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat, sehingga
kompleks tembaga (II) yang terbentuk terurai menjadi ion tembaga (II) berlebih. Ion
tembaga (II) berlebih akan bereaksi dengan ion iodida sehingga dapat lebih banyak
membebaskan iodium dari reaksi tersebut dan terjadinya perubahan warna dari larutan
pudar menjadi larutan tidak berwarna (menunjukkan hilangnya iodium akibat
teroksidasi menjadi ion iodida).

Maksud penambahan indikator kanji pada saat larutan berwarna pudar adalah
pada saat itu konsentrasi I2 sudah dalam keadaan seminimal mungkin. Setelah
penambahan indikator kanji sebanyak 3 tetes dilakukan titrasi sampai warna dari
larutan menjadi putih selama 30 detik. Bila warna putihnya tidak bertahan lama
(menghitam perlahan) maka ditambahkan lagi peniter sampai larutan benar-benat
putih selama 30 detik

VI. KESIMPULAN
 Konsentrasi Na2S2O3 hasil standarisasi = 0,166 M

 Kadar Cu2+ dalam larutan sebanyak 3,23%


DAFTAR PUSTAKA

https://nurirjawati.wordpress.com/bout-pharmacy/colap/iodo-iodimetri/

Jobsheet penuntun praktikum Laboratorium Kimia Fisika, 2007/2018. Politeknik


Negeri Ujung Pandang. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai