Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1

PRAKTIKUM MANDIRI
PENETAPAN KADAR IODIUM DALAM GARAM DAPUR

DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
1. Chadmelia Igga Mustika
2. Erma Warlis
3. Iswatul Hasanah
4. Kartika Rahayu
5. Maria Loise
6. Nuriah Habibah
7. Rosiana
8. Yeli Gussapriani
Nama Asisten : Ayu Siska
Nama Dosen : 1. DR. Rasmiwetti, M.S.
2. Sri Haryati, S.Pd, M.Si

LABORATORIUM PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
PENETAPAN KADAR IODIUM DALAM GARAM DAPUR

I. TUJUAN
Menentukan kadar KIO3 dalam garam dapur secara iodometri
II. PRINSIP
Titrasi iodometri
III. LANDASAN TEORI
Metode titrimetri yang dikenal juga sebagai metode volumetric, merupakan cara
analisi kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stoikiometri reaksi kimia. Titrasi adalah
pengukuran volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan kedalam larutan
lain dan diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna atau dengan kata lain untuk
mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. titik ekivalen
adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen pereaksi-pereaksi sama. Pada prakteknya
titik ekivalen sulit diamati karena hanya merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir
stoikiometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam basa yang membantu
sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. (A. L. Underwood. 1990)
Titik akhir titrasi merupakan keadaan dimana penambahan satu tetes zat penitrasi
yang menyebabkan perubahan warna indicator. kedua cara tersebut termasuk analisi
titrimetri atau volumetric. istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada
titrimetri. Reaksi penetralan dalam analisi tirtrimetri lebih dikenal dengan reaksi asam basa.
Reaksi ini menghasilkan larutan yang pH nya lebih netral. (Basset. 1994)
Garam KIO3 mampu mengoksidasi iodium secara kuantitatif dalam larutan asam.
Oleh karena itu, digunakan sebagai larutan standar dalam proses titrasi iodometri. Selain
itu, karena sifat yodida yang mudah teroksidasi oleh oksigen dalam lingkungan,
menyebabkan iodide mudah terlepas. Reaksi ini sangat kuat dan hanya membutuhkan
sedikit sekali kelebihan ion hydrogen untuk melengkapi reaksinya. Namun kekurangan
utama dari garam ini sebagai standar primer adalah bobot ekivalennya yang rendah. Larutan
standar ini sangat stabil dan menghasilkan iodium lebih banyak bila diolah dengan asam.
(Basset.1994)
Ortofospat atau yang sering disebut gugus fospat adalah sebuah ion poliatomik atau
radikal yang terdiri dari satu atom forfor dan empat oksigen. Dalam bentuk ionic ortofospat
dinotasikan sebagai PO 43- . Ortofospat yang merupakan produk ionisasi dari asam
ortofospat adalah bentuk fosfor yang paling sederhana. ( Khopkar S.M. 1990)
Tiosulfat adalah suatu senyawa yang mudah sekali teroksidasi, dimana iodium
dapat mengoksidasinya menjadi tetrationat. Semua penentuan senyawa secara iodometri
didasarkan atas reaksi natrium tiosulfat dengan iodium. Pada titrasi iodium dengan
tiosulfat, iodium bertindak sebagai oksidator atau titran. (Rivai Harizul. 1995)
Larutan kanji digunakan sebagai indicator pada metode iodometri. Kanji bereaksi
dengan iodine. Dengan adanya iodide membentuk suatu kompleks yang berwarna biru tua,
yang terlihat pada konsentrasi iodine yang sangat rendah. Berdasarkan SNI No 01-3556
tahun 1994 dan keputusan mentri perindustrian dan perdagangan No. 777/1995 tentang
proses, pengepakan dan pelabelan garam beriodium, yodium yang ditambahkan dalam
garam adalah sebanyak 30- 80 mg KIO 3/ kg garam (30-80 ppm). (Khopkar S.M. 1990)
IV. ALAT DAN BAHAN
ALAT:
1. Buret : 1 buah
2. Pipet tetes : 2 buah
3. Corong : 1 buah
4. Statif dan klem standar : 1 buah
5. Gelas Kimia : 3 buah
6. Gelas ukur : 2 buah
7. Erlenmeyer : 2 buah
8. Tissue : 1 gulung

BAHAN:
1. Garam kasar 5 gram
2. Garam halus 5 gram
3. Larutan Na2S2O3
4. Larutan KIO3 0,1 N
5. Larutan KI 30 %
6. Larutan orto fosfat 85%
7. Amilum 5%
8. Aquades
V. CARA KERJA
 STANDARISASI TIOSULFAT
1. 10 mL larutan KIO3 0,1 N dimasukkan ke dalam erlenmeyer
2. Ditambahkan 2 mL asam ortofosfat 85%
3. Diaduk selama 2 menit
4. Ditambahkan KI 30% 5 mL dan 2-3 tetes larutan kanji
5. Dititrasi dengan larutan tiosulfat sampai tidak berwarna
6. Dicatat volume tiosulfat yang dibutuhkan
7. Dihitung normalitasnya

 PENETAPAN KADAR IODIUM DALAM GARAM


1. Dimasukkan 10 mL larutan garam kasar kedalam erlenmeyer
2. Ditambahkan 2 mL ortofosfat 85%
3. Diperiksa pH sampai asam serta aduk selama 2 menit
4. Ditambahkan KI 30% 5 mL dan 2-3 tetes larutan kanji
5. Dititrasi dengan larutan tiosulfat sampai tidak berwarna
6. Dicatat volume tiosulfat yang dibutuhkan
7. Dihitung normalitas garam
8. Dilakukan percobaan untuk garam halus
VI. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Standarisasi Na2S2O3

V KIO3 N KIO3 V Na2S2O3 N Na2S2O3

10 mL 0,1 N 33,5 mL 0,03 N

V1 x N1 = V2 x N2 Keterangan :

33,5 ml x N1 = 10 ml x 0,1 V1 = volume Na2S2O3

N1 = V2 = volume KIO3

N1 = 0,03 N N1 = normalitas Na2S2O3

N2 = normalitas KIO3

Tabel 2. Penetapan Kadar Iodium dalam Garam

V N
Massa
No. Jenis Garam V Na2S2O3 N Na2S2O3 Larutan Larutan Kadar
Sampel
Garam Garam

1. Kasar 0,5 mL 0,03 N 10 mL 0,0015 N 3,21 mg 0,0642 %

2. Halus 0,4 mL 0,03 N 10 mL 0,0012 N 2,568 mg 0,05136 %

 Garam Kasar

V1 x N1 = V2 x N2

0,5 ml x 0,03 = 10 ml x N2

N2 =

N2 = 0,0015 N

 Massa KIO3 dalam garam kasar = N x V x BE

= 0,0015 x 20/1000 x 107

= 0,00321 gr

= 3,21 mg
 Kadar KIO3 dalam garam kasar =

= 0,0642 %

 Garam Halus

V1 x N1 = V2 x N2

0,4 ml x 0,03 = 10 ml x N2

N2 =

N2 = 0,0012 N

 Massa KIO3 dalam garam halus = N x V x BE

= 0,0012 x 20/1000 x 107

= 0,002568 gr

= 2,568 mg

 Kadar KIO3 dalam garam kasar =

= 0,05136 %
VII. DISKUSI PEMBAHASAN
Pada percobaan mandiri ini dilakukan pengujian kadar iodium yang terkandung dalam
garam dapur. Kami mengambil sampel garam kasar dan garam halus. Sampel garam
ditimbang 5 gram dan dilarutkan hingga volume 20 mL dengan menggunakan aquades.
Penggunaan aquades digunakan untuk memastikan tidak ada zat pengganggu dalam pelarut
yang dapat mempengaruhi hasil. Setelah itu ditambahkan 2 mL ortofosfat untuk memberikan
suasana asam. Suasana asam ini sangat baik karena pada penentuan kadar iodium ini
menggunakan metode iodometri dan menggunakan larutan standar KIO3 yang akan sangat
stabil dan menghasilkan kadar iodium dalam keadaan asam.
Selain itu, digunakan indikator kanji. I2 yang dihasilkan akan membentuk kompleks
berwarna biru dengan kanji. Setelah itu, larutan dititrasi dengan larutan tiosulfat hingga
larutan tidak berwarana. Warna tersebut hilang karena iodin habis bereaksi dengan tiosulfat.
Percobaan ini diawali dengan standarisasi larutan standar Na 2S2O3 dengan KIO3. Standarisasi
ini perlu dilakukan karena larutan larutan standar KIO 3 sangat bergantung pada keadaan pH,
keberadaan asam-basa serta bakteri. Setelah distandarisasi dengan tiosulfat, diperoleh
volume tiosulfat yang tercapai sebesar 33,5 mL sehingga normalitas dari KIO 3 dapat dihitung
sebagai berikut:

Keterangan: V1 = Volume Na2S2O3


V2 = Volume KIO3
N1 = Normalitas Na2S2O3
N2 = Normalitas KIO3
Kemudian dilanjutkan dengan penetapan kadar iodin dalam garam kasar dan garam
halus. Pada garam kasar V Na2S2O3 yang terpakai sebanyak 0,5 mL, sehingga normalitas dari
larutan garam kasar dapat dihitung sebagai berikut:
Sehingga massa KIO3 dalam garam adalah sebesar:

Dengan demikian dalam 0,5 kg garam yang kami jadikan sampel mengandung 3,21
mg KIO3 atau mengandung 6,42 mg KIO3 dalam 1 kg garam.
Sedangkan dalam garam halus volume Na2S2O3 yang digunakan sebesar 0,4 mL.
sehingga normalitas larutan garam halus dapat dihitung sebagai berikut:
Dengan demikian, dalam 0,25 kg garam yang kami jadikan sampel mengandung
2,568 mg KIO3 atau mengandung 10,272 mg KIO3 dalam 1 kg garam.
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa pada garam kasar dan garam halus kandungan
KIO3 pada garam tidak memenuhi standar yang ditentukan SNI yaitu sebesar 30-80 mg
KIO3 /kg garam.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum mandiri yang telah kami lakukan yaitu Penetapan Kadar Iodin
pada Garam dapur dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk menentukan kadar iodium pada
garam dapur menggunakan metode titrimetri. Yang mana pada praktikum ini kami
melakukan standarisasi larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) terlebih dahulu. Indikator yang
digunakan adalah indikator amilum.
Pada penetapan kadar iodium dalam Garam kami menggunakan dua sampel, yaitu
garam kasar dan garam halus. Dimana cara kerja kedua sampel ini sama, yaitu dengan
mentitrasi larutan sampel dengan Na2S2O3 yang telah distandarisasi terlebih dulu. Pada titik
ekivalen volume Na2S2O3 dapat diketahui (0,5 untuk garam kasar dan 0,4 untuk garam halus).
Sedangkan kadar yang didapat sebesar 25,46% untuk garam kasar dan 32,14% untuk garam
halus. Indikator yang digunakan sama yaitu indikator amilum.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Basset. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta : EGC.

Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press.

M, Khopkar S. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.

Underwood, A.L. 1990. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai