Anda di halaman 1dari 27

KETERAMPILAN PENERAPAN KONSEP PENDIDIKAN

MASYARAKAT

FALSAFAH,ILMU ILMU TEORI PENDUKUNG PLS


(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keterampilan penerapan konsep pendidikan masyarakat)

DOSEN PENGAMPU:

Frischa Indria Nora Harahap,M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Mei Linda Yanti Gea (1192171011)

2. Masni khairani ( )

3. Herman suhdi. ( )

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
FALSAFAH,ILMU ILMU TEORI PENDUKUNG PLS ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Frischa Indria Nora
Harahap,M.Pd selaku Dosen mata kuliah Keterampilan Penerapan Konsep Pendidikan
Masyarakat yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Falsafah,ilmu ilmu teori pendukung pls. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda
demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Medan, September 2019

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ii

BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………… 1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 1
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………… 1
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………….. 2

BAB II : TINJAUAN KONSEPTUAL TEORI…………………………….. 3

A. Pengertian Falsafah......…………………………………….......... 3
B. Ilmu ilmu teori pendukung pls………………………………….... 3

BAB III : PEMBAHASAN DAN ANALISIS ……………………………… 20

BAB IV : PENUTUP………………………………………………………....
21

A. Kesimpulan …………………………………………………………..
21
B. Saran……………………………………………………………….... 22

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 22


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab


pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak menerima
pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga
mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitu pula di sekolah dan perguruan tinggi,
para siswa dan mahasiswa dididik oleh guru dan dosen. Pendidikan adalah khas milik dan
alat manusia. Tidak ada mahluk lain yang membutuhkan pendidikan.

Kegiatan pendidikan merupakan usaha manusia yang disengaja untuk memberikan


jawaban terhadap hidup dan kehidupan, baik secara pribadi maupun kelompok. Kegiatan
ini bukan monopoli dari salah satu kelompok masyarakat, tetapi dilakukan dan
merupakan kebutuhan dari setiap kelompok dan anggota kelompok masyarakat.

Sejalan dengan pemikiran manusia pendidikan sebagai usaha manusia yang disengaja
dikembangkan berdasarkan beberapa landasan pokok, yang menyangkut segi-segi
filsafat, sejarah, sosial budaya, psikologi dan ekonomi. Masing-masing landasan
pendidikan memahami pendidikan berdasarkan persepsi dan pemahaman yang berbeda-
beda pula.

B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang dikaji dalam penulisan ini membicarakan bagaimana falsafah,ilmu
ilmu teori pendukung pendidikan luar sekolah.
C. TUJUAN
1.Mahasiswa dapat menjelaskan pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar. falsafah
pendidikan non formal.
2.Mahasiswa dapat menjelaskan landasan operasional pendidikan nasional dan
pendidikan non formal.
3.Mahasiswa dapat menjelaskan tujuan umum pendidikan nasional sesuai dengan GBHN.

D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai bahan referensi dalam pengembangan
pengetahuan keterampilan penerapan konsep pendidikan masyarakat dan sebagai acuan
untuk membantu para mahasiswa dalam mengkaji dan memahami betapa pentingnya
falsafah,ilmu ilmu teori pendukung pls.
BAB II
TINJAUAN KONSEPTUAL TEORI

A. Pengertian falsafah

1. Pancasila dan UUD 1945

Falsafah negara adalah pancasila, dan atas dasar itu falsafah dan tujuan dari semua
bidang pembangunan adalah bersumber padanya. Demikian pula falsafah dan tujuan pendidikan,
baik formal maupun non formal. Pancasila merupakan landasan filosofis ideal, sedangkan UUD
1945 adalah landasan strukturil, dalam usaha kita mencapai tujuan-tujuan kemerdekaan nasional.
Tugas yang telah di berikan oleh UUD 1945 kepada pemerintah adalah untuk pembangunan
bangsa indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah : (a) melindungi
segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah dara indonesia, (b) memajukan kesejahteraan
umum, (c) mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (e) melaksanakan ketertiban, berdasarkan :
kemerdekaan, perdamaian, dan keadilan.

2. Landasan operasional pendidikan nasional dan pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang di selenggarakan bagi warga


masyarakat untuk memenuhi layanan pendidikan sebagai pengganti, penambah,
ataupun pelengkap bagi pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi
untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik dengan penekanan
dan penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap
dan kepribadian profesional. Jalur pendidikan nonformal merupakan suatu bentuk
kegiatan pendidikan yang di laksanakan di luar pendidikan formal melalui kegiatan
belajar mengajar yang lebih terbuka dengan kebutuhan masyarakat yang senantiasa
berubah.

Program-program pendidikan nonformal seperti lembaga kursus, lembaga pelaihan, kelompok


belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, cakupan pendidikan nonformal antara
lain : (1) pendidikan keaksaraan dan pendidikan kesetaraan yang berfungsi sebagai pengganti,
(2) pendidikan kecakapan hidup, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
kepemudaan, pendidikan keterampilan, dan pelatihan kerja yang berfungsi sebagai penambah,
(3) pendidikan anak usia dini dan pendidikan sejenis yang berfungsi sebagai pelengkap.
3. Tujuan umum pendidikan nasional

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak


serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada tuhan yang maha esa.

4. Hubungan antara peranan dan fungsi pendidikan nonformal dan pendidikan lain

Falsafah pancasila dan UUD 1945 sebagai falsafah dasar pendidikan nasional

B. Ilmu ilmu teori pendukung pls

1. Landasan Filosofis

Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah). Kata filsafat
(philosophy) bersumber dari bahasa Yunani,
philien berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan. Cinta berarti hasrat yang besar atau yang
berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaaan artinya kebenaran sejati atau
kebenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh
akan kebenaran sejati (Soetriono dan Hanafi, 2007: 20).

Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut


keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan
tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini
adalah Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Ekstensialisme, Post Modernisme dan Pancasila.

Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan
citra tentang manusia dan mayarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu.
Rumusan tentang harkat dan martabat manusia beserta masyarakatnya ikut menentukan tujuan
dan cara-cara penyelenggaraaan pendidikan, dan dari sisi lain pendidikan merupakan proses
memanusiakan manusia. Filsafat pendidikan merupakan jawaban secara kritis dan mendasar
berbagai pertanyaan pokok sekitar pendidikan, seperti apa mengapa, kemana, dan bagaimana,
dan sebagainya dari pendidikan itu. Kejelasan berbagai hal itu sangat perlu untuk menjadi
landasan berbagai keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam pendidikan. Hal itu sangat
penting karena hasil pendidikan itu akan segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan
itu harus diyakinkan kebenaran dan ketepatanya meskipun hasilnya belum dapat dipastikan.

Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran
filsafat adalah kebenaran ilmu yang sifatnya relative. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari
segi yang biasa diamati hanya sebagian kecil saja. Diibaratkan mengamati gunung es, kita hanya
mampu melihat yang diatas permukaaan laut saja. Sementara itu filsafat mencoba menyelami
sampai kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan
renungan yang kritis. Dalam garis besarnya ada empat cabang filsafat yaitu metafisika,
epistimologi, logika, dan etika, dengan kandungan materi masing-masing sebagai berikut:
1. Metafisika ialah filsafat yang meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang terdapat di alam
ini. Dalam kaitanya dengan manusia, ada dua pandangan yaitu:
a. Manusia pada hakekatnyanya adalah spiritual. Yang ada adalah jiwa atau roh, yang lain
adalah semu. Pendidikan berkewajiban membebaskan jiwa dari ikatan semu. Pendidikan adalah
untuk mengaktualisasi diri. Pandangan ini dianut oleh kaum Idealis, Scholastik, dan beberapa
Realis.
b. Manusia adalah organism materi. Pandangan ini dianut kaum Naturalis, Materialis,
Eksperimentalis, Pragmatis, dan beberapa realisme. Pendidikan adalah untuk hidup, Pendidikan
berkewajiban membuat kehidupan manusia menjadi menyenangkan.
2. Epistemologi ialah filsafat yang membahas tentang pengetahuan dan kebenaran, Ada lima
sumber pengetahuan yaitu:
a. Otoritas, yang terdapat dalam ensiklopedi
b. Common sense, yang ada pada adat dan tradisi.
c. Intuisi yang berkaitan dengan perasaan.
d. Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengalaman.
e. Pengalaman yan terkontrol untuk mendapatkan pengetahuan secara ilmiah.

3. Logika ialah filsafat yang membahas tentang cara manusia berpikir dengan benar.
Dengan memahami filsafat logika di harapkan manusia bisa berpikir dengan mengemukakan
pendapatnya secara tepat dan benar.
4. Etika ialah filsafat yang menguraikan tentang perilaku manusia mengenai nilai dan norma
masyarakat serta ajaran agama menjadi pokok pemikiran dalam filsafat ini. Filsafat etika sangat
besar mempengaruhi pendidikan sebab tujuan pendidikan untuk mengembangkan perilaku
manusia, anatara lain afeksi peserta didik. (Pidarta, 1997: 77-78).

Beberapa aliran filsafat yang menyajikan pemikiran pendidikan antara lain :

1. Fenomenologis

Mengurai objek yang dilihat dengan cara membuka/melepaskan pretensi yang menghalangi tabir
yang bukan inti dari objek tersebut. Dengan cara melepaskan tabir, pada akhirnya akan sampai
atau dapat meraih inti/esensi/hakikat objek itu (Komar, O. 2007 : 159). Aliran ini didirikan oleh
Edmund Husserl (1859-1938). Fenomenologi mempelajari tentang apa yang tampak atau yang
menampakkan dirinya atau fenomenon (Bertens, 1981 : 100, dalam Hidayanto, DN, 2007 : 78).

2. Parenialisme

Parenialisme merupakan filsafat yang paling konservatif, tradisional dan kaku. Oong Komar
(2007 :158) menulis dalam bukunya bahwa filsafat parenialisme intinya adalah :

a. Parenilisme berakar pada tradisi filosofis klasik yang dikembangkan oleh Plato, Aristoteles,
dan Santo Thomas Aquinas

b. Sasaran pendidikan adalah kemampuan menguasai prinsip kenyataan, kebenaran dan nilai-
nilai abadi dalam arti tak terikat oleh ruang dan waktu

c. Nilai bersifat tak berubah dan universal


d. Bersifat regresif (mundur) dengan memulihkan kekacauan saat ini melalui nilai zaman
pertengahan (renaissance).

3. Progresivisme

a. Progresivisme berakar pada pragmatisme

b. Sasaran pendidikan adalah meningkatkan kecerdasan praktis (kompetensi) dalam rangka


efektivitas pemecahan masalah yang disajikan melalui pengalaman.

c. Nilai bersifat relatif, terutama nilai duniawi, menjelajah, aktif, evolusioner, dan konsekuensi
perilaku.

d. Bersifat evolusioner dengan gaya liberalistic

4. Rekonstruksionisme

a. Berakar pada perspektif (sudut pandang) sosiologi pendidikan yang digagas oleh Karl Marx
dan karl Mennheim

b. Sasaran pendidikan adalah menciptakan tatanan demokratis yang universal

c. Nilai bersifat persetujuan / komitmen yang berkaitan dengan latar belakang sosial dalam era
kesejahteraan (welfare state).

d. Bersifat revolusioner yang akan menuju kehidupan yang sejahtera pada kurun waktu tertentu

Dikutip dari Komar, O (2007 : 159).


5. Idealisme

Idealisme merupakan filsafat yang mendukung kearifan manusia dan berbudi luhur. Menurut
para idealis, kenyataan dapat terlihat sebagai alam pikiran manusia, kebenaran dapat ditemukan
dalam pikiran yang mantap, dan kebaikan adalah pernyataan yang indah dan bagus, sesuatu yang
harus diperjuangkan (Hidayanto, DN. 2007 : 79).

6. Realisme

Para realis menganggap dunia sebagaimana adanya, dan tugas sekolah adalah mengajar tentang
keadaan dunia. Kebaikan akan ditemukan dalam hukum alam dan aturan dunia fisik. Kebenaran
akan merupakan persesuaian pendapat (Hidayanto, DN, 2007 : 79).

7. Eksistensialisme

Para eksistensialisme melihat dunia sebagai subyektivitas perseorangan di mana kebaikan,


kebenaran dan kenyataan diartikan sesuai dengan kepentingan individu. Oong Komar (2007 :
159) filsafat eksistensialisme adalah

a. Berakar pada filsafat eksistemilisme

b. Sasaran pendidikan adalah layanan terhadap keunikan manusia, yaitu bertanggung jawab atas
nasibnya sendiri.
c. Nilai bersifat bebas dan berkaitan dengan kebebasan individu memilih hal-hal yang esensial /
bermakna bagi dirinya di dalam kehidupan serta menerima konsekuensinya.

d. Bersifat individualisme yang mengarah pada self-fulfillment (pemenuhan kebutuhan


seseorang).

8. Eksperimentalisme

Menurut kaum eksperimentalis, dunia dianggap sebagai tempat yang selalu berubah-ubah.
Kenyataan adalah apa yang sebenarnya dialami, kebenaran adalah apa yang pada saat sekarang
ini berfungsi dan kebaikan adalah apa yang diterima oleh “uji masyarakat” (Hidayanto. DN,
2007 : 79)

9. Pragmatisme

Filsafat pragmatisme menggagas bahwa pendidikan sebagai suatu keharusan bagi seseorang
untuk hidup di dalam masyarakat, apakah untuk moral dan demokrasi ataukah untuk pelatihan
jabatan dan kemajuan hidup

10. Analitisme

Filsafat analitik merupakan sepupu dari analisis linguistik. Filsafat adalah aktivitas logika
bahasa. Kegagalan filsuf dalam merumuskan esensi proposisi terletak pada logika bahasanya.
Dengan demikian, filsafat analitik adalah pendekatan analisis bahasa dalam pencarian
makna/esensi/hakekat sesuatu hal.

11. Humanisme
Esensi manusia terletak pada pemilikan potensi rasionalitasnya. Rasio untuk memahami dunia
tempat manusia hidup dan usaha untuk menjangkau kebenaran. Sekolah bersifat uniform
(seragam) dengan content yang esensial atau tetap dan langgeng dalam kehidupan manusia.
Pendidikan harus terarah kepembentukan rasionalitas manusia.

2. Landasan Yuridis

Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan
atau studi pendidikan.

Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah seperangkat konsep peraturan perundang-


undangan yang menjadi titik tolak system pendidikan Indonesia, yang menurut Undang-
Undang Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Ketetapan MPR,
Undang-Undang Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah,
Keputusan Presiden, peraturan pelaksanaan lainnya, seperti peraturan Menteri, Instruksi Menteri,
dan lain-lain.

Pendidikan menurut Undang-Undang Dasar 1945


Undang undang dasar 1945 merupakan hukum tertinggi di indonesia. Semua peraturan harus
tunduk kepada undang undang termasuk pendidikan. Pendidikan bangsa Indonesia sendiri telah
diatur dalam UUD 1945 dan hal ini diperjelas dengan dirumuskannya norma-norma pokok yang
harus menjiwai usaha pendidikan dan pengembangan kebudayaan yang akan dilaksanakan oleh
penyelenggara negara. Norma-norma itu tersirat dan tersurat dalam Bab XIII Pasal 31 dan 32
UUD 1945.
Pasal 31 UUD 1945 sebagai berikut :
Ayat 1 : Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Ayat 2 : Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar pemerintah wajib
membiyayainya.
Ayat 3 : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
Ayat 4 : Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendid ikan nasional.
Ayat 5 : Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan
umat manusia.

Pasal 32 UUD 1945 sebagai berikut :


Ayat 1 : Memajukan kebudayaan nasional serta memberi kebebasan kepada masyarakat
untuk mengembangkannya.
Ayat 2 : Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai bagian dari budaya
nasional.

Pendidikan dan kebudayaan adalah dua unsur yang saling mendukung satu sama lain. Bila
pendidikan maju, maka kebudayaan juga akan maju.

Pendidikan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


Diantara peraturan perundangan-undangan RI yang paling banyak membicarakan pendidikan
adalah Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Undang-undang ini disebut sebagai induk
peraturan perundang-undangan pendidikan . Undang-undang ini mengatur pendidikan pada
umumnya artinya segala sesuatu yang bertalian dengan pendidikan, mulai dari prasekolah sampai
dengan pendidikan tinggi ditentukan dalam undang-undang ini. Ada beberapa pasal yang
berkaitan dengan pendidikan antara lain:
 Pasal 1
(1) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
(2) Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
(3) Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
(4) Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
(5) Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan.
(6) Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
(7) Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi
diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
(8) Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
(9) Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu
satuan pendidikan.
(10) Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

Jenis – Jenis Pendidikan


(11) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
(12) Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
(13) Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
(14) Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
(15) Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan
pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi,
informasi, dan media lain.
(16) Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan
agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari,
oleh, dan untuk masyarakat.
(17) Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(18) Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara
Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah.

 Pasal 2
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

 Pasal 5
(1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu.
(2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial
berhak memperoleh pendidikan khusus.
(3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil
berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
(4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh
pendidikan khusus.
(5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang
hayat.

 Pasal 6
(1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar.
(2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan
pendidikan

 Pasal 7
(1) Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh
informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.
(2) Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada
anaknya.

 Pasal 8
Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi
program pendidikan.

 Pasal 9
Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan.

 Pasal 10
Pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan
mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

 Pasal 11
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya
pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.

 Pasal 12
(1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak :
a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh
pendidik yang seagama;
b. mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya;
c. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya;
d. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya;
e. pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara;
f. menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masingmasing dan tidak
menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

(2) Setiap peserta didik berkewajiban:


a. menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan
keberhasilan pendidikan;
b. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang
dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Landasan Psikologis

Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan.
Jadi secara etimologi psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai
gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya”. Namun pengertian antara ilmu jiwa dan
psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama (menurut Gerungan dalam Khodijah : 2006)
karena :

 Ilmu jiwa adalah : ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan spekulasi tentang jiwa
itu.

 Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis
dengan metode-metode ilmiah.

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk
perilaku baik manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya untuk kepentingan manusia ataupun
aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari ataupun yang tidak disadari yang diperoleh
melalui suatu proses atau langkah-langkah ilmiah tertentu serta mempelajari penerapan dasar-
dasar atau prinsip-prinsip, metode, teknik, dan pendekatan psikologis untuk memahami dan
memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan. Kondisi psikologis adalah kondisi
karakteristik psikofisik manusia sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk
perilaku dalam interaksinya dengan lingkungan. Perilaku merupakan manifestasi dari ciri-ciri
kehidupan baik yang tampak maupun tidak tampak seperti perilaku kognitif, afektif, psikomotor.

Psikologi memiliki berbagai cabang, Namun dalam pendidikan lebih memprioritaskan psikologi
perkembangan dan psikologi belajar, karena pendidikan lebih membahas tentang tingkah laku
atau subjek dari peserta didik.

1. Psikologi Perkembangan

Karakteristik perilaku atau pola-pola perkembangan untuk menyesuaikan apa yang dididik dan
bagaimana cara mendidik.
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi sampai dengan
dewasa (proses belajar dan pematangan) melalui interaksi dengan lingkungan, meliputi :

 Kemampuan belajar melalui persepsi

 Mencapai pertimbangan berdasarkan pengalaman

 Berpikir imajinatif, kreatif, dan mencari sendiri

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam psikologi perkembangan :

 Siswa selalu berkembang (developing, changing, becoming, ongoing) dalam situasi


opened spiral

 Manusia merupakan mahluk unik, memiliki sejumlah kemampuan yang terintegrasi


menjadi sesuatu yang khas

 Perkembangan siswa dinamis, pada dasarnya manusia unpredictable

Dalam perkembangan tiap aspek tidaklah selalu sama. Ada tiga teori atau pendekatan tentang
Perkembangan (Nana Syaodih, 1988) :

 Pendekatan Tahapan

 Pendekatan diferensial

 Pendekatan ipsatif

 Pendekatan Tahapan

Perkembangan individu berjalan melalui tahap-tahap perkembangan. Dari 3 pendekatan yang


ada, yang paling banyak dilaksanakan dalam pendidikan adalah pendekatan tahapan. Pendekatan
tahapan ada 2 macam, bersifat menyeluruh (umum) dan bersifat khusus.

1. Bersifat Menyeluruh

Yang berkembang adalah keseluruhan pribadi yang merupakan kesatuan, totalitas, dan
terintegrasi :

 Fisik, motorik

 Intelek

 Sosial dan bahasa


 Afektif (sikap, minat, motif, nilai, moral)

2. Bersifat Khusus

Mendeskripsikan salah satu segi atau aspek perkembangan saja sebagai dasar menyusun tahap-
tahap perkembangan anak.

 Pendekatan diferensial

Pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-


perbedaan. Atas dasar inilah kemudian individu dibuat menjadi beberapa kelompok yang
berbeda.

 Pendekaran ipsatif

Pendekatan yang berusaha melihat karakteristik individual dari individu.

Memberikan kemudahan kepada para pendidik pada setiap jenjang dan tingkat pendidikan untuk:

1. Menentukan arah pendidikan.

2. Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan
tugas perkembangannya.

3. Menyiapkan materi pelajaran yang tepat.

4. Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan itu.

2. Psikologi Belajar

Belajar diartikan terjadinya perubahan perilaku ke arah positif melalui pengalaman.


Perkembangan belajar melalui proses peniruan, pengingatan, latihan, pembiasaan, pemahaman,
penerapan, pemecahan masalah.

Menurut Gagne prinsip belajar dapat dilakukan perubahan yang berkenaan dengan kapabilitas
individu. Sedangkan menurut Hilgard & Bower, perubahan terjadi karena interaksi dengan
lingkungan sebagai reaksi terhadap siatuasi yang dihadapi.

Morris L. Bigge membagi menjadi 3 teori belajar :

 Teori disiplin mental (disiplin mental theistik, disiplin mental humanistik, naturalisme,
apersepsi)

o Secara herediter anak mempunyai potensi tertentu


o Belajar merupakan upaya mengembangkan potensi-potensi tersebut

 Teori behaviorisme (Teori S-R Bond (Thorndike), Conditioning (Guthrie), Reinforcement


(Skinner)

o Anak tidak membawa potensi apapun dari lahirnya

o Perkembangan ditentukan oleh faktor yang berasal dari lingkungan

o Bersifat pasif

 Cognitive Gestalt Field (Insight / Gestalt Field, Goal Insight, Cognitive Field)

o Menekankan pada unity, wholeness, integrity (keterpaduan)

o Bersifat aktif

3. Psikologi Sosial

Psikologi Sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat, yang
mengkombinasikan cirri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh
masyarakat terhadap individu dan antar individu (Hollander, 1981).

Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu:

 Kepribadian orang itu

 Perilaku orang itu

 Latar belakang situasi

Menurut Klinger (Savage, 1991) factor-faktor yang menentukan motivasi belajar adalah:

 Minat dan kebutuhan individu

 Persepsi kesulitan akan tugas-tugas

 Harapan sukses

KESIAPAN BELAJAR DAN ASPEK-ASPEK INDIVIDU


Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan
dari pengalaman yang ia temukan. Pelengkap peserta didik atau warga belajar sebagai subjek
garis besarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok yaitu:

 Watak, ialah sifat yang dibawa sejak lahir

 Kemampuan umum(IQ), ialah kecerdasan yang bersifat umum

 Kemampuan khusus atau bakat, ialah kemampuan tertentu yang dibawa sejaklahir

 Kepribadian, ialah penampilan seseorang secara umum

 Latar belakang, ialah lingkungan tempat dibesarkan terutamam lingkungan keluarga

Aspek-aspek individu yang akan dikembangkan adalah

a. Rohani

 Umum: Agama, perasaan, kemauan, pikiran

 Sosial : Kemasyarakatan, cinta tanah air

b. Jasmani

 Keterampilan

 Kesehatan

 Keindahan tubuh

4. Landasan Sosiologis

Landasan sosiologi pendidikan merupakan asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah


sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Kaidah-kaidah sosiologi tersebut
menjelaskan bahwa manusia itu pada dasarnya termasuk makhluk individu, bermasyarakat, serta
berbudaya. Dalam hidup bermasyarakat manusia memiliki norma-norma yang mereka bentuk
dan mereka anut yang akhirnya menghasilkan suatu kebudayaan yang mencirikan kekhasan
suatu masyarakat tertentu.

Landasan sosiologi pendidikan juga merupakan analisis ilmiah tentang proses social dan pola-
pola interaksi soial di dalam system pendidikan. Kegiatan pendidikan itu merupakan suatu proses
interaksi antar pendidik dengan peserta didik, antara generasi satu dengan generasi yang lainnya.
Kajian sosiologi pendidikan sangat esensial karena merupakan sarana untuk memahami system
pendidikan dengan keseluruhan hidup masyarakat.

Kesatuan wilayah, adat istiadat, rasa identitas, loyalitas pada kelompok merupakan awal dan rasa
bangga dalam masyarakat tertentu, yang semuanya ini merupakan landasan bagi pendidikan.
Masyarakat atau bangsa Indonesia berbeda dengan masyarakat atau bangsa lain. Hal-hal yang
berkaitan dengan perwujudan tat tertib sosial, perubahan sosial, interaksi, komunikasi, dan
sosialisasi merupakan indikator bahwa pendidikan menggunakan landasan sosiologis.

Wuraji (1988, dalam Made, P. 1997 : 145) sosiologi pendidikan meliputi (1) interaksi guru-siswa
(2) dinamika kelompok di kelas dan organisasi intra sekolah, (3) struktur dan fungsi sistem
pendidikan, dan (4) sistem-sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan.

Sosiologi dan sosiologi pendidikan saling terkait. Adapun wujud sosiologi pendidikan antara lain
: Proses sosial yaitu suatu cara berhubungan antar individu atau antarkelompok atau individu
dengan kelompok yang menimbulkan bentuk hubungan tertentu (Pidarta, M. 1997 : 146). Suatu
proses sosial dimulai dari interaksi sosial. Dasar-dasar dari proses sosial dan interaksi sosial,
seperti yang dikutip dari Made Pidarta (1997 : 147 -148) adalah

1. Imitasi

Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negatif. Kalau anak meniru orang
tuanya atau gurunya berpakaian rapi, maka anak ini sudah mensosialisasi diri secara positif baik
terhadap orang tuanya maupun terhadap gurunya. Tetapi kalau seorang anak meniru orang-orang
lain meminum minuman keras, maka ia melakukan sosialisasi negatif.

2. Sugesti

Terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain yang
berwibawa atau berwewenang atau mayoritas.

3. Identikasi

Apabila seorang anak berusaha atau mencoba menyamakan dirinya dengan orang lain, baik
secara`sadar maupun di bawah sadar.
4. Simpati

Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Faktor perasaan
memegang peranan penting dalam simpati

Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial yaitu suatu hubungan sosial yang dinamis. Interaksi
sosial terjadi bila memenuhi dua syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi. Menurut Made
Pidarta (1997 : 150-151) Bentuk-bentuk interaksi sosial meliputi :

1. Kerjasama, misalnya kerjasama dalam kelompok belajar pada anak-anak, kerjasama antar
guru-guru, guru-guru dengan para orang tua siswa dan sebagainya.

2. Akomodasi adalah usaha untuk meredakan pertentangan, mencari kestabilan, serta kondisi
berimbang diantara para anggota

3. Asimilasi atau akulturasi ialah usaha mengurangi perbedaan pendapat antar anggota serta
usaha untuk meningkatkan persatuan pikiran, sikap dan tindakan dengan memperhatikan
tujuan-tujuan bersama.

4. Persaingan sebagai bentuk interaksi sosial yang negatif.

5. Pertikaian adalah proses sosial yang menunjukkan pertentangan atau konflik satu dengan
yang lain.

Menurut Dwi Nugroho Hidayanto (2007 : 81) sosiologi pendidikan merupakan penerapan
prinsip-prinsip dan data sosioligis dalam proses pendidikan. Menurut sosiologi pendidikan,
dalam pendidikan yang terpenting ialah kontrol sosial. Pendidikan sebagai kontrol sosial
mengemban empat tanggung jawab, yaitu

a. Menganalisis latar belakang warisan kebudayaan masyarakat, dan menetapkan apa yang lebih
baik dan disepakati masyarakat bagi individu maupun bagi masyarakat

b. Memperhitungkan perubahan sosial yang dapat menentukan sifat serta adaptasi menghadapi
perkembangan baru yang sedang terjadi
c. Mengajar generasi muda untuk menghargai dan mempercayai aspek-aspek umum dari struktur
masyarakat.

d. Mengembangkan kepribadian setiap individu dalam lingkungan sosial

5. Landasan IPTEK

Jenis teknologi yang secara langsung memiliki pengaruh kuat terhadap pelaksanaan pendidikan
adalah komunikasi, seperti radio, TV, Komputer, digital, Internet dan laini-lain. Produk teknologi
ini tidak secara khusus untuk pendidikan, tetapi ternyata dapat dimanfaatkan untuk tujuan
pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap pendidikan. Lebih khusus lagi, pemanfaatan
teknologi dalam pendidikan dan dikontruks dengan lebih jelas dalam suatu disiplin yakni
teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran. Perkembangan cara membelajarkan yang pada
awalnya hanya dilaksanakan menggunakan media visual, yang kemudian berkembang menjadi
media audio-visual, media Komputer, dan internet merupakan pengaruh langsung teknologi
terhadap pendidikan khususnya.

BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Untuk mendapatkan pendidikan yang kokoh dan berkualitas harus dimulai dari landasan
pendidikan yang kuat. Pendidikan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya jika landasan tidak
kuat atau tidak utuh.

Landasan pendidikan ibarat pondasi dasar untuk membangun pendidikan sesuai kearah yang
dicita-citakan bangsa tentu kita tidak ingin mencetak generasi penerus hanya dengan
berpedoman pada nilai yang dihasilkan saja. Nilai hanya menunjukan kuantitatif dari hasil
pencapaian belajar, tetapi tidak bisa dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan karena kualitas
pendidikanlah yang menjadi indikator utama. Jadi, perlu upaya penetapan landasan pendidikan
yang kokoh supaya tujuan pendidikan bisa tercapai.
Keberlangsungan Negara kesatuan Indonesia, secara tidak langsung menjadi tanggung jawab
para generasi penerus yang duduk di berbagai tingkatan dan jenjang pendidikan, baik tingkat
dasar maupun jenjang pendidikan tinggi karena merekalah yang akan menjadi penerus lajunya
perkembangan bangsa ini. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan selayaknya dilakukan
secara serempak pada setiap sektor dan komponen serta dilakukan oleh berbagai pihak yang
berperan dalam dunia pendidikan. Akan tetapi bila memperhatikan kemampuan pemerintah dan
aspek-aspek lainnya, peningkatan kualitas pendidikan dengan cara serempak seperti itu
tampaknya sulit dilakukan, kecuali secara berangsur dan memperhatikan skala prioritas. Para
siswa perlu di bekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang cukup memadai
agar mereka dapat hidup di tengah-tengah masyarakat secara bermartabat. Pengetahuan,
keterampilan dan sikap tersebut dapat diperoleh melalui aktivitas pembelajaran yang bermakna
maupun aktivitas-aktivitas lainnya, misalnya aktivitas secara mandiri yakni dengan kegiatan
membaca yang dilakukan secara terus menerus.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut
keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan
tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini
adalah Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Ekstensialisme, Post Modernisme dan Pancasila.

Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan
atau studi pendidikan.
Landasan Psikologis adalah landasan yang mempelajari ilmu gejala kejiwaan yang ditampakkan
dalam bentuk perilaku baik manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya untuk kepentingan
manusia ataupun aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari ataupun yang tidak disadari yang
diperoleh melalui suatu proses atau langkah-langkah ilmiah tertentu serta mempelajari penerapan
dasar-dasar atau prinsip-prinsip, metode, teknik, dan pendekatan psikologis untuk memahami
dan memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan.

Landasan sosiologi pendidikan merupakan asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah


sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Kaidah-kaidah sosiologi tersebut
menjelaskan bahwa manusia itu pada dasarnya termasuk makhluk individu, bermasyarakat, serta
berbudaya. Dalam hidup bermasyarakat manusia memiliki norma-norma yang mereka bentuk
dan mereka anut yang akhirnya menghasilkan suatu kebudayaan yang mencirikan kekhasan
suatu masyarakat tertentu.

Jenis teknologi yang secara langsung memiliki pengaruh kuat terhadap pelaksanaan pendidikan
adalah komunikasi, seperti radio, TV, Komputer, digital, Internet dan laini-lain. Produk teknologi
ini tidak secara khusus untuk pendidikan, tetapi ternyata dapat dimanfaatkan untuk tujuan
pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap pendidikan.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.
Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

DAFTAR PUSTAKA
Anton M.Moeliono.1989.Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Depdikbud.Jakarta.
Bambang Sarwoko.Konsep dasar Pendidikan Luar Sekolah.
Bandung.IKIP Semarang Press.
Davenport, M.G (2007). Between tradition and tourismeducational strategis of a zapotec artisan.
International journal of education dan the arts, ISBN 1529-8094, 8, 2-20.

Anda mungkin juga menyukai