Kota Ternate merupakan daerah otonomi bagian dari provinsi Maluku Utara,
terdiri dari 8 (delapan) pulau, yakni : pulau Ternate, pulau Moti, pulau Hiri, pulau
Tifure, pulau Mayau, Pulau Gurida, Pulau Makka dan Pulau Mano. Kota Ternate
mempunyai potensi strategis sebagai kota perdagangan yang dikenal sejak
zaman penjajahan Belanda.
Secara geografis Kota Ternate terletak pada posisi 0 o-2o Lintang Utara dan
126 -128o Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata dari permukaan laut yang
o
Diagram 4.1.
Prosentase Luas Wilayah Kota Ternate Berdasarkan Hasil Digitasi Peta Citra
Diagram 4.4.
Prosentase Luas Pulau di Kota Ternate Berdasarkan Data BPS
3) BWK – III sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki Pusat
BWK di Kelurahan Kalumata. BWK – III Kecamatan Ternate Selatan meliputi
wilayah adminsitrasi Kelurahan Sasa, Gambesi, Ngade, Fitu, Kalumata, Kayu
Merah, Tabona, Ubo-Ubo, Bastiong Karance, Bastiong Talangame, Mangga
Dua Utara, Mangga Dua, Jati Perumnas, Jati, Tanah Tinggi Barat, Tanah
Tinggi, dan Toboko.
7) BWK – VII sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat
BWK di Kelurahan Mayau. BWK –VII Kecamatan Batang Dua meliputi
wilayah adminsitrasi Kelurahan Mayau, Tifure, Bido, Lelewi, Perum Bersatu
dan Pante Sagu.
Penduduk diartikan sebagai jumlah orang dan menjadi salah satu populasi
atau unsur yang mendiami di suatu wilayah tertentu. Penduduk pada hakekatnya
selain sebagai objek juga sebagai subjek yang merupakan instrumen untuk
mencapai pembangunan, selaku makhluk hidup sosial yang selalu berkembang
secara dinamis di dalam melangsungkan kehidupannya yang serba kompleks
membutuhkan suatu ruang tertentu sebagai wadah untuk beraktivitas.
Penduduk merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap
perkembangan suatu wilayah, dalam konteks Kota Ternate, tinjauan terhadap
kondisi sosial dan kependudukan dilakukan secara internal dan eksternal. Aspek
kependudukan yang memerlukan kajian terkait dengan penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate, antara lain pertumbuhan, distribusi dan
kepadatan penduduk, struktur kependudukan menurut umur dan jenis kelamin,
agama, tenaga kerja, dan tingkat pendidikan serta budaya masyarakat Kota
Ternate.
Faktor perubahan penduduk perlu mendapat perhatian karena memegang
peranan penting dalam perencanaan pengembangan suatu wilayah. Perubahan
penduduk ini antara lain:
Pertambahan penduduk alamiah dan pengurangan penduduk alamiah
(perubahan penduduk alamiah), yaitu selisih antara jumlah angka kelahiran
dengan jumlah angka kematian.
Migrasi masuk (imigrasi) dan migrasi keluar (emigrasi), yaitu pertambahan
jumlah penduduk dengan menghitung banyaknya migrasi masuk (jumlah
penduduk yang datang dari luar daerah dan menetap di daerah yang
didatangi) dikurangi migrasi keluar (jumlah penduduk yang keluar).
Tabel.4.8. Ketinggian dari Permukaan Laut (DPL) serta Banyaknya Pantai dan
Bukan Pantai di Kota Ternate
Wilayah dengan Potensi Air Tanah Tinggi Pada Akuifer Tertekan dan
Akuifer Tidak Tertekan terdapat secara setempat didaerah Tubo-siko,
dengan batuan yang menyusun adalah hasil endapan Gunung Gamalamaa
yang berupa pasir tufa dan lava pesikuler. Akuifer tidak tertekan terdapat
pada kedalaman antara 2- 23 mdmt : MAT berkisar antara 5-8 mdmt :
kelulusan (K) = 27,6 – 186 m/hari; keterusan (T) = 972 – 6530 m²/hari; debit
jenis (Qș ) = 9,22 – 61,55 l/dtk/m; debit optimum (Q οpt) = 18,44 - 92,93
1/dtk; dan jarak antara sumur (2R) = 65 - 445 m. Kualitas air tanahnya
tergolong baik untuk air minum.
Wilayah dengan Potensi Air Tanah Tinggi Pada Akuifer Tertekan Dan
Rendah Pada Akuifer Tidak Tertekan tersebar luas disebelah selatan dan
timur Gunung Gamalamaa, yaitu di sepanjang pantai Rua sampai Gambesi
dan di lereng bawah bagian timur dari daerah Ubo-Ubo sampai daerah
Tabam. Akuifer tertekan terdapat pada kedalaman antara 20 - 55 mbmt;
MAT berkisar antara 1,5 – 14 mbmt; Kelulusan (K) =11,1 – 16,8 m/hari ;
Keterusan (T) = 633 – 805 m²/hari; debit jenis (Qs)= 3,15 – 4,79 1 /dtk/
m;debit optimum (Qopt) = 15,75 – 23,95 1/dtk; dan jarak antar sumur (2R) =
55 – 85m. Kualitas air tanahnya tergolong baik untuk air minum.
Wilayah dengan potensi air tanah tinggi pada akuifer tertekan dan
rendah pada akuifer tidak tertekan tersebar luas di dataran sebelah timur
laut sampai barat Gunung Gamalamaa, yaitu daerah Sango sampai Togafo
serta di sepanjang lereng bawah sebelah selatan Gunung Gamalamaa,
yaitu di daerah Rua sampai Gambesi. Akuifer tidak tertekan terdapat pada
kedalaman antara 2 – 18 mbmt; MAT berkisar antara 5,5 – 20 mbmt;
kelulusan (K)=3,24 – 11,1 m/hari; keterusan (T) = 97,2 – 332,6 m²/hari;
debit jenis (Qs) = 0,92 – 3,15 1/dtk/m; debit optimum (Qopt) = 1,57 – 1,84
1/dtk; dan jarak antara sumur (2R) = 5 – 8 m, kualitas air secara umum
tergolong baik untuk air minum.
Wilayah dengan potensi air tanah sedang pada akuifer tertekan dan
rendah pada akuifer tidak tertekan tersebar luas mengelilingi Gunung
Gamalamaa, utamanya di bagian lereng tengah Gunung Gamalamaa,
kecuali di dareah Taduma sampai Rua yang penyebaranya sampai ke
pantai. Akuifer tidak tertekan terdapat pada kedalaman antara 4 – 25 mbmt;
MAT berkisar antara 3,2 – 22 mbmt;kelulusan ( K )=4,6 – 6,3 m/ hari;
keterusan (T) = 11,2 – 97,2 m²/hari; debit jenis (Qs) = 0,11 – 0,92 1/dtk/m;
debit optimum (Q opt) = 0,2 -1,84 1/dtk; dan jarak antara sumur (2R) = 5 – 8
m. Kualitas air tanahnya secara umum tergolong baik untuk air minum.
Wilyah dengan potensi air tanah rendah pada akuifer tertekan dan
akuifer tidak tertekan tersebar luas di bagian lereng tengah sampai puncak
Gunung Gamalamaa, dan juga terdapat secara setempat disekelilingi danau
Laguna dan Tolire. Akuifer tidak tertekan terdapat pada kedalaman antara 4
– 28 mbmt; MAT = 4 – 26mbmt; kelulusan (K) = 4,6 – 6,3m/hari; keterusan
(T) = 11,2 – 97,7 m²/hari; debit jenis (Qs) = 0,11 – 1,92 1/dtk/m; debit
optimum (Qopt) = 0,12 – 1,1 1/dtk; dan jarak antara sumur (2R) = 3,10 m.
Kualitas air tanahnya tergolong baik untuk air minum.
Potensi Air Tanah Tinggi Pada Akuifer Tertekan dan Sedang pada Akuifer Tidak
Tertekan
Potensi Air Tanah Tinggi Pada Akuifer Tertekan dan Rendah pada Akuifer Tidak
Tertekan
Akuifer Tidak
Akuifer Tertekan Tertekan
Kedudukan Akuifer - m.bmt 0.5 - 35 m.bmt
Muka Air Tanah ( MAT ) - m.bmt 0.5 - 35 m.bmt
Kelulusan ( K ) - m/hari 27.6 - 2289 m/hari
Keterusan ( T ) - m²/hari 401.8 - 12196 m²/hari
3.89 - 115.7
Debit Jenis ( Qs ) - I/detik/m I/detik/m
Debit Optimum ( Qopt ) - I/detik 18.4 - 57.85 I/detik
Jarak Antar Sumur ( 2R ) -m 65 - 195 m
Mutu Air Tanah - Umumnya Baik
Potensi Air Tanah Tinggi Pada akuifer Tertekan dan Rendah Pada Akuifer Tidak
Tertekan
Akuifer Tidak
Akuifer Tertekan Tertekan
Kedudukan Akuifer 25 - 65 m.bmt 4 - 25 m.bmt
Muka Air Tanah ( MAT ) 22 - 64 m.bmt 3.2 - 22 m bmt
Kelulusan ( K ) 9.2 - 12.4 m/hari 4.6 - 6.3 m/hari
Keterusan ( T ) 231.2 - 321.4 m²/hari 11.2 - 97.2 m²/hari
Debit Jenis ( Qs ) 2.19 - 3.04 I/detik/m 0.11 - 0.92 I/detik/m
Debit Optimum ( Qopt ) 4.38 - 6.09 I/detik 0.2 - 1.84 I/detik
Jarak Antar Sumur ( 2R ) 15 - 20 m 5-8m
Mutu Air Tanah Baik Baik
Potensi Air Tanah Rendah Pada Akuifer Tertekan dan Akuifer Tidak Tertekan
Akuifer Tidak
Akuifer Tertekan Tertekan
Kedudukan Akuifer > 65 m.bmt 4 - 28 m.bmt
Muka Air Tanah ( MAT ) > 64 m.bmt 4 - 26 m bmt
Mengingat kecilnya potensi bahan tambang bahan galian mineral non logam
dan batuan di Kota Ternate, serta dengan pertimbangan keselamatan lingkungan,
maka eksploitasi terhadap kegiatan pertambangan tersebut perlu diawasi dan
bahan galian mineral non logam dan batuan di pulau Ternate yang terletak
di daratan (bukit dan kalimati/barangka) seperti di Dufa-Dufa bagian Barat,
Kalumata Bagian Barat, Tarau-Kulaba, Tubo, Bula dan loto. Adapun jenis material
adalah pasir gunung, batu angus, batu gunung, kerikil dan tanah. Sedangkan
untuk spot pesisir pantai dapat dijumpai di Kelurahan Kalumata pantai, Bula,
Takome, Taduma, Dorpedu dan Ake rica, jenis material adalah pasir pantai, kerikil
dan batu. Material jenis batu angus memiliki potensi yang sangat besar
dieksploitasi untuk kebutuhan pembangunan di Kota Ternate dan hanya terdapat
di antara Kelurahan Tarau dan Kulaba. Sedangkan jenis pasir gunung, pasir
pantai, batu dan kerikil potensinya terbatas.
bahan galian mineral non logam dan batuan di pulau Moti dapat dijumpai di
pesisir pantai maupun daratan, yang tersebar di seluruh kelurahan. Adapun jenis
bahan galian mineral non logam dan batuan ini adalah pasir pantai, batu dan
tanah. Spot batu belah dan kerikil belah berlokasi di Tuma (perbatasan Kel.Moti
Kota – Kel.tafamutu).Potensi material pasir cukup besar sedangkan golongan
jenis batuan cukup terbatas.
bahan galian mineral non logam dan batuan di pulau Hiri dapat dijumpai di
pesisir pantai maupun daratan. Jenis material yang terdapat di pulau Hiri
didominasi jenis batu-batuan yang terdapat diseluruh kelurahan dengan potensi
cukup sedang.
bahan galian mineral non logam dan batuan di pulau-pulau gugus Batang
Dua (P.Mayau dan Tifure) dapat dijumpai di pesisir pantai maupun daratan.
Untuk Pulau Mayau material didominasi pasir pantai yang terdapat kelurahan
Mayau, Perum dan Bido . Jenis batu dan kerikil terdapat di seluruh pesisir pantai
kelurahan Lelewi, Mayau, Perum dan Bido. Secara umum bahan galian mineral
non logam dan batuan di pulau Mayau potensinya cukup besar. Untuk pulau Tifure
potensi bahan galian mineral non logam dan batuan jenis batu dan pasir cukup
terbatas.
Pengelolaan bahan galian mineral non logam dan batuan di wilayah Kota
Ternate diusahakan oleh penambangan rakyat dan perusahaan penambangan
swasta. Kondisi di beberapa spot kawasan penambangan telah menimbulkan
kerusakan lingkungan abrasi pantai di pesisir pantai Taduma dan Tafure (Daulasi).
Sedangkan ancaman bahaya longsor di lokasi penambangan di kelurahan
Kalumata bagian Barat dan Dufa-dufa bagian Barat.
LAVA 1763 - Lafa blok jenis adesit abu-abu hitam vesikuler dicirikan
Gm t7 oleh
fanokris plagioklas euhedral sekitar 40% Dierupsikan 1763.
Gm L5 LAVA 5 - Lava blok jenis andesit basal hitam vesikuler dengan fenokris
plagioklas sekitar 40%, bentuk subhendral.
LAVA 5 - Dark, vesicular basaltic andesite block lava with about
40% subhedral plagioclase phenocrysts.
Gm
1.4 LAVA 4 - Lava blok jenis andesit abu-abu, vesikuler
Gm
1.3 LAVA 3 - Blok jenis andesit abu-abu, Vesiculer.
LAVA 3 - grey, Vesicular andesite blok lava
Gm
L.1 LAVA 1 - Lava block jenis andesit abu-abu, Vesikuler, dicirikan oleh
venokris plagioklas membulat ( sekitar 40% )
LAVA 1 - Grey, visiculer andesite block lava, caracterized by rounded
plageoclase phrnocrysts (abaut 40%)
GtL LAVA TERALTERASI - Lava outih dan merah ungu teral terasi secara
hidroteraltak jelas asalnya
ALTERED LAVAS - White and violete red hidrothermally altered lavas
of
uncertain origin.
Keterangan Gambar :
a. Zona Tipe A : Zona berpotensi longsor pada daerah lereng gunung, lereng
pegunungan, lereng bukit, lereng perbukitan, dan tebing sungai dengan
kemiringan lereng lebih dari 40%, dengan ketinggian di atas 2000 meter di atas
permukaan laut.
b. Zona Tipe B : Zona berpotensi longsor pada daerah kaki gunung, kaki
pegunungan, kaki bukit, kaki perbukitan, dan tebing sungai dengan kemiringan
lereng berkisar antara 21% sampai dengan 40%, dengan ketinggian 500 meter
sampai dengan 2000 meter di atas permukaan laut.
c. Zona Tipe C : Zona berpotensi longsor pada daerah dataran tinggi, dataran
rendah, dataran, tebing sungai, atau lembah sungai dengan kemiringan lereng
berkisar antara 0% sampai dengan 20%, dengan ketinggian 0 sampai dengan
500 meter di atas permukaan laut.
Tabel 4.13. Kriteria dan indikator tingkat kerawanan untuk zona Berpotensi
Longsor
Pulau Ternate
Luas
No Lokasi Skor Kategori
(Ha)
Afetaduma,
1 Dorpedu, Togafu 1,92 Sedang 23,5
Kalumata (rumah walikota &
galian
2 C) 2,57 Tinggi 1,59
Ngade
3 2,08 Sedang 10,63
Dufa
4 Dufa Bgn Barat 2,12 Sedang 1,74
Akehuda
5 Bgn Barat 2,22 Sedang 1,13
Kayumerah
6 Bgn Barat 2,22 Sedang 1,29
Tabona
7 2,12 Sedang 0,7
Total 40,58
Pulau Hiri
Luas
No Lokasi Skor Kategori
(Ha)
Tafraka
1 2,12 Sedang 1,2
Mado-Faudu-Tomajiko
2 2,47 Tinggi 5,2
Total 6,4
Sumber: RTRW Kota Ternate, 2012
Gambar 4.8 : Zona Seismik Propinsi Maluku Utara & Wilayah Indonesia
(Sumber: Kertapati, Yanuar, Ipranta, 1999)
Gambar 4.9 : Frekuensi Gempa Bumi Dangkal > dari 4.0 SR di Provinsi Maluku
Utara Tahun 1921 – 2006
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika dan Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,
Dept.ESDM
Dari table diatas dapat diketahui bahwa sejak tahun 1858 – 1955,
wilayah Kota Ternate sudah dilanda gempa bumi merusak selama 4 kali
dengan skala VI – VIII MMI, gempa tersebut selain merusak bangunan juga
menimbulkan korban jiwa.
Dari catatan sejarah letusan, masa terjadinya letusan berjangka pendek dan
umumnya dalam waktu beberapa hari saja. Jarak antara letusan
memperlihatkan interval minimal 1 tahun dan maksimal 44 tahun. Berdasarkan
data statistic, letusan yang terjadi dalam masa sejarah rata – rata setiap 5.5
tahun.
Umumya letusan berupa lontaran – lontaran material lepas vokanik ( berukuran
abu hingga bongkah batu ) yang sering kali lontaran bom – bom vulkanik dan
pada beberapa letusan diikuti aliran lava. Pada waktu hujan turun /musim
hujan, bahan abu seta bongkah – bongkah batu tersebut berbentuk lahar.
Sedangkan awan panas ( aliran piroklast ) dalam catatan sejarah letusan belum
pernah terjadi. Sehingga walau pun Gamalamaa sering meletus, tetapi karakter
letusannya tidak terlalu membahayakan.
Gambar 4.11 : Peta Peta Rawan Gunung Api Gamalama Kota Ternate
Sumber: RTRW Kota Ternate, 2012
4.7.2 Perekonomian
Kinerja pertumbuhan suatu daerah dapat dinilai dengan berbagai ukuran
melalui suatu umum kinerja tersebut dapat diukur melalui suatu besaran yang
dikenal dengan Produk domestik Regional Brukto (PDRB). Secara sektoral
besaran ini dapat menerangkan struktur perekonomian daerah bersangkutan,
disamping itu dari angka PDRB dapat pula diperoleh beberapa indikator turunan
seperti pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita.
Pertumbuhan ekonomi adalah merupakan salah satu indikator utama untuk
mengukur kinerja perekonomian suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi
menunjukan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan
pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Perekonomian dianggap
mengalami pertumbuhan bila seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor
produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Dengan
adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai
pemilik faktor produksi juga akan turut meningkat. Indikator yang di gunakan untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah tingkat pertumbuhan
Produk Domestik Bruto (PDRB).
Tabel 4.17. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kota
Ternate
Data PDRB Kota Ternate
No Sektor Ekonomi
2010 2011 2012
1 Pertanian 134. 682 151.855 169.142
2 Pertambangan dan Penggalian 11. 488 13. 841 15. 718
3 Industri Pengolahan 53. 230 58. 449 62. 879
4 Listrik, Gas dan Air 12. 637 14. 222 15. 827
5 Bangunan 65. 965 81. 347 95. 019
6 Perdagangan, Hotel dan Air Bersih 294. 696 337. 365 394. 761
7 Perangkutan dan Komuniksi 155. 427 186. 029 225. 631
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Persuhaan 85. 925 101. 039 116. 075
9 Jasa-Jasa 177. 744 201. 426 227. 635
PDRB Kota 517.921,00 585.660,00 694.880,00
Sumber: Kota Ternate Dalam Angka, Tahun 2013
Tabel 4.18. Pertumbuhan Struktur Ekonomi Kota Ternate, Tahun 2010 - 2012
Pertumbuhan Ekonomi (%)
No Sektor Kegiatan
2010 2011 2012
1 Pertanian 13,58 13,26 12,81
2 Pertambangan dan Penggalian 1,16 1,21 1,19
3 Industri Pengolahan 5,37 5,10 4,75
4 Listrik, Gas dan Air 1,27 1,24 1,20
5 Bangunan 6,65 7,10 7,18
6 Perdagangan, Hotel dan Air Bersih 29,71 29,45 29,84
7 Perangkutan dan Komuniksi 15,67 16,24 17,05
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8 8,66 8,82 8,77
Persuhaan
9 Jasa-Jasa 17,92 17,58 17,21
Sumber: Kota Ternate Dalam Angka, Tahun 2013
Tabel 4.20. Luas Panen Tanaman Pangan Jenis Padi dan Palawija di
Kota Ternate Tahun 2011-2012
2) Sektor Peternakan
Populasi ternak di Kota Ternate belum banyak, sehingga untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan daging pemerintah masih harus memasok pasokan
daging dari luar wilayah Kota Ternate terutama dari Pulau Halmahera dan dari luar
Maluku Utara. Komoditi yang biasanya di pasok dari Pulau Halmahera adalah sapi dan
kambing, sedangkan komoditi yang biasanya di pasok dari luar Maluku Utara adalah
unggas khususnya ayam.
Pada tahun 2012 populasi ternak di Kota Tenate yang paling banyak adalah Sapi
dan Kambing. Meskipun begitu jumlah ini belum mencukupi kebutuhan masyarakat
Ternate akan daging. Populasi sapi pada tahun 2012 sebanyak 1.735 ekor dan
kambing 14.104 ekor.
3) Sektor Perikanan
Sebagai wilayah kepulauan yang dikelilingi oleh lautan, laut merupakan sumber
penghidupan yang menjanjikan. Banyak masyarakat Kota Ternate yang tinggal di
pesisir pantai bermata pencaharian sebagai nelayan. Selain itu tradisi masyarakat
Kota Ternate yang menjadikan ikan sebagai makanan pendamping nasi yang wajib di
konsumsi setiap hari, membuat nelayan menjadi salah satu mata pencaharian yang
cukup menjanjikan.
4) Sektor Industri
Industri yang berkembang di Kota Ternate adalah jenis industri kecil dan
rumah tangga. Jenis industri ini cukup banyak di wilayah ini karena
penggunaan teknologi yang relative sederhana dan keterbatasan aspek
permodalan. Meskipun jenis industri yang ada sebagian besar berskala kecil
tapi cukup mampu menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka
pengangguran di Kota Ternate.
Tabel 4.28. Perkembangan Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Pada Kegiatan
Industri di Kota Ternate tahun 2012
5) Sektor Pariwisata
Kota Ternate memiliki posisi yang cukup strategis, oleh karena
merupakan salah satu jalur kepariwisataan di Maluku Utara, serta tersedia
beberapa fasilitas penunjang untuk kegiatan kepariwisataan seperti hotel,
restauran, travel, gedung pertemuan, sarana atraksi dan lain sebagainya.
Sedangkan obyek wisata yang terdapat di Kota Ternate antara lain; wisata
alam, wisata peninggalan sejarah, wisata budaya dan wisata buatan. Kawasan
pariwisata yang terdapat di Kota Ternate diuraikan pada tabel dan gambar
berikut ;