Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN SOAL UAS PENGELOLAAN SEDIAAN

FARMASI DI RUMAH SAKIT


MARS URINDO ANGKATAN 28 B

HERRY PRIYANTO
NIM: 186080004

1. Penghitungan dana yang diperlukan oleh Instalasi Farmasi untuk kebutuhan pasien rawat
inap dan rawat jalan.
Keuntungan 20% dari pendapatan 12M dan 6M = 18M  20% x 18M=3,6M
Modal awal tahun 2019  18M – 3,6M = 14,2M
Rencana Pengembangan 2010 10% dari 14,2M = 1,42M
Modal awal 2020  14,2M +1,42M = 15,62M

2. Metode Tender Terbatas yang digunakan untuk pembelian obat agar memudahkan
pekerjaan perencanaan. Metode Tender Terbatas sering disebutkan lelang tertutup.
Pembelian obat hanya dilakukan pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki
riwayat yang baik. Harga obat masih dapat dikendalikan, tenaga dan beban kerja lebih
ringan bila dibandingkan denan lelang terbuka.

3. Metode pembelian obat yang termudah untuk obat pasien perorangan dan sediaan yang
dipakai bersama adalah Metode Konsumsi. Metode ini berupa perencanaan obat yang
didasarkan pada kebutuhan obat periode sebelumnya, dengan melihat jumlah kunjungan
dan kebutuhan pasien.
Contoh:
Selama tahun 2018 (Januari – Desember) pemakaian perbekalan kesehatan (alat suntik 1
ml) sebanyak 2.500.000 pcs untuk pemakaian selama 10 (sepuluh) bulan. Pernah terjadi
kekosongan selama 2 (dua) bulan. Sisa stok per 31 Desember 2018 adalah 100.000 pcs.
a. Pemakaian rata-rata perbekalan kesehatan perbulan tahun 2018 adalah: 2.500.000 pcs/
10 ═ 250.000 pcs.
b. Pemakaian Perbekalan kesehatan tahun 2018 (12 bulan) = 250.000 pcs x 12 =
3.000.000 pcs.
c. Pada umumnya stok pengaman berkisar antara 10% - 20% (termasuk untuk
mengantisipasi kemungkinan kenaikan kunjungan).
Misalkan berdasarkan evaluasi data diperkirakan 20% = 20% x 3.000.000 pcs. =
600.000 pcs,
d. Pada umumnya waktu tunggu berkisar antara 3 s/d 6 bulan. Misalkan leadtime
diperkirakan 3 bulan = 3 x 250.000 pcs. = 750.000 pcs.
e. Kebutuhan perbekalan kesehatan tahun 2007 adalah = b + c + d, yaitu: 3.000.000 pcs.
+ 600.000 pcs. + 750.000 pcs. = 4.350.000 pcs.
Rencana pengadaan Perbekalan kesehatan untuk tahun 2019 adalah: hasil perhitungan
kebutuhan (e) – sisa stok = 4.350.000 pcs – 100.000 pcs = 4.250.000 pcs = 4250 pcs/dos
@ 1000 pcs.

4. Penerimaan sediaan farmasi untuk obat dan alat kesehatan menjadi bagian dari
“pengelolaan” yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik
1|Herry Priyanto- Pengelolaan Sediaan Farmasi di RS
Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Pasal 3 ayat (2) menyebutkan: Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. pemilihan; b.
perencanaan kebutuhan; c. pengadaan; d. penerimaan; e. penyimpanan; f. pendistribusian;
g. pemusnahan dan penarikan; h. pengendalian; dan i. administrasi.
Persyaratan penerimaan meliptui: kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik
(Permenkes, No. 58/2014)

5. Penyimpanan obat di gudang farmasi untuk sediaan sebagai berikut.


a. Cairan Infus
Cairan Infus disimpan pada suhu ruangan di bawah 250C dan tidak terkena sinar
matahari langsung.

b. Injeksi Adrenalin
Injeksi Adrenalin sebaiknya disimpan pada suhu kamar dan tidak terkena sinar matahari
langsung. Obat ini dapat perlahan-lahan menjadi gelap dikarenakan adanya pengaruh
udara atau cahaya.

c. Vaksin
Vaksin dapat disimpan dalam cold room atau freezer room. Idealnya vaksin disimpan
dalam lemari pendingin dengan bukaan atas. Suhu dalam alat ini lebih stabil pada dua
hingga delapan derajat Celcius. Sebaliknya, lemari pendingin dengan pintu depan relatif
kurang stabil.

d. Gas Medis Tabung


Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1439/Menkes/SK/XI/2002,
penyimpanan gas medis tabung harus memenuhi syarat penyimpanan, yaitu: (1)
Tabung-tabung gas harus disimpan berdiri, dipasang penutup kran dan dilengkapi tali
pengaman untuk menghindari jatuh pada saat terjadi goncangan. (2) Lokasi
penyimpanan harus khusus dan masing-masing gas medis tabung dibedakan tempatnya.
(3) Penyimpanan gas medis tabung yang berisi dan gas medis tabung yang kosong
dipisahkan untuk memudahkan pemeriksaan dan penggantian. (4) Lokasi penyimpanan
diusahakan jauh dari sumber panas, listrik dan oli atau sejenisnya.

e. Obat LASA
Penyimpanan obat yang nama dan rupanya mirip atau dikenal dengan istilah LASA
(Look Alike Sound Alike) penyusunan berdasarkan abjad dapat dipilih, namun perlu
diberikan penandaan khusus (misalnya dengan stiker berlogo “LASA” pada wadah
obat, dan penyimpanannya tidak diletakkan berdampingan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kemungkinan kesalahan dalam mengambil obat LASA akibat kemiripan
tampilan obat.

f. Obat High Alert


Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi (Hight Alert Medication) harus disimpan
di tempat terpisah, akses terbatas dan diberi tanda khusus (misalnya: area penyimpanan
ditandai dengan selotib berwarna merah dan diberi stiker “Hight Alert”.

2|Herry Priyanto- Pengelolaan Sediaan Farmasi di RS


g. Sitostatika
Obat antikanker (sitostatika) harus disimpan terpisah dari obat lain dan diberi stiker
khusus “Obat Kanker, tangani dengan hati-hati”.

h. Morfin Injeksi
Sediaan morfin injeksi disimpan di tempat khusus pada suhu 15-300C, terlindung dari
cahaya, tidak boleh dibekukan. Sediaan injeksi morfin, dalam natrium klorida 0,9%
atau 5% glukosa dapat disimpan dalam kantong PVC atau botol kaca tidak berbeda
stabilitasnya.
Morfin injeksi termasuk narkotika maka memerlukan penyimpanan khusus sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Tujuannya adalah untuk
mencegah terjadinya penyalahgunaan obat narkotika. Berdasarkan Permenkes RI No.
28/Menkes/Per/I/1978 tentang cara penyimpanan narkotika, yaitu pada pasal 6
disebutkan bahwa persyaratan penyimpanan narkotika adalah sebagai berikut: (1)
Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. (2) Harus mempunyai
kunci yang kuat. (3) Lemari dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan,
bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya,
serta persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika
lainnya yang dipakai sehari-hari. (4) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari
ukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok
atau lantai. (5) Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain
selain narkotika. (6) Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung
jawab/asisten apoteker atau pegawai lain yang dikuasakan. (7) Lemari khusus harus
ditaruh pada tempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh umum.

i. Metformin
Metformin disimpan pada temperatur ruangan (25 – 300C). Jauh dari lingkungan yang
lembab dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung.

j. Kapas
Kapas disimpan di tempat yang sejuk dan berventilasi. Untuk kapas beralkohol perlu
disegel mulut bola kapas untuk mencegah penguapan alkohol. Kapas alkohol memiliki
bahaya tertentu, oleh karena itu perlu diusahakan jauh dari sumber panas, listrik,
minyak dan sejenisnya.

6. Jumlah apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang dibutuhkan RS Sejahtera.
Idealnya 30 tempat tidur = 1 apoteker (untuk pelayanan kefarmasian) menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Oleh karena itu, RS Sejahtera yang memiliki tempat
tidur sejumlah 750 buah membutuhkan beban kerja 25 apoteker dan TKK.

7. Sistem distribusi obat Desentralisasi (Sistem Pelayanan Terbagi) yang diusulkan Rudi
untuk RS Sejahtera agar pemberian obatnya efektif dan efisien. Hal ini beralasan karena
desentralisasi merupakan sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang mempunyai
cabang di dekat unit perawatan/pelayanan. Cabang ini dikenal dengan istilah depo
farmasi/satelit farmasi. Pada desentralisasi, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan
farmasi ruangan tidak lagi dilayani oleh pusat pelayanan farmasi. Instalasi farmasi dalam

3|Herry Priyanto- Pengelolaan Sediaan Farmasi di RS


hal ini bertanggung jawab terhadap efektivitas dan keamanan perbekalan farmasi yang ada
di depo farmasi.
Pengaturan obat untuk pasien Tuti selama dirawat inap menggunakan sistem distribusi obat
resep individual, yaitu tatanan kegiatan pengantaran sediaan obat oleh Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS) sesuai dengan yang ditulis pada order/resep atas nama penderita rawat
inap tertentu melalui perawat ke ruang pasien tersebut. Dalam sistem ini obat diberikan
kepada pasien berdasarkan resep yang ditulis oleh dokter.

8. Obat pasien Tuti yang perlu diperinci ketika pasien hendak pulang adalah semua obat yang
pernah dikonsumsi selama menjalani rawat inap, yaitu; Metformin 500 mg, Lipitor 20 mg,
dan Zyloric 100 mg.

9. Pelayanan farmasi satu pintu adalah suatu sistem dimana dalam pelayanan kefarmasian
menggunakan satu kebijakan, satu standar operasional (SOP), satu pengawasan operasional
dan satu sistem informasi. Sistem pelayanan farmasi satu pintu dalam arti instalasi farmasi
sebagai pengelola tunggal perbekalan farmasi RS. Terselenggaranya pelayanan farmasi
yang bermutu terkait dengan dukungan dana. Dana merupakan masalah strategis dalam
pengembangan pelayanan farmasi bermutu. Dana untuk pengadaan obat selalu menjadi
alasan yang dikemukakan RS pemerintah untuk membenarkan beroperasinya berbagai
apotek swasta murni dan/atau apotek swasta milik RS sendiri. Hampir semua apotek ini
tidak di bawah kendali instalasi farmasi sehingga mutu, keamanan penderita, dan harga
obat di luar kendali instalasi farmasi. Keadaan ini tidak kondusif untuk melakukan
pelayanan farmasi yang bermutu dan berspektrum luas. Oleh karena itu, pelayanan farmasi
dengan sistem satu pintu mutlak dilaksanakan.

10. Kebutuhan pelayanan kefarmasian yang diperlukan apabila jumlah tempat tidur RS akan
ditambah sebanyak 60 buah adalah penambahan beban kerja 2 apoteker. Hal ini sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit bahwa
idealnya 30 tempat tidur = 1 apoteker (untuk pelayanan kefarmasian). Oleh karena itu, RS
Sejahtera perlu menambah beban kerja 60 dibagi 30 sama dengan 2 apoteker.

4|Herry Priyanto- Pengelolaan Sediaan Farmasi di RS

Anda mungkin juga menyukai