DISUSUN
OLEH
NAMA : KHOIRUNNISA
NIM : 4173240010
FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
APRIL 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Critical BOOK Review
membandingkan 3 buku.
Dalam makalah ini saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya
mengharapkan saran dan kritik guna memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.
Khoirunnisa
ii
BAB I
Identitas Buku
Buku 1
Judul Buku : Pendidikan Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi
Penulis : Drs. Sanggup Barus, M.Pd. dkk
Kota Tempat Terbit : Medan
Tahun Terbit : 2019
Edisi : Revisi
Jumlah Halaman : 118 halaman
Buku 2
Judul Buku : Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Bahasa Indonesia
Pengarang : Ristekdikti
Buku 3
Judul Buku : Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi
Penulis : Dr. Drs. H. Eko Kuntarto, M.Pd, M.Comp.Eng.
Kota Tempat Terbit : Malang
Tahun Terbit : 2018
Edisi : Revisi
Jumlah Halaman : 185 halaman
iii
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
I. Pengantar
Buku berjudul “Pendidikan Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi” ini merupakan
bahan ajar untuk mata kuliah Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Medan. Materi pokok
yang dibahas dalam buku ini adalah perihal bahasa Indonesia, penulisan teks akademik,
penulisan teks ulasan buku, penulisan teks proposal, penulisan teks laporan, dan penulisan
teks artikel ilmiah.
II. Ringkasan Isi Buku
BAB I.PENDAHULUAN
A. Kedudukan dan Fungsi Bahasa-Bahasa di Indonesia
Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu dan termasuk ke dalam rumpun bahasa
Austronesia. Penamaan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa Indonesia bermula dari
peristiwa ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, dalam rangkaian kegiatan
kongres Pemuda Kedua di Jakarta.
Bagi bangsa Indonesia, bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena
bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara. Kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Bahasa daerah adalah bahasa-bahasa suku bangsa di Indonesia. Bahasa ini berfungsi
sebagai lambing kebanggan daerah, lambang identitas daerah, alat perhubungan di dalam
keluarga dan masyarakat daerah, dan sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia.
Bahasa asing diartikan sebagai bahasa-bahasa di Indonesia selain bahasa Indonesia dan
bahasa daerah. Bahasa asing mempunyai fungsi sebagai alat perhubungan antarbangsa dan
sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan nasional.
iv
B. Bahasia Indonesia Baku
Bahasa baku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai kata-kata atau ungkapan, struktur
kalimat, ejaan, dan pengucapan yang biasa dipakai oleh mereka yang berpendidikan, seperti
pejabat, ahli,dosen, guru, ilmuwan, cendekiawan dan sebagainya. Bahasa baku memiliki
empat fungsi, yaitu :
1. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai pemersatu
2. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda kepribadian
3. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penambah wibawa
4. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan
Bahasa Indonesia baku dipakai di dalam beberapa konteks, yakni :
1. Dalam komunikasi resmi,
2. Dalam wacana teknis
3. Pembicaraan di depan umum
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati
Secara umum dapat diketahui bahwa Bahasa Indonesia baku mempunyai tiga ciri, yaitu
memiliki keunggulan wiliyah dan waktu penggunaan, kemantapan dinamis, dan cendekia.
v
C. Ciri-ciri Teks Akademik
vi
BAB III. PENULISAN TEKS ULASAN BUKU
A. Pengertian Teks Ulasan Buku
Teks ulasan adalah suatu tulisan yang isinya menimbang atau menilai karya yang
dihasilkan oleh orang lan. Ulasan sering juga diistilahkan dengan timbangan, resensi dan
review. Ulasan buku atau timbangan buku adalah tulisan yang berisi tentang kritik terhadap
buku yang dimaksud. Menulis teks ulasan buku hanya sekedar untuk memberikan penilaian
terhadap buku yang diulas, melainkan dapat meberikan gambaran kepada pembaca untuk
memenuhi tujuan atau fungsi sosialnya.
B. Struktur Teks Ulasan Buku
IDENTITAS (OPSIONAL)
ORIENTASI
RANGKUMAN
EVALUASI
vii
Menulis laporan yang dimaksud
BAB IV. PENULISAN TEKS PROPOSAL
A. Pengertian Teks Proposal
Teks proposal secara singkat dapat dimaknai dengan rancangan atau gambaran dari suatu
kegiatan, Hasnun (2004 : 84) menyatakan baha proposal merupakan rencana yang disusun
untuk kegiatan tertentu atau bisa juga dikatakan sebagai rencana yang dituangkan dalam
bentuk rancangan kerja, Tujuan yang berbeda dapat mempengaruhi bentuk teks proposal.
B. Jenis-jenis Proposal
1. Proposal kegiatan merupakan proposal yang disusun sebelum melakukan suatu
kegiatan. Biasanya proposal yang demikian diajukan kepada pihak sponsor atau
perorangan maupun kelembagaan untuk mendapatkan dana bantuan agar kegiatan
yang direncanakan dapat berjalan dengan baik dan lancar
2. Proposal usaha atau bisnis, sebuah proposal yang dibuat dengan tujuan untuk
melakukan suatu usaha untuk menambah permodalan usaha atau mengajukan kredit,
merger, ataupun kerjasama dalam rangka mengembangkan bisnis
3. Proposal penelitian dan pendidikan adalah proposal yang dibuat dalam rangka
melakukan sebuah penelitian ilmiah ataupun kegiatan yang bernuansa pendidikan
seperti pengajuan beasiswa.
C. Struktur Teks dan Hubungan Genre Mikro pada Proposal
STRUKTUR TEKS DAN GENRE MIKRO PADA PROPOSAL KEGIATAN
Struktur Teks Genre Mikro yang Fungsi Retoris
diharapkan
Pendahuluan Eksposisi (dan atau Memberikan latar belakang kegiatan yang
meliputi deskripsi) akan dilaksanakan, gambaran, tentang jenis
dan bentuk kegiatan, tinjauan, manfaat, serta
strategi yang akan digunakan untuk
melaksanakan kegiatan tersebut
Tata Laksana Deskripsi (dan atau Menyajikan strategi yang akan dilakukan
Kegiatan meliputi prosedur) dalam melaksanakan kegiatan, termasuk
langkah-langkah yang akan ditempuh
Penutup Deskripsi (dan atau Menyampaikan harapan agar proposal
meliputi prosedur) kegiatan itu detrima dan menghasilkan
sesuatu seperti yang direncanakan
viii
STRUKTUR TEKS DAN GENRE MIKRO PADA PROPOSAL PENELITIAN
Struktur Teks Genre Mikro yang Fungsi Retoris
diharapkan
Pendahuluan Eksposisi (dan atau Memberikan latar belakang penelitian yang akan
meliputi deskripsi) dilaksanakan, permasalahan yang akan diteliti,
gambaran tentang tujuan, pentingnya masalah itu
diteliti, dan pendekatan/metode/teknik yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut
Landasan Teori Review Menyajikan ulasan teoritis tentang dasar
dan Tinjauan pemikiran yang kana digunakan untuk
Pustaka memecahkan masalah penelitian.
Menyajikan ulasan tentang penelitian
sebelumnya dan perbandingannya dengan
penelitian yang akan dilaksanakan
Metodologi Deskripsi (dan atau Menyajikan pendekatan, metode, dan teknik
Penelitian meliputi laporan, penelitian yang akan diterapkan, termasuk
prosedur) langkah-langkah yang akan ditempuh.
ix
BAB V Simpulan dan Saran
Variasi 2 :
BAB I Pendahuluan
BAB II Landasan Teori
BAB III Landasan Fakta
BAB IV Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian
BAB V Hasil-hasil Penelitian
BAB VI Simpulan, diskusi, Implikasi dan Saran
Model kedua, laporan penelitian yang wujudnya tidak seluas dan sekomprehensif
skripsi, tesis, atau ditertasi
BAB I Pendahuuan (termuat juga di bagian ini kajian pustaka dan kerangka berpikir)
BAB II Cara Penelitian
BAB III Hasil dan Analisis Penelitian
BAB IV Simpulan dan saran
x
D. Hubungan Genre pada Teks Laporan Penelitian
1. Abstrak, merupakan bagian yang sangat penting dalam laporan penelitian. Pada
laporan peneltian,abstrak adalah genre mikro yang berisi ringkasan seluruh penelitian
yang dilaporkan
2. Pendahuluan, genre mikro yang digunaka untuk mengungkapkan tahapan
pendahuluan dan tahapan penutup relative sama, yakni eksposisi dan deskripsi
3. Landasan teori dan tinjauan pustaka, tahapan ini dilengkappi dengan kerangka fikir
penelitian. Pada prinsipnya kerangka pikir itu berisi alur pelaksanaan penelitian dan
logika berfikir yang diikuti dalam melaksanakan penelitian itu secara keseluruhan.
Genre mikro yang digunakan adalah ulasan atau review.
4. Metodologi Penelitian, genre mikro yang digunakan adalah deskripsi dan atau
meliputi laporan, rekon, dan prosedur.
5. Hasil Penelitian dan pembahasan, genre mikro yang digunakan untuk mengungkapkan
tahapan hasil penelitian dan pembahasan adalah deskripsi dan diskusi
6. Penutup, genre mikro yang digunakan adalah deskripsi dan atau meliputi eksposisi.
xi
E. Hubungan Genre pada Teks Laporan Kegiatan
xii
F. Langkah-langkah Penulisan Teks Laporan
Langkah-langkah penulisan teks laporan Penelitian
1. Penulisan Pendahuluan, meliputi penulisan dasar latar belakang masalah ,rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian
2. Penulisan Landasan teori dan tinjauan pustaka, yang ditulis adalah teori-teori yang
digunakan dalam menjelaskan atau mengkaji variable-variabel penelitian.
3. Penulisan Metodologi penelitian, jenis penelitian yang dilakukan, data dan sumber
data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan sumber data.
4. Penulisan Hasil Penelitian dan Pembahasan, data disajikan dan dianalisis untuk
menemukan jawaban terhadap rumusan masalah yang terdapat pada bagian
pendahuluan.
5. Penulisan penutup, yang ditulis adalah simpulan dan saran.
Langkah-langkah penulisan teks laporan kegiatan
1. Penulisan pendahuluan, meliputi latar belakang kegiatan, gambaran tentang jenis fan
bentuk kegiatan, tujuan, manfaat,dan strategi yang digunakan
2. Penulisan deskripsi kegiatan, meliputi nama kegiatan, lokasi, waktu, dan
pelaksananya.
3. Penulisan pelaksanaan kegiatan, meliputi rangkaian tata cara pelaksanaan kegiatan.
4. Penulisan penutup, yang ditulis adalah simpulan dan saran.
xiii
BAB VI. PENULISAN TEKS ARTIKEL ILMIAH
A. Pengertian Teks Artikel Ilmiah
Teks artikel ilmiah adalah tulisan lengkap yang bersifat ilmu atau memenuhi syarat ilmu
pengetahuan. Ada empat prinsip utama tentang pengertian ilmiah. Pertama, teks artikel ilmiah
bersifat objektif. Kedua, segala sesuatu yang dikemukakan penulis harus berdasarkan data.
Ketiga, penyimpulan penemuan di dalamnya berpola induktif dan deduktif. Keempat,
pembahasan datanya berdasarkan rasio.
B. Struktur Teks Artikel Ilmiah
Struktur teks artikel penelitian maupun struktur teks artikel konseptual relative bervariasi.
Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa struktur teks artikel penelitian adalah abstarak,
pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, hasil, pembahasan, simpulan.
C. Hubungan Genre pada Teks Artikel Ilmiah
Pada Teks artikel penelitian
Struktur Teks Genre Mikro yang Fungsi retoris
diharapkan
Abstrak Abstrak Menyajikan ringkasan yang mewakili seluruh
artikel
Pendahuluan Eksposisi (dan atau Memberi latar belakang penelitian,
meliputi deskripsi) permasalahan penelitian, tujuan, dan
pendekatan/emtode/teknik untuk mencapai
tujuan
Tinjauan Review Menyajikan ulasan teoritis tentang dasar
pustaka pemikiran yang digunakan untuk memecahkan
masalah penelitian.. Menyajikan ulasan tentang
penelitian terdahulu dan perbandingannya
dengan penelitian yang dilaporkan pada artikel
yang dimaksud
Metodologi Rekon 9dan atau Menyajikan pendekata, metode, dan teknik
Penelitian meliputi deskripsi, penelitian, termasuk langkah-langkah yang
prosedur, laporan) ditempuh
Hasil Deskripsi (dan atau Menyajikan temuan temuan penelitian
meliputi laporan, rekon)
Pembahasan Diskusi (dan atau Membahas temuan penelitian dari bebagai
xiv
meliputi eksplanasi) sudut pandang teori yang telah disajikan pada
tinjauan pustaka
Membahas apakah kekurangan penelitian
sebelumnya dapat ditutup oelh penelitian yang
dilaporkan
Simpulan Eksposisi (dan atau Menyajikan uraian bahwa pokok persoalan
meliputi deskriptif) yang disajikan telah diperlakukan dengan
sedemiian rupa dengan hasil seperti yang telah
disajikan pada pembahasan
Pada teks Konseptual
Stuktur Teks Genre Mikro yang Fungsi Retoris
diharapkan
Abstrak Abstrak Menyajikan ringkasan yang
mewakili seluruh artikel
Pendahuluan Eksposisi (dan atau meliputi Memberikan latar belakang
deskripsi) masalah, yang menyangkut
pernyataan masalah,
pentingnya masalah itu
dibahasa, dan informasi
tentang cara atau strategi
yang digunakan dalam
memperlakukan masalah
tersebut
Tinjauan Pustaka Review Menyajikan ulasan teoretis
tentang dasar pemikiran yang
digunakan untuk
memecahkan masalah yang
diajukan
Pembahasan Diskusi (dan atau meliputi Membahas (dan atau
eksplanasi) menjelaskan) permasalahan
dengan disertai
pemecahannya
Simpulan Eksposisi (dan atau meliputi Menyajikan uraian bahwa
xv
deskripsi) pokok persoalan yang
disajikan telah diperlakukan
dengan sedemikian rupa
xvi
BUKU II
Di Indonesia tumbuh dan berkembang bahasa yang beragam-ragam. Sebagian besar orang
Indonesia menguasai atau menggunakan beberapa bahasa sekaligus. Selain menguasai bahasa
Indonesia dan bahasa daerah, tidak sedikit orang-orang Indonesia yang juga menguasai
bahasa asing. Dalam kondisi penggunaan bahasa seperti itu, perlu diatur agar tidak
menimbulkan dampak yang tidak baik. Setiap bahasa yang ada di Indonesia perlu diletakkan
dalam kedudukan tertentu dan setiap bahasa yang dalam kedudukan itu mempunyai fungsi
tertentu pula. Bahasa-bahasa di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahasa
persatuan dan bahasa negara, bahasa daerah, serta bahasa asing. Yang termasuk bahasa
persatuan dan bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Seperti yang telah Anda pelajari pada
bagian terdahulu, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa persatuan melalui Sumpah
Pemuda tahun 1928 dan kemudian dikukuhkan kedudukannya sebagai. bahasa negara pada
tahun 1945. Bahasa-bahasa yang digunakan oleh suku-suku bangsa di Indonesia
dikelompokkan sebagai bahasa daerah, sedangkan bahasa-bahasa yang berasal dari negara
lain yang digunakan di Indonesia dikelompokkan sebagai bahasa asing. Bahasa Nasional dan
Bahasa Negara
Bagi bangsa Indonesia, tentu saja bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat
penting karena bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara
sekaligus. Sebagai bahasa persatuan, bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai lambang
kebanggaan dan identitas nasional, serta alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berbeda-
beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
menjadi bahasa resmi yang digunakan di dalam penyelenggaraan negara. Secara lebih rinci,
dalam kedudukan itu bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa
pengantar di dunia pendidikan, bahasa perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan bahasa resmi di dalam
pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
17
B. Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah bahasa-bahasa suku bangsa di Indonesia. Bahasa ini jumlahnya
sangat banyak dan digunakan menyebar di seluruh daerah di Indonesia. Bahasa daerah
berfungsi sebagai lambang kebanggaan dan lambang identitas daerah, alat perhubungan di
dalam keluarga dan masyarakat daerah, dan sarana pendukung budaya daerah dan bahasa
Indonesia. Dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah merupakan
pendukung bahasa Indonesia, merupakan bahasa pengantar pada tingkat permulaan di
sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar proses pengajaran, selain merupakan
sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia.
C. Bahasa Asing
Bahasa asing diberi batasan sebagai bahasa-bahasa di Indonesia selain bahasa Indonesia
dan bahasa daerah. Bahasa asing mempunyai fungsi sebagai alat perhubungan antarbangsa
dan sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan
nasional. Sehubungan dengan fungsinya sebagai akses untuk memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern, bahasa asing sesungguhnya hanya melengkapi fungsi
bahasa Indonesia yang juga dikembangkan agar menjadi sarana serupa.
Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dalam masyarakat multikultural. Oleh karena
itu, bahasa Indonesia mempunyai varian yang sangat banyak, baik varian akibat perbedaan
daerah penggunaan maupun varian akibat kelompok sosial penggunanya. Perbedaan varian
itu di satu sisi dapat dijadikan ciri yang menunjukkan dari daerah mana atau kelompok mana
seorang penutur berasal, di sisi yang lain merupakan perbedaan yang mengganggu interaksi
sosial antarkelompok yang menggunakan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, untuk keperluan
kedua itu, perlu ditetapkan bahasa Indonesia baku yang mewakili setiap varian yang ada.
Bahasa Indonesia baku adalah inti semua varian bahasa Indonesia. Anda pasti ingat diagram
venn dalam matematika.
Seandainya A = {1, 2, 3, 4, 5, 6}; B = {3, 4, 5,6, 7}; dan C = {5, 6, 7, 8, 9} maka D = {5,
6}. Anggaplah dalam bahasa Indonesia terdapat dialek A, dialek B, dan dialek C. Bahasa
Indonesia baku adalah anggota irisan dari semua dialek itu. Dengan kata lain, bahasa baku
adalah inti bahasa yang dapat diterima oleh penutur semua dialek bahasa Indonesia. Dalam
istilah ilmu bahasa, anggota himpunan irisan itu disebut inti bersama. Untuk menyebut orang
18
tua laki-laki kita, misalnya, dalam bahasa A digunakan kata babe, abah, bapak; dalam bahasa
B digunakan kata abah, bapa, bapak; dan dalam bahasa C digunakan kata bapa, bapak, dan
rama. Dengan demikian, kata bapak lah yang dianggap baku. Akan tetapi, kondisi bahasa di
Indonesia tidak sesederhana himpunan A ᴖ B ᴖ C, karena jumlah variasi penggunaan bahasa
Indonesia sangat banyak. Menetapkan bahasa Indonesia baku juga jauh lebih sulit
dibandingkan mencari irisan himpunan A, B, dan C seperti dalam ilustrasi tadi.
Dengan bahasa Indonesia baku, Anda dapat berinteraksi secara baik dengan teman-teman
Anda dari daerah mana pun mereka berasal. Itulah sebabnya, pemerintah selalu
mengupayakan pembakuan bahasa, baik ejaan, kosakata, maupun tata bahasanya, agar
komunikasi antara orang Indonesia dari daerah yang satu dan orang Indonesia dari daerah
lain berjalan lancar, tanpa salah pengertian. Dengan memilih inti bersama varian-varian
bahasa Indonesia, bahasa Indonesia baku mempunyai keunggulan dalam dua hal, yaitu
keunggulan jangkauan wilayah penggunaan dan keunggulan waktu penggunaan. Dengan
keunggulan wilayah penggunaan, bahasa Indonesia baku dapat digunakan di wilayah yang
sangat luas jangkauannya. Bahasa Indonesia baku dapat dituturkan dan dimengerti oleh
semua orang Indonesia di mana pun mereka tinggal. Dengan keunggulan waktu penggunaan,
bahasa Indonesia baku dapat digunakan dalam kurun waktu yang relatif lama. Artinya,
walaupun sudah dibuat sepuluh tahun yang lalu, dokumen berbahasa Indonesia baku itu
masih dapat dipahami oleh pembaca saat ini, dan akan dapat dipahami pula oleh pembaca
pada masa yang akan datang.
Bahasa Indonesia baku memiliki ciri cendekia. Artinya, bahasa Indonesia baku
mencerminkan cara berpikir yang teratur, logis, dan sistematis. Untuk mengungkapkan
gagasan, bahasa Indonesia baku dapat digunakan untuk menyampaikan isi pikiran secara
teratur dan sistematis. Oleh karenanya, pemahamannya pun dapat dilakukan secara baik.
Berpikir teratur, logis, dan sistematis itu adalah ciri pemikiran yang cendekia.
Penetapan bahasa Indonesia baku bukan berarti melarang penggunaan bahasa Indonesia
yang tidak baku. Bahasa Indonesia baku mempunyai ranah penggunaan yang berbeda dengan
ranah penggunaan bahasa Indonesia tidak baku dan ranah penggunaan bahasa-bahasa lain
yang ada di Indonesia. Kita akan menggunakan bahasa Indonesia untuk berbicara di tingkat
nasional atau berbicara dengan saudara kita dari daerah lain.
19
Jika forumnya tidak resmi, kita boleh menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baku.
Yang penting adalah penggunaan bahasa Indonesia harus disesuaikan dengan konteksnya.
Pemilihan bahasa yang tepat sesuai dengan konteks situasi menunjukkan kecakapan kita
menggunakan bahasa Indonesia.
Konsep nasionalisme Indonesia dibangun oleh para pendiri negara atas dasar atau fondasi
bahasa, bukan fondasi ras/etnis atau agama. Tidak ada satu agama pun yang dijadikan
landasan berdirinya negara bangsa Indonesia.
Meskipun demikian, landasan agama terdapat pada diri setiap warga negara. Konsep
kebangsaan Indonesia pun tidak direpresentasi oleh salah satu di antara ratusan ras/etnis yang
ada di Indonesia, tetapi konsep kesukuan berada dalam diri individu masing-masing di
kelompok masyarakatnya.
20
BUKU III
21
Alasan kedua, mengapa bahasa Melayu dipilih sebagai dasar bagi bahasa
Indonesia adalah karena bahasa itu sederhana sehingga lebih mudah dipelajari dan
dikuasai. Bahasa Jawa lebih sulit dipelajari dan dikuasai karena kerumitan
strukturnya, tidak hanya secara fonetis dan morfologis tetapi juga secara leksikal.
Seperti diketahui, bahasa Jawa memiliki ribuan morfem leksikal dan stuktur
gramatikal yang banyak dan rumit. Penggunaan bahasa Jawa juga dipengaruhi
oleh struktur budaya masyarakat Jawa yang cukup rumit. Ketidaksederhaan itulah
yang menjadi alasan mengapa bukan bahasa Jawa yang dipilih sebagai dasar bagi
bahasa Indonesia. Yang sangat menggembirakan adalah bahwa orang-orang Jawa
pun menerima dengan ikhlas kebedaraan bahasa Melayu sebagai dasar bagi
bahasa Indonesia, meskipun jumlah orang Jawa jauh lebuih banyak daripada suku-
suku lain.
2. Peresmian Nama Bahasa Indonesia
Pada tahun 1928 bahasa Melayu mengalami perkembangan yang luar biasa.
Pada tahun tersebut para tokoh pemuda dari berbagai latar belakang suku dan
kebudayaan membuat ikrar untuk menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan Indonesia. Ikrar ini dicetuskan melalui Sumpah Pemuda. Ikrar Sumpah
Pemuda dilakukan karena perjuangan rakyat yang telah dilakukan bertahun-tahun
untuk kemerdekaan belum juga berhasil. Sebab utama gagalnya perjuangan
mencapai kemerdekaan karena sifatnya masih kedaerahan. Egoisme suku dan daerah
menjadi penghalang munculnya persatuan. Kesadaran itu kemudian memotivasi para
pemuda dari berbagai daerah di nusantara untuk berkumpul dan membuat ikrar:
Berbangsa satu bangsa Indonesia
Bertanah air satu tanah air Indonesia
Menjunjung tinggi bahasa persatuan Bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda itulah yang menjadi penyemangat muncul gerakan persatuan
rakyat untuk mencapai kemerdekaan, yang akhirnya membuahkan hasil berupa
kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Satu hari setelah kemerdekaan
Indonesia, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945, bahasa Bahasa Indonesia secara
yuridis-formal diakui sebagai bahasa resmi negara dan bahasa persatuan bangsa.
Pada saat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, usul agar bahasa Melayu diangkat
sebagai bahasa nasional disampaikan oleh Muhammad Yamin, seorang politikus,
sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta,
Muhammad Yamin mengatakan: “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang
ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan
menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu,
bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa
persatuan.”
3. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Fungsi bahasa dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu fungsi bahasa secara umum
dan secara khusus. Dalam literatur bahasa, fungsi bahasa dipandang dari penggunaannya
dirumuskannya sebagai berikut.
22
a. Fungsi bahasa secara umum
Secara umum bahasa mempunyai empat fungsi, yaitu sebagai: (1) alat untuk
mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri, (2) alat komunikasi, (3)
alat berintegrasi dan beradaptasi sosial, dan (4) alat kontrol sosial.
Fungsi pertama bermakna bahwa dengan bahasa kita mampu
mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, dan perasaan. Melalui bahasa kita dapat
menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran
kita. Ada dua unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
(a) agar menarik perhatian orang lain terhadap diri kita, dan (b) sebagai bentuk
keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
Fungsi kedua menyatakan bahwa bahasa merupakan saluran maksud
seseorang, yang melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk
bekerja sama. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi
diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, berarti memiliki
tujuan agar para pembaca atau pendengar yang menjadi sasaran utama perhatian
seseorang dapat memahami maksud dan perasaan penulis atau pembicara.
Bahasa dikatakan komunikatif apabila maksud dan tujuan berbahasa
tercapai dengan baik dan tepat sasaran. Jika dengan bahasa seseorang ingin meminta
bantuan maka yang dimintai bantuan memahami dengan tepat permintaan
bantuan itu. Lain halnya jika seseorang dengan bahasa ingin melarang orang lain
maka orang yang dimaksud mengerti bahwa ia dilarang melakukan sesuatu.
4. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di
Jakarta pada 25-28 Februari 1975, antara lain, menegaskan bahwa dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang
kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai-bagai
masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan (4) alat
perhubungan antarbudaya antardaerah. Dalam fungsinya sebagai lambang kebanggaan
nasional, bahasa Indonesia ‘memancarkan’ nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa
Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga
dengannya; kita harus menjunjungnya; dan kita harus mempertahankannya. Sebagai
realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa
rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bngga memakainya dengan
memelihara dan mengembangkannya.
Dalam fungsinya sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia
merupakan ‘lambang’ bangsa Indonesia. Ini beratri, dengan bahasa Indonesia akan
dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa
Indonesia. Karena fungsinya yang demikian itu, maka kita harus menjaganya
jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tecermin di dalamnya. Jangan sampai
bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang
sebenarnya.
23
Dengan fungsi sebagai alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang
berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, memungkinkan
masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-
beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib
yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan
serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi
‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan adanya kenyataan bahwa
dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial
budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan
dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan,
bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.
Dengan fungsi sebagai alat perhubungan antarbudaya antardaerah, bahasa
Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Bayangkan saja apabila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang yang berasal
dari suku lain yang berlatar belakang bahasa berbeda, mungkinkah kita dapat
bertukar pikiran dan saling memberikan informasi? Bagaimana cara kita
seandainya kita tersesat jalan di daerah yang masyarakatnya tidak mengenal
bahasa Indonesia? Bahasa Indonesialah yang dapat menanggulangi semuanya itu.
Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk segala aspek
kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan
dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan
(disingkat: ipoleksosbudhankam) mudah diinformasikan kepada warganya.
Akhirnya, apabila arus informasi antarkita meningkat berarti akan mempercepat
peningkatan pengetahuan kita. Apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan
pembangunan akan cepat tercapai.
a. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Berkaitan dengan statusnya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai:
bahasa resmi negara,
bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan
bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi.
24
Modul 2
1. Ragam Bahasa
Dalam menjalankan fungsinya sebagai alat ekspresi diri dan alat
komunikasi, bahasa yang digunakan penutur memiliki ragam dan laras yang
berbeda-beda, sesuai tujuan dan bentuk ekspresi dan komunikasi yang
melatarbelakanginya.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terbentuk karena pemakaian
bahasa. Pemakaian bahasa itu dibedakan berdasarkan media yang digunakan,
topik pembicaraan, dan sikap pembicaranya. Di pihak lain, laras bahasa adalah
kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Fungsi pemakaian bahasa
lebih diutamakan dalam laras bahasa daripada aspek lain dalam ragam bahasa.
Selain itu, konsepsi antara ragam dan laras bahasa saling terkait dalam
perwujudan aspek komunikasi bahasa. Laras bahasa apa pun akan memanfaatkan
ragam bahasa. Misalnya, laras bahasa lisan dan ragam bahasa tulis.
Ragam dan Laras Bahasa
Istilah ragam bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
(2005:920) bermakna variasi bahasa menurut pemakaian, topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara dan mitra bicara, dan medium pembicaraannya. Berdasarkan
makna istilah ragam bahasa ini, maka dalam berkomunikasi seseorang perlu
memperhatikan aspek: (1) situasi yang dihadapi, (2 permasalahan yang hendak
disampaikan, (3) latar belakang pendengar atau pembaca yang dituju, dan (4)
medium atau sarana bahasa yang digunakan. Dari keempat aspek dalam ragam
bahasa tersebut, yang lebih diutamakan adalah aspek situasi yang dihadapi dan
aspek medium bahasa yang digunakan dibandingkan kedua aspek yang lain.
Jenis Ragam Bahasa
Berdasarkan cara penyampaiaannya, ragam bahasa dapat dipilah menjadi
ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Berdasarkan situasi pemakaiannya,
ragam bahasa terdiri atas tiga jenis, yaitu ragam bahasa formal, ragam bahasa
semiformal, dan ragam bahasa nonformal. Berdasarkan isinya, ragam bahasa
dapat dirinci menjadi ragam bahasa ilmiah, semi ilmiah, dan nonilmiah. Ragam
bahasa formal juga disebut ragam bahasa resmi; sebaliknya ragam bahasa
nonformal dikenal juga sebagai ragam bahasa tidak resmi.
Setiap ragam bahasa dapat diidentifikasikan ke dalam situasi pemakaiannya.
Misalnya, ragam bahasa lisan diidentifikasikan sebagai ragam bahasa formal,
semiformal, atau nonformal. Begitu juga ragam tulis juga dapat didentifikasikan ke
dalam ragam bahasa formal, semiformal, atau nonformal.Ciri-ciri ragam bahasa formal
adalah sebagai berikut:
memiliki kemantapan dinamis dalam pemakaian kaidah sehingga tidak kaku,
dan dimungkinkan adanya perubahan kosa kata dan istilah yang lebih tepat dan
benar;
menggunakan fungsi-fungsi gramatikal secara konsisten dan eksplisit;
25
menggunakan bentukan kata yang lengkap dan tidak disingkat;
menggunakan imbuhan (afiksasi) secara eksplisit dan konsisten;
menggunakan ejaan yang baku pada ragam bahasa tulis dan lafal yang baku pada
ragam bahasa lisan.
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti, misalnya: saya dan gue/ogut; anda dan
lu/situ/ente
Penggunaan imbuhan (afiksasi), yaitu awalan (prefix), akhiran
(sufiks),
gabungan awalan dan akhiran (simulfiks), dan imbuhan terpisah (konfiks),
misalnya:
Awalan: mengapa - apaan, mengopi - ngopi
Akhiran: laporan - laporin; dimarahi - marahin
Simulfiks: menemukan - nemuin; menyerahkan - nyerahin
Konfiks: kesalahkan - nyalahin; pembetulan - betulin
Penggunaan unsur fatik (persuasi) lebih sering muncul dalam ragam
bahasa nonformal, seperti sih, deh, dong,kok,lho, ya kale, gitu ya.
Penghilangan fungsi kalimat (S-P-O-Pel-Ket) dalam ragam bahasa nonformal yang
menganggu penyampaian suatu pesan.Misalnya,
Penghilangan subjek : Kepada hadirin harap berdiri.
Penghilangan predikat : Laporan itu untuk pimpinan.
Penghilangan objek : Penyiar melaporkan dari Medan.
Penghilangan pelengkap : Mereka berdiskusi dilantai II.
26
menjadi: (1c) Bapak/ saya/ akan datang besok pagi.
Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang ditulis atau dicetak dengan
memperhatikan penempatan tanda baca dan ejaan secara benar. Ragam bahasa
tulis dapat bersifat formal, semiformal, dan nonformal. Dalam penulisan
makalah seminar dan skripsi, penulis harus menggunakan ragam bahasa
formal; sedangkan ragam bahasa semiformal digunakan dalam perkuliahan,
dan ragam bahasa nonformal digunakan interaksi keseharian secara informal.
2. Laras Bahasa
Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Laras
bahasa juga dikenal dengan gaya atau style. Pemakaian bahasa kalangan kedokteran tentu
berbeda dengan pemakaian bahasa teknisi bangunan. Bahasa yang digunakan orang-
orang muda berbeda dengan bahasa kalangan lanjut usia. Bahasa militer berbeda dengan
bahasa bangsawan. Begitu pula bahasa para guru atau dosen berbeda dengan bahasa
sekumpulan sopir bis.
Laras bahasa terkait langsung dengan lingkung bidang (home style) pemakainya.
Para ilmuwan menggunakan bahasa ilmiah laras keilmuan yang ditandai dengan
pemakaian kosa kata, istilah kelimuan, dan kalimat-kalimat yang mencerminkan
kelompok mereka. Sementara di kalangan para politikus digunakan bahasa laras
politik yang dicirikan dengan penggunaan kosa kata, istilah, atau kalimat-kalimat
bernuansa politik.
27
Modul 3
Pemakaian Imbuhan
Dalam berbahasa Indonesia acap kali sebuah kata dasar atau bentuk dasar perlu
diberi imbuhan (afiks) untuk dapat digunakan didalam perturutan. Imbuhan ini dapat
mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain,
yang fungsinya berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasarnya. Imbuhan mana
yang harus digunakan bergantung pada keperluan penggunaannya didalam pertuturan.
Untuk keperluan pertuturan itu sering pula sebuah kata dasar atau bentuk dasar yang
sudah diberi imbuhan dibubuhi pula dengan imbuhan lain.
28
Modul 4
Pemakaian Kata Perangkai
Hal yang sering menyebabkan sebuah tulisan kurang enak dibaca bahkan
menimbulkan kesalahan adalah akibat kurang cermat dalam pemakaian kata.
Kekurangcermatan ini terutama sering muncul dalam menggunakan kata perangkai.
Kata perangkai adalah sekelompok kata yang berfungsi untuk merangkaikan
atau menghubungkan kata-kata atau bagian-bagian kalimat, ataupun kalimat yang satu
dengan kalimat yang lain dan sekaligus menentukan jenis hubungannya. Yang
termasuk kata perangkai adalah kata depan dan kata penghubung. Keduanya merupakan
bentuk terikat secara sintaksis. Berikut akan diuraikan beberapa kata perangkai.
Pemakaian Kata dari
Pemakaian Kata pada
Pemakaian Kata daripada
Pemakaian Kata kepada
Pemakaian Kata di
Pemakaian Kata ke
Pemakaian Kata atas
Pemakaian Kata dan dan dengan
Pemakaian Kata karena
Pemakaian Kata agar dan supaya
Pemakaian Kata untuk
Pemakaian Kata tidak dan bukan
Pemakaian Kata antar dan antara
Pemakaian Kata kami dan kita
Pemakaian Kata suatu dan sesuatu
29
Modul 5
Kalimat Efektif
Dalam fungsinya sebagai alat komunikasi, pemakaian bahasa
dikatakan berhasil apabila maksud yang ingin disampaikan oleh penutur atau
penulis dalam berbahasa Indonesia dapat dipahami secara tepat dan cepat
oleh pendengar atau pembaca. Karena itu, penutur atau penulis hendaknya
menggunakan kalimat yang tepat dan efektif ketika berbahasa. Kalimat yang
susunan gramatikanya tidak benar, terlalu panjang atau terlalu pendek
sehingga tidak mengungkapkan maksud secara tepat bukanlah kalimat yang
efektif. Dalam berbahasa, penutur atau penulis dituntut memiliki kemahiran
dalam membuat kalimat-kalimat yang efektif agar tujuan berbahasanya dapat
tercapai dengan baik. Struktur kalimat hendaknya diatur dengan baik, kata-
kata yang digunakan juga perlu dipilih yang sesuai agar pesan yang akan
disampaikan melalui tuturan atau tulisan dapat sampai kepada pendengar atau
pembaca persis seperti yang dikehendaki penutur atau penulis.
Modul ini mengantarkan mahasiswa untuk mengenal pemakaian kalimat efektif
dalam berbahasa Indonesia. Di dalam modul ini disampaikan ciri-ciri kalimat efektif dan
contoh-contoh penggunaannya.
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pada pembaca seperti apa yang ada
dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat efektif lebih mengutamakan keefektifan
kalimat itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Sebuah kalimat efektf
mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan,
kehematan, kecermatan, kepaduan, dan kelogisan.
30
Modul 6
Pengembangan Paragraf atau Alinea
Ketika membuat teks bahasa, kita tentu menyusunnya dalam bentuk paragraf-
paragraf atau alinea-alinea. Namun, acapkali penulisan alinea tidak mematuhi kaidah
tatatulis yang benar. Dalam surat kabar, misalnya, sering terdapat alinea-alinea yang hanya
terdiri dari satu kalimat. Sebaliknya, ada buku-buku yang mengandung alinea yang sangat
panjang, mungkin satu halaman penuh. Keduanya merupakan hal yang ekstrem.
Timbullah pertanyaan: yang mana dari kedua esktrim ini yang benar? Atau lebih jauh lagi
kita bertanya: Alinea sebenarnya apa?
Alinea bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab
tulisan, tetapi merupakan kesatuan dari sejumlah kalimat yang mendukung
satu ide atau gagasan pokok. Alinea tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan
yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan
himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk
membentuk sebuah gagasan. Dalam alinea itu gagasan tadi diperjelas dengan uraian-uraian
tambahan, dengan maksud agar pokok pikiran yang ingin disampaikan dapat diterima
dengan baik oleh pembaca atau pendengar. Melalui alinea-alinea kita bisa membedakan di
mana suatu tema mulai
dan berakhir. Coba bayangkan, bila kita membaca sebuah buku yang sama
sekali tidak memberi pembagian atas alinea-alinea. Kita akan menjadi kepayahan
memahami isi seluruh buku itu. Kita seolah-olah dipaksa untuk
membaca terus sampai selesai, sehingga sukar untuk memahami ide-ide yang
terdapat pada buku tersebut. Kita tidak tahu pasti di mana suatu ide mulai dan di mana ide
itu berakhir. Itulah sebabnya kita seolah-olah dipaksa untuk
membaca terus tanpa istirahat sampai selesai. Lain halnya kalau dalam buku tesebut sudah
diberikan pembagian atas alinea-alinea. Kita akan berhenti sebentar sesudah sebuah
alinea berakhir, dan dengan demikian dapat mengadakan konsentrasi pikiran
terhadap tema yang terkandung di dalamnya. Sebab itu pembentukan sebuah alinea
sekurang-kurangnya mempunyai tujuan:
Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema
yang lain. Oleh sebab itu setiap aline hanya boleh mengandung suatu tema. Bila
terdapat dua tema, maka aline itu harus dipecahkan menjadi dua alinea.
31
Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal, untuk
memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada pemberhentian
pada akhir kalimat. Dengan perhatian yang lebih lama ini konsentrasi
terhadap tema alinea lebih terarah.
Dalam membentuk alinea, harus diperhatikan susunan dan kesatuan suatu pokok
pikiran. Kalimat-kalimat dalam alinea harus bertalian satu sama lain secara mesra, dan
bersama-sama membentuk suatu bagian yang berpautan.
32
Modul 7
Bahasa dalam Karya Ilmiah
Dalam fungsi sebagai alat komunikasi, bahasa selain digunakan untuk berkomunikasi
sehari-hari juga digunakan untuk mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan-gagasan
ilmiah. Penggunaan bahasa untuk menyampaikan gagasan ilmiah tentu berbeda dengan
bahasa sehari-hari, bahasa di koran, televisi dan media massa lainnya. Menggunakan
bahasa dalam karya ilmiah menuntut kecermatan pemilihan kata dan struktur
bahasanya, harus memenuhi ragam baku atau ragam standar (formal), dan bukan
bahasa informal atau bahasa pergaulan sehari-hari.
Ragam bahasa ilmiah hendaknya mengikuti kaidah bahasa untuk
menghindari ketaksaan atau ambiguitas makna. Kejelasan makna merupakan
hal yang penting dalam menulis karya ilmiah. Disamping itu, karena karya
tulis ilmiah tidak terikat oleh waktu, maka ragam bahasa yang digunakan
hendaknya tidak bersifat kontekstual seperti halnya ragam bahasa jurnalistik.
Tujuannya adalah agar karya tulis ilmiah tersebut dapat tetap dipahami oleh
pembaca yang tidak berada dalam situasi atau konteks saat karya tulis itu
dibuat.
Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal yang bersifat abstrak dan
konseptual, yang sulit dicari alat peraga atau analoginya dengan keadaan
nyata. Untuk mengungkapkan hal semacam itu, diperlukan struktur bahasa
dan kosa kata yang canggih. Ciri-ciri bahasa keilmuan adalah kemampuan
untuk menjelaskan suatu gagasan atau pengertian dengan ekspresi yang
cermat sehingga makna yang dimaksud oleh penulis dapat diterima persis
oleh pembaca. Untuk itu, bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri: (1) isinya
bermakna, (2) uraiannya jelas,(3) memiliki kepanduan yang tinggi,(4)singkat dan padat,
(5) memenuhi standar bahasa baku, (6) memenuhi standar penulisan ilmiah, dan (7)
komunikatif secara ilmiah.
33
yang seharusnya. Misalnya, di televisi sering digunakan istilah “terkini”. Ada
“berita terkini”, “kabar terkini”, “teknologi terkini”. Padahal, penggunaan
kata “terkini” salah kaprah secara konseptual. Tidak ada “yang lebih kini dari
kini” karena “kini” artinya “yang paling mutakhir”. Karena itu, dalam karya
ilmiah kata kini tidak semestinya digunakan. Bahasa ilmiah tidak boleh
mengikuti kesalahkaprahan.
34
BAB III PENUTUP
Kelebihan
a. Dalam buku ini banyak penjelasan mengenai bahasa, seperti Bahasa Indonesia,
Bahasa Daerah, dan Bahasa Asing. Sehingga memudahkan pembaca untuk
mempelajari persamaan dan perbedaan bahasa tersebut begitu juga dimana bahasa
tersebut seharusnya ditempatkan
b. Bahasa Indonesia cukup mudah untuk dipelajari masyarakatnya sendiri, terutama
karena di dalam aturan berbahasa Indoesia yang benar tidak ada perbedaan
penggunaan bahasa untuk kalangan orang yang lebih tua (lebih diohormati), kalangan
sebaya, ataupun kalangan yang lebih muda dari kita (meskipun dalam prakteknya,
tentu saja kita harus selektif dalam memilih kata-kata yang digunakan ketika
berbicara dengan orang lain untuk menjaga nilai-nilai sosial seperti kesopanan,
kehormatan, dan kerukunan antar sesama). Hal ini berbeda dengan bahasa daerah,
contohnya bahasa Jawa; di mana dalam penggunannya, kita harus bisa memilih
penggunaan kata untuk berbicara dengan lawan bicara kita, seperti 'basa krama',
digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua dari kita atau orang yang
dihormati, kemudian ada 'basa madya', dan juga 'basa ngoko'.
c. Merupakan bahasa persatuan di tanah air kita. Jadi apabila kita sedang berada di kota
mana pun selama kota itu masih berada di wilayah Indonesia, kita tidak perlu
khawatir masalah komunikasi dengan penduduk setempat. Bahkan penduduk suku-
suku yang bisa dikatakan masih tertinggal pun juga terkadang ada yang bisa
berbahasa Indonesia.
d. Buku ini merupakan buku Ristekdikti, dalam buku tersebut banyak penjelasan dan
disertai gambar sehingga membuat buku menjadi semakin menarik untuk dibaca.
Kekurangan
a. Dalam buku ini tidak terdapat ringkasan singkat ( Rangkuman ) isi buku.
b. Banyaknya aturan-aturan dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam
berbicara maupun penulisan. Misalnya, di dalam Bahasa Indonesia kita mengenal
adanya EYD ( Ejaan yang Disempurnakan ), penulisan kata dan kalimat baku,
penggunaan kalimat majemuk, dan sebagainya.
c. Buku ini terkesan monoton
35
Kesimpulan dan Saran
Ketiga buku baik digunakan untuk diktat perkuliahan tapi kami menyarankan untuk
menggunakan buku Pendidikan Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi karena lebih
mudah dipahami dan ringkas.
36
DAFTAR PUSTAKA
Barus Sanggup, 2019, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Medan, Universitas
Negeri Medan.
Kuantarto Eko, 2018, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Malang, CV Budi Utama.
Ristekdikti, 2016, Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Bahasa Indonesia, Jakarta,
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
37