Anda di halaman 1dari 13

PEMERIKSAAN SEDIMEN URIN MENGGUNAKAN TABUNG BULAT

DIBANDINGKAN DENGAN TABUNG SHIH YUNG PADA PASIEN PENYAKIT


GINJAL KRONIK

Urinalisis

Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urin secara fisik, kimia, dan mikroskopik. Urinalisis
merupakan tes saring yang sering diminta oleh dokter karena persiapannya tidak membebani
pasien seperti pengambilan darah, cairan otak atau punksi sumsum tulang. Secara umum
pemeriksaan urin selain mengetahui kelainan ginjal dan saluranya juga bertujuan mengetahui
kelainan-kelainan di berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pancreas, dan lain-
lain. Urinalisis juga dapat membantu dalam menegakkan diagnosis, mendapatkan informasi
mengenai fungsi organ dan metabolism tubuh.

Pemeriksaan urin dalam laboratorium dibagi menjadi dua yaitu urin rutin dan urin lengkap.
Pemeriksaan urin rutin terdiri dari oemeriksaan makroskopik, mikroskopik, dan kimia urin
sedangkan pemeriksaan urin lengkap meliputi pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan
pemeriksaan bilirubin, urobilinogen, keton, darah samar, nitrit, dan esterase leukosit
(hardjoeno dan fitriani, 2007)

Urinalisis dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

1) pemeriksaan fisik urin berupa warna, kejernihan berat jenis, bau

2) pemeriksaan kimia atau uji dipstick yaitu melihat kadar zat-zat dalam urin yaitu protein,
glukosa, keeton, eritrosit, bilirubin, urobilinogen, nitrit, esterase leukosit, dan berat jenis
spesifik

3) pemeriksaan mikroskopik urin untuk melihat sedimen urin

Pemeriksaan mikroskopik urin

Pemeriksaan mikroskopik sedimen urin bertujuan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi


bahan yang tidak dapat larut di dalam urin. Darah, ginjal, saluran genitoutinearius bagian
bawah dan kontaminasi eksternal turut berperan terhadap elemen yang terbentuk dalam urin.
Elemen ini mencakup eritrosit, leukosit, sel epitel, silinder, bakteri, yeast, parasite, mucus,
spermatozoa, kristal dan artefak. Beberapa komponen tidak memiliki makna klinis kecuali
terdapat dalam jumlah yang meningkat, pemeriksaan sedimen urin harus mencakup
identifikasi dan kuantitasi elemen yang ditemukan.

Analisis mikroskopis bergantung pada beberapa variasi prosedur, mencakup metode


persiapan sedimen, volume sedimen yang diperiksa, metode dan perlengkapan yang
digunakan untuk mendapatkan visualisasi, dan cara pelaporan hasil.

Skrining makroskopik

Abnormalitas pada bagian fisik dan kimia dari urinalisis memiliki peran utama dalam
keputusan untuk melakukan analisis mikroskopis. Parameter yang dianggap signifikan
mencakup warna, kejernihan, darah, protein, nitrit, leukosit esterase, dan kemungkinan
glukosa.

Populasi pasien perlu dipertimbangkan pada protocol skrining makroskopik. Populasi yang
termasuk dalam pertimbangan mencakup wanita hamil, pasien anak, usia lanjut, diabetes,
imunitas rendah, dan penderita penyakit ginjal. The Clinical and Laboratory Standards
Institute (CLSI) menganjurkan bahwa pemeriksaan mikroskopik dilakukan jika diminta oleh
klinisi, jika populasi spefisik laboratorium sedang diuji, atau jika diperoleh hasil fisik atau
kimia yang abnormal.

Persiapan specimen

Specimen harus diperiksa saat masihi segar atau disimpan secara adekuat. Unsur bentukan
(formed elemen) terutama eritrosit, leukosit, dan silinder hialin memecah dengan cepat,
terutama di dalam urin alkali yang encer. Pendinginan dapat menyebabkan pengendapan
kristal urat amorf dan fosfat serta kristal non patologis lainnya yang dapat mengaburkan
elemen lainnya di dalam sedimen urin. Menghangatkan specimen hingga 37˚C sebelum
sentrifugasi dapat melarutkan beberapa kristal ini.

Volume specimen

Urin dalam jumlah baku, biasanya antara 10 hingga 15 ml, disentrifugasi di dalam tabung
kerucut. Volume ini merupakan volume adekuat agar dapat diperoleh sampel yang
representative dari elemen-elemen yang terdapat di dalam specimen.

Sentrifugasi
Kecepatan sentrifugasi dan lamanya specimen disentrifugasi harus tetap. Sentrifugasi selama
5 menit pada relative centrifugal force (RCF) 400 menghasilkan sedimen dalam jumlah
optimal dengan kemungkinan terkecil dapat merusak elemen.

Preparat sedimen

Jumlah urin dan sedimen yang sama harus tetap berada di dalam tabung sesudah penuangan.
Seringnya dipakai volume 0,5 dan 1,0 ml. Volume urin yang disentrifugasi dibagi dengan
volume sedimen sama dengan faktor konsentras dibagi dengan volume sedimen sama dengan
faktor konsentrasi. Faktor konsentrasi sedimen berkaitan dengan probabilitas mendeteksi
elemen yang terdapat dalam jumlah kecil, dan digunakan saat melakukan kuantitasi jumlah
elemen yang ditemukan per milliliter.

Untuk mempertahankan faktor konsentrasi sedimen yang seragam, urin harus diaspirasi
bukan dituang, kecuali dinyatakan secara spesifik oleh sistem komersial yang digunakan.
Beberapa sistem menyediakan pipet untuk tujuan ini.

Sedimen harus diseuspensi ulang secara menyeluruh dengan diaduk secara perlahan. Hal ini
dilakukan menggunakan pipet dari sistem komersial atau mengetukkan ujung tabung dengan
jari secara berulang. Pengadukkan yang berlebihan harus dihindari karena dapat merusak
beberapa elemen selular.

Volume sedimen yang diperiksa

Volume sedimen yang ditempatkan di kaca objek mikroskop harus sesuai untuk masing-
masing specimen. Apabila menggunakan metode kaca objek konvensional, volume yang
dianjurkan adalah 20 µL (0,02 ml) yang ditutupi oleh kaca penutup berukuran 22 x 22 mm.
membiarkan specimen mengalir keluar kaca penutuo dapat menyebabkan hilangnya elemen-
elemen berat seperti silinder.

Sistem komersial mengendalikan volume sedimen yang diperiksa dengan menyediakan kaca
objek dengan bilik-bilik yang dapt menampung volume tertentu.

Pemeriksaan sedimen

Pemeriksaan miroskopik harus dilakukan secara konsisten dan mencakup pengamatan


terhadap minimal 10 lapang dengan kekuatan rendah (10x) dan dengan kekuatan tinggi (40x).
kaca objek mula-mula diperiksa dengan kekuaran rendah untuk mendeteksi silinder dan
mengetahui komposisi umum sedimen. Apabila dijumpai elemen seperti silinder yang
memerlukan identifikasi, pengaturan diubah menjadi kekuatan tinggi.

Jika menggunakan metode kaca objek konvensional, silinder mempunyai kecenderungan


berada di tepi-tepi kaca penutup, oleh karena itu dianjurkan menggunakan pemindaian
berkekuatan rendah terhadapt perimeter kaca penutup. Hal ini tidak terjadi jika menggunakan
sistem komersial yang telah baku.

Apabila sedimen diperiksan tanpa diwarnai, banyak kandungan sedimen yang memiliki
indeks bias mirip dengan urin. Oleh sebab itu, sedimen harus diperiksa dengan cahaya
intensitas rendah saat menggunakan mikroskop medan terang.

Focus awal mungkin sulit dilakukan pada specimen cairan, dan harus hati-hati memastikan
bahwa pemeriksaan dilakukan dalam bidang yang benar.

Kandungan sedimen urin

Sedimen urin normal dapat mengandung beragam elemen bentukan. Bahkan adanya sejumlah
kecil leukosit, eritrosit, dan silinder yang biasanya patologis dapat merupakan temuan
normal. Sedimen urin merupakan hasil dari proses pemekatan urin. Urin yang pekat akan
mengalami proses sedimentasi, yaitu proses pemisahan padatan yang terkandung dalam urin.
Sedimen urin dibagi menjadi dua golongan, yaitu unsur organic dan anorganik. Unsur organic
berasal dari suatu organ atau jaringan epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan,
sperma, bakteri, parasite, dan anorganik yang bukan berasal dari organ atau jaringan seperti
urat amorf dan kristal.

1. Eritrosit

Di dalam urin, eritrosot tampak sebagai cakram bikonkaf, tidak berinti, halus, dengan ukuran
diameter kurang lebih 7 mm. Eritrosit harus diidentifikasi menggunakan objektif kekuatan
tinggi (40x) (pembesaran 400x). eritrosit secara rutin dilaporkan sebagai jumlah rata-rata
yang dilihat pada 10 lapang pandang besar

Pada urin terkonsentrasi, sel-sel menciut akibat hilangnya air dan dapat tampak bergerigi atau
tidak teratur. Pada urin yang encer (hipostenuria), sel-sel menyerap air, membengkak dan
lisis dengan cepat, melepaskan hemoglobinnya dan meninggalkan hanya membrane sel nya
saja, yang disebut ghost cell.
Eritrosit sulit dikenali karena tidak adanya struktur yang khas pada eritrosit, ukurannya
bervariasi, dan kemiripannya dengan kandungan sedimen urin lainnya. Eritrosit sering
disalahartikan sebagai sel ragi, tetesan minyak dan gelembung udara. Gambaran kasar
eritrosit dapat menyerupai granula yang dijumpai pada leukosit, namun berukuran lebih kecil.
Apabila ragu dalam mengidentifikasi eritrosit, penambahan asam asetat akan melisiskan
eritrosit, meninggalkan ragi, tetesan minyak, dan leukosit tetap utuh. Pewarnaan supravital
juga dapat membantu. Studi telah berfokus pada morfologi eritrosit urin sebagai bantuan
dalam menentukan letak perdarahan ginjal. Eritrosit yang bervariasi ukurannya, memiliki
penonjolan selular atau terfragmen disebut dismorfik dan telah dikaitkan terutama dengan
perdarahan glomerulus. Jumlah dan gambaran sel-sel dismorfik juga harus dipertimbangkan,
karena konsentrasi urin yang abnormal memengaruhi gambaran eritrosit, dan sejumlah kecil
sel dismorfik ditemukan pada hematuria non glomerulus. Eritrosit dismofirk juga dapat
dijumpai setelah latihan fisik yang berat, yang menunjukkan bahwa fenomena ini berasal dari
glomerulus.

Adanya eritrosti dalam urin terkait dengan kerusakan pada membrane glomerulus atau cedera
vascular di dalam saluran kemih. Jumlah sel yang dijumpai menunjukkan luasnya kerusakan
atau cedera. Apabila terdapat hematuria makroskopik, urin tampak keruh bewarna merah
hingga coklat. Analisis mikroskopik dapat dilaporkan dalam jumlah lebih besar dari 100 per
lpb atau sesuai ketentuan protocol laboratorium. Hematuria makroskopik sering berkaitan
dengan kerusakan glomerulus tingkat lanjut, juga dapat terlihat pada kerusakan vascular di
saluran kemih akibat trauma, infeksi atau inflamasi akut, dan gangguan koagulasi.

Pengamatan hematuria mikroskopik sangat penting dalam diagnosis dini gangguan


glomerulus dan keganasan pada saluran kemih da untuk memastikan adanya batu ginkal. Ada
tidaknya eritrosit dalam sedimen urin tidak selalu terkait dengan warna specimen atau hasil
uji kimia positif untuk darah. Adanya hemoglobin yang telah difiltrasi oleh glomerulus
menghasilkan urin berwarna merah dengan hasil uji kimia positif untuk darah tanpa disertai
hematuria mikroskopik. Specimen yang tampak normal secara makroskopik dapat
mengandung eritrosit dalam jumlah kecil namun bermakna secara patologis.

2. Leukosit

Leukosit lebih besar dari eritrosit, dengan diameter sekitar 12 mm. leukosit utama yang
ditemukan di dalam sedimen urin adalah neutrophil. Neutrophil lebih mudah diidentifikasi
disbanding eritrosit karena mengandung granula dan nukelus multilobus. Neutrophil masih
diidentifikasi menggunakan mikroskop berdaya tinggi dan dilaporkan dalam jumlah rata-rata
yang dilihat pada 10 lpb.

Neutrophil yang terpajan dengan urin hipotonik menyerap air dan membengkak,
menyebabkan granula di dakam sel menjadi lebih besar dan menghasilkan tampilan yang
berkilau disebut sel glitter. Apabila diwarnai dengan pewarna Sternheimer-Malbin sel akan
berwarna biru terang, berbeda dengan warna ungu yang biasanya dilihat pada neutrophil.

Adanya eosinophil dalam urin terutama terkait dengan nefritis interstisial yang dicetuskan
oleh obat. Jumlah kecil dapat dijumpai pada infeksi saluran kemih dan penolakan
transplantasi ginjal. Uji eosinophil urin dilakukan dengan pemekatan sedimen urin dan
diwarnai dengan pewarnaan Hansel atau Wright. Eosinophil normalnya tidak ditemukan
dalam urin, ditemukan lebih dari 1% eosinophil dianggap bermakna.

Limfosit, monosit, makrofag dan histiosit dapat ditemukan dalam jumlah kecil dan biasanya
tidak diidentifikasi dalam preparat basah analaisis mikroskopis urin. Limfosit merupakan
leukosit terkecil sehingga menyerupai eritrosit. Limfosit dapat ditemukan pada stadium awal
penolakan transplantasi ginjal. Monosit, makrofag dan istiosit adalah sel-sel besar dan dapat
terlohat bervakuola atau mengandung inklusi.

Perhatian utama dalam identifikasi leukosit adalah diferensiasi sel-sel mononuclear dan
memisahkan neutrophil dari sel-sel epitel tubulus ginjal (renal tubular epithelial,RTE) yang
bulat. Sel RTE lebih besar dari leukosit dengan nucleus eksentris.

Dalam urin normal ditemukan leukosit kurang dari 5 per lpb, jumlah yang lebih besar dapat
dijumpai pada urin wanita. Peningkatan leukosit dalam urin disebut piuria dan menunjukkan
adanya infeksi atau inflamasi pasa sistem genitourinarius. Piuria juga dapat dijumpai pada
gangguan non bacterial, pelaporan ada tidaknya bakteri dalam specimen yang mengandung
leukosit merupakan hal penting.

3. Sel epitel

sel epitel biasa dijumpai dalam urin karena berasal dari lapisan sistem genitourinarius,
kecuali dalam jumlah banyak atau dalam bentuk abnormal. Tiga jenis sel epitel yang dapat
dijumpai di dalam urin adalah skuamosa, transisisonal (urotelial), dan tubulus gijal, ketiganya
diklasifikasikan berdasarkan tempat asalnya di dalam sistem genitourinarius.

1) Sel epitel skuamosa


Sel skuamosa adalah sel terbesar yang dijumpai di dalam sedimen urin. Sel ini
mengandung sitoplasma tidak teratur yang sangat banyak dan nucleus yang menonjol
yang berukuran kira-kira sebesar eritrosit. Sel ini sering menjadi struktur pertama
yang diamati sewaktu sedimen urin diperiksa di bawah pembesaran berkekuatan
rendah. Sel epitel skuamosa berasal dari lapisan vagina dan uretra wanita serta uretra
pria bagian bawah. Sel ini menunjukkan peluruhan selular normal dan tidak memiliki
makna patologis. Peningkatan jumlah lebih sering dijumpai pada urin dari pasien
wanita. Specimen yang sering dikumpulkan menggunakan teknik clean-catch aliran
tengah mengandung lebih sedikit kontaminasi sel skuamosa.
2) Sel epitel transisional (urotelial)
Sel epitel transisional lebih kecil dibandingkan sel skuamosa dan terlihat dalam
beberaoa bentuk, mencakup bulat, polyhedral, dan berekor. Perbedaan ini disebabkan
oleh kemampuan sel epitel transisional untuk menyerap banyak air. Semua bentuk
memiliki nucleus khusus dan terletak di tengah. Sel transisional dikenali dan dihitung
menggunakan pembesaran berkekuatan tinggi. Bentuk bulat sel epitel transisional
sulit dibedakan dengan sel RTE, pewarnaan supravital dan letak nucleus dapat
membantu dalam membedakannya. Sel epitel transisional berasal dari lapisan pelbis
ginjal, kaliks, ureter, dan kandung kemih, dan dari bagian atas uretra pria. Sel ini
dijumpai dalam jumlah kecil pada urin normal. Peningkatan jumlah yang terlihat
secara tunggal, berpasangan atau gumpalam terlihat sesudah prosedur urologic
invasive dan tidak memiliki makna klinis.
3) Sel epitel tubulus ginjal (RTE)
Sel RTE memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi, bergantung pada area tubulus
ginjal tempat sel ini berasal. Sel-sel dari tubulus kontortus proksimal (proximal
convoluted tubule, PCT) lebih besar dibanding sel RTE lainnya. Sel-sel ini cenderung
memiliki bentuk persegi panjang dan disebut sebagai sel kolumnar atau sel kontortus.
Sitoplasmanya bergranula kasar, dan sel-sel RTE sering menyerupai silinder. Sel-sel
ini perlu diperiksa nukleusnya secara cermat, untuk dapat membedakannya dengan
silinder.
Sel-sel dari tubulus kontortus distal (distal convoluted tubule, DCT) lebih kecil
disbanding sel-sel PCT dan berbentuk bulat atau oval. Pengamatan terhadap nucleus
bulat yang terletak eksentrik membantu membedakan sel ini dari sel transisional bulat.
Sel-sel RTE dari duktus koligentes berbentuk kuboid dan tidak pernah bulat.
Sel RTE perlu diidentifiasi dan dihitung menggunakan pembesaran berkekuatan
tinggi. Klasifikasi sel RTE berdasarkan tempat asalnya tidak dianggap sebagai bagian
dari pemeriksaan sedimen rutin dan memerlukan pewarnaan khusus.
Sel RTE adalah sel epitel yang paling bermakna secara klinis. Peningkatan jumlah sel
RTE merupakan petunjuk adanya nekrosis tubulus ginjal dengan kemungkinan
mengenai seluruh fungsi ginjal.
4. Bakteri
Bakteri normalnya tidak terdapat di dalam urin, beberapa bakteri biasanya dijumpai
akibat kontaminasi vagina, uretra, genitalia eksterna, atau wadah pengumpul. Bakteri
kontaminan secara cepat bermultiplikasi di dalam specimen yang tetap berada pada
suhu ruangan dalam jangka panjang, namun tidak memiliki makna klinis. Bakteri
sering menghasilkan uji nitrit positif dan pH di atas 8, menunjukkan specimen tidak
dapat diterima. Pelaporan adanya bakteri harus disertai dengan leukosit agar dianggap
signifikan pada ISK. Keberadaan bakteri dapat menjadi petunjuk adanya ISK bagian
bawah atau bagian atas.
5. Yeast
Sel yeast atau ragi terlihat dalam urin sebagai struktur oval refraktil kecil yang dapat
mengandung tunas atau tidak.
6. Parasit
Parasite yang sering dijumpai dalam urin adalah trichomonas vaginalis. Kontaminasi
fesef pada specimen urin dapat menyebabkan adanya telur dari parasite usus.
Kontaminan paling sering dijumpai adalah telur cacing kremi enterobius vermicularis.
7. Spermatozoa
Spermatozoa mudah dikenali dalam sedimen urin melalui bentuk kepalanya yang oval
sedikit runcing dan ekornya yang panjang seperti flagella.
8. Mucus
Mucus adalah bahan protein yang dihasilkan oleh kelenjar dan sel epitel dari saluran
genitourinarius bagian bawah dan sel RTE. Secara mikroskopis, mucus tampak
sebagai suatu struktur seperti benang dengan indeks bias rendah. Mucus lebih sering
terdapat di dalam specimen wanita, tidak memiliki makna klinis pada urin wanita
maupunn pria.
9. Silinder
Silinder adalag satu-satunya elemen yang ditemukan di dalam sedimen urin yang unik
untuk ginjal. Silinder terbentuk di dalam lumen tubulus kontortus dan duktus
koligentes, yang memberikan gambaran mikroskopik kondisi di dalam nefron.
Bentuknya mencerminkan lumen tubulus dengan sisi yang sejajar dan ujung yang
agak bulat dan mungkin mengandung elemen tambahan.
Kandungan utama silinder adalah uromodulin. Protein lainnya yang terdapat di
dalam filtrate urin, seperti albumin dan immunoglobulin, juga terdapat di dalam
matriks silinder. Uromodulin dalam keadaan normal diekskresikan dengan laju
yang relatif konstan. Laju ekskresi meningkat dalam kondisi stress atau aktivitas
fisik, yang mungkin bertanggung jawab atas adanya silinder hialin sementara.
Protein membentuk gel lebih cepat dalam kondisi aliran urin yang stasis, asam,
dan adanya natrium dan kalsium. Proses pembentukan matriks protein uromodulin
:
a. Agregasi protein uromodulin menjadi fibril protein tunggal yang melekat pada
sel-sel RTE
b. Terjalinnya fibril protein membentuk jaringan fibrial longgar (kandungan urin
dapat terjerat di jaringan pada saat ini)
c. Fibril protein terjalin lebih lanjut membentuk struktur padat
d. Kemungkinan terjadinya perlekatan kandungan urine ke matriks padat
e. Pelepasan fibril protein dari sel-sel epitel
f. Ekskresi silinder

Sewaktu silinder terbentuk, aliran urin di dalam tubulus menurun karena lumen
menjadi tersumbat. Lebar silinder tergantung pada ukuran tubulus tempat
terbentuknya silinder tersebut. Silinder yang lebar dapat dihasilkan oleh distensi
tubulus atau pada kasus stasis urin yang ekstrem, pelh pembentukan di duktus
koligentes. Pembentukan silinder di lengkung henle pars asenden dan tubulus
kontortus distal dapat menghasilkan struktur dengan ujung runcing. Gambaran
silinder juga dipengaruhi oleh bahan yang terdapat di dalam filtrate pada saat
pembentukannya dan lamanya silinder berada di dalam tubulus. Elemen apapun
yang terdapat di dalam filtrate tubulus mencakup sel, bakteri, granula, pigmen,
dan Kristal dapat tertanam di dalam amelekat pada matriks silinder.

1) Silinder hialin
Silinder yang paling sering ditemukan , terdiri hampir sepenuhnya dari
uromodulin. Ditemukan nol hingga 2 silinder hialin per lpk dianggap normal,
juga peningkatan sesudah olahraga berat, dehidrasi, pajanan panas dan stress.
Secara patologis silinder hialin meningkat pada glomerulonephritis akut,
pielonefritis, penyakit ginjal kronik, dan gagal jantung kongestif.
Silinder hialin tampak tidak bewarna pada sedimen yang tidak diwarnai dan
memiliki indeks bias yang sama dengan urin sehingga mudah terabaikan jika
tidak diperiksa dibawah cahaya lemah. Pewarnaan Sternheimer-Malbin
menghasilkan warna merah muda pada silinder hialin
2) Silinder eritrosit
Silinder eritrosit menunjukkan perdarahan di dalam nefron. Silinder eritrosit
terutama terkait dengan kerusakan pada glomerulus yang memungkinkan
lewatnya sel-sel melalui membran glomerulus, namu kerusakan apapun pada
struktur kapiler nefron dapat menyebabkan pembentukkan silinder eritrosit.
Silinder eritrosit yang terkait dengan kerusakan glomerulus biasanya terkait
dengan proteinuria dan eritrosit dismorfik.
Silinder eritrosit dapat dengan mudah diidentifikasi di bawah kekuatan rendah
melalui warnanya yang jingga kemerahan. Silinder eritrosit dapat berupa
fragmen atau memiliki bentuk lebih tidak teratur sebagai akibat dari sel-sel
padat yang melekat ke matriks protein. Silinder eritrosit mustahil dijumpai
pada keadaan tidak adanya eritrosit bebas.
3) Silinder leukosit
Silinder leukosit menandakan infeksi atau inflamasi di dalam nefron, paling
sering terkait dengan pielonefritis dan merupakan penanda utama untuk
membedakan antara infeksi saluran kemih atas dan bawah. Silinder leukosit
juga terdapat pada inflamasi non bacterial.
Silinder leukosit dapat dilihat di bawah pembesaran berkekuatan rendah
namun harus diidentifikasi mengggunakan kekuatan tinggi. Silinder leukosit
seringnya terdiri atas neutrophil, sehingga tampak bergranular.
4) Silinder granular
Silinder granular halus dan kasar sering dijumpai di dalam sedimen urin dan
dapat memiliki makna patologik atau non patologik. Pad kondisi non patologi,
granula berasal dari lisosom yang diekskresikan sel RTE selama metabolism
normal, yang dapat meningkat selama olahraga berat disertai dengan
peningkatan silinder hialin. Pada kondisi patologik, granula mencerminkan
disintegrasi silinder selular dan sel-sel tubulus atau agregar protein yang
difiltrasi oleh glomerulus.
10. Kristal urin
Kristal yang sering ditemukan di urin jarang memiliki makna klinis, karena dapat
muncul sebagai struktur yang benar-benar terbentuk secara geometris atau material
amorf. Identifikasi Kristal urin untuk mendeteksi keberadaan jenis Kristal abnormal
yang relatif sedikit yang mungkin mencerminkan gangguan seperti penyakit hati,
kelainan metabolism bawaan, atau kerusakan ginjal yang disebabkan oleh kristalisasi
senyawa obat-obatan di dalam tubulus. Kristal abnormal dapat dihitung reratanya dan
dilaporkan per lpk.
Kristal dibentuk oleh pengendapan zat terlarut urin, mencakup garam inosrganik dan
obat-obatan (senyawa iatrogenic). Pengendapan bergantung pada perubahan suhu,
konsentrasi zat terlarut, dan pH, yang memengaruhi daya larut. Zat terlarut
mengendap lebih mudah pada suhu yang rendah. Bantuan yang bermanfaat dalam
identifikasi Kristal adalah pH specimen karena dapat menentukan jenis bahan kimia
yang diendapkan. Senyawa organik dan iatrogenic mengkristal lebih mudah pada pH
yang asam, sedangkan garan inorganic kurang larut pada larutan netral dan basa
1) Kristal normal pada urin asam
Kristal yang paling sering dijumpai pada urin asam adalah urat, terdiri dari urat
amorf, asam urat, urat asam dan urat natrium. Urat amorf ditemukan di dalam urin
asa dengan pH lebih besar dari 5,5 sedangkan Kristal asam urat dapat muncul
pada pH yang lebih rendah. Kristal asam urat dijumpai dalam berbagai bentuk,
mencakup lempengan pipih empat sisi berbentuk belah ketupat, baji, dan roset.
Peningkatan jumlah Kristal asam urat pada urin segar terkait dengan kenaikan
kadar purin dan asam nukleat, pasien leukemia yang mendapat kemoterapi dan
kadang pada penderita gout.
Kristal kalsium oksalat sering dijumpai pada urin asam, dapat ditemukan pada
urin netral, dan jarang ditemukan pada urin basa. Bentuk Kristal kalsium oksalat
paling sering ditemukan adalah dihidrat yang dengan mudah dikenal sebagai
selubung octahedral atau bentuk dua piramida yang menyatu didasarnya. Kristal
kalsium oksalat dalam urin segar terkait dengan pembentukkan batu ginjal,
makanan tinggi asam oksalat
2) Kristal normal pada urin basa
Fosfat merupakan Kristal yang sering ditemukan dalam urin basa mencakup fosfat
amorf, tripel fosfat, dan kalsium fosfat. Kristal normal lainnya pada urin basa
adalah kalsium karbonat dan ammonium biuret. Bentuk Kristal tripel fosfat mudah
dikenali melalui bentuk prismanya yang menyerupai ‘tutup peti mati’. Kristal ini
tidak memiliki makna klinis, sering dijumpai pada urin basa terkait dengan adanya
bakteri pemecah urea.
Kristal kalsium fosfat jarang ditemukan. Kristal ini tampak sebagai lempengan
segi empat pipih yang tidak bewarna atau prisma tipis dalam bentuk roset. Kristal
kalsium karbonat berukuran kecil dan tidak berwarna dengan bentuk hakter atau
bulat. Kristal kalsium karbonat tidak memiliki makna klinis. Kristal ammonium
biuret digambarkan sebagai apel berduri karena gambarannya berupa bentuk bulat
yang diselubungi spikula. Kristal ammonium biuret hampir selalu ditemukan pada
specimen lama dan dapat terkait dengan adanya ammonia yang dihasilkan oleh
bakteri pemecah urea.
3) Kristal urin abnormal
Kristal urin abnormal ditemukan di urin asam dan sangat jarang ditemukan di urin
netral. Sebagian besar Kristal abnormal memiliki bentuk khas. Kristal iatrogenic
dapat disebabkan oleh beragam senyawa khususnya bila diberikan dalam
konsentrasi tinggi. Kristal ini memiliki makna klinis bila mengendap di dalam
tubulus ginjal.
a. Kristal sistin
Kristal sistin ditemukan dalam urin seseorang yang mempunyai gangguan
metabolic yang menyebabkan terhambatnya reabsorpsi sitin oleh tubulus
ginjal. Kristal sistin terlihat sebagai lempengan heksagonal yang tidak
bewarna, dapat tebal atau tipis.
b. Kristal kolesterol
Kristal kolesterol jarang dijumpai, memiliki gambaran menyerupai lempengan
segi empat dengan takik pada satu atau lebih sudutnya. Kristal ini terkait
dengan gangguan yang menimbulkan lipiduria.
c. Kristal terkait dengan gangguan hati
Tiga Kristal yang dapat ditemukan pada keadaan terdapatnya gangguan hati
yaitu Kristal tirosin, leusin, dan bilirubin. Kristal tirosin tampak sebagai jarum
halus tanpa warna hingga berwarna kuning yang sering membentuk gumpalan
atau roset. Kristal tirosin juga ditemukan pada seseorang dengan gangguan
metabolism asam amino yang diwariskan. Kristal leusin berbentuk bulat
dengan warna kuning kecoklatan yang memperlihatkan lingkaran konsentrik
dan goresan radial. Kristal tirosin dan leusin biasanya dijumpai bersamaan.
Kristal bilirubin ditemukan pada gangguan hati dengan kadar bilirubin yang
tinggi dalam urin. Kristal bilirubin tampak sebagai granula atau jarum yang
bergumpal dengan warna kuning bilirubin yang khas.
d. Kristal sulfonamide
Kristal sulfonamide sering ditemukan dalam urin pasien yang mendapat
pengobatan untuk ISK. Bentuk yang paling sering ditemukan mencakup
jarum, belah ketupat, batu gerinda, berkas gandum, dan roset tanpa warna
hingga berwarna kuning kecoklatan.
e. Kristal ampisilin
Kristal ampisilin terlihat sebagai jarum tidak berwarna yang cenderung
membentuk berkas sesudah didingiinkan.

Anda mungkin juga menyukai