Laporan Kasus Diare Akut
Laporan Kasus Diare Akut
DISUSUN OLEH
Andi Fahripa Nur Rahma (2009730125)
PEMBIMBING
dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus mengenai “Diare akut e.c bacterial infection dengan
dehidrasi ringan sedang ” ini tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan
terimah kasih kepada dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan Laporan Kasus ini. Terima kasih juga kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di
Negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar
kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk
sindroma malabsorpsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek
terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi
penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan
pertumbuhan akibat diare.
3
STATUS PASIEN
IDENTITAS/BIODATA
Nama : An. M
Umur : 3 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Tn.A
Nama Ibu : Ny.T
Agama : Islam
Suku Bangsa : Madura
Alamat : Plumpang, Jakarta Pusat.
ANAMNESIS
Alloanamnesis
Keluhan Utama : Demam 2 hari sebelum datang ke Rumah Sakit Islam CP
Keluhan Tambahan : BAB cair
Riwayat Penyakit Sekarang : 2 hari sebelum datang ke Rumah Sakit Islam CP orangtua
pasien mengatakan anak demam sepanjang hari, demam
timbul mendadak, tidak menggigil, tidak kejang. 1 hari
sebelum datang ke Rumah Sakit Islam CP mencret-
mencret sebanyak 4 kali/hari warna kuning, ampas (+),
bau yang khas (berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah (-
), sekali BAB 1 gelas. SMRS Islam CP mencret-
mencret sebanyak 3 kali/hari warna kuning, ampas (+),
bau yang khas (berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah (-
), sekali BAB 1 gelas, muntah (-). BAK lancar dan tidak
ada keluhan, warna kuning jernih, tidak pekat, tidak ada
4
darah, tidak sakit saat BAK. Anak terlihat lemas. Intake
makan dan minum sulit.
Riwayat Penyakit Dahulu : Anak pertama kali sakit seperti ini, Riwayat kejang
demam usia 1 tahun 8 bulan (kejang 1 kali dengan durasi
30 detik)
Riwayat Penyakit Keluarga : Di keluarga dan lingkungan rumah tidak ada yang
menderita penyakit seperti ini.
Hamil : 38 minggu
PB : 50 cm
5
RIWAYAT MAKANAN
RIWAYAT PERKEMBANGAN
RIWAYAT IMUNISASI
BCG :-
DPT :-
Polio :-
Hep. B :-
Campak :-
6
PEMERIKSAAN FISIK
Antropometri :
- BB : 12 kg
- TB : 16 cm
o BB/U : 12/16 x 100 % = 75 % → Gizi kurang
o TB/U : 86/96 x 100 % = 90 % → Baik
o BB/TB : 12/14 x 100 % = 86 % → kurang
STATUS GENERALIS
1. Kepala :
Bentuk : normochepal, ubun-ubun sudah menutup
Rambut : hitam, distribusi rata, tidak mudah dicabut
Mata : visus normal, ptosis -/-, lagoftalmos -/-, hordeolum -/-, udem
palpebra -/-, kunjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, sekret -/-,
refelks cahaya +/+, mata cekung +/+, pupil isokor
Hidung : septum deviasi -, sekret -/-, darah/bekas perdarahan -/-,
pernapasan cuping hidung -/-, edema mukosa -/-, hiperemis mukosa
-/-
7
Mulut : bibir kering +, lidah kotor -, faring hiperemis -, pseudomembran,
tonsil T1/T1, stomatitis -, lidah tremor -, lidah kotor -, gusi
berdarah –
Telinga : normotia, serumen +/+, membrane tympani intak.
2. Leher : pembesaran KGB -, pembesaran kel tiroid –
3. Torax : Paru : I : simetris pada saat statis dan dinamis, retraksi iga -,
pernapasan abdominotorakal, laserasi-, penonjolan -,
pembengkakan -, bintik-bintik merah -
: P : nyeri tekan -, vocal premitus kanan kiri sama, krepitasi-
: P : sonor di kedua lapang paru
: A : vesikuler +/+, wheezing -, ronkhi -/-, BJ I dan II normal,
tidak ada bunyi tambahan
4. Abdomen : I : retraksi epigastrium -, cembung, simetris, spider nevi -,
bintik-bintik merah -, distensi -
: A : bising usus + melemah, metallic sound -, bruit -
: P : nyeri tekan (-), hepatomegali (-), turgor kulit normal,
splenomegali (-), ginjal tidak teraba dan tidak nyeri.
: P: hipertympani pada 4 kuadran abdomen, pekak
menunjukkan batas hepar 1 jari dibawah arcus costa kanan.
5. Genitalia : skrotum dan testis normal, tidak fimosis, tidak hipospadi.
6. Ekstremitas : atas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-, bintik-bintik
merah -/-
: bawah : akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-, bintik-
bintik merah -/-
7. Turgor kulit : Baik, < 2 detik.
8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
RESUME
2 hari sebelum datang ke Rumah Sakit Islam CP orang tua pasien mengatakan anak demam
sepanjang hari, demam timbul mendadak, tidak menggigil, tidak kejang. 1 hari sebelum
datang ke Rumah Sakit Islam CP mencret-mencret sebanyak 4 kali/hari warna kuning,
ampas (+), bau yang khas (berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah (-), sekali BAB 1
gelas. SMRS Islam CP mencret-mencret sebanyak 3 kali/hari warna kuning, ampas (+),
bau yang khas (berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah (-), sekali BAB 1 gelas. Anak
terlihat lemas. Intake makan dan minum sulit.
Pemeriksaan fisik : S = 37,4 C, N = 160 x/m, R = 24 x/m, Mata cekung +/+, bibir kering
dan hipertimpani
9
ASSESSMENT
1. Demam
2. Diare
3. Intake inadekuat
4. Delay development
DIAGNOSIS
• Diare Akut e.c Bakterial Infection dengan Dehidrasi Ringan Sedang
• Kurang gizi
DIAGNOSIS BANDING
• Diare Akut e.c Viral Infection dengan Dehidrasi Ringan Sedang
RENCANA TERAPI
Infus RL 15 tpm
1000 + (2x50) = 1100 ml/hari
1100 : 4 = 46
46 : 3 = 15 tpm
Zinc 20 mg/hari, 2 x 1 tab
Lacto B 1 gr/sachet, 2x1 sachet
PCT syr 3 x 1 cdo
Inj. Novalgin 1 x 150 mg
Inj. Ceftriaxone 1 x 1 amp
Perbaikan gizi dengan pemberian makan yang seimbang (konsul gizi)
10
FOLLOW UP
Tanggal/jam S O A P
20/10/2013 Demam, BAB cair 2 kali Suhu : 37,6°C, nadi : Diare akut e.c Infus RL 12
dalam sehari, warna 125 x/m, RR : 22 bacterial tpm
kuning, berbau amis (-), x/m. Mata cekung infection dengan Zinc 20
lendir (+), darah (-) lemas (+/+),BU (+) normal, dehidrasi ringan- mg/hari, 1 x 1
(+), BAK lancar, anak timpani di 4 kuadran sedang tab
masih tampak lemes. abdomen. Lacto B 1
gr/sachet, 2x1
sachet
PCT syr 3 x 1
cdo
Inj. Novalgin
1 x 150 mg
Inj.
Ceftriaxone 1
x 1 amp
21/10/2013 BAB lunak (seperti Suhu : 36,4°C, nadi : Diare akut
bubur), 1 kali dalam 100 x/m, RR : 23 teratasi, pasien
Terapi lanjut
sehari, warna kuning, x/m. Mata cekung sudah boleh
berbau amis (-), lendir (-), (+/+), BU (+) pulang. Boleh pulang
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu. Menurut WHO tahun 1998, diare
adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Sedangkan
menurut Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, definisi diare berbeda pada neonatus
dan bayi > 1 bulan serta anak. Neonatus dikatakan diare bila frekuensi BAB >4
kali, sedangkan bayi > 1 bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensi BAB > 3
kali.
B. Etiologi
Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang
dibagi lagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal,
anatomis, obat-obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit
dan jamur, sedangkan non infeksi karena alergi, radiasi. (Lung. McGraw Hill,
2003).
Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah fecal-oral, dengan
air dan makanan yang merupakan penghantar untuk kerjadian terbanyak.
Adapun beberapa penyebab diare pada anak yaitu :
1. Infeksi
A. Virus
Ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara lain
Rotavirus (sebanyak 40-60%), Norwalk virus, Adenovirus. Norwalk virus
dan Adenovirus sering menyebabkan diare akut pada anak besar dan
dewasa, sedangkan Rotavirus sering terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun
terutama usia dibawah 2 tahun.
B. Bakteri
Ada beberapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak :
12
E.Coli
Ada 5 subtipe yang menimbulkan diare akut. E. Coli ini merupakan
penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus dengan frekuensi 20-
30%. Subtipe E. Coli tersebut adalah :
Entero Pathogenic E. Coli (EPEC)
Entero Toxigenic E. Coli (ETEC)
Entero Invasive E. Coli (EIEC)
Entero Hemorrhagic E. Coli (EHEC)
Entero Aggregative E. Coli (EAEC)
Shigella
Campylobacter yeyuni
Salmonella sp.
Yersinia
Vibrio
C. Parasit
Entamoeba Histolytica.Insidensinya kurang dari 1%
Giardia Lamblia. Biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun.
Crytosporidium. Di negara berkembang frekuensinya antara 4-115.
Sering terjadi pada penderita AIDS.
2. Malabsorbsi
Karbohidrat
Lemak
3. Alergi
Diantaranya yaitu :
Alergi susu
Alergi makanan
CMPSE (cow’s milk protein enteropathy).
4. Keracunan
5. Imunodefisiensi
6. Sebab Lain
Pemberian antibiotik, defek anatomis seperti malrotasi, Hisrchrsprung’s disease
dan Shor Bowel Syndrome.
13
C. Cara Penularan dan Faktor Risiko
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal – oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita
atau tidak langsung melalui lalat.
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain
: tidak memberikan ASI secara penuh 4 – 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
kebersihan, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik.
Selain hal tersebut beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan
kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain : gizi buruk, imunodefisiensi,
berurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus dan faktor genetik.
D. Patofisiologi
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu ganggan pada proses absorbs atau
sekresi.
Terdapat beberapa pembagian diare :
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan absorbs dan
ganggaun sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari
Diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi
Diare persisten berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.
15
hipermotilitas pada kasus kolon irritable pada bayi. Gangguan motilitas
mungkin merupakan penyebab diare pada tirotoksikosis, malabsopsi asam
empedu dan penyakit lain. Diare ini juga terjadi akibat adanya gangguan pada
kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post reseksi
usus serta hipertiroid.
Diare terkait imunologi
Diare terkait iunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I, III,
dan IV. Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen
makanan. Reaksi tipe III misalnya pada penyakit gastroenteropati, sedangkan
reaksi tipe IV terdapat pada coeliac disease dan protein loss enteropaties.
E. Manifestasi Klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila
terjadi komplikasi ekstra intenstinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala
gastrointenstinal bisa berupa diare, kram perut dan muntah sedangkan manifestasi
sistematik bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja dengan mengandung sejumlah ion
natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektronik ini bertambah bila
ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada pans. Hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metbolik dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan
keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia.kolaps
kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi
menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,dehidrasi
hipertonik(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonuik. Menurut derajat dehidrasinya
bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat.
Muat dan muntah adalah simptom yang nospsesifik akan tetapi muntah mungkin
disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas.
16
Gejala Khas diare akut oleh berbagai penyebab
17
F. Menegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi,volume, konsitensi tinja,warna, bau ada/tidak lendir dan darah. Bila
disertai muntah: volume dan frekuesnsinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang
atau tidak kencing dalama 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang
berikan selama diare. Adakan panas atau penyakit lain yang menyertai seperti:
batuk,pilek,otitis media,campak.
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare : member oralit,
membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : Berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan
tanda-tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata :
cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan
lidah kering basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan
ekstremitas perlu karena perfusi dan capillart refill dapat menentukan derajat
dehidrasi yang terjadi.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungtkin diperlukan misalnya
penyebab dasarnya tidak dikatahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut
atau pada penderita dengan dehidrasi berat.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut :
Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur
dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
Tinja :
18
Makroskopik
Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan
oleh enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar saluran
gastrointestinal.
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi
bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang
menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti E.
histolytica, B. coli, dan T. trichiura. Apabila terdapat darah biasanya
bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E. histolytica darah
sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat
garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada
infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan
Strongyloides.
Mikroskopik
Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang
menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja
menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi
sitokin seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni, C. difficile, Y.
enterocolitica, V. parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau
P. shigelloides. Leukosit yang ditemukan umumnya adalah PMN kecuali
pada S. typhii mononuklear.
Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic
Uremic Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit
pada tinja, KLB diare dan pada penderita immunocompromised.
19
G. Penatalaksanaan
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatsi dehidrasi. Oralit
formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang
terutama disebabkan karena disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih
banyak elektronik tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak
terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan
oleh karena virus. Diare karena virus tersebut tidak menyebabkan kekurangan
elektronik seberat pada disentri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan
formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas, sehingga kurang menyebabkan
risiko terjadinya hiperpatremia. Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas
yang rendah.
20
Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB
Untuk 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
d. Jika dalam waktu 24 jam persedian larutan oralit masih tersisa maka sisa larutan
harus dibuang.
Pemberiaan Zinc
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu
makan anak. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut
didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi
saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare.
Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga
dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosisi zinc untuk anak-anak:
Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) perhari
Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg(1tablet) per hari.
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari
diare. Untuk bayi, tabl;et zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau
oralit.
Menurut buku pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO tahun
2005, penatalaksanaan diare dibagi menjadi 3 rencana terapi yakni rencana terapi A
untuk penanganan diare di rumah, rencana terapi B untuk dehidrasi ringan/sedang,
terapi C untuk dehidrasi berat.
Rencana Terapi B
(Dehidrasi Ringan – Sedang)
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral
sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara
intravena sebanyak : 75 ml/kgBB/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan
setelah anak dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan
setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih
ada diare atau muntah dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau
muntah.
21
Beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis yang sama seperti pada rencana terapi
A.
Yaitu :
Oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-
hari :
< 2 tahun : 50-100 ml tiapkali BAB
>2 tahun : 100-200ml tiap BAB
Beri tablet Zink
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis
Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari
Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak bisa
minum oralit mislanya karena anak muntah profus, dapat diberikan infus dengan
intravena secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan RL / Ringer Asetat (atau jika tak
tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :
Bayi (dibawah 12 bulan) : 70 ml/kgBB/5 jam
Anak (12 bulan sampai 5 tahun) : 70 ml/kgBB/2,5 jam
(Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO, 2009)
Antibiotik
Antibiotika pada umummya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak
dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20 %) yang
disebabkan oleh bakteri patogen seperti V.cholera, Shigella, Enterotoksigenik
E.Coli, Salmonella, Camphylobacter dan sebagainya.
23
Probiotik
Prebiotik
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien
dianjurkan minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan mudah
dicerna seperti pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena
adanya defisiensi lactase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri.
H. Komplikasi
Dehidrasi
Hipoglikemi
Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik)
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan yakni
pernapasan cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan Kusmaul. Pernapasan
ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk
mempertahankan pH darah. (Suraatmaja, 2005)
Gangguan elektrolit
Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan
pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar
natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat
sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi
oral atau nasogastik meenggunakan oralitadalah cara terbaik dan paling
aman.
24
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan
0,45% saline – 55 dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan
menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma
setelah 8 jam. Bila normallanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya
lanjtukan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam.
Untuk rumatan gunakan 0,18% saline – 5% dextrose, perhitungkan untuk 24
jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infus setelah
pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai
diberikan. Lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare
berhenti.
Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan
pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-
10 menit dengan monitor detak jantung.
Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut
kadar K : jika kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75
mcg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara
intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam.
Dosisnya : (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam)
diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 - kadar K
terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB)
Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan
fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan
kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan
memberikan makanan yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare
berhenti.
Kejang
Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa renjatan/syok hipovolemik.
25
I. Pencegahan
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
Kuman – kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal –
oral. Pemberian ASI yang benar
a. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
b. Penggunaan air besih yang cukup
c. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air
basar dan sebelum makan
d. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
e. Membuang tinja bayi yang benar.
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
a. Memberikan ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan
dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
26
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2000.
Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2007.
Garna H, Melinda H. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke-3.
Bandung: Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD RS Dr. Hasan Sadikin. 2005.
27