Anda di halaman 1dari 1

Sungai Tercemar, Warga Tuntut Ganti Rugi

Sekitar 200 warga yang berasal dari tiga kecamatan di kabupaten Tulang Bawang Lampung
memadati kantor Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda). Kedatangan
mereka ini adalah dalam rangka pengaduan pencemaran sungai Terusain yang dilakukan
oleh PT Teguh Wibawa Bhakti Persada.

Akibat pencemaran sungai yang dilakukan perusahaan tersebut membuat ikan di keramba
warga mati sehingga diprediksi mengalami kerugian hingga miliaran rupiah. PT Teguh
Wibawa Bhakti Persada adalah perusahaan yang berada di daerah Kampung Gunung Batin
Baru, Terusain Nunyai, Lampung Tengah.

Perusahaan ini mendapat izin usaha dari Bupati Lampung. Perusahaan ini bergerak di bidang
pengolahan singkong menjadi tepung tapioka. Dalam sehari, perusahaan ini mampu
memproduksi tepung tapioka 70-80 ton. Limbah hasil pengolahan tepung tapioka inilah yang
diduga warga mencemari sungai Terusain.

Pendapat ini bukan tanpa alasan karena menurut salah satu warga bernama Suhendro sejak
Januari 2008 air sungai sudah berwarna kuning dan baunya tak sedap. Kondisi yang demikian
ini membuat ikan-ikan di keramba milik warga mati. Padahal selama ini, usaha budidaya ikan
di keramba merupakan sumber kehidupan warga sekitar sungai Terusain.

Warga menuntut ganti rugi sebesar 20 miliar rupiah. Jumlah ini akan digunakan untuk
mengganti kerugian pemilik 264 keramba apung, 400 hektar tambak tradisional dan 280
nelayan. Akan tetapi, pihak perusahaan merasa enggan menuruti tuntutan tersebut. Pihak
perusahaan hanya bersedia memberikan ganti rugi sebesar 2 miliar rupiah.

Pihak perusahaan menghitung tiap keramba warga seharga 400 ribu rupiah. Padahal
menurut warga ongkos pembuatannya menghabiskan dana sekitar 1 juta rupiah. Perbedaan
persepsi ini, membuat kepala bagian umum CV Sinar Laut Group yang merupakan induk dari
PT Teguh Wibawa Bhakti Persada menghitung ulang variabel kerugian.

Anda mungkin juga menyukai